Anda di halaman 1dari 28

BUKU SAKU

KESEHATAN JIWA
(Pegangan untuk Kader Kesehatan Jiwa Puskesmas Jetis)

Puskesmas Jetis
Kota Yogyakarta
2019

1
PENDAHULUAN

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di
dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang
terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial
dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah
yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia
untuk jangka panjang.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan satu dari empat orang di dunia
terjangkit gangguan jiwa atau neurologis. Saat ini, ada sekitar 450 juta orang mengalami
ganggan mental. Hampir satu juta orang melakukan bunuh diri setiap harinya. Di
Indonesia, data Riskesdas 2013 dikombinasi dengan data rutin dari Pusdatin
menunjukkan, gejala depresi dan kecemasan sudah diidap orang Indonesia sejak usia 15
tahun. Persentase depresi mencapai 6 persen atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan
prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk
atau sekitar 400.000 orang. Kondisi ini diperburuk dengan minimnya pelayanan dan
fasilita kesehatan jiwa di beberapa daerah. Sehingga banyak penderita gangguan jiwa
yang belum tertangani dengan baik.

Penyakit gangguan jiwa berat merupakan penyakit serius. Sebagian besar atau
bahkan hampir seluruh penderita gangguan jiwa tidak dapat pulih dengan sendirinya.
Mereka tidak hanya membutuhkan pengobatan dari tenaga medis, namun juga
memerlukan adanya dukungan psikososial dan keluarga, teman dan masyarakat sekitar.
Penderita yang telah pulih akan dapat kembali ke masyarakat dan produktif baik secara
ekonomi maupun sosial.

Terapi psikososial tidak hanya dilakukan ketika bertemu dengan tenaga kesehatan,
tetapi dapat juga dilakukan dirumah. Dalam pelaksanaannyadirumah atau lingkungan
tempat tinggal, peranan keluarga dan msyarakat sekitarssngatalah besar Tanpa adanya
dukungan dari orang lain akan sangat sulit bagi penderita pulih dari gangguan jiwa yang
dialaminya. Hanya saja masih banyak masyarakat di Indonesia yang tidak memahami
pentingnya peranan lingkungan sosial terhadap proses pemulihan penderita gangguan
jiwa. Selain itu juga mereka tidak memiliki ilmu serta ketrampilan yang memadai untuk
mendampingi penderita gangguan jiwa. Masih banyak masyarakat yang hanya
mengandalkan pengobatan medis sehingga pemulihan sulit dicapai dan menimbulkan
rasa bosan serta putus asa.

Untuk mengurangi jumlah penderita gangguan jiwa, berbagai upaya telah


dilakukan. Salah satu upayanya dengan memberikan pelatihan mengenai kesehatan jiwa

2
kepada kader puskesmas di masyarakat. Kehadiran kader selanjutnya dinamakan kader
kesehatan jiwa tersebut diharapkan mampu membantu masyarakat dalam menghadapi
berbagai resiko kesehatan jiwa. Dengan adanya kader kesehatan jiwa yang dibekali ilmu
pengetahuan dan ketrampilan mengenai kesehatan jiwa , diharapkan dapat membantu
tenaga medis dalam mendampingi keluarga serta penderita gangguan jiwa. Peran kader
kesehatan jiwa juga diharapkan menjadi salah satu bentuk dukungan psikososial yang
dapat membantu proses pemulihan pendeita gangguan jiwa.

Salam Sehat Jiwa

3
DAFTAR ISI

Pendahuluan............................................................................................ 2

Daftar Isi ................................................................................................ 4

Peran Kader Keseharan Jiwa...................................................................... 5

Kesehatan Mental...................................................................................... 6

Mengenal Gangguan Jiwa........................................................................... 8

Gangguan Jiwa Berat.................................................................................. 10

Pengenalan Halusinasi............................................................................... 18

Pendampingan peran ODGJ Dengan Resiko Bunuh Diri.............................. 21

Pengelolaan krisis dan Kekambuhan.......................................................... 25

4
PERAN KADER KESEHATAN JIWA

Kader kesehatan jiwa memiliki peran yang sangat penting dalam sistem layanan
kesehatan jiwa tingkat primer. Tidak hanya membantu tenaga kesehatan untuk melakukan
identifikasi awal gangguan jiwa, tetapi juga melakukan pendampingan dan pemberdayaan
langsung di masyarakat. Kader kesehatan jiwa merupakan orang yang paling dekat dengan
penderita gangguan jiwa dan keluarganya yang membutuhkan pertolongan. Selain itu,
sebagai bagian dari masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya kader kesehatan jiwa
berpeluang untuk lebih diterima oleh masyarakat dalam memberikan sosialisasi mengenai
kesehatan jiwa.

Peran Kesehatan Jiwa meliputi :

 Mengenali Gangguan jiwa


 Memberikan respon yang tepat
 Merujuk kepada tenaga profesional yang tepat
 Memberikan dukungan kepada penderita dan keluarganya
 Mensosialisasikan kesehatan jiwa di masyarakat

5
KESEHATAN MENTAL

Kesehatan bukan hanya tentang ada atau tidaknya suatu penyakit, melainkan juga
kesehatan yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kesehatan mental adalah
suatu kondisi sehat emosional, psikologis dan sosiologis yang terlihat dari interaksi individu
sebagai bagian dari masyarakat. Baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental Keduanya
memiliki peran yang sama penting dalam kehidupan seseorang. Didalam fisik yang sehat
terdapat mental yang sehat. Sebaliknya, mental yang sakit akan menyebabkan fisik yang
sakit.
World Health Organization (WHO) menyebutkan beberapa ciri yang dimiliki oleh
individu dengan mental yang sehat adalah :
 Mampu belajar dari pengalaman
 Mudah beradaptasi
 Lebih senang memberi daripada meminta
 Lebih senang menolong daripada ditolong
 Mempunyai rasa kasih sayang
 Memperoleh kesenangan dari hasil usahanya
 Berpikir positif
 Menerima kekeceewaan sebagai pengalaman

Tips mudah untuk membangun mental yang sehat:

 Memberikan wawasan dan pemahaman yang benar tentang kemandirian dan


kemampuan seseorang untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri pada anak anak
usia dini

 Mau dan semangat untuk sealalu belajar dari kesalahan dan memperbaikinya
dengan prilaku yang lebih baik serta mau belajar dari kehidupan orang lain.

 Belajar dan memahami untuk menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri
serta orang lain

 Berinteraksi dengan orang lain, Terutama pada orang orang yang memiliki bakat,
Minat serta visi misi yang sama tetapi tidak menutup kemungkinan untuk bergal dengan
orang lain dengan jangkauan yang lebih luas lagi.

 Menjauhi segala bentuk kejahatan dan prilaku prilaku yang menyimpang yang ada
disekitar kita atau lingkungan orang lain dan tetap berserah serta Berdoa pada tuhan
yang maha kuasa.

6
Berdasarkan ciri-ciri sehat mental dari WHO tersebut, individu yang sehat mental
akan memiliki kemampuan sebagai berikut :

Mampu menyelesaikan masalah Berkontribusi di masyarakat

Mampu bekerja Dapat Berpikir Jernih

Dapat Berinteraksi dengan orang lain

7
MENGENAL GANGGUAN JIWA

Ganguan semua orang akan mengalami gangguan jiwa meski menghadapi tekanan
yang sama. Hal tersebut dikarenakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan
yaitu faktor resiko (penyebab) dan fktor protektif (pelindung).

Tiga aspek yang mempengaruhi kemunculan gangguan jiwa, yaitu :

BIOLOGIS PSIKOLOGIS SOSIAL

 Genetik ● Temperamen ● Pola Asuh


 Cedera kepala ● Regulasi emosi ● Hubungan orang tua
 Kondisi kehamilan ● Percaya diri ● Dukungan sosial dari
 Proses kelahiran ● Kemampuan adaptasi lingkungan
 Epilepsi ● Kerentanan stress
 NAPZA

Berikut merupakan tanda-tanda umum mengenali gangguan jiwa pada seseorang:

 Mudah merasa lelah


FISIK  Jantung berdebar
 Gangguan tidur
 Gangguan Makan
 Otot Tegang
 Nafas Ttidak teratur

 Emosi tidak terkontrol


 Cemas
PERASAAN  Merasa putus asa
 Kehilangan motivasi
 Sedih berlebihan
 Kehilangan minat

PIKIRAN  Sulit konsentrasi


 Pikiran negatif
 Ide bunuh diri

8
9
GANGGUAN JIWA BERAT

Pada umumnya, masyarakat hanya mengenal gangguan psikotik, seperti skizofrenia


yang oleh masyarakat umum lebih dikenal dengan istilah “gila”sebagai gangguan jiwa
berat. Sebenwrnya , terdapat tiga kelompok gangguan jiwa yang tergolong berat atau
severe mental illness. Ketiga gangguan tersebut, yaitu gangguan kecemasan, gangguan
depresi dan gangguan psikotik.

1. Gangguan Kecemasan
Merasa takut, cemas dan khawatir merupakan emosi yang biasa muncul pada
manusia saat menghadapi bahaya atau ingin mencapai suatu tujuan. Hal tersebut
dikategorikan sebagai gangguan kecemasana apabila takut berlebihan berkepanjangan
(minimal 6 bulan) dan mengganggu kegiatan sehari-hari. Gangguan kecemasan ini sering
terjadi pada seseorang yang kecanduan obat atau alkohol. Berikut merupakan beberapa
gangguan kecemasan:
a. Gangguan Kecemasan Menyeluruh
Gangguan kecemasan pada umumnya memiliki objek kecemasan yang spesifik, Namun
pada gangguan kecemasan menyeluruh, seseorang yang memiliki Tidak hanya pada satu
hal yang spesifik. Orang dengan kecemasan menyeluruh tidak bisa
Menghilangkan ketakutan dan kekhawatirannya, meskipun mereka
Menyadari bahwa perasaan mereka berlebihan . Gejala yang dimiliki
Oleh penderita gangguan kecemasan umum yaitu:
 Gelisah ● Otot Tegang
 Susah tidur ● Sakit Kepala
 Sulit konsentrasi ● Mudah Lelah
 Mudah marah ● Nafas Tidak Teratur

b. Gangguan Panik
Orang dengan gangguan panik mengalami
serangan cemas atau takut secara mendadak dan
berulang-ulang pada situasi yang cukup aman bagi
orang lain. Terkadang serangan cemas yang dirasakan
berlangsung secara tiba-tiba tanpa gejala suatu
stimulus yang spesifik, Ketika serangan ini muncul timbul gejala gejala fisik seperti
serangan jantung. Gejala yang muncul pada muncul pada orang dengan gangguan panik
adalah:
 Jantung berdebar keras ● Menggigil
 nyeri didada ● Lemas
 berkeringat ● Pusing

10
c. Gangguan Pobia Sosial
Orang dengan pobia sosial memiliki ketakutan yang besar terhadap penilaian orang
lain atas dirinya. Rasa takut tersebut sangat berlebihan sehingga dapat mengganggu
kegiatan sehari-hari , tidak mau keluar rumah, pergi ke kantor, sekolah atau ke publik lainnya.
Gejala yang dimiliki oleh orang
dengan pobia sosial adalah sangat
cemas jika harus berada di tempat
umum dan berinteraksi dengan orang
lain, sulit membangun hubungan
dengan orang lain, menghindari
tempat umum, mudah berkeringat,
merasa gemetar dan sakit perut jika
akan bertemu orang lain.

d. Gangguan Pasca Trauma


Gangguan pasca trauma biasa terjadi pada seseorang yang mengalami peristiwa
traumatis yang mengancam jiwa atau menimpa orang-orang didekatnya seperti
bencana alam, kecelakaan lalu lintas,
pemerkosaan, penculikan. Orang yang
mengalami gangguan pasca trauma memiliki
tiga gejala umum yaitu:
Terbayang pengalaman yang traumatis
melalui mimpi buruk atau munculnya
pikiran yang menakutkan.
Menghindari suasana atau sesuatu yang
mengingatkan dengan peristiwa traumatis.
Memiliki kesadaran yang berlebihan sehingga mudah terkejut, merasa tegang atau
sulit tidur.
2. Gangguan Depresi
Depresi saat ini telah menjadi topik yang banyak diperbincangkan. Secara medis,
depresi merupakan gangguan mood yang menyebabkan perasaan sedih dan hilangnya
semangat untuk melakukan segala sesuatu, termasuk hal yang disukai. Berikut ini
merupakan gejala depresi:

11
Yuk, kenali macam-macam depresi yang paling sering terjadi!

a. Gangguan Depresi Mayor

Major Depressive Disorder atau Gangguan Depresi Mayor bisa


membuat penderitanya menjadi tidak bersemangat dalam
melakukan sesuatu yang merupakan kegemaran mereka, mengalami
perubahan pada berat badan dan pola tidur, serta sering merasa
lelah. Gejala dari depresi ini, misalnya penderitanya lebih susah
berkonsentrasi dan merasa bersalah tanpa sebab. Bahkan, perasaan
tidak berguna yang akan berujung pada pikiran untuk bunuh diri
adalah gejala yang paling ekstrim. Gejala-gejala tersebut baru bisa ditentukan sebagai
Gangguan Depresi Mayor jika terjadi selama lebih dari dua minggu.

b. Gangguan Distimia
Distimia atau juga dikenal sebagai Persistent Depressive
Disorder adalah depresi yang bisa bertahan dalam waktu yang lama
pada diri seseorang, setidaknya selama dua tahun atau lebih. Hampir
setiap harinya seseorang akan berada di bawah bayang-bayang
kesedihan dan keputusasaan..

12
c. Gangguan Bipolar
Bipolar merupakan gangguan jiwa karena adanya perubahan suasana hati yang sangat
ekstrim berupa depresi dan mania. Mania
didefinisikan sebagai kondisi suasana hati yang
berada pada sisi abnormal tinggi. Jika sesorang
yang mengalami depresi merasakan sedih
yang berlebihan, sebaliknya sesorang yang
mengalami mania merasakan senang yang
berlebihan, tidak merasa mengantuk, banyak
bicara, aktivitas meningkat dan mudah
teralihkan perhatiannya. Seseorang yang mengalami bipolar mengalami suasana hati yang
cenderung secara fluktuatif tanpa ada alasan yang jelas.

d. Gangguan Depresi Paska Melahirkan


Depresi pasca melahirkan atau biasa disebut sebagai Postpartum Depression dimana
penderitanya akan merasa sedih justru setelah
seseorang melahirkan buah hatinya. Masa kehamilan
yang menyebabkan perubahan pada hormon ternyata
juga berpengaruh pada mood. Depresi pasca
melahirkan mungkin sudah terjadi selama masa
kehamilan dan tetap berlanjut hingga sang anak lahir.
Terdapat 3 level gejala postpartum, yaitu
postpartum baby blues, depresi postpartum,
dan psikosis postpartum. Depresi postpartum Gejala
biasanya muncul dalam beberapa minggu pertama
setelah persalinan, dan berlangsung hingga 6 bulan setelah persalinan.

Berikut ini gejala depresi post partum

 Depresi atau mood swing yang serius


 Kesulitan terhubung dengan bayi Anda
 Terisolasi dari keluarga dan teman-teman
 Kehilangan nafsu makan dan kelainan makan
 Menangis berlebihan
 Kelelahan yang berlebih atau hilangnya tenaga
 Berkurangnya semangat dan ketertarikan pada aktivitas yang biasanya Anda sukai
 Sangat mudah marah
 Merasa Anda bukanlah ibu yang baik
 Kehilangan kemampuan untuk berpikir dengan jernih, berkonsentrasi atau membuat
keputusan
 Kegelisahan yang serius dan serangan panik
 Mencoba menyakiti diri sendiri atau bayi Anda
 Mencoba bunuh diri

13
3. Gangguan Psikotik
Gangguan psikotik merupakan gangguan jiwa paling mudah diidentifikasi
dibandingkan dengan ganguan jiwa lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh perilaku dan cara

pikir orang dengan gangguan psikotik yang sangat


berbeda dari orang pada umumnya. Penyebab
pasti skizofrenia tidak diketahui, namun
kombinasi genetika, lingkungan, serta struktur
dan senyawa kimia pada otak yang berubah
mungkin berperan atas terjadinya gangguan.
Skizofrenia ditandai dengan pemikiran atau
pengalaman yang nampak tidak berhubungan
dengan kenyataan, ucapan atau perilaku yang tidak teratur, dan penurunan partisipasi
dalam aktivitas sehari-hari. Kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengingat. Penanganan
biasanya seumur hidup dan sering melibatkan kombinasi obat psikoterapis, dan layanan
perawatan khusus terkoordinasi. Gejala skizofrenia terbagi dua, yaitu gejala positif dan
gejala negatif.

a. Gejala Positif
 Halusinasi
Terjadi pada saat panca indera seseorang terangsang oleh sesuatu yang sebenarnya
tidak ada. Fenomena halusinasi terasa sangat nyata bagi si penderita. Keterangan
lebih lanjut nanti akan dijelaskan pada bab halusinasi dan waham.
 Delusi
kepercayaan kuat yang tidak didasari logika atau kenyataan yang sebenarnya.
 Pikiran kacau dan Perubahan Perilaku
Penderita sulit berkonsentrasi dan pikirannya seperti melayang-layang tidak tentu
arah sehingga kata-kata mereka menjadi membingungkan. Penderita juga bisa
merasa kehilangan kendali atas pikirannya sendiri. Perilaku penderita skizofrenia juga
menjadi tidak terduga dan bahkan di luar norma. Misalnya, mereka menjadi sangat
gelisah atau mulai berteriak dan memaki tanpa alasan.

b. Gejala Negatif
Gejala negatif skizofrenia biasanya sudah muncul beberapa tahun sebelum
penderitanya mengalami episode akut pertama dari kondisi tersebut. Gejala negatif
berkembang secara bertahap atau perlahan-lahan, hingga akhirnya menjadi semakin
memburuk. Gejala ini sebagai berikut:
 Rasa enggan untuk bersosialisasi dan tidak nyaman berada dekat dengan orang lain
sehingga lebih memilih untuk berdiam di rumah.
 Kehilangan konsentrasi.
 Pola tidur yang berubah.

14
 Kehilangan minat dan motivasi baik dalam menjalin hubungan dengan orang lain
maupun dalam hidup secara keseluruhan.
 Ketika penderita sedang mengalami gejala negatif, dia akan terlihat apatis dan datar
secara emosi. Karena tidak sadar atau tidak tahu mengenai gejala negatif skizofrenia
ini, kadang-kadang orang lain bisa menyalahartikan sebagai sikap malas atau tidak
sopan. Mereka juga menjadi tidak peduli terhadap penampilan dan kebersihan diri
mereka serta semakin menarik diri dari sosial. Karena itu gejala
negatif skizofrenia bisa menjadi pemicu rusaknya hubungan penderita dengan
keluarga dan teman-temannya.
Penting untuk mengenali gejala-gejala skizofrenia seperti diatas. Semakin
diniskizofrenia ditangani peluang sembuhnya akan makin besar. Pada dasarnya penyebab
pasti skizofrenia belum diketahui, namun sejumlah ahli meyakini bahwa perkembangan
kondisi ini tidak lepas dari peran kombinasi antara faktor genetika dan lingkungan. Stres
atau trauma diduga menjadi salah satu pemicu utama skizofrenia.
Gangguan psikotik terbagi menjadi dua yaitu gangguan mental organik dan
Gangguan psikotik fungsional. Pembagiannya sebagair berikut :

Gb. Jenis-Jenis Gangguan Psikotik

15
Gangguan jiwa berat tidak muncul secara tiba-tiba. Gejalanya sering muncul menjadi
gangguan jiwa ringan dan mencapai fase akut beberapa tahun kemudian. Gejala awal
tersebut dapat muncul sejak di usia 15 – 16 tahun dan berlangsung selama beberapa bulan
hingga beberapa tahun sebelum menjadi gangguan jiwa berat.

Gb. Tahapan Gangguan Jiwa

Pada fase awal, beberapa gejala yang tampak, yaitu :


 Menarik diri dari lingkungan
 Kurang mampu berkonsentrasi
 Perasaan ssedih tanpa alasan jelas
 Perasaan cemas
 Perasaan mudah lelah
 Mengalami gangguan tidur
 Mudah terganggu oleh cahaya, kebisingan, warna atau tekstur benda

16
Apabila gejala telah tampak pada fase awal namun tidak segara diberikan
penanganan seperti terapi psikologi, gangguan yang dimiliki akan berkembang mencapai
fase akut. Berikut merupakan gejala lain yang akan muncul di fase akut:
 Halusinasi
 Waham
 Gangguan pikir

Pada fase pemulihan, seseorang yang mengalami gangguan jiwa berat menjalani
proses yang panjang dan dinamis. Di fase ini, penderita menjalani suatu keadaan yang
lebih sehat dan sejahterayang berlangsung seumur hidup. Apabila pendeita gangguan jiwa
tidak menjaga kondisi kesehatan jiwanya selama proses pemulihan berlangsung, mereka
dapat mengalami kekambuhan dan ke fase akut.

17
PENGENALAN HALUSINASI

1. PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS HALUSINASI


Halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia
dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar). Berikut Jenis-jenis
Halusinasi yang biasa dialami pasien skizofrenia:
√ Halusinasi Pendengaran
√ Halusinasi Penglihatan
√ Halusinasi Penciuman
√ Halusinasi Pengecapan
√ Halusinasi Perabaan

Adapun Tanda- tanda halusinasi sebagi berikut :


 Menarik diri
 Tersenyum sendiri
 Duduk terpaku
 Bicara sendiri
 Memandang satu arah
 Menyerang
 Tiba-tiba marah
 Gelisah

Berikut perbedaan data objektif dan data subjektif pada halusinasi yang dialami
pasien skizofrenia:
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi Pendengaran  Bicara atau tertawa sendiri  Mendengar suara-suara atau
 Marah-marah tanpa sebab kegaduhan
 Menyedengkan telinga ke arah  Mendengar suara yang
tertentu mengajak bercakap –cakap
 Menutup telinga  Mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang
berbahaya
Halusinasi Penglihatan  Ketakutan dengan sesuatu yang  Melihat bayangan , sinar,
tidak jelas bentuk geometris, melihat
 Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu hantu atau monster.
Halusinasi Penciuman  Mengisap=isap seperti sedang  Membaui bau-bauan seperti
membaui bau-bauan tertentu. bau darah, urin, kadang-
 Menutup hidung kadang bau itu menyenangkan
Halusinasi Pengecapan  Sering meludah  Merasakan rasa seperti darah,
 Muntah urin atau fases
Halusinasi Perabaan  Menggaruk-garuk permukaan kulit  Mengatakan ada serangga di
kulit
 Merasa seperti tersengat listrik

18
2. FASE-FASE HALUSINASI

Proses terjadinya halusinasi meliputi :


a. Fase I menyenangkan
Pasien melamun dan menfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan, Cara ini menolong pasien dari kecemasan untuk
sementara waktu. Pada fase ini pasien masih mampu mengontrol kesadarannya dan
mengenal pikirannya
b. Fase II Menjijikan/menyalahkan
Pada fase ini pasien mengalami kecemasan yang meningkat pada tingkat “listening”
pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol gambarandan sensasi
halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas. Pasien merasa takut bila orang lain
ikut mendengarkan dan merasa tidak mampu mengontrol halusinasi tersebut.
c. Fase III Mengendalikan
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol. Pasien menjadi terbiasa dan
tak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberikan kesenangan dan rasa aman
yang sementara pada pasien.
d. Fase IV Menaklukan
Pasien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari halusinasinya.
Halusinasi yang menyenangkan berubah menjadi sesuatu yang mengancam –
memerintah – memarahi – mentertawakan dan pasien tidak mampu melepaskan diri
dari halusinasi, pasien tak dapat berhubungan dengan orang lain.
Pasien berada pada dunia yang menakutkab dalam beberapa jam atau bahkan
selamanya, serta dapat kronis jika tidak dilakukan intervensi yang tepat

Gb. Proses Terjadinya halusinasi


19
3. STRATEGI PENDAMPINGAN PASIEN ODGJ DENGAN MASALAH HALUSINASI

CARA MENGONTROL TAHAPAN TINDAKAN


Menghardik a. Menjelaskan cara menghardik halusinasi
b. Memperagakan cara menghardik
c. Meminta pasien ODGJ memperagakan ulang
d. Memberi semangat dan menguatkan perilaku
ODGJ
Menggunakan obat secara tepat a. Jelaskan pentingnya penggunaan obat
dan benar b. Jelaskan bila obat tidak digunakan sesuai program
c. Jelaskan akibat bila putus obat
d. Jelaskan cara berobat
e. Jelaskan cara menggunakanobat dengan prinsip 6
benar (benar nama, obat, dosis, waktu, cara,
kontinutas minum obat)
Melakukan Aktvitas dan a. Melibatkan pasien ODGJ dalam diskusi keluarga
bercakap-cakap dengan orang b. Melatih bercakap-cakap dengan orang lain
lain c. Menjelaskan pentingnya melakukan aktifitas yang
terjawal dan yang teratur
d. Mendiskusikan aktifitas yang biasa dilakukan oleh
pasien ODGJ
e. Melatih pasien ODGJ melakukan aktifitas
f. Menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai
dengan jadwal yang telah dilatih
g. Memantau jadwal pelaksanaan kegiatan
h. Memberikan reinforcement (penguatan positif)
terhadap perilaku pasien ODGJ yang positif

Strategi pendampingan pasien ODGJ dengan masalah halusinasi jika sedang berhalusinasi :
 Tegur pasien ODGJ sedang bicara atau melihat sesuatu
 Jangan membantah atau mendukung pernyataan pasien ODGJ cukup katakan “saya
percaya kamu mendengar atau melihat hal itu tapi saya tidak mendengar atau melihat
hal tersebut
 Ajak bicara topik yang disukai pasien ODGJ sampai halusinasi hilang
 Apabila halusinasi membuat oasen ODGJ ketakutan, tenangkan pasien dan katakan
bahwa dia bersama kita

Strategi pendampingan pasien ODGJ dengan masalah halusinasi jika sedang tidak
berhalusinasi :
 Latih pasien ODGJ untuk menghardik halusinasi, ingatkan agar tidak terbawa
halusinasinya dengan mengatakan: ‘saya tidak mau mendengar atau melihat pergi
kamu...
 Bercakap-cakap dengan orang lain, ingatkan pasien untuk segera mencari teman untuk
bercakap=cakap
20
PENDAMPINGAN PASIEN ODGJ DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

Bunuh diri termasuk dalam 3 besar penyebab kematian kaum


muda 15- 35 tahun . Bunuh diri biasanya merupakan jeritan
minta tolong untuk melepaskan diri dari situasi yang tidak
menyenangkan. Sampai saat ini belum didapatkan penyebab
yang pasti dari bunuh diri. Bunuh diri merupakan interaksi
yang kompleks dari berbagai faktor. Faktor-faktor itu dapat
saling menguatkan atau melemehkan terjadinya tindakan
bunuh diri pada seorang individu. Lebih dari 90 % pelaku bunuh diri mengalami salah satu
dari empat jenis gangguan jiwa yaitu gangguan depresi, gangguan cemas, penyalahgunaan
obat dan skizofrenia. Khusus penderita skizofrenia resiko bunuh diri terjadi akibat dari isi
waham, halusinasi atau distorsi kognitif.

Ciri-ciri dan gangguan kepribadian pada pelaku bunuh diri


yaitu:
a. Impulsif (periaku yang tiba-tiba, tanpa perencanaan yang
jelas.
b. Aggresivitas (perilaku cenderung ingin menyerang orang
lain
c. Gangguan pikiran
d. Harga diri rendah
e. Permusuhan

Faktor Pelindung dari Perilaku bunuh diri:

Kemampuan untuk mengatasi stres


Perawatan dan pengobatan yang tepat untuk gangguan
jiwa, fisik dan penyalahgunaan obat.
Akses yang mudah ke layanan kesehatan dan dukungan
untuk mencari bantuan
Akses terbatas terhadap metode bunuh diri yang sangat
mematikan
Dukungan keluarga dan masyarakat
Mendapat bantuan ketrampilan memecahkan masalah
Manajemen konflik & penanganan masalah tanpa kekerasan
Memiliki harapan dalam menghadapi masalah

21
1. Kelompok khusus yang perlu di waspadai :
a. Kelompok lanjut usia
Kehilangan orang yang
dicintai
Tinggal sendiri
Sakit kronik misal, TBC,
diabetes, jantung, penyakit kulit

b. Kelompok Remaja
Depresi
Ke
hilangan hubungan yang berarti (putus cinta)
Pe
nyalah gunaan obat
Pe
rcobaan bunuh diri sebelumnya
Ri
wayat Keluarga

2. Resiko Bunuh Diri


Resiko bunuh diri terdiri dari 3 kategori yakni:
a. Ide Bunuh Diri
Ada pikiran untuk mengakhiri hidup
Kadang ditunjukkan dengan perilaku tidak langsung /gelagat ingin bunuh
diri, misal dengan mengatakan : “Rasanya ingin mati saja” atau “Segala sesuatu akan
lebih baik tanpa saya”.

b. Ancaman Bunuh Diri


Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien berisi keinginan untuk mati
disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut.
Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai
dengan percobaan bunuh diri
Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan
ketat harus dilakukan, Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk
melaksanakan rencana bunuh dirinya.

c. Percobaan Bunuh Diri

22
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupan. Pada kondisi ini pasien aktif mencoba bunuh diri dengan
berbagai cara
Beberapa cara bunuh diri antara laian gantung diri, minum racun, memotong urat nadi
atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.

3. Tanda dan Gejala Resiko Bunuh Diri


Tanda dan gejala resiko bunuh diri dapat dinilai dari ungkapan pasien yang
menunjukkan keinginan atau pikiran untuk mengakhiri hidup. Pasien biasanya
mengungkapkan tentang:
 Merasa hidupnya tak berguna lagi
 Ingin mati
 Mengancam bunuh diri
 Merasa bersalah/ssedih/marah/putus asa/tidak berharga
 Ungkapan seperti “masa depan tampak suram”, “sudah tidak ada gunanya
...dll

Yang bisa kita amati !!


Ekspresi murung, tak bergairah dan lebih banyak diam
Ketidakberdayaan
Impulsif
Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
Kegelisahan
Panik
Halusinasi
Terlihat sedih berlebihan
Depresi
Riwayat penyalahgunaan narkoba

4. Pertolongan Yang bisa Dilakukan Pada


Pasien yang beresiko melakukan bunuh diri
Tingkat kegawatan pasien terbagi menjadi 3 yaitu :
a. Tingkat Rendah
 Ada beberapa pemikiran untuk melakukan bunuh
diri, tidak ada rencana untuk melukai diri atau upaya
percobaan bunuh diri
 Pada tingkat ini peran keluarga diharapkan dapat
tetap memantau tanda-tanda resiko bunuh diri

23
 Mendengarkan ungkapan perasaan dan tidak menyepelekan atau
menyalahkan
b. Tingkat Sedang
 Ada pemikiran untuk bunuh diri, ada rencana tapi belum jelas dan tidak
mematikan
 Penanganannya dengan menurunkan resiko melakukan pembatasan akses
terhadap metode bunuh diri yang mematika dan peningkatan faktor pelindung
 Simpan benda –benda yang bisa digunakan bunuh diri.
c. Tingkat Tinggi
 Ada pemikiran untuk bunuh diri, telah mempunyai rencana yang spesifik
yang sangat mematikm serta berkata bahwa dia berniat bunuh diri atau
menunjukkan tanda-tanda bunuh diri.
 Pada tingkat ini maka keluarga HARUS SEGERA membawa pasien ke layanan
kesehatan gunamendapatkan pelayanan yang tepat.

Cara Berkomunikasi dengan pasien ODGJ Resiko Bunuh Diri

Dengarkan dengan seksama, bersikaplah tenang


Pahami perasaan orang tersebut
Berikan pesan non verbal yang menunjukkan
penerimaan dan penghargaan
Tunjukkan penghargaan terhadap opini dan nilai-
nilai orang tersebut
Bicaralah dengan jujur dan tulus
Tunjukkan kepedulian, perhatian dan kehangatan
Berfokuslah pada perasaan orang tersebut

YANG HARUS DIHINDARI !!

 Terlalu sering memotong pembicaraan


 Bersikap emosional dan terkejut
 Bersikap merendahkan
 Menanyakan banyak pertanyaan
 Mengucapkan kata-kata yang
mengganggu

24
PENGELOLAAN KRISIS DAN KEKAMBUHAN

Tujuan penangan krisis adalah mengembalikanpasien ODGJ ke dalam kondisi yang


baik seperti semula dan dapat mengatasi masalah krisis dengan baik dan benar.

1. Cara menciptakan lingkungan dengan stressor rendah dan meminimalkan


krisis dan kekambuhan.
Menciptakan suasana keluarga yang nyaman
a. Memiliki jadwal teratur
b. Mempertahankan kondisi tenang
didalam rumah
c. Menetapkan peran dan tugas dari
setiap anggota keluarga
d. Memiliki jadwal pertemuan keluarga

Waspada pada gejala-gejala kekambuhan!!

 Gejala kekambuhan yang muncul pada


pasien ODGJ
 Perubahan tidur
 Perubahan pola makan
 Tidak mau minum obat
 Mengalami halusinasi
 Cemas, mudah tersinggung dan marah
 Terlihat sedih
 Suka menyendiri
 Tidak mau bergaul dengan keluarga dan masyarakat
 Tidak dapat mengurus diri sendiri
 Curiga dengan orang lain
 Menggunakan obat dan alkohol
 Mengancam bunuh diri dan mencoba bunuh diri
 Perubahan kebiasaan sehari-hari

Gejala Kekambuhan yang muncul pada hubungan ODGJ dengan orang lain :
 Penurunan komunikasi

25
 Mudah bertengkar dengan orang lain
 Curiga berlebihan
 Mudah cemburu
 Penurunan minat

Saat keluarga menyadari adanya gejala kekambuhan:

Membawa pasien berobat ke fasilitas kesehatan


Mengingatkan ODGJ untuk patuh kepada pengobatan.
Bila ODGJ sedang tidak dapat dikendalikan lebih baik
menjauh sesaat sambil meminta ODGJ untuk
menenangkan diri.
Menjauhkan alkohol dan obat lain dari dalam rumah.
Mengingatkan ODGJ untuk tetap berhubungan dengan
orang lain.

2. Cara mempertahankan diri dari serangan pasien ODGJ

a. Perhatikan jarak aman


Caregiver memperhatikan jarak aman dengan ODGJ minimal sepanjang kaki
ODGJditambah sejengkal. Hal ini berfungsi untuk menyelamatkan diri jika ODGJ tiba-
tiba memukul atau menendang dan caregiver bisa menyelamatkan diri.

b. Posisi tubuh yang nyaman


Posisi tubuh caregiver yang aman adalah berdiri tegak agak miring dengan kaki yang
kuat agak didepan. Hal ini berguna menangkis dan mempertahankan badan ketika
tiba-tiba diserang dan lebih memudahkan untuk menyelamatkan diri.

3. Cara mempertahankan diri


a. Dipukul
Tangkis lengan ODGJ dengan kedua
tangan dengan jari-jari terbuka
b. Ditendang
Miringkan badan dan tangkis tendangan
sambil pijakan kaki ke tanah.
Selanjutnya selamatkan diri.
Memiringkan badan berfungsi untuk
26
mengurangi area yang kemungkinan mendapatkan tendangan. Memijakkan kaki ke
tanah membantu caregiver mendapatkan keseimbangan, sehingga caregiver tidak
terjatuh.

c. Dicengkram tangan dengan satu tangan


Pada saat dicengkeram dengan satu tangan, cari titik terlemah cemgkeraman yaitu
celah antara jari dan ibu jari. Tarik keluar tangan melalui celah tersebut.
d. Kedua tangan dicengkeram ODGJ
Kejutkan ODGJ dengan memutar kedua tangan secara bersamaan dan menarik
kedua tangan secara bersamaan pula.
e. Jika kedua tangan ODGJ mencengkeram satu tangan caregiver.
Pegang ujung tangan dan tarik keluar untuk melepaskan cengkeraman
f. Jika dicekik dari depan
Pendekkan leher, angkat tangan ke atas dan berputar melepaskan cekikan
g. Jika dicekik dari belakang
Pendekkan leher, angkat kedua tangan ke atas dam berputar untuk melepaskan
cekikan
h. Jika rambut ditarik ODGJ dari belakang
Pegang kedua tangan ODGJ dekatkan kearah kepala care giver dan minta bantuan.
i. Jika rambut ditarik dari depan
Pegang kedua tangan ODGJ dekatkan kearah kepala dan minta bantuan
j. Jika baju ditarik ODGJ
Pegang tangan ODGJ, dekatkan kearah lengan, bila ODGJ lengan ditarik keluar jika
tidak dapat minta bantuan untuk melepaskan tangan ODGJ.
k. Jika digigit ODGJ
Tutup hidung ODGJ sehingga ODGJ kesulitan bernafas dan membuka mulutnya, saat
ODGJ lengah tarik keluar dan selamatkan diri atau meminta bantuan

27
28

Anda mungkin juga menyukai