NIM : 20604224048
Senam Artistik
Senam Artistik adalah jenis senam yang menggabungkan gerakan senam tumbling dan senam akrobik untuk
mendapatkan gerakan-gerakan indah. Senam artistic merupakan salah satu cabang olahraga yang dipertandingan
dalam olimpiade. Senam artistic berada dibawah naungan Federation Internationale de Gymnastique (FIG). Sementara
dalam aspek nasional senam artistik diatur dalam PERSANI. Senam artistik sendiri dibagi menjadi menjadi dua yaitu
senam artistik putra dan senam artistik putri
1. Lantai ( Floor )
2. Meja Lompat ( Vaulting )
3. Gelang-gelang ( Stil Rings )
4. Kuda Pelana ( Pomel Horse )
5. Palang Sejajar ( Parallel Bars )
6. Palang Tunggal ( Horizontal Bar )
Senam artistik mulai dikenal di Indonesia pada saat menjelang Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang I
(GANEFO) di Jakarta pada tahun 1963. Di GANEFO I, senam artistik merupakan salah satu cabang olahraga yang
dipertandingkan sehingga perlu dibentuk suatu organisasi untuk menyiapkan para pesenam. Organisasi ini dibentuk
pada tanggal 14 Juli 1963 dengan nama PERSANI (Persatuan Senam Indonesia) atas prakarsa tokoh-tokoh olahraga
se-Indonesia yang menangani dan mempunyai keahlian pada cabang olahraga senam. Promotornya berasal dari tokoh-
tokoh dari daerah Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Utara. Persani kemudian membina dan
menghasilkan atlet-atlet senam yang dapat ditampilkan dalam Ganefo I dan pertama kalinya pula pesenam-pesenam
Indonesia menghadapi pertandingan internasional. Kegiatan selanjutnya Persani adalah mengikut sertakan tim senam
dalam rangka Konferensi Asia Afrika I dan dalam Ganefo Asia. Pelatih-pelatih senam dari RRC didatangkan untuk
mempersiapkan atlet-atlet Indonesia, sehingga Indonesia mengalami kemajuan dalam prestasi olahraga senam.
Perkembangan latihan dengan pelatih dari RRC harus berhenti sementara karena kepulangan pelatih-pelatih dari RRC
setelah meletusnya Gerakan 30 September.
Pada tahun 1967, T.J. Purba dikirim ke Jerman Timur untuk mengikuti sekolah khusus pelatih senam artistik selama
26 bulan sebagai upaya mengejar ketinggalan Indonesia dalam cabang olahraga senam. Titik tolak kedua
perkembangan olahraga senam di Indonesia adalah dimasukkannya cabang olahraga senam artistik untuk pertama
kalinya dalam Pekan Olahraga Nasional (PON VII/1969) di Surabaya, dan seterusnya dimasukkan dalam setiap
penyelenggaraan PON.
Awal mula perkembangan senam artistik terjadi berkat menyebarnya olahraga senam secara umum pada abad ke-19.
Manfaat gerakan senam seperti kekuatan fisik, kelenturan, dan kelincahan menjadi daya tarik perkembangan olahraga
senam di benua Eropa. Baca juga: Mengenal Senam Artistik Palang Tunggal atau Horizontal Bar Friedric Ludwig
Jahn asal Jerman menjadi sosok pertama yang menyusun dasar gerakan senam untuk diterapkan dalam latihan secara
masif. Konsep dasar senam buatan Ludwig Jahn menginspirasi perkembangan pesat olahraga senam di penjuru Eropa
hingga berujung pada terbentuknya Federasi Senam Internasional (FIG) pada 1881.
Sama halnya dengan jenis senam lainnya, jenis senam artistik juga memiliki karakteristik tersendiri.
Karakteristik mendasar dalam senam ini, terletak pada usia seorang atlet dan persiapan fisik sebelum
melakukan senam
Terdiri dari rangkaian wajib dan rangkaian pilihan, pada putera 6 (enam) alat, puteri 4 (empat) alat.
Juara beregu (Kompetisi I) adalah regu dengan jumlah nilai terbanyak, dari jumlah 5 (lima) pesenamterbaik pada
masing-masing alat untuk rangkaian wajib dan rangkaian pilihan.
Nilai maksimum untuk putera adalah: 12 nomor pertandingan x 50 = 600 (wajib dan pilihan) 6 nomorpertandingan x
50 = 300 (pilihan)
Nilai maksimum untuk puteri adalah: 8 nomor pertandingan x 50 = 400 (wajib dan pilihan) 4 nomor pertandingan x
50 = 200 (pilihan)
Peserta finalis diambil dari 36 pesenam terbaik dari hasil kompetisi I, atau 1/3 dari jumlah peserta.
Peserta finalis diambil dari 8 (delapan) pesenam terbaik dari hasil kompetisi I pada alat tersebut.
Dibatasi 2 (dua) pesenam dari tiap negara/daerah, dan hanya 3 (tiga) alat yang boleh diikuti oleh seorang pesenam
Juara perorangan per alat (kompetisi III) adalah pesenam dengan jumlah nilai terbanyak dari nilai rata-rata pada
kompetisi I (wajib dan pilihan) ditambah dengan nilai kompetisi III pada masing-masing alat.