Anda di halaman 1dari 11

TUGAS RESUME

Disusun Oleh:
Dimas Pratomo
B3119018

Universitas Sebelas Maret


2019/2020
Kalimat dan Paragraf dalam Bahasa Indonesia
1. Pengertian Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik
turun, dan keraslembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan
berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda
Tanya (?), dan tanda seru (!). Jika dilihat dari hal predikat, kalimat-kalimat dalam bahasa
Indonesia ada 2 macam, yaitu :
a. Kalimat-kalimat yang berpredikat kata kerja dan
b. Kalimat-kalimat yang berpredikat bukan kata kerja

 Contoh dari kata kerja dalam sebuah kalimat yang memiliki predikat :
Tugas itu dikerjakan oleh para mahasiswa.
Kata kerja dalam kalimat ini ialah dikerjakan. Kata dikerjakan adalah predikat dalam kalimat ini.
 Contoh dari bukan kata kerja dalam sebuah kalimat yang memilik predikat :
Dalam ruangan itu memerlukan tiga buah kursi.
Singkatan yang digunakan dalam buku ini adalah sebagai berikut.
S = subjek
P = predikat
O = objek
K = keterangan
Pel. = pelengkap
KB = kata benda (nomina)
KK = kata kerja (verba)
KS = kata sifat (adjektiva)
K Bil. = kata bilangan (numeralia)
FD = frasa depan (frasa preposisi)
KD = kata depan (preposisi)

 Contoh beberapa kalimat yang berobjek dan yang tidak berobjek


Ia memperkaya khazanah musik Indonesia.
S P O
Pertemuan ini mengimbau segenap lembaga pendidikan.
S P O
Masalah pangan ditangani oleh pemerintah.
S P K
Obor persahabatan menyala terus sepanjang jalan.
S P K

2. Pola Kalimat Dasar


1) KB + KK : Mahasiswa berdiskusi
2) KB + KS : Dosen itu ramah
3) KB + KBil : Harga buku itu tiga puluh ribu rupiah
4) KB1 + KK + KB2 : Mereka menonton film
5) KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan
6) KB1 + KB2 : Rustam Peneliti

3. Jenis Kalimat menurut Struktur Gramatikalnya

Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan
kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara
(subordinatif), ataupun campuran (koordinatif-subordinatif).
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya,
kalau dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam
bahasa Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang
sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan
satu predikat.

Pemerluas kalimat itu antara lain terdiri atas:


1) Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Yogyakarta,
dalam republik itu, dan sekeliling kota.
2) Keterangan waktu, seperti setiap hari, pada pukul 19.00, tahun depan, kemarin
sore, dan minggu kedua bulan ini.
3) Keterangan alat seperti dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan
sendok dan garpu, dengan wesel pos, dan dengan cek.
4) Keterangan modalitas, seperti harus, barangkali, seyogyanya, sesungguhnya, dan
sepatutnya
5) Keterangan cara seperti dengan hati-hati, seenaknya saja, selekas mungkin, dan
dengan tergesa-gesa.
6) Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
7) Keterangan tujuan, seperti agar bahagia, supaya tertib, untuk anakya, dan bagi
kita.
8) Keterangan sebab seperti karena tekun, sebab berkuasa, dan lantaran panik.
9) Frasa yang, seperti mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, para atlet yang sudah
menyelesaikan latihan, dan pemimpin memperhatikn rakyatnya.
10) Keterangan aposisi, yaitu keterangan yang sifatnya saling menggantikan, seperti
penerima Kalpataru, Abdul Rozak, atau Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso.

b. Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat
majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut:

1) Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika
kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat
majemuk setara penjumlahan. Contoh:
Kami membaca.
Mereka menulis.
Kami membaca dan mereka menulis.

Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua
kalimat tunggal. Contoh:

Direktur tenang.
Karyawan duduk teratur.
Para nasabah antre.
Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.

2) Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh
kata tetapi, sedangkan, dan melainkan jika kalimat itu menunjukkan
pertentangan, disebut kalimat majemuk setara pertentangan. Contoh:

a. Amerika dan Jepang tergolong negara maju.


Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
Amerika dan Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia dan Brunei
Darussalam tergolong negara berkembang.
b. Puspiptek terletak di Serpong, sedangkan Industri Pesawat Terbang Nusantara
terletak di Bandung.

3) Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian
jika kejadian yang dikemukakan berurutan dan hasilnya disebut kalimat majemuk
setara perurutan. Contoh:

Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja.


Disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat dewasa.
Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, lalu disebutkan
nama-nama juara MTQ tingkat dewasa.

4) Dapat pula dua kalimat tunggal itu dihubungkan oleh kata atau jika kalimat itu
menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
Contoh:

Para pemilik televisi membayar iuran di kantor pos terdekat, atau para petugas
menagihnya ke rumah pemilik televisi langsung.

c. Kalimat Majemuk Setara Rapatan

Dalam kalimat majemuk setara, ada yang berbentuk yaitu suatu bentuk
yang merapatkan dua atau lebih kalimat tunggal. Yang dirapatkan ialah unsur
subjek atau unsur objek yang sama. Dalam hal seperti ini, unsur yang sama cukup
disebutkan satu kali. Contoh kalimat majemuk setara rapatan sebagai berikut:

1) - Kami berlatih.
- Kami bertanding.
- Kami berhasil menang.
- Kami berlatih, bertanding, dan berhasil menang.
2) - Menteri agama tidak membuka seminar tentang zakat.
- Menteri agama menutup seminar tentang zakat.
- Menteri agama tidak membuka, melainkan menutup seminar tentang zakat.

d. Kalimat Majemuk tidak Setara

Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas
dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat ini
menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda diantara unsur gagasan
yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat, sedangkan
pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan
sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat.
Contoh:

1) a. Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal)


b. Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer. (tunggal)
c. Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, mereka masih
dapat mengacaukan data-data komputer itu.

2) a. Para pemain sudah lelah.


b. Para pemain boleh beristirahat.
c. Karena para pemain sudah lelah, boleh beristirahat.
d. Karena sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.

e. Kalimat Majemuk Tak Setara yang Berunsur Sama/Rapatan

Kalimat majemuk tak setara dapat dirapatkan andaikata unsur-unsur subjeknya


sama. Contoh:
Kami sudah lelah.
Kami ingin pulang.
Karena sudah lelah, kami ingin pulang.

Pada anak kalimat terdapat kata kami sebagai subjek anak kalimat, dan pada
induk kalimat terdapat pula kata kami sebagai subjek induk kalimat. Dalam hal
seperti ini, subjek itu ditekankan pada induk kalimat sehingga subjek pada anak
kalimat boleh dihilangkan, dan bukan sebaliknya. Perhatikan kalimat ini:

Karena kami sudah lelah, kami ingin pulang.


Perbaikannya:
Karena kami sudah lelah, ingin pulang.

f. Penghilangan Kata Penghubung


Ada beberapa kalimat majemuk tak setara rapatan yang mencoba
mengadakan
penghematan dengan menghilangkan penanda anak kalimat sehingga kalimat itu
menjadi salah. Contoh:
Membaca surat itu, saya sangat terkejut.
Anak kalimat:
Membaca surat itu
Induk kalimat:
Saya sangat terkejut

g. Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk tak setara (bertingkat) dan
kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk tak setara (bertingkat). Misalnya:
1) Karena hari sudah malam, kami berhenti, dan langsung pulang.
2) Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.

4. Jenis Kalimat Menurut Bentuk Retorikanya


Tulisan akan lebih efektif jika disamping kalimat-kalimat yang disusunnya benar,
juga gaya penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian pembacanya. Walaupun kalimat-
kalimat yang disusunnya sudah gramatikal, sesuai dengan kaidah, belum tentu tulisan ini
memuaskan pembacanya jika segi retorikanya tidak memikat. Kalimat akan
membosankan pembacanya jika selalu disusun dengan konstruksi yang monoton atau
tidak bervariasi. Misalnya, konstruksi kalimat itu selalu subjek-predikat-objek-
keterangan, atau selalu konstruksi induk kalimat – anak kalimat.

5. Jenis Kalimat Menurut Fungsinya


Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan,
kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jenis kalimat itu dapat
disajikan dalam bentuk positif dan negative. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas
menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan,
perbedaan dijelaskan oleh bermacam-macam tanda baca.

6. Kalimat Efektif
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan
kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada
dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan
informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin. Sebuah kalimat kalimat
efektif mempunyai ciri-ciri khas, yang kesepadanan struktur, keparalelan bentuk,
ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan
kelogisan bahasa.

Paragraf Dalam Bahasa Indonesia

1. Pendahuluan
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.
Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan
dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Sebuah paragraf minimal terdiri empat kalimat.
Bahkan, sering kita jumpai bahwa suatu paragraf berisi lebih dari lima kalimat. Walaupun
paragraf itu mengandung beberapa kalimat, tidak satupun dari kalimat-kalimat itu yang
memperkatakan soal lain. Seluruhnya memperbincangkan satu masalah atau sekurang-kurangnya
bertalian erat dengan masalah itu. Contoh sebuah paragraf:

Sampah selamanya selalu memusingkan. Berkali-kali masalahnya


diseminarkan dan berkali-kali pula jalan pemecahannya dirancang. Namun,
keterbatasan-keterbatasan yang kita miliki tetap menjadikan sampah sebagai
masalah yang pelik. Pada waktu seminar-seminar itu berlangsung, penimbunan
sampah masih terjadi. Hal ini sedikit banyaknya mempunyai kaitan dengan
masalah pencemaran air dan banjir. Selama pengumpulan, pengangkutan,
pembuangan akhir, dan pengolahan sampah itu belum dapat dilaksanakan dengan
baik, selama itu pula menjadi masalah.

Topik paragraf adalah pikiran utama di dalam satu paragraf. Semua pembicaraan dalam
paragraf itu terpusat pada pikiran utama ini. Pikiran utama itulah yang menjadi topik persoalan
atau pokok pembicaraan. Oleh sebab itu, ia kadang-kadang disebut juga gagasan pokok di dalam
sebuah paragraf. Dengan demikian, apa yang menjadi pokok pembicaraan dalam satu paragraf,
itulah topik paragraf.

2. Syarat-Syarat Paragraf

Paragraf yang baik harus memiliki dua ketentuan, yaitu :

a. Kesatuan Paragraf
b. Kepaduan Paragraf

3. Pengait Paragraf

Agar paragraf menjadi padu digunakan pengait paragraf, yaitu berupa


1) ungkapan penghubung transisi,
2) kata ganti
3) kata kunci (pengulangan kata yang
dipentingkan).

 Ungkapan pengait antarkalimat dapat berupa ungkapan penghubung/transisi, yaitu:

1. Hubungan tambahan : lebih lagi, selanjutnya, tambah pula, di samping


itu, berikutnya, demikian pula, begitu juga, di
samping itu, lagi pula.
2. Hubungan pertentangan : akan tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun
demikian, sebaliknya, meskipun begitu, lain
halnya.
3. Hubungan perbandingan : sama dengan itu, dalam hal demikian, sehubungan
dengan itu.
4. Hubungan akibat : oleh sebab itu, akibatnya, oleh karena itu, maka.
5. Hubungan tujuan : untuk itu, untuk maksud itu.
6. Hubungan singkatan : singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya,
dengan kata lain, sebagai simpulan.
7. Hubungan waktu : sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat
kemudian.
8. Hubungan tempat : berdekatan dengan itu.

 Ungkapan pengait paragraf dapat juga berupa kata ganti, yaitu:


a. Kata ganti orang
b. Kata ganti yang lain
c. Kata kunci

4. Pembagian Paragraf Menurut Jenisnya


Dalam satu karangan (komposisi) biasanya terdapat tiga macam paragraf jika dilihat
dari segi jenisnya, yaitu:

1) Paragraf Pembuka
Paragraf ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala
pembicaraan yang akan menyusul kemudian

2) Paragraf Pengembang
Paragraf pengembang ialah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan
paragraf yang terakhir sekali di dalam bab atau anak bab itu.

3) Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau pada
akhir suatu kesatuan yang lebih kecil di dalam karangan itu.

5. Tanda Paragraf

Sebuah paragraf dapat ditandai dengan memulai kalimat pertama sedikit menjorok ke
dalam, kira-kira lima ketukan mesin ketik atau kira-kira dua sentimeter. Dengan demikian,
para pembaca mudah melihat permulaan tiap paragraf sebab paragraph ditandai oleh kalimat
permulaannya yang ditulis tidak sejajar dengan garis margin atau garis pias kiri. Selain itu
dengan memberikan jarak agak renggang dari paragraph sebelumnya.
6. Rangka atau Struktur Sebuah Paragraf

Rangka atau struktur satu paragraf terdiri atas satu kalimat topik dan beberapa kalimat
penjelas. Dengan kata lain, apabila dalam satu paragraf terdapat lebih dari satu kalimat topik,
paragraf itu tidak termasuk paragraf yang baik. Kalimat-kalimat di dalam paragraf itu harus
saling mendukung, saling menunjang, kait berkait satu dengan yang lainnya.

7. Paragraf Deduktif dan Paragraf Induktif


a. Paragraf deduktif
Paragraf yang meletakkan kalimat topik pada awal paragraf

b. Paragraf Induktif
Paragraf yang meletakkan kalimat topik di akhir paragraf

8. Pengembangan Paragraf

Mengarang itu adalah usaha mengembangkan beberapa kalimat topik. Dengan demikian,
dalam karangan itu kita harus mengembangkan beberapa paragraf demi paragraf. Oleh
karena itu, kita harus hemat menempatkan kalimat topik. Satu paragraf hanya mengandung
sebuah kalimat topik.

9. Teknik Pengembangan Paragraf

Teknik pengembangan paragraf itu, dibagi beberapa yaitu di antaranya :


a. dengan memberikan contoh,
b. dengan menampilkan fakta-fakta,
c. dengan memberikan alasan-alasan, dan
d. dengan bercerita.

10. Pembagian Paragraf Menurut Teknik Pemaparan


Menurut teknik pemaparannya paragraf dapat dibagi dalam empat macam, yaitu:

a. Deskriptif
Paragraf deskriptif disebut juga paragraf melukiskan (lukisan). Paragraf ini
melukiskan apa yang terlihat di depan mata. Jadi, paragraf ini bersifat tata ruang atau tata
letak. Pembicaraannya dapat berurutan dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan.
Dengan kata lain, deskriptif berurusan dengan hal-hal kecil yang tertangkap oleh
pancaindera.

b. Ekspositoris
Paragraf ekspositoris disebut juga paragraf paparan. Paragraf ini menampilkan
suatu objek. Peninjauan tertuju pada satu unsur saja.Penyampaian dapat menggunakan
perkembangan analisis kronologis atau keruangan.

c. Argumentatif
Paragraf argumentatif sebenarnya dapat dimasukkan ke dalam ekspositoris.
Paragraf argumentatif disebut juga persuasi. Paragraf ini lebih bersifat membujuk atau
meyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek. Biasanya paragraf ini menggunakan
perkembangan analisis.

d. Naratif
Karangan narasi biasanya dihubungkan-hubungkan dengan cerita. Oleh sebab itu,
sebuah karangan narasi atau paragraf narasi hanya kita temukan dalam novel, cerpen,
atau hikayat.

Anda mungkin juga menyukai