Anda di halaman 1dari 6

BAB II

Sejarah sebagai Ilmu

A. Sejarah sebagai Ilmu, Kisah, Peristiwa dan Seni


1. Pengetahuan dan ilmu pengetahuan
2. Sejarah sebagai ilmu
3. Sejarah sebagai peristiwa
4. Sejarah sebagai kisah
5. Sejarah sebagai seni
B. Sifat Ilmu Sejarah
1. Sejarah bersifat diakronis
2. Sejarah bersifat idiografis
C. Cara Berpikir Diakronik dan Sinkronik dalam Sejarah
1. Cara berpikir diakronik
2. Cara berpikir sinkronik

Materi Sejarah Indonesia KD 3.4

Sejarah sebagai Ilmu

Pertemuan Ke-1

A. Sejarah sebagai Ilmu, Kisah, Peristiwa dan Seni


Ilmu pengetahuan lahir karena orang tidak puas dengan pengetahuan atau tentang
suatu kenyataan seperti apa adanya. Pengetahuan adalah sebuah bentuk dari ilmu yang
dimana kemudian didapatkan dari sebuah pengalaman dan juga tidak akan dapat bersifat
secara umum, universal dan juga menyeluruh. Kemudian sebagi contoh dari pengetahuan
adlaah: Sebuah bentuk akan pemikiran orang yang dimana berasal dari jaman dahulu yang
dimana memiliki sebuah pendapat bahwa dengan mengoleskan sebuah daun yang dimana
telah dikunyah pada sebuah luka akan membuat luka tersebut menjadi sembuh, meskipun
pada hal tersebut belumlah dapat belum dipastikan kebenarannya. Hal tersebut juga perlu
diketahui lagi apakah dikarenakan ludah maupun luka yang dideritanya. Ilmu pengetahuan
adalah sebuah ilmu yang dimana didapatkan dari sebuah pengalaman dari orang lain dan juga
telah dilakukan pengujian dan juga memiliki sifat yang dimana universial. Sebagai contoh
adalah buku pelajaran.

Sebagai ilmu, sejarah termasuk ilmu-ilmu empiris (bahasa yunani empiria yang
berarti pengalaman), artinya sejarah bersandar pada pengalaman manusia yang sebenarnya,
baik pengalaman indrawi maupun pengalaman batiniah (kepercayaan, nilai, norma, etos,
pandangan hidup dan lain-lain). Sejarah sebagai suatu peristiwa memiliki sifat objektif dan
unik. Objektif artinya sejarah sebagaimana terjadi (histoire realite). Adapun unik artinya
peristiwa sejarah hanya terjadi satu kali (einmaligh), tidak terulang lagi. Sejarah sebagai kisah
adalah hasil penelitian sejarawan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau
menggunakan metode penelitian sejarah. Sejarah sebagai seni berhubungan erat dengan cara
penyampaian kisah sejarah dalam bentuk tulisan. Sejarah memerlukan intuisi dan imajinasi,
melibatkan emosi, serta menggunakan gaya bahasa yang khas-cenderung kaku.

B. Sifat Ilmu Sejarah


Ilmu sejarah bersifat diakronis, artinya topik yang dibahas di dalamnya adalah
peristiwa-peristiwa yang melintasi perjalanan waktu, yaitu dari masa dulu, sekarang dan masa
depan. Sejarah itu bersifat idiografis, artinya suatu peristiwa yang telah terjadi pada masa
lampau itu bersifat unik, tidak dapat diulang atau terjadi hanya sekali dan tidak ada peristiwa
yang persis sama dengan peristiwa itu di tempat dan waktu yang berbeda.
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK ( LKPD ) 1

Mata pelajaran : Sejarah Indonesia


Topik : Sejarah sebagai Ilmu
Kelas/Semester : X/1
Alokasi waktu : 20 menit(1xPertemuan)

Latihan.1

A. Petunjuk Kerja
1. Cermati rangkuman materi
2. Kerjakan soal di bawah ini

B. Kompetensi Dasar
3.4. Menganalisis sejarah sebagai ilmu, peristiwa, kisah dan seni

C. Indikator
1.4.1 Peserta didik mampu menjelaskan pengertian sejarah dan sejarah sebagai ilmu
1.4.2 Peserta didik mampu menjelaskan syarat - syarat dan ciri - ciri sejarah sebagai
ilmu
1.4.3 Peserta didik mampu menyajikan hasil telaah ilmu sejarah dalam bentuk
tulisan

D. Soal
1. Jelaskan pengertian sejarah dan sejarah sebagai ilmu!
2. Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat serta ciri-ciri sejarah sebgai ilmu
3. Jelaskan secara singkat sifat-sifat ilmu sejarah dan mengapa peristiwa sejarah
bersifat unik ?

Penilaian : Nilai/Paraf Guru


Nama Siswa :
Nis :
Kelompok :

Mengetahui Lhoknga, 21 Juli 2020


Orang Tua Guru Mata Pelajaran

Dra.Radhian
NIP;196412312007012224
Materi Sejarah Indonesia KD 3.5

Sejarah sebagai Ilmu

Pertemuan Ke-2

C. Cara Berpikir Diakronik dan Sinkronik dalam Sejarah


Berpikir diakronik dalam sejarah artinya berpikir mengenai peristiwa sejarah secara
menyeluruh dalam runtutan waktu yang panjang, tetapi terbatas dalam ruang. Tujuan konsep
berpikir diakronik adalah untuk melihat perubahan yang terjadi dalam proses perkembangan
peristiwa sejarah tersebut. Cara berpikir diakronik mengajarkan kita untuk lebih teliti dalam
mengamati gejala atau fenomena tertentu dalam peristiwa sejarah. Dengan berpikir secara
diakronik, kita akan terbiasa menggunakan konsep kronologi dan periodisasi.
Kronologi adalah ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa sejarah sesuai
dengan urutan waktu terjadinya, dari awal hingga akhir. Kronologi dalam sejarah diperlukan
agar tidak terjadi anakronisme sejarah, yaitu ketidakcocokan dengan zaman tertentu.
Contohnya kronologi dapat kita lihat dalam detik-detik peristiwa menjelang proklamasi
kemerdekaan Indonesia akibat ledakan bom atom di kota Hiroshima pada 6 Agustus dan
Nagasaki pada 9 Agustus Jepang, tahun 1945. Kedua peristiwa tersebut menyebabkan Jepang
menyerah kepada sekutu dan Indonesia dapat memproklamasikan kemerdekaannya.

Periodisasi adalah pengelompokan peristiwa-peristiwa sejarah ke dalam suatu babak,


masa, zaman atau periode tertentu berdasarkan ciri-ciri atau kriteria tertentu. Periodisasi
merupakan konsep penting dalam mempelajari sejarah. Hal ini akan mempemudah kita
memahami setiap peristiwa sejarah yang terjadi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sinkronik diartikan sebagai segala sesuatu
yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi pada suatu masa. Perbedaan Sinkronis dan
Diakronis dalam sejarah berdsarkan ciri-ciri adalah sebagai berikut. Ciri berpikir secara
sinkronis yaitu mengkaji pada masa tertentu, menitikberatkan pengkajian pada strukturnya,
bersifat horizontal, tidak ada konsep perbandingan, cakupan kajian lebih sempit, memiliki
sistematis yang tinggi dan bersifat lebih serius dan sulit. Ciri-ciri berpikir secara diakronis
yaitu mengkaji dengan berlalunya masa, menitikberatkan pengkajian peristiwa pada
sejarahnya, bersifat historis atau komperatif, bersifat vertikal, terdapat konsep perbandingan
dan cakupan kajian lebih luas.
Melalui pendekatan sinkronik, revolusi di Indonesia bisa saja dikaji dengan
membandingkan revolusi-evolusi di tempat lain, misalnya revolusi Amerika (1776), Prancis
(1789), dan Rusia (1917). Pendekatan diakronik digunakan oleh ilmu sejarah, sedangkan
pendekatan sinkronik digunakan oleh ilmu sosial. Namun, dewasa ini, dikotomi atau
pemisahan antara ilmu sejarah dan ilmu-ilmu sosial (antropologi, sosiologi, politik, ekonomi,
spikologi, dan lain-lain) tidak seketat pada dekade-dekade sebelumnya. Kaum intelektual
semakin menyadari perlunya kerjasama antara kedua macam ilmu itu demi menambah
ketajam analisis dan pada akhirnya menghasilkan penelitian yang lebih komprehensif.
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK ( LKPD ) 1

Mata pelajaran : Sejarah Indonesia


Topik : Sejarah sebagai Ilmu
Kelas/Semester : X/1
Alokasi waktu : 20 menit(1xPertemuan)

Latihan.1

A. Petunjuk Kerja
1. Cermati rangkuman materi
2. Kerjakan soal di bawah ini

B. Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis cara berpikir diakronik dan sinkronik dalam karya sejarah

C. Indikator
3.5.1 Peserta didik mampu memahami tentang diakronik
3.5.2 Peserta didik mampu memahami tentang sinkronik
3.5.3 Peserta didik mampu memahami tentang kausalitas
3.5.4 Peserta didik mampu memahami tentang interpretasi
3.5.5 Peserta didik mampu memahami tentang periodesasi

D. Soal
1. Jelaskan cara berpikir diakronik dalam sejarah. Berikan satu contohnya dalam
peristiwa sejarah secara singkat!
2. Jelaskan cara berpikir sinkronik dalam sejarah. Berikan satu contohnya dalam
peristiwa sejarah secara singkat!
3. Pilihlah satu peristiwa sejarah yang menurut anda menarik. Selanjutnya, tuliskan
peristiwa tersebut dengan menggunakan cara berpikir diakronik dan sinkronik!

Penilaian : Nilai/Paraf Guru


Nama Siswa :
Nis :
Kelompok :

Mengetahui Lhoknga, 21 Juli 2020


Orang Tua Guru Mata Pelajaran

Dra.Radhian
NIP;196412312007012224

Anda mungkin juga menyukai