Anda di halaman 1dari 24

DIMENSI SOSIAL DAN BUDAYA

ISLAM

Nama Anggota :

- Afiyya Sarah Azzahrah


- Azra Fathiya Iskandar
- Cantika Prasna Pratistha Widyadhana Erdian
- Marisa Kusumasari
- Muhammad Rifai

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Indonesia
2019
Pembahasan
1. Keluarga Islam
1.1 Pengertian Keluarga Islam
Kata “keluarga” di dalam bahasa Arab disebut ahl atau ahila yang merujuk
kepada keluarga besar meliputi kakek, bibi, dan keponakan. Dalam lingkup yang
lebih luas, keluarga dalam Islam merupakan satu unit yang besar yang disebut ummah
atau komunitas umat Islam. Keluarga Islam merupakan sebuah rumah tangga yang
didirikan di atas landasan ibadah, mereka bertemu dan berkumpul karena Allah,
saling menasehati dan mengingatkan, karena kecintaan mereka kepada Allah SWT.
Keluarga Islam adalah keluarga yang rumah tangganya menjadi teladan, panutan dan
dambaan umat, mereka merasa nyaman dan betah tinggal di dalamnya karena
kesejukan iman dan kekayaan rohani dan mereka selalu berkhidmat kepada Allah
SWT.
Dalam keluarga Islam, terdapat tiga istilah yang melekat dengannya, yaitu
sakinah, mawaddah, dan rahmah. Kata sakinah berasal dari bahasa Arab yang berarti
tenang atau ketenangan. Sakinah merupakan suatu ketenangan yang didahului oleh
gejolak. Kata mawaddah berarti kelapangan dada dan terhindarnya seseorang dari
kehendak buruk. Mawaddah artinya adalah cinta sejati yang meliputi perhatian,
tanggung jawab, penghormatan, serta pengetahuan. Sedangkan rahmah adalah kasih
sayang, kondisi psikologis yang timbul di dalam hati, karena menyaksikan
ketidakberdayaan sehingga mendorong rasa untuk memberdayakan. Dengan
demikian, keluarga Islam yang sakinnah, mawaddah, dan rahmah adalah keluarga
yang di dalamnya penuh dengan ketenangan, ketentraman, dan kebahagiaan, akibat
menyatunya pemahaman, kesucian hati, dan kejelasan pandangan dengan tekad yang
kuat.

1.2 Karakteristik Keluarga Islam


Nabi Muhammad saw. mengajarkan kepada umatnya agar membina rumah
tangga yang harmonis. Beliau bersabda bahwa ada tiga kebahagiaan, yaitu (1) istri
yang shalih, (2) kendaraan yang layak, dan (3) rumah yang luas (HA Al-Hakim).
Dalam hadis tersebut dijelaskan bahwa keluarga Islam akan tercapai bila memenuhi
tiga hal tersebut. Istri atau pasangan yang shalih berarti pasangan hidup yang
senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan saling mengingatkan jika melakukan
kesalahan. Kendaraan yang layak merupakan kendaraan yang dapat mengantarkan
pemiliknya ke tempat-tempat yang baik dan diridhai Allah. Rumah yang luas adalah
tempat tinggal yang memberikan kenyamanan, ketentraman, dan kelapangan hati
seperti rumah Rasulullah saw.

2
Dalam buku Women in Islam (1993) karya Fatima Heeren, disebutkan empat
syarat dalam membangun keluarga Islam, yaitu :
1. Keluarga Islam harus keluarga sebagai tempat utama pembentukan generasi
yang kuat
2. Kehidupan keluarga harus dijadikan sarana untuk menjaga nafsu seksual laki-
laki dan perempuan
3. Keluarga Islam harus menjadikan keluarga sebagai tempat pertama dalam
menanamkan nilai-nilai kemanusiaan
4. Keluarga Islam harus dijadikan tempat untuk berlindung dan memecahkan
masalah bagi anggotanya
1.3 Ketentuan Agama Islam dalam Pembentukan
Keluarga Islam
Keluarga merupakan unit terkecil di masyarakat yang terikat secara lahir dan
batin dan terkait secara hukum. Ketentuan agama Islam dalam pembentukan keluarga
Islam diantaranya berdasarkan firman Allah dalam QS.30 (Al-Rum): 21: . Ayat diatas
menunjukan bahwa tujuan utama pernikahan adalah menciptakan keluarga sakinah,
mawaddah, dan rahmah. Dalam proses pembentukan keluarga islam, ada beberapa
ketentuan yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Calon suami istri sama-sama orang beriman dalam QS.2 (Al-Baqarah): 221.
Dalam hadis rasulullah wanita dinikahi Karena faktor: kecantikannya,
hartanya, nasabnya, dan agamanya.
b. Calon suami bukan mahram.
c. Calon sumi dan istri ridha.
d. Memenuhi ketentuan khusus poligami dalam pernikahan poligami.
e. Calon istri tidak dalam masa iddah atau dalam pinangan orang lain.
f. Calon istri tidak terikat pernikahan dengan pria lain.
g. Calon suami menyiapkan mahar atau mas kawin.
h. Pada saat akad nikah dilakukan pencatatan nikah oleh pegawai pencatatat
nikah.
Dalam proses akad nikah harus memenuhi rukun nikah,
a. Ada calon suami dan calon istri;
b. Ada dua orang saksi;
c. Ada wali nikah ;
d. Ada akad, yaitu ijab dan qabul.
1.4 Tanggungjawab Kehidupan Keluarga
Setelah terbentuknya keluarga Islam, maka terbentuk juga tugas dan tanggung
jawab keluarga Islam, yaitu :

3
a. Mendidik Keluarga Secara Islam, berarti mendidik seluruh anggota keluarga
agar dapat menjadi generasi penerus yang saleh dan senantiasa menjaga diri
dan keluarga dari segala hal yang menjerumuskan ke dalam api neraka.
b. Berbakti kepada Orang Tua, berarti kita harus tetap berbakti kepada orang tua
bahkan setelah kita berkeluarga sekalipun dan hal tersebut juga penting,
bahkan posisinya berada setelah berbakti kepada Allah SWT.

2. Masyarakat Islam
2.1 Pengertian Masyarakat Islam
Agama Islam adalah agama yang telah dianut oleh lebih dari satu milyar umat
manusia, Islam telah membentuk masyarakat yang kuat dalam tatanan yang penting
dan teratur yang disebut dengan masyarakat Islam. Islam merupakan agama wahyu
terakhir yang disebarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dengan disebarkannya agama
Islam oleh Nabi Muhammad SAW, banyak orang yang masuk Islam dan menjadikan
umat Islam menjadi umat yang kuat dalam masyarakat yang aman, tertib, dan
tentram. Agama Islam menjadikan para penganutnya menjadi sebuah masyarakat
yang sangat erat.
Pengertian dari masyarakat Islam yaitu masyarakat yang seluruh atau sebagian
besar anggotanya merupakan orang-orang Islam dan berpedoman pada ajaran Islam.
Menurut Muhammad Quthb , masyarakat Islam adalah suatu masyarakat yang segala
sesuatunya bertitik tolak dari Islam dan tunduk pada sistematika Islam. Oleh karena
itu, suatu masyarakat tidak diliputi oleh suasana Islam, corak Islam, bobot Islam,
prinsip Islam, syariat dan aturan Islam serta berakhlak Islam, bukan termasuk
masyarakat Islam.
Masyarakat Islam bukan hanya beranggotakan orang Islam yang syariat
Islam-nya tidak ditegakkan diatasnya, meskipun mereka sholat, puasa, zakat, dan haji.
Masyarakat Islam bukanlah masyarakat yang melahirkan suatu jenis yang khusus
dalam dirinya sendiri, diluar ketetapan Allah yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW.
Masyarakat Islam harus bisa menjadikan segala aspek hidupnya, prinsipnya, amal
perbuatan, nilai hidupnya, jiwa raganya, hidup dan matinya terpancar dari sistem
Islam.

2.2 Karakteristik Masyarakat Islam


Terdapat beberapa karakteristik yang membedakan antara masyarakat Islam
dengan masyarakat non-Islam, antara lain :
Pembeda masyarakat Islam dengan masyarakat non Islam, yaitu:

4
a. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang ber-Tauhid.
Dasar ketauhidan ini tidak mengurangi toleransi dan kebebasan dalam
beragama.
b. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang terbuka berdasarkan pengakuan
pada kesatuan umat dan cita-cita persaudaraan sesama manusia.
Islam melarang sikap rasisme, sukuisme, kastaisme, dan dinastiisme.
c. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang terpadu, integratif, dan agama
menjadi perekat penyatuannya.
d. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang dinamis dan progresif, karena
manusia ditugaskan sebagai khalifah Allah di muka bumi.
e. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang demokratis, baik secara spiritual,
sosial, ekonomi maupun demokrasi politik.
Islam membentuk lembaga keilmuan dan menghapuskan feodalisme spiritual.
Menjadikan ilmu pengetahuan dan takwa sebagai hak setiap orang.
f. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang berkeadilan.
Keadilan tersebut baik di bidang moral, hukum, ekonomi, dan politik.
g. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang berwawasan ilmiyah, terpelajar,
karena sangat menekankan pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
h. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang dsiplin.
Allah telah menetapkan segenap ajaran-Nya berdasarkan aturan-aturan dan
batas-batas yang terang.
i. Masyarakat Islam menentukan pada kegiatan keumatan yang memiliki tujuan
yang jelas dan perencanaan yang sempurna.
j. Masyarakat Islam membentuk persaudaraan yang tangguh, menekankan kasih
saying antar sesama.
k. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang sederhana, yang
berkesinambungan.
Islam mengutuk kesenangan duniawi yang berlebihan.
2.3 Ketentuan Agama Islam dalam Pembentukan
Masyarakat Islam
Masyarakat Islam dibentuk dari ajaran dan tata nilai Islam sehingga prinsip
dasar yang membina dan membentuk masyarakat adalah nilai luhur dalam agama
Islam. Masyarakat ini berpedoman pada ajaran tauhid sehingga falsafah sosialnya di
bebankan pada nilai yang paling utama. Masyarakat lalu menerapkan berbagai nilai
Islam pada kehidupannya sehingga membuat nilai Islam juga tertanam kuat dalam
hati masing-masing. Dari nilai itu masyarakat dapat menerapkan sanksi sanksi yang
murni dalam upaya penegakkan keadilan, kebenaran, kasih saying, dan pelayanan
masyarakat.
Terdapat juga etika Ketuhanan Yang Maha Esa yang bertopang pada: (a)
menaati perintah Allah dan memberi rasa sayang pada sesama; (b) bersyukur pada

5
Allah atas segala nikmat yang diterima dengan mewujudkan kesejahteraan dan
kemaslahatan masyarakat; (c) rasa dekat dengan Allah dalam perwujudan menjauhi
larangan-Nya dan selalu bersikap adil, tanggung jawab karena Allah akan senantiasa
mengawasi kita.
Masyarakat islam dibina dan dibesarkan berdasar azas dan nilai Islam sehingga
kehidupannya baik di dunia atau di akhirat selalu mendapat kemuliaan dari Allah.
Cara mendapatkan kemuliaan itu dengan menerapkan sifat taqwa dalam hidup kita.
Seperti telah disebutkan dalam QS. 49 (Al-Hujurat):133 bahwa manusia yang paling
mulia adalah manusia yang paling bertaqwa kepada Allah. Mereka yang bertqwa
adalah mereka yang melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Melaksanakan shalat tepat waktu, puasa, memberikan dari sebagian hartana kepada
orang yang membutuhkan dan menjauhi larangan Allah seperti berbohong, khianat
dan lain-lain. Sesama manusia harus saling menghargai dan menghormati segala
sesuatu. Dan dapat disimpulkan bahwa ketaqwaan manusia yang menentukan derajat
dan kedudukannya di dunia maupun di akhirat.

3. Pranata Sosial Islam


3.1 Masjid
3.1.1 Pengertian Masjid
Secara etimologi, kata masjid berasal dari kata “sajada” – “yasjudu” –
“sujudan”, yang artinya tempat sujud. Sedangkan pengertian secara sosiologis yang
berkembang di Indonesia, Masjid dipahami sebagai suatu tempat atau bangunan
tertentu yang diperuntukkan bagi orang – orang muslim untuk mengerjakan shalat.
Sedangkan bangunan yang serupa masjid yang dipakai untuk shalat wajib dan sunnah
namun tidak digunakan untuk shalat Jum’at disebut mushalla. Mushalla berasal dari
kata “shalla” – “yushalli” – “shalatan”, yang artinya tempat shalat. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa setiap masjid berarti mushalla namun tidaklah semua mushalla
berarti masjid.

3.1.2 Fungsi Masjid


Fungsi masjid pada masa Rasulullah SAW dapat diuraikan menjadi enam
poin:
1. Tempat ibadah mahdhah, seperti shalat wajib, sunnah, I’tikaf, dan shalat
sunnah yang bersifat incidental, seperti shalat gerhana dan ‘ied,
2. Pusat Pendidikan dan pengajaran Islam,
3. Pusat informasi Islam,
4. Tempat penyelesaian perkara dan pertikaian,

6
5. Pusat kegiatan ekonomi, dan
6. Pusat kegiatan social dan politik.
Namun saat ini, terjadi pergeseran fungsi masjid itu sendiri. Di zaman ini masjid
cenderung digunakan hanya untuk ibadah mahdhah saja. Bila dilakukan pengamatan
secara teliti terhadap kenyataan yang berkembang dewasa ini, pada umumnya masjid
yang ada dapat dikategorikan dalam dua bagian, yaitu masjid yang sesuai dengan
konsep ajaran Islam dan masjid yang tidak sesuai lagi dengan profil masjid yang
dikehendaki ajaran Islam.

3.1.3 Keutamaan Memakmurkan Masjid


Memakmurkan masjid berarti membangun, mendirikan dan memelihara
masjid, menghormati dan menjaganya agar bersih dan suci, serta mengisi dan
menghidupkannya dengan berbagai ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT. Nilai
keutamaan memakmurkan masjid yaitu :
1. Membuktikan kebenaran iman,
2. Mendapatkan perlindungan pada hari kiamat,
3. Mendapatkan derajat yang tinggi dan ampunan Allah,
4. Memperoleh ketenangan dan rahmat Allah, dan
5. Setiap langkah dicatat sebagai pahala.
3.1.4 Cara dan Bentuk Memakmurkan Masjid
Cara dan bentuk memakmurkan masjid sangatlah beragam. Pertama,
membangun masjid sesuai kebutuhan atas dasar kebutuhan, taqwa, dan niat karena
Allah karena membangun masjid memiliki keutamaan yang sangat besar. Kedua,
memelihara bangunan masjid dengan menjaga kebersihannya agar ibadah tetap
nyaman dan khusyu’. Ketiga, mendirikan shalat berjamaah, khususnya bagi laki-laki.
Keempat, belajar dan mengajar ilmu di masjid. Kelima, berdzikir dan tilawah
Alqur’an sebagaimana fungsinya untuk dzikrullah, shalat, dan membaca Alqur’an.

3.1.5 Adab Terhadap Masjid


Hal yang harus selalu diingat oleh muslim adalah menjaga adabnya terhadap
masjid, yaitu dengan membangun masjid, menjaga kebersihannya, dan rajin pergi ke
masjid dengan niat semata-mata karena Allah SWT. Lalu, menggunakan pakaian
yang paling bai dan sesuai syariat saat pergi ke masjid. Ketiga, melangkahkan kaki
kanan saat hendak masuk masjid dan berdoa saat keluar masjid sambil melangkahkan
kaki diri terlebih dahulu. Keempat, melaksanakan tahiyatul masjid sebelum duduk.
Kelima, janganlah berjalan di depan orang yang sedang shalat. Keenam, wanita tentu
diperbolehkan untuk datang ke masjid, baik itu untuk beribadah maupun beraktivitas
yang sesuai dengan misi masjid.

7
3.2 Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga menurut KBBI adalah bakal dari sesuatu, sedangkan menurut
Ensiklopedia Indonesia, Lembaga adalah wadah pendidikan yang dikelola demi
mencapai hasil pendidikan yang diinginkan. Secara terminologi, lembaga pendidikan
islam adalah tempat berlangsungnya proses pendidikan Islam. Lembaga pendidikan
dapat bersifat konkrit berupa sarana dan prasana dan juga abstrak, dengan adanya
norma dan peraturan tertentu, serta penanggung jawab pendidikan itu sendiri.
Lembaga pendidikan Islam formal di Indonesia terbagi menjadi tiga golongan.
Golongan yang pertama adalah Pesantren. Pesantren adalah lembaga pendidikan
Islam tertua yang tradisional di Indonesia. Pesantren berasal dari kata “santri” yang
berarti penuntut ilmu dalam bahasa Tamil dan pondok berasal dari kata “funduq”
yang berarti tempat menginap atau asrama dalam bahasa Arab. Terdapat lima unsur
yang selalu hadir dalam setiap pondok pesantren, yaitu pondok, masjid, pengajian
kitab-kitab klasik/kitab-kitab kuning, santri, dan kiai atau guru mengaji.
Golongan kedua adalah madrasah dan berasal dari kata “darasa” Madrasah
dibentuk pada abad ke-20 dan lebih banyak ditemukan di luar Jawa sebagai realisasi
pembaharuan sistem pendidikan di Indonesia dan usaha penyempurnaan sistem
pendidikan pesantren. Sistem pendidikan pesantren dianggap menyulitkan lulusannya
untuk memperoleh kesempatan kerja seperti lulusan sekolah umum yang saat itu
didirikan oleh Pemerintah Belanda. Sementara itu, umat Islam cenderung mengikuti
sistem pendidikan model Barat yang memungkinkan (anak-anak) mereka maju dalam
ilmu, ekonomi, dan teknologi.
Golongan ketiga adalah sekolah Islam. Sekolah Islam merupakan
pengembangan madrasah yang dipengaruhi ajarah barat dengan kurikulum yang lebih
dekat dengan sekolah umum. Dalam lembaga pendidikan ini pelaksanaan pengajaran
agama berbeda dengan sekolah umum dan hal yang diutamakan adalah persamaan
status dan pengakuan yang sama dengan sekolaj umum.
Hal ini membuka kembali diskusi mengenai dasar filsafat pendidkan Islam,
tujuan, materi, dan metodenya karena eratnya hubungan pendidikan agama Islam
dengan komunikasi, khutbah, dan dakwah. Secara fungsional, Lembaga Pendidikan
Islam diadakan untuk memenuhi kebutuhan umat islam yang beragam dari semua
aspek kehidupan. Sebagai lembaga, ia mempunyai fungsi sebagai pedoman
bertingkah dan bersikap terhadap masalah, pegangan dalam pengendalian sosial yakni
sistem pengawasan tingakah laku para anggotanya, dan menjaga keutuhan
masyarakat.
Peran lembaga pendidikan Islam berfungsi mentransfer pengetahuan dan nilai
kepada setiap peserta didik. Lembaga yang berkualitas akan melahirkan sumber daya
manusia yang berkualitas secara akademis dan non akademis. Rasulullah SAW

8
memberikan perhatian khusus pada pengembangan pendidikan karena pendidikan
adalah modal untuk keluar dari kebodohan dan penindasan orang lain.

4. Lembaga Ekonomi Islam


4.1 Pengertian Lembaga Ekonomi Islam
Lembaga ekonomi islam merupakan salah satu instrumen yang digunakan
untuk mengatur aturan-aturan ekonomi islam. Lembaga tersebut merupakan bagian
dari keseluruhan sistem sosial. Keberadaannya harus dipandang dalam konteks
keseluruhan keberadaan masyarakat, serta nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat
yang bersangkutan.

4.2 Macam-macam Lembaga Ekonomi Islam


4.2.1 Ziswaf (Zakat, Infak, Shadaqah, dan waqaf)
A. Zakat
Zakat merupakan pembayaran sejumlah harta tertentu kepada mustahik, yaitu
orang atau badan yang berhak menerima zakat menurut ketentuan secara khusus.
Zakat ada dua macam, yaitu:

 Zakat Fitrah: pembayaran sejumlah harta dalam bentuk makanan pokok


kepada mustahik pada hari raya Idulfitri. Zakat ini berorientasi pada pensucian
jiwa dari sifat-sifat buruk sebagai rasa syukur atas nikmat Allah dan
menumbuhkan kepekaan sosial untuk menjalin solidaritas sosial.
 Zakat Mal: pembayaran sejumlah harta kepada mustahik atas nikmat harta
yang dikaruniakan oleh Allah yang telah mencapai nishab.
B. Infak
Infak merupakan mempergunakan harta yang dikaruniakan Allah menurut
ketentuan syariah Islam. Secara khusus, infak adalah mempergunakan sebagian harta
untuk kepentingan Islam.
C. Shadaqah
Shadaqah adalah mempergunakan sebagian harta untuk diberikan kepada
umat Islam yang membutuhkan bantuan, seperti fakir dan miskin. Shadaqah juga
sebagai bentuk kepedulian sosial kepada orang yang kekurangan dan membutuhkan
bantuannya.
D. Wakaf

9
Wakaf adalalah menyerahkan harta untuk diambil manfaatnya untuk
kepentingan umat Islam dengan tetap mempertahankan kelestarian harta pokok
wakafnya.

4.2.2. Bank Pengkreditan Rakyat Syariah


BPR adalah lemnbaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya
secara konvensional atau berrdasarkan prinsip syariah. Menurut UU Perbankan No. 7
tahun 1992, BPR adalah lembaga keuangan yang menerima simpanan uang hanya
dalam bentuk deposito berjangka tabungan. Pengaturan pelaksanaan BPR yang
menggunakan prinsip syariah tertuang pada surat direksi Bank Indonesia No.
32/36/KEP/tentang Bank Pengkreditan Rakyat berdasarkan prinsip syariah tanggal 12
Mei 1999. Teknisnya BPR syariah beroperasi layaknya BPR konvensional namun
menggunakan prinsip syariah.

4.2.3. Bank Syariah


Bank syariah merupakan sebuah lembaga keuangan yang berdasarkan hukum
Islam yang merupakan sebuah lembaga baru yang amat penting dan strategis
peranannya dalam mengatur perekonomian dan mensejahterahkan umat Islam.
Cara beroperasi bank syariah ini sama dengan bank konvensional biasa, yang
berbeda hanya dalam masalah bunga dan praktik lainnya yang menurut syariah Islam
tidak dibenarkan.
Bank syariah tidak menggunakan konsep bunga seperti bank konvensiona,
tetapi tetap memberikan beban kepada mereka yang menikmati jasanya. Beban tetap
ada namun konsep dan cara penghitungannya tidak seperti penghitungan bunga dalam
bank konvensional.

4.2.4. Asuransi Syariah


Menurut fatwa DSN – MUI, asuransi syariah adalah usaha saling melindungi
(takafuli) dan tolong – menolong (ta’awuni) diantara sejumlah orang atau pihak
melalui inventasi dalam bentuk aset atau tabarru’ untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad yang sesuai dengan syariah.

4.2.5. Pegadaian Syariah


Berjalan di atas dua akad transaksi syariah, yaitu:
a. Akad Rahn
Menjadikan suatu barang yang berharga sebagai jaminan hutang dengan dasar bisa
diambil kembali oleh orang yang berhutang selama ia mampu menebusnya.

10
a. Akad Ijarah
Akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui pembayaran upah sewa.
Penggadai bisa menarik uang sewa.

4.2.6 BMT atau Baitul Mal wa Tamwil


Terdiri dari dua istilah, yaitu baitul mal (usaha pengumpulan dan penyaluran
dana non profit seperti zakat, infak, dan shadaqah) dan baitul tamwil (usaha
pengumpulan dan penyaluran dana komersial).
Prinsip BMT:
a. Bagi hasil
b. Menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat
dan martabat
c. Membela kepentingan kaum fakir miskin
d. Ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh – tokoh masyarakat
setempat dengan berlandaskan pada system ekonomi yang salaam.
Sifat BMT:
a. Terbuka
b. Independen
c. Tidak partisan
d. Berorientasi pada pengembangan tabungan dan pembiayaan untuk
mendukung bisnis ekonomi yang produktif bagi anggota dan kesejahteraan
sosial masyarakat sekitar.
4.3 Fungsi Lembaga Ekonomi Islam
a. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat (muslim) bagaimana mereka
harus bersikap dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul dan berkembang
dalam masyakarat, terutama yang menyangkut pemenuhan kebutuhan pokok mereka.
b. Memberikan pegangan pada masyarakat bersangkutan dalam melakukan
pengendalian sosial menurut sistem pengawasan tingkah laku para anggotanya.
c. Menjaga keutuhan masyarakat.

5. Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


5.1 Persatuan dan Kerukunan Dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara

11
Persatuan menurut KBBI adalah gabungan (ikatan, kumpulan, dan
sebagainya) beberapa bagian yang sudah bersatu. Persatuan dalam bahasa arabnya di
sebut dengan kata  ittihad, berarti ikatan. Sedangkan menurut istilah di artikan sebagai
bentuk kecenderungan manusia yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan melakukan
pengelompokan sesama manusia menurut ikatan tertentu untuk mencapai tujuan.
Selain itu ada kerukunan, Di dalam KBBI, kata dasar kerukunan adalah rukun yang
artinya hubungan persahabatan, damai dan tidak saling berselisih. Kerukunan yang
dalam bahasa arabnya disebut dengan kata tawafuqun,tawaddun, ittifaqqul kalimat.
Sedang menurut istilah kerukunan dimaksudkan sebagai satu tata pikir atau sikap
hidup yang menunjukkan kesabaran atau kelapangan dada menghadapi pikiran-
pikiran, pendapat-pendapat, dan pendirian orang.
Persatuan adalah gabungan (ikatan, kumpulan dan sebagainya) beberapa
bagian yang sudah bersatu. Dalam persatuan itu bisa saja banyak hal yang berbeda
seperti perbedaan agama, suku bangsa, bahasa daerah, adat istiadat, agama dsb
bersatu dalam suatu wadah. Contoh persatuan adalah apa yang kita pupuk dan
kembangkan secara terus menerus di negara kita Indonesia ini. Dalam keaneka-
ragaman kita bersatu dalam suatu negara, “Negara Kesatuan Republik Indonesia”
(NKRI). Kita bersatu diikat oleh komitmen bersama: Satu nusa, satu bangsa, satu
bahasa (Indonesia). Al Quran memerintahkan persatuan dan kesatuan, karena pada
hakikatnya manusia adalah umat yang satu. Arti umat adalah kelompok yang
dihimpun oleh sesuatu, baik persamaan tempat, wilayah, waktu, bahasa, agama, atau
mungkin satu keturunan. Al-Qur‟an mengisyaratkan bahwa sesuatu yang memiliki
kesamaan sifat dapat digabungkan ke dalam satu wadah.
Al Quran pun menggunakan kata ummat bahkan untuk seseorang yang
memiliki sekian banyak keistimewaan atau jasa, yang biasanya hanya dimiliki oleh
banyak orang. Makna kata ummat dalam Al Quran sangat lentur, dan menyesuaikan
diri. Tidak ada batas minimal atau maksimal untuk suatu persatuan. Al Quran juga
menjelaskan bahwa manusia mulanya memang berasal dari satu keturunan, dan
kemudian berkembang menjadi golongan-golongan, bersuku-suku dan berbangsa-
bangsa Al Quran mengakui manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk
sosial. Manusia berasal dari satu pasang kemudian berkembang biak, lalu
berkelompok - kelompok, berbangsa-bangsa, menurut suku, wilayah, dan bisa
menurut ras dsb. Tetapi dalam bertanggung jawab kepada Allah tentang amal
perbuatannya adalah secara individu. Tuhan memandang tinggi rendahnya derajat
martabat tiap orang tergantung pada tingkat takwa masing-masing individu. Dasar
kemuliaan manusia bukan keturunan, suku, atau jenis kelamin, tetapi ketakwaannya
kepada Allah.
Agama Islam adalah agama damai. Dari arti etimologisnya “Islam” artinya
selamat, damai, sejahtera dan berserah diri (kepada Tuhan Yang Maha Esa). Kita
tidak ingin mengganggu pemeluk agama lain, baik dengan cara memaksa, atau

12
menghalang-halangi mereka dalam menjalankan agamanya. Sebaliknya kita pun tidak
ingin diganggu pemeluk agama lain. Kita bersikap toleransi terhadap semua umat,
tetapi tidak dalam arti kita mencampur-adukkan ajaran-ajaran agama dalam satu
paham “sinkretisme”. Kita masing-masing tetap dalam agama, kepercayaan dan
sistem pengamalan agama kita masing-masing. Dalam konteks ke-Indonesiaan, kita
menemukan keragaman dalam berbagai bidang, seperti suku bangsa, bahasa daerah,
adat istiadat, budaya, warna kulit dan sebagainya, tapi kita sepakat untuk bersatu
membentuk suatu bangsa yang besar, “Bangsa Indonesia” dalam suatu Negara
Kesatuan Rebublik Indonesia. Kita terikat dalam suatu kesepakatan bersama untuk
membangun suatu negara kesatuan dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. Meski
kita berbeda tapi tetap satu. Kita bersatu dalam keberagaman.

5.2 Islam dan Toleransi


Kata toleransi berasal dari bahasa latin tolerare yang berarti bertahan atau
memikul. Toleransi menunjuk pada adanya suatu kerelaan untuk menerima kenyataan
keberbedaan dengan orang lain. Persamaan kata toleransi dalam bahasa Arab adalah
tasamuh. Tasamuh diartikan membiarkan suatu untuk dapat saling mengizinkan dan
saling memudahkan. Toleransi adalah suatu sikap menanggang rasa dan menghargai,
membolehkan pendirian dan pendapat orang lain yang berbeda atau bertentangan
dengan pendirian sendiri. Sikap ini perlu dimiliki oleh setiap orang. Masyarakat
Indonesia khususnya, yang terdiri atas berbagai suku dan agama, memiliki semboyan
Bhinneka Tunggal Ika. Dalam setiap Agama, khususnya Islam terdapat anjuran
toleransi, yaitu :
1. Manusia diciptakan oleh Allah dari sepasang dan dijadikan
bersuku-suku.
2. Tidak boleh suatu golongan menghina, mencela, dan
mencemooh orang atau golongan lain.
3. Tidak boleh memaksa orang lain untuk mengikuti agama yang
dianutnya
4. Allah memberi kebebasan kepada umat manusia sebagai
pertanggungjawaban pribadi, apakah ia ingin beriman kepada Allah
atau mau kufur kepada-Nya.

Toleransi secara aktif atau dalam kehidupan sehari-hari adalah sikap ikut
merasakan perasaan yang sama, seperti sedih ketika bencana, musibah yang menimpa
tetangga, kenalan, sahabat, tanpa membedakan agama dan golongan. Toleransi secara
pasif bisa berarti memberikan kebebasan orang lain untuk melakukan keinginannya
sesuai dengan bakat, hobi, adat istiadat atau ajaran agamanya. Dalam sejarah
kehidupan nabi, toleransi telah diletakkan. Nabi Muhammad SAW membangun
negara Madinah dengan adanya pluralitas. Contoh lain adalah toleransi Islam kepada

13
penduduk Yerusalem. Umar Ibn al-Khathab membuat perjanjian jaminan keamanan
untuk harta dan gereja mereka. Toleransi bukan berarti mengakui kebenaran semua
agama. Islam merupakan agama fitrah, yang mampu dikenali dalam ajaran
kemanusiaannya dengan pikiran dan untuk menegakkan yang ma’ruf dan mencegah
yang munkar. Toleransi harus dibedakan dengan kompromisme. Kompromisme
adalah menerima apa saja yang dikatakan orang lain asal bisa menciptakan
kedamaian dan kerukunan, atau saling membenarkan dan menerima demi tercapai
kebersamaan. Kompromisme tidak dapat diterapkan dalam kehidupan beragama.
Ajaran Islam mengajarkan dengan sangat baik tentang sikap terhadap kaum agama
lain. Namun dalam hal ibadah tidak terdapat kompromi di dalamnya. Ibadah adalah
hubungan manusia dengan Allah.

5.3 Kerukunan Umat Beragama Dengan Pemerintah


Allah SWT. memerintahkan dalam QS. 4 (Al-Nisa’) : 59
ِ ‫َي ٍء فَ ُردُّوهُ ِإلَى هَّللا ِ َوال َّرس‬
‫ُول‬ ْ ‫ُول َوُأولِي اَأْل ْم ِر ِم ْن ُك ْم ۖ فَِإ ْن تَنَازَ ْعتُ ْم فِي ش‬
َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ ِطيعُوا هَّللا َ َوَأ ِطيعُوا ال َّرس‬
‫ِإ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر ۚ ٰ َذلِكَ خَ ْي ٌر َوَأحْ َسنُ تَْأ ِوياًل‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Pemerintah adalah orang yang diberikan amanah, kepercayaan untuk memimpin
agar tercipta kehidupan harmonis. Program - program pemerintah tidak akan dapat
berjalan tanpa dukungan rakyat. Karena itu dibutuhkan sinergi antara rakyat dengan
Pemerintah untuk keamanan dan kemakmuran.

6. Pengembangan Budaya, Seni, dan IPTEK Berdasar Ajaran


Agama Islam
6.1 Pengembangan Budaya Islam
6.1.1 Pengertian Budaya Islam
Budaya atau kebudayaan atau kultur menurut definisi Sir Edward B. Taylor
dari pertengahan abad ke-19 adalah “Keseluruhan kompleks yang terbentuk di dalam
sejarah dan diteruskan dari angkatan ke angkatan melalui tradisi yang mencakup
organisasi sosial: ekonomi, agama, kepercayaan, kebiasaan, hukum, seni, teknik dan
ilmu.” Dari definisi ini dapatlah disimpulkan bahwa kebudayaan dapat mencakup
rohani dan maddi (material), baik potensi-potensi, maupun keterampilan (Inggr:
technique; Yun: technikos, dari techne = keterampilan, kepandaian

14
membuat/mencapai sesuatu). Kebudayaan selalu bersifat sosial, karena tidak ada
kebudayaan perseorangan, melainkan selalu meliputi sekelompok manusia: suku,
sukubangsa, dan bangsa (nation).
Islam sebagai agama sempurna yang seimbang antara mementingkan
kehidupan akhirat dan tak melupakan dunia, sangat membuka luas upaya manusia
dalam menciptakan berbagai kreasi, berbagai bentuk dan warna budaya untuk
kemakmuran hidup di dunia ini. Dalam Kerangka Dasar Ajaran Islam atau ruang
lingkup ajaran agama Islam, bidang ini dikategorikan sebagai ”muamalah”. Islam
menghargai budaya yang muncul dari berbagai masyarakat sebagai suatu kekayaan
peradaban. Tradisi-tradisi, adat istiadat, dan aturan-aturan yang mewarnai prilaku
masyarakat dalam menjalankan kehidupan sehari-hari tidak dilarang selama tidak
bertentangan dengan Al-Qur‟an dan Sunnah. Banyak kita temukan bentuk yang sama
dan juga berbeda dalam perikehidupan kaum muslimin di berbagai belahan bumi,
umpamanya: mode pakaian, bahasa, masakan dan makanan, adat istiadat, sistem
pendidikan, hukum, ekonomi, dan tata cara pergaulan sehari- hari, pemerintahan,
penciptaan alat-alat tradisional maupun modern, dsb. Dalam perkembangannya, ada
diantaranya yang tetap mempertahankan budaya lama, dan ada lagi yang berubah, dan
kadang berakulturasi antara berbagai budaya masyarakat.
Islam menganjurkan agar dalam menciptakan kemajuan-kemajuan peradaban,
sebagai bagian dari budaya manusia, berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dan
terunggul. Dalam QS.2 (Al-Baqarah) : 148 Allah berfirman yang artinya:
”....Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada
pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS.2:148).

6.1.2 Ruang Lingkup Budaya Islam


Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw memang turun dan
berkembang bermula di Jazirah Arab. Juga, baik Nabi Muhammad saw sendiri
maupun sumber ajaran Islam, Al-Qur‟an dan Sunnah dengan berbahasa Arab.
Contoh-contoh kasus, seperti jenis makanan, cara makan-minum, berpakaian,
kendaraan, tata cara kehidupan banyak yang khas Arab dan dikemukakan dalam
tataran kehidupan di zaman Nabi hidup, abad ke-6 dan ke-7 M. Tidak dapat
disangkal, beberapa corak budaya Arab, sedikit banyak ada pengaruhnya terhadap
kehidupan masyarakat muslim di berbagai belahan bumi. Malah ada pula kelompok
masyarakat yang ingin meniru sedekat-dekatnya tata-cara kehidupan sehari-hari
seperti Nabi yang khas Arab itu. Sebagai contoh untuk meniru Nabi, orang memakai
jubah, surban, memelihara jenggot, dsb. Tetapi Nabi sendiri mengatakan bahwa hal-
hal yang berkaitan dengan agama, seperti soal akidah dan ibadah, kepadanyalah kita
merujuk dan meniru, tapi dalam masalah dunia, yang erat kaitannya dengan budaya

15
dan peradaban yang lebih berdimensi urusan dunia, dia mengatakan, ”Anda lebih tahu
tentang dunia Anda”.
Al-Qur‟an memiliki kata-kata, kalimat-kalimat dengan istilah yang kaya
makna. Suatu kata umpamanya telah ditemukan maknanya di suatu zaman, tapi di
zaman lain, makna itu, dapat berubah dan berkembang. Sebagai contoh kita ambil,
kata: sayyaroh (dulu artinya kafilah, atau para pelancong yang berkelompok-
kelompok, kini artinya mobil yang jenisnya sangat banyak); sulthon (yang dulu
artinya kekuasaan, atau penguasa, kini ada yang mengartikannya sebagai ilmu
pengetahuan dan teknologi atau iptek. Qalam yang dulu artinya pena, kini ada yang
mengartikannya sebagai teknologi informasi, atau apa saja media alat menyebarkan
ilmu pengetahuan dan informasi.

6.1.3 Perspektif Al Quran dan Sunnah Mengenai


Budaya Islam
Bahasa adalah unsur budaya yang berpengaruh besar terhadap kehidupan
masyarakat. Setiap orang dituntut untuk berbudaya dengan menciptakan hal-hal yang
baru dan bermanfaat bagi orang lain. Budaya baik dalam islam adalah amal shalih.
Istilah lain budaya dalam Al-Qur’an dikenal dengan kasab yaitu usaha, perbuatan,
tindakan, perkataan yang terdapat dalam QS. 2 (Al-Baqarah) : 286.
Kasab berupa perbuatan (budaya) baik maupun buruk. Perbuatan (budaya)
buruk seperti membabat hutan semena-mena, membuang sampah sembarangan yang
dijelaskan dalam QS.30 (Al-Rum) :41. Berbudaya dalam Al-Qur’an juga dikenal
sebagai “musta’mir” (pemakmur), beramal dengan menciptakan alat-alat untuk
memakmurkan bumi yang terdapat pada QS. 11 (Hud): 61
Sunnah Rasulullah SAW tentang budaya islam seperti “(Agar kiranya) yang
muda memberi salam kepada yang tua (lebih besar), yang berjalan kepada yang
duduk, dan yang sedikit kepada yang banyak.” Ini budaya islam yang dipertahankan
dan dididikkan kepada anak-anak muali sejak dini. Selain itu juga adab menggunakan
tangan kanan.
Budaya saling menolong dan menghargai pertolongan juga dipertahankan
juga cara mengungkapkan terima kasih sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang
artinya:
“Bercerita tentang nikmat Allah adanya kesyukuran, mendiamkannya adalah
kekufuran. Siapa yang tidak bersyukur yang sedikit, dia tak bersyukur yang banyak.
Siapa tak bersyukur (berterimakasih) kepada manusia, dia tidak bersyukur kepada
Allah. Bersatu adalah rahmat, bercerai adalah azab (siksa) (HR. Baihaqy).

6.1.4 Konsep Pengembangan Budaya Islam

16
Salah satu budaya khas dari islam yaitu budaya mudik pada hari lebaran.
Budaya lain seperti bersalam-salaman, menerima tamu dengan ramah, murah
senyum, serta saling memaafkan agar tetap ditingkatkan dan dijaga. Budaya juga
meliputi ilmu dan seni. Dalam mengembangkan budaya Islam tidak melarang untuk
saling memberi dan menerima dengan perilaku adat istiadat yang telah ada dalam
masyarakat. Selama hal tersebut tidak merusak akidah dan ibadah. Tujuan dari
pengembangan budaya islam ialah untuk menghapus dan membebaskan umat dari
perilaku syirik atau melenyapkan budaya-budaya yang dilarang dan bertentangan
dengan Islam.
Islam dapat menerima hasil karya manusia selama sejalan dengan ajaran
agama Islam. Namun perlu berhati-hati dalam menginterpretasikan ajaran Islam di
bidang budaya agar tidak menimbulkan kesulitan dan tidak terjebak dalam persoalan
subbat. Allah telah memerintahkan umat islam untuk menegakkan kebajikan,
memerintahkan untuk berbuat ma’ruf dan menghindari perbuatan mungkar (ma’ruf
adalah melakukan kebaikan dan mungkar adalah perbuatan yang tidak sejalan dengan
ajaran Islam.
Dengan menengakan nilai budaya ma’ruf ini akan mengantarkan mereka
untuk memelihara hasil seni budaya setiap masyarakat yang bermanfaat. Jika terdapat
pengaruh negative yang dapat merusak adat serta seni maka umat muslim harus
mempertahankan ma;ruf di daerah tersebut dan membendung setiap usaha yang dapat
merusak ma’ruf. Dalam al-Taubah ayat 71 telah disebutkan bahwa umat muslim
harus menegakkan ma’ruf dan mencegah yang munkar.

QS. 9 (Al-Taubah) : 71 yang artinya:


“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma'ruf, mencegah dari yang munkar.” (QS 9:71).

17
6.1.5 Kegunaan Budaya Islam

6.2 Pengembangan Seni Islam


6.2.1 Pengertian Seni Islam
6.2.2 Perspektif Al Quran dan Sunnah
6.2.3 Konsep Pengembangan Seni Islam
6.2.4 Kegunaan Seni Islam

6.3 Pengembangan IPTEK Dalam Islam


6.3.1 Pengertian IPTEK
IPTEK adalah singkatan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ilmu
merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu di bidang pengetahuan. Dalam agama Islam, istilah ilmu sangat dikenal
hingga di dalam al-Qur’an kata “ilmu” disebut berulang-ulang sebanyak 854 kali.
Dalam pandangan al-Qur’an, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia
unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan dan
hal tersebut tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang dijelaskan dalam
QS. 2 Al-Baqarah : 31 & 32.
Teknologi merupakan kemampuan teknik dalam pengertiannya yang utuh dan
menyeluruh, bertopang kepada pengetahuan ilmu-ilmu alam yang bersandar kepada
proses teknis tertentu. Menelusuri pandangan al-Qur’an tentang teknologi,
mengundang kita menengok sekian banyak ayat al-Qur’an yang berbicara tentang
alam raya. Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat al-Qur’an yang
berbicara tentang alam materi dan fenomenanya, dan yang memerintahkan manusia
untuk mengetahui dan memanfaatkan ala mini. Secara tegas dan berulang-ulang al-
Qur’an menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan Allah untuk
manusia. Seperti pada QS. 45 Al-Jatsiyah : 13 Allah berfirman “Dan Dia telah
menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai
rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir” QS. 45:13.

Penundukan tersebut secara potensial, terlaksana melalui hukum-hukum alam


yang ditetapkan Allah dan kemampuan yang dianugerahkan-Nya kepada manusia.
Segala sesuatu di alam raya ini memiliki ciri dan hukum-hukumnya. Segala sesuatu di

18
sisi-Nya memiliki ukuran (QS. 13:8). Matahari dan bulan yang beredar dan
memancarkan sinar, hingga rumput yang hijau subur atau layu dan kering, semuanya
telah ditetapkan oleh Allah sesuai ukuran dan hukum-hukumnya. Semua yang berada
di alam raya ini tunduk kepada-Nya. Hal tersebut difirmankan dalam QS. 13 Al-
Ra’du : 15. Benda-benda alam apalagi yang tidak bernyawa tidak diberi kemampuan
memilih, tetapi sepenuhnya tunduk kepada Allah melalui hukum-hukum-Nya,
sebagaimana firman Allah dalam QS. 41 Fushshilat : 11.
Al-Qur’an memuji sekelompok manusia yang dinamainya ulil albab. Ciri
mereka antara lain disebutkan dalam QS. 3 Ali ‘Imran : 190-191. Dalam ayat tersebut
tergambar dua ciri pokok ulil albab, yaitu tafakkur dan dzikir. Kemudian keduanya
menghasilkan natijah yang diuraikan pada ayat 195. Natijah bukanlah sekedar ide-ide
yang tersusun dalam benak, melainkan melampauinya sampai kepada pengalaman
dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Lebih jauh dapat ditambahkan
bahwa “khalq as-samawat wal ardh” disamping berarti membuka tabir sejarah
penciptaan langit dan bumi, juga bermakna “memikirkan tentang system tata kerja
alam semesta”. Karena kata khalq selain berarti “penciptaan”, juga berarti
“pengaturan dan pengukuran yang cermat”. Pengetahuan tentang hal terakhir ini
mengantarkan ilmuwan kepada penciptaan teknologi yang menghasilkan kemudahan
dan manfaat bagi umat manusia.
Jadi, dapatlah dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang dianjurkan
oleh al-Qur’an. Dalam QS. 27 Al-Naml : 88. Ini berarti bahwa sains dan hasil-
hasilnya harus selalu mengingatkan manusia terhadap kehadiran dan kemahakuasaan
Allah, selain juga harus memberi manfaat bagi kemanusiaan, sesuai dengan prinsip
Bismi Rabbik. Teknologi dan hasil-hasilnya disamping harus mengingatkan bahwa
manusia adalah khalifah yang kepada-Nya tunduk segala yang berada di alam raya
ini.

6.3.2 Ayat-Ayat Al Quran Tentang IPTEK


Dalam Al Quran manusia diperintahkan untuk meningkatkan pengetahuannya
dan kemampuan ilmiah dalam kehidupan bahkan Rasulullah saw. diperintahkan
selalu untuk berusaha dan berdoa agar ditambah pengetahuannya. Hal tersebut
terdapat pada surat Thaha ayat 114 yaitu :
“Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu
tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya
kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan".”
Manusia tentu haus akan pengetahuan seperti dengan sabda Rasulullah saw.
berbunyi “Dua keinginan yang tidak pernah puas, keinginan menuntut ilmu dan

19
keinginan menuntut harta .” Pemicu manusia dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dapat memanfaat anugerah Allah yang dilimpahkan kepada umat-
umatnya. Namun, terkadang sering manusia untuk terjerumus dalam mengumpulkan
harta dan ilmu teknologi yang dapat membahayakan dirinya dan sekelilingnya. Hal
tersebut terdapat dalam surat Yunus ayat 24.
Dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 190 dan 191 memuji sekelompok
manusia yang bernama “albab” memiliki ciri-ciri orang yang selalu mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi. Dengan objek ilmu berupa materi dan non materi,
fenomena dan non fenomena bahkan sampai terdapat wujudnya tidak dapat dilihat
oleh manusia. Pada surat An-Nahl dinyatakan bahwa pengetahuan manusia sangatlah
terbatas sehingga Allah menegaskan pada surat Al-Isra ayat 85.
Pertama kali Al Quran diturunkan sudah menegur semua kekeliruan terutama
pada masa kejahilan dimana Tuhan-Tuhan diciptakan dan disembah untuk berhala.
Masyarakat sebelumnya tersentak dengan pengetahuan ‘diri mereka’ terbentuk
melalui proses yang bertahap dimulai dari segumpal darah sampai terbentuknya utuh
satu organisme yang lahir ke dunia. Hal tersebut membuat manusia untuk mencari
tahu, menyelidiki, mengobservasi, dan dilakukan dengan berbasis iman sesuai
firman-Nya surat Al-Alaq ayat 1-5.
Tuhan mengajar manusia dari Adam nama-nama benda seluruhnya yaitu
Alam sebagai kosmos dengan arti ‘serasi, harmonis.’ Alam memiliki arti dalam
bahasa Arab dengan akar kata dengan ilmua (pengetahuan) dan ‘alamah (alamat,
pertanda). Hal tersebut disebut demikian karena jaga raya merupakan pertanda
adanya Yang Maha Pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Hakikat kosmos
merupakan teologis yaitu penuh maksud, memenuhi maksud penciptanya karena
adanya rancangan teknologi. Alam diciptakan bukan secara kebetulan tetapi
diciptakan dengan kondisi sempurna sebagaimana firman Allah swt. dalam surat Al-
Anbiya ayat 16.
Manusia didorong untuk selalu mencari ilmu pengetahuan dan
mengembangkannya dalam teknologi agar bermanfaat bagi kehidupan. Segala
kemajuan ilmu dan teknologi akan mendorong manusia untuk mengakui kebesaran
dan kekuasaan Allah sebagai Pencipta sesuai surat Fushilat ayat 53.Pada Al quran
terdapat pembicaraan tentang teknologi khusus seperti teknologi transportasi,
teknologi informasi, dan teknologi antariksa. Pada teknologi transportasi terdapat
pada surat An-Nahl ayat 8, teknologi informasi pada surat Al-Alaq ayat 4 dan 5, dan
teknologi antariksa terdapat pada surat Ar-Rahman ayat 33.

6.3.3 Sunnah Rasulullah SAW Tentang IPTEK

20
Selain terdapat pada Al Quran, penjelasan iptek ada dalam sunah-sunah
Rasulullah saw. karena Islam sangat memerhatikan iptek yaitu terdapat beberapa
sebagiannya dalam hadis salah satunya, dari Abud Darda’ ra mendengar sabda
Rasulullah saw. yang memiliki arti apabila seseorang menempuh perjalanan demi
mecari ilmu maka dia akan dimudahkan jalannya menuju jannah dan malaikat-
malaikat akan meletakkan sayapnya untuk penuntut ilmu. Keutamaan penuntut ilmu
atas seorang ahli ibadah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh
bintang. Selain itu, ulama merupakan pewaris para Nabi yang mewariskan ilmu
bukan dirham atau dinar. Hal tersebut terdapat pada HR. Abu Dawud no. 3641.
Nabi Muhammad saw juga sangat menghargai orang yang berilmu sesuai
hadis riwayat Abu Dawud. Pahala menuntut ilmu sesuai Rasulullah saw. bersabda :
“Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat; menjalankan rukun islam dan
pahala yang diberikan kepadanya sama dengan pahala para nabi,” sesuai hadis
riwayat Ad-Dailami. Bahkan Nabi tidak tanggung-tanggung lebih menghargai
seorang ilmuwan daripada satu kabilah karena seorang alim lebih tinggi daripada
seorang ahli ibadah yang sewaktu-waktu bisa tersesat karena kurangnya ilmu. Oleh
karena itu, Nabi Muhammad saw mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu dari
sejak lahir sampai ke liang lahat. Bahkan terdapat hadis dari jalan Abu ‘Atikah Al
Bashri yang memerintahkan untuk menuntut ilmu sampai ke negeri Cina yaitu
“Uthlubul ‘ilma walaw bishshiin,” dari jalan Abu ‘Atikah Al Bashri dari Anas Bin
Malik.

6.3.4 Konsep & Tujuan Pengembangan IPTEK


Usaha pengembangan IPTEK juga merupakan usaha untuk meningkatkan kualitas
ketaqwaan kepada Allah SWT. Maka, usaha pengembangan IPTEK harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a. Niat karena Allah
Pengembangan IPTEK merupakan salah satu wujud kewajiban umat muslim
untuk menuntut ilmu. Dalam melakukan usaha tersebut harus berniat hanya
karena Allah yang akan melandasi keikhlasan dan ketundukan pada aturan
Allah SWT.
b. Mengintegrasikan pengetahuan yang disediakan oleh Allah dalam bentuk
ayat-ayat kauniah dan ayat-ayat tanziliah. Ayat kauniah adalah pengetahuan
yang terdapat pada kehidupan, sedangkan ayat tanziliah adalah wahyu yang
diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW berupa Al-Qur’an.
c. Berorientasi pada kemashlahatan umat manusia. IPTEK harus menjadi sesuatu
yang bermanfaat, jangan sampai merugikan kehidupan umat manusia.
d. Menjaga keseimbangan alam
e. Menyadari bahwa IPTEK hanya hasil karya manusia yang tidak dapat
menghasilkan kebenaran mutlak.

21
f. Tercapainya ridha Allah terhadap amal usaha tersebut
Manusia diciptakan dengan limpahan potensi berupa akal dan qalbu oleh
Allah SWT. Manusia diajarkan untuk memahami alam lalu menyelidiki dan
menggunakan benda-benda yang terpendam demi memenuhi kebutuhannya. Dengan
teknologi, Allah menganjurkan jin dan manusia untuk mencoba meningkatkan
kemampuannya hingga berpotensi keluar batas-batas bumi, seperti dijelaskan pada
Surat Ar-Rahman ayat 33.
Pencarian ilmu dan pengembangan teknologi yang dilakukan umat manusia
mengantarkan manusia untuk menyadari akan kebesaran dan kekuasaan Allah sebagai
Pencipta. Selain itu, hal ini juga mengingatkan manusia untuk menyadari bahwa ia
adalah khalifah Allah yang dapat menundukkan alam semesta atas izin-Nya. Tak
hanya itu, pengembangan IPTEK mempunyai tujuan agar umat manusia dapat
berpikir kreatif dan inovatif dalam menentukan solusi dalam mengatasi masalah di
kehidupan sehari-hari serta memberi kebermanfaatan bagi umat manusia lainnya.

6.3.5 Kegunaan IPTEK


Ilmu pengetahuan dan teknologi atau IPTEK tidak bisa dipisahkan dengan
kehidupan manusia. Agama Islam mengajarkan umatnya untuk selalu menuntut ilmu
di jalan Allah dan niat karena Allah. Dalam wahyu pertama, Allah telah menjelaskan
petunjuk pemanfaatan ilmu. Melalui Iqra’ bismi Rabbika, digariskan bahwa titik tolak
atau motivasi pencarian ilmu haruslah karena Allah. Semboyan “Ilmu untuk ilmu”
tidak dibenarkan dalam Islam. Apapun ilmunya, materi pembahasannya harus bernilai
Rabbani berdasarkan pendapat para ahli. Umat Islam, tidak diperbolehkan menuntut
ilmu atau mempelajari bidang-bidang yang tidak bermanfaat, tidak memberikan hasil,
dan hanya menghabiskan energi. Sebagaimana dalam do’a Rasulullah SAW, yaitu
“Wahai Tuhan, aku berlidung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat ”. Atas
dasar ini, tidak diperbolehkan berpikir untuk mengungkapkan rahasia metafisika dan
semestinya hati yang harus dipergunakan untuk memperrdalam alam metafisika.
Hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama terutama agama Islam tidak
bertolak belakang atau berlawanan, melainkan saling ada ketergantungan dan
mendukung. Banyak orang Barat menira bahwa Islam hanya bertindak sebagai
sebuah jembatan yang dilalui oleh gagasan-gagasan lampau dan diberikan kepada
Eropa abad pertengahan, sebenarnya anggapan ini salah. Islam adalah ahli waris
pusaka kecendikiaan semua peradaban besar sebelumnya, kecuali peradaban besar
Timur Jauh. Semua yang tidak dapat mengikat perdamaian (salam) dengan Islam,
perlahan-lahan akan terusir dari kehidupan ilmu pengetahuan Islam. Islam melahirkan
cendikiawan-cendikiawan muslim yang berpengaruh dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan. Bidang-bidang tersebut adalah dalam bidang ilmu alam, penemuan
senjata, ilmu kedokteran khususnya ilmu bedah. Ilmu-ilmu ini kemudian dipakai dan
diterapkan juga oleh orang-orang Barat.

22
Di bidang ilmu pengetahuan alam, terdapat penciptaan alat-alat mekanika
yang sangat berguna; penemuan bahan-bahan kimia seperti alkohol, asam sendawa,
dan asam belerang; tindakan-tindakan hakiki seperti penyulingan; penerapan kimia
pada farmasi, dan lain-lain. Dalam bidang penemuan senjata, pada tahun 1205 di
pertempuran Mahdiyya, ‘Amir Ya’qub telah menggunakan artileri sebagai senjata
terakhir dan tahun 1273 pada pertempuran Sijilmasa, Sultan Abu Yusuf
menggunakan meriam-meriam. Cara orang Arab mempertahakan pertempuran diikuti
oleh dua orang Inggris bernama Lord Derby dan Lord Salisbury ketika pertempuran
Algericas pada tahun 1342.
Di bidang ilmu kedokteran, pengarang-pengarang Yunani diikuti oleh kaum
Muslimin dan telah membuat kemajuan-kemajuan yang sangat pesat. Hampir seluruh
pegetahuan kedokteran Eropa berasal dari Muslimin pada kurun Renaissance.
Kemajuan dalam ilmu kedokteran antara lain, dalam bidang pembedahan, pelukisan
penyakit-penyakit, bahan-bahan obat. Penemuan sejumlah cara kerja (penggunaan air
dingin pada typhus), dan kebanyakan preparat-preparat yang sekarang masih sering
dipakai semua berasal dari kaum Muslimin. Pembiusan merupakan salah satu
kemajuan ilmu bedah yang dilakukan oleh kaum Muslimin. Ilmu kedokteran modern
yang sekarang diterapkan merupakan hasil perkembangan dari ilmu kedokteran yang
dahulu umat Islam temukan dan pelajari.
Kesimpulannya adalah, ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berguna untuk
keberlangsungan hidup manusia, dapat membantu manusia dalam meningkatkan dan
memanfaatkan sumber energi baru, serta membawa manusia ke zaman yang semakin
maju. Berbicara tentang IPTEK, sudah menjadi kewajiban untuk menuntut ilmu
setinggi-tinggi sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah. Akan tetapi, tuntutlah
ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan.

23
Daftar Pustaka
Mujilan. Buku Ajar Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Agama Islam.4th ed.
Jakarta: Milada Rahma Press. 2019.

24

Anda mungkin juga menyukai