Anda di halaman 1dari 11

Anti Korupsi

Mata Kuliah : Anti Korupsi

Topik : Prinsip – Prinsip Anti Korupsi Kontrol Kebijakan

Dosen : Nurlaili Ramli, S.SiT. MPH

Kelompok V

1. Erlinawati
2. Dewi
3. Darnigtyas nintasari
4. Yosri Yanti
5. Syarifah kasmarazmuaty
6. Nurlis
7. Haslinda

Referensi
Atmasasmita, Romli. Sekitar Masalah Korupsi Aspek Nasional dan Aspek

International, Mandar Maju, Bandung, 2004.

Djaja, Ermansjah. Memberantas Korupsi Bersama KPK (Komisi Pemberantasan

Korupsi); Kajian Yuridis UURI Nomor 30 Tahun 1999 juncto UURI Nomor

20 Tahun 2001 versi UURI Nomor 30 Tahun 2002 juncto UURI Nomor

46 Tahun 2009, Sinar Grafindo, Balikpapan, 2008.

Dyatmiko, Soemodiharjo. Mencegah dan Memberantas Korupsi, Mencermati

Dinamikanya di Indonesia, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2008.

BAPPENAS RI (2002), Public Good Governance: Sebuah Paparan Singkat,

Jakarta: Bappenas RI

Dubnick, Melvin (2005), Accountability and the Promise of Performance, Public

Performance and Management Review (PPMR), 28 (3), March 2005

Harmin (2011), Karakteristik Mahasiswa yang Bertanggung Jawab, artikel dari

harmin-newworld.blogspot.com.

Kurniawan (2010), Akuntabilitas Publik: Sejarah, Pengertian, Dimensi dan

Sejenisnya, Jakarta.

Pierre, Jon (2007), Handbook of Public Administration, London : SAGE

Publication Ltd.

Prasojo, Eko, Teguh Kurniawan, Defny Holidin (2007), Refomasi dan Inovasi

Birokrasi: Studi di Kabupaten Sragen, Jakarta: Departemen Ilmu

Administrasi FISIP UI dan YappikaCIDA.

Puslitbang BPKP (2001), Evaluasi Perkembangan Akuntansi Pemerintah Pusat dan

Daerah, Jakarta: BPKP

By: Kelompok V 1
Anti Korupsi

Pendahuluan

Latar Belakang

T
indak pidana korupsi merupakan masalah yang sangat serius, karena

tindak pidana korupsi dapat membahayakan stabilitas dan

keamanan negara dan masyarakat, membahayakan pembangunan

sosial, politik dan ekonomi

masyarakat, bahkan dapat pula merusak nilai-nilai demokrasi serta moralitas

bangsa karena dapat berdampak membudayanya tindak pidana korupsi tersebut.

Sehingga harus disadari meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak

terkendali akan membawa dampak yang tidak hanya sebatas kerugian negara dan

perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan

bernegara(Atmasasmita, 2004)

Korupsi di Indonesia sudah merupakan virus flu yang menyebar ke seluruh

tubuh pemerintahan sehingga sejak tahun 1980-an langkah-langkah

pemberantasannya pun masih tersendat sendat sampai kini. Korupsi berkaitan

dengan pula dengan kekuasaan karena dengan kekuasaan itu penguasa dapat

menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, keluarga atau

kroninya. Ditegaskanlah kemudian bahwa korupsi selalu bermula dan berkembang

di sektor publik dengan bukti-bukti yang nyata bahwa dengan kekuasaan itulah

pejabat publik dapat menekan atau memeras para pencari keadilan atau mereka

yang memerlukan jasa pelayanan dari pemerintah (Djaja Ermansjah, 2008).

Perkembangan korupsi sampai saat ini pun sudah merupakan akibat dari

sistem penyelenggaraan pemerintahan yang tidak tertata secara tertib dan tidak

terawasi secara baik karena landasan hukum yang dipergunakan juga mengandung

banyak kelemahan-kelemahan dalam implementasinya. Didukung oleh sistem

check and balances yang lemah di antara ketiga kekuasaan itulah maka korupsi

sudah melembaga dan mendekati suatu budaya yang hampir sulit dihapuskan.

Hampir seluruh anggota masyarakat tidak dapat menghindarkan diri dari

“kewajiban” memberikan upeti manakala berhadapan dengan pejabat

By: Kelompok V 2
Anti Korupsi

pemerintahan terutama di bidang pelayanan publik. Tampaknya tidak memberikan

sesuatu hadiah (graft) adalah merupakan dosa bagi mereka yang berkepentingan

dengan urusan pemerintahan (Soemodiharjo, 2008)

Praktik korupsi telah merasuk ke segala kehidupan masyarakat. Dalam hal

ini, korupsi sudah merupakan “ jasa yang diperjual belikan guna mencapai tujuan

atau kepentingan ”. Sebagai “komidatas jasa”, korupsi adalah hasil dari transaksi

dari dua pihak yang oleh Michael Foucault, filsuf Perancis abad lalu disebut

sebagai “relasi kekuasaan”. Relasi kekuasaan melibatkan aksi dua pihak, di mana

satu pihak berupaya mempengaruhi, atau mengontrol yang lain, tetapi keduanya

terlibat transaksi kepentingan dan salah satunya memainkan peran melawan

(resistence).

Kontrol Pemerintah Terhadap Pemberantasan Korupsi di Indonesia

merupakan suatu bentuk pengawasan secara menyeluruh oleh pemerintah

terhadap koruptor-koruptor yang hendak menggerogoti keuangan negara, serta

dapat sebagai salah satu upaya untuk memberantas tindak pidana korupsi di

Indonesia sampai ke akar-akarnya. Sebab, korupsi tersebut merupakan suatu

tindakan melawan hukum, memperkaya diri sendiri, serta dapat merugikan

keuangan negara, maka apabila tersangka koruptor tersebut telah memenuhi

unsurunsur tersebut maka bisa dikatakan sebagai suatu korupsi.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang menjadi pokok

bahasan makalah ini adalah: “Bagaimanakah Prinsip – Prinsip Anti pada Korupsi
Kontrol Kebijakan

Tujuan Penulisan

Tujuan umum penulisan ini adalah agar pembaca dapat mengetahui dan

memahami bagaimana Prinsip – Prinsip Anti Korupsi pada Kontrol Kebijakan

By: Kelompok V 3
Anti Korupsi

Manfaat Penulisan

Dapat menambah wawasan dan pemahaman Prinsip – Prinsip Anti Korupsi

Pada Kontrol Kebijakan

By: Kelompok V 4
Anti Korupsi

PEMBAHASAN

DEFENISI

1. Pengertian Korupsi

Korupsi di definisikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan untuk

kepentingan pribadi. Robert Klitgaard juga merumuskan tentang korupsi yaitu: C

= M = D – A. Corruption (C) korupsi adalah fungsi dari monopoly (M) monopoli

ditambah Diskretion (D) kewenangan, lalu dikurangi dengan akuntabilitas atau

accountability (A). Jadi, menurut Klitgaard, korupsi terjadi apabila ada monopoli

kekuasaan di tengah ketidakjelasan aturan dan kewenangan, tapi tidak

mekanisme akuntabilitas atau pertanggungjawaban kepada publik13. Dari

berbagai upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, ditemukan bahwa motif

perbuatan korupsi adalah kekuasaan, keuangan dan wanita

Pengertian atau asal kata korupsi menurut Fockema Andrea dalam Andi

Hamzah, kata korupsi berasal dari bahasa latin corruption atau corruptus

(Webster Student Dictionary ; 1960), yang selanjutnya disebutkan bahwa

corruption itu berasal pula dari kata asal corrumpere, suatu kata dalam bahasa

latin yang lebih tua. Dari bahasa latin itulah turun kebanyak bahasa Eropa

seperti inggris, yaitu corruption, corrupt; Perancis, yaitu corruption; dan

Belanda, yaitu corruptive (korruptie), dapat atau patut diduga istilah korupsi

berasal dari bahasa Belanda dan menjadi bahasa Indonesia, yaitu “korupsi”

Pengertian korupsi menurut Gurnar Myrdal adalah : “To include not only

all forms of improper or selfish exercise of power and influence attached to a

public office or the special position one occupies in the publik life but also the

activity of the bribers”.

Kemudian arti korupsi yang telah diterima dalam pembendaharaan kata

bahasa Indonesia, disimpulkan oleh Poerwadarminta : “Korupsi ialah perbuatan

yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya”.

Dalam hukum positif anti korupsi khususnya dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 30 Th.

2002 disebutkan tentang pengertian tindak pidana korupsi: “Tindak Pidana

By: Kelompok V 5
Anti Korupsi

Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor

31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas

UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi”

Telah secara jelas didefinisikan tentang pemberantasan tindak pidana

korupsi di dalam pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

disebutkan tentang pengertian tindak pidana korupsi, yaitu serangkaian tindakan

untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya

koordinasi, supervisi, monitoring, penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan

pemeriksaan disidang pengadilan bahkan lebih luas lagi pendefinisian tentang

pemberantasan tindak pidana korupsi dengan adanya peran serta masyarakat

berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.

2. Jenis Korupsi

Mengutip ungakapan Lord Acton tersebut lebih diperkuat lagi dengan

adanya empat tipe korupsi sebagaimana dikemukakan oleh Piers Beirne dan

James Messerschmidt yang mana keempat macam atau tipe perbuatan korupsi

tersebut adalah sangat berkaitan erat dengan kekuasaan, yaitu Political Bribery,

Politica Kickbacks, Election fraud, dan Corrupt Compaign Practices. Lebih lanjut

Piers Beirne dan James Messerschmidt menjelaskan mengenai empat tipe

perbuatan korupsi tersebut sebagai berikut:

a. Political Beribery, adalah kekuasaan di bidang legisatif sebagai badan

pembentuk undangundang, yang secara politis badan tersebut

dikendalikan oleh suatu kepentingan karena dana yang dikeluarkan pada

masa pemilihan umum sering berhubungan dengan aktivitas perusahaan

tertentu yang bertindak sebagai peenyandang dana. Dimana individu

pengusaha sebagai pemilik perusahaan berharap agar anggota parlemen

yang telah diberi dukungan dana pada saat pemilihan umum dan yang kini

duduk sebagai anggota parlemen dapat membuat peraturan perundang-

undangan yang menguntungkan usaha atau bisnis mereka.

b. Politica Kickbacks, adalah kegiatan korupsi yang berkaitan dengan system

kontrak pekerjaan borongan, antara pejabat pelaksana atau pejabat

terkait dengan pengusaha, yang memberikan kesempatan atau peluang

untuk mendapatkan banyak uang bagi kedua belah pihak.

By: Kelompok V 6
Anti Korupsi

c. Election fraud, adalah korupsi yang berkaitan langsung dengan

kecurangan-kecurangan dalam pelaksanaan pemilihan umum, baik yang

dilakukan oleh calon penguasa / anggota parlemen ataupun oleh lembaga

pelaksana pemilihan umum.

d. Corrupt Compaign Practices adalah korupsi yang berkaitan dengan

kegiatan kampanye dengan menggunakan fasilitas Negara dan juga bahkan

penggunaan uang negara oleh calon penguasa yang saat itu memegang

kekuasaan.

Definisi tentang Korupsi dapat dipandang dari berbagai aspek, bergantung

pada disiplin ilmu yang dipergunakan sebagaimana dikemukakan oleh Benveniste,

korupsi di definisikan menjadi 4 jenis, yaitu sebagai berikut:

a. Discretionery corruption, ialah korupsi yang dilakukan karena adanya

kebebasan dalam menentukan kebijaksanaan, sekalipun nampaknya

bersifat sah, bukanlah praktik-praktik yang dapat diterima oleh para

anggota organisasi.

b. Illegal corruption, ialah suatu jenis tindakan yang bermaksud

mengacaukan bahasa atau maksud-maksud hukum, peraturan dan regulasi

tertentu.

c. Mercenery corruption, ialah jenis tindak pidana korupsi yang dimaksud

untuk memperoleh keuntungan pribadi, melalui penyalahgunaan wewenang

dan kekuasaan.

d. Ideological corruption, ialah jenis korupsi Illegal maupun discreationery

yang dimaksudkan untuk mengejar tujuan kelompok. Contohnya : Kasus

skandal Watergate adalah contoh Ideological corruption, di mana

sejumlah individu memberikan komitmen mereka kepada Presiden Nixon

ketimbang kepada undang-undang atau hukum. Penjualan asset BUMN

untuk mendukung pemenangan pemilihan umum dari pada partai politik

tertentu adalah contoh dari jenis korupsi ini

By: Kelompok V 7
Anti Korupsi

PRINSIP-PRINSIP ANTI-KORUPSI

Prinsip-prinsip Anti-korupsi yang meliputi akuntabilitas, transparansi,

kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan, untuk mencegah faktor eksternal

penyebab korupsi.

 Kontrol kebijakan

Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan. Kontrol kebijakan

merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif dan

mengeliminasi semua bentuk korupsi. Pada prinsip ini, akan dibahas mengenai

lembaga-lembaga pengawasan di Indonesia, self-evaluating organization,

reformasi sistem pengawasan di Indonesia, problematika pengawasan

di Indonesia. Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi dan

reformasi. Kontrol kebijakan berupa partisipasi yaitu melakukan kontrol

terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya

dan kontrol kebijakan berupa oposisi yaitu mengontrol dengan menawarkan

alternatif kebijakan baru yang dianggap lebih layak. Sedangkan kontrol

kebijakan berupa revolusi yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan yang

dianggap tidak sesuai. Setelah memahami prinsip yang terakhir ini,

mahasiswa kemudian diarahkan agar dapat berperan aktif dalam melakukan

tindakan kontrol kebijakan baik berupa partisipasi, evolusi maupun reformasi

pada kebijakankebijakan kehidupan mahasiswa dimana peran mahasiswa

adalah sebagai individu dan juga sebagai bagian dari masyarakat, organisasi,

maupun institusi.

Dalam rangka mewujudkan supremasi hukum, Pemerintah Indonesia telah

meletakkan landasan kebijakan yang kuat dalam usaha memerangi tindak pidana

korupsi. Berbagai kebijakan tersebut tertuang dalam berbagai peraturan

perundang-undangan, antara lain dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Republik Indonesia Nomor XI / MPR / 1998 tentang Penyelenggara

Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nipotisme ; Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas

Korupsi, Kolusi, dan Nipotisme, serta Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan

By: Kelompok V 8
Anti Korupsi

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Selain itu dalam upaya pemberdayaan Komisi Pemberantasan Korupsi telah

didukung oleh ketentuan-ketentuan yang bersifat strategis antara lain23 :

a. Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi yang memuat perluasan alat bukti yang sah serta ketentuan

tentang asas pembuktian terbalik;

b. Ketentuan tentang wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi yang dapat

melakukan tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap

penyelenggara Negara, tanpa ada hambatan prosedur karena statusnya

selaku pejabat Negara;

c. Ketentuan tentang pertanggungjawaban Komisi Pemberantasan Korupsi

kepada Publik dan menyampaikan laporan secara terbuka kepada Presiden

Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan

Badan Pemeriksa Keuangan;

d. Ketentuan mengenai pemberantasan ancaman pidana pokok terhadap

Anggota Komisi atau pegawai pada Komisi Pemberantasan Korupsi yang

melakukan korupsi ; dan

e. Ketentuan mengenai pemberhentian tanpa syarat kepada Anggota Komisi

Pemberantasan Korupsi yang melakukan tindak pidana korupsi.

By: Kelompok V 9
Anti Korupsi

Kesimpulan
Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti penggelapan
uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya”. Dalam hukum
positif anti korupsi khususnya dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 30
Th. 2002 disebutkan tentang pengertian tindak pidana korupsi:
“Tindak Pidana Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan
atas Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Mengutip ungakapan Lord Acton tersebut lebih diperkuat
lagi dengan adanya empat tipe korupsi sebagaimana dikemukakan
oleh Piers Beirne dan James Messerschmidt yang mana keempat
macam atau tipe perbuatan korupsi tersebut adalah sangat
berkaitan erat dengan kekuasaan, yaitu Political Bribery, Politica
Kickbacks, Election fraud, dan Corrupt Compaign Practices
Prinsip –Prinsip anti korupsi yaitu:
Kontrol kebijakan :
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat
betul-betul efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Pada
prinsip ini, akan dibahas mengenai lembaga-lembaga pengawasan di
Indonesia, self-evaluating organization, reformasi sistem
pengawasan di Indonesia, problematika pengawasan di Indonesia.
Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi dan
reformasi. Kontrol kebijakan berupa partisipasi yaitu melakukan
kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan
dan pelaksanaannya dan kontrol kebijakan berupa oposisi yaitu
mengontrol dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang
dianggap lebih layak. Sedangkan kontrol kebijakan berupa revolusi
yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap tidak
sesuai.

By: Kelompok V 10
Anti Korupsi

************************ Selamat Belajar ****^******************

By: Kelompok V 11

Anda mungkin juga menyukai