Anda di halaman 1dari 34

25

Program Studi Teknik Sipil Modul ke


Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

MODUL PERTEMUAN KE - 2

MATA KULIAH :
BAHAN PERKERASAN JALAN (2 SKS)

CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK) :

1. Mampu memahami dan menjelaskan karateristik dan spesifikasi bahan


penyusun dan jenis konstruksi lapisan perkerasan jalan
2. Mampu menjelaskan dan mengevaluasi karaterisrik aspal dan fungsinya
sebagai bahan pengikat pada campuran aspal
3. Mampu Menjelaskan dan mengevaluasi karateristik agregat sebagai bahan
utama pada lapisan perkerasan

DIKSRIPSI MATERI MATA KULIAH :


Pada mata kuliah ini mahasiswa belajar tentang pengenalan bahan-bahan
penyusun lapis keras jalan, karakteristik masing-masing dan pertimbangannya,
jenis dan komposisi aspal, sifat dan proses terjadinya aspal dan bahan pengisi
(filler)

KEMAMPUAN AKHIR (SUB CMPK-2)


1. Mampu memahami dan menjelaskan tentang karateristik bahan penyusun
lapis perkerasan jalan
2. Mampu memahami dan menjelaskan standar penggunaan bahan penyusun
lapis perkerasan jalan

INDIKATOR PENILAIAN :
• Ketepatan menjelaskan sifat dn karateristik bahan penyusun lapis perkerasan
jalan
• Ketepatan menjelaskan klasifikasi tanah sebagai bahan perkerasan jalan
• Ketepatan menjelaskan sumber-sumber dan jenis batuan, klasifikasi agregat
dan aspal

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


26
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

METODE PEMBELAJARAN :
• Kuliah
• Dikusi
• Penugasan dalam persentasi makalah
TM : 1 x (2 x 50”)
PT : 1 x (2 x 60”)
BM : 1 x (2 x 60”)

PUSTAKA :
1. Drakos, C. (2009). Flexible Pavement Distress. University of Florida.
www.pdf-finder.com/Dr.-Christos-Drako
2. Departemen Pekerjaan Umum Badan, (2005), Modul Road Design Engineer
(RDE)-12 : Bahan Perkerasan Jalan, Jakarta, Badan Pembinaan Konstruksi
dan Sumber Daya Manusia Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan
Konstruksi (PUSBIN-KPK)
3. Departemen Pekerjaan Umum Badan, (2005), Teknik Bahan Perkerasan
Jalan, Seri Panduan Pemeliharaan Jalan Kabupaten, Jakarta, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian Pengembangan Prasarana
Transportasi
4. Departemen Pekerjaan Umum, 2018. “Spesifikasi Umum Perkerasan Aspal”,
Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga
5. Departemen Pekerjaan Umum Badan, (2005), Modul-3 : Jenis Bahan Lapis
Perkerasan Lentur, Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Penelitian Pengembangan Prasarana Transportasi
6. Huang, Y.H. University of Kentucky (2004). 2nd Edition. Pavement Analysis
and Design. Published by Pearson Prentice Hall. pp 1.
7. Gatot Rusbintardjo (2011). Oil Palm Fruit Ash (OPFA) Modified Bituman –
New Binder for Hot-Mix Asphalt (HMA) Pavement Mixtures. Lambert
Academic Publshing GmbH & Co. KG Germany 2011.
8. Kerbs, R.D dan Walker, R.D, 1971. Highway Materials, McGraw-Hill Book
Company, New York, USA.

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


27
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

9. Robert, F.L., Kandhal, P.S., Brown, E.R., Dah, Y. L., and Kennedy, T.W.
(1996). Hot Mix Asphalt – Materials, Mixture Design and Construction. 2nd
edition. NAPA Education Foundation, Lanham, Maryland. pp 448-463.
10. Silvia Sukirman, 2003, Beton Campuran Panas, Jakarta, Penerbit Granit.
11. Tri Mulyono, (2015), Jalan Raya 2 : Modul 2 – Spesifikasi Bahan Perkerasan
Jalan dalam Infrastruktur Jalan dan Jembatan, Jakarta: Program D3
Transportasi Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


28
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

POKOK BAHASAN :

II. KARATERISTIK BAHAN LAPIS PERKERASAN

Bahan adalah merupakan komponen utama pada pekerjaan


pemeliharaan jalan. Komponen bahan dasar yang digunakan pada lapisan
perkerasan jalan tersebut terdiri atas: tanah, agregat, dan aspal. Penggunaannya
bahan-bahan tersebut tergantung dari pada jenis lapisan perkerasan jalan yang
sesuai dengan fungsinya.
Dalam penggunaannya, semua jenis agregat dan aspal yang akan
digunakan harus sesuai dengan persyaratan spesifikasi teknis. Untuk itu,
pemilihan dan penggunaan kedua bahan tersebut haruslah didasarkan pada
hasil diuji baik di laboratorium maupun di lapangan. Demikian juga halnya
dengan penanganan dan penyimpanannya, dimana kedua kegiatan tersebut
harus diperhatikan agar tidak terjadi perubahan mutu pekerjaan dan kelancaran
kerja. Untuk itulah pada panduan ini diuraikan tentang pengetahuan bahan dasar
perkerasan jalan agar sebelum dijelaskan mengenai produksi bahan perkerasan
jalan yang digunakan pada kegiatan pekerjaan lapis perkerasan jalan
Pada bagian ini akan diuraikan secara umum mengenai tanah, agregat,
dan aspal yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan jalan. Selain itu, secara
khusus akan diuraikan mengenai teknologi pemanfaatan asbuton untuk bahan
perkerasan jalan.

2.1. TANAH
Dalam bidang jalan raya, istilah tanah mencakup semua bahan dari tanah
lempung (clay) sampai kerakal (batu-batu yang besar) yang dapat digunakan
sebagai bahan jalan baik sebagai tanah dasar maupun sebagai
lapisan lainnya pada struktur perkerasan jalan.
Salah satu persyaratan utama dalam penggunaan bahan tanah sebagai
tanah dasar atau sebagai bahan untuk lapisan lainnya pada struktur perkerasan
jalan adalah bahwa bahan tanah tersebut harus cukup kuat untuk meneruskan
dan mendukung beban volume lalu lintas. Salah satu cara untuk melihat mutu
dari tanah yang digunakan adalah dengan mengetahui klasifikasi dari tanah
tersebut.
2.1.1 Klasifikasi Tanah

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


29
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

Dalam mekanika tanah, istilah tanah menacakup semua bahan konstruksi yang
berasal dari quarry atau pits seperti : lempung; lanau; psir; kerikil; kerakal;
berangkal; dsb. Cara menggolongkan jenis tanah atau disebut klasifikasi tanah
adalah :
a. Primer :
ASTM Committee on Soils for Engineering Purpose mendefinisikan pasir sebagai
butiran antara 0,05 mm (No.270) sampai 2,0 mm (No.10). Sebaliknya berbagai
sumber mendefinisikan pasir sebagai butiran yang lolos No.4 atau ¼”. Banyak
Kontraktor, Engineer dan Desainer berpikir serupa. Beberapa rujukan
memberikan batasan berikut di bawah ini :

Tabel 2.1 Tanah berdasarkan Ukuran Butirnya

b. Sekunder

Umumnya, tanah dapat diklasifikasikan dengan menggunakan metode UCS (SNI


03-631-2000) dan metode AASHTO (AASHTO M145).
Standar rujukan yang digunakan dalam Klasifikasi Tanah :

1.Metode USCS (Unified Soil Classification System) :

Pada metode UCS, pengklasifikasian dilakukan berdasarkan hasil pengujian di


laboratorium, yang meliputi :
- Pengujian analisa saringan (SNI 1968-1990-F);
- Pengujian batas Atteberg (SNI 1967-1990-F & SNI 1966-1990-F).

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


30
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

Identifikasi dan deskripsi tanah berdasarkan metode klasifikasi ini seperti


yang ditunjukkan pada Tabel 2.2. Pada prinsipnya metode ini membedakan
tanah menjadi 3 kelompok besar yaitu :
Tabel 2.2 Bagan Klasifikasi Tanah Unified

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


31
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

a. Tanah berbutir kasar (< 50% lolos saringan No.200). Butir tanah ini dapat
dilihat secara visual. Tanah berbutir kasar ini dapatdibedakan atas:
- Kerikil (> 50% tertahan saringan No.4);
- Pasir (> 50% lolos saringan No.4).
• Butiran > Pasir Memakai simbol menurut Ukuran Butir dan Gradasinya.
Contoh : GW (Gravel – well graded); SP (Sand – poor graded)
• Butiran < Pasir : Memakai simbol menurut Ukuran Butir dan Tingi
Rendahnya Batas Cair (Liquid Limit, disingkat “LL”). Untuk LL > 50
disebut “high” dan LL < 50 disebut “low”. Contoh : ML (Silt – low liquid
limit); OL (Organic – low liquid limit); CH (Clay – high liquid limit)
b. Tanah berbutir halus (> 50% lolos saringan No.200). Pada tanah ini butirannya
tidak dapat dilihat secara visual.
c. Tanah organik yang dapat diidentifikasi dari warna, bau dan sisa tumbuhan
yang terkandung didalamnya.
Pengklasifikasian tanah berdasarkan metode UCS ini dapat dilakukan dengan
menggunakan grafik Casagrande seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Jenis tanah dan peruntukannya sebagai bahan untuk lapis pada struktur
perkerasan jalan ditunjukkan pada Tabel 2.3

Gambar 2.1 Grafik Casagrande

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


32
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

2. Metode AASHTO M 145 (American Association of State Highway and


Transportation Officials) :

Identifikasi dan deskripsi untuk sistem pengklasifikasian dengan metode


AASHTO ini seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.3. Pada prinsipnya metode
ini mengelompokkan tanah menjadi tujuh kelompok mulai dari A-1 sampai A-7
berdasarkan distribusi pembagian butir dan plastisitasnya. Kelompok tanah yang
terletak paling kiri adalah kelompok tanah yang paling baik untuk bahan tanah
dasar dan semakin ke kanan adalah kelompok yang semakin berkurang baik
kualitas tanahnya sebagai tanah dasar.
Tabel 2.3 Sistem Klasifikasi Tanah AASHTO

a. Kelompok menurut Ukuran Butir :

i. Material Berbutir (Granular Material) :

A1, A2 dan A3 : butiran lolos No.40 (600 µm) < 35%

ii. Material Lempung-Lanau (Silt-Clay Material) :

A4, A5, A6 dan A7 : butiran lolos No.40 (600 µm) > 35%

b. Kelompok menurut ATTERBERG dari material :

Plastisitas Index = Liquid Limit – Plastic Limit

CONTOH : A1 (fraksi batu : kerikil & pasir) : A1-a & A1-b

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


33
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

A3 (pasir halus)
A2 (kerikil-pasir kelanauan/kelempungan) : A2-4, A2-5, A2-6 dan
A2A4 dan A5 (tanah-tanah lanau)
A6 (tanah lempung)
A7 (tanah lempung) : A7-5 dan A7-6
A7-5 jika PI < (LL - 30) & A7-6 jika PI > (LL - 30)

3. Klasifikasi sistem lainnya, kecuali SNI (Standard Nasional Indonesia).

Tabel 2.4 Klasifikasi site didasarkan Atas Korelasi Penyelidikan Tanah di


Lapangan dan Laboratorium (SNI-2002, UNC097,IBC-2009, ASCE
7-10)

Cara membedakan jenis tanah dengan cepat :


1. Berangkal, kerakal, kerikil dan pasir mudah dibedakan
• Menurut ukuran butir dengan visual.
2. Pasir halus dan lanau sulit dibedakan dengan visual
• Lama pengendapan dalam gelas yang diberi air yang sudah dikocok,
pasir akan mengendap dalam waktu < 1,5 menit dan lanau akan
membutuhkan waktu sekitar 10 menit (sampai air jernih).
3. Lanau dan lempung dapat dibedakan dengan :
a. Indera peraba, diremas dengan ibu jari dan telunjuk.
b. Lama pengendapan, lanau > 10 menit dan < 1 jam.
c. Menggerakkan bola tanah di telapak tangan, lanau akan mengkilap
permukaannya dan lempung tidak.
d. Memecah gumpalan lempung kering sulit, sedangkan lanau lebih mudah.
e. Lempung mudah dilinting (dipilin) sedangkan lanau sulit.

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


34
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

Cara singkat memperkirakan CBR tanah :


1. Cara visual atau pengalaman
Cara visual sangat membantu proses pengawasan, untuk memastikan mutu
material diperlukan cara laboratorium sebagaimana disyaratkan dalam
Spesifikasi.
2. Klasifikasi Tanah

2.1.2. Penggunaan Tanah pada Perkerasan Jalan

Tanah dasar dapat berbentuk tanah asli setempat atau tanah yang
diangkut dari tempat lain, ditimbun di atas permukaan anah asli dan dipadatkan
untuk selanjutnya digunakan sebagai perletakan bagi perkerasan yang dibangun
diatasnya. Pada umumnya kegagalan perkerasan diakibatkan oleh kegagalan
tanah dasar. Untuk itu perlu adanya perhatian khusus tentang penggunaan tanah
sebagai tanah dasar. Beberapa karakteristik tanah yang penting untuk
diperhatikan bila tanah tersebut akan digunakan sebagai tanah dasar struktur
perkerasan jalan antara lain adalah: daya dukung tanah, kepadatan, pengaruh
terhadap kinerja tanah, dan konsolidasi. Tanah dasar yang baik adalah yang
mempunyai kepadatan yang tinggi dengan nilai tertentu sehingga mempunyai
daya dukung yang baik serta berkemampuan mempertahankan perubahan

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


35
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

volume selama masa pelayanannya. Besaran daya dukung tanah dasar


biasanya dinyatakan dalam persentase nilai California Bearing Ratio (% CBR).

Tabel 2.5 Jenis Tanah dan Peruntukan sebagai Bahan Untuk Struktur
Perkerasan Jalan

Sebelum digunakan sebagai tanah dasar, pengujian-pengujian baik di


laboratorium atau di lapangan untuk menentukan: klasifikasi, kepadatan, serta
daya dukung tanahnya perlu dilakukan sehingga dapat diketahui apakah tanah
tersebut dapat digunakan secara langsung, ataupun perlu penanganan lebih
lanjut sebelum digunakan sebagai tanah dasar.
a. Kepadatan Tanah

Kepadatan tanah adalah paramater terpenting dalam persiapan tanah


sebagai tanah dasar. Kepadatan tanah dapat dinyatakan dalam berat isi basah,
yaitu berat isi termasuk berat air yang dikandung tanah, atau berat isi kering yaitu
berat isi tanah tidak termasuk berat air yang dikandungnya. Tetapi umumnya
kepadatannya dinyatakan dalam berat isi keringnya (γd) yang dinyatakan dalam
rumus :

dimana:

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


36
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

𝛾d = kepadatan kering tanah ton/m3


𝛾 = kepadatan basah ton/m3
w = kadar air (%)
Tanah yang padat mengandung lebih banyak partikel tanah persatuan
volumenya sehingga rongga yang tersedia bagi udara dan air semakin kecil.
Pada tanah berbutir kasar, nilai kadar air optimum dan peningkatan kepadatan
akan memperbaiki sifat fisik tanah; daya dukung meningkat, pemampatan akibat
beban dan gerakan air melalui pori akan menurun (impermeable).
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemadatan, adalah kadar air optimum,
jenis bahan tanah, dan energi pemadatan. Seperti yang akan diuraikan dibawah
ini.
1. Kadar Air Optimum
Agar tanah dapat dipadatkan secara maksimum, maka pemadatan tanah
harus dilakukan pada kondisi kadar air optimumnya. Pada kondisi ini tanah akan
mudah dikerjakan dengan daya pemadat tertentu, butir-butir tanah menjadi
serapat mungkin dan udara akan keluar dari rongga-rongganya.
Kadar air optimum diperoleh berdasarkan nilai kepadatan maksimum
yang dicapai dengan pengujian kepadatan ringan (SNI 03-1742-1989), yang
disebut dengan proctor standar, atau pengujian kepadatan berat (SNI 03-1743-
1989), yang dikenal dengan modified proctor. Pengujian ini dilakukan dengan
cara memvariasikan kadar air pemadatan. Hasil pemadatan ini diplotkan ke
dalam suatu grafik hubungan antara kadar air pemadatan dengan kepadatan
tanah yang dihasilkannya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.2. Dari grafik
tersebut, berdasarkan kepadatan maksimum dapat ditentukan kadar air optimum
yang diperlukan.
Kepadatan maksimum yang dihasilkan dengan menggunakan proktor
modifikasi adalah 5% - 10% lebih tinggi daripada kepadatan maksimum yang
dicapai dengan menggunakan proktor standar (5% untuk tanah berbutir dan
sampai 10% untuk tanah kohesif) dan kadar air optimum biasanya 3% - 8% lebih
kecil dari pengujian proktor modifikasi.
Peningkatan upaya kepadatan menyebabkan (1) penurunan kadar, (2)
peningkatan kepadatan kering. pada tanah berpasir berat volume kering tanah
cenderun untuk menurun pada awal penambahan air. kemudian pada saat
mencapai kadar air tertentum berat volume kering tanah akan bertambah hingga

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


37
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

mencapai nilai maksmum. Penurunan nilai berat volume kering tanah pada saat
awal pertambahan kadar air disebabkan oleh efek tarik kapilaritas.

Gambar 2.2 Kepadatan Kering Tanah Maksimum dan Kadar Air Optimum

2. Jenis Bahan Tanah

Pada energi pemadatan yang sama, tanah dengan jenis yang


berbedakan menghasilkan kepadatan maksimum dan kadar air optimum yang
berbeda pula seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.3. Untuk tanah yang
kandungan pasirnya tinggi nilai kepadatan maksimum lebih besar dari pada
tanah lempung. Demikian juga kadar air optimum yang dibutuhkan relatif lebih
kecil dibandingkan dengan lempung.
Tanah berbutir halus khususnya lempung, sangat dipengaruhi oleh air, karena
pada tanah berbutir halus luas permukaan spesifik besar, variasi kadar air akan
mempengaruhi plastifitas tanah. Air yang tertarik secara elektrik yang berada
disekitar partikel lempung disebut air lapisan dobel (double-layer water).
Tanah lempung ekspansif, merupakan salah satu jenis tanah berbutir halus
ukuran koloidal, yang terbentuk dari mineralmineral ekspansif. Disamping
mempunyai sifat-sifat umum, juga mempunyai sifat-sifat yang khas, yakni
kandungan mineral ekspansif mempunyai kapasitas pertukaran ion yang tinggi,
mengakibatkan lempung ekspansif mempunyai potensi kembang susut, apabila
terjadi peningkatan atau penurunan kadar air.

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


38
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

Gambar 2.3 Bentuk Umum Kurva Pemadatan Empat Jenis Tanah (ASTM D-698)

3. Daya Dukung Tanah Dasar dan Nilai Kekuatan Tanah

Seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa tanah dasar berfungsi sebagai


perletakan lapisan perkerasan yang ada diatasnya, bisa berupa permukaan
tanah asli yang telah dibuang lapisan humusnya, permukaan galian atau
timbunan. Daya dukung tanah diperhitungkan berdasarkan pengukuran nilai
CBR. Nilai CBR adalah nilai yang menyatakan kwalitas suatu bahan
dibandingkan dengan bahan standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai
CBR 100%. CBR ini menunjukkan nilai relatif kekuatan tanah.
Berdasarkan cara mendapatkan contoh tanahnya, CBR dibedaan atas:

a. CBR Laboratorium

Nilai CBR ini didapat dari pengujian di laboratorium dan merupakan ukuran
komparatif tahanan terhadap geseran atau deformasi plastis tanah yang telah
dipadatkan pada kadar air optimum, pada berbagai tingkat kerapatan. Nilai
CBR ini digunakan untuk perencanaan lapis perkerasan yang baru. Alat yang
digunakan adalah dengan menggunakan mesin penetrasi (SNI 03-1744-
0989).

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


39
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

b. CBR Lapangan
Adalah CBR yang diperoleh dari pengujian langsung di lapangan (in place)
atau pengambilan contoh asli dengan tabung CBR (undisturbed sample). Nilai
CBR ini dianggap mewakili kondisi lapangan yang ada serta kadar air asli
(alam). Nilai CBR lapangan memiliki hubungan yang baik dengan nilai
penetrasi konus yang dihasilkan oleh alat Penetrometer Kerucut Dinamis –
DCP (Dynamic Cone Penetrometer). Oleh sebab itu, untuk tujuan praktis alat
DCP dapat digunakan untuk memperkirakan nilai CBR lapangan.
c. CBR Rencana; Nilai CBR ini digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan.

Nilai CBR dapat dikorelasikan dengan Daya Dukung Tanah (DDT). Penentuan
DDT, selain berdasarkan pada CBR, dapat pula didasarkan pada Indeks
Kelompok (Group Indeks). Group Indeks adalah suatu kelompok indeks penilaian
yang dibuat dalam sistim klasifikasi AASHTO (AASHTO M145).
Grup Indeks ini dibuat dengan assumsi sebagai berikut :
• Semua kelompok yang masuk dalam kelompok A-1, A-3 dan A-2 kecuali
A-2-6 dan A-2-7 adalah kelompok tanah yang baik untuk dijadikan tanah
dasar.
• Tanah berbutir halus adalah 35% lolos saringan No. 200.
• Batas cair tanah adalah 40% dan batas indeks plastis adalah 10%.
Dengan berdasarkan assumsi terebut di atas, AASHTO merumuskanGI sebagai
berikut :
GI = (F – 35) {0,2 + 0,005 (LL – 40)} + 0,01 (F – 15) (IP – 10)

Keterangan :

GI = Grup indeks
F = Jumlah persentase yang lolos saringan No. 200 dari material yang
lolos saringan 3 inci.
LL = Batas cair (liquid limit)
IP = Indeks plastis

Evaluasi secara umum daya dukung tanah untuk lapis tanah dasar dalam cara
indeks group ditunjukkan pada Tabel 2.6

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


40
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

Tabel 2.6 Daya Dukung Tanah Berdasarkan Group Indeks

Struktur pada konstruksi perkerasan jalan terdiri atas beberapa lapis,yaitu


lapisan tanah dasar, lapisan pondasi bawah, lapisan pondasi dan lapisan
permukaan. Sedangkan bahan utama yang digunakan tersebut adalah terdiri dari
bahan tanah, bahan agregat (termasuk pasir), bahan semen dan bahan aspal
tergantung dari jenis konstruksi yang digunakannya.
2.2 AGREGAT

2.2.1 Agregat Bahan Pengisi Campuran Perkerasan

Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan


pengisi dalam campuran beton atau mortar. Agregat menempati sebanyak
kurang lebih 75- 85 % dari volume. Oleh karena itu sifat-sifat agregat sangat
mempengaruhi sifat-sifat yang dihasilkan
Fungsi dari agregat dalam campuran aspal adalah sebagai bahan yang
memberikan kekuatan stabilitas campuran, jika dilakukan dengan alat
pemadatan yang tepat sesuai dengan jenis lapisan untuk lalu lintas padat dan
lalu lintas ringan. Agregat sebagai komponen utama atau gradasi dari lapisan
perkerasan jalan yaitu mengandung 90% – 95% agregat berdasarkan persentase
berat atau 75% – 85% agregat berdasarkan persentase volume (Silvia Sukirman,
2003, Beton Aspal Campuran Panas).
Pemilihan jenis agregat yang sesuai digunakan pada konstruksi
perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu diameter gradasi, kekuatan,
bentuk butir, tekstur permukaan, dan kelekatan terhadap aspal serta kebersihan

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


41
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

dan sifat kimia. Jenis dan campuran agregat sangat mempengaruhi daya tahan
atau stabilitas suatu perkerasan jalan (Kerbs, and Walker, 1971).

2.2.2 Klasifikasi Agregat

Agregat dapat diklasifikasikan berdasarkan proses pengolahan untuk menjadi


bahan utama dan pengis pada campuran diatur dalam standart material
campuran SII, RSNI 04-89, ASTM 33-86. Dan dalam Silvia Sukirman, 1999.
Berdasarkan proses pengolahannya, agregat dapat dibedakan menjadi :

a. Agregat Alam
Agregat yang menggunakan bahan baku dari batu alam atau proses
penghancuran menjadi butiran bervariasi, Jenis batuan yang bermutu baik
digunakan untuk agregat memiliki kekerasan tidak mudah aus /rapuh, kompak,
kekal dan tidak pipih. Agregat dari alam diproses menjadi: (1) kerikil dan pasir
alam, agregat yang berasal dari penghancuran secara proses gesekan dan
benturan dengan bantuan air antar batuan ditemukan di sekitar sungai atau di
daratan. Agregat alami berasal dari pelapukan atau disintegrasi dari batuan
besar, baik dari batuan beku, sedimen maupun metamorf. Memiliki bentuk bulat
tetapi masih tercampur dengan humus dan tanah liat. Oleh karena itu jika
digunakan untuk agregat harus dilakukan pencucian terlebih dahulu. (2) Agregat
batu pecah, proses menjadi agregat yang terbuat dari batu alam yang dipecah
mengunakan mesin (crusher stone)dengan ukuran tertentu.
b. Agregat Buatan

Agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus (tertentu) karena


keterbatasan hasil agregat alam. Biasanya agregat buatan adalah agregat
ringan.
Contoh agregat buatan adalah : Klinker dan breeze, fly ash, yang berasal dari
limbah pembangkit tenaga uap, agregat yang berasal dari tanah liat yang dibakar
(leca = Lightweight Expanded Clay Agregate), cook breeze berasal dari limbah
sisa pembakaran arang, hydite berasal dari tanah liat (shale) yang dibakar pada
tungku putar, lelite terbuat dari batu metamorphore atau shale yang mengandung
karbon, kemudian dipecah dan dibakar pada tungku vertical pada suhu tinggi.
Secara umum jenis agregat digolongkan sebagai berikut :
1. Pasir

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


42
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

Pasir adalah material berbutir yang dihasilkan oleh pelapukan alami batuan atau
pemecahan batuan pasir-batu. Terdapat beberapa jenis pasir dengan masing-
masing gradasi tertentu.
a. Pasir Angin
Pasir yang dibawa angin dan mengumpul di suatu tempat. Umumnya berbutir
halus dengan ukuran antara No.40 sampai No.100.
b. Pasir Danau atau Pantai
Pasir berbutir halus dan bulat umumnya dicampur dengan pasir kasar.
Umunya berukuran antara No.40 sampai No.200
c. Pasir Sungai
Pasir yang dibawa oleh air dan menggelinding antar butiran sehingga tidak
bersudut tajam. Umumnya bebas dari lumpur dan berbutir halus dengan
ukuran butiran antara No.4 sampai No.100.
d. Pasir dari Pasir-Batu (Sirtu)
Pasir yang diperoleh dari pengayakan pasir-batu lolos No.4. Kadang-kadang
mengandung tanah dan berukuran antara No.4 sampai No.200
e. Pasir Gunung
Pasir yang berasal dari deposit alami dengan sedikit atau tanpa kerikil.
Umumnya berukuran antara ⅜“ sampai No.200
f. Pasir Buatan
Pasir yang diperoleh dari pengayakan batu pecah mesin lolos No.4

2. Kerikil
Kerikil diperoleh dari pelapukan alami batuan, berukuran lebih besar dari pasir
yang dianggap tertahan No.4 atau ¼“.
a. Kerikil Kacang Polong (Pea Gravel)
Kerikil yang bersih, berasal dari kerikil sungai dengan ukuran antara ¼“
sampai ½“
b. Kerikil Sungai
Kerikil yang dapat dijumpai pada hulu maupun hilir, terdiri dari butiran bulat
berukuran diatas ¼“ dengan permukaan yang halus bercampur dengan pasir
sungai, umumnya bebas dari tanah dan lanau. Material yang lolos ¼“ ini
termasuk paisr sungai.
c. Kerikil Gunung

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


43
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

Kerikil yang berasal dari deposit alami, umumnya berbutir, terkadang


bercampur dengan pasir halus dan tanah. Tergantung bercampur dengan
material apa, maka disebut Tanah Berkerikil, Pasir Berkerikil, Kerikil
berlempung, Kerikil berpasir.
3. Batu Pecah
Batu pecah dihasilkan dari pemecahan mekanik dari berbagai jenis batuan atau
berangkal. Contoh : batu kapur, granite, batuan singkapan, quartzite, dsb
a. Batu Pecah Bergradasi
Batu pecah yang diproduksi pada gradasi yang diinginkan dengan
pengayakan. Batu pecah yang lebih disukai adalah berbentuk cubical
(persegi), akan tetapi beberapa jenis batuan berlapis mungkin akan
memberikan bentuk yang agak pipih.
b. Batu Pecah Campuran
Batu pecah tanpa pengayakan, umumnya hanya digunakan ayakan 2”
sebagai scalping screen (diayak sebelum masuk secondary crusher)
c. Crusher Screenings
Crusher screening adalah bagian dari batu pecah yang lolos ¼” atau No.4.
Umumnya berukuran dari ¼” ke bawah termasuk 0 sampai 6% lolos No.200.
Umunya bergradasi baik meskipun terdapat kekurangan pada No.40 sampai
No.100.
d. Terak (Slag)
Terak adalah bahan bukan logam yang diperoleh dari tungku pemanasan
logam,
mengandung silikat dan alumino silikat serta bahan dasar lainnya. Terak
dengan mutu yang baik akan memberikan perkerasan yang baik meskipun
seringkali terdapat terak yang porous dan menyerap banyak aspal.
2.2.3. Produksi Agregat Dari Batu Pecah

Agregat batu pecah diproduksi dari bongkahan-bongkahan batuan hasil


peledakan
(biasanya batuan andesit dan basalt), kemudian dipecah lagi dengan palu
mekanis atau alat mekanis (breaker/crusher) untuk mejadi butiran sesuai
ukurannya dengan kebutuhan konsumen. Secara umum, kegiatan pembuatan
agregat batu pecah terdiri dari proses peremukan, pengayakan dan

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


44
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

pengangkutan. Hasil dari pengolahan ini berupa batu pecah dengan ukuran ≤ 10
mm, 10 – 20 mm, 20 – 30 mm, 30 – 50 mm, 50 – 75 mm.
Proses pembuatan gradasi bahan pengisi pada pemuatan asphalt beton dapat
dilakukan dengan tahapan proses sebagai berikut:

Gambar 2.4 Bagan Alir Proses Gradasi bahan Pengisi

2.2.4. Penimbunan dan Penyimpanan

Proses timbunan dan perawatan agregat dilapangan agar tidak rusak akibat
cuaca
, air genangan, sebelum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan
1. Penimbunan agregat di lapangan, harus diberi alas agar tidak bercampur
dengan tanah dan lumpur. Di bagian atas ditutup dengan terpal agar terhindar

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


45
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

dari air hujan, karena agregat yang terlalu basah akan sulit untuk melekatnya
dengan kadar bahan aspal terpaki pada waktu membuat sampuran..
2. Penimbunan pasir harus aman i dari permukaan tanah agar terhindar dari
aliran air ketika hujan dan genangan air membawa lumpur.
3. Penumpukan material filer harus terhindar dari kelembaban.
4. Bahan aspal dalam drum harus terhindar dari masuknya air kedalam drum.

Gambar 2.5 Stock File material

2.2.5 Gradasi Agregat

Butiran agregat dalam berbagai ukuran dinyatakan sebagai gradasi


agregat. Grafik gradasi dengan absis (sumbu x) untuk ukuran butiran yang
berskala logaritma dan ordinat (sumbu y) untuk persen lolos terhadap berat yang
berskala biasa, agar ukuran butir agregat mudah dibaca. Amplop gradasi adalah
batas-batas gradasi yang boleh diambil dalam menentukan suatu rancangan
campuran (mix design). Sedangkan toleransi gradasi adalah batas-batas
fluktuasi yang diijinkan terhadap suatu mix design yang disetujui, koridor toleransi
ini akan membentuk semacam amplop kecil yang disebut job grading.
1. Gradasi Menerus (Continous Graded)
Gradasi menerus adalah ukuran butir agregat dimana rongga antar butiran besar
diisi oleh butiran yang lebih kecil dan rongga antar butiran yang lebih kecil ini diisi
oleh butiran yang lebih kecil lagi demikian seterusnya. Disebut juga gradasi padat
(dense graded) karena memadat akibat saling mengisi dan saling mengunci
(interlocking). Rentang toleransi gradasi menerus harus sempit sehingga
interlockingnya dapat dipertahankan. Pengendalian toleransi dapat dilakukan
dengan :

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


46
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

a. Sumber dari masing-masing agregat dipilih dengan cermat.


b. Proses masing-masing agregat pada sumbernya diatur cermat.
c. Pencampuran berbagai agregat yang berbeda dilakukan di tempat
pencampuran denagn cara mekanik.
d. Agregat yang sudah dicampur diayak ulang dan diatur kembali pro-porsinya
setelah dikeringkan dan sebelum dicampur dengan aspal. AMP modern telah
dilengkapi perlengkapan untuk memenuhi kebutuhan pengendalian di atas.
Ukuran agregat pada campuran akhir umumnya berada dalam toleransi
dengan perbedaan ± 5% untuk agregat kasar dan rentang toleransi yang lebih
rapat untuk agregat halus. Seringkali 3 atau 4 jenis agregat yang terpisah
dicampur bersama untuk mencapai gradasi akhir yang mendekati gradasi
yang diinginkan. Umumnya, agregat pecah mesin diayak dalam 3 atau 4
ukuran agar segregasi selama transportasi dan penanganan dapat dihindari,
kemudian 3 atau 4 ukuran agregat tersebut dicampur kembali di tempat
pencampuran.
2. Gradasi Senjang (Gap Graded)
Gradasi senjang adalah ukuran butir agregat yang sedemikian hingga tidak
ada atau hampir tidak ada suatu rentang ukuran “menengah”. Perbedaan
material lolos untuk ukuran butir menengah yang berurutan, jika diatas 10%
disebut gradasi menerus, jika dibawah 10% baru disebut gradasi senjang.
Terdapat Spesifikasi yang menyebutkan bahwa persen lolos terhadap berat
untuk No.30 minimum harus 80% dari No.8. Dari No.8 sampai No.30 terdapat
No.16 di antaranya, sehingga aplikasi dari ketentuan yang disebutkan diatas
masih relevan karena dari No.8 sampai No.16 sebesar 10% dan dari No.16
sampai No.30 sebesar 10%, jika dijumlah maka sebesar 20%.
3. Gradasi Tunggal (Single Graded)
Gradasi tunggal adalah butiran agregat yang mayoritas satu ukuran, biasanya
masih terdapat sedikit butiran halus yang ikut terbawa. Gradasi ini tidak rawan
terhadap segregasi dan umumnya merupakan produk crusher yang dapat
dengan mudah diatur proporsinya untuk mencapai gradasi yang diinginkan.
Gradasi ini sering disebut gradasi terbuka (open graded), digunakan untuk
Burtu (SST) atau Burda (DBST) dalam rangka memberikan texture baru pada
permukaan aspal.

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


47
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

2.2.6 Sifat Agregat


Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai bahan konstruksi
perkerasan jalan dapat dikelompokkan menjadi :
a. Kekuatan dan keawetan (strength and durability) lapisan perkerasan yang
dipengaruhi oleh: gradasi, ukuran maximum, kadar lempung , bentuk butir,
tekstur permukaan, kekerasan dan ketahanan.
b. Kemampuan dilapisi aspal dengan baik, yang dipengaruhi oleh
porositas,kemungkinan basah dan jenis agregat.
c. Kemudahan dalam pelaksanaan dan menghasilkan lapisan yang nyaman dan
aman, dipengaruhi oleh tahanan geser dan campuran yang memberikan
kemudahan dalam pekerjaan
Berat jenis, perbandingan berat suatu bahan dengan berat air murni pada
volumyang sama pada suhu tertentu. Berat jenis agregat tergantung dari : jenis
batuan, susunan mineral agregat, struktur butiran dan porositas batuan. Berat
jenis agregat digolongkan dalam uji ada 3, yaitu : (1) berat jenis SSD, yaitu berat
jenis agregat dalakondisi jenuh kering permukaan, (2) Berat jenis semu, berat
jenis agregat yang memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering dan
volume agregat dalam keadaan kering, (3) Berat Jenis Bulk, berat jenis agregat
yang memperhitungkan beraagregat dalam keadaan kering dan seluruh volume
agregat dalam keadaan kering.
2.2.7. Penggunaan Agregat pada Perkerasan Jalan
Agregat merupakan komponen utama sebagai bahan perkerasan jalan
yang digunakan sebagai lapis pondasi dan lapis permukaan.Penggunaan
agregat pada perkerasan jalan tidak dapat langsung digunakan, namun harus
dilakukan pengujian bahan di laboratorium agar dapat diketahui apakah sesuai
dengan spesifikasinya. Spesifikasi agregat tesebut ditentukan berdasarkan sifat-
sifat fisik agregat yang berpengaruh untuk konstruksi perkerasan jalan. Bila
agregat yang akan digunakan tersebut tidak memenuhi memenuhi syarat maka
dapat pula dilakukan perbaikan sifat-sifat fisik agregat yaitu dengan cara antara
lain menggabungkan dengan beberapa agregat yang lain atau dilakukan
stabilisasi dengan bahan pengikat (semen atau aspal) agar didapatkan
meningkatnya kekuatan campuran agregat.
a. Bahan Pondasi dan Pondasi Bawah

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


48
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

Agregat yang digunakan untuk lapisan pondasi dan lapisan pondasi bawah harus
memenuhi persyaratan-persyaratan:
• Gradasi;
• Batas cair (Liquid limit);
• Batas plastis (Plastis limit);
• Indeks plastisitas (Plasticity Index);
• Kepadatan kering maksimum;
• Kadar air optimum;
• CBR.
b. Bahan Lapisan Penutup

Lapisan penutup tersebut dapat terdiri dari antara lain: lapis penetrasi makadam,
burtu, burda, dan aspal beton. Bahan yang dipergunakan untuk lapisan penutup
ini haruslah memenuhi persyaratan:
• Gradasi;
• Abrasi;
• Soundness;
• Ketahanan lekat;
• Sand equivalent;
• Bentuk butir;
• Bidang pecah;
• Berat jenis.

2.3 Aspal

Aspal sering disebut juga dengan bitumen yaitu bahan padat yang
berwarna coklat sampai hitam, yang terdiri dari senyawa hydrocarbon yang bila
dipanaskan akan meleleh dan pada kondisi dingin aspal bersifat padat. Aspal
digunakan sebagai salah satu komponen utama dalam perkerasan lentur karena
aspal mempunyai adhesi yang kuat dan kedap air.
Dalam campuran berbahan pengikat aspal, selain sifat agregat, sifat
aspal sangat menentukan kinerja dari campuran tersebut. Oleh sebab itu,
sebelum digunakan kuantitas dan kualitas aspal harus diuji terlebih di
laboratorium. Sifat-sifat aspal yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai
berikut :

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


49
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

• Sifat Kimia, ditentukan berdasarkan kandungan aspalten dan kandungan


malten (resin, arumated, saturated)
• Sifat Fisik, yaitu ditentukan berdasarkan: durabilitasnya (penetrasi, titik
lembek, dan daktilitas), Adhesi/ kohesi, Kepekaan terhadap perubahan
temperatur, dan Pengerasan/Penuaan.
2.3.1 Aspal Alam
Aspal alam adalah aspal yang secara alamiah terdapat di alam tanpa
proses pemurnian atau pengilangan/penyulingan, umumnya merupakan
tambang terbuka. Umumnya aspal alam bercampur dengan batuan (mineral)
dimana jenis mineralnya sangat tergantung dari batuan dimana aspal tersebut
terdapat.
Berdasarkan depositnya aspal alam ini dikelompokan ke dalam 2
kelompok, yaitu :
a. Aspal Danau (Lake Asphalt)
Aspal ini secara alamiah terdapat di danau Trinidad, Venezuella. Aspal
ini terdiri dari bitumen, mineral dan bahan organik lainnya. Angka penetrasi dari
aspal ini sangat rendah dan titik lembeknya sangat tinggi. Karena aspal ini sangat
keras, maka dalam pemakaiannya aspal ini dicampur dengan aspal keras yang
mempunyai angka penetrasi yang tinggi dengan perbandingan tertentu sehingga
dihasilkan aspal dengan angka penetrasi yang diinginkan.

Gambar 2.5 Aspal Alam di Danau Trinidad

b. Aspal Batu (Rock Asphalt)

Aspal batu Kentucky dan Buton adalah aspal yang secara alamiah
terdeposit di daerah Kentucky, USA dan di pulau Buton, Indonesia.Aspal dari

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


50
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

deposit ini terbentuk dalam celah-celah batuan kapur dan batuan pasir. Aspal
yang terkandung dalam batuan ini berkisar antara 9 %- 40 % dari masa batu
tersebut dan memiliki tingkat penetrasi antara 0 - 40. Aspal alam yang ada di
Pulau Buton
Indonesia mempunyai kandungan aspal berkisar 10 % - 40%, sedangkan di
Kentucky kadar bitumenya jauh lebih rendah, yaitu rata-rata 9%.
Untuk pemakaiannya, deposit ini harus ditambang terlebih dahulu,
dicampur dengan minyak pelunak atau aspal keras dengan angka penetrasi yang
lebih tinggi agar didapat suatu campuran aspal yang memiliki angka penetrasi
sesuai dengan yang diinginkan. Pada saat ini di Indonesia, aspal buton telah
dikembangkan lebih lanjut, sehingga menghasilkan aspal batu dalam bentuk
butiran.

Gambar. 2.6 Bukit Asbuton di Daerah Lawele, Pulau Buton

2.3.2. Aspal Buatan


Aspal merupakan senyawa hidro karbon berwarna coklat gelap atau
hitam pekat yang dibentuk dari unsur-unsur asphathenes, resins, dan oils. Aspal
pada lapis perkerasan sebagai bahan ikat antara agregat untuk membentuk
suatu campuran yang kompak, sehingga akan memberikan kekuatan ikatan dari
masing-masing agregat (D.Kerbs and Walker,1971). Aspal juga berfungsi untuk
mengisi rongga antara butir agregat dan pori-pori permukaan dari agregat.
Aspal ini diperoleh dari hasil pengilangan minyak bumi, dimana sifat dan
karakteristik aspal sangat tergantung pada lokasi dan keadaan geologi setempat
dimana minyak mentah tersebut ditambang. Minyak mentah disuling dengan cara
destilasi, yaitu suatu proses dimana berbagai fraksi dipisahkan dari minyak

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


51
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

mentah tersebut. Proses destilasi ini disertai oleh kenaikan temperatur


pemanasan minyak mentah tersebut. Pada setiap temperatur tertentu dari proses
destilasi akan dihasilkan produk-produk berbasis minyak seperti yang
diilustrasikan pada Gambar 2.7

Gambar 2.7 Proses Produksi Aspal Minyak (Asphalt Institut, 1983)

Dari residu penyulingan tersebut diperoleh berbagai jenis aspal yaitu :


Aspal Keras (asphalt cement), Aspal Cair (cutback asphalt), dan Aspal Emulsi
(emulsified asphalt). Sedangkan tipikal hasil penyulingan untuk beberapa jenis
minyak mentah yang ditambang sesuai dengan lokasinya seperti yang
digambarkan pada Gambar 2.8
Sifat dan karekteristik dari masing-masing aspal buatan tersebut berbeda
dan untuk itu pemilihan penggunaan bahan aspal tersebut menentukan

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


52
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

penggunaan pada jenis perkerasan, metode penanganannya, volume lalu lintas


dan kondisi lingkungannya. Sebagai pedoman penggunaan bitumen untuk jenis
lapis perkerasan dapat ditunjukkan pada Tabel 2.6

Gambar 2.8 Tipikal Hasil Penyulingan untuk Beberapa Jenis Minyak Mentah

a. Aspal Keras

Pada proses destilasi fraksi ringan yang terkandung dalam minyak


bumi dipisahkan melalui destilasi sederhana hingga menyisakan suatu residu
yang dikenal dengan nama aspal keras. Dalam proses destilasi ini, aspal keras
baru dihasilkan melalui proses destilasi hampa pada temperatur tinggi yang
besarnya bervariasi tergantung pada sumber minyak mentah yang disuling atau
tingkat aspal keras yang akan dihasilkan. Umumnya proses destilasi ini
dilakukan pada
temperatur sekitar 480oC.
Selain melalui proses destilasi hampa, aspal keras juga dapat dihasilkan melalui
proses ekstraksi zat pelarut. Dalam proses ini fraksi minyak (bensin, solar dan
minyak tanah) yang terkandung dalam minyak mentah (crude oil) dikeluarkan
sehingga meninggalkan aspal sebagai residu. Terdapat beberapa macam aspal
keras tergantung dari kelasnya yaitu: aspal Pen 40, aspal Pen 60, dan aspal Pen
80. Umumnya yang ada dan digunakan di Indonesia adalah aspal Pen 60.
b. Aspal Minyak

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


53
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu destilasi minyak bumi.
Hasil penambangan minyak dari perut bumi dapat menghasilkan residu jenis
asphaltic base crude oil, banyak mengandung aspal, dan parafin base crude oil
yang mengandung banyak parafin, atau mixed base crude oil yang mengandung
campuran antara parafin dan aspal. Untuk bahan ikatan pada perkerasan jalan
umumnya digunakan aspal minyak jenis asphalticbase crude oil.
Klasifikasi dari aspal buatan, menurut bahan dasar aspal dibedakan menjadi
(Suprapto, 2004):
1). Dari bahan hewani (animal origin), yaitu diperoleh dari pengolahan crude oils.
Dari proses pengolahan crude oils akan diperoleh bahan bakar dan residu,
yang jika diproses lanjut akan diperoleh aspal/bitumen.
2). Dari bahan nabati (vegetable origin), yaitu diperoleh dari pengolahan batu
bara/coal, dalam hal ini akan diperoleh tar.
Menurut tingkat kekerasan, aspal minyak/ aspal murni/ petroleum asphalt,
diklasifikasikan menjadi :
1) Aspal keras dan atau aspal panas/dan atau Aspal cement (Asphalt Cement)
merupakan aspal yang digunakan dalam keadaan panas. Aspal keras
berbentuk padat dalam drum pada keadaan penyimpanan dalam temperatur
ruang (25-30C). aspal ini termasuk aspal buatan yang langsung diperoledari
penyaringan minyak dan merupakan aspal keras.
2) Berdasarkan tingkat kekerasan dan kekentalannya, maka aspal dibedakan
menjadi : AC 40-50,2) AC 60-70,3) AC 85-100,4) AC 120-150,5) AC 200300.
Angka-angka tersebut menunjukkan kekerasan bahan aspal, angka kecil
menunjukan bahan paling keras adalah AC 40-50 dan yang terlunak adalah
AC 200-300. Penentuan angka kekerasan ditandai ukuran berapa dalam
masuknya jarum penetrasi ke dalam benda uji contoh aspal. Aspal dengan
penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas atau lalu lintas dengan
LHR tinggi, sedangkan aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah
bercuaca dingin atau lalu lintas dengan LHR rendah. Di Indonesia pada
umumnya dipergunakan aspal dengan penetrasi 60-70 dan 80-100.

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


54
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

Tabel 2.6 Jenis-Jenis Aspal dan Penggunaannya

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


55
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

c. Aspal Cair (Cut Back Asphalt / Liquid asphalt)


Aspal cair bukan merupakan produksi langsung dari penyaringan minyak
(crude oil). Aspal cair diperoleh melalui campuran antara aspal keras dengan
bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi. Dengan demikian cut back
asphalt berbentuk cair dalam temperatur ruang. Berdasarkan bahan pencair
asphalt memiliki sifat mudah
Aspal cair dihasilkan dengan melarutkan aspal keras dengan bahan pelarut
berbasis minyak. Aspal ini dapat juga dihasilkan secara langsung dari proses
destilasi, dimana dalam proses ini fraksi minyak ringan yang terkandung dalam
minyak mentah tidak seluruhnya dikeluarkan. Kecepatan menguap dari minyak
yang digunakan sebagai pelarut atau minyak yang sengaja ditinggalkan dalam
residu pada proses destilasi akan menentukan jenis aspal cair yang dihasilkan.
Berdasarkan kecepatan menguap dari pelarutnya, aspal cair dapat dibedakan
dalam beberapa jenis, yaitu :
- Aspal cair cepat mantap (RC = rapid curing), yaitu aspal cair yang bahan
pelarutnya cepat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini
biasanya bensin.
- Aspal cair mantap sedang (MC = medium curing), yaitu aspal cair yang bahan
pelarutnya tidak begitu cepat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal
jenis ini biasanya minyak tanah. 36
- Aspal cair lambat mantap (SC = slow curing), yaitu aspal cair yang bahan
pelarutnya lambat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini
biasanya solar.
Tingkat kekentalan aspal cair sangat ditentukan oleh proporsi atau rasio
bahan pelarut yang digunakan terhadap aspal keras yang terkandung pada aspal
cair tersebut. Aspal cair jenis MC-800 memiliki nilai kekentalan yang lebih tinggi
dari MC-200. Aspal cair dapat digunakan baik sebagai bahan pengikat pada
campuran beraspal maupun sebagai lapis resap pengikat (prime coat) atau lapis
perekat (tack coat). Dalam penggunaannya, pemanasan mungkin diperlukan
untuk menurunkan tingkat kekentalan aspal ini.
2.3.3. Aspal Emulsi

Aspal emulsi dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal keras. Pada


proses ini, partikel-partikel aspal keras dipisahkan dan didispersikan dalam air

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


56
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

yang mengandung emulsifier (emulgator). Partikel aspal yang terdispersi ini


berukuran sangat kecil bahkan sebagian besar berukuran koloid.
Jenis emulsifier yang digunakan sangat mempengaruhi jenis dan
kecepatan pengikatan aspal emulsi yang dihasilkan. Berdasarkan muatan listrik
zat pengemulsi yang digunakan, aspal emulsi yang dihasilkan dapat dibedakan
menjadi :
- Aspal emulsi anionik, yaitu aspal emulsi yang berion negatif.
- Aspal emulsi kationik, yaitu aspal emulsi yang berion positif.
- Aspal emulsi non-ionik, yaitu aspal emulsi yang tidak berion (netral).
Sedangkan berdasarkan proporsi emulsifier yang digunakan, aspal emulsi
baik yang anionik maupun kationik dibedakan lagi dalam beberapa kelas. Huruf
RS, MS dan SS dalam tabel ini menyatakan kecepatan pemantapan (setting) aspal
emulsi tersebut, yaitu cepat mantap (RS = rapid setting), mantap sedang (MS =
medium setting) dan lambat mantap (SS = slow setting). Sedangkan huruf ‘C’
menyatakan bahwa aspal emulsi ini adalah jenis kationik atau bermuatan listrik
positif.
Huruf ‘h’ dan ‘s’ yang terdapat pada akhir simbol aspal emulsi menyatakan
bahwa aspal ini dibuat dengan menggunakan aspal keras yang lebih keras (h =
harder) atau yang lebih lunak (s = softer). Huruf HF yang dicantumkan pada awal
simbol aspal emulsi anionik menunjukkan bahwa aspal ini memiliki kemampuan
mengambang yang tinggi (HF = high float). Tingkat pengambangan ini dapat
diukur melalui uji pengambangan berdasarkan AASHTO T-50. Aspal emulsi
dengan kode ini dapat digunakan pada pekerjaan yang menuntut penggunaan film
aspal yang tebal dengan tidak menimbulkan resiko pengaliran kembali aspalnya
(drainage off).
Seperti halnya aspal cair, aspal emulsi dapat digunakan juga baik sebagai
bahan pengikat pada campuran beraspal maupun sebagai lapis resap pengikat
(prime coat) atau lapis perekat (tack coat) dan dalam penggunaannya tidak
diperlukan pemanasan untuk menurunkan tingkat kekentalan aspal ini.
2.4 Bahan Pengisi (Filler)
Filler yang artinya sebagai filler dapat dipergunakan debu, batu kapur, debu
dolomite, atau semen dan harus bebas dari setiap benda yang harus dibuang.
Filler mempunyai ukuran yang lolos 100 % lolos dari 0,60 mm dan tidak kurang
dari 75 % berat partikel yang lolos saringan 0,075 mm ( saringan basah ).

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


57
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

Perlu diperhatikan agar bahan tersebut tidak tercampur dengan kotoran


atau bahan lain yang dikehendaki dan bahan dalam keadaan kering ( kadar air
maksiumum 1 %).
Fungsi filler yaitu untuk mengisi rongga antar agregat halus dan kasar yang
dapat diperoleh dari hasil pemecahan batuan secara alami maupun buatan.
Macam bahan pengisi yang dapat digunakan ialah abu batu, kapur padam,
Portland cement (PC), debu dolomite, abu terbang, debu tanur tinggi pembuat
semen atau bahan mineral tidak plastis lainnya.
Bahan pengisi bertujuan untuk mening-katkan kekentalan bahan bitumen
dan untuk mengurangi sifat rentan terhadap temperatur. Keuntungan lain
denganadanyabahan pengisi adalah karena banyakterserap dalam bahan bitumen
maka akan menaikkan volumenya. Selain itu bahan pengisi (filler) dapat
mengurangivolume pori-pori atau rongga sehingga dapat meningkatkan
kepadatan dan dapat menurunkan permeabilitascampuran aspal.
a. Jenis-jenis filler
Jenis filler yang dipergunakan adalah abu batu, semen Portland, debu
dolomite dan kapur dan lain-lain.
b. Syarat-syarat filler
Adapun syarat-syarat filler sebagai berikut :
a. Bahan filler terdiri dari abu batu, semen Portland, abu terbang, debu dolomite,
kapur,dan lain-lain.
b. Harus kering dan bebas dari pengumpulan dan bila diuji dengan pengayakan
basah harus mengandung bahan yang lolos saringan No. 200 tidak kurang dari
70 % beratnya.
c. Penggunaan kapur sebagai bahan pengisi dapat memperbaiki daya tahan
campuran, membantu penyelimutan dari partikel agregat.
Macam - Macam Bahan Pengisi :
1. Loess
Loess adalah deposit material halus dan porous akibat angin. Butirannya lebih
kecil dari pasir tetapi lebih besar dari tanah. Karena butirannya bersudut dan
dapat dipadatkan maka loess mempunyai karakteristik tersendiri dimana loess
dapat digali vertikal.
Keuntungan utama:

BAHAN PERKERASAN JALAN N |


58
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
2
Universitas Muslim Indonesia

a karena tinggi kerah rock kemurnian tinggi, rendah kandungan unsur-unsur


berbahaya, hal ini tidak hanya proses yang sederhana dan produk memiliki
putih tinggi, rata-rata kecerahan bisa mencapai 93%, tertinggi kecerahan dapat
mencapai 97% untuk kertas dapat meningkatkan putih dilapisi kertas Untuk
mengganti bagian dari titanium dioksida, dapat mengurangi biaya.
b viskositas konsentrasi tinggi, hingga 74% dispersi yang baik, dan alami dan
perekat sintetis dan aditif lainnya dalam formula memiliki kompatibilitas yang
baik, dapat membuat lapisan memiliki sifat reologi, sangat cocok untuk mesin
coating coating mesin untuk konten padat tinggi.
c memakai nilai rendah, bahan dipanaskan secara merata, tidak akan ada lokal
overheating tes memakai nilai hanya 3.6 mg/2000 kali.

Gambar 2.9 Loes Ultrafine Bubuk Tanah Liat Kuning 3000 mesh
2. Debu Berbutir
Debu berbutir adalah debu dari batuan (misalnya dari batu marmer), Portland
cement, atau debu buatan atau alami lainnya. Umumnya 80 sampai 100% lolos
No.200. Debu berbutir ditambahkan ke dalam campuran aspal untuk mengisi
rongga dalam campuran dan meningkatkan stabilitas campuran. Kapur tohor
termasuk jenis debu berbutir, namun pemakaian filler jenis ini harus dibatasi
malsimum 1% karena efek ekspansifnya. Pemakaian debu marmer lebih aman
karen atidak ekspansif.
3. Abu Terbang (Flyash)
Filler buatan yang diperoleh dari pembakaran batu bara. Umumnya 80% lolos
No.200. Semula material dianggap limbah yang sangat mengganggu industri
pembangkit tenaga listrik dan jumlahnya memakan tempat yang cukup besar.
Belakangan material ini dapat digunakan sebagai filler added untuk campuran
aspal.

BAHAN PERKERASAN JALAN N |

Anda mungkin juga menyukai