Disusun oleh:
Muhammad Daffa Raihan 11519035
Kelompok 2
Asisten :
Annisa Fitria Rifat 11518030
Pada tebing yang ditemukan di JL. Sukamulus seperti pada gambar 1 ditemukan 3
lapisan tanah. Seperti yang dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa data disajikan dalam tiga karakteristik yaitu
horizon layer, boundary, dan warna dari tanah di tebing yang diamati. Pada nomor satu
didapatkan tanah yang sisa – sisa bahan organik yang masih terlihat (Rahayu, 2014) dan juga
tanah tersebut berada di permukaan atau paling atas dengan kedalaman lima cm. Pembatas atau
horizon boundary pada lapisan pertama terlihat berangsur dan garisnya patah - patah,
sedangkan warnanya termasuk ke dalam warna coklat tua yang menunjukkan bahwa tanah
memiliki kandungan organik yang tinggi dari bahan organik yang mengalami dekomposisi
(Fiantis, 2017).
Selanjutnya yaitu tanah nomor dua yang memiliki simbol O2 atau sisa – sisa organisme
sudah tidak terlihat lagi (Rahayu, 2014) dan juga tanah tersebut berada pada kedalaman 15 cm.
Pembatas tanah tersebut tegas atau sangat terlihat bedanya dan bentuk dari pembatas tersebut
bergelombang. Warna pada tanah tersebut sama seperti pada lapisan pertama yaitu berwarna
coklat tua yang memiliki kandungan organik yang tinggi (Fiantis, 2017), hanya yang
membedakannya tidak tampak sisa – sisa bahan organik.
Lapisan tanah selanjutnya yaitu lapisan tanah tebing nomor tiga yang memiliki simbol
A1 yang merupakan campuran bahan organik dan bahan mineral (Rahayu, 2016) dan juga
tanah tersebut memiliki kedalam sampe 200 cm. Pembatas tanah tersebut terlihat baur dan
bentuk dari pembatas tersebut terlihat patah – patah. Warna dari tanah merupakan coklat
kekuningan yang menunjukkan bahwa drainasenya baik dan mengandung campuran bahan
organik dan mineral (Fiantis, 2017).
Apabila dibandingkan dengan data pengamatan dari Sabrina (2017) terjadi perbedaan
yang signifikan, profil tanah tebing terdapat empat lapisan tanah dengan simbol secara berturut
– turut yaitu A, Bw1, Bw2, dan B/C. Hal tersebut jelas membuat perbedaan karena tidak ada
lapisan tanah yang menggunakan simbol O, tetapi ada satu yang sama yaitu pada lapisan atas
pengamatan dari Sabrina (2017), sedangkan pada tebing di JL. Sukamulus merupakan lapisan
ketiga. Kedalaman dari lapisan pertama yaitu 0 cm sampai lapisan terakhir atau keempat yaitu
lebih dari 94 cm. Tanah pada data pengamatan Sabrina (2017), lebih banyak menunjukkan
warna coklat keabu-anuan sampai warna coklat sangat pucat yang menunjukkan terdapat
campuran bahan organik, kandungan mineral hingga menunjukkan kandungan besi, liat, dan
alumunium (Fiantis, 2017).
Untuk bintik karatan atau mottles dan juga karatan yang ditemukan pada tebing di JL.
Sukamulus dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut.
Lapisan 1 2 3
Bintik
f, 1, f f, 1, f f, 1, f
Karatan
Karatan Fe, f, 1, w Fe, f, 1, w Fe, f, 1, w
Berikut merupakan data tekstur, konsistensi, dan struktur tanah dari tebing di JL.
Sukamulus yang dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut.
Lapisan 1 2 3
Tekstur Lempung Lempung Lempung
ss ss ss
Konsistensi
sp sp sp
2 2 2
Struktur m c vc
gr gr gr
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa semua lapisan memiliki tekstur tanah lempung
berdasarkan kelas USDA. Tanah lempung merupakan tanah yang berukuran kurang dari
2x10−3 mm yang memiliki partikel tertentu yang dapat menghasilkan sifat agak plastis apabila
dicampur dengan air (Gunarti, 2014). Tanah lempung terbagi menjadi dua jenis yaitu terdapat
tanah lempung lunak dan terdapat tanah lempung ekspansif yang dibedakan berdasarkan sifat
potensi kembang susut apabila terjadi perubahan sistem kadar air tanah (Gunarso, 2017).
Konsistensi tanah juga ketika diuji coba pada saat kondisi basah sama – sama kelekatannya
bersifat agak lekat karena saat diuji coba sedikit melekat pada jari tangan atau hanya melekat
pada satu jari.
Pada struktur tanah, tingkat perkembangan pada ketiga lapisan sama – sama memiliki
nilai dua yaitu apabila diremas akan menjadi berbutir. Ukuran butir dari lapisan pertama yaitu
medium yang berukuran dua sampai lima mm, sedangkan lapisan kedua memiliki ukuran besar
yaitu ukurannya berkisar dari lima sampai 10 mm, lapisan ketiga memiliki ukuran sangat besar
yaitu memiliki ukuran lebih dari 10 mm. Untuk bentuk, ketiga lapisan memiliki bentuk yang
sama yaitu berbutir.
Apabila dibandingkan dengan data dari Sabrina (2017), yang mengidentifikasi data
bahwa tekstur tanah pada tanah di tebing yang dia temukan adalah lempung liat, lempung
berpasir, dan lempung liat berpasir. Untuk ukurannya rata – rata sedang dan bentuknya gumpal
bersudut. Untuk konsistensi tanah pada saat basah termasuk agak lekat dan plastis, saat lembab
termasuk tanah gembur.
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa data setiap lapisan tanah memiliki kesamaan
dari retakan sampai ke pori dan terdapat perbedaan antara lapisan satu dengan dua dan tiga
pada data akar. Pada retakan, jumlahnya sangat sedikit pada ketiga lapisan dan ukurannya juga
kecil yaitu kuran dari 0,5 cm. Untuk pori, ukurannya pada ketiga lapisan yaitu sedang dan
jumlahnya yaitu banyak. Pada akar, lapisan satu memiliki banyak sekali serat akar yang terlihat
karena merupakan lapisan paling atas yang digunakan dalam penanaman dan teksturnya kasar
dan jumlahnya sedang. Sedangkan pada lapisan kedua dan ketiga yaitu teksturnya halus dan
jumlahnya sedikit. Apabila dibandingkan dengan data dari Sabrina (2017) pori di tanahnya baik
karena drainasenya baik.
Apabila melihat karakteristik tanah yang telah diidentifikasi seperti horizon layer,
boundary, warna, organik tanah, tekstur, konsitensi, bintik atau bercak karatan, struktur,
karatan atau konkresi, retakan, pori pada tanah, dan roots dapat dikategorikan bahwa tanah
termasuk ke dalam jenis andosol (Soil Survey Staff, 1999). Sedangkan apabila menggunakan
tekstur yaitu kelas 12 USDA termasuk ke dalam jenis tanah lempung.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan identifikasi karakteristik tanah yang ada pada tebing di JL.
Sukamulus didapatkan bahwa tanah tersebut berjenis andosol dan apabila
menyesuaikan dengan 12 kelas USDA di tekstur tanah termasuk ke kelas
lempung.
4.2 Saran
Fiantis, D. (2017). Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Padang, Indonesia : Lembaga Pengembangan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPTIK) Universitas Andalas.
Gunarso, A., et al. (2017). Stabilisasi Tanah Lempung Ekspansif dengan Campuran Larutan NaOH
7,5 %. Jurnal Karya Teknik Sipil, vol. 6, no. 2, hh. 238 – 345.
Gunarti, A. S. S. (2014). Daya Dukung Tanah Lempung yang Distabilisasi dengan Spent Catalyst
RCC 15 dan Kapur. Jurnal Bentang, vol. 2, no. 1.
Karnilawati, Handayani, S. (2018). Karakterisasi dan Klasifikasi Tanah Ultisol di Kecamatan
Indrajaya Kabupaten Pidie. Jurnal Ilmiah Pertanian, vol. 14, no.2, hh. 52 – 59
Kurniasih, R. (2016). Identifikasi Konkresi Fe dan Mn pada Tegakan Jati (Tectona grandis) dan
Lahan Bekas Sawah di Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur , Provinsi Jawa Barat.
Jurnal Agrotekonologi, Universitas Gunadarma.
Manik, H., Marpaung, P., Sabrina, T. (2017). Tingkat Perkembangan Tanah Berdasarkan Pola
Distribus Mineral Liat di Kecamatan Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir. Jurnal
Agroteknologi FP USU, vol. 5, no. 2, hh. 422- 433.
Rahayu, A., Utami, S. R., Rayes, M. L. (2014). Karakteristik dan Klasifikasi Tanah pada Lahan
Kering dan Lahan yang Disawahkan di Kecamatan Perak Kabupaten Jombang. Jurnal
Tanah dan Sumberdaya Lahan, vol. 1, no. 2, hh. 79 – 87.
Soil Survey Staff. (1999). Soil Taxonomy : A Basic System of Soil Classification for Making and
Interpreting Soil Surveys. Amerika Serikat : United States Department of Agriculture.
LAMPIRAN