Anda di halaman 1dari 19

PENCEGAHAN DAN PENURUNAN KEJADIAN YANG TIDAK DIHARAPKAN

DARI KESALAHAN MEDIS (MEDICAL ERROR) DI RS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Patient Safety

Dosen Pengampu : Ns.Erni, M. Kep

Disusun Oleh :

1. Alifiah Zahra (20101440120006)


2. Cindy Dina N (20101440120022)
3. Dennisa Bella (20101440120027)
4. Dinda Veronika (20101440120030)
5. Nana Aprilia (20101440120062)
6. Putri Pujining Tyas (20101440120073)
7. Sabita Khansa (20101440120081)
8. Teguh Prayogo (20101440120089)

PROGRAM STUDI DIII KEPRAWATAN

STIKES KESDAM IV/ DIPONEGORO SEMARANG

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pencegahan Dan Penurunan
Kejadian Yang Tidak Diharapkan Dari Kesalahan Medis (Medical Error) Di RS ini tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Ibu Ns.Erni, M.Kep pada Mata Kuliah Patient Safety. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Pencegahan Dan Penurunan Kejadian Yang Tidak
Diharapkan Dari Kesalahan Medis (Medical Error) Di RS bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns.Erni, M.Kep selaku dosen mata
kuliah Patient Safety yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 11 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................5
C. TUJUAN...................................................................................................................................5
BAB II. TINJAUAN TEORI.................................................................................................................6
A. PENGERTIAN PATIENT SAFETY.........................................................................................6
B. TUJUAN PATIENT SAFETY..................................................................................................6
C. PENCEGAHAN DAN PENURUNAN KEJADIAN YANG TIDAK DIHARAPKAN DARI
KESALAHAN MEDIS (MEDICAL ERROR) DI RUMAH SAKIT.................................................6
D. PENINGKATAN KESELAMATAN PASIEN DAN MENCIPTAKAN BUDAYA
KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT...........................................................................10
E. PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM PENCEGAHAN...............................................12
F. ASPEK HUKUM TERHADAP PATIENT SAFETY.............................................................13
BAB III.PENUTUP.............................................................................................................................16
A. KESIMPULAN.......................................................................................................................16
B. SARAN...................................................................................................................................16
LAMPIRAN........................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................18
BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar,
merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut
Institute of Medicine, medical error didefinisikan sebagai kesalahan medis didefinisikan
sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan
tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah
untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi
dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak
Diharapkan/KTD).
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan
suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena
keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul
reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf
lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu
obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).
Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian
yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan
bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien.
Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau
keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai, menggunakan cara
pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau
observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur pengobatan, pelaksanaan
terapi, metode penggunaan obat, dan keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhan
yang tidak layak; tahap preventive seperti tidak memberikan terapi provilaktik serta
monitor dan follow up yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang lain seperti
kegagalan berkomunikasi, kegagalan alat atau system yang lain.
Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan kesehatan
mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya adalah adverse
event yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang lain cenderung tidak
dilaporkan, tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian kita semua.
Di Indonesia, telah dikeluarkan Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang
Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya
pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan
keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia(PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak semua
stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan pasien di rumah sakit.
Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu memberikan
pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah sakit untuk
berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari penghargaannya terhadap
kemanusiaan, maka dikembangkan system Patient Safety yang dirancang mampu
menjawab permasalahan yang ada.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Patient Safety
2. Tujuan Patient Safety
3. Pencegahan dan penurunan kejadian yang tidak diharapkan dari kesalahan medis
(Medical Error) di Rumah Sakit
4. Peningkatan keselamatan pasien dan menciptakan budaya keselamatan pasien di
Rumah Sakit
5. Pelaksanaan program-program pencegahan
6. Aspek Hukum terhadap Patient Safety

C. TUJUAN
1. Untuk memahami Pengertian Patient Safety
2. Untuk memahami Tujuan Patient Safety
3. Untuk memahami Pencegahan dan penurunan kejadian yang tidak diharapkan dari
kesalahan medis (Medical Error) di Rumah Sakit
4. Untuk memahami Peningkatan keselamatan pasien dan menciptakan budaya
keselamatan pasien di Rumah Sakit
5. Untuk memahami Pelaksanaan program-program pencegahan
6. Untuk memahami Aspek Hukum terhadap Patient Safety
BAB II. TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN PATIENT SAFETY
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan
pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil.

B. TUJUAN PATIENT SAFETY
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien dan masyarakat;
3. Menurunnya KTD di RS
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
KTD.

C. PENCEGAHAN DAN PENURUNAN KEJADIAN YANG TIDAK DIHARAPKAN


DARI KESALAHAN MEDIS (MEDICAL ERROR) DI RUMAH SAKIT
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS-RS di Indonesia
untuk menerapkan Sembilan Solusi “Life-Saving” Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
atau 9 Solusi, langsung atau bertahap, sesuai dengan kemampuan dan kondisi RS
masing-masing.
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (Look-Alike, Sound-Alike
Medication Names).
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang membingungkan staf
pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat
(medication error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan
puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya
kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau generik serta kemasan. Solusi
NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko dan
memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih
dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.
2. Pastikan identifikasi pasien.
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien
secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun
pemeriksaan, pelaksanaan prosedur yang keliru orang, penyerahan bayi kepada bukan
keluarganya, dan sebagainya.
Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap identitas
pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini, standardisasi dalam metode
identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan, dan
partisipasi pasien dalam konfirmasi ini, serta penggunaan protokol untuk
membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.
3. Komunikasi secara benar saat serah terima atau pengoperan pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima pengoperan pasien antara
unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan
terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat
mengakibatkan cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki
pola serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan
informasi yang bersifat kritis, memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk
bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima, dan
melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-
kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang
salah sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi
atau informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap
kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah
yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan
yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan, pemberian tanda
pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur, dan
adanya tim yang terlibat dalam prosedur ’Time out” sesaat sebelum memulai prosedur
untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated).
Sementara semua obat-obatan, biologis, vaksin dan media kontras memiliki
profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah
berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran
dan istilah, dan pencegahan atas campur aduk atau bingung tentang cairan elektrolit
pekat yang spesifik.
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi atau pengalihan.
Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain
untuk mencegah salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien.
Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan
seluruh medikasi yang sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home medication
list”, sebagai perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dana tau perintah
pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi, dan komunikasikan daftar
tersebut kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan ditransfer atau
dilepaskan.
7. Hindari Salah kateter dan salah sambung slang (tube).
Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian
rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang
bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang
salah, serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.
Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail
atau rinci bila sedang mengerjakan pemberian medikasi serta pemberian makan
(misalnya slang yang benar), dan ketika menyambung alat-alat kepada pasien
(misalnya menggunakan sambungan dan slang yang benar).
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai.
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV, dan
HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik. Rekomendasinya
adalah perlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan, pelatihan
periodik para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang
prinsip-pninsip pengendalian infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka
mengenai penularan infeksi melalui darah, dan praktek jarum sekali pakai yang aman.
9. Tingkatkan kebersihan tangan (Hand hygiene) untuk pencegahan lnfeksi
nosokomial
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia
menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan tangan yang
efektif adalah ukuran preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini.
Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan cairan “alcohol-based
hand-rubs” tersedia pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada semua kran,
pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan taangan yang benar mengingatkan
penggunaan tangan bersih ditempat kerja, dan pengukuran kepatuhan penerapan
kebersihan tangan melalui pemantauan atau observasi dan tehnik-tehnik yang lain.
 Elemen-Elemen Untuk Mencegah Medical Errors
a. Mengubah budaya organisasi ke arah budaya yang berorientasi kepada
keselamatan pasien. Perubahan ini terutama ditujukan kepada seluruh sistem
sumber daya manusia dari sejak perekrutan (kredensial), supervisi dan disiplin.
Rasa malu dalam melaporkan suatu kesalahan dan kebiasaan menghukum
“pelakunya” harus dikikis habis agar staf rumah sakit dengan sukarela
melaporkan kesalahan kepada manajemen dan atau komite medis, sehingga
pada akhirnya dapat diambil langkah-langkah pencegahan kejadian serupa di
kemudian hari.
b. Melibatkan pimpinan kunci di dalam program keselamatan pasien, dalam hal
ini manajemen dan komite medik. Komitmen pimpinan dibutuhkan dalam
menjalankan program-program manajemen risiko, termasuk ronde rutin
bersama ke unit-unit klinik.
c. Mendidik para profesional di rumah sakit di bidang pemahamannya tentang
keselamatan pasien dan bagaimana mengidentifikasi errors, serta upaya-upaya
meningkatkan keselamatan pasien.
d. Mendirikan Komisi Keselamatan Pasien di rumah sakit yang beranggotakan
staf interdisiplin dan bertugas mengevaluasi laporan-laporan yang masuk,
mengidentifikasi petunjuk adanya kesalahan, mengidentifikasi dan
mengembangkan langkah koreksinya.
e. Mengembangkan dan mengadopsi Protokol dan Prosedur yang aman.
f. Memantau dengan hati-hati penggunaan alat-alat medis agar tidak
menimbulkan kesalahan baru.
 Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit
a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
b. Pimpin dan dukung staf
c. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko
d. Kembangkan sistem pelaporan
e. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
g. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
 Pendekatan Penanganan KTD atau Error menurut James Reason dalam
Human error management
models and management dikatakan ada dua pendekatan dalam penanganan error
atau KTD
a. Pendekatan personal.
Pendekatan ini memfokuskan pada tindakan yang tidak aman,
melakukan pelanggaran prosedur, dari orang-orang yang menjadi ujung
tombak pelayanan kesehatan (dokter, perawat, ahli bedah, ahli anestesi,
farmasis dll). Tindakan tidak aman ini dianggap berasal dari proses mental
yang menyimpang seperti mudah lupa, kurang perhatian, motivasi yang
buruk, tidak hati-hati, dan sembrono. Sehingga bila terjadi suatu KTD akan
dicari siapa yang berbuat salah.
b. Pendekatan sistem
Pemikiran dasar dari pendekatan ini yaitu bahwa manusia dapat
berbuat salah dan karenanya dapat terjadi kesalahan. Disini kesalahan
dianggap lebih sebagai konsekwensi daripada sebagai penyebab. Dalam
pendekatan ini diasumsikan bahwa kita tidak akan dapat mengubah sifat
alamiah manusia ini, tetapi kita harus mengubah kondisi dimana manusia itu
bekerja.
Pemikiran utama dari pendekatan ini adalah pada pertahanan sistem yang
digambarkan sebagai model keju Swiss. Dimana berbagai pengembangan
pada kebijakan, prosedur, profesionalisme, tim, individu, lingkungan dan
peralatan akan mencegah atau meminimalkan terjadinya KTD.
 Penyebab Utama Terjadinya Errors
a. Communication problems
b. Inadequate information flow
c. Human problems
d. Patient-related issues
e. Organizational transfer of knowledge
f. Staffing patterns/work flow
g. Technical failures
h. Inadequate policies and procedures Agency for Healthcare Research and
Quality

D. PENINGKATAN KESELAMATAN PASIEN DAN MENCIPTAKAN BUDAYA


KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
1. Put the focus back on safety
Setiap staf yang bekerja di RS pasti ingin memberikan yang terbaik dan
teraman untuk pasien. Tetapi supaya keselamatan pasien ini bisa dikembangkan dan
semua staf merasa mendapatkan dukungan, patient safety ini harus menjadi prioritas
strategis dari rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya. Empat CEO RS
yang terlibat dalamsafer patient initiatives di Inggris mengatakan bahwa tanggung
jawab untuk keselamatan pasien tidak bisa didelegasikan dan mereka memegang
peran kunci dalam membangun dan mempertahankan fokus patient safety di dalam
RS.
2. Think small and make the right thing easy to do
Memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien mungkin
membutuhkan langkah-langkah yang agak kompleks. Tetapi dengan memecah
kompleksitas ini dan membuat langkah-langkah yang lebih mudah mungkin akan
memberikan peningkatan yang lebih nyata.
3. Encourage open reporting
Belajar dari pengalaman, meskipun itu sesuatu yang salah adalah pengalaman
yang berharga. Koordinator patient safetydan manajer RS harus membuat budaya
yang mendorong pelaporan. Mencatat tindakan-tindakan yang membahayakan pasien
sama pentingnya dengan mencatat tindakan-tindakan yang menyelamatkan pasien.
Diskusi terbuka mengenai insiden-insiden yang terjadi bisa menjadi pembelajaran
bagi semua staf.
4. Make data capture a priority
Dibutuhkan sistem pencatatan data yang lebih baik untuk mempelajari dan mengikuti
perkembangan kualitas dari waktu ke waktu. Misalnya saja data mortalitas. Dengan
perubahan data mortalitas dari tahun ke tahun, klinisi dan manajer bisa melihat
bagaimana manfaat dari penerapan patient safety.
5. Use systems-wide approaches
Keselamatan pasien tidak bisa menjadi tanggung jawab individual.
Pengembangan hanya bisa terjadi jika ada sistem pendukung yang adekuat. Staf juga
harus dilatih dan didorong untuk melakukan peningkatan kualitas pelayanan dan
keselamatan terhadap pasien. Tetapi jika pendekatan patient safety tidak
diintegrasikan secara utuh kedalam sistem yang berlaku di RS, maka peningkatan
yang terjadi hanya akan bersifat sementara.
6. Build implementation knowledge
Staf juga membutuhkan motivasi dan dukungan untuk mengembangkan
metodologi, sistem berfikir, dan implementasi program. Pemimpin sebagai pengarah
jalannya program disini memegang peranan kunci. Di Inggris, pengembangan mutu
pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien sudah dimasukkan ke dalam kurikulum
kedokteran dan keperawatan, sehingga diharapkan sesudah lulus kedua hal ini sudah
menjadi bagian dalam budaya kerja.
7. Involve patients in safety efforts
Keterlibatan pasien dalam pengembangan patient safety terbukti dapat
memberikan pengaruh yang positif. Perannya saat ini mungkin masih kecil, tetapi
akan terus berkembang. Dimasukkannya perwakilan masyarakat umum dalam komite
keselamatan pasien adalah salah satu bentuk kontribusi aktif dari masyarakat
(pasien). Secara sederhana pasien bisa diarahkan untuk menjawab ketiga pertanyaan
berikut: apa masalahnya? Apa yang bisa kubantu? Apa yang tidak boleh kukerjakan?
8. Develop top-class patient safety leaders
Prioritisasi keselamatan pasien, pembangunan sistem untuk pengumpulan
data-data berkualitas tinggi, mendorong budaya tidak saling menyalahkan,
memotivasi staf, dan melibatkan pasien dalam lingkungan kerja bukanlah sesuatu hal
yang bisa tercapai dalam semalam. Diperlukan kepemimpinan yang kuat, tim yang
kompak, serta dedikasi dan komitmen yang tinggi untuk tercapainya tujuan
pengembangan budaya patient safety. Seringkali RS harus bekerja dengan
konsultan leadership untuk mengembangkan kerjasama tim dan keterampilan
komunikasi staf. Dengan kepemimpinan yang baik, masing-masing anggota tim
dengan berbagai peran yang berbeda bisa saling melengkapi dengan anggota tim
lainnya melalui kolaborasi yang erat.

E. PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM PENCEGAHAN


Melakasanakan program – program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
KTD Pengorganisasian Sistem Keselamatan Pasien RS Terkait dengan manajemen mutu
dan manajemen risiko RS, Asuhan pasien atau patient care, patient safety ada ditangan
“Padat Profesi” di berbagai unit “point of care” dengan ujung tombak: Dokter dan
Perawat. Pelayanan keselamatan pasien dapat menjadi “unggulan”. Jadi, berdasarkan
pembahasan diatas maka untuk peningkatan mutu pelayanan terhadap patient safety perlu
dibuat suatu standar patient safety, menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan dalam
memberikan tindakan keperawatan, penanganan pasien cidera, dan kesalahan dalam
pemberian obat. Serta dapat mendeteksi segera akan terjadinya kesalahan-kesalahan yang
mengakibatkan terjadinya mal praktek. Di rumah Sakit P merencanakan penanganan
patient safety mulai tahun 2009 s/d 2010 dan jika target keselamatan pasien berhasil
maka kegiatan ini akan berjalan secara berkesinambungan. Adapun rencana kegiatan
pengembangan layanan patient safety : melakukan kajian yang diperlukan meliputi
kualifikasi tenaga yang diperlukan (Sarjana Keperawatan, dan D3 Keperawatan),
membentuk tim dalam pembuatan proposal ini, Mengusulkan kepada pemerintah daerah
untuk peningkatan Sumber Daya Manusia melalui program pendidikan berkelanjutan 1
orang Sarjana Keperawatan (tugas belajar), 2 orang pendidikan berkelanjutan bagi tenaga
SPK kependidikan D3 Keperawatan (tugas belajar), Pengembangan SDM melalui
pelatihan keperawatan patient safety untuk mendapatkan sertifikasi untuk 25 orang
perawat dua kali periode, Merumuskan Standar Asuhan Keperawatan patient safety
diantaranya penyusunan Standar Asuhan Keperawatan (SAK), penyusunan Standard
Operating Prosedure (SOP), sosialisasi serta revisi dan penggunaan SAK dan SOP

F. ASPEK HUKUM TERHADAP PATIENT SAFETY


Aspek hukum terhadap “patient safety” atau keselamatan pasien adalah sebagai berikut
UU Tentang Kesehatan & UU Tentang Rumah Sakit
1. Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum
a. Pasal 53 (3) UU No.36/2009
“Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan nyawa
pasien.”
b. Pasal 32n UU No.44/2009
“Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit.”
c. Pasal 58 UU No.36/2009
 “Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tenaga kesehatan,
dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat
kesalahan atau kelalaian dalam Pelkes yang diterimanya.”
 “…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan
darurat.”
2. Tanggung jawab Hukum Rumah sakit
a. Pasal 29b UU No.44/2009
”Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif
dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan
Rumah Sakit.”
b. Pasal 46 UU No.44/2009
“Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di RS.”
c. Pasal 45 (2) UU No.44/2009
“Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia.”
3. Bukan tanggung jawab Rumah Sakit
Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit “Rumah Sakit Tidak bertanggung
jawab secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya menolak atau
menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya
penjelasan medis yang kompresehensif.
4. Hak Pasien
a. Pasal 32d UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu
sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional”
b. Pasal 32e UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien
sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi”
c. Pasal 32j UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko
dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan”
d. Pasal 32q UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit
apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar baik secara perdata ataupun pidana”
5. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien
Pasal 43 UU No.44/2009
 RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien
Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden,
menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka
menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.
 RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang
membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri
 Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan
untuk mengoreksi system dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.
Pemerintah bertanggung jawab mengeluarkan kebijakan tentang keselamatan
pasien. Keselamatan pasien yang dimaksud adalah suatu system dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. System tersebut meliputi:
a) Assessment risiko
b) Identifikasi dan pengelolaan yang terkait resiko pasien
c) Pelaporan dan analisis insiden
d) Kemampuan belajar dari insiden
e) Tindak lanjut dan implementasi solusi meminimalkan resiko
BAB III.PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu:

 keselamatan pasien; 
 keselamatan pekerja (nakes); 
 keselamatan fasilitas (bangunan, peralatan);
 keselamatan lingkungan; keselamatan bisnis.

Elemen Patient Safety yaitu: adverse drug events (ADE)/medication errors (ME)


(ketidakcocokan obat/kesalahan pengobatan), restraint use (kendali penggunaan), nosocomial
infections (infeksi nosocomial), surgical mishaps (kecelakaan operasi), pressure ulcers
(tekanan ulkus), blood  product safety/administration (keamanan produk darah/administrasi),
animicrobial resistance (resistensi antimikroba), immunization program (program
imunisasi), falls (terjatuh), blood stream-vascular catheter care (aliran darah -
perawatan kateter pembuluh darah),systematic review, follow'up, and reporting of patient/
visitor incident reports (tinjauansistematis, tindakan lanjutan,
dan pelaporan pasien/pengunjung laporan kejadian).

B. SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya dapat memahami tentang
keselamatan pasien di lingkungan pelayanan Poli Klinik RS. Diharapkan dalam
proses asuhan medis ini tidak ada yang mengakibatkan cedera pada pasien, berupa
Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD)
LAMPIRAN

 https://youtu.be/S3MEsCH56Eo
DAFTAR PUSTAKA

Balsamo RR and Brown MD. Risk Management. Dalam: Sanbar SS, Gibofsky A, Firestone
MH, LeBlang TR, editor. Legal Medicine. Edisi ke-4. St Louis: Mosby; 1998.
Cahyono JBS. Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktek kedokteran. Jakarta:
Kanisius; 2008.
Departemen Kesehatan RI. Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (patient safety).
Edisi ke-2. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2008.
Firmanda D. Keselamatan pasien (patient safety) di rumah sakit. [document on the internet].
Jakarta: RSUP Fatmawati; 2008
http://www.scribd.com/doc/Dody-Firmanda-2008-Keselamatan-Pasien-Patient-Safety
Frankel A, Gandhi TK, Bates DW. Improving patient safety across a large integrated health
care delivery system. International Journal for Quality in Health care. 2003
Ghandi TK, Lee TH. Patient safety beyond the hospital. N Engl J Med. 2010
Vincent C. Patient safety. Philadelphia: Elsevier; 2006.
Wachter RM, Shanahan J, Edmanson K, editor. Understanding patient safety. New York:
McGraw-Hill Companies; 2008.
Weeks WB, Bagian JP. Making the business case for patient safety. Joint Commission on
Quality and Safety. 2003
Wikipedia. Patient safety. [document on the internet]. Wikimedia Foundation: 2008
Komalawati, Veronica. (2010) Community&Patient Safety Dalam Perspektif Hukum
Kesehatan.
Lestari, Trisasi. Knteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan Langkah Untuk
Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol II/Nomor.04/2006 Hal.1-3
Pabuti, Aumas. (2011) Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah Sakit.
Proceedings of expert lecture of  medical student of Block 21st of Andalas University,
Indonesia
Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). 2005
Tim keselamatan Pasien RS RSUD Panembahan Senopati. Patient Safety.
Yahya, Adib A. (2006) Konsep dan Program “Patient Safety”. Proceedings of  National
Convention VI of The Hospital Quality Hotel Permata Bidakara, Bandung 14-15 November
2006.
Yahya, Adib A. (2007) Fraud & Patient Safety. Proceedings of 
PAMJAKI meeting “Kecurangan (Fraud) dalam Jaminan/Asuransi Kesehatan” Hotel Bumi
Karsa, Jakarta 13 December 2007.

Anda mungkin juga menyukai