Irbang 1 Bab 5
Irbang 1 Bab 5
BAB V
PERENCANAAN SALURAN
IV.1 UMUM..................................................................................................................................................................96
IV.1.1 Beberapa pengertian. .................................................................................................................................96
BAB V.
PERENCANAAN SALURAN.
V.1 UMUM.
V.1.1 Beberapa pengertian.
1. Saluran irigasi.
Saluran irigasi adalah saluran yang berfungsi untuk mengalirkan air dari bangunan utama
sampai ke petak sawah.
2. Saluran Pembuang
Saluran Pembuang adalah saluran yang berfungsi membuang air kelebihan keluar daerah irigasi
agar tidak terjadi genangan.
3. Saluran tanah
Saluran tanah yaitu saluran irigasi yang digali pada tanah asal atau pada tanah timbunan, tanpa
lapisan yang memperkuat dinding maupun dasar saluran.
4. Saluran pasangan
Saluran pasangan adalah saluran yang dinding dan dasar salurannya dilapisi dengan bahan
yang kedap air.
5. Debit rencana.
Debit rencana adalah debit yang harus dialirkan oleh suatu saluran sesuai dengan luas areal yang
dilayaninya.
6. Kapasitas saluran.
Kapasitas saluran adalah kemampuan saluran untuk mengalirkan debit.
Agar tidak terjadi sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan saluran, maka kecepatan aliran
yang didapat tidak boleh terlalu rendah sehingga pada kecepatan yang rendah tersebut, pengendapan
akan terjadi. Untuk itu kemiringan memanjang saluran serta penampang yang direncanakan harus
menjamin tidak terjadinya endapan.
Agar tidak terjadi erosi, maka kecepatan aliran tidak boleh melebihi kecepatan yang diijinkan
sesuai dengan karakteristik saluran tersebut dibuat.
Debit yang direncanakan untuk dialirkan sebuah saluran irigasi dihitung beradas rumus berikut
ini :
c . NFR . A
Q
e
96
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
dimana :
Q = Debit rencana, l/detik.
c = koeffisien pengurangan akibat sistem golongan.
NFR = kebutuhan air di sawah ( netto ), liter/detik/ha.
A = luas daerah yang diairi, ha.
e = effisiensi irigasi.
Besarnya kebutuhan air disawah ( NFR).
Koeffisien pengurangan sistem golongan, adalah pengurangan debit puncak akibat diadakannya
rotasi teknis. Melalui rotasi teknis ini areal irigasi dibagi menjadi beberapa kelompok atau golongan dan
permulaan tanam dari setiap golongan ditentukan berbeda 15 hari. Dengan adanya rotasi teknis ini
maka kebutuhan air puncak yang umumnya terjadi pada saat pengolahan lahan terbagi merata sehingga
terjadi pengurangan debit puncak, seperti telah dibahas dalam bab II.
Effisiensi irigasi.
Besarnya kehilangan air di jaringan irigasi menurut Standar Perencanaan Irigasi adalah sebagai
berikut :
15 – 22,5 % di petak tersier, antara bangunan sadap tersier dan sawah.
7,5 % - 12,5 % di saluran sekunder.
7,5 % – 12,5 % di saluran utama.
Dan besarnya effisiensi irigasi = 100 % – kehilangan air, sehingga :
et ( effisiensi jaringan tersier ) = 77,5 % - 85 %
es ( effisiensi jaringan sekunder ) = 87,5 % - 92,5 %
ep ( effisiensi jaringan primer ) = 87,5 % - 92,5 %
Sehingga effisiensi total ( e ) = et x es x ep mempunyai nilai antara 0,59 – 0,73.
97
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Mengingat posisi bangunan sadap itu dapat berada pada saluran sekunder maupun saluran
primer, maka kebutuhan air di bendung bagi petak tersier yang menyadap dari saluran sekunder, ketiga
kehilangan air tersebut akan diperhitungkan dalam menghitung kebutuhan airnya. Tapi bagi petak
tersier yang menyadap langsung ke saluran primer, kehilangan yang diperhitungkan hanya kehilangan
di saluran tersier dan di saluran primer.
Luas daerah yang diairi oleh saluran tersier adalah luas petak tersier yang bersangkutan.
Mengingat ada petak tersier yang menyadap langsung ke saluran primer dan ada yang menyadap dari
saluran sekunder, maka diberikan notasi yang berbeda terhadap keduanya :
Luas petak tersier yang menyadap langsung ke saluran primer : Atp.
Luas petak tersier yang menyadap ke saluran sekunder : Ats.
Sedangkan luas daerah irigasi yang diairi oleh saluran sekunder adalah jumlah luas petak petak
tersier yang menyadap pada saluran sekunder yang bersangkutan. Kalau luas yang diari oleh saluran
sekunder adalah As, maka :
As = Ats.
Untuk menghitung luas daerah yang diairi oleh saluran primer adalah luas daerah yang diairi
oleh saluran sekunder dan saluran tersier yang mengambil air dari saluran primer tersebut. Kalau luas
daerah irigasi yang diairi oleh saluran primer ini adalah Ap, maka :
Ap = As + Atp
Berdasar uraian tersebut diatas, maka besarnya debit rencana seperti yang diasmpaikan pada
awal bab ini penerapannya adalah sebagai berikut :
Saluran Tersier.
c . NFR . Ats c . NFR . Atp
Q atau Q
et et
Saluran sekunder.
Saluran primer.
Contoh perhitungan.
Pada gambar III.19 terdahulu adalah skema Daerah Irigasi Sanggau Ledo yang mempunyai luas
areal 1.516 Ha yang dialirkan melalui dua saluran primer. Saluran primer kiri adalah saluran primer
Tebudak Kiri yang melayani areal seluas 827 Ha. Bagian hilir saluran primer ini yaitu pada BTU Kr 4,
mencabang saluran sekunder Paket A. Sedangkan saluran primer kanan adalah saluran primer Tebudak
Kanan, melayani 689 Ha. Sebagian areal dilayani oleh saluran sekunder Transos seluas 430 Ha dam
saluran sekunder Jawa seluas 114 Ha.
98
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
2. Effisiensi jaringan tersier 0.8 atau kehilangan air 20 %.
3. Effisiensi jaringan sekunder 0,90 atau kehilangan air 10 %.
4. Effisiensi jaringan primer 0,95 atau kehilangan air 5 %.
5. Koeffisien pengurangan = 1
Kebutuhan air untuk saluran tersier TS 2 kn.
Kapasitas Saluran atau Debit yang dapat dialirkan oleh suatu penampang, dapat dihitung
melalui rumus :
Q=v.A
dimana :
a) Rumus Strickler.
v = k . R2/3 . I½
dimana :
99
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
k = koeffisien kekasaran Stickler.
R = Jari-jari hiraulis = A/P
A = Luas penampang basah,m2.
P = Keliling basah, m.
I = Kemiringan memanjang saluran.
Elemen penampang saluran yaitu :
luas penampang ( A ),
keliling basah ( P ) dan
jari-jari hidraulis ( R ),
tergantung bentuk penampang seperti berikut ini.
Daftar IV.3. Elemen penampang saluran.
trapesium
( b mh ) h
( b + mh ) h
b 2h (1 m ) 2
2
b 2h ( 1 m )
Koeffisien Stickler.
Pengaruh vegetasi terhadap resistensi sudah jelas; panjang dan kerapatan vegetasi adalah faktor-
faktor yang menentukan. Akan tetapi tinggi air dan kecepatan aliran sangat membatasi pertumbuhan
vegetasi. Vegetasi diandaikan minimal untuk harga-harga k yang dipilih dan dipakai dalam perencanaan
100
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
saluran. Pengaruh trase saluran terhadap koefisien kekasaran dapat diabaikan, karena dalam
perencanaan saluran tanpa pasangan akan dipakai tikungan berjari-jari besar.
Pengaruh faktor-faktor di atas terhadap koefisien kekasaran saluran akan bervariasi menurut
ukuran saluran. Ketidakteraturan pada permukaan akan menyebabkan perubahan kecil di daerah
potongan melintang di saluran yang besar ketimbang di saluran kecil. Koefisien-koefisien kekasaran
untuk perencanaan saluran irigasi disajikan pada daftar IV.4. berikut ini.
Perbandingan b/h.
Pada debit yang kecil perbandingan b/h diambil = 1, sedangkan pada debit yang lebih besar b/h
diambil lebih dari 1. Kalau b/h diambil kurang dari 1, maka saluran menjadi tidak stabil. Menurut
Standar Perencanaan Irigasi Ditjen Pengairan, besarnya perbandingan b/h untuk berbagai debit adalah
seperti pada daftar IV.4 berikut ini.
Daftar IV.4. Karakteristik saluran tanah menurut Standar Perencanaan Irigasi.
Debit dalam m3/detik kemiringan talut 1 : perbandingan b/h faktor kekasaran
m Stickler ( k )
0,15 – 0,30 1,0 1,0 35
0,30 – 0,50 1,0 1,0 – 1,2 35
0,50 – 0,75 1,0 1,2 – 1,3 35
0,75 – 1,00 1,0 1,3 – 1,5 35
1,00 – 1,50 1,0 1,5 – 1,8 40
1,50 – 3,00 1,5 1,8 – 2,3 40
3,00 – 4,50 1,5 2,3 – 2,7 40
4,50 – 5,00 1,5 2,7 – 2,9 40
5,00 – 6,00 1,5 2,9 – 3,1 42,5
6,00 – 7,50 1,5 3,1 – 3,5 42,5
7,50 – 9,00 1,5 3,5 – 3,7 42,5
9,00 – 10,00 1,5 3,7 – 3,9 42,5
10,00 – 11,00 2,0 3,9 – 4,2 45
11,00 – 15,00 2,0 4,2 – 4,9 45
15,00 – 25,00 2,0 4,9 – 6,5 45
25,00 – 40,00 2,0 6,5 – 9,0 45
Kecepatan Rencana.
Pada dasarnya kecepatan rencana ditentukan berdasar kecepatan yang diijinkan. Besarnya
kecepatan yang diijinkan ini besarnya tergantung pada :
Jenis Tanah.
Nilai Banding Rongga.
Perbandingan antara Jari-jari lengkungan terhadap lebar permukaan air.
Kedalaman air rencana.
Namun untuk Irigasi sederhana dan tanah lempung yang normal ( tidak terlalu berpasir dan
tidak terlalu banyak butir halus ) nilai kecepatan rencana ini sebaiknya diambil antara 0,20 meter/detik
sampai 0,60 meter/detik. Untuk saluran kecil sebaiknya menggunakan kecepatan yang lebih rendah.
Tinggi jagaan ( w )
Jagaan atau freeboard suatu saluran ialah jarak vertikal dari puncak saluran ke permukaan air
pada kondisi rencana.
101
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Meningginya muka air melebihi tinggi yang telah direncanakan, dapat terjadi oleh penutupan
pintu secara tiba-tiba disebelah hilir maupun akibat bertambah besarnya debit.
Meningginya muka air disaluran dapat pula terjadi akibat pengaliran air buangan ke saluran.
Timbulnya gelombang antara lain disebabkan oleh gerakan angin.
Besarnya tinggi jagaan minimum yang diberikan pada saluran primer dan sekunder pada debit
rencana saluran adalah seperti pada Daftar IV.5 berikut ini.
Luas areal yang dilayani 569 ha terdiri dan dari contoh perhitungan terdahulu didapat : Q =
960,87 liter/detik = 0,96 m3/detik.
m = 1,0 --> b = h
102
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
2 2
v 0,60
I 0,000828.
2/3
k . R 2/3 35 . 0,46
Kasus II : Kemiringan medan diketahui dan kemiringan memanjang saluran = kemiringan medan.
Luas areal yang dilayani 569 ha terdiri dan dari contoh perhitungan terdahulu didapat : Q =
960,87 liter/detik = 0,96 m3/detik.
Direncanakan dengan saluran tanah dengan kemiringan memanjang saluran sama dengan
kemiringan medan : 0,00056
m = 1,0 --> b = h
2
P = b 2 h ( 1 m ) dan A = ( b + mh) h dan R = A / P dengan, dengan cara coba – coba :
103
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Saluran pasangan adalah saluran yang dinding dan dasar salurannya dilapisi dengan bahan
yang kedap air. Banyak bahan yang dapat digunakan untuk pasangan, namun menurut Standar
Perencanaan Irigasi jenis pasangan yang dianjurkan adalah :
pasangan batu,
beton,
tanah.
Penggunaan bahan-bahan yang lain tidak dianjurkan, karena sulitnya memperoleh persediaan
bahan, teknik pelaksanaan yang lebih rumit dan kelemahan-kelemahan bahan itu sendiri. Tebal
minimum untyuk pasangan batu diambil 30 cm dan untuk beton tebal minimum 8 cm untuk saluran
kecil ( sampai 6 m3/detik ) yang dikonstruksi dengan baik dan 10 cm untuk saluran yang lebih besar.
Untuk saluran pasangan semen tanah atau semen tanah yang dipadatkan, tebal minimum diambil 10 cm
untuk saluran kecil dan 15 cm untuk saluran yang lebih besar. Tebal saluran pasangan tanah diambil 60
cm untuk dasar saluran dan 75 cm untuk talud saluran.
Kegunaan saluran pasangan ini dimaksudkan untuk :
mencegah kehilangan air akibat rembesan,
mencegah gerusan dan erosi,
mencegah merajalelanya tumbuhan air,
mengurangi biaya pemeliharaan,
memberi kelonggaran untuk lengkung yang lebih besar,
tanah yang dibebaskan lebih kecil.
Besarnya rembesan dapat dihitung dengan rumus Moritz ( USBR ) :
S = 0,035 . C . ( Q/v )
dimana :
S = kehilangan akibat rembesan, m3/dt per km panjang saluran.
Q = debit, m3/detik.
v = kecepatan, m/detik.
0,035 = faktor konstanta, m/km.
Besarnya harga C adalah sebagai berikut :
Jenis tanah Harga C,
m/hari
kerikil sedimentasi dan lapisan penahan ( hard pan) dengan geluh pasiran 0,10
lempung dan geluh lempungan 0,12
geluh pasiran 0,20
abu volkanik 0,21
pasir dan abu volkanik atau lempung 0,37
lempung pasiran dengan batu 0,51
batu pasiran dan kerikilan 0,67
Koeffisien Stickler.
Besarnya koeffisien Stickler ( k ) untuk saluran pasangan yang dianjurkan dipakai menurut
Standar Perencanaan Irigasi adalah :
pasangan batu 60
pasangan beton 70
pasangan tanah 35 – 45
104
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Perbandingan b/h.
Untuk saluran pasangan tidak ada ketentuan untuk perbandingan b/h, namun idealnya
penampang saluran tahan erosi seperti saluran pasangan ini didisain sebagai penampang hidrolis
terbaik, yaitu penampang yang memiliki keliling basah terkecilsehingga memiliki hantaran terbaik.
Untuk saluran irigasi dimana bentuk penampang yang umum dipakai adalah penampang persegi dan
penampang trapesium, penampang hidrolis terbaik tersebut adalah sebagai berikut :
b = 2h 2 h2 4h 0,5 h
Menurut standar perencanaan Irigasi kemiriniungan talud saluran ( m ) untuk saluran pasangan
besarnya ditentukan berdasar kondisi tanah dasarnya, seperti pada daftar berikut ini.
Jenis tanah h < 0,75 meter 0,75 meter < h < 1,5 meter
Kecepatan Rencana.
Kecepatan – kecepatan maksimum untuk aliran subkritis berikut ini diajurkan pemakaiannya
menurut Standar Perencanaan Irigasi :
pasangan batu : 2 m/detik.
pasangan beton : 3 m/detik
pasangan tanah : kecepatan maksimum yang diijinkan.
Tinggi jagaan ( w )
Besarnya tinggi jagaan minimum yang diberikan pada saluran primer dan sekunder pada debit
rencana saluran adalah seperti pada Daftar IV.8 berikut ini.
105
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Luas areal yang dilayani 569 ha terdiri dan dari contoh perhitungan terdahulu didapat : Q =
960,87 liter/detik = 0,96 m3/detik. Sebagian dari ruas ini diberi pasangan batu yang mempunyai
kemiringan memanjang lebih curam dari bagian saluran yang tidak diberi pasangan.
Bagian yang diberi pasangan denganm pasangan batu kecepatan rencana diambil 2 meter/detik.
bandingkan dengan saluran yang tidak diberi pasangan dengan lebar 0,90 meter dan tinggi h = 0,90
meter.
A = h2 3 = 0.48 dan P = 2 h 3 = 1,83 sehingga R = A / P = 0,48/1,83 = 0,2622
Rumus Stickler : v = k . R2/3 . I½
v = 2 meter/detik ; k = 60 ; R = 0,26
2 2
v 2
I 0,00669.
2/3
k . R 2/3 60 . 0,26
v 2
Bilangan Freude Fr 0,87 ternyata < 1 berarti masih sub kritis.
gh 9,8 . 0,53
Kasus II : Kemiringan medan diketahui dan kemiringan memanjang saluran = kemiringan medan.
Luas areal yang dilayani 569 ha terdiri dan dari contoh perhitungan terdahulu didapat : Q =
960,87 liter/detik = 0,96 m3/detik.
106
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Q = v . A --> 0,96 = 2 A --> A = 0,48 m2
Penampang hidrolkis terbaik :
lebar saluran = b = 1/3 h 3
A = h2 3 ; P = 2 h 3; R = A / P
Rumus Stickler : v = k . R2/3 . I½
v = 2 meter/detik ; k = 60 ; I = 0,00056, dengan cara coba – coba :
Dari daftar disamping ini dapat
h b A P R v Q
dilihat bahwa untuk h = 0,55 meter
0.90 0.32 1.17 3.12 0.37 0.74 0.86
dan b = 0,27 meter akan memberi
0.91 0.32 1.19 3.15 0.38 0.74 0.89
nilai Q = 0,95 yang mendekati
0.92 0.32 1.22 3.19 0.38 0.75 0.91
dengan harga Q = 0,96.
0.93 0.33 1.25 3.22 0.39 0.75 0.94
0.94 0.33 1.27 3.26 0.39 0.76 0.97 Dengan demikian dimensi Saluran
0.95 0.33 1.30 3.29 0.40 0.77 1.00 primer Tebudak Kanan Ruas 6
0.96 0.33 1.33 3.33 0.40 0.77 1.02 adalah :
0.97 0.33 1.36 3.36 0.40 0.78 1.05
0.98 0.33 1.39 3.39 0.41 0.78 1.08 b = 0,94 meter
0.99 0.33 1.41 3.43 0.41 0.79 1.11 h = 0,33 meter
F tanggul = 0,50 meter
1.00 0.33 1.44 3.46 0.42 0.79 1.14
F1 = 0,20 meter.
I = 0,00056
A = 1,27 m2
Kecepatan yang terjadi dari daftar tersebut : 0,76 meter/detik.
v 0,76
Bilangan Freude Fr 0,42 ternyata < 1 berarti masih sub kritis.
gh 9,8 . 0,33
Dibanding dengan saluran tanah dengan kemiringan yang sama, dengan penampang : lebar 1,00
meter dan h = 0,86 meter, penampang ini lebih kecil. Namun kecepatan yang didapat tidak jauh berbeda,
dimana pada saluran tanah sebesar : 0,60 meter/detik.
Pembuang Intern untuk mengalirkan kelebihan air dari sawah untuk mencegah terjadinya genangan
dan kerusakan tanaman, atau untuk mengatur banyaknya air tanah sesuai dengan yang dibutuhkan
oleh tanaman.
Jaring pembuang intern terdiri dari saluran pembuang kuarter, tersier, sekunder dan primer
yang berturut-turut mengalirkan air kelebihan dari petak sawah ke sungai atau laut. Sedangkan
pembuang ekstern dilayani oleh sungai-sungai atau parit yang masuk dari luar daerah Irigasi dan
melintasi daerah irigasi.
107
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Khusus pada daerah pantai, dimana muka air sungai sangat dipengaruhi pasang surut laut atau
saluran pembuang berhubungan dengan laut, maka naik turunnya muka air sungai akibat pasang surut
laut perlu dipertimbangkan.
Kalau dirasa perlu di hilir saluran pembuang dilengkapi dengan bangunan pengatur
pembuangan, baik dalam bentuk pintu sorong maupun dalam bentuk pintu klep otomatis yang menutup
pada waktu muka air sungai naik.
Padi yang dinaman di sawah, tumbuh dalam keadaan tergenang. Oleh karenanya kalau terjadi
air kelebihan baik dari hujan maupun dari melimpahnya air irigasi yang berlebihan, maka air kelebihan
tersebut akan menambah genangan pada petak sawah.
Namun genangan yang melebihi 20 cm harus dihindari karena akan mengurangi hasil panen.
Besar kecilnya penurunan hasil panen yang diakibatkan oleh air kelebihan tergantung pada :
Dalamnya air kelebihan itu.
Berapa lamanya genangan tersebut terjadi.
Tahap pertumbuhan tanaman.
Varietas padi.
Menurut Standar Perencanaan Irigasi, jika tanaman tergenang sedalam lebih dari 20 cm selama
jangka waktu lebih dari 3 hari, maka hampir dapat dipastikan bahwa tidak akan ada panenan.
Untuk itu perhitungan debit pembuang didasarkan atas limpasan pembuang yang dihitung
menurut rumus berikut ini :
D(n) = R (n)T + n ( I – Et – P ) - S.
dimana :
D (n) = limpasan pembuang selama n hari berurut-turut dan sesuai dengan lamanya genangan,
n diambil 3 hari.
R (n)T = curah hujan dalam mm, selama n hari berurut-turut dengan periode ulang T tahun,
sesuai dengan diatas, n diambil 3 hari dan T diambil 5 tahun.
I = Pemberian air irigasi, mm/hari. Besarnya I = 0 kalau irigasi dihentikan, kalau irigasi
tidak dihentikan I = Et.
Et = Evapotranspirasi, mm/hari.
P = Perkolasi, mm/hari. Untuk daerah datar P diambil = 0 sedangkan pada daerah terjal P =
3 mm/hari.
S = tampungan tambahan, mm. Tampungan tambahan disawah 150 mm lapisan air
maksimum, tampungan tambahan S pada akhir hari-hari berturutan n diambil
maksimum 50 mm.
Berdasar limpasan pembuang tersebut dihitung besarnya modulus pembuang dengan rumus
sebagai berikut :
D(3)
Dm
3 x 8,64
dimana :
Dm = modulus pembuang, lt/detik.ha.
D(3) = limpasan pembuang selama 3 hari.
1 mm/hari = 8,64 liter/detik.ha.
Besarnya debit pembuang rencana, dihitung menurut rumus :
Qd = 1,62 Dm A0,92
108
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
dimana :
Qd = debit pembuang rencana, liter/detik.
Dm = modulus pembuang, liter/detik.ha.
A = luas daerah yang dibuang airnya , ha.
Faktor pengurangan luas 1,62 A0,92 diambil menurut Standar Perencanaan Irigasi, karena
semakin luas areal, semakin jauh juga pusat curah hujan sampai daerah curah hujan dan dengan
demikian tampungan sementara yang relatif lebih besar, maka dipakai harga pembuang yang lebih kecil.
Untuk lahan yang bukan sawah, seperti daerah permukiman, lahan kering diantara sawah,
maka perhitungan debit rencana dihitung dengan rumus drainase yang umum dipakai yaitu sebagai
berikut :
dimana :
Qd = debit rencana, liter/detik.
= koeffisien limpasan air hujan, lihat daftar berikut ini.
R(1)5 = curah hujan harian dengan periode ulang 5 tahun, mm
A = luas daerah yang dibuang airnya, ha.
Tanah yang laju infiltrasinya rendah apabila dalam keadaan jenuh sama sekali dan terutama
terdiri dari tanah dengan lapisan yang menahan gerak turun air atau tanah dengan tekstur agak
halus sampai halus. Tanah-tanah ini memiliki laju penyebaran ( transmisi ) air yang rendah.
Tanah yang memiliki laju infiltrasi amat rendah apabila dalam keadaan jenuh sama sekali dan
terutama terdiri dari tanah lempung dengan potensi mengembang tinggi, tanah dengan muka air
tanah tinggi yang permanen, tanah dengan lapisan liat di atau di dekat permukaan dan tanah
dangkal pada bahan yang hampir kedap air. Tanah-tanah ini memiliki laju penyebaran yang
lamban.
Kalau pada suatu daerah irigasi melintas sungai alami, maka debit yang harus dibuang melalui
sungai tersebut dihitung sebagai debit banjir rencana sungai tersebut.
Menurut Standar Perencanaan Irigasi, perhitungan debit banjir rencana dapat dilakukan dengan
berbagai metoda :
109
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
a. Analisis frekuensi dengan distribusi frekuensi ekstrim, kalau data yang ada cukup.
b. Analisis frekuensi dengan metode “debit diatas ambang”, kalau data yang ada
kurang dari 20 tahun.
2. Data banjir tidak tersedia.
Kerena itu perhitungan debit banjir untuk sungai alami yang melintasi daerah irigasi, umumnya
digunakan metode Weduwen sebagai berikut ini. Metode ini pada dasarnya merupakan pengembangan
dari metode rasional, dimana pada catchment yang agak luas curah hujan yang terjadi pada seluruh
daerah pengaliran tidak akan sama dengan curah hujan yang terjadi pada salah satu stasiun curah hujan
yang ada.
Untuk itu Weduwen menggunakan koeffisien reduksi, untuk mendapatkan besarnya curah
hujan yang mewakili besarnya curah hujan yang merata di seluruh daerah pengaliran. Koeffisien reduksi
ini bersama dengan luasnya daerah pengaliran, oleh Weduwen dihitung mempengaruhi besarnya
koeffisien pengaliran.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Koeffisien aliran dihitung menurut rumus :
4,1
1
q7
Rn 67,65
qn
240 t 1,45
Qn qn A
dimana :
Q = Debit banjir ( m3/detik ).
= Koeffisien aliran.
= Koeffisien reduski.
A = Luas daerah pengaliran ( km2 ).
q = Hujan maksimum (m3 /km2 /detik ).
Rn = Curah hujan harian dengan priode ulang n tahunan ( mm).
t = lamanya curah hujan.
Curah hujan maksimum ( Rn ) yang digunakan dalam perhitungan tersebut diatas, adalah curah
hujan harian dengan periode ulang tertentu yang didapat sebagai hasil analisa frekwensi dari data curah
110
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
hujan harian maksimum yang terjadi setiap tahun dan sekurang-kurangnya ada 10 tahun pengamatan.
Analisa frekwensi ini dapat menggunakan metode Gumbell , atau metoda lainnya.
Dari rumus-rumus tersebut diatas nampak adanya saling ketergantungan dari masing-masing
variabel. Lamanya curah hujan tergantung dari besarnya debit, sedangakan besarnya debit tergantung
dari curah hujan maksimum. Curah hujan maksimum ini besarnya juga tergantung dari lamanya hujan.
Oleh karena itu dalam perhitungan, lamanya hujan diperkirakan dahulu. Dari perkiraan ini
dihitunglah besarnya debit banjir. Berdasar debit banjir yang didapat, dihitung lamanya hujan. Kalau
lamanya hujan dari hasil perhitungan ini tidak sama dengan perkiraan awal, maka angka hasil
perhitungan digunakan sebagai perkiraan awal kemudian dihitung debit banjir dan kemudian lamanya
hujan. Iterasi ini dihentikan sampai besarnya lamanya hujan pada perkiraan sama dengan hasil
perhitungan.
Koeffisien Stickler.
111
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Kecepatan Maksimum Yang diijinkan.
Kecepatan maksimum yang diijinkan untuk saluran pembuang pada dasarnya sama dengan
kecepatan maksimum untuk saluran irigasi. Pada saluran pembuang ini untuk periode ulang
yang tinggi, kecepata yang dijinkan dapat diambil lebih tinggi, karena terjadinya banjir dengan
periode ulang diatas 10 tahun sudah jarang terjadi.
Geometri saluran.
Potongan melintang saluran pembuang direncanakan lebih dalam dari saluran irigasi dengan
alasan sebagai berikut :
untuk mengurangi biaya pelaksanaan dan pembebasan tanah,
variasi tinggi muka air lebih besar, perubahan – perubahan pada debit pembuangandapat
diterima untuk jaringan pembuang permukaan.
saluran pembuang yang dalam akan memiliki aliran yang stabil pada debit yang rendah,
sedangkan pada saluran pembuang yang lebar akan menunjukkan aliran yang berkelok-
kelok.
Perbandingan b/h.
Perbandingan b/h saluran pembuang sekunder diambil antara 1 dan 3. Untuk saluran
pembuang yang lebih besar nilai ini diambil lebih dari 3. Untuk saluran pembuang primer dan sekunder,
lebar dasar minimum diambil 0,60 meter.
Kemiringan talut saluran pembuang mirip dengan saluran irigasi. Menurut Standarb
Perencanaan Irigasi, talut saluran pembuang adalah sebagai berikut :
kemiringan minimum talut
No. D = Kedalaman galian ( meter ).
( 1 horisontal dan m vertikal )
1 1,0
D 1,0
Jari-jari minimum lengkung sebagai diukur dalam as untuk saluran pembuang buatan adalah
sebagai berikut :
Jika diperlukan jari- jari yang lebih kecil, jari- jari tersebut dapat dikurangi sampai 3 x lebar dasar
dengan cara memberi pasangan bagian luar lengkung saluran.
112
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Tinggi jagaan ( w )
Kareena debit pembuang rencana akan terjadi dengan periode ulang rata – rata 5 tahun, maka
tinggi muka air rencana maksumum diambil sama dengan tinggi muka tanah. Untuk jaringan pembuang
yang juga mengalirkan air hujan buangan dari daerah – daerah bukan sawah dan harus memberikan
perlindungan penuh terhadapo banjir, maka tinggi jagaan akan diambil 0,4 – 1,0 meter.
Pada Daerah Irigasi Sanggau Ledo, sebagian dari petak primer kiri dibuang melalui sungai
Ngadan. Areal yang akan dibuang airnya melalui sungai tersebut mencapai areal seluas 837 ha, 625 ha
diantaranya berupa sawah dan sisanya adalah pemukiman serta lahan kering. Luas Catchment sungai ini
sampai batas daerah irigasi Sanggau Ledo adalah 5,6 km2 dengan panjang sungai = 3,3 km dan
kemiringan sungai = 0,01.
Data curah hujan yang digunakan adalah dari Stasiun Seluas Kabupaten Sambas, untuk tahun
1979 pada bulan Januari adalah sebagai daftar berikut ini.
Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
C. Hujan 84.8 0.2 1.4 7.6 13.2 0 0 0 72.3 90.3 0 0 0 0 0 0
Tanggal 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
C. Hujan 0 0 4.7 5.5 68.1 9.0 0.5 8.2 20.0 127.7 0.9 4.8 0 73.3 8.4
Sedangkan besarnya curah hujan harian maksimum tahunan adalah sebagai berikut :
Tahun 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984
Curah Hujan 105 145 67 133 113 190 108
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa curah hujan maksimum harian adalah sebesar 127.7 mm
yang terjadi pada tanggal 26. Namun curah hujan 3 harian terjadi pada tanggal 9, 10 dan 11 yaitu sebesar
162,6 mm. Dengan demikian, maka curah hujan harian maksimum adalah 127,7 mm dan curah hujan 3
harian maksimum., maka R(3)5 untuk stasiun Seluas tersebut adalah 162,6 mm.
113
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa :
a. Curah hujan kumulatif pada hari pertama adalah 72,3 mm sedangkan pada hari ke 2 dan ke 3 sebesar
162,6 mm.
b. Pemberian air irigasi dihentikan sehingga I = 0 mm.
c. Besarnya genangan yang diijinkan ( S ) adalah 50 mm dan S maksimum pada hari kedua belum
mencapai 200 mm.
d. Evapotranspirasi diperkirakan 6 mm/hari sehingga untuk 3 hari ( n Et ) = 18 mm.
e. Besarnya perkolasi dihitung = 0 karena untuk tanah datar.
f. Dengan demikian pembuangan yang harus dilakukan selama 3 hari ( n Dm ) adalah 94.6 mm.
g. Untuk setiap harinya limpasan pembuangan = 94,6/3 = 31,5 mm/hari
h. Dan modulus pembuangnya = 31,5/8,64 = 3,64 liter/detik/ha.
Atau dengan rumus :
D(n) = R (n)T + n ( I – Et – P ) - S = 162,6 + 3 ( 0 – 6 – 0 ) – 50 = 94,6 mm
D(3) 31,5
Dm 3,64 liter/detik/ha.
3 x 8,64 3 x 8,64
Dengan luas sawah 625 ha, maka debit pembuang rencana untuk daerah persawahan adalah :
Luas bukan sawah = 837 – 625 = 212 ha. Karena lahan bukan sawah tersebut umumnya
permukiman dan tegalan, maka diambil untuk tanaman ladang dan sesuai dengan kondisi tanah yang
ada, kondisi tanah diperkirakan sesuai dengan kelompok C, sehingga nilai = 0,75. Besarnya curah
hujan maksimum harian adalah sebesar 127.7 mm ( sesuai dengan perhitungan diatas ), maka :
Qd = 0,116 R(1)5 A0,92 = 0,116 . 0,75 . 127,7 . 2120,92 = 1534 liter/detik = 1,5 m3/detik.
Dengan demikian maka debit saluran pembuang adalah Q = 2,2 + 1,5 = 3,7 m3/detik.
114
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Daftar tersebut menghitung curah hujan maksimum dengan periode ulang 25 tahun. Pada daftar
tersebut, kolom kedua adalah data curah hujan harian maksimum yang disusun dari kecil ke besar.
Kolom ketiga besarnya i = m / ( n + 1 ), dimana m adalah nilai kolom 1 dan jumlah data, dalam hal ini
n = 23. Sedangkan kolom keempat y = - ln ( - ln ( i )) dari nilai i pada kolom ketiga. Nilai yn didapat
dari daftar , begitu juga nilai Sn, untuk n = 13.
S
x-x 2
x n -1
dimana nilai rata-rata x diambil dari rata-rata kolom kedua dan hasilnya didapat Sx = 34.28 mm.
Dan dengan demikian nilai :
Untuk periode ulang 25 tahun, Probabilitasnya adalah 0,96, sehingga nilai y untuk probabilitas
ini adalah :
y = - ln ( - ln ( 1 - 0,96 )) = 3.20
Dengan nilai y = 3.20 tersebut didapat besarnya x dihitung dari persamaan :
y =a(x-u)
dan didapat : x = 210 mm.
Ternyata lamanya hujan dari hasil perhitungan ini ( 1,78 jam ), belum sama dengan perkiraan
semula. Untuk itu perhitungan diulangi dengan menggunakan nilai t = 1,78 jam. Perhitungan tersebut
hasilnya seperti pada daftar berikut ini.
Daftar III.17. Contoh perhitungan banjir rencana dengan menggunakan metode Weduwen.
No. to qn Qn t
1 9.00 0.98 5.66 0.67 20.94 1.78
2 1.78 0.97 18.30 0.83 82.66 1.50
3 1.50 0.97 20.05 0.84 91.60 1.48
4 1.48 0.97 20.18 0.85 92.27 1.48
Dari perhitungan tersebut didapat debit banjir rencana sebesar 92,27 m3/detik. Ini berarti bahwa
debitr sungai Ngadan pada bagian hulu, sampai batas daerah irigasi adalah 92,27 m3/detik. Sedangkan
di bagian hilir, sesudah saluran pembuang debitnya adalah = 92,27 + 3,7 = 95,97 m3/detik.
115
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..
Irigasi dan Bangunan Air I
Dimensi sungai Ngadan.
Dimensi sungai Ngadan bagian hilir dihitung dengan menggunakan rumus Chezy seperti
diuraiakan diatas.
0.00155 1
23
Q = V . A dan V C R S dimana C S n
0.00155 n
1 23
S R
Karena lebar sungai yang ada adalah 20 meter dan n diambil = 0,033 ( sungai berumput ),
kemiringan sungai = 0,01 untuk nilai h = 1,30 sampai 1,34 adalah sebagai berikut :
b h A P R n C V Q
20 1.30 27.69 23.68 1.17 0.033 31.33 3.39 93.81
20 1.31 27.92 23.71 1.18 0.033 31.37 3.40 95.04
20 1.32 28.14 23.73 1.19 0.033 31.42 3.42 96.28
20 1.33 28.37 23.76 1.19 0.033 31.46 3.44 97.52
20 1.34 28.60 23.79 1.20 0.033 31.51 3.45 98.77
Karena debit sungai Ngadan bagian hilir adalah 95,97 m3/detik, maka kedalaman sungai
Ngadan pada waktu banjir adalah 1,32 meter.
116
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura..