Hukum Dan Korupsi
Hukum Dan Korupsi
Disusun oleh:
Adam Ramadhan Rifai
720412172
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi berasal dari Bahasa Latin, corruptio. Kata ini sendiri memiliki kata
kerja corrumpere yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, atau
menyogok. Menurut Andi Hamzah dalam bukunya “Pemberantasan Korupsi,” dari
Bahasa Latin itulah kemudian turun ke banyak bahasa di Eropa, seperti Bahasa Inggris
yaitu corruption, corrupt; Bahasa Prancis yaitu corruption; dan Bahasa Belanda yaitu
corruptie, korruptie. Dari Bahasa Belanda inilah, kata itu turun ke Bahasa Indonesia,
yang sekarang menjadi korupsi. Pengertian korupsi menurut Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah setiap orang yang
secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
Negara.
Dalam sejarah Indonesia, korupsi mulai terjadi sejak zaman kerajaan. Bahkan
VOC bangkrut pada awal abad ke 20 akibat korupsi yang merajalela di tubuhnya.
Setelah proklamasi kemerdekaan, banyak petinggi Belanda yang kembali ke tanah
airnya. Posisi kosong mereka kemudian diisi oleh kaum pribumi pegawai pemerintah
yang tumbuh dan berkembang di lingkungan korup. Kultur korupsi ini kemudian terus
berlanjut hingga masa pemerintahan orde lama. Presiden Soeharto pada saat itu terus
mengupayakan berbagai cara untuk memberantas korupsi. Namun, di samping hal itu
Presiden Soeharto juga tumbang dengan isu korupsi.
Sampai saat ini, kasus korupsi di Indonesia seakan menjadi budaya yang sangat
sulit dihentikan, hampir pada setiap organisasi atau perusahaan bahkan institusi
pemerintahan, korupsi terus dilakukan. Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah
dalam posisi yang sangat parah dan begitu mengakar dalam setiap sendi kehidupan
Perkembangan praktek korupsi dari tahun ke tahun semakin meningkat, baik dari
kuantitas atau jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas yang
semakin sistematis, canggih serta lingkupnya sudah meluas dalam seluruh aspek
masyarakat. Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa
bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada
kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya.
Maraknya kasus tindak pidana korupsi di Indonesia, tidak lagi mengenal batas-
batas siapa, mengapa, dan bagaimana. Tidak hanya pemangku jabatan dan kepentingan
saja yang melakukan tindak pidana korupsi, baik di sektor publik maupun privat, tetapi
tindak pidana korupsi sudah menjadi suatu fenomena. Penyelenggaraan negara yang
bersih menjadi penting dan sangat diperlukan untuk menghindari praktek-praktek
korupsi yang tidak saja melibatkan pejabat bersangkutan, tetapi juga oleh keluarga dan
kroninya, yang apabila dibiarkan, maka rakyat Indonesia akan berada dalam posisi yang
sangat dirugikan. Menurut Nyoman Serikat Putra Jaya menyebutkan bahwa tindak
pidana korupsi tidak hanya dilakukan oleh penyelenggara negara, antar penyelenggara
negara, melainkan juga penyelenggara negara dengan pihak lain seperti keluarga, kroni
dan para pengusaha, sehingga merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, serta membahayakan eksistensi negara.
tersebar dalam 13 pasal. Korupsi adalah semua perbuatan atau tindakan yang
diancam dengan sanksi sebagaimana diatur di dalam UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor dan teori penyebab terjadinya korupsi?
2. Bagaimana cara memberantas korupsi yang sudah menggila di Indonesia dan
apa dampak dari korupsi di Indonesia?
3. Apa perbedaan tindak pidana korupsi dan penggelapan
C. Tujuan Penelitian
tujuan penelitian ini agar para pembaca,peminat dan sekaligus saya pribadi agar
bisa belajar dan memahami kasus dari maraknya tindakan korupsi yang ada di indonesia
saat ini dan juga tujuan Penelitian ini merupakan target yang akan dicapai dalam
penelitian baik sebagai solusi untuk meraih para pembaca mengerti maksud dari
penelitian ini dan baik sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi maupun sebagai
penemuan atas sesuatu yang diharapkan dan pada akhirnya memberikan rekomendasi
pada pihak-pihak yang bersangkutan.
D. Manfaat Penelitian
Dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan secara
khusus bermanfaat bagi ilmu hukum pidana khususnya dalam tindak pidana korupsi,
serta hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi dan diharapkan dapat
bermanfaat bagi pendidikan di bidang ilmu hukum dan untuk menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum khususnya dalam mengetahui perkembangan
terhadap Putusan Bebas Dalam Tindak Pidana Korupsi.
E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2017/18 oleh wicipto setiadi pada
program Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Pembangunan
Nasional (UPN) “Veteran” Jakarta, dengan judul tesis KORUPSI DI
INDONESIA (Penyebab, Bahaya, Hambatan dan Upaya Pemberantasan,
Serta Regulasi Dalam penelitian ini pokok permasalahnnya adalah Konsep
dan bahaya Korupsi, Hambatan Pemberantasan Korupsi, Langkah
Pemberantasan Korupsi.
2. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 oleh ranti fitriani sma negeri
kayu agung sumatra selatan, dengan judul tesis mewujudkan yang unggul
anti korupsi dalam penelitian ini pokok permasalahannya adalah cara
memberantas korupsi yang sudah menggila di Indonesia dan apa dampak
dari korupsi di Indonesia, pendapat masyarakat bahwa koruptor banyak dari
kalangan partai politik dan pejabat negara dan apa dasar hukum dan
hukuman bagi orang yang melakukan korupsi, sikap dan peran kita sebagai
generasi yang unggul untuk mengatasi korupsi.
BAB 2
Korupsi dipandang sebagai kejahatan luar biasa yang memerlukan upaya luar biasa
pula untuk memberantasnya. Di Indonesia, korupsi kerap kali dilakukan oleh para
pejabat publik hingga anggota dewan. Lantas apa sebenarnya pengertian korupsi?
Jeremy Pope dalam bukunya "Strategi Memberantas Korupsi" mengatakan, korupsi
adalah penyalahgunaan kekuasaan dan kepercayaan untuk kepentingan publik atau
perilaku tidak mematuhi prinsip mempertahankan jarak.
Dalam sejarah Indonesia, korupsi mulai terjadi sejak zaman kerajaan. Bahkan VOC
bangkrut pada awal abad ke 20 akibat korupsi yang merajalela di tubuhnya. Setelah
proklamasi kemerdekaan, banyak petinggi Belanda yang kembali ke tanah airnya. Posisi
kosong mereka kemudian diisi oleh kaum pribumi pegawai pemerintah yang tumbuh
dan berkembang di lingkungan korup. Kultur korupsi ini kemudian terus berlanjut
hingga masa pemerintahan orde lama. Presiden Soeharto pada saat itu terus
mengupayakan berbagai cara untuk memberantas korupsi. Namun, di samping hal itu
Presiden Soeharto juga tumbang dengan isu korupsi. Sampai saat ini, kasus korupsi di
Indonesia seakan menjadi budaya yang sangat sulit dihentikan, hampir pada setiap
organisasi atau perusahaan bahkan institusi pemerintahan, korupsi terus dilakukan.
maka menyebabkan korupsi bisa terjadi terus menerus karena dari kita sendiri yang
melakukan tindak itu.
Faktor internal korupsi terdiri dari 2 aspek, yaitu aspek individu dan aspek sosial.
- Kualitas moral individu juga berperan penting dalam penyebab terjadinya korupsi.
Adanya sifat serakah dalam diri manusia, gaya hidup yang konsumtif dan himpitan
ekonomi dapat membuat seseorang melakukan korupsi.
Faktor eksternal korupsi terdiri dari aspek sikap masyarakat terhadap korupsi, aspek
ekonomi, aspek politik dan aspek organisasi.
Menurut teori ini, korupsi terjadi jika manfaat korupsi yang didapat dirasakan
lebih besar dari biaya/risikonya (Nilai Manfaat Bersih Korupsi)
Berdasarkan motivasi pelaku, korupsi dapat dibedakan menjadi lima. Yakni, korupsi
karena kebutuhan, korupsi karena ada peluang, korupsi karena ingin memperkaya diri
sendiri, korupsi karena ingin menjatuhkan pemerintah, dan korupsi karena ingin
menguasai suatu negara .(Abdullah Hehamahua, makalah semiloka “Wajah
Pemberantasan Korupsi di Indonesia Hari Ini.”).korupsi memiliki sumber hukum dalam
UUD 1945 Dasar Hukum :
Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (2) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945;
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana; Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bebas dari Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme; Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi UU ini mengatur tentang :Beberapa ketentuan dan penjelasan
pasal dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi diubah sebagai berikut: Pasal 2 ayat (2) substansi tetap, penjelasan pasal
diubah sehingga rumusannya sebagaimana tercantum dalam penjelasan Pasal Demi
Pasal angka 1 Undang-undang ini; Ketentuan Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9,
Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12, rumusannya diubah dengan tidak mengacu pasal-pasal
dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana tetapi langsung menyebutkan unsur-unsur
yang terdapat dalam masing-masing pasal Kitab Undang- undang Hukum Pidana yang
diacu; Di antara Pasal 12 dan Pasal 13 disisipkan 3 (tiga) pasal baru yakni Pasal 12 A,
Pasal 12 B, dan Pasal 12 C; Di antara Pasal 26 dan Pasal 27 disisipkan 1 (satu) pasal
baru menjadi Pasal 26 A; Pasal 37 dipecah menjadi 2 (dua) pasal yakni menjadi Pasal
37 dan Pasal 37 A; Di antara Pasal 38 dan Pasal 39 ditambahkan 3 (tiga) pasal baru
yakni Pasal 38 A, Pasal 38 B, dan Pasal 38 C; Di antara Bab VI dan Bab VII ditambah
bab baru yakni Bab VI A mengenai Ketentuan Peralihan yang berisi 1 (satu) pasal,
yakni Pasal 43 A yang diletakkan di antara Pasal 43 dan Pasal 44; Dalam BAB VII
sebelum Pasal 44 ditambah 1 (satu) pasal baru yakni Pasal 43 B.
Pencegahan Korupsi masih terjadi secara masif dan sistematis. Praktiknya bisa
berlangsung dimanapun, di lembaga negara, lembaga privat, hingga di kehidupan
sehari-hari. Melihat kondisi seperti itu, maka pencegahan menjadi layak didudukkan
sebagai strategi perdananya. Melalui strategi pencegahan, diharapkan muncul langkah
berkesinambungan yang berkontribusi bagi perbaikan ke depan. Strategi ini merupakan
jawaban atas pendekatan yang lebih terfokus pada pendekatan represif.
Selain itu Korupsi dapat juga diberantas dengan upaya sebagai berikut.
Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di
Indone-sia, antara lain sebagai berikut :
1. Upaya pencegahan (preventif).
2. Upaya penindakan (kuratif).
3. Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.
4. Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).
Dan untuk mewujudkan indonesia bebas dari korupsi , tidak hanya dilakukan
dengan upaya tetapi harus di ikut serta kan oleh institusi di indonesia. Pemberantasan
korupsi di indonesia saat ini dilakukan oleh beberapa institusi :
1. Tim Tipikor (Tindak Pidana Korupsi)
2. Komisi Pemberantasan Korupsi
3. Kepolisian
4. Kejaksaan
5. BPKP
6. Lembaga non-pemerintah: Media massa Organisasi massa
Lalu adapun dampak dari korupsi di Indonesia yang saat ini sering terjadi
seperti;
Dampak nyata dari korupsi dari segi ekonomi akan menghambat pembangunan
ekonomi yang disebab kan oleh ke tidak efisien yang tinggi, dalam hal niaga korupsi
dapat membesar ongkos produksi dan distribusi karena adanya pembayaran yang tidak
resmi, biaya menagemen yang dianggarkan untuk negosiasi dengan pejabat korup, serta
suap yang di sebabkan resiko pembatalan perjanjian ataupun karena penyelidikan.
Dampak korupsi terhadap ekonomi pasti membuat negara rugi. Rakyat nya pun menjadi
miskin dan sengsara. Dan korupsi juga dapat menyebab kan krisis ekonomi.
publik akan menilai buruk kekuasaan politik yang di dapatkan dengan jalan
korupsi, selain itu penyelenggara pemerintahan dan pemimpinan tidak berorientasi
kepada kesejahteraan masyarakat. Efek buruk nya masyarak tidak serta merta akan
patuh dan taat kepada kepemimpinan nya, bila ini terjadi pemimpin akan mempertahan
kan kekuasaan nya, menggunakan cara-cara kekerasan serta membuka praktik korupsi
di masyarakat. Dan buruk nya akan terjadi ketidak stabilan sosial politik yang memaksa
turun nya penguasa yang korup tersebut. Dan dampak korupsi bagi politik akan
mengundang respon negatif dari negara lain atas pandangan politik kita.
Apabila korupsi telah menjadi budaya, aka masyarakat tersebut sudah sakit dan
kacau. Tidak berfungsi nya sistem sosial yang mencegah tindakan korupsi. Setiap
pribadi dalam masyarakat akan akan mengutamakan kepentingan nya sendiri dari pada
kepentingan bersama. Tidak ada kerja sama yang dilandasi ketulusan, sehingga
berujung kepada degradasi moral Dan karena korupsi juga dapat menyebab kan
pecahnya persatuan Indonesia.Masyarakat akan lebih mendahulukan dan memntingkan
diri nya sendiri tanpa memperhatikan orang lain. Ini semua akan menyebab kan ke
egoisan yang tinggi.
Melalui pengertian tindak pidana korupsi dari Pasal 2 Ayat 1 UU Tipikor ini,
terlihat bahwa terdapat 3 (tiga) unsur yaitu melawan hukum, untuk memperkaya diri
sendiri, dan kerugian negara. Ketiga unsur ini harus saling berhubungan dan dapat
dibuktikan keberadaannya. Adapun jenis tindak pidana korupsi terbagi dalam 7 (tujuh)
kelompok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 12C UU Tipikor,
yaitu: Tindak Pidana Korupsi yang merugikan keuangan negara (Pasal 2 dan Pasal 3);
Tindak Pidana Korupsi berupa praktek suap menyuap (Pasal 5 ayat (1) huruf a dan
huruf b, Pasal 13, Pasal 5 ayat (2), Pasal 12 huruf a dan b, Pasal 11, Pasal 6 ayat (1)
huruf a dan huruf b, Pasal 6 ayat (2), Pasal 12 huruf c dan huruf d; Tindak Pidana
Korupsi berupa penggelapan dalam jabatan (Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10 huruf a, huruf b
dan huruf c); Tindak Pidana Korupsi berupa pemerasan (Pasal 12 huruf e, huruf f dan
huruf g); Tindak Pidana Korupsi berupa perbuatan curang (Pasal 7 ayat (1) huruf a,
huruf b, huruf c dan huruf d, Pasal 7 ayat (2), Pasal 12 huruf h; Tindak Pidana Korupsi
berupa benturan kepentingan dalam pengadaan (Pasal 12 huruf i); Tindak Pidana
Korupsi berupa gratifikasi (Pasal 12 B jo. Pasal 12 C).
Pelaku dari tindak pidana korupsi ini berasal dari pegawai negeri atau
penyelenggara negara, penegak hukum, atau siapa saja dalam jabatannya yang
merugikan keuangan negara. Setelah pelaku ditangkap, pelaku dari tindak pidana
korupsi ini akan ditangani oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi yang merupakan
pengadilan khusus dalam Peradilan Umum. Sementara itu, pengertian penggelapan
berdasarkan dari Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (selanjutnya disebut
KUHP) adalah: “Barang siapa dengan sengaja menguasai secara melawan hukum,
sesuatu benda yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, yang berada
padanya bukan karena kejahatan, karena salah telah melakukan penggelapan, dihukum
dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun atau dengan hukuman denda
setinggi-tingginya sembilan ratus rupiah.
Selain itu tindak pidana korupsi terbagi dalam 7 bentuk dimana penggelapan
dalam jabatan hanya salah satu bentuk dari tindak pidana korupsi. Dasar Hukum : Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berada pada Buku Kedua tentang
Kejahatan Bab XXIV tentang Penggelapan (Lembaran Negara Nomor 127 Tahun 1958,
Tambahan Lembaga Negara Nomor 1660). Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Nomor 140 Tahun
1999, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3874). Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Nomor 134 Tahun 2001,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4150). Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
25/PUU-XIV/2016
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor & teori penyebab terjadinya korupsi Jeremy Pope pada bukunya "Strategi
Memberantas Korupsi" mengatakan, korupsi merupakan penyalahgunaan kekuasaan &
agama buat kepentingan publik atau konduite nir mematuhi prinsip mempertahankan
jarak. Presiden Soeharto dalam ketika itu terus mengupayakan aneka macam cara buat
memberantas korupsi. Sampai ketika ini, perkara korupsi pada Indonesia seakan
sebagai budaya yg sangat sulit dihentikan, hampir dalam setiap organisasi atau
perusahaan bahkan institusi pemerintahan, korupsi terus dilakukan. maka
mengakibatkan korupsi mampu terjadi terus menerus lantaran berdasarkan kita sendiri
yg melakukan tindak itu. korupsi dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
mengenai Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi merupakan setiap orang yg secara
melawan aturan melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi yg bisa merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Praktik- praktik tindak pidana korupsi yg terjadi pada Indonesia hampir setiap hari
diberitakan sang media massa. Kenyataan praktik penyebab korupsi yg terjadi pada
Indonesia bukan hanya melibatkan personal, namun jua instansi politik & aturan.
Faktor Internal (berdasarkan pada diri individu) Faktor internal korupsi terdiri
berdasarkan dua aspek, yaitu aspek individu & aspek sosial. Adanya sifat serakah pada
diri manusia, gaya hayati yg konsumtif & himpitan ekonomi bisa menciptakan seorang
melakukan korupsi. - Dalam aspek sosial, famili bisa sebagai pendorong seorang buat
berperilaku korup. Faktor eksternal (berdasarkan luar diri individu) Faktor eksternal
korupsi terdiri berdasarkan aspek perilaku rakyat terhadap korupsi, aspek ekonomi,
aspek politik & aspek organisasi. Demikianlah tindak korupsi pada sebuah organisasi
tak jarang kali ditutup-tutupi. Kondisi ekonomi tak jarang membuka peluang bagi
seorang buat korupsi. Pendapatan yg nir bisa memenuhi kebutuhan atau ketika sedang
terdesak kasus ekonomi membuka ruang bagi seorang buat melakukan jalan pintas, &
keliru satunya merupakan menggunakan melakukan korupsi. Aspek-aspek penyebab
korupsi pada sudut pandang organisasi antara lain; Teori-Teori penyebab korupsi yg tak
jarang terjadi antara lain: Faktor-faktor penyebab korupsi merupakan keserakahan
(greed), kesempatan (opportunity), kebutuhan (needs), & pengungkapan (expose).
Organisasi, instansi, atau rakyat luas pada keadaan eksklusif membuka Faktor
Kesempatan melakukan kecurangan. Dan, faktor pengungkapan berkaitan
menggunakan tindakan atau konsekuensi yg dihadapi sang pelaku kecurangan bila
pelaku diketemukan melakukan kecurangan. Korupsi terjadi lantaran adanya faktor
kekuasaan & monopoli yg nir dibarengi menggunakan akuntabilitas. Tiga faktor yg
berpengaruh terhadap fraud (kecurangan) merupakan kesempatan, motivasi, &
rasionalisasi. Menurut teori ini, korupsi terjadi bila manfaat korupsi yg didapat
dirasakan lebih akbar berdasarkan biaya/risikonya (Nilai Manfaat Bersih Korupsi)
Korupsi terjadi bila masih ada kesempatan/peluang (kelemahan sistem supervisi kurang.
Berdasarkan motivasi pelaku, korupsi bisa dibedakan sebagai lima.
B. Saran
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5855061/apa-yang-dimaksud-korupsi-
ketahui-penyebab-dan-upaya-untuk-memberantasnya
file:///C:/Users/--------/Downloads/19138-1-36626-1-10-20160301.pdf
https://itjen.pu.go.id/single_kolom/74
https://acch.kpk.go.id/images/spak/files/games/07-Buku-kunci-jawaban-Arisan.pdf
http://eprints.ums.ac.id/31461/2/Bab_1.pdf
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/4015/05.1%20bab%201.pdf?
sequence=5&isAllowed=y
https://repository.upnvj.ac.id/1914/3/BAB%20I.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/175/2/1HK09701.pdf
http://scholar.unand.ac.id/36929/2/bab%201%20pdf.pdf
https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/view/234
file:///C:/Users/--------/Downloads/234-822-1-PB.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/4529/2/1HK09937.pdf
file:///C:/Users/--------/Downloads/makalah%20fik%20tinggal%20kirim%20ke
%20OSF.pdf
https://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/dejure/article/view/1425
http://mh.uma.ac.id/2021/08/teori-teori-penyebab-korupsi/#:~:text=Faktor
%2Dfaktor%20penyebab%20korupsi%20adalah,berkaitan%20dengan%20individu
%20pelaku%20korupsi
http://rantyirlani15.blogspot.com/2014/10/karya-tulis-ikmiah-tentang-korupsi.html
https://jdih.komisiyudisial.go.id/frontend/detail/4/9#:~:text=Dasar%20Hukum
%20%3A&text=Undang%2DUndang%20Nomor%208%20Tahun,tentang
%20Pemberantasan%20Tindak%20Pidana%20Korupsi
https://lbhpengayoman.unpar.ac.id/apakah-perbedaan-tindak-pidana-korupsi-dan-
penggelapan
http://e-journal.uajy.ac.id/4150/6/5MIH00941.pdf