NIM : 841191007
Resume tentang Anticipatory Guidance dan Toilet Training
A. Anticipatory Guidance
1. Pengertian
Anticipatory Guidance merupakan petunjuk-petunjuk yang
perlu diketahui terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan
dan membimbing anaknya secara bijaksana, sehingga anak dapat
bertumbuh dan berkembang secara normal. Pemberian bimbingan
kepada orang tua untuk mengantisipasi hal-hal yang terjadi pada
setiap tingkat pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Memberitahukan/upaya bimbingan kepada orang tua
tentang tahapan perkembangan sehingga orang tua sadar akan apa
yang terjadi dan dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan usia
anak.
2. Tahapan Usia Anticipatory guidance
a. Anticipatory Guidance Pada Masa Bayi (0-12 Bulan)
a) Usia 6 (enam) bulan pertama
1) Memahami adanya proses penyesuaian
antara orang tua dengan bayinya, terutama
pada ibu yang membutuhkan
bimbingan/asuhan pada masa setelah
melahirkan.
2) Membantu orang tua untuk memahami
bayinya sebagai individu yang mempunyai
kebutuhan dan untuk memahami bagaimana
bayi mengekspresikan apa yang diinginkan
melalui tangisan.
3) Menentramkan orang tua bahwa bayinya
tidak akan menjadi manja dengan adanya
perhatian yang penuh selama 4-6 bulan
pertama.
4) Menganjurkan orang tua untuk membuat
jadwal kebutuhan bayi dan orang tuanya.
5) Membantu orang tua untuk memahami
kebutuhan bayi terhadap stimulasi
lingkungan.
6) Menyokong kesenangan orang tua dalam
melihat petumbuhan dan perkembangan
bayinya, yaitu dengan bersahabat dan
mengamati respon social anak misalnya
dengan tertawa/tersenyum.
7) Menyiapkan orang tua untuk memenuhi
kebutuhan rasa aman dan kesehatan bagi
bayi misalnya imunisasi.
8) Menyiapkan orang tua untuk mengenalkan
dan memberikan makanan padat.
b) Usia 6 (enam) bulan kedua
1) Menyiapkan orang tua akan danya ketakutan
bayi terhadap orang yang belum dikenal
(stranger anxiety).
2) Menganjurkan orang tua untuk mengizinkan
anaknya dekat dengan ayah dan ibunya serta
menghindarkan perpisahan yang terlalu lama
dengan anak tersebut.
3) Membimbing orang tua untuk mengetahui
disiplin sehubungan dengan semakin
meningkatnya mobilitas (pergerakan si
bayi).
4) Menganjurkan untuk mengguanakan suara
yang negative dan kontak mata daripada
hukuman badan sebagai suatu disiplin.
Apabila tidak berhasil, gunakan 1 pukulan
pada kaki atau tangannya.
5) Menganjurkan orang tua untuk memberikan
lebih banyak perhatian ketika bayinya
berkelakuan baik dari pada ketika ia
menangis.
6) Mengajrkan mengenai pencegahan
kecelakaan karena ketrampilan motorik dan
rasa ingin tahu bayi meningkat.
7) Menganjurkan orang tua untuk
meninggalkan bayinya beberapa saat dengan
pengganti ibu yang menyusui.
8) Mendiskusikan mengenai kesiapan untuk
penyapihan.
9) Menggali perasaan ornag tua sehubungan
dengan pola tidur bayinya.
b. Anticipatory Guidance Pada Masa Toddler (1-3 Tahun)
a) Usia 12-18 bulan
1) Menyiapkan orang tua untuk antisipasi
adanya perubahan tingkah laku dari toodler
terutama negativism.
2) Mengkaji kebiasaan makan dan secara
bertahap penyapihan dari botol serta
peningkatan asupan makanan padat.
3) Menyediakan makanan selingan antara 2
waktu makan dengan rasa yang disukai.
4) Mengkaji pola tidur malam, kebiasaan
memakai botol yang merupakan penyebab
utama gigi berlubang.
5) Mencegah bahaya yang dapat terjadi di
rumah.
6) Perlu ketentuan-ketentuan/disiplin dengan
lembut untuk meminimalkan negativism,
tempertantrum serta penekanan akan
kebutuhan yang positif dan disiplin yang
sesuai.
7) Perlunya mainan yang dapat meningkatkan
berbagai aspek perkembangan anak.
b) Usia 18-24 bulan
1) Menekankan pentingnya persahabatan dalam
bermain.
2) Menggali kebutuhan untuk menyiapkan
kehadiran adik baru.
3) Menekankan kebutuhan akan pengawasan
terhadap kesehatan gigi dan kebiasaan-
kebiasaan pencetus gigi berlubang.
4) Mendiskusikan metode disiplin yang ada.
5) Mendiskusikan kesiapan psikis dan fisik
anak untuk toilet training.
6) Mendiskusikan berkembangnya rasa takut
anak.
7) Menyiapkan orang tua akan adanya tanda
regresi pada waktu mengalami stress.
8) Mengkaji kemampuan anak untuk berpisah
dengan orang tua.
9) Memberi kesempatan orang tua untuk
mengekspresikan kelelahan, frustasi dan
kejengkelan dalam merawat anak usia
toodler.
c. Toilet Training
Proses toilet training ada beberapa hal yang perlu
dilakukan, yaitu :
a) Membuat jadwal untuk anak
Orang tua bisa menyusun jadwal dengan
mudah ketika orang tua tahu dengan tepat kapan
anaknya bisa buang air besar (BAB) atau buang air
kecil (BAK). Orang tua bisa memilih waktu selama
4 kali dalam sehari untuk melatih anak yaitu pagi,
siang, sore, dan malam bila orang tua tidak
mengetahui jadwal yang pasti BAK atau BAB pada
anak.
b) Melatih anak untuk duduk di pispotnya
Orang tua sebaiknya tidak memupuk impian
bahwa anak akan segera menguasai dan terbiasa
untuk duduk di pispot dan buang air disitu.
Awalnya anak akan dibiasakan dulu duduk di
pispotnya dan ceritakan padanya bahwa pispot itu
digunakan sebagai tempat membuang kotoran.
Orang tua bisa memulai memberikan rewardnya
ketika anak bisa duduk dipispotnya selama 2 - 3
menit. Misalnya ketika anak bisa menggunakan
pispotnya untuk BAK maka reward yang diberikan
orang tua harus lebih bermakna dari pada yang
sebelumnya.
c) Orang tua menyesuaikan jadwal yang dibuat dengan
kemajuan yang diperlihatkan oleh anak
Misalnya hari ini pukul 09.00 pagi anak
buang air kecil (BAK) di popoknya, maka esok
harinya orang tua sebaiknya membawa anak ke
pispotnya pada pukul 08.30 atau bila orang tua
melihat bahwa beberapa jam setelah buang air kecil
(BAK) yang terakhir anak tetap kering, bawalah dia
ke pispot untuk buang air kecil (BAK). Hal yang
terpenting adalah orang tua harus menjadi pihak
yang pro aktif membawa anak ke pispotnya jangan
terlalu berharap anak akan langsung mengatakan
pada orang tua ketika dia ingin buang air besar
(BAB) atau buang air kecil (BAK).
d) Buatlah bagan anak supaya dia bisa melihat sejauh
mana kemajuan yang bisa dicapainya dengan stiker
lucu dan warna-warni, orang tua bisa meminta
anaknya untuk menempelkan stiker tersebut di
bagan itu. Anak akan tahu sudah banyak kemajuan
yang dia buat dan orang tua bisa mengatakan
padanya orang tua bangga dengan usaha yang
dilakukan anak (Dr Sears, 2006).
Berdasarkan uraian tentang tahapan melatih toilet training
dapat disimpulkan bahwa orang tua selayaknya melihat kesiapan
anak untuk toilet training terlebih dahulu kemudian mendiskusikan
tentang toilet training dengan anak agar anak tidak merasa terpaksa
melakukannya. Membiasakan anak menggunakan toilet untuk
buang air, ini agar anak beradaptasi terlebih dahulu dan orang tua
dapat memperlihatkan penggunaan toilet untuk menarik perhatian
anak terhadap toilet.Meminta pada anak untuk memberitahukan
bahasa tubuhnya apabila anak ingin buang air, bila anak berhasil
melakukan buang air dengan benar berikan pujian pada anak.
3. Keuntungan Dilakukan Toilet Training
Toilet Training juga dapat menjadi awal terbentuknya
kemandirian anak secara nyata sebab anak sudah bisa untuk
melakukan hal-hal yang kecil seperti buang air kecil dan buang air
besar
Toilet Training bermanfaat pada anak sebab anak dapat
mengetahui bagian-bagian tubuh serta fungsinya (anatomi)
tubuhnya. Dalam proses toilet training terjadi pergantian implus
atau rangsangan dan instink anak dalam melakukan buang air kecil
dan buang air besar.
4. Faktor – Faktor Toilet Training
a. Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Toilet Training
a) Minat
Suatu minat telah diterangkan sebagai
sesuatu dengan apa anak mengidentifikasi
kebenaran pribadinya. Minat tumbuh dari tiga jenis
pengalaman belajar. Pertama, ketika anak-anak
menemukan sesuatu yang menarik perhatian
mereka.Kedua, mereka belajar melalui identifikasi
dengan orang yang dicintai atau di kagumi.Ketiga,
mungkin berkembang melalui bimbingan dan
pengarahan seseorang yang mahir menilai
kemampuan anak. Perkembangan kemampuan
intelektual memungkinkan anak menangkap
perubahan-peubahan pada tubuhnya sendiri dan
perbedaan antara tubunya dengan tubuh temannya
sebaya dengan orang dewasa, sehingga dengan
adanya bimbingan atau pengarahan dari orang tua
sangatlah mungkin seorang anak dapat melakukan
toilet training sesuai apa yang diharapkan.
b) Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber
pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan
cara mengulang kembali pengalaman yang telah
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi pada masa lalu.
c) Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan
perkembangan perilaku individu baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosio-psikologis termasuk
di dalamnya adalah belajar.
b. Faktor Yang Mendukung Toilet Training
a) Kesiapan Fisik
1) Usia telah mencapai 18-24 bulan.
2) Dapat jongkok kurang dari 2 jam.
3) Mempunyai kemampuan motorik kasar
seperti duduk dan berjalan.
4) Mempunyai kemampuan motorik halus
seperti membuka celana dan pakaian.
b) Kesiapan Mental
1) Mengenal rasa ingin berkemih dan devekasi.
2) Komunikasi secara verbal dan nonverbal
jika merasa ingin berkemih.
3) Keterampilan kognitif untuk mengikuti
perintah dan meniru perilaku orang lain.
c) Kesiapan Psikologis
1) Dapat jongkok dan berdiri ditoilet selama 5-
10 menit tanpa berdiri dulu.
2) Mempunyai rasa ingin tahu dan penasarsan
terhadap kebiasaan orang dewasa dalam
BAK dan BAB.
3) Merasa tidak betah dengan kondisi basah
dan adanya benda padat dicelana dan ingin
segera diganti.
d) Kesiapan Anak
1) Mengenal tingkat kesiapan anak untuk
berkemih dan devekasi.
2) Ada keinginan untuk meluangkan waktu
untuk latihan berkemih dan devekasi pada
anaknya.
3) Tidak mengalami koflik tertentu atau stress
keluarga yang berarti (Perceraian).
5. Cara – Cara Melakukan Toilet Training
a. Teknik Lisan
Usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan
intruksi pada anak dengan kata-kata sebelum dan sesudah
buang air kecil dan buang air besar. Cara ini bener
dilakukan oleh orang tua dan mempunyai nilai yang cukup
besar dalam memberikan rangsangan untuk buang air kecil
dan buang air besar. Dimana kesiapan psikologis anak akan
semakin matnag sehingga anak mampu melakukan buang
air kecil dan buang air besar.
b. Teknik Modeling
Usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang
air kecil dan buang air besar dengan cara memberikan
contoh dan anak menirukannya. Cara ini juga dapat
dilakukan dengan membiasakan anak uang bair kecil dan
buang air besar dengan cara mengajaknya ke toilet dan
memberikan pispot dalam keadaan yang aman. Namun
dalam memberikan contoh orang tua harus melakukannya
secara benar dan mengobservasi waktu memberikan contoh
toilet training dan memberikan pujian saat anak berhasil
dan tidak memarahi saat anak gagal dalam melakukan toilet
training.
C. Daftar Pustaka
Wong L, Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Anak Ed 6 Vol I. Jakarta:
EGC
Hidayat. 2010. Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta:Erlanggga
Apriyani. (2012). Petunjuk Antisipasi (Anticipatory Guidance) dan Toilet
Training Pada Anak.