Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

WIDUWIDU
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................2
LANDASAN TEORI.................................................................................................................2
2.1 Nilai Budaya...................................................................................................................2
2.2 Etika Bisnis.....................................................................................................................3
BAB III.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
3.1 Model Perilaku Budaya Yang Ada Di Negara Belanda.................................................5
3.2 Pengelompokkan Budaya Etnis Di Negara Belanda......................................................8
3.3 Dimensi Bisnis Yang Ada Di Negara Belanda .............................................................9
3.4 Perbedaan Budaya Belanda Dan Budaya Indonesia.....................................................11
BAB IV....................................................................................................................................14
PENUTUP................................................................................................................................14
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belanda adalah sebuah negara monarki konstitusional yang terletak di Benua Eropa, wilayahnya
mencakup daratan di Benua Eropa Barat dan tiga pulau di kawasan Karibia. Belanda memiliki
dua belas provinsi yang terletak di barat laut Eropa, di pantai Laut Utara. Negara yang dipimpin
oleh seorang Raja yang bernama Raja Willem Alexander ini memiliki luas wilayah sebesar
41.543 km2 dan jumlah penduduk sebanyak 17.280.397 jiwa pada tahun 2020. Etnis Belanda
atau Dutch adalah etnis mayoritas di negara Belanda, bahasa resmi yang digunakannya adalah
bahasa Belanda (Dutch). Nama populernya, Holland, sebenarnya adalah nama sebuah provinsi
historis yang telah lama menjadi pusat politik dan ekonomi negara. Netherlands berarti “negara
rendah.” Nama ini cocok, karena hampir seperempat dari wilayah negara ini pada kenyataannya
terletak di bawah permukaan laut. Dan hampir setengah dari penduduknya hidup di darat yang
telah direklamasi dari laut. Belanda menganut demokrasi parlementer yang disusun sebagai
negara kesatuan dengan ibu kota yang bertempat di Amsterdam, sedangkan pusat pemerintahan
dan kedudukan monarkinya berada di Den Haag.

Salah satu ikon penting dalam kehidupan penduduk setempat termasuk wisata Belanda adalah
kincir angin, sehingga tak heran jika negeri di Benua Biru ini dijuluki sebagai Negeri Kincir
Angin. Kincir angin muncul di Belanda pada awal 1200 Masehi dan digunakan untuk menggiling
biji-bijian dan jagung. Selain itu, kincir angin juga berfungsi untuk melakukan reklamasi pada
daratan, yaitu dengan mengeringkan tanah yang memiliki kadar air terlalu tinggi atau bahkan
terendam air laut agar layak dihuni atau digarap. Kemudian pada abad ke-16, kincir angin tak
lagi hanya berguna sebagai mesin pengering tanah, tapi juga untuk melakukan produksi barang.
Seperti menghancurkan, mencampur, atau memproses sesuatu agar dapat menjadi produk yang
layak untuk digunakan. Bukan cuma itu saja, di masa lampau, kincir angin juga punya fungsi
penting dalam menyebarkan informasi, seperti pernikahan atau kematian. Terkadang kincir angin
juga digunakan untuk memanggil karyawan agar datang lebih cepat ke pabrik. Dan dalam
beberapa kesempatan, kincir angin memberikan informasi bagi penduduk setempat agar tidak
menyerang NAZI pada Perang Dunia II. Menariknya lagi, kincir angin bahkan pernah digunakan
untuk membantu aktivitas pabrik penggergajian kayu di Belanda pada masa lampau. Pabrik
penggergajian tersebut kemudian memainkan peranan yang sangat penting dalam sejarah, karena
memungkinkan Belanda untuk membangun kekuatan dalam pelayaran, hingga mencapai zaman
keemasan pada abad ke-17. Karena fungsinya yang membantu aktivitas manusia, kincir angin
kian bertumbuh dan berkembang. Pada abad ke-19, terhitung ada sekitar 9000 kincir angin yang
tersebar di Belanda.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada beberapa permasalahan yang telah diuraikan yang berasal dari
fenomena bisnis yang ada, maka dapat dirumuskan masalah yaitu :
1. Apa saja model perilaku budaya yang ada di negara Belanda?
2. Bagaimana pengelompokkan budaya etnis di negara Belanda?
3. Bagaimana dimensi bisnis yang ada di negara Belanda?
4. Apa perbedaan budaya Belanda dan budaya Indoenesia?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi secara dalam
budaya di negara Belanda.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Nilai Budaya


Nilai-nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu
masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu
kebiasaan, kepercayaan, simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat
dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan
terjadi atau sedang terjadi. Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan,
moto, visi misi, atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan
atau organisasi. Berikut ini merupakan karakteristik budaya:
a. Komunikasi dan Bahasa
Sistem komunikasi, verbal dan nonverbal, membedakan suatu kelompok dari
kelompok lainnya. Meskipun bahasa tubuh mungkin universal, perwujudannya
berbeda secara lokal.
b. Pakaian dan Penampilan
Pakaian, dandanan (aksesoris/perhiasan), penampilan luar, cenderung berbeda secara
kultural. Misalnya kebaya dan batik Jawa(Indonesia), kimono Jepang, payung Inggris,
sarung Polynesia.

2
c. Makanan dan Kebiasaan Makan
Cara memilih, menyiapkan, menyaikan, dan memakan makanan sering berbeda antara
budaya yang satu dengan budaya yang lainnya.
d. Waktu dan Kesadaran akan Waktu
Kesadaran akan waktu berbeda antara budaya yang satu dengan budaya lainnya.
Sebagian orang tepat waktu dan sebagian orang lainnya merelatifkan waktu.
e. Penghargaan dan Pengakuan
Suatu area tertentu mempunyai cara tersendiri dalam memberi penghargaan dan
pengakuan.
f. Hubungan
Budaya juga mengatur hubungan manusia dan hubungan-hubungan organisasi
berdasarkan usia, jenis kelamin, status, kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan, dan
kebijaksanaan.
g. Nilai dan Norma
Nilai dan Norma manusia juga dipengaruhi oleh kebutuhan hidup masing-masing.
Seseorang yang menginginkan kelangsungan hidup, menghargai usaha-usaha
pengumpulan makanan, penyediaan pakaian dan rumah yang memadai. Sedangkan
mereka yang mempunyai kebutuhan lebih tinggi menghargai materi, uang, gelar-gelar
pekerjaan, hukum, dan keteraturan.

2.2 Etika Bisnis


Menurut Saban Echdar dan Maryadi dalam buku Business Ethics and Entrepreneurship:
Etika Bisnis dan Kewirausahaan (2019), etika bisnis adalah cara yang digunakan dan
diterapkan dalam kegiatan bisnis, mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
perusahaan, individu, serta masyarakat. Dalam perusahaan, etika bisnis dapat
membentuk nilai, norma serta perilaku karyawan atau pimpinan. Etika bisnis diperlukan
untuk menjalin hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan atau mitra kerja,
masyarakat serta pemegang saham.

Teori Etika Bisnis.


Dikutip dari buku Etika Bisnis (2020) karya Eko Sudarmanto dan kawan-kawan, teori
etika membantu orang menilai keputusan etis. Teori ini digunakan untuk menilai benar
atau tidaknya sebuah keputusan moral. Secara garis besar, teori etika bisnis dapat dibagi
menjadi empat jenis, yaitu:
1) Utilitarianisme.

3
Berasal dari Bahasa Latin, yakni ‘utilis’, artinya bermanfaat. Teori ini menjelaskan
jika sebuah perbuatan bisa dikatakan baik jika membawa manfaat untuk seluruh
masyarakat. Utilitarianisme juga sering disebut teori teleologis. Teori ini mengatakan
jika kualitas etis bisa didapatkan dari tercapainya tujuan.
2) Deontologi.
Berasal dari Bahasa Yunani, yakni ‘deon’, berarti kewajiban. Hal ini berarti jika baik
buruknya suatu perbuatan didasarkan pada kewajiban. Perbuatan tidak selalu menjadi
baik hanya karena hasilnya baik, melainkan karena sebuah kewajiban yang harus
dilakukan.
3) Teori hak.
Jenis teori ini mengakar pada deontologi. Hak menyangkut martabat manusia,
sehingga manusia manapun tidak boleh dikorbankan untuk mencapai tujuan. Dalam
etika bisnis, teori hak menjadi salah satu teori yang sangat penting untuk dijalankan.
4) Teori keutamaan Teori ini lebih berfokus pada manusia sebagai pelaku moral. Teori
keutamaan memandang cara orang bersikap, seperti baik atau tidak, ramah atau tidak,
jujur atau tidak, dan lain sebagainya. Keutamaan dalam teori ini diartikan sebagai
watak yang diperoleh seseorang yang memungkinkannya bersikap baik secara moral.

Prinsip Etika Bisnis


Etika bisnis memiliki empat prinsip utama yang hendaknya selalu dijalankan oleh
perusahaan. Berikut penjelasannya:
1) Prinsip Saling Menguntungkan,
Artinya setiap kegiatan bisnis yang dilakukan, harus menguntungkan atau memberi
manfaat bagi seluruh pihak yang terlibat.
2) Prinsip Kejujuran,
Prinsip kejujuran menjadi etika utama yang harus selalu diterapkan, tidak hanya ke
mitra bisnis saja, namun juga ke pelanggan dan di internal perusahaan.
3) Prinsip otonomi
Pelaku bisnis harus bisa dan mampu mengambil keputusan yang tepat. Keputusan ini
tidak boleh bertentangan dengan etika bisnis atau peraturan yang berlaku.
4) Prinsip keadilan
Artinya seluruh pihak yang terlibat dalam bisnis, harus mendapat hak dan perlakukan
yang sama.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Model Perilaku Budaya Yang Ada Di Negara Belanda.


Bangsa Belanda memiliki beberapa model-model budaya, di antaranya:
a. Individualisme.
Masyarakat individualisme mempunyai ciri-ciri yaitu individu adalah hal paling
penting, lebih menekankan pada independensi, pencapaian individu sangat dihormati,
dan keunikan dari individu dipandang nilai penting.
b. Low-uncertaity avoidance.
Didasari pada kenyataan bahwa masa depan tidak dapat diketahui sehingga tidak
pernah dapat memprediksi seratus persen sesuai dengan yang diharapkan maka
budaya yang menganut penghindaran ketidakpastian akan menghindari ketidakpastian
tersebut. Dalam hal ini Belanda berusaha menghindari ketidakpastian yang rendah.
c. Femininitas.
Bangsa yang menganut femininitas mengharap seseorang bersikap interdependensi,
simpati terhadap yang tidak beruntung.

Secara umum, karakteristik dari masyarakat Belanda adalah sebagai berikut :


a. “Straightforward”: mereka tidak sungkan-sungkan mengatakan opininya.
b. Kritis akan keadaan sekitar: cenderung suka komplain.
c. Suka membantu: apalagi untuk pelajar. Mereka tidak ragu untuk membantu kita,
pelajar internasional untuk beradaptasi disini.
d. Cenderung tertutup (tidak ekstrovert): kecuali jika kita sudah kenal dekat dengan
mereka.
e. Individualistis: berbeda dengan budaya Indonesia yang cenderung ’keroyokan’.
f. Optimis dan pekerja keras: selalu mengutamakan persaingan.
g. Tepat waktu. Mereka sangat menghargai waktu. Patut diperhatikan jika membuat janji
dengan orang Belanda.
h. Sangat teratur: agenda selalu ada di tangan. Janji selalu ditepati.
i. “Work hard play hard”: mereka sangat mengutamakan waktu luang saat weekend.

Berikut ini beberapa etika dan budaya kerja sama di negara Belanda:
a. Etika Pertemuan dan Gaya Bahasa Tubuh.

5
Negara Belanda memiliki etika dalam pertemuan dan gaya bahasa tubuh, etika
tersebut yaitu:
1. Ketika bertemu berjabat tangan dan berjabat tangan lagi ketika akan berpisah.
2. Memperkenalkan diri ketika bertemu.
3. Orang belanda menganggap tidak sopan jika tidak menyebutkan nama belakang
ketika berbicara dan mengangkat telfon.
4. Tidak boleh menyapa dengan cara berteriak dan melemparkan salam tidak sopan.
5. Tidah boleh melambai-lambaikan tangan.
6. Semuanya dianggap setara dan sama, sehingga tidak ada senioritas.
7. Tidak menunjukkan kegembiraan secara berlebihan saat mengobrol.
8. Menatap mata lawan bicara saat mengobrol.
9. Menghargai privasi dan tidak membicarakan orang lain.

b. Etika Berpakaian.
Negara Belanda memiliki etika dalam berpakaian, etika tersebut yaitu:
1. Orang belanda lebih cenderung memilih busana yang kasual dan santai.
2. Pakaian tradisional dan dasi hanya dipakai dalam berbisnis dan pemerintahan.
3. Dalam melakukan bisnis di Belanda, orang lain dapat memakai jas dan dasi
meskipun pakaian sporty dapat diterima, perempuan memakai gaun.
4. Melepas jaket di dalam kantor diperbolehkan, jangan menggulung lengan baju
ketika keluar kantor, pakai jaket kembali.

c. Etika Memberi Hadiah dalam Bisnis.


Negara Belanda memiliki etika dalam memberikan hadiah dalam bisnis, etika tersebut
yaitu:
1. Secara umum, hadiah tidak diberikan atau diharapkan dalam kegiatan bisnis.
2. Bertukar hadiah dalam urusan bisnis dilakukan hanya sesekali dan dilakukan ketika
ada hubungan secara personal.
3. Orang belanda menganggap segala bentuk pamer yang menunjukkan kekayaan
adalah hal yang buruk.
4. Memberi buku, benda seni, wine dan minuman beralkohol sebagai hadiah, jangan
memberi senjata tajam.
5. Ketika diundang ke rumah seseorang, bawalah hadiah kecil untuk pemiliknya.
6. Persentase wanita yang bekerja di luar rumah adalah salah satu yang terendah di
eropa dan umumnya mendapatkan gaji yang lebih rendah.

6
7. Wanita belanda memperjuangkan persamaan hak, kesetaraan perempuan
merupakan prioritas kebijakan.
8. Perempuan asing biasanya tidak memiliki masalah jika berbisnis di Belanda.
9. Sudah biasa dan dapat diterima jika seorang pebisnis wanita untuk makan malam.
10. Pebisnis wanita tidak masalah jika harus membayar makanannya sendiri.

d. Budaya Kerjasama.
Budaya kerjasama di negara Belanda adalah sebagai berikut:
1. Orang belanda mengganggap waktu sangat penting ketika sedang meeting, dan
jika terlambat harus memberikan kejelasan.
2. Keterlambatan tanpa kabar, menunda atau membatalkan perjanjian, dapat
merusak hubungan dan kepercayaan seseorang.
3. Setelah selesai berbicara memberikan biasnya saling memberikan kartu nama
4. Bisnis card dalam bahasa inggris dapat diterima.
5. Orang belanda jago berurusan dengan orang asing.
6. Orang belanda termasuk pedagang yang cukup berpengalaman dan berhasil di
Eropa.
7. Dalam presentasi orang belanda harus mempunyai persiapan dan berdasarkan
fakta serta tidak ceroboh.
8. Orang belanda cenderung to the pointdan tidak basa-basi.
9. Orang belanda cenderong kolot, tegas serta keras kepala.
10. Orang belanda berani membuat percobaan tetapi dengan resiko yang minimal.
11. Orang belanda sangat teliti dengan uang, dan orientasi dengan uang atau
keuntungan, tetapi orang belanda tidak terobsesi dengan angka.
12. Dalam merencanakan sesuatu orang belanda sangat hati-hati dan pragmatis dalam
membuat strategi, biasanya mereka membuat strategi step by step.
13. Orang belanda selalu membuat persiapan dalam merencanakan sesuatu dan
perencanaan itu selalu diinfokan ke setiap divisi dalam perusahaan.
14. Di beberapa perusahaan proses pembuatan keputusan lama dan membutuhkan
konsultasi yang lama.
15. Orang belanda akan tetap berbicara sampai semua pihak setuju.
16. Ketika suatu keputusan dibuat pelaksanaannya cepat dan efisien.
17. Di Belanda komitmen di anggap serius dan sangat dihormati, jangan pernah
berjanji apapun yang sebenernya tidak ada rencana untuk melakukannya.

7
3.2 Pengelompokkan Budaya Etnis Di Negara Belanda.
Penduduk Belanda sebagian besar adalah keturunan bangsa Jerman yang menetap di
wilayah tersebut di zaman kuno. Penduduk Belanda menyebut dirinya sendiri sebagai
Netherlander atau Hollander. Dalam bahasa Inggris, mereka dikenal sebagai Dutch.
Masyarakat Belanda sangat multikultur. Sejak beberapa dasarwarsa yang lalu sejarah
negara ini menyebabkan banyak warga dari negara lain hidup di Belanda. Orang Belanda
sangat terbiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan orang-orang dari negara lain dari
seluruh dunia. Beragamnya budaya menyebabkan Belanda menjadi negara pertemuan
ilmu pengetahuan, ide-ide dan budaya dari seluruh dunia. Walaupun Belanda adalah
bahasa utamanya, tetapi mayoritas masyarakatnya dapat berbicara denga bahasa Inggris
dan mampu berbahasa asing lainnya, seperti Jerman atau Perancis.

Orang Belanda termasuk kelompok manusia yang sangat rajin, pintar, ulet, dan terbuka.
Sejak pertama kali warganya tinggal di wilayah tersebut, mereka sadar sedang mendiami
daerah yang tidak normal. Bayangkan saja, hampir seluruh wilayah Belanda berada di
bawah permukaan laut. Rata-rata sekitar 1 meter di bawah laut. Bahkan, salah satu
wilayahnya lebih rendah 7 meter dibanding laut. Akan tetapi, otak mereka bekerja keras
untuk menemukan cara terbaik mengatasi masalah tersebut. Hasilnya bisa dilihat sampai
sekarang. Hampir semua wilayah yang berbatasan dengan laut Utara, kini disekat oleh
dinding yang sangat kokoh, menyerupai sebuah benteng atau bendungan yang mampu
menahan air. Berkat dinding-dinding tersebut, Belanda tetap aman dari ancaman air laut
yang sewaktu-waktu bisa mendatangkan bencana.

Belanda menganut budaya universalism karena lebih melihat rinsip bersama


dibandingkan perbedaan yang ada. Manajer Belanda lebih spesifik atau analitis
dibandingkan integrasi seperti percaya bahwa sistem dirancang agar bekerja seefisien
mungkin dibantu dengan mesin atau perlengkapan lainnya dan orang dibayar untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka. Orang Belanda menganut budaya
waktu berurutan artinya perkembangan bertahap harus ditunjukkan untuk mengindari
tidak tuntasnya pekerjaan. Manajer Belanda lebih individualisme seperti menekankan
persaingan, kemandirian, pengembangan potensi diri ketimbang kepentingan bersama.
Orang Belanda memiliki budaya internal yaitu membuat rencana kerja dengan
mengandalkan kemampuan diri sendiri. Manajer Belanda pada budaya pencapaian
dibanding status karena anggapan karena bagi orang belanda status ditentukan dari apa
yang dicapai. Manajer Belanda mengaut budaya kesetaraan daripada hirarki seperti

8
percaya bahwa manajer harus mempunyai semua jawaban atas pekerjaan bawahannya
serta membantu bawahannya.

3.3 Dimensi Bisnis Yang Ada Di Negara Belanda .


Menurut Ketua Indonesian Diaspora Network (IDN) Belanda Ebed Litaay (2015) ada
tiga kunci yang bisa lakukan untuk bekerja maupun mendirikan bisnis di Belanda.

1) Mampu Beradaptasi dengan Lingkungan dan Budaya Masyarakat Lokal.


Untuk berbisnis di negara Belanda harus mampu beradaptasi dengan lingkungan dan
budaya masyarakat lokal. Karena meskipun Indonesia mempunyai hubungan sejarah
dengan Belanda namun berbeda dalam hal budaya dan kebiasaan. Intinya harus bisa
beradaptasi dengan lingkungan sekitar maupun. Tapi jangan sampai melupakan
identitas kita sebagai bangsa Indonesia.
2) Jujur dan Jadi Diri Sendiri.
Masyarakat Eropa seperti Belanda lebih menyukai pribadi yang tampil apa adanya.
Tidak perlu sungkan ataupun tunduk kepada atasan jika memang memiliki ide
gagasan yang berbeda. Orang Belanda di dunia kerja lebih suka profesional. Mereka
lebih suka jika karyawannya membangkang, tapi harus memberikan input. Kalau
budaya Indonesia membangkang itu tidak sopan, menyangkal pemikiran atasan pasti
takut. Tapi kalau bos di Belanda justru mereka senang dengan orang-orang yang
berani memberikan idenya.
3) Membangun Jaringan Kepada Semua Orang.
Jangan ragu untuk membangun jaringan kepada semua orang. Dengan memiliki
jaringan yang luas akan membuka peluang untuk mendaki karir ataupun
mengembangkan bisnis. Pasalnya orang Belanda terkadang suka merekomendasikan
orang ataupun sebuah usaha.

Berikut ini beberapa tips budaya untuk melakukan bisnis di negara Belanda
1) Dalam budaya bisnis Belanda, perlu diingat bahwa mereka tidak menghabiskan
banyak waktu untuk bersosialisasi sebelum rapat atau diskusi bisnis lainnya. Segera
setelah perkenalan yang diperlukan dibuat, mereka kemungkinan akan melanjutkan
dengan bisnis yang ada.
2) Jangan menyebut Belanda "Belanda" karena istilah itu secara khusus mengacu pada
hanya dua dari 12 provinsi yang membentuk negara.

9
3) Jika Anda tahu bahwa Anda akan terlambat, pastikan untuk menelepon terlebih
dahulu dan biarkan diri Anda dengan alasan yang sah.
4) Merencanakan, mengatur, dan mengatur adalah nilai-nilai yang kuat dalam budaya
ini sehingga rencanakan dengan tepat. Belanda menekankan pentingnya penggunaan
waktu yang efisien sehingga keandalan adalah sesuatu yang sangat dihargai. Setiap
perusahaan yang tidak dapat dengan cepat dan cepat memberikan layanan atas
permintaan akan mengalami kesulitan untuk berhasil dengan pelanggan Belanda.
5) Setelah pengenalan, ulangi nama belakang Anda saat Anda berjabat tangan. Ini
bukan benar-benar bagian dari budaya bisnis Belanda untuk bertanya, "Apa kabar?"
Pengusaha Belanda hanya menanyakan jenis pertanyaan ini untuk membantu
pengunjung merasa nyaman.
6) Ketika Anda belum diperkenalkan secara resmi kepada semua orang di bisnis atau
pertemuan sosial, Anda harus mengambil inisiatif untuk memperkenalkan diri. Pergi
berkeliling ruangan dan berjabat tangan dengan semua orang sambil mengulangi
nama belakang Anda. Tidak melakukan hal ini dapat meninggalkan kesan buruk.
7) Teman-teman yang sangat dekat kadang-kadang saling berciuman ringan di pipi
ketika menyapa. Ini hanya cocok ketika pria mencium wanita atau wanita saling
mencium.
8) Ketika berbicara, orang Belanda biasanya berdiri lebih jauh terpisah daripada orang
Amerika Utara, jadi berdiri sekitar lengan panjang terpisah. Pengaturan furnitur
mencerminkan ini sehingga Anda mungkin menemukan diri Anda duduk di kursi
yang tampaknya luar biasa jauh. Jangan gerakkan kursi Anda lebih dekat, jika ini
terjadi.
9) Hindari berdiri dengan tangan di saku Anda, atau tinggalkan tangan kiri Anda di
dalam saku sambil berjabat tangan dengan tangan kanan karena ini dianggap tidak
sopan.
10) Belanda tidak suka menampilkan kekayaan yang mencolok. Membual tentang
penghasilan, gaya hidup, atau harta Anda tidak akan mengesankan orang Belanda.
Mereka waspada terhadap klaim yang meningkat, jadi gunakan banyak bukti dan
data lain untuk meyakinkan mereka akan keunggulan produk atau ide Anda.
Presentasi yang sederhana dan langsung dihargai.
11) Di Belanda, hampir semua orang yang Anda temui akan berbicara bahasa Inggris.
Jangan merasa dipaksa untuk bertanya apakah seseorang berbicara bahasa Inggris
karena diasumsikan dan Belanda tidak suka ditanyai tentang hal itu.

10
12) Belanda biasanya menjawab telepon mereka hanya dengan menyebutkan nama
belakang mereka. Jangan tersinggung oleh keterusterangan ini dalam cara telepon
Belanda.
13) Kualitas hormat Belanda seperti keterusterangan dan kejujuran. Dalam budaya ini,
kekerasan lebih disukai daripada tipuan atau penghindaran. Akibatnya, ketika Anda
benar-benar ingin mengatakan "tidak", jawaban sementara seperti "Saya akan
mempertimbangkannya", "Kita akan melihat", atau "mungkin" tidak dapat diterima.
14) Menoleransi perbedaan dan keragaman individu adalah bagian penting dari karakter
Belanda. Ada kepercayaan yang berlaku bahwa orang harus bebas untuk hidup
sesuka mereka selama yang lain tetap tidak terluka.
15) Bersikap sopan kepada semua personel layanan karena budaya Belanda menekankan
bahwa setiap orang setara, dan tidak ada warga negara yang wajib menjadi pelayan
orang lain. Jangan pernah memperlakukan orang Belanda dengan cara yang
merendahkan.
16) Diberitahu tentang peristiwa politik baru-baru ini, baik di negara Anda sendiri dan di
Belanda, karena Belanda suka mendiskusikan politik. Namun, hindari terlibat dalam
diskusi politik jika Anda tidak memiliki informasi yang baik.
17) Privasi adalah kunci penting di Belanda, dan apakah di rumah atau di tempat kerja
pintu sering tertutup. Selalu mengetuk pintu yang tertutup dan menunggu untuk
disuruh masuk.
18) Sangat mudah salah menafsirkan isyarat tertentu yang digunakan oleh Belanda,
terutama jika Anda orang Amerika Utara. Ini karena banyak gerakan yang umum
digunakan di Amerika Utara memiliki arti yang sangat berbeda di Belanda. Teliti
variasi perbedaan gesture sebelumnya.
19) Memberikan pujian bukanlah bagian dari budaya bisnis Belanda. Karena sebagian
besar pekerjaan dilakukan dalam kelompok, tidak ada banyak penekanan pada upaya
mengenali individu. Ketika diperlukan seseorang untuk dipuji atau dikritik, Belanda
biasanya melakukan ini secara pribadi.

3.4 Perbedaan Budaya Belanda Dan Budaya Indonesia


a. Budaya Belanda.
Pembahasan nilai dan perilaku bisnis budaya barat didasarkan pada model budaya
Hampden Turner dan Trompenaars dalam buku The Seven Cultures of Capitalism
dengan melihat unsur-unsur :

11
1) Universalism dan particularism.
2) Individualism dan communitarianism (individualisme dan komunitarianisme).
3) Specificity dan diffuseness (spesifik dan menyebar).
4) Acchieved dan ascribed status (pencapaian dan anggapan).
5) Inner dan outer direction (arah internal dan arah luar).
6) Sequential dan synchronous time (waktu berurutan dan waktu sinkron).

Negara Belanda adalah negara yang sangat mengormati kunstwerk (pekerjaanseni)


yang meliputi seni rekayasa, hidrolika, pengerukan , bangunan, arsitektur dan
perencanaan lingkungan.
1) Universalism.
Belanda menganut budaya universalism karena lebih melihat prisip bersama
dibandingkan perbedaan yang ada.
2) Analitis.
Manajer Belanda lebih spesifik atau analitis dibandingkan integrasi seperti percaya
bahwa sistem dirancang agar bekerja seefisien mungkin dibantu dengan mesin atau
perlengkapan lainnya dan orang dibayar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
kepada mereka.
3) Waktu berurutan.
Orang Belanda menganut budaya waktu berurutan artinya perkembangan bertahap
harus ditunjukkan untuk mengindari tidak tuntasnya pekerjaan.
4) Individualisme.
Manajer Belanda lebih individualisme seperti menekankan persaingan,
kemandirian, pengembangan potensi diri ketimbang kepentingan bersama.
5) Arah internal.
Orang Belanda memiliki budaya internal yaitu membuat rencana kerja dengan
mengandalkan kemampuan diri sendiri.
6) Pencapaian.
Manajer Belanda pada budaya pencapaian dibanding status karena anggapan
karena bagi orang Belanda status ditentukan dari apa yang dicapai.
7) Kesetaraan.
Manajer Belanda mengaut budaya kesetaraan dari pada hirarki seperti percaya
bahwa manajer harus mempunyai semua jawaban atas pekerjaan bawahannya serta
membantu bawahannya.

12
b. Budaya Indonesia.
Nilai budaya Indonesia mayoritas dipengaruhi oleh etnis Tionghoa. Kedatangan orang
Tionghoa di Batavia diawali dengan kedatangan tokoh Tionghoa ke Banten dan
mampu memajukan perdagangan di Kesultanan Banten. Sultan Banten dan kolonial
yang ada bersaing untuk merekrut orang Tionghoa namun akhirnya karena kesalahan
Sultan Banten yang membongkar rumah orang Tionghoa mengakibatkan perpindahan
orang Tionghoa ke Batavia. Orang Tionghoa di Batavia mengalami penambahan
cukup besar dikarenakan juga karena jatuhnya dinasti ming di tiongkok. Kedudukan
orang tionghoa telah dimanfaatkan oleh orang Eropa sebagai bagian terpenting dalam
rantai distribusi, perdagangan eceran maupun pembeli hasil pertanian untuk kemudian
dijual kepada perusahaan Eropa. Kedudukan Orang TIonghoa sebagai perantara
(antara produsen pribumi dan pemborong Belanda) dalam perdagangan sehingga
mendapat proteksi dari kolonial sebagai relasi bisnis dan untuk menghidupkan bisnis
dan perdagangan.

Indonesia menerapkan model perilaku budaya hofstede seperti negara-negara Asia


lainnya, berikut ini model perilaku budaya hofstede yang di Indonesia:
1) Jarak kekuasaan adalah tinggi yang menujukkan masyarakat menerima tatanan
hirarki, status, hak dan kewenangan. Namun meskipun masayarakat menerimanya
tetapi diharapkan penggunaan kekuasan tidak semena mena dan tetap menampilkan
kewibawaan kekuasaan.
2) Individualismenya rendah menunjukkan masyarakat kolektif seperti menjunjung
iklim kerja kekeluargaan yang penuh persahabatan dan rasa nyaman dalam kerja.
3) Maskulinitasnya rendah. Hal ini telihat masyarakat yang menjunjung nilai
keharmonisan, kepedulian dan mengedepankan kualitas hidup.
4) Orientasinya jangka panjang adalah tinggi menunjukkan masyarakat memiliki
budaya pragmatis. Ada pepatah jawa yang mengatakan alon alon, waton, kelakon
yang berarti dalam melakukan pekerjaan harus sabar, teliti dan hati hati serta
mengikuti pedoman kerja hingga kerja selesai dengan sempurna.
5) Penghindaran ketidak pastian adalah rendah. Ketidak pastian sebagai perasaan
terancam oleh situasi yang tidak pasti dan tidak diketahui. Seseorang yang
penghindaran ketidakpastian tinggi biasanya berprilaku kaku, sangat hati hati,
mengamati dengan cermat dan mempertimbangkan lingkungan dan situasi.
Sedangkan seseorang yang penghindaran ketidakpastian rendah biasanya

13
berprilaku fleksibel, menerima ketidakpastian tanapa banyak ketidaknyamanan,
suka mengambil resiko, menunjukkan toleransi besar terhadap terhadap perbedaan,
dan tidak membutuhkan hal-hal yang detail seperti deskripsi pekerjaan, produk,
dan cara penggunaan produk.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Negara Belanda menerapkan model budaya Hampden Turner dan Trompenaars seperti
negara-negara barat lainnya. Hal itu menyebabkan budaya universalism yang lebih
melihat prinsip bersama dibandingkan perbedaan yang ada. Manajer Belanda lebih
spesifik atau analitis dibandingkan integrasi seperti percaya bahwa sistem dirancang agar
bekerja seefisien mungkin dibantu dengan mesin atau perlengkapan lainnya dan orang
dibayar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka. Orang Belanda
menganut budaya waktu berurutan artinya perkembangan bertahap harus ditunjukkan
untuk mengindari tidak tuntasnya pekerjaan. Manajer Belanda lebih individualisme
seperti menekankan persaingan, kemandirian, pengembangan potensi diri ketimbang
kepentingan bersama. Orang Belanda memiliki budaya internal yaitu membuat rencana
kerja dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri. Manajer Belanda pada budaya
pencapaian dibanding status karena anggapan karena bagi orang belanda status
ditentukan dari apa yang dicapai. Manajer Belanda mengaut budaya kesetaraan daripada
hirarki seperti percaya bahwa manajer harus mempunyai semua jawaban atas pekerjaan
bawahannya serta membantu bawahannya.

DAFTAR PUSTAKA

14
Dickson. (2021, Juli 7). Profil Negara Belanda (Netherlands). Retrieved Juli 29, 2021, from
Ilmu Pengetahuan Umum: https://ilmupengetahuanumum.com/profil-negara-belanda-
netherlands/

Fransiska, A. (2014, Juni 1). Pengertian Budaya, Nilai Budaya, Karakteristis Budaya.
Retrieved Agustus 4, 2021, from Berpacu Menjadi Yang Terbaik: http://fransiska-aprilia-
fib13.web.unair.ac.id/artikel_detail-104292-Psikologi%20Pelayanan%20Kelas%20A-
Pengertian%20Budaya,%20Nilainilai%20Budaya%20dan%20Karakteristik%20Budaya.html

GRCHEE29. (2017, April 25). The Netherlands. Retrieved Agustus 2021, 2021, from
Wordpress: https://netherlandsworker.wordpress.com/

Kelly, D. (n.d.). Tips Budaya untuk Melakukan Bisnis di Belanda. Retrieved Agustus 5, 2021,
from TRAASGPU: https://id.traasgpu.com/tips-budaya-untuk-melakukan-bisnis-di-belanda/

Pandri. (2012, Mei 23). Sejarah Awal Berdiri Negara Belanda. Retrieved Agustus 4, 2021,
from Kumpulan Sejarah: http://pandri-16.blogspot.com/2012/05/sejarah-awal-berdiri-negara-
belanda.html

Putri, V. K. (2021, Juni 28). Etika Bisnis: Pengertian, Teori, Prinsip, dan Contoh. Retrieved
Agustus 5, 2021, from Kompas.com:
https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/28/134641969/etika-bisnis-pengertian-teori-
prinsip-dan-contohnya?page=all

Ramadhan, G. (t.thn.). Etika dalam Pertemuan dan Perkenalan di Belanda. Dipetik Agustus
2, 2021, dari academia.edu:
https://www.academia.edu/6913164/Etika_Dalam_Pertemuan_dan_Perkenalan_di_BELAND
A?sm=b

Rasputri, H. (2019, Maret 13). Alasan Belanda Dijuluki Negeri Kincir Angin. Retrieved
Agustus 2021, 2021, from Kumparan Travel: https://kumparan.com/kumparantravel/alasan-
belanda-dijuluki-negeri-kincir-angin-1552460514264886878/full

Sugianto, D. (2015, Agustus 15). Tiga Kunci Sukses Berbisnis di Belanda. Retrieved Agustus
5, 2015, from Okefinance: https://economy.okezone.com/read/2015/08/14/320/1196335/tiga-
kunci-sukses-berbisnis-di-belanda

15

Anda mungkin juga menyukai