Anda di halaman 1dari 7

Judul : Pengenalan alat dan bahan laboratorium kultur jaringan

Tanggal :

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Teknik kultur jaringan adalah teknik perbanyakan alternatif, dimana sel, jaringan atau
organ tanaman diisolasi dari tanaman induk yang kemudian distimulasi menjadi tanaman
utuh dengan media dan lingkungan yang sesuai (Zuyasna, 2009). Teknik perbanyakan
tanaman secara in vitro merupakan suatu alternatif untuk mendapatkan bibit tanaman dalam
jumlah besar dan waktu yang singkat dengan sifat genetik yang sama dengan induknya,
sehingga produksi bibit unggul bisa lebih mudah. Perbanyakan secara vegetatif dengan cara
konvensional cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama, oleh karena itu
dikembangkan suatu teknik perbanyakan secara vegetatif yang lebih cepat dengan hasil yang
lebih banyak, yaitu dengan teknik kultur jaringan. Kultur jaringan harus dilakukan dalam
suatu lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan aseptik atau bebas dari sumber
(Nofrianinda et.al, 2017).
Kegiatan kultur jaringan memerlukan ruang dan peralatan. Ukuran ruang yang
diperlukan dapat disesuaikan dengan volume aktivitas kultur jaringan yang akan dilakukan.
Ruang yang diperlukan untuk kegiatan kultur jaringan yaitu laboratorium yang ideal yang
memiliki ruang persiapan, ruang timbang, ruang kultur dan ruang inkubasi. Alat dan bahan
yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat
dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan
menyimpan alat dan bahan di laboratorium dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan
serta terjadinya kecelakaan kerja. Cara memperlakukan alat dan bahan di laboratorium secara
tepat dapat menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan. Perlakuan terhadap alat-alat di
laboratorium seperti membawa alat sesuai petunjuk penggunaan, menggunakan alat sesuai
petunjuk penggunaan, menjaga kebersihan alat, dan menyimpan alat. Berdasarkan uraian
sebelumnya maka perlu adanya pengetahuan tentang berbagai peralatan yang digunakan
dalam kultur jaringan.
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu memahami
fungsi alat dan bahan serta mengetahui prinsip kerja alat tersebut, mahasiswa juga mampu
mengetahui tatak letak laboratorium kultur jaringan.
BAB II
METODE KERJA

2.1 ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Laminar Air Flow (LAF), autoklaf,
oven, timbangan analitik, pH meter, spatula, panci, rak kultur, sprayer, botol kultur, gelas
ukur, gelas piala, gunting, scalpel, blade,hot plate, magnetic stirrer,spuid, syringe filter dan
bunsen.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Eksplan yang akan digunakan,
media Murashige and Skoog (MS), zat pengatur tumbuh (ZPT), alkohol 70% dan alkohol
95%, aquades, korek api, plastik, plastik wrap, clorox, spidol, tisu, sarung tangan, masker,
gula dan agar.

2.2 CARA KERJA


Praktikan masuk ke dalam laboratorium kultur jaringan secara tertib. Praktikan
diperkenalkan ruang-ruang yang berada di dalam laboratorium kultur jaringan. Praktikan
diperkenalkan alat-alat dan bahan yang digunakan untuk kultur jaringan.
BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

3.1 PEMBAHASAN
Preparasi alat dan bahan merupakan suatu tahapan yang sangat penting dilakukan
guna mendukung keberhasilan kultur jaringan. Laboratorium dengan segala fasilitasnya
adalah syarat pokok yang harus dipenuhi dalam pelaksanaannya. Laboratorium kultur
jaringan harus menyediakan peralatan kerja, sarana pendukung, kondisi aseptik yang
terkendali dan fasilitas dasar lainnya seperti air, listrik dan bahan bakar. Laboratorium kultur
jaringan juga harus dilengkapi dengan peralatan dan bahan khusus penunjang keberhasilan
kultur jaringan seperti yang tertera pada tabel 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1 Peralatan laboratorium kultur jaringan.
No. Alat/Bahan Fungsi
1 Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) Ruangan aseptik tempat proses kultur in
vitro atau subkultur.
2 Autoklaf Mensterilisasi media dan air steril.
3 Oven Mensterilisasi botol kultur, cawan petri dan
alat diseksi.
4 Lemari pendingin Tempat penyimpanan larutan stok untuk
pembuatan media.
5 Air conditioner (AC) Mengatur dan menjaga suhu ruang kultur
tetap stabil.
6 Timbangan analitik Menimbang bahan kimia yang dibutuhkan
pada proses pembuatan media dan
pembuatan larutan stok.
7 Hot plate and magnetic stirrer Memanaskan dan menghomogenkan
larutan.
8 Gelas ukur Mengukur volume bahan kimia untuk
pembuatan media.
9 Erlenmeyer Wadah untuk mengisi larutan stok, alkohol
dan pembuatan air steril.
10 Cawan petri Wadah untuk meletakkan eksplan maupun
kalus dalam proses kultur in vitro.
11 Gelas kimia Wadah untuk menampung bahan kimia
pada saat pembuatan media atau larutan
stok.
12 Batang pengaduk Mengaduk larutan desinfektan dan media.
13 Botol kultur Wadah untuk mengisi media dan tanam
eksplan.
14 Scapel dan gunting Memotong saat pengambilan dan
penanaman eksplan.
15 Pinset Mempermudah pengambilan eksplan,
kalus dan planlet dari botol kultur.
16 Spatula Mengambil bahan kimia padat untuk
pembuatan media dan larutan stok.
17 Pipet volume Mengambil bahan kimia cair untuk
pembuatan media dan larutan stok.
18 Lampu bunsen Sterilisasi saat proses kultur in vitro di
LAFC.
19 Sprayer Menyemprotkan alkohol.
20 Korek api Menghidupkan lampu bunsen.
21 Tissu Membersihkan ruang LAFC sebelum dan
setelah proses kultur.
22 Plastik wrap Merekatkan tutup botol kultur.
23 Troli wadah planlet Mempermudah transfer media dan hasil
kultur.
24 Alkohol dan larutan desinfektan Sterilisasi
25 Air steril Pembuatan larutan stok dan media.
26 syringe filter Sterilisasi bahan organik untuk pembuatan
media

Laboratorium kultur jaringan terdapat 4 ruangan, yaitu: ruang persiapan, ruang


timbang, ruang tanam (kultur), dan ruang inkubasi. Ruang persiapan merupakan ruang tempat
untuk mempersiapkan segala peralatan dan media yang akan dikultur. Ruang timbang
merupakan tempat penimbangan media. Ruang penanaman merupakan tempat dimana
eksplant ditanam ke dalam botol. Ruang tumbuh merupakan ruang tempat eksplan tumbuh
hingga menjadi tumbuhan baru.
Peralatan yang digunakan dalam pengerjaan kultur jaringan harus dalam keadaan
steril. Sterilisasi dilakukan menggunakan autoklaf atau oven. Sterilisasi menggunakan
autoklaf disebut sterilisasi basah karena menggunakan air dan biasanya digunakan untuk
mensterilkan bahan atau alat yang pada umumnya terbuat dari logam, plastik, karet, kaca juga
liquid (cairan) dalam keadaan terbungkus maupun tidak. Steriliasi menggunakan oven disebut
sterilisasi kering dan biasanya untuk mensterilkan alat- alat berbahan kaca dan logam
(Murwani, 2015).

3.2 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Murwani, S. (2015). Dasar-Dasar Mikrobiologi Veteriner. Uniersitas Brawijaya Press,


Malang.
Nofrianinda, V., Farida, Y. Dan Eva, A. (2017). Pertumbuhan Planlet Stroberi (Fragaria
ananassa D) Var. Dorit pada Beberapa Variasi Media Modifikasi In Vitro di Balai
Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika (BALITJESTRO). BIOTROPIC, 1(1), 41-50.
Zuyasna. (2009). Teknik Perbanyakan Nilam dengan Kultur Jaringan. Agrista, 13(2), 64-68.

Anda mungkin juga menyukai