Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PERANCANGAN PABRIK KIMIA 2

PERANCANGAN BLOK DIAGRAM DAN PROCESS FLOW DIAGRAM PADA


PEMBUATAN KARBON DISULFIDA DENGAN METODE
HYDROCARBON-SULFUR PROCESS

Disusun Oleh :

Kautsar Shiddiqin 2019710450250


Syaiful Bahri 2019710450262

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS JAYABAYA
JAKARTA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis sampaikan atas kehadirat Allah SWT
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
Perancangan Pabrik Kimia 2 yang berjudul “Perancangan Blok Diagram dan
Process Flow Diagram pada Pembuatan Karbon disulfida dengan metode
hydrocarbon sulfur process”
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perancangan Pabrik Kimia 2. Selain itu juga untuk menambah wawasan mengenai
Blok Diagram dan Process Flow Diagram serta aplikasinya pada pembuatan karbon
disulfida bagi pembaca maupun penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu pembuatan makalah ini. Terutama kepada Ibu Donna Imelda S.T., M.Si.,
Selaku Dosen Mata kuliah Perancangan Pabrik Kimia 2 yang telah memberikan
bantuan dalam proses penyusunan makalah ini sehingga dapat terealisasikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun, sehingga menjadikan penulisan ini lebih baik.

Jakarta, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Tujuan ........................................................................................................... 2

BAB II TEORI ........................................................................................................ 3

2.1 Block Flow Diagram (BFD).......................................................................... 3

2.1.1 Block Flow Process Diagram ................................................................. 4

2.1.2 Block Flow Plant Diagram ..................................................................... 4

2.2 Process Flow Diagram (PFD) ....................................................................... 5

2.2.1 Qualitative Flow Diagram ...................................................................... 9

2.2.2 Quanitative Flow Diagram ................................................................... 10

2.2.3 Combination Flow Diagram ................................................................. 10

2.3 Pembuatan Karbon Disulfuda (CS2) ........................................................... 11

BAB III STUDI KASUS ....................................................................................... 13

3.1 Block Flow Diagram Perancangan Pabrik Pembuatan Karbon Disulfida


dengan Metode Hydrocarbon Sulfur Process .................................................... 13

3.1 Process Flow Diagram Perancangan Pabrik Pembuatan Karbon Disulfida


dengan Metode Hydrocarbon Sulfur Process .................................................... 14

3.3 Pembuatan Karbon Disulfida (CS2) ............................................................ 15

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 17

4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Block Flow Process Diagram ................................................................. 4


Gambar 2 Block Flow Plant Diagram ..................................................................... 5
Gambar 3 Contoh Gambar Flowsheet ..................................................................... 7
Gambar 4 Flowsheet pada Produksi Polimer .......................................................... 8
Gambar 5 Qualitative flow diagram ........................................................................ 9
Gambar 6 Quantitative flow diagram ................................................................... 10
Gambar 7 Combination flow diagram .................................................................. 11
Gambar 8 Diagram Blok Pembuatan Karbon Disulfida ....................................... 13
Gambar 9 Process Flow Diagram Pembuatan Karbon Disulfida .......................... 14

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembuatan suatu produk dalam industri kimia dapat melalui rangkaian


proses yang cukup panjang. Guna memahami rangkaian tersebut, diperlukan suatu
alat atau instrument yang dapat menggambarkan proses secara keseluruhan.
Process Flow Diagram (PFD) dan Block Flow Diagram (BFD) merupakan aspek
kritis dan instrument dalam perancangan suatu pabrik yang memproduksi material
(terutama pabrik yang berbasis chemical industry). Seorang teknik kimia harus
memahami proses awal sampai proses akhir dari suatu pabrik kimia. BFD dan PFD
dapat menunjukan urutan peralatan, proses, dan unit operasi yang terlibat dalam
keseluruhan proses sehingga dapat menyederhanakan visualisasi prosedur
pembuatan dan jumlah (baik bahan dan energi) yang ditransfer (Peters et al 2003).
Sehingga BFD dan PFD ini diperlukan sebagai awal untuk menentukan bahan dan
peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan suatu produk. Penggunaan BFD dan
PFD dapat diterapkan pada pembuatan pabrik karbon disulfida.
Karbon disulfida (CS2) dalam dunia industri banyak digunakan sebagai
bahan baku industri pembuatan rayon, pelarut, dan bahan baku pembuatan
fungisida. Indonesia saat ini masih mengimpor CS2 untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri. Sehingga dengan didirikannya pabrik CS2, dapat mengurangi atau
bahkan menghilangkan aktivitas impor CS2. Selain itu juga, pendirian pabrik ini
dapat memacu pertumbuhan industri-industri baru yang menggunakan bahan baku
CS2 yang dapat menciptakan lapangan kerja baru, dan mengurangi jumlah
pengangguran. Seiring berjalannya waktu, hal tersebut akan meningkatkan
pendapatan negara dari sektor industri serta meningkatkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia lewat alih teknologi. Proses pembuatan karbon disulfida
dilakukan dengan metode hydrocarbon sulfur process yang menggunakan bahan
baku gas metana, belerang padat, dan penambahan silica gel sebagai katalis.
Adapun tahapan produksi karbon disulfida dapat dibagi beberapa unit proses yaitu
proses persiapan bahan baku, proses reaksi, dan proses pemurnian.

1
1.2 Tujuan

1. Memahami pengertian block diagram dan process flow diagram


2. Mengetahui jenis-jenis block diagram dan process flow diagram
3. Mempelajari serta dapat membuat block diagram dan process flow diagram
pada perancangan pabrik pembuatan CS2 dengan metode hydrocarbon
sulfur process.

2
BAB II TEORI

2.1 Block Flow Diagram (BFD)

Block flow Diagram (BFD) adalah gambar proses kimia yang digunakan
untuk menyederhanakan dan memahami struktur dasar suatu sistem. Block flow
diagram merupakan bentuk penggambaran/pemetaan chemical process yang paling
sederhana, dimana setiap blok pada BFD dapat menggambarkan peralatan atau
tahap lengkap dalam suatu proses secara lebih sederhana. Sehingga BFD ini
memungkinkan pembaca untuk mendapatkan gambaran keseluruhan tentang apa
yang dilakukan pabrik dan bagaimana semua proses berinteraksi (Towler dan
Sinnott, 2013).
Pembuatan BFD merupakan salah satu langkah awal dalam
mengembangkan proses kimia, serta berfungsi sebagai titik awal untuk membuat
diagram alir proses lengkap (PFD). Block flow diagram dapat digambarkan dalam
dua bentuk. Pertama BFD dapat digambarkan sebagai satu proses disebut dengan
block flow process diagram, kedua dapat digambarkan sebagai proses yang
kompleks dengan melibatkan proses kimia yang berbeda disebut dengan block flow
plant diagram (Sinnott, 2005). Berikut adalah format penataan untuk menggambar
block flow diagram.
1. Setiap operasi digambarkan dengan blok.
2. Garis aliran ditunjukan dengan tanda panah yang menunjukan arah aliran.
3. Aliran mengarah dari kiri ke kanan bila memungkinkan.
4. Aliran material yang ringan (seperti gas) mengarah ke atas, sedangkan yang
berat ( seperti padatan, dan cairan) mengarah ke awah.
5. Informasi khusus pada proses harus diberikan.
6. Jika ada arah aliran yang bersilangan, maka garis yang horizontal
digambarkan tidak terputus-putus sedangkan garis vertikal digambarkan
secara terputus-putus
7. Neraca masa dan energi harus di cantumkan.

3
2.1.1 Block Flow Process Diagram
Model ini akan berkonsentrasi pada sektor / area tertentu dari pabrik kimia.
Ini akan menjadi diagram alir terpisah yang merinci apa yang akan ada di dalam
salah satu blok di diagram tanaman. Diagram ini mungkin lebih atau kurang rumit
daripada diagram pabrik tetapi akan fokus hanya pada sub-bagian kecil dari
keseluruhan proses (Peters dan Timmerhaus, 2003). Sebagai contoh Block Flow
Process Diagram dapat digambarkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 1 Block Flow Process Diagram pada Produksi Benzena

Block Flow Diagram diatas menggambarkan proses produksi benzena


dengan jelas dan tidak terhambat dengan banyak detail proses yang terkait dengan
proses tersebut. Setiap blok pada diagram mewakili suatu fungsi proses yang
mungkin sebenarnya terdiri dari beberapa rangkaian peralatan (yang dapat di
gambarkan pada PFD).

2.1.2 Block Flow Plant Diagram


Model diagram alir ini digunakan untuk menjelaskan aliran material umum
di seluruh pabrik. Mereka akan digeneralisasikan ke sektor atau tahapan pabrik
tertentu. Dokumen-dokumen ini akan membantu mengarahkan pekerja ke produk
dan zona operasi penting dari fasilitas kimia (Peters dan Timmerhaus,2003).
Sebagai contoh Block Flow Plant Diagram diilustrasikan pada gambar dibawah ini.

4
Gambar 2 Block Flow Plant Diagram pada proses pengolahan batu bara untuk
bahan bakar alkohol yang lebih tinggi

Pada Block Flow Plant Diagram menggambarkan proses pembuatan bahan


bakar untuk pembangkit listrik dengan mengkonversi dari batu bara menjadi
alkohol yang nantinya dipakai sebagai bahan bakar. Block diagram diatas
merupakan proses yang sangat kompleks dimana terdapat sejumlah produk bahan
bakar alkohol yang diproduksi dari bahan baku batu bara, setiap blok pada diagram
mewakili proses kimia yang lengkap. Keuntungan pada diagram tersebut dapat
menggambarkan secara lebih lengkap apa yang pabrik tersebut lakukan dan
bagaimana semua proses yang berbeda interaksi dapat terjadi, namun, informasi
yang digambarkan pada diagram tersebut harus tetap ringkas untuk mempermudah
pembacaan dan tidak berantakan (Richard et al., 2012).

2.2 Process Flow Diagram (PFD)

PFD atau juga biasa disebut flowsheet merupakan dokumen yang penting
dalam proses perancangan, PFD menunjukan susunan peralatan yang dipilih dan
dibutuhkan untuk sebuah proses, seperti arah aliran, laju alir, komposisi, dan

5
kondisi operasi. PFD digunakan oleh seorang designer sebagai dasar desain
mereka. Ini termasuk perpipaan, instumentasi, desain peralatan, dan tata letak
pabik. PFD juga digunakan seorang operator untuk mempersiapkan operating
manuals, selama pabrik baru bermulai beroperasi dan selanjutnya, PFD dapat
menggambarkan sebagai dasar untuk perbandingan desain dengan kinerja operasi.
PFD digambar berdasarkan neraca material yang dibuat selama keseluruhan proses
dan di setiap unit operasi. Neraca energi juga dibuat untuk menentukan aliran
energy dan kebutuhan utilitas di setiap proses. Sebagian besar perhitugan PFD
dilakukan dengan menggunakan program simulasi proses komersial, program
simulasi proses berisikan model untuk sebagian besar unit operasi seperti model
sifat termodinamika dan sifat fisik. Semua program komersial menampilkan
beberapa tingkat kemampuan/kesanggupan custom modeling yang memungkinkan
seorang designer untuk menambahkan model untuk operasi diluar standar.
Informasi yang harus ditampilkan pada flowsheet tergantung pada desain
yang telah dirancang sedemikian rupa, oleh karena itu informasi yang harus
ditampilkan dibagi menjadi essential information dan optinal information, essential
information harus selalu ditmapilkan pada flowsheet yang telah dibuat, sedangkan
optinal information akan menambah informasi tetapi informasi tersebut tidak selalu
harus disertakan. Berikut informasi essential information dan optinal information
yang biasa ditampilkan pada flowsheet.
1. Essention information
1.1.Komposisi aliran seperti flow rate dari setiap kompoenen atau biasanya
komposisi aliran di tampilkan sebagai fraksi berat
1.2.Total stream flow rate (kg/h)
1.3.Stream temperature biasanya ditampilkan dengan satuan derajat celcius
(oC)
1.4.Besar tekanan yang dipakai saat beroperasi (sesuai dengan proses yang
dipakai saat beroperasi)
1.5.Stream enthalpy (kJ/h)
2. Optional information
2.1.Komposisi presentase molar atau molar flow rates

6
2.2.Sifat fisik dari material (aliran), seperti densitas (kg/m3), viskositas (mN
s/m2)
2.3.Nama aliran seacara singkat seperti “KOLOM ASETON BAGIAN
BAWAH”
(Towler & Sinnott, 2008).

Berikut merupakan contoh gambar dari flowsheet berikut informasi yang


ditampilkan pada flowsheet.

Gambar 3 Contoh gambar flowsheet

PFD/flowsheet merupakan dokumen definitif tentang proses dari operasi yang


telah ditentukan, presentasi harus jelas, lengkap dan akurat. Beberapa komponen
yang ada pada penyajian PFD yaitu sebagai berikut :

a. Representasi gambar
Pada penggambaran PFD yang terperinci untuk desain dan operasi, peralatan
biasanya digambar dengan bentuk tertentu. Untuk dokumen tender, gambar skala
aktual terkadang diperlukan, tetapi lebih sering digunakan gambar yang telah
disederhanakan. Ada beberapa standar internasional yang mengatur terkait
penggambaran simbol dalam membuat PFD, tetapi kebanyakan perusahaan

7
menggambar simbol dengan standar mereka sendiri. ISO 10628 merupakan standar
internasional untuk penggambaran simbol pada PFD.

b. Penyajian stream flow rates


Data laju alir untuk setiap komponen, total laju alir aliran, dan presentasi
komponen dapat ditampilkan pada flowsheet dengan berbagai cara. Untuk proses
yang sederhana dengan menggunakan sedikit peralatan, data tersebut dapat di
tampilkan dalam blok disamping jalur aliran proses seperti pada gambar 4.

Gambar 4 Flowsheet pada produksi polimer

Namun, metode yang lebih baik untuk penyajian data laju alir pada flowsheet
dapat ditujukan seperti pada gambar 3. Dalam metode tersebut (seperti pada
gambar 3) setiap garis aliran di beri nomer dan datanya di tabulasikan di bagian
bawah dari gambar sehingga informasi dari gambar flowsheet dapat dibaca dan
dipahami dengan lebih mudah.

c. Precision data
Aliran total dan aliran masing-masing komponen biasanya tidak perlu
ditampilkan dengan presisi yang sangat tinggi atau sangat dekat (nilainya sama),
biasanya hanya dituliskan dengan tiga atau empat angka penting saja, hal tersebut
sudah cukup, tetapi bagaimanapun aliran harus tetap seimbang. Jika aliran atau laju

8
alir komponen terlalu kecil maka presisi akan lebih kecil dibandingkan dengan laju
alir yang lebih besar.

d. Dasar perhitungan PFD


Untuk pembuatan flowsheet biasanya ditampilkan dasar perhitungannya yang
digunakan pada flowsheet tersebut, hal tersebut termasuk operating hours per year,
reaksi dan yields yang terbentuk dan keterangan temperatur yang dipakai saat
perhitungan neraca energi/neraca panas, dan bila perlu ditampilkan angka asumsi-
asumsi yang dipakai pada perhitungan sehingga dapat membantu untuk dimengerti.
Bila data atau sejumlah informasi yang perlu disajikan terlalu banyak, maka data
tersebut dapat diringkas atau dicantumkan pada dokumen yang terpisah yang
merujuk pada flowsheet tersebut (Towler & Sinnott, 2008).
Seorang chemical engineer menggunakan flow diagram untuk melihat
rangkaian peralatan dan unit operasi untuk keseluruhan proses, untuk
memperingkas visualisasi prosedur pembuatan suatu produk, dan untuk
mengindikasikan seberapa banyak material dan energy transfer. Diagram tersebut
dibagi menjadi antara lain qualitative flow diagram, quantitative flow diagram, dan
combined flow diabram.

2.2.1 Qualitative Flow Diagram


Qualitative flow diagram menunjukan aliran material, unit operasi yang
terlibat, peralatan yang dibutuhkan dan informasi dari kondisi operasi seperti
temperatur dan tekanan. Qualitative flow diagram ditunjukan pada gambar 5.

Gambar 5 . Qualitative flow diagram pada manufaktur sodium dodecylbenzene


sulfonate
9
2.2.2 Quanitative Flow Diagram
Quantitative flow diagram menunjukan seberapa banyak kuantitas material
yang dibutuhkan untuk proses operasi. Gambar 6 menunjukan contoh dari
qualitative flow diagram. (Baasel, 1974)

Gambar 6 Quantitative flow diagram pada pembuatan asam nitrat dengan proses

2.2.3 Combination Flow Diagram


Combination flow diagram dibuat saat setelah menetapkan informasi
jumlah aliran dan spesifikasi peralatan. Combination flow diagram menunjukan
arah alir kualiatif dan berfungsi sebagai acuan untuk memberikan spesifikasi
peralatan, dan perhitungan sampel. Pada Combination flow diagram informasi
kualitatif dan kuantitatif digabung menjadi satu diagram alir. Gambar tersebut tidak
hilang keefektifannya dengan menyajikan banyak informasi dari gambar, namun
data tersebut, namun data yang diperluka sudah tersedia dengan merujuk ke tabel
yang telah ditampilkan.
Setiap bagian peralatan pada gambar diberi kode tertentu yang telah
ditentukan. Untuk setiap bagian peralatan, tabel yang menyertai gambar
memberikan informasi penting seperti jumlah bahan kimia yang terlibat, dan lain
lain.

10
Gambar 7 Combination flow diagram

2.3 Pembuatan Karbon Disulfuda (CS2)

Karbon disulfida disebut juga ditiokarbonat anhidrida adalah cairan tak


berwarna dengan rumus CS2. Senyawa ini memiliki bau seperti kloroform.
Sejumlah kecil karbon disulfide ditemukan pada gas letusan gunung berapi.
Dulunya CS2 diproduksi dengan mereaksikan karbon (seperti arang) dengan sulfur
pada temperature yang sangat tinggi. Namun, sekarang CS2 dapat dihasilkan
dengan temperature lebih rendah yaitu 600°C mengunakan katalis silica gel
Proses pembuatan karbon disulfida dapat dilakukan dengan metode
Hydrocarbon-Sulfur Process. Pada proses ini , metana bereaksi dengan sulfur tanpa
reaksi samping.

Reaksi berlangsung pada suhu 400oC - 700oC dengan kesetimbangan lebih


dari 99,9%. Sekitar 5-10% sulfur berlebih biasanya dijaga pada campuran reaksi
untuk meningkatkan konversi metana dan meminimalisasi terbentuknya hasil
samping. Karbon disulfida juga dibentuk melalui reaksi diatas dengan 80%

11
kesetimbangan terjadi pada suhu 700oC. Penelitian lebih luas telah dilakukan
dengan mengunakan katalis yang dapat mempercepat reaksi metana dengan sulfur
menjadi karbon disulfida. Katalis yang digunakan antara lain silica gel, alumina,
magnesia, charcoal, berbagai macam komponen logam, garam logam, oksida atau
sulfida. Reaksi terjadi pada suhu 500oC - 700 oC dengan tekanan 250-500 Kpa pada
adiabacic reactor menggunakan silica gel menghasilkan konversi sebesar 90%.
Karena prosesnya katalitik, kecepatan reaksi dan konversinya sangat tinggi yaitu
90% sehingga proses ini dapat digunakan untuk kapasitas yang lebih besar (Krik &
Othmer, 1998).

12
BAB III STUDI KASUS

Karbon disulfida (CS2) adalah bahan kimia yang biasa digunakan di industri
tekstil untuk meregenerasi serat selulosa dalam pembuatan rayon, sebagai pelarut,
dan sebagai fungisida. Perancangan pabrik karbon disulfida dengan metode
hydrocarbon sulfur process kapasitas 18000 ton/tahun dengan bahan baku yang
diumpankan metana sebesar 515.6832 kg/jam dan belerang sebesar 4125.4645
kg/jam, karbon disulfida dihasilkan dari reaksi antara metana (CH4) dan belerang
(S2) dengan penambahan katalis silica gel (SiO2) dalam multibed catalytic
interstage cooling reactor pada kondisi non-adiabatik dengan suhu ± 550oC –
700oC. Proses awal sampai akhir pembuatan karbon disulfida dengan metode
hydrocarbon sulfur process pada perancangan pabrik karbon disulfida digambarkan
pada Block Flow Diagram (BFD) dan Process Flow Diagram (PFD) berikut.

3.1 Block Flow Diagram Perancangan Pabrik Pembuatan Karbon Disulfida


dengan Metode Hydrocarbon Sulfur Process

Gambar 8 Diagram Blok Pembuatan Karbon Disulfida dengan Metode Hydrocarbon Sulfur
Process

13
Campuran gas CH4 dan S2 pada suhu 520oC dan tekanan 5 atm diumpankan
kedalam reaktor (F1), produk output reaktor (F9) terdiri dari CS2, hidrogen sulfida
(H2S), CH4, dan S2, konversi CS2 yang dihasilkan sebesar 90%. Output dari reaktor
(F10) diumpankan ke flash drum 1, hasil bawah flash drum 1 (F13) berupa S2 yang
akan di recycle dan digunakan sebagai bahan baku kembali sedangkan CH4, H2S,
dan CS2 sebagai produk atas dari flash drum 1 (F11) dialirkan ke flash drum 2 untuk
memisahkan CS2 dari H2S dan CH4. CS2 diperoleh yang merupakan produk utama
dikeluarkan sebagai hasil bawah dari flash drum 2 (F15), sedangkan produk atas
yang dihasilkan dari flash drum 2 (F16) diumpankan ke absorber untuk memisahkan
(CH4) dan (H2S) dengan menggunakan dietilamina (DEA). Hasil atas absorber
(F19) merupakan CH4 akan direcycle kembali dan digunakan sebagai bahan baku
bersama dengan S2 (F19), sedangkan hasil bawah (F22) meruapakan H2S dan yang
terserap oleh DEA. Output H2S yang dihasilkan dari absorber dialirkan ke stripper
untuk di regenerasi dan dimanfaatkan sebagai hasil samping.

3.2 Process Flow Diagram Perancangan Pabrik Pembuatan Karbon Disulfida


dengan Metode Hydrocarbon Sulfur Process

Gambar 9 Process Flow Diagram (PFD) Pembuatan Karbon Disulfida dengan Metode

14
3.3 Pembuatan Karbon Disulfida (CS2)

Proses pembuatan karbon disulfida menggunakan dengan menggunakan


metode hydrocarbon sulfur process dengan bahan baku gas metana, belerang padat,
dan penambahan silica gel sebagai katalis. Adapun tahapan produksi karbon
disulfida dapat dibagi beberapa unit proses yaitu proses persiapan bahan baku,
proses reaksi, dan proses pemurnian.

Proses Persiapan Bahan Baku


a. Belerang
Belerang padat digunakan sebagai bahan baku pembuatan karbon disulfida
yang telah tersimpan pada tangki peyimpanan (T-02) lalu dialirkan ke melter (M-
01) pada suhu 120oC dengan bantuan konveyor (K-01) sehingga belerang padat
diubah fasa-nya dari padat menjadi cair. Belerang cair dengan bantuan pompa 1
(P-01) dialirkan menuju vaporizer (V-01) dengan kondisi suhu 576oC pada tekanan
5 atm untuk diubah fasanya menjadi gas lalu di alirkan menuju mixing point untuk
dicampur dengan gas metana.
b. Metana
Metana disimpan dalam bentuk gas pada tangki penyimpanan (T-01) dengan
suhu 25oC dan dengan bantuan kompresor (C-01) gas metana dialirkan menuju
furnance (F-01) untuk dipanaskan hingga suhu ±550oC, kemudian gas metana
dialirkan ke mixing point (M-01) dan bercampur dengan gas belerang.

Proses Reaksi
Bahan baku belerang dan metana yang telah bercampur pada Mixing Point
diumpankan ke reaktor multibed catalytic interstage cooling (R-01) pada suhu
550oC-770oC, tekanan 5 atm, dan menggunakan katalis silica gel. Konversi karbon
disulfida yang dihasilkan sebesar 90%. Reaksi pembentukan karbon disulfida
dalam reaktor berjalan eksotermis dan non-adiabatik, untuk menjaga suhu reaktor
agar masih ada dalam batas yang ditentukan maka reaktor dilengkapi dengan cooler
(C-01) dengan media pendingin berupa air, kemudian output dari reaktor akan

15
masuk ke proses pemurnian untuk memisahkan produk utana (karbon disulfida)
yang terbentuk dari campuran gas tersebut.

Proses Pemurnian
Setelah metana dan belerang telah bereaksi di dalam reaktor (R-01), output
dari reaktor (R-01) terdiri dari campuran gas metana, belerang, karbon disulfida,
dan hidrogen disulfida. Campuran gas tersebut kemudian diumpankan ke flash
drum 1 (FD-01) untuk diturunkan tekanannya menjadi 3 atm sehingga belerang
dapat dipisahkan dari campuran gas. Produk bawah flash drum 1 berupa belerang
cair yang akan di recycle kembali, dengan bantuan pompa 2 (P-02) belerang
dialirkan menuju mixing point untuk diolah kembali, sedangkan produk atas flash
drum 1 (FD-01) yaitu gas metana, karbon disulfida, dan hidrogen sulfida akan
diturunkan suhunya terlebih dahulu dengan cooler 2 (C-02), kemudian campuran
gas tersebut dialirkan ke flash drum 2 (FD-02) untuk diturunkan tekanannya
menjadi 2 atm sehingga karbon disulfida dapat terpisah dari campuran gas. Produk
bawah flash drum 2 berupa karbon disulfida cair yang merupakan produk utama
langsung dialirkan ke tanki penyimpanan karbon disulfida (T-03). Sedangkan
produk atas dari flash drum 2 merupakan campuran gas metana dan hidrogen
sulfida diumpankan ke absorber (AB-01) untuk memisahkan gas metana dengan
gas hidogen sulfida. Pemisahan didalam absorber menggunakan dietilamina
(DEA) sehingga hidogen sulfida akan terserap oleh dietilamina dan dikeluarkan
sebagai produk bawah dari absorber, sedangkan gas metana akan dikeluarkan
sebagai produk atas dari absorber yang akan dialirkan kembali menuju mixing point
dengan bantuan kompresor 2 untuk diolah kembali menjadi produk karbon
disulfida. Produk bawah dari absorber yang merupakan hidrogen sulfida akan
dialirkan menuju stripper (S-01) untuk diregenerasi kembali, Produk hidrogen
sulfida disimpan ke dalam tangki hidrogen sulfida (T-04), kemudian hidrogen
sulfida yang merupakan hasil samping dari reaksi pembentukan karbon disulfida
akan dimanfaatkan sebagai hasil samping.

16
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. BFD merupakan gambaran umum yang ditunjukan oleh gabungan beberapa


kotak dengan aliran input yang menjelaskan proses keseluruhan sedangkan
PFD merupakan penjelasan lanjutan dari BFD yang lebih detail mencakup
penggunaan alat-alat yang sudah disediakan berdasarkan prosesnya.
2. BFD dapat dibagi menjadi Block Flow Process dan Block Flow Plant
sedangkan PFD dapat dibagi menjadi Qualitative, Quantitative dan
Combination Flow Diagram.
3. Proses pembuatan Carbon Disulfide pada rancangan pabrik ini
menggunakan proses hydrocarbon sulfur yang dapat digambarkan secara
lengkap menggunakan Block Flow dan Process Flow Diagram

17
DAFTAR PUSTAKA

Baasel, W. D., 1974., “Preliminary Chemical Engineering Plant Design”, Elsevier,


Oxford
Kirk, R.E., and Othmer, D.F., 1998, “Encyclopedia of Chemical Technology”, 4th
ed., John Willey and Sons, Singapore
Peters, Max D., Klaus D. Timmerhaus., Ronald E. West., 2003, “Plant Design And
Economics For Chemical Engineers”, 5th ed, Mc. Graw Hill Book
Company, New York USA
Sinnott, R.K., 2005, “Chemical Engineering Design Volume 6”, 4th ed., Elsevier
Butterworth-Heniemann, Oxford
Towler, G., and Sinnott, R., 2008, “Chemical Engineering Design, Principles,
Practice and Economics of Plant and Process Design”, Elsevier
Butterworth Heinemann, Oxford
Turton, R., Richard C. Bailie., Wallace B. Whitting., Josephn A. Shaeiwitz.,
Daebangsu B., 2012, “Analysis, Synthesis and Design of Chemical
Processes”, 4th ed., Pearson Education inc., USA

18

Anda mungkin juga menyukai