Anda di halaman 1dari 2

REFLEKSI CORECTIO FRATERNA

Sdr. Nicodemus Sihaloho

Dalam menjalani hidup sebagai seorang saudara, sudah barang tentu diperlukan
sebuah pelaksanaan evaluasi atau koreksi baik dalam kehidupan bersama maupun pribadi,
agar dapat menjalin kehidupan yang lebih kompak, akur, nyaman, dan sehat. Koreksi ini
harus dilihat sebagai suatu bentuk pengenalan diri dari sudut pandang orang lain dalam
suasana persaudaraan, bukan sebuah aksi balas dendam atau menjatuhkan saudara. Kebiasaan
ini sudah dilakukan oleh para saudara terdahulu dan diturunkan sampai saat ini. Koreksi pada
umumnya menyangkut karakter pribadi seseorang yang sedang dikoreksi, misalnya;
kelebihan, kelemahan, potensi-potensi, dan diakhiri dengan nasihat atau pesan kecil-kecilan
sebagai bentuk dukungan dalam pengembangan dan perbaikan diri.
Beberapa waktu yang lalu, masing-masing dari kami sudah memberikan koreksi dan
mendengarkan koreksi dari saudara-saudara lain dalam batasan kepribadian, hidup doa,
persaudaraan, penghayatan kaul, dan pelayanan. Namun, disayangkan bahwa jumlah kami
yang cukup banyak dan waktu yang terbatas, kami kurang mampu memberikan deskripsi
lengkap tentang masing-masing tema tersebut, tapi tetap diupayakan memberikan koreksi,
meskipun terkesan umum dan praktis.
Berdasarkan hasil koreksi terhadap diriku, pada umumnya banyak saudara melihat
aku sebagai seorang saudara yang berbakat, bersemangat, dapat marah dengan sopan,
melayani saudara dengan baik misalnya; hasil kebun bisa dinikmati bersama, ramah, tidak
terikat dan dewasa dalam menggunakan internet, aktif dalam kegiatan persaudaraan, mau
berbagi baik dalam barang maupun ilmu, dewasa dalam tanggungjawab dan tugas, pekerja
keras, sangat peduli pada kehidupan doa, sederhana, dan ada beberapa penilaian postif lain
yang presentasinya lebih sedikit, seperti; selalu memiliki ide, disiplin, humoris, dan suka
belajar bahasa. Banyak anjuran untuk mempertahankan hal-hal positif ini selama aku hidup
sebagai seorang saudara. Seorang saudara mengingatkan bahwa kalau sudah tingkat dua,
tiga, dan kaul kekal atau jadi pastor nanti jangan berubah menjadi seorang saudara yang
berbeda.
Di sisi lain, beberapa saudara juga melihat bahwa ada bagian dari diriku yang harus
diperbaiki, seperti; menjaga kerapian (beberapa saudara memperhatikan jubahku yang sudah
robek tapi masih dipakai), menjaga kebersihan kamar, anjuran untuk tidak terlalu banyak
menghayal dan berimajinasi, ada kecenderungan untuk terlalu kritis, pelupa, dan teman
kelompok menganjurkan aku untuk lebih mendengar pendapat dalam kegiatan kelompok di
perkuliahan.
Sebenarnya beberapa koreksi ini, baik yang positif maupun yang negatif , sudah
keluar ketika menjalani formatio di novisiat dulu. Ada beberapa penilaian yang kurang dan
tambah. tapi, kurang lebih hasilnya sama, kecuali dalam hal kebersihan kamar. Saat
kesempatan aku berbicara, aku mengatakan bahwa mungkin aku harus lebih menambah
waktu untuk membersihkan kamar. Penilaian yang lain akan menjadi perjuanganku untuk
lebih diperbaiki kedepannya.
Di balik ini semua, ada saudara juga mengatakan bahwa aku tidak terlalu memiliki
masalah dalam kepribadian yang terlalu serius dan berbahaya bagi panggilan dan
persaudaraan. Di sisi lain, aku berpikir bahwa batu-batu kecillah yang membuat sepeda motor
terjatuh, bukan batu besar yang bisa dilihat dan dihindari. Aku menyadari betapa pentingnya
koreksi ini, sebagai batu loncatan untuk menyadari bagian-bagian dari diriku, baik yang
positif maupun negatif, yang justru tidak aku sadari, sehingga aku dengan diingatkan oleh
saudara, aku dapat berkembang menjadi pribadi yang lebih matang.
Dari pengalaman koreksi ini juga aku belajar untuk berani mendengarkan hal-hal
yang kurang baik yang ada dalam diriku, sebab kecenderungan manusia yang hanya suka
menerima pujian. Pada momen ini, aku belajar untuk lebih rendah hati dan mendengarkan
penilaian orang lain tentang aku. Banyak orang tidak suka didikte karena persoalan perasaan.
Tidak sedikit orang merasakan jengkel jika dikatakan sifat yang kurang baik tentang dirinya,
bahkan beberapa melakukan perlawanan. Namun, koreksi ini justru sangat sehat dan berguna
sekali bagiku. Meskipun sempat merasa sedikit down (terutama soal kebersihan kamar), tapi
aku akan lebih memberi waktu lagi untuk membersihkan kamar.
Dari penilaian setiap saudara yang subjektif, aku terbuka untuk menerima koreksi ini
dengan senang hati, meskipun ada hal dimana penilaian itu tidak aku lihat di dalam diriku.
Aku bersyukur kepada saudara-saudara yang memperhatikan bagaimana aku menjalani
kehidupanku sehari-hari. Hal-hal yang baik akan kupertahankan dan kukembangkan, dan hal-
hal yang negatif akan kuperbaiki kedepannya. Aku menulis semua koreksi ini di dalam buku
sebagai pengingat bagiku agar selalu berusaha untuk menjadi seorang saudara yang baik.
Seperti motto dari hidupku mengingat kriteria saudara yang baik bagiku adalah, aku berdoa,
aku berkarya, aku belajar mencinta...

Anda mungkin juga menyukai