Anda di halaman 1dari 14

Praktikum ke : 5 Hari/Tanggal : Senin, 22 Maret 2021

PRAKTIKUM ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN BW-2202


PENGENALAN PROFIL TANAH

Disusun oleh:
Muhammad Daffa Raihan 11519035
Kelompok 2

Asisten :
Annisa Fitria Rifat 11518030

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PASCAPANEN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu lahan atau tanah di suatu wilayah dapat menjadi media untuk bertumbuh dan
berkembang bagi flora, fauna, dan manusia. Untuk dapat digunakan tentunya tanah pada suatu
wilayah harus dikenali terlebih dahulu agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang harus
dipenuhi, seperti tumbuhan yang tidak dapat tumbuh di daerah gurun karena tanah tersebut
merupakan pasir yang miskin zat hara dan begitu juga untuk makhluk hidup lainnya, tidak
dapat sembarangan menempati suatu tanah.
Terutama di wilayah Indonesia yang memiliki bermacam – macam jenis tanah dan
masing – masing dari tanah yang ditemukan memiliki sifat dan ciri khasnya sendiri yang
tentunya merupakan pembeda di antara jenis tanah yang lain (Karnilawati, 2018). Maka dari
itu, perlu dikenali atau diidentifikasi profil dari suatu tanah yang biasanya dikenali dari
karakteristik – karakteristik yang ada pada tanah yang ingin dikenali. Profil tanah dilakukan
untuk mendapatkan data berupa sifat – sifat yang tampak atau morfologi dari tanah yang ingin
dikenali jenisnya (Karnilawati, 2018).
Sebagai mahasiswa Rekayasa Kehutanan dirasa penting untuk melakukan penelitian
mengenai “Pengenalan Profik Tanah”. Hal tersebut dikarenakan dapat menjadi pengetahuan
baru yang sangat berkaitan dengan Rekayasa Kehutanan seperti saat melakukan pengelolaan
suatu hutan atau pembuatan hutan baru atau perbaikan suatu lahan yang mengalami banyak
kerusakan harus diketahui dulu jenis tanahnya agar dapat ditentukan vegetasi apa saja yang
dapat ditanam pada wilayah yang ingin dilakukan pengelolaan tersebut.
1.2 Tujuan
Penelitian mengenai pengenalan profil tanah dilakukan karena memiliki tujuan sebagai
berikut :
1. Identifikasi/karakterisasi jenis tanah
BAB II
METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ke-5 pada mata kuliah Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan mengenai
“Pengenalan Profil Tanah” dilakukan pada hari Sabtu, 27 Maret 2021 pada pukul 06.45 WIB.
Praktikum dilakukan di JL. Sukamulus seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1 dengan posisi
latitude S06°50.399’ dan longitude E107°35.072’. Keadaan sekitar tempat dilaksanakan
praktikum atau rona lingkungan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 1. Tempat dilaksanakan praktikun

Gambar 2. Rona lingkungan tempat praktikum


2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian mengenai “Pengenalan Profil Tanah” yaitu yang
pertama ada bor tanah, soil tester, munsell soil color chart, abney level, GPS Essentials,
pisau/kape/sendok tembok, meteran, kaca pembesar, spidol permanen, dan kamera. Untuk
bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kertas label, kantung plastik, dan form
pengamatan.

2.3 Cara Kerja


Pada penelitian mengenai “Pengenalan Profil Tanah” hal yang dilakukan pertama
adalah pemilihan tebing yang digunakan untuk pengamatan. Setelah dilakukan pemilihan
tebing, dilakukan pengambilan titik koordinat dengan aplikasi dari android yaitu GPS
Essentials. Setelah itu, dilakukan pengambilan gambar untuk rona lingkungan empat arah mata
angin. Setelah itu, dilakukan pengambilan gambar dengan video untuk rona lingkungan empat
arah mata angin. Setelah itu, dilakukan pengambilan gambar terhadap tanah yang ingin diamati
atau diketahui profil tanahnya.
Setelah itu, dilakukan karakteristik dari tanah yang akan diamati, karakteristik yang
pertama yaitu horizon layer atau lapisan tanah. Pada karakteristik ini, pengambilan data
dilakukan secara subjektif dengan diamati langsung dengan indera dan data yang diambil
berupa nomor lapisan, kedalaman lapisan per horizon, dan juga simbol dari lapisan tanah yang
diamati.
Setelah itu, dilakukan pengamatan pada karakteristik yang kedua yaitu horizon
boundary atau batas horizon. Pada pengamatan batas horizon, dilakukan hal yang sama yaitu
dilakukan pengamatan secara langsung dan bersifat subjektif karena menggunakan indera
penglihatan. Pada batas horizon dapat dibagi menjadi a (tegas), c (jelas), g ( berangsur), D
(baur) dan juga batasnya tersebut dapat dimasukkan ke dalam topografi yang dibedakan
menjadi 4 jenis yaitu s (rata), w (bergelombang), i (tidak beraturan), dan B (patah – patah).
Selanjutnya yaitu karakteristik yang diamati dari warna tanah pada tebing yang
ditemukan. Penentuan warna tanah pada tebing yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan Munsell Soil Color Chart dan dilakukan juga pengamatan secara langsung dan
setelah diamati secara langsung dengan indera penglihatan dimasukkan ke dalam form
pengamatan.
Karakteristik selanjutnya yang diamati adalah bintik – bintik karatan pada tanah atau
disebut mottles. Untuk mengidentifikasi karakteristik mottles parameter yang dapat dilihat
yaitu dari jumlahnya yang terbagi menjadi tiga yaitu f (sedikit), C (sedang), M (banyak).
Selanjutnya dari parameter ukuran yang terbagi menjadi tiga juga yaitu yang pertama yaitu fine
atau kecil, yang kedua medium atau sedang, dan yang ketiga coarse atau besar. Selanjutnya
parameter bandingan yang terbagi menjadi tiga yaitu f (baur), D (jelas), dan P (nyata).
Karakteristik yang diamati selanjutnya yaitu kongresi atau karatan. Parameter yang
diamati dari karakteristik ini yaitu jenisnya dan jenis dari karatan terbagi menjadi tiga yaitu
berwarna merah dan berbentuk bulat atau benjol; yang kedua yaitu Ca menunjukkan warna
keputihan, membuih + HCl; dan ketiga yaitu Mn yang menunjukkan warna hitam. Parameter
selanjutnya jumlah yang terbagi menjadi tiga yaitu f (sedikit), C (sedang), M (banyak).
Parameter selanjutnya kekerasan yang terbagi menjadi tiga yaitu w (lemah), M (sedang), dan
H (keras). Parameter selanjutnya dari ukuran yang terbagi menjadi tiga yang pertama halus,
kedua sedang, dan ketiga besar.
Karakteristik yang diamati selanjutnya yaitu tekstur dari tanah. Pengamatan tekstur
tanah menggunakan 12 kelas USDA. Selain tekstur terdapat karakteristik lagi yang harus
diamati yaitu konsistensi. Konsistensi tanah diamati dengan dilakukan perlakuan langsung
terhadap tanah basah dan lembab untuk ditentukan kelekatannya dan plastisitasnya.
Karakteristik selanjutnya yaitu struktur. Pada karakteristik struktur parameter yang diamati ada
tiga yaitu tingkat perkembangan/derajat kekerasan, ukuran, dan bentuk. Pengamatan pada
karakteristik ini dilakukan secara langsung.
Karakteristik selanjutnya yaitu bahan organik. Parameter yang diamati dari
karakteristik bahan organik ada dua yaitu jumlah bahan organik dan tingkat pelapukannya.
Pada parameter jumlah bahan organik terbagi menjadi empat jenis yaitu L (rendah), M
(sedang), H (tinggi), dan VH (sangat tinggi). Karakteristik selanjutnya yaitu retakan.
Karakteristik ini terbagi menjadi dua parameter yaitu retakan pada tanah dan ukuran. Retakan
pada tanah terbagi menjadi tiga yaitu f (sedikit), m (sedang), dan a (banyak). Untuk ukuran
dibagi menjadi tiga yaitu angka 1 menunjukkan ukuran yang kecil, angka dua menunjukkan
ukuran yang sedang, dan angka 3 menunjukkan retakan yang besar.
Karakteristik selanjutnya yang harus diamati yaitu pori. Parameter yang harus diamati
pada karakteristik pori yaitu ada dua; pori ukuran dan pori jumlah. Untuk pori ukuran terbagi
menjadi tiga yaitu angka 1 menunjukkan ukuran pori yang kecil, angka 2 menunjukkan ukuran
sedang, dan angka 3 menunjukkan ukuran makro. Selanjutnya pori jumlah yang terbagi
menjadi tiga yaitu f (sedikit), c (sedang), M (banyak). Karakteristik selanjutnya yaitu akar yang
terbagi menjadi dua parameter; tekstur dan jumlah. Untuk tekstur terbagi menjadi tiga yaitu f
(halus), M (sedang), dan C (kasar). Selanjutnya yaitu jumlah dengan angka 1 menunjukkan
jumlah sedikit, 2 menunjukkan jumlah sedang, dan 3 menunjukkan jumlah banyak.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Horizon Layer, Boundary, Bahan Organik, dan Warna Tanah

Pada tebing yang ditemukan di JL. Sukamulus seperti pada gambar 1 ditemukan 3
lapisan tanah. Seperti yang dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Horizon layer, boundary, dan warna tanah

Horizon Layer Horizon Boundary Bahan


Warna
Number Simbol Depth (cm) 1 2 Organik
10 YR
1 O1 5 g B H
3/3
10 YR
2 O2 15 a w H
3/3
10 YR
3 A1 200 D B M
5/6

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa data disajikan dalam tiga karakteristik yaitu
horizon layer, boundary, dan warna dari tanah di tebing yang diamati. Pada nomor satu
didapatkan tanah yang sisa – sisa bahan organik yang masih terlihat (Rahayu, 2014) dan juga
tanah tersebut berada di permukaan atau paling atas dengan kedalaman lima cm. Pembatas atau
horizon boundary pada lapisan pertama terlihat berangsur dan garisnya patah - patah,
sedangkan warnanya termasuk ke dalam warna coklat tua yang menunjukkan bahwa tanah
memiliki kandungan organik yang tinggi dari bahan organik yang mengalami dekomposisi
(Fiantis, 2017).

Selanjutnya yaitu tanah nomor dua yang memiliki simbol O2 atau sisa – sisa organisme
sudah tidak terlihat lagi (Rahayu, 2014) dan juga tanah tersebut berada pada kedalaman 15 cm.
Pembatas tanah tersebut tegas atau sangat terlihat bedanya dan bentuk dari pembatas tersebut
bergelombang. Warna pada tanah tersebut sama seperti pada lapisan pertama yaitu berwarna
coklat tua yang memiliki kandungan organik yang tinggi (Fiantis, 2017), hanya yang
membedakannya tidak tampak sisa – sisa bahan organik.
Lapisan tanah selanjutnya yaitu lapisan tanah tebing nomor tiga yang memiliki simbol
A1 yang merupakan campuran bahan organik dan bahan mineral (Rahayu, 2016) dan juga
tanah tersebut memiliki kedalam sampe 200 cm. Pembatas tanah tersebut terlihat baur dan
bentuk dari pembatas tersebut terlihat patah – patah. Warna dari tanah merupakan coklat
kekuningan yang menunjukkan bahwa drainasenya baik dan mengandung campuran bahan
organik dan mineral (Fiantis, 2017).

Apabila dibandingkan dengan data pengamatan dari Sabrina (2017) terjadi perbedaan
yang signifikan, profil tanah tebing terdapat empat lapisan tanah dengan simbol secara berturut
– turut yaitu A, Bw1, Bw2, dan B/C. Hal tersebut jelas membuat perbedaan karena tidak ada
lapisan tanah yang menggunakan simbol O, tetapi ada satu yang sama yaitu pada lapisan atas
pengamatan dari Sabrina (2017), sedangkan pada tebing di JL. Sukamulus merupakan lapisan
ketiga. Kedalaman dari lapisan pertama yaitu 0 cm sampai lapisan terakhir atau keempat yaitu
lebih dari 94 cm. Tanah pada data pengamatan Sabrina (2017), lebih banyak menunjukkan
warna coklat keabu-anuan sampai warna coklat sangat pucat yang menunjukkan terdapat
campuran bahan organik, kandungan mineral hingga menunjukkan kandungan besi, liat, dan
alumunium (Fiantis, 2017).

3.2 Bintik Karatan dan Karatan

Untuk bintik karatan atau mottles dan juga karatan yang ditemukan pada tebing di JL.
Sukamulus dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2. Bintik karatan dan karatan pada tebing JL. Sukamulus

Lapisan 1 2 3
Bintik
f, 1, f f, 1, f f, 1, f
Karatan
Karatan Fe, f, 1, w Fe, f, 1, w Fe, f, 1, w

Berdasarkan tabel 2 tersebut didapatkan bahwa bintik/bercak karatan pada tanah


ditemukan ukuran kurang dari lima mm dan juga tidak ditemukan bercak karatan saat
pengamatan secara langsung, akibat dari bintik karatan baur dengan warna tanah sehingga tidak
terlalu kelihatan atau harus diamati secara hati – hati untuk mendapatkan bercak karatan.
Begitu pun dengan karatan pada jenisnya termasuk ke Fe karena ditemukan bentuk bulat/benjol
dan juga jumlah sedikit, dan ketika diremas termasuk lemah kekerasannya dan ukurannya juga
halus atau kecil. Hal ini dapat menjadi indikator bahwa pada tanah tersebut tidak atau sedikit
terjadi proses reduksi dan oksidasi yang dapat membuat bercak karatan atau karatan.
Apabila dibandingkan dengan data yang diambil oleh Kurniasih (2016) yang
menggunakan lahan bekas sawah untuk menentukan bercak karatan dan karatan atau konkresi,
ditemukan banyak sekali bercak karatan dan konkresi Fe dan Mn yang jelas. Hal tersebut
karena masih terjadinya proses reduksi yang menyisakan warna keabuan dan proses oksidasi
dengan adanya warna kemerahan dan juga hitam (Kurniasih, 2016).

3.3 Tekstur, Konsistensi, dan Struktur Tanah

Berikut merupakan data tekstur, konsistensi, dan struktur tanah dari tebing di JL.
Sukamulus yang dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut.

Tabel 3. Tekstur, konsistensi, dan struktur tanah tebing di JL. Sukamulus

Lapisan 1 2 3
Tekstur Lempung Lempung Lempung
ss ss ss
Konsistensi
sp sp sp
2 2 2
Struktur m c vc
gr gr gr

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa semua lapisan memiliki tekstur tanah lempung
berdasarkan kelas USDA. Tanah lempung merupakan tanah yang berukuran kurang dari
2x10−3 mm yang memiliki partikel tertentu yang dapat menghasilkan sifat agak plastis apabila
dicampur dengan air (Gunarti, 2014). Tanah lempung terbagi menjadi dua jenis yaitu terdapat
tanah lempung lunak dan terdapat tanah lempung ekspansif yang dibedakan berdasarkan sifat
potensi kembang susut apabila terjadi perubahan sistem kadar air tanah (Gunarso, 2017).
Konsistensi tanah juga ketika diuji coba pada saat kondisi basah sama – sama kelekatannya
bersifat agak lekat karena saat diuji coba sedikit melekat pada jari tangan atau hanya melekat
pada satu jari.

Pada struktur tanah, tingkat perkembangan pada ketiga lapisan sama – sama memiliki
nilai dua yaitu apabila diremas akan menjadi berbutir. Ukuran butir dari lapisan pertama yaitu
medium yang berukuran dua sampai lima mm, sedangkan lapisan kedua memiliki ukuran besar
yaitu ukurannya berkisar dari lima sampai 10 mm, lapisan ketiga memiliki ukuran sangat besar
yaitu memiliki ukuran lebih dari 10 mm. Untuk bentuk, ketiga lapisan memiliki bentuk yang
sama yaitu berbutir.
Apabila dibandingkan dengan data dari Sabrina (2017), yang mengidentifikasi data
bahwa tekstur tanah pada tanah di tebing yang dia temukan adalah lempung liat, lempung
berpasir, dan lempung liat berpasir. Untuk ukurannya rata – rata sedang dan bentuknya gumpal
bersudut. Untuk konsistensi tanah pada saat basah termasuk agak lekat dan plastis, saat lembab
termasuk tanah gembur.

3.4 Retakan, Pori, dan Akar


Untuk retakan, pori, dan akar yang ditemukan pada tanah di tebing yang ada pada JL.
Sukamulus disajikan dalam bentuk tabel 4 yang dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4. Retakan, pori, dan akar di tanah tebing JL. Sukamulus
Lapisan 1 2 3
f f f
Retakan
1 1 1
m m m
Pori
2 2 2
c f f
Akar
2 1 1

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa data setiap lapisan tanah memiliki kesamaan
dari retakan sampai ke pori dan terdapat perbedaan antara lapisan satu dengan dua dan tiga
pada data akar. Pada retakan, jumlahnya sangat sedikit pada ketiga lapisan dan ukurannya juga
kecil yaitu kuran dari 0,5 cm. Untuk pori, ukurannya pada ketiga lapisan yaitu sedang dan
jumlahnya yaitu banyak. Pada akar, lapisan satu memiliki banyak sekali serat akar yang terlihat
karena merupakan lapisan paling atas yang digunakan dalam penanaman dan teksturnya kasar
dan jumlahnya sedang. Sedangkan pada lapisan kedua dan ketiga yaitu teksturnya halus dan
jumlahnya sedikit. Apabila dibandingkan dengan data dari Sabrina (2017) pori di tanahnya baik
karena drainasenya baik.

Apabila melihat karakteristik tanah yang telah diidentifikasi seperti horizon layer,
boundary, warna, organik tanah, tekstur, konsitensi, bintik atau bercak karatan, struktur,
karatan atau konkresi, retakan, pori pada tanah, dan roots dapat dikategorikan bahwa tanah
termasuk ke dalam jenis andosol (Soil Survey Staff, 1999). Sedangkan apabila menggunakan
tekstur yaitu kelas 12 USDA termasuk ke dalam jenis tanah lempung.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan identifikasi karakteristik tanah yang ada pada tebing di JL.
Sukamulus didapatkan bahwa tanah tersebut berjenis andosol dan apabila
menyesuaikan dengan 12 kelas USDA di tekstur tanah termasuk ke kelas
lempung.

4.2 Saran

Sebaiknya untuk nama – nama yang dicantumkan dalam tabel tallysheet


harus disusun kembali, karena terdapat perbedaan kata atau nama di tallysheet
dengan modul atau ppt dan juga agar lebih rapih.
DAFTAR PUSTAKA

Fiantis, D. (2017). Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Padang, Indonesia : Lembaga Pengembangan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPTIK) Universitas Andalas.
Gunarso, A., et al. (2017). Stabilisasi Tanah Lempung Ekspansif dengan Campuran Larutan NaOH
7,5 %. Jurnal Karya Teknik Sipil, vol. 6, no. 2, hh. 238 – 345.
Gunarti, A. S. S. (2014). Daya Dukung Tanah Lempung yang Distabilisasi dengan Spent Catalyst
RCC 15 dan Kapur. Jurnal Bentang, vol. 2, no. 1.
Karnilawati, Handayani, S. (2018). Karakterisasi dan Klasifikasi Tanah Ultisol di Kecamatan
Indrajaya Kabupaten Pidie. Jurnal Ilmiah Pertanian, vol. 14, no.2, hh. 52 – 59
Kurniasih, R. (2016). Identifikasi Konkresi Fe dan Mn pada Tegakan Jati (Tectona grandis) dan
Lahan Bekas Sawah di Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur , Provinsi Jawa Barat.
Jurnal Agrotekonologi, Universitas Gunadarma.
Manik, H., Marpaung, P., Sabrina, T. (2017). Tingkat Perkembangan Tanah Berdasarkan Pola
Distribus Mineral Liat di Kecamatan Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir. Jurnal
Agroteknologi FP USU, vol. 5, no. 2, hh. 422- 433.
Rahayu, A., Utami, S. R., Rayes, M. L. (2014). Karakteristik dan Klasifikasi Tanah pada Lahan
Kering dan Lahan yang Disawahkan di Kecamatan Perak Kabupaten Jombang. Jurnal
Tanah dan Sumberdaya Lahan, vol. 1, no. 2, hh. 79 – 87.
Soil Survey Staff. (1999). Soil Taxonomy : A Basic System of Soil Classification for Making and
Interpreting Soil Surveys. Amerika Serikat : United States Department of Agriculture.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai