Anda di halaman 1dari 9

JKMM,

JKMM,Maret
Maret2018,
2018,Vol.
Vol.1 No. 2: 1234-242
2 No. : 235– 243 ISSN 2599-1167

KUALITAS HIDUP PENDERITA INSOMNIA PADA MAHASISWA


PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

QUALITY OF LIFE OF PATIENTS WITH INSOMNIA IN HASANUDDIN


UNIVERSITY GRADUATE STUDENTS

Muhammad Akbar Nurdin,1 A. Arsunan Arsin,2 Ridwan M. Thaha3


1
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
2
Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
3
Bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin

Alamat Korespondensi: Muhammad Akbar Nurdin, S.KM, Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Hasanuddin Makassar,
Email: nurdinakbar9@gmail.com ,Telp: 082187477718

Abstrak
Insomnia adalah kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur
walaupun ada kesempatan untuk itu dan gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun dan
beraktivitas di siang hari. Sepertiga orang dewasa mengalami kesulitan memulai tidur dan mempertahankan
tidur dalam setahun, dengan 17% diantaranya mengganggu kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita insomnia pada Mahasiswa Pascasarjana
Universitas Hasanuddin. Jenis penelitian yang digunakan rancangan cross sectional study. Sampel penelitian
menggunakan metode exhaustive sampling sebanyak 215 responden yang menderita insomnia. Data dianalisis
menggunakan analisis jalur. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada pengaruh antara perilaku merokok terhadap
tingkat insomnia dengan nilai koefisien 0.425 dan terhadap kualitas hidup dengan nilai koefisien -0.205. Ada
pengaruh konsumsi kafein terhadap tingkat insomnia dengan nilai koefisien 0.392 dan terhadap kualitas hidup
dengan nilai koefisien -0.142. Ada pengaruh aktivitas fisik terhadap tingkat insomnia dengan nilai koefisien
0.192 dan terhadap kualitas hidup dengan nilai koefisien -0.409. Hasil analisis multivariat efek tidak langsung
perilaku merokok terhadap kualitas hidup melalui tingkat insomnia yaitu -0.174. Efek tidak langsung konsumsi
kafein terhadap kualitas hidup melalui tingkat insomnia adalah -0.160. Efek tidak langsung aktivitas fisik
terhadap kualitas hidup melalui tingkat insomnia adalah -0.079.

Kata kunci: Insomnia, perilaku merokok, konsumsi kafein, aktivitas fisik, kualitas hidup

Abstract
Insomnia is a sleep disorder in the form of a recurring difficulty to sleep or maintaining sleep although there are
opportunities for it and the symptoms are typically followed by functional impairment while awake and active in
the daytime. One-third of adults experience difficulty in initiating sleep and maintaining sleep in a year, with
17% of them interfere with quality of life. This study aimed to determine the factors that affect the quality of life
of patients with insomnia at Hasanuddin University Post Graduate Students. This research type used cross
sectional study. The research sample used the method of exhaustive sampling of 215 respondents who suffer
from insomnia. Data were analyzed using path analysis. The results of the bivariate analysis showed that no
effect between smoking behavior of the level of insomnia with the coefficient of 0.425 and the quality of life with
coefficient -0.205. There was an effect of caffeine consumption on the level of insomnia with coefficient 0.392
and the quality of life with coefficient -0.142. There was the influence of physical activity on the level of
insomnia with coefficient 0.192 and the quality of life with coefficient -0.409. Multivariate analysis indirect
effects of smoking behavior towards the quality of life through the level of insomnia that was -0.174. Indirect
effects of caffeine consumption on quality of life through insomnia level was -0.160. Indirect effects of physical
activity on quality of life through insomnia level was -0.079.

Keywords: Insomnia, Smoking, Caffeine Consumption, Physical Activity, Quality Of Life

23
234
4 235

Muhammad Akbar Nurdin et.al ISSN 2599-1167

PENDAHULUAN ujian. Insomnia ini biasanya hilang ketika
Insomnia merupakan suatu kondisi depresior hilang atau individu telah
yang dicirikan dengan adanya gangguan beradaptasi dengan depresior. Namun,
dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur insomnia sementara sering berulang ketika
pada seorang individu. Gangguan tidur tegangan baru atau serupa muncul
dapat mengganggu pertumbuhan fisik, dalam kehidupan pasien (Zeidler M, 2011)
emosional, kognitif, dan sosial seorang Salah satu faktor yang akan
dewasa. Fakta tersebut menunjukkan dipengaruhi oleh insomnia adalah kualitas
besarnya kemungkinan masalah akademis, hidup. Kualitas hidup bisa dipandang dari
emosional, kesehatan, dan perilaku pada segi subjektif dan objektif. Segi subjektif
dewasa dapat dicegah atau diperbaiki merupakan perasaan enak dan puas atas
secara signifikan melalui intervensi yang segala sesuatu secara umum, sedangkan
memperbaiki kualitas dan kuantitas tidur secara objektif adalah pemenuhan tuntutan
(LeBourgeois dkk., 2005). Gangguan pola kesejahteraan materi, status sosial dan
tidur adalah suatu kondisi dimana kesempurnaan fisik secara sosial budaya.
seseorang mengalami resiko perubahan Menurut Cella penilaian kualitas hidup
jumlah dan kualitas pola istirahat yang penderita insomnia dapat dilihat pada
menyebabkan ketidaknyamanan. aspek kesehatan fisik, kesehatan mental,
Klasifikasi gangguan tidur menurut fungsi sosial, fungsi peran dan perasaan
International Classification of Sleep sejahtera (Fatayi, 2008). Penelitian yang
Disorder yaitu dissomnia, parasomnia, dilakukan oleh Annahri di Universitas
gangguan tidur berhubungan dengan Lambung Mangkurat Banjarmasin
gangguan kesehatan atau psikiatri, menunjukkan bahwa adahubungan antara
gangguan tidur yang tidak terklasifikasi perilaku merokok dengan angka kejadian
(Japardi I, 2002) insomnia (Annahri dkk., 2013). Hal ini
Menurut NSF (National Sleep sejalan dengan hasil penelitian yang pernah
Foundation), gangguan tidur dapat diakukan oleh Yocki menunjukkan bahwa
menimbulkan beberapa efek pada manusia. ada hubungan antara perilaku merokok
Ketika kurang tidur seseorangakan berpikir pada mahasiswa dengan kejadian insomnia
dan bekerja lebih lambat, membuat banyak (Yocki, 2007). Hal ini didukung juga
kesalahan, dan sulit untuk mengingat dengan pernyataan Brook yang
sesuatu. Hal ini mengakibatkan penurunan mengatakan bahwa nikotin yang
produktivitas kerja dan dapat terkandung dalam rokok merupakan salah
menyebabkan kecelakaan. Efek lainnya satu pemicu terjadinya insomnia (Brook
pada pekerja yaitu pekerja menjadi lebih dkk., 2012). Selain itu, aktivitas fisik juga
cepat marah, tidak sabar, gelisah dan dapat menyebabkan insomnia. Hal tersebut
depresi. Masalah ini dapat menggaggu sebagaimana dikemukakan oleh Gaung
pekerjaan dan hubungan keluarga, serta bahwa kurang berolahraga berdampak
mengurangi aktivitas sosial. Kurang tidur pikiran tidak tenang dan membuat
pada pekerja merupakan penyebab utama seseorang depresi yang mengakibatkan
terjadinya penurunan produktivitas, insomnia (Gaung, 2009). Berdasarkan
ketidakhadiran pekerja (absentisme), dan uraian diatas, maka penelitian ini
kecelakaan di tempat kerja. Di Indonesia, bermaksud untuk menganalisis kualitas
pada tahun 2010 terdapat 11,7% penduduk hidup penderita insomnia pada mahasiswa
mengalami insomnia. Insomnia umumnya pascasarjana universitas hasanuddin tahun
merupakan kondisi sementara atau jangka 2017. Penelitian ini bertujuan untuk
pendek. Dalam beberapa kasus, insomnia mengetahui faktor yang mempengaruhi
dapat menjadi kronis. Hal ini sering kualitas hidup penderita insomnia pada
disebut sebagai gangguan penyesuaian Mahasiswa Pascasarjana Universitas
tidur karena paling sering terjadi dalam Hasanuddin.
konteks situasional depresi akut, seperti
pekerjaan baru atau menjelang

235
236

Muhammad Akbar Nurdin et.al ISSN 2599-1167

BAHAN DAN METODE jumlah mahasiswa strata 2 aktif tahun
Lokasi dan Rancangan Penelitian masuk 2015 dan 2016.
Penelitian ini dilakukan di Sekolah
Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
Jenis penelitian ini adalah penelitian HASIL
observational dengan pendekatan desain Karakteristik Responden
cross sectional study. Penelitian dilakukan Berdasarkan karakteristik responden
pada 2 Mei – 22 September 2017. menunjukkan bahwa kelompok umur 26-
Populasi dan Sampel 35 tahun dengan proporsi tertinggi adalah
Populasi dalam penelitian ini yaitu yaitu 122 orang (57.3%) dan proporsi
mahasiswa pascasarjana strata 2 angkatan terendah kelompok umur 36-45 tahun yaitu
2015 dan 2016, berjenis kelamin laki-laki 17 orang (8%). Berdasarkan tahun masuk,
dan menderita insomnia. Sampel penelitian 2016 lebih banyak yaitu 111 orang
sebanyak 215 orang menggunakan teknik (52.1%) dibandingkan tahun masuk 2015
exhaustive sampling. yaitu 102 orang (47.5%). Berdasarkan
Analisis Data suku didominasi oleh suku bugis sebanyak
Analisis data dalam penelitian ini 96 orang (45.1%) dan proporsi terendah
menggunakan analisis jalur (pathway yaitu sebanyak 49 orang (23%) berasal dari
analysis). Analisis jalur (Pathway Analisis) suku lainnya, sementara proporsi untuk
adalah sebuah metode untuk mempelajari suku Makassar sebanyak 68 orang
pengaruh langsung dan tidak langsung dari (31.9%). Variabel proporsi sumber biaya
variabel-variabel, yang pertama kali kuliah, responden yang menggunakan
dikembangkan oleh Wright tahun 1921. biaya sendiri lebih banyak yaitu 127 orang
Analisis jalur dapat digunakan untuk (59.6%) dibandingkan mahasiswa yang
menganalisis hubungan sebab akibat antara beasiswa yaitu 86 orang (40.4%).
satu variabel dengan variabel lainnya. Data Berdasarkan status pernikahan, responden
primer diperoleh melalui kusioner dengan status menikah sebanyak 119 orang
penelitian dan wawancara dengan (55.9%), belum menikah yaitu 94 orang
responden guna mendapatkan gambaran (44.1%). Berdasarkan fakultas, yang
setiap variabel yang diteliti melalui tertinggi adalah pada fakultas teknik yaitu
wawancara langsung pada sampel terpilih. 53 orang (24.9%) dan proporsi terendah
Data sekunder diperoleh melalui bidang yaitu fakultas farmasi sebanyak 4 orang
akademik sekolah pascasarjana Universitas (1.9%) (Tabel 1).
Hasanuddin guna mendapatkan nama dan
Tabel 1. Korelasi Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen
Korelasi Variabel Nilai R2 Nilai r
Perilaku Merokok Tingkat Insomnia 0.3343 11.66
Perilaku Merokok Kualitas Hidup 0.4041 -16.56
Konsumsi Kafein Tingkat Insomnia 0.3636 1.088
Konsumsi Kafein Kualitas Hidup 0.1434 -0.894
Aktivitas Fisik Tingkat Insomnia 0.4181 7.304
Aktivitas Fisik Kualitas Hidup 0.3825 -8.921
Tingkat Insomnia Kualitas Hidup 0.4357 -0.864
Sumber: Data Primer,2017.

Pengaruh Koefisien Analisis Jalur dan mengalami kenaikan satu poin ke arah
Kaitannya dengan Hipotesis Penelitian yang lebih buruk maka tingkat insomnia
(Direct Effect) akan naik sebesar 0.425 poin. Perilaku
Berdasarkan koefisien jalur atau merokok berpengaruh terhadap kualitas
pengaruh langsung, variabel perilaku hidup dengan nilai koefisien sebesar -
merokok berpengaruh terhadap tingkat 0.205 artinya bahwa jika perilaku merokok
insomnia dengan nilai koefisien sebesar mengalami kenaikan satu poin ke arah
0.425 artinya bahwa jika perilaku merokok yang lebih buruk maka kualitas hidup

236
237

Muhammad Akbar Nurdin et.al ISSN 2599-1167

akan turun sebesar 0.205 poin. koefisien sebesar 0.192 artinya bahwa jika
Berdasarkan konsumsi kafein berpengaruh aktivitas fisik mengalami kenaikan satu
terhadap tingkat insomnia dengan nilai poin ke arah yang lebih berat maka tingkat
koefisien sebesar 0.392 artinya bahwa jika insomnia akan naik sebesar 0.192 poin.
konsumsi kafein mengalami kenaikan satu Aktivitas fisik berpengaruh terhadap
poin ke arah yang lebih tinggi maka kualitas hidup dengan nilai koefisien yaitu
tingkat insomnia akan naik sebesar 0.392 sebesar -0.369 artinya bahwa jika aktivitas
poin. Berdasarkan konsumsi kafein fisik mengalami kenaikan satu poin ke
berpengaruh terhadap kualitas hidup arah yang lebih berat maka kualitas hidup
dengan nilai koefisien sebesar -0.142 akan turun sebesar 0.369 poin. Tingkat
artinya bahwa jika konsumsi kafein Insomnia berpengaruh terhadap kualitas
mengalami kenaikan satu poin ke arah hidup dengan nilai koefisien sebesar -
yang lebih tinggi maka kualitas hidup akan 0.409 artinya bahwa jika tingkat insomnia
turun sebesar 0.142 poin (Tabel 2). mengalami kenaikan satu poin ke arah
Aktivitas fisik berpengaruh yang lebih tinggi maka kualitas hidup
terhadap tingkat insomnia dengan nilai akan turun sebesar 0.409 poin. (Tabel 2).

Tabel 2. Pengaruh Koefisien Analisis Jalur dan Kaitannya dengan Hipotesis Penelitian (Direct
Effect)
Direct Effect
Variabel
Estimate Nilai p Kesimpulan
Perilaku Merokok Tingkat Insomnia 0.425 0.000 Signifikan
Perilaku Merokok Kualitas Hidup -0.205 0.040 Signifikan
Konsumsi Kafein Tingkat Insomnia 0.392 0.000 Signifikan
Konsumsi Kafein Kualitas Hidup -0.142 0.000 Signifikan
Aktivitas Fisik Tingkat Insomnia 0.192 0.041 Signifikan
Aktivitas Fisik Kualitas Hidup -0.369 0.000 Signifikan
Tingkat Insomnia Kualitas Hidup -0.409 0.000 Signifikan

Sumber: Data Primer, 2017.

Tabel 3. Pengaruh Koefisien Analisis Jalur dan Kaitannya dengan Hipotesis Penelitian
(Indirect Effect)
Hipotesis (Path) Indirect Total
Effect Effect
Perilaku Merokok Tingkat Insomnia Kualitas Hidup -0.174 -0.380
Konsumsi Kafein Tingkat Insomnia Kualitas Hidup -0.160 -0.018
Aktivitas Fisik Tingkat Insomnia Kualitas Hidup -0.079 -0.448
Sumber: Data Primer

Pengaruh Koefisien Analisis Jalur dan kualitas hidup melalui tingkat insomnia
Kaitannya dengan Hipotesis Penelitian yaitu -0.160. Hal ini dimaknai bahwa
(Indirect Effect) setiap peningkatan 1 poin konsumsi kafein
Berdasarkan pengaruh tidak mampu menurunkan 0.160 poin kualitas
langsung antar variabel, efek tidak hidup secara tidak langsung melalui
langsung perilaku merokok terhadap tingkat insomnia. Efek tidak langsung
kualitas hidup melalui tingkat insomnia aktivitas fisik terhadap kualitas hidup
adalah -0.174. Hal ini dimaknai bahwa melalui tingkat insomnia adalah -0.079.
setiap peningkatan 1 poin perilaku Hal ini dimaknai bahwa setiap
merokok mampu menurunkan 0.174 poin peningkatan poin aktivitas fisik mampu
kualitas hidup secara tidak langsung menurunkan 0.079 poin kualitas hidup
melalui tingkat insomnia. Efek tidak secara tidak langsung melalui depresi
langsung konsumsi kafein terhadap (Tabel 3).

237
237
238

Muhammad Akbar Nurdin et.al ISSN 2599-1167

PEMBAHASAN timbul terkait berperilaku merokok
Dari hasil penelitian ini diperoleh mengalami insomnia menunjukkan bahwa
bahwa faktor yang mempengaruhi kualitas perlu dilakukan pengkajian terhadap
hidup penderita insomnia pada Mahasiswa masalah tersebut, sehingga dapat
Pasacasarjana Universitas Hasanuddin dijadikan sebagai dasar penyusunan
adalah perilaku merokok, konsumsi kafein, strategi pencegahan perilaku merokok dan
dan aktivitas fisik seseorang. Kejadian mengalami insomnia secara efektif oleh
suatu penyakit sering terkait pada umur para stakeholder (Tsutsumia dkk., 2007).
saat ditemukan daripada saat timbulnya Jika masalah perilaku merokok pada
penyakit. Angka prevalensi penyakit penderita insomnia yang telah ada selama
insomnia berdasarkan kelompok umur ini masih kurang mendapatkan perhatian,
tidak menggambarkan risiko kelompok maka akan semakin banyak penderita
umur tertentu untuk terkena penyakit. insomnia dan meningkatkan risiko perilaku
Insomnia diketahui terjadi hampir pada merokok yang berdampak pada penurunan
semua usia, berkisar antara remaja sampai kualitas hidupnya. Menurut hasil penelitian
usia lanjut (15 tahun sampai lebih dari 70 Joseph dkk. (1999), perilaku merokok
tahun). Namun yang terbanyak adalah pada yang terlihat menyebabkan adanya
usia mudah dan produktif (Kemenkes RI, penurunan kualitas hidup penderita
2013). Perilaku merokok adalah suatu insomnia.
kegiatan atau aktivitas membakar rokok Selain perilaku merokok, perilaku
dan kemudian menghisapnya dan konsumsi kafein seperti kopi juga dapat
menghembuskannya keluar dan dapat menyebabkan insomnia. Sering
menimbulkan asap yang dapat terhisap mengkonsumsi kafein merupakan salah
oleh orang-orang disekitarnya. Perilaku satu perilaku konsumsi yang berisiko. Di
merokok juga dapat diartikan yaitu Indonesia berdasarkan hasil riskesdas
aktivitas menghisap atau menghirup asap tahun 2013 proporsi perilaku konsumsi
rokok dengan menggunakan pipa atau kopi berisiko yaitu 29,3% (Riskesdas,
rokok yang dilakukan secara menetap. 2013). Penelitian Debusuk (2001)
Dari hasil penelitian ini menyebutkan bahwa gaya hidup seperti
menunjukkan bahwa perilaku merokok mengkonsumsi kopi mengandung kafein
berpengaruh terhadap tingkat insomnia dapat memicu jantung sehingga tubuh
karena nilai p = 0.000 < 0.05 dengan nilai mendapatkan rasa segar yang dapat
koefisien sebesar 0.425 artinya bahwa jika mengakibatkan terjadinya insomnia.
perilaku merokok mengalami kenaikan Dari hasil penelitian menunjukkan
satu poin ke arah yang lebih buruk maka bahwa responden penderita insomnia
tingkat insomnia akan naik sebesar 0.425 berdasarkan variabel konsumsi kafein lebih
poin. Selain itu hasil penelitian ini banyak yang konsumsi lebih yaitu 196
menunjukkan bahwa perilaku merokok orang (92.1%) dibandingkan konsumsi
berpengaruh terhadap kualitas hidup kurang yaitu 17 orang (7.9%). Berdasarkan
karena nilai p = 0.040 < 0.05 dengan nilai tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden
koefisien sebesar -0.205 artinya bahwa jika penderita insomnia yang mengonsumsi
perilaku merokok mengalami kenaikan kafein dengan kategori >1 kali/hari
satu poin ke arah yang lebih buruk maka sebagian besar pada jenis kopi yaitu 116
kualitas hidup akan turun sebesar 0.205 orang (54.4%) sedangkan dengan kategori
poin. Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan 1-3 kali/minggu sebagian besar pada jenis
efek tidak langsung perilaku merokok teh yaitu 52 orang (24.4%). Lebih dari
terhadap kualitas hidup melalui tingkat 75% tidak pernah mengonsumsi minuman
insomnia adalah -0.174. Hal ini dimaknai berenergi, minuman berbahan cokelat,
bahwa setiap peningkatan 1 poin perilaku minuman bersoda dan es krim berbahan
merokok mampu menurunkan 0.174 poin dasar kopi, teh atau cokelat. Berdasarkan
kualitas hidup secara tidak langsung hasil uji statistik, konsumsi kafein
melalui tingkat insomnia. Masalah yang berpengaruh terhadap tingkat insomnia

238
239

Muhammad Akbar Nurdin et.al ISSN 2599-1167

karena nilai p = 0.000 < 0.05 dengan koefisien sebesar 0.192 artinya bahwa jika
nilai koefisien sebesar 0.392 artinya bahwa aktivitas fisik mengalami kenaikan satu
jika konsumsi kafein mengalami kenaikan poin ke arah yang lebih buruk maka
satu poin ke arah yang lebih tinggi maka tingkat insomnia akan naik sebesar 0.192
tingkat insomnia akan naik sebesar 0.392 poin. Sejalan dengan penelitian tersebut,
poin. Dari hasil temuan dilapangan, Rahayuningsih (2012), meneliti mengenai
konsumsi kafein berpengaruh terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas hidup karena nilai p = 0.00 > 0.05 insomnia di Kabupaten Pekalongan,
dengan nilai koefisien sebesar -0.142 diperoleh hasil bahwa faktor aktivitas fisik
artinya bahwa jika konsumsi kafein merupakan salah satu faktor yang
mengalami kenaikan satu poin ke arah mempengaruhi penderita insomnia
yang lebih tinggi maka kualitas hidup akan mengalami depresi. Temuan dilapangan
turun sebesar 0.142 poin. Efek tidak juga memperlihatkan bahwa rata-rata
langsung konsumsi kafein terhadap mahasiswa telah memiliki persepsi yang
kualitas hidup melalui tingkat insomnia positif terhadap aktivitas fisik dan manfaat
adalah -0.160. Hal ini dimaknai bahwa beraktivitas fisik. Namun, seperti yang
setiap peningkatan 1 poin konsumsi kafein dikatakan oleh Nurlailah (2010), juga
mampu menurunkan 0.160 poin kualitas memperlihatkan bahwa aktivitas fisik yang
hidup secara tidak langsung melalui berlebihan juga berbahaya bagi kesehatan
tingkat insomnia. sebesar 27.0%. Meski demikian, masih
Aktivitas fisik yang senantiasa banyaknya mahasiswa yang kurang
dilakukan secara teratur akan mampu mengatur waktu untuk beraktivitas
menyebabkan pembuluh darah cenderung diakibatkan banyaknya pekerjaan yang
lebih elastis sehingga akan mengurangi dilakukan. Perlu dicatat bahwa aspek fisik
tahanan perifer, kerja jantung juga akan memainkan peran penting dalam
lebih efisien sehingga curah jantung akan pengaturan dan kelangsungan hidup. Pada
berkurang dan akan menyebabkan penderita insomnia, konsumsi kafein,
penurunan tekanan darah yang dapat depresi, aktivitas fisik dan sosial
mempengaruhi kualitas tidur. Gaya hidup pengecualian mungkin berkontribusi
yang kurang menggunakan aktivitas fisik terhadap peningkatan atau berkelanjutan
akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh kondisi reaksi penderita.
seseorang, hal ini dapat pula dipengaruhi Dari hasil penelitian ini juga
oleh kehidupan yang semakin modern dan menunjukkan aktivitas fisik berpengaruh
hidup menjadi serba mudah. Selain itu, terhadap kualitas hidup karena nilai p =
meningkatnya kesibukan akan tugas 0.000 < 0.05 dengan nilai koefisien
akademik menyebabkan seseorang tidak sebesar -0.369 artinya bahwa jika aktivitas
lagi mempunyai waktu yang cukup untuk fisik mengalami kenaikan satu poin ke
berolahraga. Aktivitas fisik secara teratur arah yang lebih buruk maka kualitas hidup
bermanfaat untuk mengatur berat badan akan turun sebesar 0.369 poin. Hal ini
dan menguatkan sistem jantung dan didukung dengan yang ditunjukkan tabel
pembuluh darah. 4.10 bahwa Efek tidak langsung aktivitas
Dari hasil penelitian menunjukkan fisik terhadap kualitas hidup melalui
bahwa responden penderita insomnia tingkat insomnia adalah -0.079. Hal ini
berdasarkan variabel aktivitas fisik lebih dimaknai bahwa setiap peningkatan poin
banyak yang memiliki aktivitas fisik buruk aktivitas fisik mampu menurunkan 0.079
yaitu 123 orang (57.3%) dibandingkan poin kualitas hidup secara tidak langsung
aktivitas fisik sedang yaitu 47 orang melalui tingkat insomnia.
(24.6%) dan aktivitas baik yaitu 39 orang Selain itu aktivitas fisik juga
(18.1%). Berdasarkan hasil uji statistik mempengaruhi self care pasien. Aktivitas
diperoleh bahwa aktivitas fisik fisik seseorang dapat berdampak pada
berpengaruh terhadap tingkat insomnia kondisi psikososial seseorang yaitu
karena nilai p = 0.041< 0.05 dengan nilai depresi. Subjek penelitian cukup banyak

239
240

Muhammad Akbar Nurdin et.al ISSN 2599-1167

mengalami depresi yang ditandai dengan http://www.tnol.co.id/bugar/1485-
perasaan bersalah ketika mereka merasa memberikan-
tidak dapat lagi berguna bagi banyak semangathidupmerupakan-obat-
orang dan keluarganya sendiri. Penelitian mujarab-penderita-insomnia.html
ini sejalan dengan penelitian di Kabupaten Bello, A. I., Dengzee, S. A. & Iyor, F.
Gowa, adanya hubungan antara kecemasan T. ( 2013). Health Related Quality
depresi dengan kejadian insomnia pada of Life Amongst People Affected
kelompok lansia yang tinggal di pati sosial by Insomniac in South Ghana: A
Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Needs Assessment. Quality of Life
Gowa (Zulkifli dkk., 2012) in Patients with Insomniac.
Available:
KESIMPULAN DAN SARAN https://www.insomniac.org.uk/platf
Kesimpulan pada penelitian ini orms/insom/files/lr/Apr13/IS_Apr13
yaitu terdapat pengaruh perilaku merokok _1741. pdf.
terhadap tingkat insomnia. Ada pengaruh Brook, David W., M.D Elizabeth,
konsumsi kafein terhadap tingkat depresi. Rubenstone B.A., Chenshu Zhang,
Variabel aktivitas fisik memiliki pengaruh Ph.D. (2012). Cognitive behavioral
terhadap tingkat depresi. Ada pengaruh therapy to prevent chronification of
perilaku merokok terhadap kualitas hidup insomnia. EPMA Journal, 2(1): 309-
penderita insomnia. Ada pengaruh 314.
konsumsi kafein terhadap kualitas hidup Brouwers. (2011). Quality of Life,
penderita insomnia. Ada pengaruh Perceived Stigme South-Easth
aktivitas fisik terhadap kualitas hidup Nepal. 2011. Available:dcidj.org ›
penderita insomnia. Ada pengaruh tidak ... › Vol 22, No 1.
langsung perilaku merokok terhadap Cantero, Potter & Leach. (2007).
kualitas hidup melalui tingkat depresi. Ada Perceptions of Quality of Life,
pengaruh tidak langsung konsumsi kafein Sense of Community and Life
terhadap kualitas hidup melalui tingkat Satisfaction among Erderly Resident
depresi. Ada pengaruh tidak langsung in Schuyler and Crete, Nebraska,
aktivitas fisik terhadap kualitas hidup Faculty Scholarly and Creative
melalui tingkat depresi. Ada pengaruh Activity.
tingkat depresi dengan kualitas hidup. Chingu, D., Duncan, M. & Amosun, S.
Disarankan kepada Mahasiswa (2013). The Quality of Life of
Pascasarjana Universitas Hasanuddin agar People with Insomniac-Related
dapat mengurangi atau bahkan berhenti Residual Impairment– Is There a
berperilaku merokok, mengontrol Difference between People Living
konsumsi kafein untuk mengkonsumsi in a Insomniac and Those Re-
secukupnya, dan mahasiswa berperilaku Integrated into Their Communities?
aktivitas fisik kurang dan buruk agar bisa The quality of life of people
mengubah aktivitas fisiknya menjadi with insomniac-related residual
aktivitas fisik yang baik. impairment. Available:
http://www.insomniac.org.uk/platfor
DAFTAR PUSTAKA ms/insom/files/lr/Dec13/ins292-
Annahri, dkk. (2013). Hubungan antara 301.pdf.
Perilaku Merokok dengan Angka Depkes RI. (2005). Pendekatan Dan
Kejadian Insomnia pada Mahasiswa Penanganan Pada Remaja Beresiko
Fakultas Kedokteran Universitas Tinggi. Available at:
Lambung Mangkurat. Jurnal http://www.dinkes.bwi.net/pkjm/htm
Psikologi. Banjarmasin: Universitas l/modules.php?Op=modload&name=
Lambung Mangkurat. News&file+article&sid.
Bakrie, I. (2010). Penderita Insomnia. Fatayi. (2008). Penilaian Kualitas Hidup
Available: Penderita Insomnia Berdasarkan

241

240
Muhammad Akbar Nurdin et.al ISSN 2599-1167

Aspek Kesehatan Fisik dan Mental Available:
(Tesis). Jakarta: Fakultas Kedokteran http://www.spiritia.or.id/cst/dok/kesji
Universitas Indonesia. wa2.pdf [
Gaung. (2009). The Effect physical Nurlailah, N. (2010). Hubungan antara
activity on depression with persepsi tentang dampak merokok
insomnia. Insomnia Journal, 44(18). terhadap kesehatan dengan tipe
Heikkinen, H. (2010). Smoker’s Account perilaku merokok mahasiswa
On The Health Risk Of Smoking: Universitas Islam Negeri Syarif
Why Is Smoking Not Dangerous Hidayatullah Jakarta.Skripsi.
For Me?. Available: Error! Jakarta: Fakultas Psikologi UIN.
Hyperlink reference not valid. Rafknowledge. (2004). Insomnia dan
Japardi, I. ( 2002). Gangguan Tidur. Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta:
Sumatera Utara: Fakultas Gramedia.
Kedokteran Bagian Bedah Rahayuningsih, E. (2012). Analisis
Universitas Sumatera Utara. Kualitas Hidup Penderita Insomnia
Joseph, G. A. & Rao, P. S. (1999). Di Kedaung Wetan Kota
Impact of Insomniac on the Quality Tangerang Tahun 2012. Available:
of Life. Bull World Health lib.ui.ac.id/file?file=digital/2031518
Organisation. Available: 8-T31918-Analisis%20kualitas.pdf.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/a Romauli. (2014). Pengaruh Gaya Hidup
rticles/ PMC2557686/. Terhadap Kejadian Hipertensi Di
Kaplan, H. I., Sadock, B. J. & Grebb, J. Rsud Dr. H. Kumpulan Pane Tebing
A. (1997). Sinopsis Psikiatri Jilid I. Tinggi Tahun 2014 (Tesis). Medan:
Jakarta: Binarupa Aksara. Universitas Sumatera Utara.
Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar. SIbagariang, R. (2007). Stigma
(2013). Jakarta: Kementerian Masyarakat Terhadap Penderita
Kesehatan Republik Indonesia. Insomnia. Universitas Indonesia.
Kumboyono. (2011). Analisis Faktor Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku
Penghambat Motivasi Berhenti ajar fundamental keperawatan:
Merokok Berdasarkan Health Beliefe konsep proses dan praktik. Jakarta:
Model pada Mahasiswa Fakultas EGC.
Teknik Universitas Brawijaya Tsutsumia, A., Izutsub, T., Islamc, A. M.,
Malang. Jurnal Keperawatan Maksudad, A. N., Katoa, H. &
Soedirman (The Soedirman Journal Wakaie, S. (2007). The Quality of
of Nursing) ;6(1). Life, Mental Health, and Perceived
Kuniarto. (2006). Penderita Insomnia. Stigma of Insomniac in Bangladesh.
Kompas, Maret 23; Opini hal. 6. Social Science and Medicine.
Kusuma, H. (2011). Hubungan Antar Available:
Depresi Dengan Dukungan http://www.sciencedirect.com/scienc
Keluarga Dengan Kualitas Hidup e/article/ pii/S0277953607000585.
Penderita Insomnia Yang Menjalani V, P. R., IR, R. & DD, P. (2000). Socio-
Rawat Jalan Di Rspun Cipto Economic Rehabilitation
Mangkusumo Jakarta (Tesis). Programme of Insomniac India –
Jakarta: Universitas Indonesia. Methodology, Results and
LeBourgeois, MK., Giannotti, F., Cortesi, Application of Needs-Based Socio-
F., Wolfson, AR., & Harsh, J. Economic Evaluation. Insomniac
(2005). The relationship between Rev, 71.
reported sleep quality and sleep Yocki. ( 2007). Faktor-Faktor Penyebab
hygiene in Italian and American Insomnia Pada Mahasiswa (Tesis).
adolescents. Pediatrics, 115:257-65. Semarang: Fakultas Psikologi
MD, D. G. & MD, B. A. B. (2014). Hiv Universitas Katolok Soegijapranata.
Dan Psikiatri. Jakarta: Spiritia.

241
242

Muhammad Akbar Nurdin et.al ISSN 2599-1167

Zeidler, M. R. Insomnia. (2011).
Available:
http://www.emedicina.medscape.co
m/article/ 1187829.com
Zulkifli, A., Arsunan, A., Yahya, M.
(2012). Determinan Insomnia pada
Usia Lanjut. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional. Makassar:
Universitas Hasanuddin ;7(4).

242
243

Anda mungkin juga menyukai