Anda di halaman 1dari 3

UJIAN SKHIR SEMESTER GASAL 2020/2021

FAKULTAS EKONOMI
NAMA : SAHARUDIN ABAS
NIM : 2020110120
MAKUL : STUDI ILMU AL-QUR’AN
Smt/Prod : 1 / manajemen 3
DOSEN : MILA FURSIANA SALMA M, S.H.I.,M.S.I

1. Uregensi asbab al-quran dan contohnya :


Asbāb an-Nuzūl secara etimologi terdiri dari kata asbāb dan an-nuzūl. Asbāb dapat
berarti ‫ )غيره الى يتوصل شيئ كل‬sesuatu yang menyampaikan kepada sesuatu yang lain),
‫ )الحبل‬tali, tambang), dan 9 ‫ )فوق من حدرته حبل كل‬tiap tali yang kamu turunkan dari
atas), sedang dan menempati (10‫ الحلول و قد نزلهم و نزل عليهم و نزل بهم‬artinya nuzūl-an
menempati tempat mereka). Sedang secara terminologi menurut Az-Zarqani dalam
bukunya Manāhil al-‘Urfān fī ‘Ulūm Al-Qur’ān, pengertian asbāb annuzūl adalah
sesuatu yang menyebabkan satu ayat atau beberapa ayat diturunkan untuk
membicarakan sebab atau menjelaskan hukum sebab tersebut pada masa terjadinya
sebab itu.
Contoh :
a. Pengelompokkan Ayat-ayat al-Qur’an dari Segi Asbab an-nuzul
b. Redaksi Asbāb An-Nuzūl
c. Jalan Mengetahui Asbāb An-Nuzūl
2. Ciri-ciri makkiyah dan madaniyyah
  Makkiyyah
1. Di dalamanya terdapat ayat sajadah;
  2. Ayat-ayatnya dimulai dengan kata kalla;
3. Dimulai dengan ungkapan yaa ayyuha an-naas dan tidak ada ayat dimulai dengan
ungkapa yaa ayyha al ladzina, kecuali dalam surat Al-Hajj [22], karena dipenghujung
surat itu terdapat sebuah ayat yang dimulai dengan ungkapan yaa ayyuha al-ladziina;
4. Ayat-ayatnya mengandung tema kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu
5. Ayat-ayatnya berbicara tentang kisah Nabi Adam dan Iblis, kecuali surat Al-
Baqarah [2]; dan
6. Ayat-ayatnya dimulai dengan huruf-huruf terpotong-potong (huruf al-tahajji)
seperti alif la mim dan sebagainya, kecuali surat Al- Baqarah [2] dan Ali 'Imran [3].
Madaniyyah
A. Mengandung ketentuan-ketentuan farai ' dh dan hadd.
B. Mengandung sindiran-sindiran terhadap kaum munafik, kecuali surat Al-Ankabut
[29]; dan
C. Mengandung uraian tentang perdebatan dengan Ahli Kitab.
3. Beberapa contoh perbedaan qira’at
 Tidak semua lafazh Al-Quran memiliki varian bacaan (qira’ah), namun hanya ada
beberapa lafazh saja, dan hal ini telah disebutkan oleh para ulama dan dijelaskan
macam-macam qira’ahnya.
 Lafazh Al-Quran yang memiliki lebih dari satu bacaan memiliki makna yang dapat
diterima dan memberi tambahan dan pelengkap makna terhadap Al-Quran.
 Banyaknya bacaan dalam Al-Quran tidaklah mengurangi nilai kebenaran Al-Quran itu
sendiri.
4. Kemukakan argumentasi yang mengatakan bahwa ayat-ayat Mutasyabihat bukan
hanya
diketahui Allah, tetapi juga diketahui oleh orang-orang yang berilmu!
Kata mutasyabih berasal berasal dari kata tasyabuh yang secara bahasa yang berarti keserupaan
dan kesamaan yang biasanya rneraba, membawa kepada  kesamaran antara dua hal. Tasyabaha
dan isytabaha berarti dua hal masing-masing menyerupai yang lainya. Secara istilah para ulama
berbeda pendapat pula merumuskan defenisi muhkam dan mutasyabih sebagaiman yang telah
dikemukakan di bawah ini:

1. Menurut Prof. Dr Abd al-Wahab Khlaf

Muhkam berarti sesuatu yang menunjukan kepada artinya yang tidak menerima pembatalan dan
pergantian       jelas, sendirinya secara jelas, dan sama sekali tidak mengandung ta'wil, artinya
tidak menghendaki arti lain yang bukan arti formalnya. Sedangkan Mutasyabih berarti lafal yang
sifatnya sendiri tidak menunjukkan pada arti maksudnya, dan tidak terdapat karinat luar yang
menjelaskanya.

2. Menurut ahli sunnah

Muhkam adalah ayat yang bisa dillihat pesanya dengan gamblang atau melalui ta'wil karena ayat
yang perlu dita'wil itu mengandung pengertian lebih dari suatu kemungkinan. Adapun
mutasyabih ayat-ayat yang pengertian pastinya hanya diketahui oleh Allah. Misalnya saat
datangnya hari kiamat dan maina huruf tahajji; yaitu huruf-huruf yang terdapat pada awal surah
seperti Qaf, Alif, Lam, Mim dan lain-lainya.

3.  Menurut Ibn Abbas

Muhkam adalah ayat yang penakwilanya hanya mengandung suatu ma'na. Sedangkan
mutasyabih, adalah ayat yang mengandung pengertian bermacam-bermacam .

5. Macam-macam munasabah beserta contoh


1. Hubungan Kata Demi Kata dalam Satu Ayat. Munasabah ini terjadi karena antara
bagian-bagian al-Qur`an tidak ada kesesuaian, sehingga tidak tampak adanya
hubungan di antara keduanya, bahkan tampak masingmasing ayat berdiri sendiri,
baik karena ayat yang dihubungkan dengan ayat lain maupun karena yang satu
bertentangan dengan yang lain. Hal tersebut baru tampak ada hubungan yang
ditandai dengan huruf ‘atf, sebagai contoh, terdapat dalam QS. al-Gasyiyah  : 17-20:

َ ‫ض َكي‬
‫ْف‬ ِ ْ‫ َوِإلَى ٱَأْلر‬. ‫ت‬
ْ ‫ْف ُنصِ َب‬ ِ ‫ َوِإلَى ْٱل ِج َب‬. ‫ت‬
َ ‫ال َكي‬ ْ ‫ْف ُرف َِع‬ ْ ‫ْف ُخلِ َق‬
َ ‫ َوِإلَى ٱل َّس َمٓا ِء َكي‬. ‫ت‬ َ ‫ُون ِإلَى ٱِإْل ِب ِل َكي‬ ُ ‫َأ َفاَل َي‬
َ ‫نظر‬
ْ ‫سُطِ َح‬
‫ت‬
“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan, dan
langit, bagaimana ia ditinggikan? dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? dan
bumi bagaimana ia dihamparkan?.”
2. Hubungan antara Kandungan Ayat al-Qur’an dengan Fasilah (Penutup Ayat). Dalam
satu surat terdapat korelasi antara awal surat dan akhirannya. Misalnya, dalam surat
al-Qasas dimulai dengan kisah Nabi Musa As. dan Fir’aun serta pasukannya,
sedangkan penutup surat tersebut menggambarkan pernyataan Allah Swt agar umat
Islam jangan menjadi penolong bagi orang-orang kafir, sebab Allah Swt lebih
mengetahui tentang hidayah.
3. 3. Hubungan Ayat dengan Ayat Berikutnya. Hubungan antara ayat pertama dengan
ayat terakhir dalam satu surat. Contoh dalam masalah ini misalnya dalam surat al-
Mu’minun, ayat 1 yang berbunyi “qad aflaḥa al-mu’minun” lalu di bagian akhir surat
tersebut berbunyi “innahu la yufliḥu alkafirun”. Ayat pertama menginformasikan
keberuntungan dalam orang-orang mukmin, sedangkan ayat kedua di bagian akhir
shalat tentang ketidakberuntungan orang-orang kafir.

Anda mungkin juga menyukai