Anda di halaman 1dari 68

STRATEGI PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT DALAM UPAYA


MENCEGAH GANGGUAN JIWA
Disampaikan dalam Webinar Series dalam rangka HUT ke 102
RS.Soeharto Heerdjan Jakarta
Kamis, 21 April 2022
Mery Aderita R, S.K.M., M.K.M.
Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat
Indonesia (PPPKMI) PENGDA JAKARTA

Mery Ade

FASILITATOR:
•PELATIHAN PMBA
•PELATIHAN KONSELOR LAKTASI
•PELATIHAN KELOMPOK PENDUKUNG IBU BAGI
KADER DAN TENAGA KESEHATAN
•TIM GERAK CEPAT PENANGGULANGAN WABAH BAGI
PETUGAS PUSKESMAS
•KADER PEDULI KESEHATAN JIWA
Sumber:Kompas.com

Sumber: halodoc.com
1. Definisi Kesehatan Jiwa dan
2. Ciri Sehat Jiwa
3. Gangguan Jiwa
Kesehatan

• “Kesehatan adalah keadaan


sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang
memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial
dan ekonomis”.
Indonesia tanah airku Indonesia Raya
Tanah tumpah darahku Merdeka
Di sanalah aku berdiri Merdeka
Kesehatan Jadi pandu ibuku Tanahku
Indonesia kebangsaanku negriku yang
Bangsa dan Tanah Airku kucinta
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
Indonesia Raya
Merdeka
Hiduplah tanahku
Merdeka
Hiduplah negriku
Hiduplah
Bangsaku Rakyatku
Indonesia Raya
semuanya
Bangunlah jiwanya
Indonesia Raya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Kesehatan Jiwa
Kesehatan Jiwa (Keswa): Kondisi individu berkembang secara
fisik,
mental,
spiritual,
dan sosial
menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan stress,
bekerja secara produktif
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya
(Undang-Undang No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa).
Seseorang yang “sehat jiwa”
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.Merasa senang terhadap dirinya serta
•Mampu menghadapi situasi?
•Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
•Puas dengan kehidupannya sehari-hari
•Mempunyai harga diri yang wajar
•Menilai dirinya secara realistis, tidak
berlebihan dan tidak pula merendahkan
2. Merasa nyaman berhubungan
dengan orang lain serta

• Mampu mencintai orang lain


• Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
• Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
• Merasa bagian dari suatu kelompok
• Tidak “mengakali” orang lain dan juga tidak membiarkan orang
lain “mengakah” dirinya
3. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta

• Menetapkan tujuan hidup yang realistis


• Mampu mengambil keputusan
• Mampu menerima tanggungjawab?
• Mampu merancang masa depan
• Dapat menerima ide dan pengalaman baru
• Puas dengan pekerjaannya
GANGGUAN JIWA

Disfungsi aktivitas
Pikiran Perasaan Perilaku
sehari-hari.
Tanda awal
Gangguan
Jiwa Marah
Sedih Perubahan
Masalah mood yang
konsentrasi ekstrem
Takut atau
Masalah
cemas
Berpikir tidur
berlebihan
bunuh diri
Tidak Paranoid
mampu
mengatasi Marah
stres Penyalahgunaan
alcohol atau Paranoid
obat-obatan
GANGGUAN JIWA

depresi,
gangguan kecemasan,
skizofrenia,
gangguan makan, dan perilaku adiktif.
Kondisi ini bisa membuat pengidapnya sengsara dan menimbulkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti di sekolah, tempat kerja, atau
dalam hubungan.
Jumlah ODGJ berat di DKI Jakarta saat ini mencapai 17.000 kasus atau sekitar
0,16 persen dari total jumlah penduduk di Ibu Kota yang mencapai sekitar 10,6
juta jiwa (https://www.merdeka.com)

perlu peran keluarga atau warga tingkat RT/RW mendeteksi secara dini kasus
kesehatan jiwa. Kemudian mampu mengelola dengan baik dan bisa melakukan
rujukan apabila ada warga yang membutuhkan pendampingan psikososial.
BERTUMBUH DAN BERKEMBANG
• Dalam kebanyakan kasus, gejala gangguan
jiwa dapat dikelola dengan kombinasi obat-
obatan dan terapi bicara (psikoterapi).
Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Upaya Mencegah Gangguan
Jiwa
Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Upaya Mencegah Gangguan Jiwa
MANDIRI

Individu/keluarga
PERAN
Masyarakat Sebagai AKTOR
Pendukung lainnya
(TOMA,
Lurah,Camat,Nakes,Faskes,
POTENSI dll)

POTENSI

Tim pemberdayaan masyarakat


Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui
beberapa tahapan sebagai berikut.

1. Tahap pertama seleksi 2. Tahap kedua sosialisasi


lokasi pemberdayaan masyarakat

3. Tahap ketiga proses pemberdayaan masyarakat. Tahap ini terdiri dari


kegiatan:
a. kajian keadaan pedesaan/lokasi partisipatif,
b. pengembangan kelompok,
c. penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan, serta
d. monitoring dan evaluasi partisipatif
Pencegahan Gangguan Jiwa
• Melakukan aktivitas fisik dan tetap aktif secara fisik.
• Membantu orang lain dengan tulus.
• Memelihara pikiran yang positif.
• Memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah.
• Mencari bantuan profesional jika diperlukan.
• Menjaga hubungan baik dengan orang lain.
• Menjaga kecukupan tidur dan istirahat. Compas.com
Apa saja manfaat olahraga
untuk kesehatan jiwa?

• 1. Mengurangi stres
• Baru saja menjalani hari yang melelahkan di kantor?
Cobalah berjalan jauh atau mengunjungi pusat
kebugaran untuk berolahraga.
• Salah satu manfaat dari olahraga adalah menurunkan
tingkat stres. Ini karena berolahraga dapat
meningkatkan kadar hormon norepinefrin, yaitu zat
kimiawi yang berperan dalam respons otak terhadap
stres.
• 2. Meningkatkan mood
• Karena aktivitas positif ini dapat menunjang pelepasan hormon endorfin pada
tubuh, yang berhubungan dengan perasaan bahagia dan euforia.
• Oleh sebab itu, orang-orang yang depresi atau mengalami gangguan cemas
dianjurkan untuk berolahraga secara rutin dan teratur.
• 3. Meningkatkan rasa percaya diri
• Kebugaran fisik dapat meningkatkan rasa percaya diri serta membuat seseorang
memiliki persepsi yang lebih positif terhadap dirinya sendiri. Terlepas dari berat
badan, bentuk tubuh, jenis kelamin, atau usia, olahraga dapat membuat seseorang
tampil prima dan merasa lebih percaya diri untuk berinteraksi dengan orang lain.
• 4. Menunjang kemampuan otak
• olahraga dapat meningkatkan kecepatan produksi sel otak, dan meningkatkan
performa otak secara keseluruhan.
• Selain itu, berolahraga secara rutin juga diketahui dapat meningkatkan daya ingat
maupun kemampuan belajar.
• 5. Memperbaiki pola tidur
• Olahraga tingkat sedang dapat membantu Anda untuk tidur lebih nyenyak. Hal ini
sangat bermanfaat, terutama bagi Anda yang mengalami insomnia atau kesulitan
memejamkan mata di malam hari.
Kesehatan Jiwa Anda
adalah Prioritas
PARENTAL BURN OUT
(Faktor Risiko, Dampak, Pencegahan &Tatalaksana)

dr. Safyuni Naswati Sahupala, Sp. KJ


Pendahuluan

 Pengasuhan anak oleh orang tua, adalah pengalaman yang sangat berharga dengan
berbagai konsekuensi positif, seperti peningkatan makna hidup, kebahagiaan, dan
kesejahteraan (Nelson et al., 2013)
 Pengasuh anak juga dapat membebani dan merawat anak-anak dapat melibatkan stres
akut (misalnya : konflik) dan kronis (misalnya, masalah perilaku dan masalah kesehatan;
Mikolajczak et al., 2019).
 Pandemi COVID-19 mengakibat kekhawatiran dan ketakutan tentang virus meningkat
yang mungkin telah menyebabkan perubahan tingkat stres, kecemasan, dan kelelahan
orang tua di antara banyak keluarga (Prikhidko et al., 2020).
Pendahuluan

Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) :


 Kasus kekerasan perempuan dan anak meningkat lima kali lipat selama masa pandemi,
sebelum masa pandemi
 Kekerasan tercatat sebayak 2.851 kasus meningkat menjadi 7.190 kasus, sedangkan kasus
kekerasan terhadap perempuan meningkat 1.913 kasus menjadi 5.551 kasus (JPNN).
Istilah Burnout

 Freudenberger dan Richelson mendefinisikan burnout

 Burnout: kehabisan tenaga dan kebosanan

 Burnout, sebuah sindrom yang ditandai dengan “kelelahan emosional, depersonalisasi, dan

penurunan pemenuhan diri,” adalah akibat dari paparan kronis terhadap lingkungan yang

menguras emosi (Rionda, IS, et al., International Journal of Environmental Research and Public Health,

Vol. 18, No. 9, 2021).


Istilah Burnout

 Parental burnout : respon berkepanjangan terhadap stres yang kronis dan berlebihan,
yang terjadi pada orang tua

 Dalam International Classification of Disease (ICD) 10 – kode Z73 tetapi bukan diagnosis
medis
 Problem yang berkaitan dengan kesulitan pengelolaan hidup
PARENTAL BURN OUT

 Parental burnout dapat terjadi karena ketidaksesuaian harapan prangtua terhadap dirinya, anaknya ataupun tanggung jawab dengan
sumber yang mereka miliki(Holly dkk., 2019).

 Ketika orangtua memiliki harapan besar terhadap anak dan pengasuhan yang diberikan namun sumber yang dimiliki baik secara
finansial, dukungan sosial, kemampuan diri kurang berisiko meningkatkan adanya parental burn out (Griffith, 2020)

 Survey di US menunjukkan sebanyak 52% orangtua yang memiliki anak dibawah usia 12 tahun mengalami kesulitan untuk mengasuh
anaknya (Pew Research, 2021)

 Survey lain di Indonesia dengan sampel 400 ibu melaporkan 84% ibu merasa lelah secara mental dan fisik selama pandemic, 87% ibu
merasa tidak percaya diri dan merasa gagal dalam mengasuh anak(Rossa, 2021).

 Orang tua dari negara yang lebih individualistis ( Barat) memiliki tingkat burnout parental yang lebih tinggi. daripada mereka yang
berasal dari negara-negara Timur ( Roskam dan Mikolajczak )
ETIOLOGI PARENTAL BURN OUT

Ketidaksesuaian yang dirasakan antara tuntutan terkait pengasuhan, termasuk harapan


orang tua tentang diri mereka sendiri dan tanggung jawab mereka, dan ketersediaan
sumber daya untuk memenuhi tuntutan dan harapan tersebut terjadi terus-menerus
(tuntutan dan harapan seringkali tidak terpenuhi)
FAKTOR RISIKO

 Stress kehidupan – individu dengan pengalaman peristiwa


kehidupan yang stressful lebih cenderung untuk alami depresi
 Faktor usia – hubungan antara stress kehidupan, burnout dan
depresi dimediasi oleh pengaruh usia
 Genetik – kandidat gen yang berperan: gen reseptor
glucocorticoid (NR3C1), gen trasporter serotonin (SLC6A4),
brain derived neurotropic factor gene (BDNF), tyrosine
hydroxylase (TH)
 Karakteristik kepribadian tertentu (ketegasan rendah, riwayat
viktimisasi, toleransi rendah, dan self-efficacy rendah, stabilisasi
emosi yang rendah, introvert, provokatif, enerjik, ekspektasi
tinggi, perfeksionis
 Dukungan sosial: lebih sedikit jejaring (keluarga dan teman)
FAKTOR PENDUKUNG

POSITIF NEGATIF
 Mengerti dan tahu akan kemampuan dan cara  Adanya rasa ingin serba sempurna (perfeksionis)
mengapresiasi diri (Self-Compassion) dalam diri orangtua
 Kemampuan mengelola emosi dengan baik  Kurang mampu mengelola emosi dengan baik
 Adanya dukungan dari keluarga dan pasangan  Kurangnya pengetahuan mengenai pola
dalam mengasuh anak pengasuhan anak
 Melakukan kerja sama atau saling membantu  Dukungan keluarga dalam mengasuh anak
dalam mengasuh anak kurang
 Menanggung beban mengasuh anak bersamaan
dengan adanya beban pekerjaan (untuk ibu dan
ayah yang bekerja)
Gambaran Gejala Psikologis

 Merasa lelah berlebihan


 Gampang emosi
 Kehilangan motivasi
 Perasaan kegagalan
 Dysphoric stimuli (kesedihan)
 Masalah tidur
 Gejala somatik
 Memiliki pemikiran bahwa keadaan anak akan lebih baik tanpa adanya kehadiran Anda
 Muncul rasa tidak sabar saat mengasuh anak
 Munculnya rasa putus asa
 Hubungan emosional dengan anak berkurang
 Cenderung menjauhkan diri pada anak
DAMPAK PARENTAL BURN OUT

 Dampak lain parental burn out selama masa pandemi adalah kekerasan (fisik &
pengabaian) yang dilakukan oleh orangtua. (Brianda dkk., 2020).

 Orang tua yang mendapat skor lebih tinggi pada pengukuran parental burnout juga
mendapat skor lebih pada ide untuk kabur dan bunuh diri; muncul konflik serta keinginan
untuk berpisah yang lebih besar dengan pasangan.
 Gangguan Jiwa
DAMPAK PARENTAL BURN OUT

CHILD MALTREATMENT

 Dampak jangka pendek : parental burnout  ↑ resiko kekerasan & penelantaran anak  gangguan
& trauma fisik (lebam, patah tulang) serta permasalahan psikologis (gangguan stress pasca-trauma,
ansietas)
 Dampak jangka panjang : orang dewasa yang mengalami kekerasan pada masa kana-kanak  ↑
risiko mengalami gangguan jiwa, menggunakan NAPZA, bunuh diri, melakukan hubungan seksual
beresiko (promiskuitas), dan terkena penyakit menular seksual. Memiliki resiko tingkat pendidikan
yang rendah  gangguan finansial, kesulitan mencari pekerjaan, pemasukan yang sedikit. Memiliki
resiko menjadi pelaku (terutama kekerasan anak)/korban kekerasan

.
DAMPAK PARENTAL BURN OUT

GANGGUAN JIWA

 Sekelompok gejala/simptom yang Manifestasi ggn jiwa: perubahan pada:


bermakna dpt ditemukan secara klinis * Pikiran *Perasaan *Perilaku
dan mengakibatkan
penderitaan(distress) &
terganggunya fungsi (disfungsi)
Perubahan pada tubuh& kondisi jasmani
STRATEGI PENCEGAHAN &
TATALAKSANA
Melakukan pola hidup sehat Olahraga
Pola makan yang sehat //Tidur
teratur
cukup

TIDAK MEROKOK TIDAK ALKOHOL


Melakukan pola hidup sehat

POLA PIKIR TINGKATKAN


POSITIF IMAN & tAQWA
HORMON BAHAGIA

 OLAH RAGA
 HUMOR & TERTAWA
 TERSENYUM
 MELAKUKAN KEGIATAN YANG
MENYENANGKAN BERSAMA ANAK
RELAKSASI
STRATEGI PENCEGAHAN & TATALAKSANA

 Mulai belajar mencintai dan menghargai diri sendiri.


 Diskusi dengan pasangan atau pun keluarga besar terkait bantuan atau
dukungan dalam mengasuh anak.
 Cari support group yang dapat membangun persepsi positif dalam
menjalankan peran sebagai orangtua

 Cari bantuan ahli. (Lihat Instrument SRQ)


ْ ‫ن‬
 ‫أن‬ ْ ‫خ ْي ٌر لَ ُه ِم‬َ ‫ل وَلَ َد ُه‬ َّ ‫ص ََل ُة و‬
ُ ‫ { ِِل ْن ُي َؤ ِدبَ ال َّر‬:‫َالس ََل ُم‬
ُ ‫ج‬ ِ ‫ل َعلَ ْي‬
َّ ‫ه ال‬ َ ‫و ََقا‬
‫ق بِصَاع‬ َ ‫ص َّد‬
َ ‫يَ َت‬

 Nabi saw. bersabda, “Seseorang mendidik anaknya itu


lebih baik baginya dari pada ia menshadaqahkan (setiap
hari) satu sha’.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam At-
Tirmidzi dari sahabat Jabir bin Samurah r.a.
Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb.

Selamat
Berkarya &
Bekerja Sama
Kembali Produktif dengan Asuhan keperawatan jiwa
Gangguan jiwa adalah pola perilaku atau psikologis
yang di tunjukan oleh individu yang menyebabkan
distres, disfungsi dan menurunya kualitas kehidupan

Tingkat keparahan dan persistensi beberapa


gangguan jiwa menyebabkan ketegangan dan
mempengaruhi individu, keluarga mereka,
komunitas dan sistem layanan yang lebih luas
Penyebab gangguan jiwa
belum jelas penyebab pasti gangguan jiwa namun
beberapa sumber menyatakan

Biologis Psikologis Sosial Budaya


• keturunan, status nutrisi, • intelegensi, ketrampilan • Usia, gender, pendidikan,
Kesehatan secara umum verbal, moral, penghasilan , pekerjaan.
kepribadian, pengalaman Latar belakang budaya
masa lalu, konsep diri
Faktor Presipitasi
Peristiwa kehidupan yang menimbulkan Stres

Melalui Kegiatan Melalui keinginan


Sosial Melalui lahan Sosial ;
sosial : suatu yang di
Pengenalan orang
• Krisis keluarga, pekerjaan, inginkan seperti
baru kedalam lahan
pendidikan sosial, promosi .pertunangan
kesehatan, finansial sosial individu, dan
perkawinan masalah
kematian seseorang
finansial, dipecat dan
yang berarti
perceraian
Tahap Perawatan dan kegiatan
1. Tahap krisis
2. Tahap akut
3. Tahap pemeliharaan kesehatan
4. Tahap promosi kesehatan
Tahapan perawatan dan kegiatan
krisis Stabilisasi
Faktor resiko
Pengelolaan lingkungan
Tidak membahayakan diri dan orang ;lain
Akut Remisi
Gejala dan respon Koping
Perencanaan treatmen.percontohan pengajalan timbal balik
Penurunan gejala

Pemeliharaan Pemulihan
Status fungsi
Mendorong advosi
Peningkatan fungsi
Promosi Tingkat kesejahteraan optimal
kesehatan Kualitas hidup dan kesejahteraan
Menginsiirasi dan menfasilitasi
Kualitas hidup yang optimal
Tahap Akut pasien ada di IGD dan masuk ke ruang perawatan PICU
Pengkajian keperawatan yang berhubungan dengan Agresi

Agitasi motorik Afek Kemampuan Verbal Tingkat kesadaran


• Berjalan dengan • Marah • Berbicara • Bingung
cepat mengancam dengan
• Bermusuhan • Perubahan status
• Tidak bisa diam obyek yang nyata mental yang tiba-tiba
• Anxietas berat
• Mengepal atau atau tidak nyata • Disorietasi
memukulkan tangan • Mudah tersingung
• Meminta perhatian • Kerusakan memari
• Mengencangkan • Euforia yang tidak
yang menganggu
rahang wajar dan berlebihan • Tidak bisa diarahkan
• Berbicara keras dan
• Gerakan motorik • Afek yang tidak stabil
dengan penekanan
yang tiba-tiba • Mengalami waham
atau curiga
Tindakan keperawatan pada tahap krisis

Strategi pencegahan Strategi antisipasi Strategi penahanan


Komunikasi management krisis
Kesadaran Diri Perubahan lingkungan Pengasingan (secklusi)
Pendidikan klien psikofarmakologi Pembatasan gerak(restrain)
Latihan asertif
Tahap Akut
pada tahap ini pasien di rawat di ruang Picu
Tindakan keperawatan yang dilakukan :
• Melakukan jemputan pada pasien gaduh gelisah dengan menggunakan sejiwa
• Melakukan pengkajian lanjutan untuk merencakan tindak lanjut di ruang akut yang terdiri dari :
• Pemenuhan kebutuhan fisik
• Latihan Asertif
• Strategi komunikasi
• Strategi lingkungan
• Strategi perilaku
• Psikofarmaka, terapi somatik
• Tehnik management krisis
• Edukasi keluarga
Latihan Asertif
Perilaku asertif merupakan ketrampilan interpersonal
dasar yang meliputi:
1. Berkomunikasi langsung dengan orang lain
2. Berani mengatakan tidak untuk permintaan yang
tidak rasional
3. Mampu menyatakan keberatan dengan baik
4. Mengekspresikan apresiasi yang sesuai
5. Menerima pujian dengan wajar
Strategi Komunikasi
Peran perawat dalam berkomunikasi
 Berbicara dengan tenang dengan suara rendah
dapat mengurangi agitasi klien
Menerima perasaan klien dan menyakinkan klien
bahwa perawat ada untuk membantu
Komunikasi non verbal : sikap tubuh yang tenang,
tangan terbuka perawat harus menunjukan sikap
mendukung
Tahap pemeriharaan kesehatan
pasien di rawat di ruang intermediate dan
rehabilitasi
Pada tahap ini perawat merawat dan melatih klien
• Keamanan dan pengurangan resiko ( resiko jatuh, resiko bunuh diri, resiko
melarikan diri)
• Pemenuhan kebutuhan fisik
• Manajemen terapi : halusinasi, Resiko perilaku kekerasan, isolasi sosial, harga
diri rendah, defisit perawatan diri, waham , resiko bunuh diri
• Terapi modalitas, terapi aktivitas kelompok , kegiatan sehari-hari
• Edukasi keluarga
• Perencanaan pulang
Perencanaan pulang
Perencanaan pulang merupakan model pemulihan keperawatan
Area perencanaan pulang’
• Obat-obatan
• Aktifitas kehidupan sehari-hari
• Perawatan kesehatan secara komprehensif
• Perencanaan tinggal saat pulang
• Pengkajian dan bantuan keuangan(jaminan BPJS, jamkesda,
asuransi lainnya atau lembaga penjamin lainnya)
Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan kombinasi sosial, pendidikan, kerja


perilaku intervensi kognitif yang membuat individu menjadi
optimal .
Berfokus pada ; pasien keluarga dan masyarakat
Tahap rehabilitasi

Tahap rehabilitasi adalah tahap dimana klien mampu


• Mengendalikan tanda dan gejala
• Melakukan perawatan diri (self care)
• Melakukan sosialisasi
• Melakukan kegiatan hidup sehari-hari
• Mandiri dalam bekerja
Pelayanan kesehatan jiwa di rumah
Elemen inti pelayanan kesehatan di rumah ;
Akses pelayanan ( bagaimana seorang pasien tahu dimana pasien tersebut mendapatkan
layanan)
Tanggung jawab
Keberlanjutan pelayanan (puskesmas, kerjasama dengan balai latihan, dinas sosial,
bengkel kerja )
Koordinasi dan intergarasi (kader kesehatan, tokoh masyarakat, puskesmas)
Pelayanan berpusat pada klien dan keluarga
Penelitian dan pelaksanaan pelayanan telenursing terhadap kepatuhan obat dan
perawatan pasca hospitalisasi
Promosi kesehatan jiwa

Tujuan keperawatan secara umum adalah meningkatkan


mekanisme koping pada klien melalui
Pendidikan kesehatan ( sekolah, Komunitas, dinas sosial)
Perubahan lingkungan
Dukungan kesehatan
Reduksi stigma
Webinar dalam Rangka HUT RSJ ke 102 dilaksanakan
bersamaan hari kartini
Perawat RSJ yang inovatif dan Profesianal menjadi kartini
masa kini

Anda mungkin juga menyukai