Anda di halaman 1dari 4

KIMIA DALAM STALAGMIT DAN STALAKTIT

Gambar 1. Gua Gong di Desa Bomo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Jatim. Sumber : L
Darmawan/Mongabay Indonesia

Menurut KBBI, gua diartikan sebagai liang (lubang) besar (pada kaki gunung dan
sebagainya). Gua bisa diartikan juga sebagai sebuah lubang besar dan dalam yang alami berada
dalam bumi. Di Indonesia memiliki banyak gua seperti gua Gong yang berada di Pacitan, gua
Maharani di Lamongan, gua Pindul di Gunungkidul, dan masih banyak lagi. Di dalam gua-gua
itupun kita pasti akan menemukan batuan yang menjulang ke atas maupun yang menjulang
kebawah. Batuan tersebutlah yang menambah nilai estetika gua yang dikagumkan oleh para
wisatawan. Batuan tersebut dikenal sebagai stalagmit dan stalaktit. Lalu apa itu stalagmit dan
stalaktit?

Stalagmit dan Stalaktit


Menurut bahasa Yunani, stalaktit berasal dari kata stalasso yang berarti menetes. Stalaktit
adalah jenis mineral sekunder atau speleothem yang terlatak di bagian atas gua (langit-langi gua).
Stalaktit merupakan batuan yang berada di langit-langit gua yang menjulang kebawah. Stalaktit
digolongkan sebagai batu tetes yang memiliki tekstur keras. Sedangkan stalagmite adalah batuan
yang berada di dasar gua (lantai gua) yang menjulang ke atas. Stalagmit ini terbentuk dari
kumpulan kalsit yang berasal dari air-air yang menetes. Stalagmit dan stalaktit ini saling
beriringan, karena biasanya diatas stalagmit terdapat stalaktit.

Terbentuknya Stalagmit dan Stalaktit


Gua sangat berkaitan dengan kawasan batu kapur. Gua bisa terbentuk karena air hujan
yang di dalamnya terkandung gas karbon dioksida (CO 2) yang kemudian diserap dari atmosfer.
Kandungan utama batu kapur yaitu kalsium karbonat (CaCO 3) larut dengan asam, khususnya
asam yang mengandung CO2. Selanjutnya membentuk saluran-saluran dalam waktu yang
lumayan lama. Reaksi kimianya adalah sebagai berikut:
CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (aq) ↔ Ca2+ (aq) +2HCO3- (aq)
Reaksi diatas merupakan reaksi kesetimbangan. Reaksi tersebut termasuk reaksi bolak-balik
yang berarti air yang mengandung senyawa asam CO2 akan melarutkan karbonat menjadi
kalsium dan bikarbonat. Reaksi balik dari kanan ke kiri akan kembali menghasilkan karbonat.
Pembentukan pilar stalagmit dan stalaktit terjadi saat air yang mengandung kalsium karbonat
menguap secara terus-menerus atau jumlah CaCO3 berkurang. Menurut prinsip Le Chatelier,
apabila konsentrasi suatu zat berkurang, maka reaksi akan bergeser kearah zat yang berkurang.
Sehingga, reaksi akan bergeser ke kiri (pembentukan CaCO 3). Hal ini dapat diamati melalui saat
jatuhnya larutan Ca2+ dan HCO3- yang berada di langit-langit gua. Penguapan dalam gua terjadi
dalam waktu yang sangat lama. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor seperti tidak ada
radiasi matahari untuk menarik molekul air, kecilnya pergerakan udara atau bahkan hampir tidak
ada, serta hampir semua udara yang jenuh dengan uap air. Pertambahan panjang stalaktit hanya
0.2 mm pertahun. Gambar mekanisme pembentukan stalaktit dan stalagmit adalah sebagai
berikut (Satrio dkk.,2012):
Gambar 2. Mekanisme pembentukan Stalagmit dan Stalaktit

Perbedaan Stalagmit dan Stalaktit


1. Stalaktit adalah batuan kapur yang berada dari bagian atas gua (langit-langit gua) dan
menuju ke bagian dasar gua (lantai gua), sedangkan stalagmit batuan yang menjulang ke
atas, yaitu dari bagian lantai gua menuju ke bagian langit-langit gua.
2. Stalaktit terbentuk dikarenakan Ca(HCO3)2 yang sudah terurai sebelum menetes ke dasar
gua, sehingga menjadi tertumpuk atau terjadi penumpukkan CaCO 3 yang berada di atap
gua. Sedangkan stalagmit terbentuk karena Ca(HCO 3)2 yang menetes ke dasar gua dan
terurai menjadi CaHCO3, H2O, dan juga CO2. Ca(HCO3)2 ini terus menetes dan
mengakibatkan penumpukkan CaCO3 yang kemudian dikenal sebagai stalagmit.
3. Di dalam gua yang tegolong gua kapur, terjadi tetesan yang berasal dari air hujan.
Endapan batu kapur yang berada pada atap gua disebut stalaktit. Sedangkan endapan
dibawahnya disebut stalagmit.
4. Stalaktit benbentuk lebih runcing dan berlubang- lubang, sedangkan stalagmit bentuknya
berlapis- lapis di lantai gua dan tidak berlubang.

Jadi, stalagmit dan stalaktit ini berada beriringan pada bagian lantai dan langit-langit gua.
Namun, ada juga stalagmit yang tidak memiliki stalaktit di atasnya. Stalagmit dan stalaktit
terbentuk secara alami serta dapat memperindah tampilan dalam gua. Stalaktit dan stalagmit
yang terindah di Asia Tenggara dapat kita temui di Gua Gong, Pacitan, Jawa Timur. Bagaimana
penjelasan tentang kimia dalam stalaktit dan stalagmit di atas? Menarik, bukan? Demikian
deskripsi dari kami, sampai jumpa.

Referensi

Buku dan Jurnal:

Muchtaridi dan Justiana, S.2007. KIMIA 2 SMA Kelas XI. Jakarta: Yudhistira Quadra
Satrio., Sidauruk, P., Pratikno, B.2012. Studi Iklim dan Vegetasi Menggunakan Pengukuran
Isotop Alam Stalaktit Goa Seropan, Gunung Kidul-Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Aplikasi
Isotop dan Radiasi A Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation,8
(1): 43-52
Website:
Redaksi Ilmu Geografi. 2020. 4 Perbedaan Stalagtit dan Stalakmit. Ilmugeografi.com, diakses
pada tanggal 13 Juli 2020 pukul 13.29 melalui
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/perbedaan-stalaktit-dan-stalagmit

Anda mungkin juga menyukai