Anda di halaman 1dari 4

Nama : Bima Prasetya Nugraha

Kelas : Pendidikan Kimia A 2019


NIM : 19303241023

Stalaktit dan Stalagmit

Endapan gua atau Speleothems merupakan endapan yang terbentuk dari tetesan atau
rembesan air tanah dari batuan induk atau host-rock, dimana air tersebut masuk ke dalam gua
melalui atap atau dinding gua. Bentuk utama endapan gua terdiri dari tiga macam yaitu (1)
Stalaktit, endapan yang tumbuh dari atap gua ke bawah berbentuk kerucut, (2) stalagmit,
endapan yang tumbuh dari lantai gua atau batuan dasar ke atas berbentuk kerucut, dan (3)
flowstone, endapan yang tumbuh karena aliran halus air atau rembesan air pada dinding gua
maupun pada lantai gua (Yunginger, 2010).

Stalaktit dan Stalagmit dalam Pandangan Kesetimbangan Kimia

Stalaktit terbentuk dari pengendapan kalsium karbonat dan mineral lainnya yang
terendapkan pada larutan air mineral. Batu kapur adalah batuan kalsium karbonat yang
dilarutkan oleh air yang mengandung karbon dioksida sehingga membentuk larutan kalsium
bikarbonat sehingga membentuk reaksi:

Reaksi tersebut adalah reaksi kesetimbangan dimana air yang mengandung senyawa
CO2 akan melarutkan karbonat menjadi kalsium dan bikarbonat. Pembentukan pilar stalagmit
dan stalaktit terjadi saat air yang mengandung kalsium karbonat menguap secara terus-
menerus atau jumlah CaCO3 berkurang.  Menurut prinsip Le Chatelier, apabila konsentrasi
suatu zat berkurang, maka reaksi akan bergeser kearah zat yang berkurang. Larutan ini
mengalir melalui bebatuan sampai mencapai sebuah tepi dan jika tepi berada di atap goa,
maka akan menetes ke bawah. Ketika larutan mengalami kontak dengan udara, terjadi reaksi
kimia terbalik dari sebelumnya dan partikel kalsium karbonat tersimpan sebagai endapan.

Hasil dari mekanisme di atas adalah stalaktit yang memiliki lobang di dalamnya atau
dapat menyebabkan bekas lobang dibagian tengahnya. Banyaknya corak stalaktit disebabkan
oleh terhambatnya saluran dan akibat variasi musim.
Gambar mekanisme pembentukan stalaktit dan stalagmit adalah sebagai berikut
(Satrio et al., 2012):

Pengaruh Iklim dan Pemanasan Global terhadap Pembentukan Stalagmit dan Stalaktit

Secara umum iklim didefinisikan sebagai keragaman keadaan fisik atmosfer. Sistem
iklim dalam hubungannya dengan perubahan iklim menurut United Nation Framework
Convention on Climate Change adalah totalitas atmosfer, hidrosfer, biosfer dan geosfer
dengan interaksinya. Iklim berkaitan dengan atmosfer dalam jangka waktu panjang dan
meliputi wilayah yang luas (Trewartha dan Horn, 1995).

Proses pembentukan
stalaktit/stalagmit sangat
dipengaruhi oleh beberapa
faktor terutama kondisi
atmosfer atau iklim. Faktor-
faktor yang mempengaruhi
dalam proses pembentukan
stalagmit dan stalaktit
digambarkan melalui
diagram disamping:
Menurut Gently dan Quinif (1996), ketebalan lapisan stalagmit berkorelasi dengan
besarnya curah hujan. Sedangkan menurut Latham et al. (1989), perubahan warna
speleothems disebabkan oleh banjir pembawa detritus mineral magnetik dan kotoran lain. Hal
ini menunjukkan bahwa mineral magnetik meningkat sehingga dapat diasumsikan bahwa
warna yang lebih gelap pada lapisan stalagmit terendapkan pada kondisi iklim lebih basah
dan sebaliknya warna terang terendapkan dalam kondisi iklim yang lebih kering.

Berdasarkan pemamaparan diatas, dapat diketahui bahwa pembentukan stalagmit dan


stalaktit sangat bergantung pada iklim kususnya pada besarnya curah hujan dan kadar air
disekitar gua. Selain itu, pembentukan stalagmit dan stalagtit juga bergantung pada
kandungan karbon dioksida di sekitar gua, baik di udara, tanah maupun yang terkandung di
dalam rembesan air. Jika diperhatikan lebih dalam, semua hal yang mempengaruhi
pembentukan stalagmit dan stalagtit selaras dengan dampak dari pemanasan global dimana
pemanasan global dapat memperbanyak curah hujan seperti penelitian terbaru dari
Massachusetts Institute of Technology (MIT) menemukan, jika suhu bumi naik 1 derajat
Celsius, hujan ekstrem di wilayah tropis akan bertambah lebat hingga 10%. Selain itu,
pemanasan global juga meningkatkan kadar CO2 di atmofer.

Dengan adanya pemanasan global dan dengan dampaknya yang justru memperkaya
komponen atau zat yang diperlukan untuk membentuk stalagmit dan stalagtit, maka dapat
disimpulkan bahwa pemanasan global dapat mempercepat pembentukan stalagmit dan
stalaktit.
Daftar Pustaka

Genty, D., and Quinif, Y., 1996, Annualy Laminated Seguences in the Internal Structure of
Some Belgian Stalagmites-Important for Paleoclimatology, Journal of Sedimentary
Research 66, 275-288.

Latham, A.G., Schwarcz, H.P & Ford, D.C., 1986, The Paleomagnetism and U-Th Dating of
Mexican Stalagmit, DAS2, Earth Planetary Science Leter 79, 195-207.

Latham, A.G., Ford, D.C. & Schwarcz, H.P., 1989, Secular Variation from Mexican
Stalagmite : Their Potential and Problems, Physics Eart Planetary Interiors 56, 34-48.

Satrio, Sidauruk, P., & Pratikno, B. (2012). Studi Iklim dan Vegetasi Menggunakan
Pengukuran Isotop Alam Stalaktit Goa Seropan, Gunung Kidul-Yogyakarta. Jurnal
Ilmiah Aplikasi Isotop Dan Radiasi, 8(1), 43–52.

Horn and Trewartha, 1995, An Introduction To Climate. Pengantar Iklim. Gadjah Mada
University Press.

Yunginger, R. (2010). PENENTUAN UMUR STALAGMIT PROVINSI GORONTALO


SEBAGAI PROXY DATA PALEOKLIMAT. Jurnal Sainstek, 5(1).

Anda mungkin juga menyukai