Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Konseling Andi Matappa

Volume 1 Nomor 1 Februari 2017. Hal 131-141


p-ISSN: 2549-1857; e-ISSN: 2549-4279
(Diterima: Juli-2017; direvisi: Agustus-2017; dipublikasikan: Agustus-2017)

Program Bimbingan Dan Konseling Komprehensif Untuk Mengembangkan


Standar Kompetensi Siswa
Caraka Putra Bhakti
Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Ahmad Dahlan
Correspondence email.caraka.pb@bk.uad.ac.id

Abstrack: Tujuan artikel adalah mengkaji bagaimana pengembangan program bimbingan


dan konseling komprehensif untuk mengembangkan standar kompetensi siswa. Metode
kajian menggunakan analisis literatur. Keberhasilan implementasi Program bimbingan dan
konseling komprehensif yaitu terpenuhinya enam ciri yaitu holistik, sistematik, seimbang,
proaktif, integrasi dalam kurukulum sekolah, dan refleksi. Program Bimbingan dan
konseling komprehensif didasarkan pada upaya pencapaian tugas perkembangan,
pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah konseli. Standar kompetensi
siswa di Indonesia mengacu pada Standar Kompetens Kemandirian Peserta Didik (SKKPD)
yang terbagi dalam 11 aspek perkembangan. Prosedur dalam penyusunan program
bimbingan dan konseling komprehensif adalah perencanaan, pengorganisasian, penerapan,
dan evaluasi. Implikasi terhadap guru bimbinagn dan konseling pada implementasi program
bimbingan dan konseling yaitu penguiatan pengetahuan yang utuh tentang teori
perkembangan. Ketrampilan yang dimiliki konselor adalah melakukan koordinasi dengan
berbagai pihak dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling. Konselor memiliki
kepemimpinan yang kokoh dalam menjalankan program bimbingan, serta memiliki
ketrampilan manajemen waktu yang proporsional yaitu 80% waktu layanan bimbingan dan
konseling bersifat direktif pada peserta didik sedangkan 20% waktu layanan untuk kegiatan
manajemen progran dan dukungan sistem.

Kata kunci: program, bimbingan, konseling, komprehensif, standar, kompetensi

Abstract: The purpose of this article is to examine how the development of comprehensive
counseling and counseling programs to develop student competency standards. The study
method uses literature analysis. Successful implementation of comprehensive guidance and
counseling program is the fulfillment of six characteristics, namely holistic, systematic,
balanced, proactive, integration in school curriculum, and reflection. Developmental tasks
are formulated as competency standards to be achieved by counselors, so this approach is
also called standard-based guidance and counseling. Standard of student competence in
Indonesia refers to Standards of Independence Competence Learners (SKKPD) which is
divided into 11 aspects of development. Procedures in the preparation of comprehensive
guidance and counseling programs are planning, organizing, implementing, and evaluating.
Implications of guidance and counseling teachers on the implementation of guidance and
counseling programs are intimate knowledge acquisition of developmental theories.
Counselor's skills are to coordinate with various parties in implementing guidance and
counseling program. The counselor has a strong leadership in running the guidance program,
and has a proportional time management skills that is 80% of the time counseling and
guidance services are directive in the learner while 20% of the service time is for the
management and system support activities

Keyword: programs, guidance, counseling, comprehensive, standards, competencies

Ini adalah artikel dengan akses terbuka dibawah licenci CC BY-NC-4.0


(https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/ )
132 | JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa Vol. 1 No. 2 Agustus 2017

PENDAHULUAN bimbingan dan konseling perkembangan


dipergunakan akan menggabungkan pendekatan
Bimbingan, sebagai upaya pendidikan, yang berorientasi klinis, remidial, dan preventif,
diartikan sebagai proses bantuan kepada individu (Myrick, 2011:8).
untuk mencapai tingkat perkembangan diri Myrick (2011:33) bimbingan dan
secara optimum di dalam navigasi hidupnya konseling perkembangan berasumsi bahwa
secara mandiri. Bantuan dalam arti bimbingan secara lahiriah manusia menggerakkan
yaitu memfasilitasi individu untuk kepribadian individualnya secara berurutan dan
mengembangkan kemampuan memilih dan secara positif menuju pengembangan diri. Ini
mengambil keputusan atas tanggung jawab membuat kita mengenali bahwa terdapat suatu
sendiri. Kondisi perkembangan optimum adalah kekuatan antara kita satu sama lain yang
kondisi dinamis yang ditandai dengan kesiapan membuat kita meyakini bahwa kita adalah
dan kemampuan individu untuk memperbaiki istimewa dan tidak ada orang yang menyerupai
diri (self-improvement) agar dia menjadi pribadi kita. Ini juga berasumsi bahwa potensi
yang berfungsi penuh (fully-fungctioning) di individual kita merupakan asset yang bernilai
dalam lingkungannya (Sunaryo Kartadinata, bagi masyarakat dan masa depan kemanusiaan.
2011:57) Uman Suherman (2011:5) Bimbingan
Asumsi dasar pendekatan Bimbingan komprehensif merupakan pandangan mutakhir
dan konseling perkembangan adalah pemikiran yang bertitik tolak dari asumsi yang positif
bahwa perkembangan individu yang sehat akan tentang potensi manusia. Berdasarkan asumsi
terjadi dalam interaksi yang sehat individu inilah bimbingan dipandang sebagai suatu proses
dengan lingkungannya. Dengan kata lain, memfasilitasi perkembangan yang menekankan
lingkungan tersebut bagi individu menjadi kepada upaya membantu semua peserta didik
OLQJNXQJDQ EHODMDU ³Being educate for its dalam semua fase perkembangannya. Selama ini
proportional emphasis is on prevention and bimbingan sering dipandang sebagai kegiatan
improvement, not corective and therapeutic, layanan yang mengedepankan penyembuhan atau
Being developmental for its main goal of pemecahan masalah. Padahal selain itu
counseling is to develop humaan capacity by bimbingan berfungsi pencegahan, pendidikan
providing developmental environment´ 0\ULFN dan pengembangan. Bimbingan komprehensif
2011). Kata sehat dalam hal ini bukan hanya diartikan sebagai sebuah program layanan
merujuk pada interaksi antara individu dan bantuan yang mengandung prinsip±prinsip : 1)
lingkungan, tetapi lingkungan itu sendiri juga Subjek layanan adalah semua peserta didik; 2)
harus sehat. fokus pada kegiatan pembelajaran peserta didik
Menurut tim penulis buku Penataan dan mendorong perkembangan peserta didik; 3)
Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan konselor dan guru merupakan fungsionaris yang
bimbingan dan Konseling dalam Jalur bekerja sama; 4) program bimbingan terorganisir
Pendidikan Formal, (2008:194) pada saat ini dan terencana sebagai bagian vital dari
telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan komprehensif; 5) peduli kepada
bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan penerimaan diri, pemahaman diri, dan
yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, peningkatan diri; 6) memfokuskan pada proses;
dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan 7) berorientasi taem work dan mensyaratkan
yang berorientasi perkembangan dan preventif. pelayanan dari konselor profesional yang
Pendekatan bimbingan dan konseling terlatih; 8) bersifat fleksibel dan sekuensial.
perkembangan (Developmental Guidance and Pengembangan dan implementasi dari
Counseling) atau bimbingan dan konseling program bimbingan dan konseling komprehensif
komprehensif (Comprehensive Guidance and berkembang secara cepat di Amerika. Penelitian
Counseling) didasarkan pada upaya pencapaian Martin, Carey, dan De Coster (dalam Gysbrers
tugas perkembangan, pengembangan potensi, PHQHPXNDQ ´EDKZD EDUX QHJHUD
dan pengentasan masalah-masalah konseli. bagian memiliki model program yang tetap, 24
Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai negera bagian dalam proses implementasi model
standar kompetensi yang harus dicapai konseli, program, dan 10 negera bagian masih pada tahap
sehingga pendekatan ini disebut juga bimbingan DZDO SHQJHPEDQJDQ PRGHO´
dan konseling berbasis standar (Standard Based Seiring dengan perkembangan ilmu
Guidance and Counseling). Ketika pendekatan bimbingan dan konseling di Amerika, model
Bhakti.Program Bimbingan dan Konseling |133

program bimbingan dan konseling komprehensif memberikan kesempatan bagi akademisi dan
di adopsi di beberapa negara di ASEAN. praktisi konseling untuk meningkatkan layanan
Menurut Hasan dan Bhakti (2016) negaran bimbingan dan konseling di sekolah.
Malaysia mengimplementasikan model program Meskipun model ini diadopsi dari model
bimbingan dan konseling komprehensif di ASCA yang dikembangkan untuk mengatasi
sekolah-sekolahnya. Perkembangan Program masalah yang dialami oleh bimbingan dan
bimbingan dan konseling komprehensif mulai konseling di Amerika Serikat, namun model ini
banyak dibicarakan dalam forum ilmiah serta dapat diadaptasikan di Indonesia. Model
dengan didukung Permendiknas No.27 Tahun bimbingan dan konseling komprehensif
2008, program layanan bimbingan konseling di memberikan kesempatan bagi ilmu bimbingan
Indoensia mengarah pada pendekatan yang dan konseling di Indonesia melakukan perubahan
komprehensif. Pendekatan ini dipilih karena ke arah yang lebih baik. Adaptasi model
didukung beberapa hasil penelitian tentang bimbingan dan konseling komprehensif memberi
efektifitas bimbingan komprehensif dalam peluang kepada konselor untuk mneunjukkan
meningkatkan mutu pendidikan. Bimbingan kinerjanya, sehingga profesi bimbingan dan
konseling komprehensif mampu memberikan konseling mendapatkan pengakuan di
kontribusi yang positif bagi pengembangan masyarakat.
akademik, pribadi, sosial, dan karir siswa di Model bimbingan dan konseling
sekolah. Bimbingan komprehensif juga mampu komprehensif versi Amerika yang adopsi di
menciptakan iklim belajar yang kondusif bagi Indonesia, pemerintah Indonesia melalui
siswa di sekolah. kementrian pendidikan mengeluarkan
Wilkerson, K., Pérusse, R., & Hughes, Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentang
A. (2013) penelitian tentang konselor sekolah, Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan
program bimbingan konseling komprehensif dan Dasar dan Pendidikan Menengah. Substansi dari
prestasi akademik, hasil penelitian menunjukkan permendikbud ini meliputi komponen program,
dukungan program bimbingan dan koseling bidang layanan, struktur program layanan, serta
komprehensif memiliki kontribusi yang kegiatan dan alokasi waktu. Permendikbud tidak
signifikan dalam meningkatkan pretasi siswa, secara eksplisit membahas tentang bimbingan
ada semkin banyak bukti konselor dapat dan konseling komprehensif, tetapi dilihat dari
menggunakan intervensi strategis untuk substansinya ini menunjukkan versi model
meningkatkan prestasi akademik. Penelitian oleh bimbingan dan konseling komprehensif.
Young, A., & Kaffenberger, C. (2011) tentang Pada kenyatannya hasil penelitian Bhakti
Keyakinan dan praktik konselor sekolah yang dkk (2017) tentang pemahaman guru bimbingan
menggunakan data untuk menerapkan program dan konseling tingkat SMP di kabupaten
konseling sekolah yang komprehensif, hasilnya Gunungkidul tentang program bimbingan dan
menunjukkan bahwa konselor sekolah yang telah konseling komprehensif menunjukkan bahwa
mendapatkan pelatihan penggunaan data , belum semua guru BK memiliki pemahaman
sangan memahami pentingnya menggunakan yang baik tentang program bimbingan dan
data untuk memberikan layanan kepada siswa konseling komprehensif. Pada jenjang SMK,
dan mendorong evaluasi dan perbaikan program. penelitian oleh Kumara (2015) Pemahaman guru
Partisipasi siswa meingkatkan seiring dampak bimbinga di Bantul pada ketegori sedang tentang
positif pada praktik data serta meningkatkan manajemen bimbingan dan konseling
kepercayaan konselor sekolah tentang komprehensif. Penelitian lain oleh Daryono
pentingnya menggunakan data. (2014) pemahaman guru bimbingan dan
Hidayat dan Herdi (2013) konseling tingkat SMA tentang pogram
mengungkapkan bahwa model bimbingan dan bimbingan dan konseling komprehesniof
konseling komprehensif dirancang untuk mayoritas di Magelang dalam kategori sedang.
merespons berbagai persoalan yang dihadapi Sehingga perlu ada upaya yang implementatif
oleh konselor sekolah. Model ini dikembangkan dalam pengembangan kompetensi guru
berdasarkan berbagai hasil kajian teori, dan hasil bimbingan dan konseling dalam pengembangan
penelitian yang telah dilaksanankan oleh ASCA program bimbingan dan konseling komprehensif.
tentang program bimbingan dan konseling dan Dengan demikian, guru BK/konselor
profesi konselor sekolah. Model ini merupakan sangat diharapkan mampu mengembangkan
alternatif model bimbingan dan konseling yang layanan bimbingan dan konseling komprehensif.
134 | JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa Vol. 1 No. 2 Agustus 2017

Menurut Rizkiyah (2017) Faktor penting yang profesional dan relevan profesional pernyataan
berpengaruh terhadap operasionalisasi Permen posisi asosiasi. meninjau kebudayaan dan
Dikbud No 111 Tahun 2014 yang menegaskan gender, dan isu-isu lokal yang dapat
implementasi program bimbingan dan konseling diindentifikasi menjadi standar kompetesi siswa
komprehensif adalah pengawasan, walaupun (Gysbers,2012:65).
telah dilakukan sosialisasi dan pelatihan kepada Standar kompetensi siswa perlu
guru BK tetapi bila tidak ada tindak lanjut diidentifikasi lebih awal karena ini adalah tujuan
monitoring ke sekolah maka tidak akan dari program bimbingan dan konseling
terealisasi dengan baik komprehensif. Untuk menyusun standar
Dari perspektif tersebut di atas, penulis kompetensi siswa ini perlu di analisis tujuan
membahas bagaimana implementasi program pendidikan nasional di Indonesia serta tujuan
bimbingan dan konseling komprehensif dan institusional sekolah. Undang-Undang No. 20,
analisis mengembangkan standar kompetensi 7DKXQ 3DVDO PHQ\HEXWNDQ ³3HQGLGLNDQ
siswa. nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa
Standar Kompetensi Siswa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
Layanan bimbingan dan konseling pada kehidupan bangsa, bertujuan untuk
dasarnya bertujuan pada pencapaian suatu berkembangnya potensi peserta didik agar
standar yang telah ditentukan. seperti ASCA menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
(2012:29) merekomendasikan tiga area untuk kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
belajar siswa sebagai belajar dalam layanan sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
bimbingan dan konseling di Amerika sebagai menjadi warga negara yang demokratis serta
berikut: bertanggung jawab.
1. Pengembangan akademik, standar yang Sebagai perbandingan di Amerika yang
berfokus kegiatan program bimbingan dan standar kompetensi siswa dibagi ke dalam tiga
konseling pada implementasi strategi bidang (domain) yaitu akademik, pribadi/sosial,
layanan untuk mengembangkang dan karir (ASCA, 2012:29), sedangkan Florida
kemampuan siswa dalam belajar (2010:20) mengemukakan empat bidang
2. Pengembangan karir, yaitu standar dalam pengembangan (domain) yaitu akademik, karir,
program bimbingan dan konseling untuk pribadi sosial, dan Keterlibatan dalam Komunitas
membantu siswa dalam 1) memahami dan Perkembangan Kewarganegaraan Global.
hubungan sekolah dengan dunia kerja, 2) Sedangkan Utah (Gysbers,2012:66) pengem-
merencanakan dan membuat transisi yang bangan standar kompetensinya menjadi empat
berhasil dari sekolah ke sekolah lanjutan dan bidang yaitu pengembangan akade-
atau dunia kerja dan dari pekerjaan ke mik/pembelajaran, pengembangam karir,
pekerjaan lainnya sepajang kehidupannya pengembangan Multibudaya/ warga global, dan
3. Pengembangan Sosial/Emosional, yaitu pengembangan pribadi sosial.
standar dalam program bimbingan dan Pengembangan standar kompetensi siswa
konseling dalam membantu siswa dalam di Indoesia tidak akan sama dengan negera lain.
mengatur emosi dan belajar dan mampu Untuk standar kompetensi siswa di Indonesia
mengaplikasikan ketrampilan interpersonal disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional,
Tujuan program bimbingan dan dan budaya Indonesia.
konseling komprehensif yang sistemik adalah Tugas perkembangan peserta didik/kon-
untuk mengatasi kesenjangan antara standar seli yang telah teridentifikasi sebelumnya perlu
kompetensi siswa yang akan dicapai dan dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk standar
kemampuan para siswa yang sebenarnya di kompetensi. Dalam layanan bimbingan
sekolah atau di wilayah tertentu. Untuk dankonseling, standar kompetensi tersebut
menyusun standar kompetensi siswa dimulai dikenal dengan istilah Standar Kompetensi
dengan meninjau tujuan pendidikan sekolah dan Kemandirian Peserta Didik (SKKPD). Berbagai
negara anda. Tujuan pendidikan tersebut sering aspek perkembangan yang terdapat dalam
akan mencakup isi bimbingan dan konseling SKKPD pada dasarnya dirujuk dari tugas
berfokus pada topik-topik seperti prestasi perkembangan yang akan dicapai oleh peserta
akademik, pengembangan karir, dan didik/konseli. Dengan demikian, antara tugas
pengembangan pribadi-sosial. Periksa literatur perkembangan dan aspek perkembangan yang
Bhakti.Program Bimbingan dan Konseling |135

terdapat dalam SKKPD memiliki keterkaitan dan cara bertingkah tanggung jawab
yang sangat erat. laku yang dapat sosial
Tabel berikut ini mendeskripsikan diterima dalam
keterkaitan antara tugas perkembangan dengan kehidupan sosial
SKKPD yang dikutip dari Panduan Operasional yang lebih luas
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling 6 Mencapai pola Kesadaran gender
Sekolah Menengah Atas (2016:14) sebagai hubungan yang baik
berikut dengan teman sebaya
dalam peranannya
Tabel 1. keterkaitan antara tugas perkembangan sebagai pria atau
dengan SKKPD wanita
7 Mempersiapkan diri, Pengembangan diri
No Tugas Aspek menerima dan
perkembangan Perkembangan bersikap positif serta
dalam SKKPD dinamis terhadap
1 Mencapai Landasan hidup perubahan fisik dan
perkembangan diri religius psikis yang terjadi
sebagai remaja yang pada
beriman dan diri sendiri untuk
bertakwa kepada kehidupan yang
Tuhan Yang Maha sehat
Esa 8 Memiliki Perilaku
2 Mengenal sistem Landasan perilaku kemandirian perilaku kewirausahaan
etika dan nilai-nilai etis ekonomis (kemandirian
bagi pedoman hidup perilaku ekonomis)
sebagai pribadi, 9 Mengenal Wawasan dan
anggota masyarakat, kemampuan, bakat, kesiapan karier
dan minat manusia minat, serta arah
3 Mengenal gambaran Kematangan emosi kecenderungan karier
dan mengembangkan dan apresiasi seni
sikap tentang 10 Mencapai Kematangan
kehidupan mandiri kematangan hubungan dengan
secara emosional, hubungan dengan teman sebaya
sosial, dan ekonomi teman sebaya
4 Mengembangkan Kematangan 11 Mencapai Kesiapan diri untuk
pengetahuan dan intelektual kematangan dalam menikah dan
keterampilan sesuai kesiapan diri berkeluarga
dengan menikah dan hidup
kebutuhannya untuk berkeluarga
mengikuti dan
melanjutkan
pelajaran dan/atau
mempersiapkan
karier serta berperan
dalam
kehidupan
masyarakat
5 Memantapkan nilai Kesadaran
menjadi rumusan kompetensi yang dirujuk oleh
Menurut Panduan Operasional konselor/guru bimbingan dan konseling dalam
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling mempersiapkan rancangan pelaksanaan dari
Sekolah Menengah Atas (2016:14) aspek-aspek berbagai kegiatan layanan bimbingan dan
perkembangan dalam SKKPD selanjutnya konseling. Rumusan kompetensitersebut
136 | JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa Vol. 1 No. 2 Agustus 2017

dikembangkan lebih rinci menjadi tugas-tugas tujuan, yaitu pengenalan, akomodasi, dan
perkembangan yang harus dicapai oleh peserta tindakan.
didik/konseli dalam berbagai tataran internalisasi
semua peserta didik hukumnya wajib
Program Bimbingan Konseling Komprehensif memperoleh layanan bimbingan dan konseling,
ASCA (2012:vii) Program konseling sehingga image/persepsi bahwa fokus bimbingan
sekolah yang komprehensif merupakan dan konseling hanyalah siswa yang bermasalah
komponen integral dari misi akademik sekolah saja akan hilang. Oleh karena itu dalam
program konseling sekolah komprehensif, bimbingan dan konseling komprehensif perlu
didorong oleh data siswa dan berdasarkan memperhatikan : (1) ruang lingkup menyeluruh,
standar akademik, karir dan / pembangunan (2) dirancang untuk lebiih berorientasi pada
sosial personal, mempromosikan dan pencegahan, (3) tujuannya pengembangan
meningkatkan proses pembelajaran untuk semua potensi peserta didik.
peserta didk. Dalam penyusunan program bimbingan
Program konseling sekolah yang efektif dan konseling komprehensif, harus memahami
merupakan upaya kolaboratif antara konselor desain dan cara implemantasinya. Dollarhide
sekolah, orang tua dan pendidik lainnya untuk (2011:51) menegaskan untuk menjadi
menciptakan lingkungan yang mengembangkan komprehensif, program bimbingan dan konseling
prestasi belajar siswa. Lebih lanjut menurut harus memiliki ciri sebagai berikut :
Bowers & Hatch (Fathur Rahman, 2002:7) Holistik. Program bimbingan dan
menyatakan bahwa program bimbingan dan konseling komprehensif berorientasi pada upaya
konseling sekolah tidak hanya bersifat pengembangan seluruh aspek perkembangan
komprehensif dalam ruang lingkup, namun juga siswa, tanpa terkecuali. Bidang yang
harus bersifat preventif dalam desain, dan dikembangkan adalah bidang akademik, karir,
bersifat pengembangan dalam tujuan dan pribadi-sosial.
(comprehensive in scope, preventive in design Sistematik. Untuk memfasilitasi
and developmental in nature). Pertama, bersifat perkembangan siswa yang optimal dipengaruhi
komprehensif berarti program bimbingan dan oleh sistem lingkungan. Sistematik yang
konseling harus mampu memfasilitasi capaian- dimaksud adalah seluruh aktivitas layanan
capaian perkembangan psikologis siswa dalam bimbingan tersusun secara sistematik, dimana
totalitas aspek bimbingan (pribadi-sosial, dalam prosesnya melibatkan semua elemen atau
akademik, dan karir) pihak terkait, yang signifikan dalam kehidupan
Layanan bimbingan dan konseling di siswa.
tujukan untuk seluruh siswa tanpa syarat apapun. Seimbang. Seimbang dalam perspektif
Kedua, bersifat preventif dalam disain kompehensif adalah aktivitas konselor harus
mengandung arti bahwa pada dasarnya tujuan seimbang pada layanan dasar, perencanaan
pengembangan program bimbingan dan individual, dan layanan responsif, dan dukungan
konseling di sekolah hendaknya dilakukan dalam sistem. Keseimbangan juga terdapat antara waktu
bentuk yang bersifat preventif. Upaya dan tugas utama konselor, seperti konseling,
pencegahan dan antisipasi sedini mungkin edukasi, konsultasi dan kolaborasi,
(preventive education) hendaknya menjadi kepemimpinan, koordinasi dan advokasi.
semangat utama yang terkandung dalam Proaktif. Proaktf dalam program
pelayanan dasar (guidance curriculum) yang bimbingan dan konseling komprehensif yaitu
diterapkan sekolah. Melalui cara yang preventif konselor proaktif terahadap masalah
tersebut diharapkan siswa mampu memilah kemungkinan timbul yang dapat menghambat
tindakan dan sikap yang tepat dan mendukung kesuksesan siswa melalui tindakan preventif.
pencapaian perkembangan psikologis kearah Terintegrasi dalam kurukulum sekolah.
ideal dan positif. Ketiga, bersifat pengembangan Program bimbingan dan konseling komprehensif
dalam tujuan bahwa program yang didisain bukan bagian terpisah dari kurikulum sekolah,
konselor sekolah bertujuan untuk memenuhi namun bagian dari kurikulum sekolah untuk
kebutuhan para peserta didik sesuai dengan tahap mencapai visi dan misi sekolah. Program BK
perkembangan. harus masuk dalam program sekolah, selaras
Sugiyo 2014:15) bimbingan dan dengan tujuan sekolah.
konseling komprehensif diprogramkan untuk
Bhakti.Program Bimbingan dan Konseling |137

Refleksi. Refleksi merupakan kegiatan e. Menetapkan parameter untuk alokasi


untuk menganalisa efektivitas kerja konselor dan sumber daya program.
efektifitas program bimbingan dan konseling f. Menempatkan semua keputusan secara
komprehensif. Kegiatan ini untuk mengetahui tertulis dan mendistribusikan pedoman
sejauhmana pengaruh layanan bimbingan dan pelaksanaan program kepada semua
konseling dalam kehidupan dan perkembangan konselor dan para pengelola.
siswa. 3. Penerapan (Implementating)
Schmidt (2008:90) prosedur dalam Gysbers (2012:224) beberapa rekomendasi
penyusunan program bimbingan dan konseling aktualisasi program untuk perubahan,
komprehensif adalah perencanaan (planning), pemimpin program bimbingan dan
pengorganisasian (organizing), penerapan konseling perlu mempertimbangkan
(implementating), dan evaluasi (evaluation). sumberdaya personil, sumber daya
1. Perencanaan (Planning) keuangan dan sumber daya politik program
Proses Perencanaan program bimbingan dan bimbingan dan konseling
konseling di sekolah, seharusnya dilakukan a. Sumberdaya Personil
secara terbuka, bukan hanya guru bimbingan 1) Mengimplementasikan rasio jumlah
dan konseling, namun juga melibatkan siswa : konselor yang
seluruh pihak yang memiliki peran penting direkomendasikan. Untuk standart di
dalam pengambilan kebijakan. Schmidt Indoensia rasio konselor dengan
(2008:90) pada tahap perencanaan yang siswa yaitu 1 : 150 siswa.
dilakukan adalah berfokus pada prosedur 2) Mengembangkan deskripsi tugas
kepemimpinan dan keputusan tentang konselor sekolah
schoolwide, mengadakan asesmen pada 3) Menetapkan tingkat peran dan
siswa, orang tua, dan guru, setelah itu tanggung jawab pemimpin program
merancang tujuan yang obyektif. bimbingan dan konseling.
Florida (2010:45) pada tahap merancang 4) Mengembangkan deskrisi tugas untuk
program bimbingan ada beberapa hal yang semua personil yang terlibat dalam
dilakukan adalah sebagai berikut : program bimbingan dan konseling
a. Menentukan tujuan program 5) Memperjelas hubungan dalam
b. Menentukan standar program organisasi program bimbingan dan
c. Penilaian sekolah dan kebutuhan siswa konseling.
d. Penilaian program saat ini b. Sumberdaya Keuangan
e. Identifikasi kompetensi siswa 1) Menetapkan anggaran pada setiap
f. Identifikasi kebutuhan dibandingkan bagian bimbingan
kesenjangan sumber daya 2) Mengekplorasi penggunaan sumber
g. Menentukan prioritas daya luar sekolah
2. Perancangan (Designing) 3) Mengembangkan panduan
Sebagai arahan dalam penyusunan program sumberdaya komponen program
bimbingan dan konseling komprehensif bimbingan dan konseling.
Gysbres (2012:140) ada enam tahap 4) Menetapkan fasilitas standar
mewujudkan desain program BK sebagai bimbingan.
berikut : c. Sumberdaya Politik
a. Menentukan struktur program dasar dari 1) Memperbaharui kebijakan dan
program yang akan disusun, termasuk prosedur yang ada
menyusun struktur komponen dan 2) Memunculkan dukungan dari
menentukan komponen program. tingkatan konselor, pengelola dam
b. Merancang kompetensi siswa berdasarkan guru
isi wilayah dan tingkat sekolah. 3) Bekerja dengan resistan terhadap staff
c. Menegasan kembali dukungan kebijakan pendukung
pengembangan program bimbingan dan 4) Bekerja dengan unsur penting yaitu
konseling. orang tua bersngkutansan,
d. Menetapkan prioritas pada program 4. Evaluasi (Evaluation)
delivery Setelah pada tahap perencanaan dan
perancangan program selesai, selanjtnya
138 | JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa Vol. 1 No. 2 Agustus 2017

melangkah pada tahap implementasi (3) Layanan Responsif, dan (4) Dukungan
program, maka tahap selanjutnya adalah sistem.
evaluasi. Gysbers (2012:353) 6. Bidang Layanan Bimbingan dan Konseling
mendefinisikan evaluasi adalah kegiatan Bidang layanan bimbingan dan konseling
mengumpulkan dan menganalisis tentang meliputi pribadi, sosial, belajar dan karir.
program atau intervensi dengan cara tertib Materi layanan bimbingan klasikal disajikan
untuk membuat keputusan. secara proporsional sesuai dengan hasil
Pengembangan program bimbingan dan asesmen kebutuhan 4 (empat) bidang
konseling komprehensif perlu dirancang secara layanan.
jelas. Maka perlu disusun petunjuk dalam 7. Pengembangan Tema/Topik
penyusunan program bimbingan dan konseling Tema/topik ini merupakan rincian lanjut
komprehensif. Pedoman ini berisi tentang dari identifikasi diskripsi kebutuhan peserta
bagaimana mengembangkan program bimbingan didik dalam aspek perkembangan pribadi,
dan konseling komprehensif. Berikut adalah sosial, belajar dan karir.
struktur pengembangan program bimbingan dan 8. Pengembangan Rencana Pelaksanaan
konseling komprehensif yang telah Layanan Bimbingan dan Konseling
dikembangkan oleh ASCA yang telah dijelaskan (RPLBK).
pula dalam Lampiran Permendikbud Nomor 111 RPLBK dikembangkan sesuai dengan
Tahun 2014. tema/topikdan sistematika yang diatur
1. Rasional dalam panduan penyelenggaraan layanan
Perlu dirumuskan dasar pemikiran tentang bimbingan dan konseling pada satuan
urgensi bimbingan dan konseling dalam pendidikan.
keseluruhan program satuan pendidikan. 9. Evaluasi, Pelaporan dan Tindak Lanjut
Rumusan konsep dasar kaitan antara Rencana evaluasiperkembangan peserta
bimbingan dan konseling dengan didik/konseli didasarkan pada rumusan
pembelajaran/implementasi kurikulum, tujuan yang ingin dicapai dari layanan yang
dampak perkembangan iptek dan konteks dilakukan. Di samping itu, perlu dilakukan
sosial budaya hidup masyarakat (termasuk evaluasi keterlaksanaan program, dan
peserta didik), dan halhal lain yang hasilnya sebagai bentuk akuntabilitas
dianggap relevan. layanan bimbingan dan konseling. Hasil
2. Visi dan Misi eveluasi harus dilaporkan dan diakhiri
Sjian visi dan misi bimbingan dan konseling dengan rekomendasi tentang tindak lanjut
harus sesuai dengan visi dan misi pengembangan program selanjutnya.
sekolah/madrasah, oleh karena itu sajikan 10. Anggaran Biaya
visi dan misi sekolah/madrasah kemudian Rencana anggaran biaya untuk mendukung
rumuskan visi dan misi program layanan implementasi program layanan bimbingan
bimbingan dan konseling. dan konseling disusun secara realistik dan
3. Deskripsi Kebutuhan dapat dipertanggungjawabkan secara
Rumusan didasarkan atas hasil asesmen transparan. Rancangan biaya dapat memuat
kebutuhan (need assessment) peserta kebutuhan biaya operasional layanan
didik/konseli dan lingkungannya ke dalam bimbingan dan konseling dan
rumusan perilaku-perilaku yang diharapkan pengembangan profesi bimbingan dan
dikuasai peserta didik/konseli. konseling.
4. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling 11. Rencana Operasional (Action Plan)
Rumusan tujuan yang akan dicapai disusun Rencana kegiatan (action plans) diperlukan
dalam bentuk perilaku yang harus dikuasai untuk menjamin program bimbingan dan
peserta didik/ konseli setelah memperoleh konseling dapat dilaksanakan secara efektif
layanan bimbingan dan konseling. dan efesien. Rencana kegiatan adalah uraian
5. Komponen Program Bimbingan dan detil dari program yang menggambarkan
Konseling struktur isi program, baik kegiatan untuk
Komponen program bimbingan dan memfasilitasi peserta didik/konseli
konseling di satuan pendidikan meliputi: (1) mencapai kemandirian dalam kehidupannya.
Layanan Dasar, (2) Layanan Peminatanan
peserta didik dan Perencanaan Individual
Bhakti.Program Bimbingan dan Konseling |139

IMPLIKASI BAGI GURU BK/KONSELOR tua untuk mendapatkan layanan yang dibutuhkan
untuk anak-anak mereka melalui proses rujukan
Implementasi program bimbingan dan dan follow-up dan berfungsi sebagai penghubung
konseling diperlukan penguasaan konsep yang antara sekolah dan organisasi masyarakat
utuh dan keterampilan yang mumpuni. Menurut sehingga mereka dapat bekerja sama untuk
Galassi untuk menerapkan program bimbingan membantu siswa (ASCA, 2013: 2).
dan konseling komprehensif yang benar-benar Aktivitas melakukan kolaborasi konselor
konsisten dengan teori perkembangan memerlukan pengetahuan dan ketrampilan untuk
membutuhkan konselor yang betul-betul terlatih menunjang keterlaskanaan kolaborasi intern
dan menguasai teori perkembangan (Fajar maupun ekstern. Dettmer, Dyck & Thurston
Santohadi, 2010:32). Selain penguatan pada sisi dalam Hidayat (2013) menawarkan sudut
pengetahuan, guru bimbingan dan konseling pandang lain dengan mengajukan pendekatan
perlu dibekali seperangkat pelatihan yang konsultan sekolah kolaboratif (collaborative
mendalam dalam mengimplementasikan program school consultant) yang memerlukan
bimbingan dan konseling komprehensif. Hail keterampilan komunikasi fasilitatif konselor,
sejalan dengan hasil penelitian Burkard, A., hubungan kooperatif dengan personel sekolah,
Gillen, M., Martinez, M., & Skytte, S. (2012) dan koordinasi layanan yang diperlukan.
bahwa pelatihan praktik program bimbingan dan
konseling komprehenisf efektif dalam Kegiatan utama konselor adalah
meningkatkan implementasi program bimbingan koordinasi, konsultasi dan konseling. Koordinasi
dan konseling di sekolah menengah atas di adalah bentuk pelayanan tidak langsung kepada
Winconsin, Ammerika siswa. Koordinasi adalah kegiatan prosedural
organisasi dalam membantu konselor memahami
Pada aspek keterampilan, yaitu guru maksud dan tujuan kegiatan yang dilakukan dan
bimbingan dan konseling/ konselor sebagai untuk menghindari tumpang tindih kecuali jika
koordinator program bimbingan dan konseling. mereka (konselor) dengan sengaja merencanakan
Proses pengembangan program bimbingan dan beberapa kegiatan. Kegiatan koordinasi
konseling memerlukan rencana yang dirancang mencakup semua area kegiatan seperti
dengan hati-hati dan hati-hati yang didasarkan penjadwalan layanan, pemberian layanan,
pada kebutuhan dan lingkungan peserta didik. evaluasi, dan kegiatan terkait dalam program
(Gysbers, 2012 : 63). Program bimbingan dan bimbingan dan konseling. (Myrick, 2011: 374)
konseling merupakan bagian integral dari tujuan
pendidikan sekolah dan negara. Untuk Ketrampilan selanjutnya adalah kepemimpinan
memastikan bahwa program bimbingan dan Kepemimpinan adalah keterampilan penting bagi
konseling dioptimalkan dan sesuai dengan tujuan konselor sekolah saat mereka mengembangkan
sekolah, sangat penting bagi konselor sekolah dan mengelola program konseling sekolah yang
untuk berperan aktif sebagai koordinator komprehensif. Karena tema advokasi, kolaborasi
program bimbingan dan konseling. dan perubahan sistemik lainnya memerlukan
Koordinasi sebagai intervensi konselor kepemimpinan sampai tingkat tertentu,
adalah proses manajemen bimbingan tidak kepemimpinan mungkin menjadi dasar dari
langsung yang diberikan kepada masing-masing keterampilan penting lainnya yang diperlukan
pembelajar yang berbeda yang mencakup untuk pelaksanaan program (Mason &
kegiatan umum dan khusus. Kegiatan koordinasi McMahon, dikutip ASCA 2013).
meliputi pengumpulan data dan informasi, Dahir and Stone, (2012:173).
pengalokasian bahan dan sumber daya, persiapan Kepemimpinan untuk konselor sekolah
dan pengorganisasian pertemuan, pengembangan sepenuhnya berpartisipasi sebagai bagian integral
dan operasi, pengawasan dan pemantauan dari misi dan fungsi sekolah, mendukung setiap
lainnya, dan pemberian kepemimpinan yang siswa untuk menjadi pelajar yang sukses, dan
efektif. (Myrick, 2011: 369). memungkinkan keberhasilan siswa.
Koordinasi adalah proses kepemimpinan Kepemimpinan untuk konselor sekolah
seorang penasihat pada konselor lain dalam memerlukan penggabungan dengan pendidik lain
membantu mengatur, mengelola, dan dan komunitas sekolah yang lebih besar untuk
mengevaluasi program bimbingan dan konseling secara positif mempengaruhi kesempatan siswa
di sekolah. Seorang konselor membantu orang harus menjadi pelajar yang sukses dan untuk
140 | JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa Vol. 1 No. 2 Agustus 2017

mencapai standar yang tinggi. Kepemimpinan sedang meletakkan dasar untuk manajemen
berarti memasuki kemitraan untuk menunjukkan waktu yang baik. Bliss (dalam Cobia dan
komitmen untuk membantu kepala sekolah dan Henderson,2003), menyarankan membagi tujuan
pemangku kepentingan internal dan eksternal ke tingkat prioritas berjenjang. Prioritas A-level
lainnya memberikan tugas yang sangat penting yang penting dan mendesak (misalnya, siswa
untuk mendukung pembelajaran siswa dalam krisis). Prioritas B-tingkat yang penting
tapi tidak mendesak (misalnya, sebuah program
DeRoche (dikutip Dollarhide dan Saginak, 2011) yang direncanakan selama beberapa bulan lagi).
mencantumkan hal berikut, yang telah kami Prioritas C-tingkat yang mendesak tetapi tidak
adaptasikan yaitu peran pemimpin program penting.
bimbingan dan konseling sekolah yang Menurut ASCA (2012:43) memberikan
komprehensif: rekemondasikan bahwa konselor sekolah
1. Visioner untuk arah masa depan untuk mengalokasikan waktu layanan minimal 80%
program, sekolah, dan peserta didik atau lebih pada komponen layanan direktif
2. Perancang dan penulis pernyataan misi (layanan dasar, layanan responsif, dan layanan
untuk program bimbingan dan konseling di perencanaan individual) pada siswa. Sedang
sekolah sisanya waktu 20% untuk aktivitas manajemen
3. Pengembangan konsensus untuk program dan dukungan sistem.
kepentingan program konseling sekolah,
ranah perkembangan, dan nilai dan isi SIMPULAN DAN SARAN
kurikulum perkembangan.
4. Penyedia informasi tentang program, Program Bimbingan dan konseling
sekolah, masalah perkembangan keluarga komprehensif didasarkan pada upaya pencapaian
siswa, dan inovasi yang menarik bidang tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan
pendidikan, bimbingan, dan konseling pengentasan masalah-masalah konseli. Tugas-
5. Pembawa standar untuk kualitas program tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar
konseling sekolah yang komprehensif, kompetensi yang harus dicapai konseli, sehingga
termasuk metode untuk membimbing dan pendekatan ini disebut juga bimbingan dan
menilai efektifitas pelaksanaan, konseling berbasis standar. Standar kompetensi
pemeliharaan dan evaluasi siswa mengacu pada Standar Kompetens
6. Perencana implementasi untuk program Kemandirian Peserta Didik (SKKPD) yang
bimbingan dan konseling terbagi dalam 11 aspek perkembangan.
7. Model peran untuk nilai dan pembelajaran Ketercapaian setiap aspek aspek perkembangan
kurikulum perkembangan bukan pada lingkup aspeknya namun pada
8. Pemandu risiko dan advokat untuk kualitas pencapaiannya.
pengembangan semua siswa Keberhasilan implementasi Program
9. Komunikator, berjalan program dilakukan bimbingan dan konseling komprehensif yaitu
komunikasi efektif dengan semua mitra terpenuhinya enam ciri yaitu holistik, sistematik,
yang terlibat seimbang, proaktif, integrasi dalam kurukulum
10. Kolaborator dalam upaya menerapkan sekolah, dan refleksi. Prosedur dalam
program bimbingan dan konseling konseling penyusunan program bimbingan dan konseling
yang komprehensif komprehensif adalah perencanaan (planning),
11. Penyedia sumber daya, yang mungkin pengorganisasian (organizing), penerapan
berbentuk bahan atau gagasan untuk (implementating), dan evaluasi (evaluation).
mengintegrasikan kurikulum perkembangan Implementasi program bimbingan dan
ke kelas. konseling didukung oleh ketersediaan sumber
Keterampilan penting guru bimbingan dan daya manusia yang terampil. Guru bimbingan
konseling adalah manajemen waktu pelaksanaan dan konseling/konselor diharapkan seperangkat
layanan bimbingan dan konseling. Menurut pengetahuan dan ketrampilan yang mendukung
Silver (dalam Cobia dan Henderson,2003), keterlaksanaan program. Pengetahuan yang utuh
manajemen waktu adalah penting untuk tentang teori perkembangan. Ketrampilan yang
organisasi yang baik. Konselor sekolah yang dimiliki konselor adalah melakukan koordinasi
sudah mapan dan tujuan program prioritas dengan berbagai pihak dalam melaksanakan
program bimbingan dan konseling. Konselor
Bhakti.Program Bimbingan dan Konseling |141

memiliki kepemimpinan yang kokoh dalam Pendidikan dan Latihan Profesi Guru
menjalankan program bimbingan. Menurut Rayon 111 Universitas Negeri
ASCA (2012:43) memberikan rekemondasikan Yogyakarta.
bahwa konselor sekolah mengalokasikan waktu Gysbers, N.C. & Henderson P. (2012).
layanan minimal 80% atau lebih pada komponen Developing and Managing Your School
layanan direktif (layanan dasar, layanan Guidance and Counseling Program Fifth
responsif, dan layanan perencanaan individual) Edition. Alexandria : American
pada siswa. Sedang sisanya waktu 20% untuk Counseling Assosiation.
aktivitas manajemen program dan dukungan
sistem Hasan, S. U. N., & Bhakti, C. P. (2016).
Guidance and Counselling: A Comparison
DAFTAR RUJUKAN between Indonesia and
Malaysia. Scientific Journal of PPI-
American School Counselor Association. UKM, 3(6), 267-271.
(2012). ASCA national model: A Hidayat, D. R. (2013). Bimbingan Konseling:
framework for school counseling Kesehatan Mental Di sekolah. Bandung:
programs. American School Counselor Remaja Rosda Karya.
Association. Kumara, A.R.2015. Pemahaman Guru
Burkard, A., Gillen, M., Martinez, M., & Skytte, Bimbingan dan Konseling Terhadap
S. (2012). Implementation challenges and Program Bimbingan dan Konseling
training needs for comprehensive school Komprehensif di SMK Negeri se-
counseling programs in Wisconsin high Kabupaten Bantul.Jurnal Komprehensif.,
schools. Professional School 2(1). 12-18
Counseling, 16(2), 136-145. Martin,I., Carey.J., & DeCoster,K. A National
Bhakti, C. P., Kumara, A. R., & Safitri, N. E. Study of The Current Status of State
(2017). Pemahaman guru bimbingan dan School Counseling Models.
konseling tingkat SMP tentang bimbingan Myrick, Robert D. 2011. Developmental
dan konseling komprehensif. Counsellia: Guidance and Counseling : A Practical
Jurnal Bimbingan dan Konseling, 7(1), 11- Approach Fifth edition. Minneapolis :
19. Educational Media Corporation.
Cobia, D. C., & Henderson, D. A. No, P. 111. 2014. Bimbingan dan Konseling di
(2003). Handbook of school counseling. Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Prentice Hall. Menengah.
Dahir, C. A., & Stone, C. B. (2012). The Permendiknas No.27 Tahun 2008 tentang
transformed school counselor. Standar Kualifikasi Akademik dan
Brooks/Cole, Cengage Learning. Kompetensi Konselor
Daryono.2015. Model Program Bimbingan dan Riskiyah, R. (2017). Implementasi Permen
Konseling Komprehensif di SMA. Tesis. Dikbud No 111 Tahun 2014 Dan
Universitas Negeri Yogyakarta: tidak Implikasinya Terhadap Kompetensi Dan
diterbitkan. Uraian Tugas Guru Bimbingan &
Depdiknas. 2008. Penataan Pendidikan Konseling. Jurnal Pendidikan (Teori dan
Profesional Konselor dan Layanan Praktik), 2(1).
Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Schmidt, John J. 2008. Counseling in Schools :
Pendidikan Formal. Jakarta : Depdiknas. Comprehensive Programs of Responsive
Dollarhide.2011. Comprehensive School Service for All Student. Boston : Pearson.
Counseling Programs: K-12 Delivery Sugiyo.2014. Manajemen Bimbingan dan
Systems in Action (2nd Edition). Pearson Konseling di Sekolah. Widya Karya :
Fajar Santohadi.2010. Manajemen Binbingan Semarang
dan Konseling Komprehensif. USD Press : Sunaryo Kartadinata.2011. Menguak Tabir
Yogyakarta Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya
Fathur Rahman.2012. Manajemen dan Pedagogis. Bandung : UPI Press
Pengembangan Program Bimbingan Uman Suherman. 2011. Pembangun Karakter
Konseling. Yogyakarta : Modul dan Budaya Bangsa Melalui Bimbingan
Komprehensif Berbasis Nilai Alquran
142 | JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa Vol. 1 No. 2 Agustus 2017

(Tinjauan Filosofis tentang Hakikat dan


Peran Manusia). Pidato Pengukuhan
Jabatan Guru Besar. Bandung : UPI
Young, A., & Kaffenberger, C. (2011). The
beliefs and practices of school counselors
who use data to implement comprehensive
school counseling programs. Professional
School Counseling, 15(2), 67-76.
Wilkerson, K., Pérusse, R., & Hughes, A. (2013).
Comprehensive school counseling
programs and student achievement
outcomes: A comparative analysis of
RAMP versus non-RAMP
schools. Professional School
Counseling, 16(3), 172-184.

Anda mungkin juga menyukai