LP Dan SP Depresi
LP Dan SP Depresi
Oleh:
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI
PELAKSANAAN PADA PASIEN GANGGUAN ALAM
PERASAAN (DEPRESI)
2. Penyebab/Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis
Banyak penelitian menjelaskan adanya abnormalitas biologis pada
pasien-pasien dengan gangguan mood. Pada penelitian akhir-akhir ini,
monoamine neurotransmitter seperti norephinefrin, dopamin,
serotonin, dan histamin merupakan teori utama yang menyebabkan
gangguan mood (Kaplan, et al, 2010).
b. Biogenic amines
Norephinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang
paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood.
1) Norephinefrin
Hubungan norephinefrin dengan gangguan depresi berdasarkan
penelitian dikatakan bahwa penurunan regulasi atau penurunan
sensitivitas dari reseptor α2 adrenergik dan penurunan respon
terhadap antidepressan berperan dalam terjadinya gangguan
depresi (Kaplan, et al, 2010).
2) Serotonin
Penurunan jumlah dari serotonin dapat mencetuskan terjadinya
gangguan depres, dan beberapa pasien dengan percobaan bunuh
diri atau megakhiri hidupnya mempunyai kadar cairan
cerebrospinal yang mengandung kadar serotonin yang rendah dan
konsentrasi rendah dari uptake serotonin pada platelet (Kaplan, et
al, 2010).
Penggunaan obat-obatan yang bersifat serotonergik pada
pengobatan depresi dan efektifitas dari obat-obatan tersebut
menunjukkan bahwa adanya suatu teori yang berkaitan antara
gangguan depresi dengan kadar serotonin (Rottenberg, 2010).
3) Gangguan neurotransmitter lainnya
Ach ditemukan pada neuron-neuron yang terdistribusi secara
menyebar pada korteks cerebrum. Pada neuron-neuron yang
bersifat kolinergik terdapat hubungan yang interaktif terhadap
semua sistem yang mengatur monoamine neurotransmitter. Kadar
choline yang abnormal yang dimana merupakan prekursor untuk
pembentukan Ach ditemukan abnormal pada pasien-pasien yang
menderita gangguan depresi (Kaplan, et al, 2010).
4) Faktor neuroendokrin
Hormon telah lama diperkirakan mempunyai peranan penting
dalam gangguan mood, terutama gangguan depresi. Sistem
neuroendokrin meregulasi hormon-hormon penting yang berperan
dalam gangguan mood, yang akan mempengaruhi fungsi dasar,
seperti : gangguan tidur, makan, seksual, dan ketidakmampuan
dalam mengungkapkan perasaan senang. 3 komponen penting
dalam sistem neuroendokrin yaitu : hipotalamus, kelenjar pituitari,
dan korteks adrenal yang bekerja sama dalam feedback biologis
yang secara penuh berkoneksi dengan sistem limbik dan korteks
serebral (Kaplan, et al, 2010).
5) Abnormalitas otak
Studi neuroimaging, menggunakan computerized tomography
(CT) scan, positron-emission tomography (PET), dan magnetic
resonance imaging (MRI) telah menemukan abnormalitas pada 4
area otak pada individu dengan gangguan mood. Area-area
tersebut adalah korteks prefrontal, hippocampus, korteks cingulate
anterior, dan amygdala. Adanya reduksi dari aktivitas metabolik
dan reduksi volume dari gray matter pada korteks prefrontal,
secara partikular pada bagian kiri, ditemukan pada individu
dengan depresi berat atau gangguan bipolar (Kaplan, et al, 2010).
6) Susunan kimia otak dan tubuh
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memegang
peranan yang besar dalam mengendalikan emosi kita. Pada orang
yang depresi ditemukan adanya perubahan dalam jumlah bahan
kimia tersebut. Hormon adenalin yang memegang peranan utama
dalam mengendalikan otak dan aktivitas tubuh, tampaknya
berkurang pada mereka yang mengalami depresi. Pada wanita,
perubahan hormon dihubungkan dengan kelahiran anak dan
menopause juga dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi.
7) Faktor Psikososial
Penyebab depresi adalah kehilangan objek yang dicintai. Ada
sejumlah faktor psikososial yang diprediksi sebagai penyebab
gangguan mental pada lanjut usia yang pada umumnya
berhubungan dengan kehilangan. Faktor psikososial tersebut
adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian
teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan
isolasi diri, keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi kognitif.
Faktor psikososial meliputi penurunan percaya diri, kemampuan
untuk mengadakan hubungan intim, penurunan jaringan sosial,
kesepian, perpisahan, kemiskinan dan penyakit fisik.
Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi:
peristiwa kehidupan dan stressor lingkungan, kepribadian,
psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif dan
dukungan sosial.
Peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan. Peristiwa
kehidupan yang menyebabkan stres, lebih sering mendahului
episode pertama gangguan mood dari episode selanjutnya. Para
klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memegang
peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan bahwa
peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset
depresi. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan
onset suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan. Stressor
psikososial yang bersifat akut, seperti kehilangan orang yang
dicintai, atau stressor kronis misalnya kekurangan finansial yang
berlangsung lama, kesulitan hubungan interpersonal, ancaman
keamanan dapat menimbulkan depresi.
Faktor kepribadian. Beberapa ciri kepribadian tertentu yang
terdapat pada individu, seperti kepribadian dependen, anankastik,
histrionik, diduga mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya
depresi. Sedangkan kepribadian antisosial dan paranoid
(kepribadian yang memakai proyeksi sebagai mekanisme defensif)
mempunyai resiko yang rendah.
Faktor psikodinamika. Berdasarkan teori psikodinamika Freud,
dinyatakan bahwa kehilangan objek yang dicintai dapat
menimbulkan depresi. Dalam upaya untuk mengerti depresi,
adalah suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankolia. Ia
menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi
diarahkan secara internal karena identifikasi dengan objek yang
hilang. Freud percaya bahwa introjeksi mungkin merupakan cara
satu-satunya bagi ego untuk melepaskan suatu objek, ia
membedakan melankolia atau depresi dari duka cita atas dasar
bahwa pasien terdepresi merasakan penurunan harga diri yang
melanda dalam hubungan dengan perasaan bersalah dan mencela
diri sendiri, sedangkan orang yang berkabung tidak demikian.
Kegagalan yang berulang. Dalam percobaan binatang yang
dipapari kejutan listrik yang tidak bisa dihindari, secara berulang-
ulang, binatang akhirnya menyerah tidak melakukan usaha lagi
untuk menghindari. Disini terjadi proses belajar bahwa mereka
tidak berdaya. Pada manusia yang menderita depresi juga
ditemukan ketidakberdayaan yang mirip.
Faktor kognitif. Adanya interpretasi yang keliru terhadap
sesuatu, menyebabkan distorsi pikiran menjadi negatif tentang
pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif, pesimisme dan
keputusasaan. Pandangan yang negatif tersebut menyebabkan
perasaan depresi.
8) Faktor usia
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa golongan usia
muda yaitu remaja dan orang dewasa lebih banyak terkena
depresi. Hal ini dapat terjadi karena pada usia tersebut terdapat
tahap-tahap serta tugas perkembangan yang penting, yaitu
peralihan dari masa anak-anak kemasa remaja, remaja ke dewasa,
masa sekolah ke masa kuliah atau bekerja, serta masa pubertas
hingga ke pernikahan. Namun sekarang ini usia rata-rata penderita
depresi semakin menurun, yang menunjukkan bahwa remaja dan
anak-anak semakin banyak yang terkena depresi. Survei
masyarakat terakhir melaporkan adanya prevalensi yang tinggi
dari gejala-gejala depresi pada golongan usia dewasa muda yaitu
18-44 tahun.
9) Gender
Wanita dua kali lebih sering terdiagnosis menderita depresi
daripada pria. Bukan berarti wanita lebih mudah terserang depresi,
bisa saja karena wanita lebih sering mengakui adanya depresi
daripada pria. Dan dokter lebih dapat mengenali depresi pada
wanita. Bagaimanapun, tekanan pada wanita yang mengarahkan
pada depresi. Misalnya, seorang diri dirumah dengan anak-anak
kecil lebih jarang ditemui pada pria daripada wanita. Ada juga
perubahan hormonal dalam siklus menstruasi yang berhubungan
dengan kehamilan dan kelahiran dan juga menopause yang
membuat wanita lebih rentan menjadi depresi atau menjadi
pemicu penyakit depresi.
10) Gaya hidup
Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat berdampak pada
penyakit misalnya penyakit jantung juga dapat memicu kecemasan
dan depresi. Tingginya tingkat stress dan kecemasan digabung
dengan makanan yang tidak sehat dan kebiasaan tidur serta tidak
olahraga untuk jangka waktu yang lama dapat menjadi faktor
beberapa orang yang mengalami depresi penelitian menunjukkan
bahwa kecemasan dan depresi berhubungan dengan gaya hidup
yang tidak sehat pada pasien berisiko penyakit jantung. Gaya
hidup yang tidak sehat misalnya tidur tidak teratur, makan tidak
teratur, pengawet dan pewarna buatan, kurang berolahraga,
merokok, dan minum-minuman keras.
11) Penyakit fisik
Penyakit fisik dapat menyebabkan depresi. Perasaan terkejut
karena mengetahui kita memiliki penyakit serius dapat
mengarahkan pada hilangnya kepercayaan diri dan penghargaan
diri, juga depresi. Alasan terjadinya depresi cukup kompleks.
Misalnya, depresi sering terjadi setelah serangan jantung, mungkin
karena seseorang merasa mereka baru saja mengalami kejadian
yang dapat menyebabkan kematian atau karena mereka tiba-tiba
menjadi orang yang tidak berdaya. Pada individu lanjut usia,
penyakit fisik adalah penyebab yang paling umum terjadinya
depresi.
12) Sinar matahari
Kebanyakan dari kita merasa lebih baik dibawah sinar
matahari daripada mendung, tetapi hal ini sangat berpengaruh
pada beberapa individu. Mereka baik-baik saja ketika musim
panas tetapi menjadi depresi ketika musim dingin. Mereka disebut
menderita seasonal affective disorder (SAD).
13) Kepribadian
Aspek-aspek kepribadian ikut pula mempengaruhi tinggi
rendahnya depresi yang dialami serta kerentanan terhadap depresi.
Ada individu-individu yang lebih negative, pesimis, juga tipe
kepribadian.
14) Obat-obatan
Beberapa obat-obatan untuk pengobatan dapat menyebabkan
depresi. Namun bukan berarti obat tersebut menyebabkan depresi,
dan menghentikan pengobatan dapat lebih berbahaya daripada
depresi.
15) Obat-obatan terlarang
Marijuana/Ganja, Heroin/ Putauw, Kokain, Ekstasi dan Sabu-sabu.
3. Pohon Masalah
Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer
dan genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik,
faktor psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh,
faktor keseimbangan elektrolit dan sebagainya.
Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi,
pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik
seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu
yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan
dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan
gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan
realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang
lain.
Penyebab depresi terbagi menjadi beberapa aspek menurut Beck yaitu :
1. Aspek Yang Dimanifestasikan Secara Emosional
a) Perasaan kesal atau patah hati (dejected mood); perasaan ini
menggambarkan keadaan sedih, bosan dan kesepian yang dialami
individu. Keadaan ini bervariasi dari kesedihan sesaat hingga
kesedihan yang terus - menerus.
b) Perasaan negatif terhadap diri sendiri ; perasaan ini mungkin
berhubungan dengan perasaan sedih yang dijelaskan di atas,
hanya bedanya perasaan ini khusus ditujukan kepada diri sendiri.
c) Hilangnya rasa puas ; maksudnya ialah kehilangan kepuasan
atas apa yang dilakukan. Perasaan ini dapat terjadi pada setiap
kegiatan yang dilakukan termasuk hubungan psikososial, seperti
aktivitas yang menuntut adanya suatu tanggung jawab.
d) Hilangnya keterlibatan emosional dalam melakukan pekerjaan
atau hubungan dengan orang lain ; keadaan ini biasanya disertai
dengan hilangnya kepuasan diatas. Hal ini dimanifestasikan
dalam aktivitas tertentu, kurangnya perhatian atau rasa
keterlibatan emosi terhadap orang lain.
e) Kecenderungan untuk menangis diluar kemauan ; gejala ini
banyak dialami oleh penderita depresi, khususnya wanita. Bahkan
mereka yang tidak pernah menangis selama bertahun-tahun dapat
bercucuran air mata atau merasa ingin menangis tetapi tidak dapat
menangis.
f) Hilangnya respon terhadap humor ; dalam hal ini penderita tidak
kehilangan kemampuan untuk mempersepsi lelucon, namun
kesulitannya terletak pada kemampuan penderita untuk merespon
humor tersebut dengan cara yang wajar. Penderita tidak terhibur,
tertawa atau puas apabila mendengar lelucon.
Koping maladaptif
4. Klasifikasi
Gangguan depresi terdiri dari berbagai jenis, yaitu:
1) Gangguan depresi mayor
Gejala-gejala dari gangguan depresi mayor berupa perubahan dari
nafsu makan dan berat badan, perubahan pola tidur dan aktivitas,
kekurangan energi, perasaan bersalah, dan pikiran untuk bunuh diri
yang berlangsung setidaknya ± 2 minggu (Kaplan, et al, 2010).
2) Gangguan dysthmic
Dysthmia bersifat ringan tetapi kronis (berlangsung lama). Gejala-
gejala dysthmia berlangsung lama dari gangguan depresi mayor yaitu
selama 2 tahun atau lebih. Dysthmia bersifat lebih berat dibandingkan
dengan gangguan depresi mayor, tetapi individu dengan gangguan ini
masi dapat berinteraksi dengan aktivitas sehari-harinya (National
Institute of Mental Health, 2010).
3) Gangguan depresi minor
Gejala-gejala dari depresi minor mirip dengan gangguan depresi
mayor dan dysthmia, tetapi gangguan ini bersifat lebih ringan dan atau
berlangsung lebih singkat (National Institute of Mental Health, 2010).
Tipe-tipe lain dari gangguan depresi adalah:
4) Gangguan depresi psikotik
Gangguan depresi berat yang ditandai dengan gejala-gejala, seperti:
halusinasi dan delusi (National Institute of Mental Health, 2010).
5) Gangguan depresi musiman
Gangguan depresi yang muncul pada saat musim dingin dan
menghilang pada musi semi dan musim panas (National Institute of
Mental Health, 2010).
5. Gejala Klinis
Gejala-gejala dari gangguan depresi sangat bervariasi, gejala-gejala
tersebut adalah:
1) Merasa sedih dan bersalah
2) Merasa cemas dan kosong
3) Merasa tidak ada harapan
4) Merasa tidak berguna dan gelisah
5) Merasa mudah tersinggung
6) Merasa tidak ada yang perduli
Selain gejala-gejala diatas, gejala-gejala lain yang dikeluhkan adalah:
1) Hilangnya ketertarikan terhadap sesuatu atau aktivitas yang dijalani
2) Kekurangan energi dan adanya pikiran untuk bunuh diri
3) Gangguan berkonsentrasi, mengingat informasi,dan membuat
keputusan
4) Gangguan tidur, tidak dapat tidur atau tidur terlalu sering
5) Kehilangan nafsu makan atau makan terlalu banyak
6) Nyeri kepala, sakit kepala, keram perut, dan gangguan pencernaan
(National Institute of Mental Health, 2010)
Tingkat depresi dibagi menjadi 5 tingkat, yang akan dijelaskan di bawah
ini:
1) Gangguan mood ringan dan depresi sedang ditandai dengan gejala
depresi berkepanjangan setidaknya 2 tahun tanpa episode depresi
utama. Untuk dapat diagnosis depresi ringan-sedang seseorang harus
harus menunjukkan perasaan depresi ditambah setidaknya dua lainnya
suasana hati yang berhubungan dengan gejala.
2) Batas depresi borderline ditandai dengan gejala perasaan depresi yang
berkepanjangan disertai perasaan depresi lebih dari dua suasana hati
yang berhubungan dengan gejala.
3) Depresi berat ditandai dengan gejala depresi utama selama 2 minggu
atau lebih. Untuk dapat didiagnosis depresi berat harus mengalami 1
atau 2 dari total 5 gejala depresi utama.
Depresi ekstrim ditandai dengan gejala depresi utama yang
berkepanjangan. Untuk dapat diagnosis depresi ekstrim mengalami lebih
dari 2 dari total 5 gejala depresi utama.
6. Pemeriksaan Diagnostic
Beck Depression Inventory dibuat oleh dr.Aaron T. Beck, BDI
merupakan salah satu instrumen yang paling sering digunakan untuk
mengukur derajat keparahan depresi.
Para responden akan mengisi 21 pertanyaan, setiap pertanyaan
memiliki skor 1 s/d 3, setelah responden menjawab semua pertanyaan kita
dapat menjumlahkan skor tersebut, Skor tertinggi adalah 63 jika
responden mengisi 3 poin keseluruhan pertanyaan. Skor terendah adalah 0
jika responden mengisi poin 0 pada keseluruhan pertanyaan. Total dari
keseluruhan akan menjelaskan derajat keparahan yang akan dijelaskan di
bawah ini.
1-10 = normal
11-16 = gangguan mood ringan
17-20 = batas depresi borderline
21-30 = depresi sedang
31-40 = depresi berat
>40 = depresi ekstrim
7. Penatalaksanaan Medis
a. Pengobatan secara biologis
1) Tricyclic Antidepressants
Obat ini membantu mengurangi gejala-gejala depresi dengan
mekanisme mencegah reuptake dari norephinefrin dan serotonin
di sinaps atau dengan cara megubah reseptor-reseptor dari
neurotransmitter norephinefrin dan seroonin. Obat ini sangat
efektif, terutama dalam mengobati gejala-gejala akut dari depresi
sekitar 60% pada individu yang mengalami depresi. Tricyclic
antidepressants yang sering digunakan adalah imipramine,
amitryiptilene, dan desipramine.
2) Monoamine Oxidase Inhibitors
Obat lini kedua dalam mengobati gangguan depresi mayor adalah
Monoamine Oxidase Inhibitors. MAO Inhibitors menigkatkan
ketersediaan neurotransmitter dengan cara menghambat aksi dari
Monoamine Oxidase, suatu enzim yang normalnya akan
melemahkan atau mengurangi neurotransmitter dalam sambungan
sinaptik (Greene, 2005). MAOIs sama efektifnya dengan
Tricyclic Antidepressants tetapi lebih jarang digunakan karena
secara potensial lebih berbahaya.
3) Selective Serotonine Reuptake Inhibitors and Related Drugs
Obat ini mempunyai struktur yang hampir sama dengan Tricyclic
Antidepressants, tetapi SSRI mempunyai efek yang lebih
langsung dalam mempengaruhi kadar serotonin. Pertama SSRI
lebih cepat mengobati gangguan depresi mayor dibandingkan
dengan obat lainnya. Pasien-pasien yang menggunakan obat ini
akan mendapatkan efek yang signifikan dalam penyembuhan
dengan obat ini. Kedua, SSRI juga mempunyai efek samping
yang lebih sedikit dibandingkan dengan obat-obatan lainnya.
Ketiga, obat ini tidak bersifat fatal apabila overdosis dan lebih
aman digunakan dibandingkan dengan obat-obatan lainnya. Dan
yang keempat SSRI juga efektif dalam pengobatan gangguan
depresi mayor yang disertai dengan gangguan lainnya seperti:
gangguan panik, binge eating, gejala-gejala pramenstrual.
4) Terapi Elektrokonvulsan
Terapi ini merupakan terapi yang paling kontroversial dari
pengobatan biologis. ECT bekerja dengan aktivitas listrik yang
akan dialirkan pada otak. Elektroda-elektroda metal akan
ditempelkan pada bagian kepala, dan diberikan tegangan sekitar
70 sampai 130 volt dan dialirkan pada otak sekitarsatu setengah
menit. ECT paling sering digunakan pada pasien dengan
gangguan depresi yang tidak dapat sembuh dengan obat-obatan,
dan ECT ini mengobati gangguan depresi sekitar 50%-60%
individu yang mengalami gangguan depresi.
5) Berolahraga
Keadaan mood yang negative seperti depresi, kecemasan, dan
kebingungan disebabkan oleh pikiran dan perasaan yang negative
pula. Salah satu cara yang dapat dilakuakan untuk menghasilkan
pikiran dan perasaan positif yang dapat menghalangi
munculnya mood negative adalah dengan berolahraga.
a) Diet (mengatur pola makan)
Simtom depresi dapat diperparah oleh ketidakseimbangan
nutrisi di dalam tubuh. Ketidakseimbangan nutrisi yang dapat
menyebabkan depresi semakin parah yaitu:
Konsumsi kafein secara berkala.
Konsumsi sukrosa (gula)
Kekurangan biotin, asam folat dan vitamin B, C,
kalsium, tembaga, magnesium
Kelebihan magnesium
Ketidakseimbangan asam amino
Alergi makanan
b) Hidroterapi dan Hidrotermal
Hidroterapi adalah penggunaan air untuk pengobatan
penyakit terapi. Hidrotermal adalah penggunaan efek
temperature air misalnya mandi air panas, sauna, dan lain-
lain. Pengobatan dari hidroterapi berdasarkan efek mekanis
dan atau termal dari air. Tubuh bereaksi pada stimulus panas
dan dingin. Saraf mengantarkan rangsangan yang dirasakan
kulit kedalam tubuh, dimana merangsang system imun,
memengaruhi hormone stres, meningkatkan aliran tubuh dan
mengurang rasa sakit.
1) Terapi Kognitif
2) Terapi Perilaku
3) Terapi Interpersonal
a) CBT
Pendekatan CBT memusatkan perhatian pada proses berpikir
klien yang berhubungan dengan kesulitan emosional dan
psikologi klien. Pendekatan ini akan berupaya membantu
klien mengubah pikiran-pikiran atau pernyataan diri negative
dan keyakinan-keyakinan pasien yang tidak rasional. Jadi
fokus teori ini adalah mengganti cara-cara berfikir yang tidak
logis menjadi logis.
b) Konseling kelompok dan dukungan sosial
Konseling secara kelompok adalah pelaksanaan wawancara
konseling yang dilakukan antara seorang konselor
professional dengan beberapa pasien sekaligus dalam
kelompok kecil
c) Terapi Humor
Sudah lama professional medis mengakui bahwa pasien yang
mempertahankan sikap mental yang positif dan berbagai
tawa, merespons lebih baik terhadap pengobatan. Respons
psiologis dari tertawa termasuk meningkatkan pernapasan,
sirkulasi, sekresi hormone dan enzim pencernaan dan
peningkatan tekanan darah.
d) Berdoa
Banyak orang mempunyai kecenderungan alami untuk
berpaling pada agama dalam memperoleh kekuatan dan
hiburan. Bagi yang percaya, keyakinan yang kuat dan
menjadi anggota aliran agama tertentu serta tujuan yang sama
dapat menanggulangi penderitaan dan depresi. Berdoa
merupakan salah satu cara untuk mengatasi depresi.
Mengambil waktu untuk berdoa memberi kesempatan kepada
kita menghentikan kegiatan kita dan jalan arus hidup kita.
8. Pencegahan Depresi
Akibat banyaknya dampak buruk yang disebabkan oleh gangguan
depresi maka dibuat suatu pencegahan dalam menangani gangguan
depresi pada individu-individu sebelu mereka mengalami gangguan
depresi tersebut. Beberapa penelitian menerapkan terapi kognitif perilaku
dan terapi interpersonal yang dimana dapat mencegah onset awal dari
terjadinya gangguan depresi pada individu-individu yang mempunyai
faktor resiko tinggi untuk mengalami gangguan depresi; sebagai contoh:
terapi kognitif-perilaku dapat digunakan untuk mencegah gangguan
depresi pada individu-individu dengan pendapatan yang rendah, yang
terpapar dengan stressor-stressor yang ada. Penelitian yang menjelaskan
gangguan depresi terjadi pertama kali pada masa remaja telah meyakinkan
para peneliti untukk melakukan pencegahan awal pada anak remaja yang
mempunyai faktor resiko tinggi untuk mengalami gangguan depresi.
Sebagai contohnya anak remaja yang sudah menunjukkan gejala-gejala
depresi ringan – sedang secara acak mendapatkan terapi kognotof-
perilaku dan control group. Para remaja mendapatkan terapi kognitif-
perilaku sebanyak 15 sesi dalam suatu kelompok-kelompok kecil setelah
kam sekolah atau perkuliahan selesai. Terapi ini berfungsi untuk
membantu mereka menangani cara berpikir mereka yang negatif dan
untuk mempelajari cara belajar yang efektif (Reus V.I., 2004).
Adapun tips yang disarankan dan juga dianjurkan untuk mencegah
terjadinya depresi antara lain.
1) Terbuka dan jangan suka memendam masalah. Di dunia ini tidak ada
orang yang luput dari masalah. Orang yang tidak mempunyai masalah
cenderung tidak mempunyai pegangan. Sedikit sekali ada orang yang
selalu bisa mengatasi masalahnya sendiri, jadi berbagilah kepada
teman dekat.
3) Kerjakan banyak hal. Saat waktu senggang dan masih muda, banyak
cara untuk menghilangkan beban perasaan. Selain olahraga, membaca
buku, menonton dan istirahat adalah pentung artinya dalam hidup.
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Genetik
Koping maladaptive
a. Data Subyektif : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak
bahagia, tak ada harapan.
b. Data Obyektif : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat
mengontrol impuls.
2. Diagnosa Keperawatan
Tindakan:
Tindakan:
Tindakan:
Tindakan:
Tindakan:
Tindakan:
4. Implementasi
5. Evaluasi
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien : -
2. Diagnosa Keperawatan : -
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien dapat menggunakan koping adaptif dalam menyelesaikan
masalah
4. Tindakan Keperawatan
Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
a. Bina hubungan saling percaya.
1) Salam trapeutik
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
8) Ciptakan lingkungan yang tenang
9) Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan).
b. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif dalam menyelesaikan
masalah
1) Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya
2) Tanyakan pada pasien cara yang biasa dilakukan dalam mengatasi
perasaan sedihnya
3) Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa
digunakan
4) Bersama pasien mencari berbagai alternative koping
5) Beri dorongan pada pasien untuk memilih koping yang paling tepat
dan dapat diterima
6) Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah
dipilih
7) Anjurkan pasien untuk mencoba alternative lain dalam
menyelesaikan masalah.
2. Kerja
a. Bapak/Ibu “ Masih ingat nama saya, pak ?”
b. Sekarang Bapak/Ibu saya ajak berbincang-bincang ya ! Bapak/Ibu
tidak usah malu kalau berbincang-bincang dengan saya, Bapak/Ibu
ungkapkan saja apa yang Bapak/Ibu rasakan saat ini.
c. Tadi Bapak/Ibu sudah menyebutkan nama lengkap dan nama
panggilan Bapak/Ibu, terus umur Bapak/Ibu berapa sekarang ?
d. Bapak/Ibu sudah berapa lama disini ?
e. Bapak/Ibu berasal dari mana ?
f. Bapak/Ibu ingat tidak, siapa yang membawa ke sini ? Bagaimana
perasaan saat dibawa ke sini ?
g. Menurut Bapak/Ibu , dibawa kesini karena apa ?
h. Selama disini setiap hari apa saja yang Bapak/Ibu lakukan ?
i. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu saat melakukan kegiatan tersebut ?
j. Boleh saya tahu, hobi Bapak/Ibu? Bagaimana kalau sekarang
Bapak/Ibu bercerita tentang hobi Bapak/Ibu ?
k. Wah…wah ternyata bagus sekali hobi Bapak/Ibu , Menurut Bapak/Ibu
apakah hobi itu masih bisa dilakukan selama Bapak/Ibu Ibu dirawat
disini ?
l. Kalau boleh saya tahu, apakah Bapak/Ibu punya hobi yang lain ? Bisa
diceritakan ?
m. Wah… ternyata Bapak/Ibu punya banyak hobi. Bagus sekali itu !
3. Terminasi
a. Evaluasi
(Subjektif): "Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berbincang-
bincang?"
(Objektif) : Selama berinteraksi, klien masih kurang kooperatif,
klien bicara pelan, kontak mata kurang, klien lebih banyak
menunduk.
b. Tindak Lanjut
Nah.. ini sudah 15 menit, jadi kita cukupkan saja dulu pembicaraan
kita. Sekarang Bapak/Ibu dapat istirahat dulu. Kalau nanti ada yang
mau diceritakan atau ditanyakan kepada saya, Bapak/Ibu bisa
sampaikan saat kita bertemu lagi
c. Kontak akan Datang
1) Topik : "Bagaimana kalau besok siang kita bicara tentang
keluarga Bapak setuju?"
2) Waktu : "Besok pagi kita ketemu lagi bisa? Dan
bagaimana kalau jam 15.00 WITA setelah
Bapak/Ibu bangun tidur?"
3) Tempat : "Bagaimana kalau kita bicara di ruangan ini
halaman rumah sakit? Terima kasih. Sampai jumpa besok".
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN (DEPRESI)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien : -
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan alam perasaan : Depresi.
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Klien dapat mempertahankan kontak mata selama wawancara.
c. Klien dapat mengenal masalah yang dihadapi dan dapat
mengungkapkan perasaannya.
4. Tindakan Keperawatan
a. BHSP ; Salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan,
lingkungan yang terapeutik, kontrak yang jelas.
b. Dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan
perasaannya
c. Dengarkan ungkapan klien dengan empati.
d. Bantu klien mengidentifikasi perasaannya.
e. Beri reinforcement positifitas kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.
B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN
1. Orientasi
a. Salam Terapiutik
“Om, Swastiastu. Selamat sore, Bapak/Ibu. Apa kabar hari ini ?.
Masih ingat dengan saya ?. Bagus, Bapak/Ibu masih ingat "
b. Evaluasi
“Bagaimana, Bapak/Ibu, apa yang Bapak rasakan saat ini?”
c. Kontrak
1) Topik : " Sesuai janji, kita akan melanjutkan berbincang-bincang
lagi untuk lebih saling mengenal dan Bapak/Ibu bisa
mengungkapkan masalah Bapak/Ibu ?"
2) Waktu: " Janji kita kemarin, kita akan berbincang-bincang jam
15.00 WITA hari ini. Untuk membicarakan hal tersebut
bagaimana kalau kita bicara ±15 menit. Setuju?"
3) Tempat
"Bapak/Ibu,bagaimana kalau kita ngobrol sambil duduk di
halaman rumah sakit saja?"
2. Kerja
a. Kalau bolah tahu apakah Bapak/Ibu sedang menghadapi suatu
masalah ?
b. Bagaimana hubungan Bapak/Ibu dengan teman-teman atau keluarga
Bapak/Ibu ?
c. Apa yang biasa Bapak/Ibu lakukan jika mempunyai masalah ?
d. Apakah Bapak/Ibu pernah menceritakan tentang masalah yang
Bapak/Ibu hadapi kepada seseorang ?
e. Waah..bagus,kalau Bapak/Ibu pernah mencoba menceritakannya.
f. Kalau Bapak/Ibu punya masalah memang sebaiknya Bapak/Ibu
ceritakan kepada orang yang Bapak/Ibu percaya, agar beban
Bapak/Ibu sedikit berkurang.
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Subjektif
Setelah kita ngobrol 15 menit tadi, bagaimana perasaan Bapak ?
2) Objektif
Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan tampak gelisah
b. Tindak Lanjut
“Bapak/Ibu” ini sudah 15 menit jadi kita cukupkan saja dulu
pembicaraan kita. Sekarang Bapak/Ibu bisa istirahat dulu. Kalau ada
yang mau diceritakan atau ditanyakan kepada saya, Bapak/Ibu bisa
sampaikan sekarang. Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi ?.
c. Kontrak Akan Datang
1) Topik
"Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi ya Pak/Ibu, kita
ngobrol tentang bagaimana caranya mengendalikan perasaan
Bapak/Ibu.
2) Waktu
"Jam berapa Bapak/Ibu bisa? Apakah sesudah makan siang jam
13.00 WITA”
3) Tempat
"Lalu besok siang kita ngobrolnya dimana Bapak/Ibu?
Bagaimana kalau besok siang kita ngobrol lagi disini?"
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN (DEPRESI)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien : -
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan alam perasaan : Depresi.
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Klien dapat mempertahankan kontak mata selama wawancara.
c. Klien mau belajar untuk mengontrol perasaannya.
4. Tindakan Keperawatan
a. BHSP ; Salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan,
lingkungan yang terapeutik, kontrak yang jelas.
b. Dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
c. Dengarkan ungkapan klien dengan empati.
d. Beri reinforcement positifitas kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.
e. Beri masukan-masukan kepada klien untuk belajar dan berusaha
mengontrol perasaannya
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Subjektif : Setelah kita ngobrol 15 menit tadi, bagaimana
perasaan Bapak ?
2) Objektif : Klien lebih tenang dari sebelumnya, klien kooperatif
dan mau mengikuti saran perawat.
b. Tindak Lanjut
Bapak/Ibu ini sudah 15 menit jadi kita cukupkan saja dulu
pembicaraan kita. Sekarang Bapak/Ibu bisa istirahat dulu. Kalau ada
yang mau diceritakan atau ditanyakan kepada saya, Bapak/Ibu bisa
sampaikan sekarang.
c. Kontak Akan Datang
1) Topik : “Besok kita tidak bertemu lagi ya Bapak/Ibu! Waktu
praktek saya sudah habis, tapi Bapak/Ibu harus ingat apa yang
telah kita bicarakan. Semoga lekas sembuh ya Bapak/Ibu.
Terimakasih atas waktunya “
DAFTAR PUSTAKA
Latipah, Eva. 2012. Pengantar Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pedagogia (hal
191)
Lumongga Namora. 2009. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana Pranada
Maramis. 2012. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press (hal 94, 131,339, 385)
Sadock, Benjamin J.. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC (hal 189, 630)
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui, ……………………………………..
Pembimbing Praktik/CI Mahasiswa
Mengetahui,
Pembimbing Akademik/CT
(………………………………………)
NIP.