Anda di halaman 1dari 12

Apa yang memotivasi Anda menjadi Guru Penggerak? Apa yang Anda lakukan dalam mewujudkan motivasi tersebut?

Motivasi Menjadi Guru Penggerak:


Menggali potensi diri untuk dapat berbagi praktik baik dalam ekosistem terdekat, yaitu sekolah;
Mengembangkan kemampuan dalam melakukan kepemimpinan dalam pembelajaran;
Menjadi bagian perubahan pendidikan ke arah lebih baik;
Meningkatkan kualitas diri sehingga dapat menjadi pribadi maupun guru yang bermanfaat bagi lingkungan terdekat;
Memperoleh wahana untuk belajar berkaitan dengan memerdekakan pembelajaran;
Mengetahui berbagai kekuatan maupun kelemahan yang terjadi di lapangan; dan
Pengembangan diri dan memperoleh pengalaman baru berkaitan dengan kegiatan guru penggerak.
Sebagai guru penggerak saya termotivasi untuk selalu bersemangat dalam menjalankan tupoksi sebagai guru mapel bahasa Inggris
sehingga dapat menginspirasi peserta didik dalam mengembangkan ilmu -pengetahuan,ketrampilan ,wawasan dan keahliannya guna
mencapai kompetensi yang maksimal sesuai dengan cita-cita pendidikan berkarakter di Indonesia, untuk memperoleh semua itu perlu
upaya dan sinergi yang berkesinambungan dari berbagai pihak, peserta didik,orang tua dan warga sekolah yang berwawasan lingkungan.
Yang saya lakukan untuk menjadi guru penggerak adalah ikut seleksi calon guru penggerak melalui SIM Pkb yang di adakan oleh
Kemendikbud.
Apa kelebihan yang mendukung peran Anda sebagai Guru Penggerak? Jelaskan alasannya dan berikan contohnya!
Kelebihan yang mendukung peran saya sebagai Guru Penggerak adalah saya mampu untuk memberikan suatu perubahan dinamika
belajar pada siswa dengan membuat metode pembelajaran yang sifatnya menyenangkan dan berpusat kepada siswa atau dalam era
sekarang adalah merdeka belajar.Alasan saya yakin untuk menjadi guru penggerak adalah karena saya mampu untuk menerapkan
metode pembelajaran yang menyenangkan serta mampu untuk mempelajarinya sebelum menerapkannya.
Selain itu alasan saya yang lain adalah dengan menjadi guru penggerak saya akan mencoba menelusuri lebih lanjut tentang filosofi
pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara selaku bapak pendidikan di Indonesia kaitannya tentang teori belajarnya yang notabene dijadikan
acuan dalam merubah paradigma kehidupan belajar di era sekarang ini dengan menerapkan pendidikan yang menghamba kepada anak
dengan pedoman 3 semboyannya yaitu:Ing ngarsa sing tuladha, yang artinya sebagai seorang guru apabila di depan memberikan contoh
yang baik.
Ing madya mangun karsa, yang artinya apabila berada di tengah guru bisa membangun motivasi dan kekuatan.
Tut wuri handayani, yang artinya sebagai seorang guru apabila berada di belakang memberikan dorongan yang baik kepada siswa.
Sebagai contoh dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, sebagai seorang guru penggerak kita tetap harus berpedoman kepada 3
semboyan dari Ki Hajar Dewantara.
Apabila kita menerapkan contoh semboyan yang pertama, kita harus memberikan contoh yang baik kepada siswa dimulai dari cara kita
berbusana, cara kita bertutur kata dan cara kita bersosialisasi kepada anak.
Kenapa harus seperti itu? Karena memang figur guru di depan merupakan sosok yang selalu dilihat siswa, dengan kita memberikan
contoh yang baik kepada mereka kita berharap mereka akan meniru segala kebaikan yang kita contohkan tadi.
Berikan contoh perubahan, inovasi, pemberdayaan, gerakan, atau lainnya yang memberikan dampak nyata berdasarkan inisiatif Anda
sendiri. Apa yang mendorong Anda melakukan hal tersebut? (Jawaban Anda harus mencakup waktu kejadian, dampak atas inisiatif Anda,
upaya yang Anda lakukan agar inisiatif tersebut terlaksana, peran Anda dan pihak lain yang terlibat bila ada)
Perubahan , inovasi, pemberdayaan, gerakan, atau lainnya sebenarnya bisa dilakukan mulai dari sendiri dan dapat dilakukan dengan hal
sekecil apapun. Perubahan yang saya alami adalah perubahan dari pribadi yang tertutup, pendiam dan sukar untuk berinteraksi dengan
orang lain menjadi pribadi yang lebih terbuka dan berani untuk membangun interaksi dengan orang lain.
Hal yang mendorong saya melakukan perubahan tersebut adalah karena saat itu, tepatnya di masa SMP sekitar tahun 1997 saya dikenal
sebagai sosok yang pendiam dan sungkan untuk berinteraksi dengan orang sekitar, sehingga membuat saya sulit mendapatkan teman
dan malah dikucilkan oleh orang sekitar. Menyadari hal tersebut, saya mulai menganggap ada suatu hal yang diubah, karena tidak
mungkin selamanya saya menjalani hidup semacam ini.
Barulah ketika menginjak bangku SMA, saya mulai merubah pola perilaku yang dikenal pendiam dan jarang membaur menjadi pribadi
yang hangat dan suka menyapa dan berinteraksi secara intens dengan orang. saya menyadari bahwasannya, selama ini saya hanya
menahan diri dan tidak mau memulai untuk bertegur sapa dengan orang sekitar.
Upaya yang saya lakukan untuk menjalankan proses perubahan tersebut adalah dengan membiasakan diri untuk bertegur sapa,
berpendapat jika ada sesuatu yang salah, tidak mengabaikan ketika ada yang berbicara dan berinteraksi dan berteman dengan siapa
saja. Adapun, dampak nyata dari perubahan yang dilakukan penulis adalah relasi dan teman semakin banyak, memudahkan segala
urusan yang tidak bisa ditangani oleh diri sendiri dan lebih berani berpendapat di depan banyak orang.
Jadi dalam hal ini saya merasakan perubahan, inovasi, pemberdayaan, gerakan, atau lainnya yang memberikan dampak nyata adalah
perubahan dalam bergaul dengan orang lain, yang mendorong saya melakukan hal tersebut adalah karena saya merasa tidak
memberanikan diri untuk berinteraksi dengan orang lain atau dikenal dengan istilah pendiam. Sebab hal itu, merupakan perilaku yang
tidak mengenakkan karena dasarnya manusia membutukan orang lain. Hal tersebut tidak lepas dari peran orang tua saya yang selalu
mendorong saya untuk berinteraksi dengan dunia luar dengan mengajak saya ke setiap acara yang melibatkan banyak orang.

Kapan waktu kejadiannya? Situasi apa yang Anda hadapi saat itu? Pihak mana saja yang Anda minta untuk bekerja sama dan
mengapa? Gambarkan secara jelas!
Pada akhir tahun 2020, saya disodorkan sebuah Surat Keputusan Kepala Sekolah, dimana saya ditunjuk sebagai Ketua Panitia
dalam persiapan dan pelaksanaan Akreditasi Sekolah tahun 2021. Namun saya merasa ada yang janggal dalam Surat Keputusan
tersebut. Menurut saya untuk kegiatan besar seperti persiapan dan pelaksanaan akreditasi sekolah, tidak cukup hanya dibentuk
sebuah panitia kecil yang hanya ada Penanggung Jawab, Koordinator, Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan 2 orang anggota.
Daripada terus mengganjal di hati saya, saya berinisiatif mengusulkan kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum (selanjutnya
disingkat wakasek kurikulum) untuk mengadakan rapat kecil Panitia yang sudah dibentuk tersebut yang harus dihadiri oleh Kepala
Sekolah sebagai Penanggung Jawab kegiatan. Usul saya disambut baik oleh wakasek kurikulum.
Sampailah di hari H nya. Di hadapan semua peserta rapat saya menyampaikan bahwa dengan keadaan persiapan yang minimal
untuk kegiatan dan target yang besar (grade A), tidak cukup hanya ada panitia kecil. Kemudian saya mengusulkan untuk dibentuk
sebuah tim yang namanya Tim Akreditasi Sekolah, yang di dalamnya selain ada panitia inti, juga ada koordinator-koordinator
beserta anggotanya di setiap Komponen Penilaian, dan masing-masing koordinator mengkoordinir anggotanya untuk menyiapkan
dokumen-dokumen yang diminta sesuai IASP 2020. Dan semua komponen di sekolah (wakasek, Ka.prodi, guru, Tata Usaha,
Komite, dan lain-lain) harus terlibat dalam tim.
Hasilnya, semua yang hadir dalam rapat menyetujui usul saya tersebut. Kemudian oleh Kepala Sekolah saya diminta untuk
membuat Draft Surat Keputusan (SK) Tim Akreditasi seperti yang saya usulkan.
Besoknya SK tersebut selesai saya buat dan ditandatangani oleh Kepala Sekolah. Lagi, saat menyodorkan draft SK kepada
Kepala Sekolah, saya mengusulkan untuk diadakan sosialisasi tentang Akreditasi Sekolah dan IASP 2020 kepada semua yang
terlibat dalam tim. Kepala Sekolah langsung menerima usulan saya, dan beliyau berinisiatif untuk mengundang Pengawas
Sekolah sebagai Narasumber.
Sampailah pada kegiatan sosialisasi oleh pengawas sekolah, dan dihadiri oleh hampir semua yang terlibat dalam tim. Namun
pada saat pemaparan oleh narasumber, tak satupun peserta rapat yang serius memperhatikan. Pada saat sesi tanya jawab juga
tidak ada yang mengajukan pertanyaan. Saya jadi berfikir, apakah kawan-kawan dalam tim mengerti dan faham akan apa yang
sudah dipaparkan oleh narasumber? Seketika muncul kekhawatiran dalam hati saya sebagai Ketua Panitia.
Akhirnya usai sudah kegiatan sosialisasi, dan narasumber meninggalkan ruangan. Pada saat itu saya diberi waktu oleh Kepala
Sekolah untuk memaparkan tentang Uraian Tugas semua yang terlibat dalam tim. Kemudian saya memaparkan tugas masing-
masingnya. Dan ternyata kekhawatiran saya benar adanya, hampir semua anggota tim tidak mengerti akan tugas yang dimaksud.
Mereka beralasan, sama sekali tidak punya pengalaman dalam hal Akreditasi Sekolah. Alhasil, saya harus menjelaskan dengan
rinci apa saja yang harus disiapkan oleh masing-masing anggota, kapan target penyelesaiannya, dan di mana sumbernya.
Seketika semuanya baik-baik saja, semua anggota tim sepertinya mengerti apa yang saya sampaikan, dan sayapun merasa lega.
Kesulitan apa saja yang Anda hadapi saat bekerja sama? Adakah penolakan ataupun kegagalan yang Anda hadapi dalam situasi
tersebut? Bagaimana respon Anda dalam situasi tersebut? Upaya apa yang Anda lakukan untuk tetap fokus mencapai tujuan
yang telah direncanakan?
Kesulitan yang saya hadapi ketika melakukan kerja sama adalah menyatukan ide antar anggota.
Terkadang ada penolakan terlebih dahulu dari anggota kelompok yang akan bekerja sama.
Respon saya akan tetap bersikap tenang dan sabar dalam menghadapi perbedaan ide atau pendapat.
Upaya saya yaitu dengan cara berusaha menyatukan pendapat agar bisa bekerja sama dengan nyaman.
Saya menyadari bahwa Manusia disebut sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial. Walaupun manusia dibekali dengan
akal pikiran , maka akal dan pikiran tersebut akan digunakan untuk bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, namun manusia tidak
bisa hidup sendiri tanpa bantuan dari manusia yang lain. Karena masing-masing manusia harus saling membantu satu sama yang
lainnya dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk mewujudkan tujuan bersama untuk keberlangsungan dari manusia itu
sendiri.oleh karena itu saya berusaha memahami karakter dari orang banyak, berusaha mengembangkan ketrampilan untuk
komunikasi, meningkatkan rasa saling menyayangi dan mengembangkan sikap sosial.
Upaya apa saja yang Anda lakukan untuk mendapatkan komitmen dari berbagai pihak untuk bekerja sama?
Beberapa upaya yang akan saya lakukan untuk mendapatkan komitmen dari berbagai pihak untuk kerja sama adalah meliputi :
Melakukan komunikasi yang baik dan benar. Dengan komunikasi yang baik akan mendorong dan meyakinkan pihak lain tertarik
untuk melakukan kerja sama. Melakukan kerja sama yang jelas dan terstruktur.Pendidikan Guru penggerak mengajarkan saya
akan pentingnya kerjasama, tidak salah jika kita sebagai guru sangat diharapkan dapat meningkatkan nilai kolaboratif dalam diri
untuk memaksimalkan peran kita sebagai pemimpin pembelajaran, mendorong kolaborasi antar guru dan terlebih untuk
menggerakkan komunitas praktisi. Sehingga cara yang dapat dilakukan dalam rangka mendapatkan pemahaman yang sama
hingga memunculkan komitmen dari berbagai pihak yang terlibat dalam kerjasama antara lain yang pertama adalah mengenal
dengan benar dengan siapa kita akan bekerjasama.Setiap pribadi memiliki kemampuan dan karakter yang berbeda-beda baik
berupa kelebihan, kekurangan, dan tingkah laku yang berbeda. Ada sebagian orang berpendapat bahwa hal tersebut juga
merupakan akan menjadi salah satu tantangan dalam suatu organisasi karena menghambat terjalinnya kerja sama yang baik.
Namun sesungguhnya kunci utama untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah menghargai. Ketika kita mau bekerja
sama dengan orang lain, seharusnya secara perlahan kita akan membangun sikap kita agar dapat menerima kelebihan
seseorang dengan rasa syukur dan membantu kelemahan yang dimiliki oleh orang lain. Dengan demikian pula akan membentuk
rasa saling percaya dan mendukung satu sama lain sehingga dapat melangkah maju dalam mencapai tujuan dan komitmen
bersama.

Bagaimana hasilnya?
Hasilnya adalah saya bisa mengetahui manfaat dari membangun komitmen dari kerjasama tersebut. Karena terkadang orang
beranggapan membangun kerjasama itu hanya untuk menguntungkan kelompok atau organisasi itu tanpa melihat manfaat dari
kerjasama itu untuk dirinya sendiri. Padahal banyak keuntungan yang bisa didapatkan dari kerja sama seperti terjadi pembagian
tugas sesuai tupoksi dan keahlian kita sehingga efisiensi dalam bekerja dapat kita rasakan, kita akan memperoleh keberagaman
ide ataupun gagasan yang mungkin belum pernah terpikirkan oleh diri kita sendiri. Demikian pula sebaliknya kita dapat berbagi
ide dengan orang lain sehingga kita semua mendapat sangat banyak pengetahuan baru, dan secara tidak langsung melatih diri
kita dalam membangun komunikasi yang baik dengan orang lain. Tanggung jawab akan dipikul bersama sehingga kita akan dapat
saling memberikan dukungan satu sama lain

Kapan waktu kejadiannya? Permasalahan, tantangan, atau kompleksitas apa yang Anda hadapi saat itu? Gambarkan secara
jelas!
Pada pertengahan bulan Maret 2020, Indonesia dinyatakan darurat pandemic Corona Virus Disease 19 (Covid-19), yang
mengharuskan semua orang tetap berada di rumah saja (stay at home), kecuali dalam keadaan-keadaan penting dan dilakukan
seperlunya. Kebijakan tersebut juga berimbas terhadap aktifitas di dunia pendidikan, dimana aktifitas pembelajaran juga harus
dilakukan di rumah saja dengan cara belajar dalam jaringan (Belajar dari rumah masing-masing). Sontak saja, semua guru dan
peserta didik kaget dengan kebijakan yang mau tak mau harus diindahkan demi memutuskan rantai penyebaran covid-19.
Bagaimana tidak, dengan sistem pembelajaran Dalam Jaringan (daring) tentunya menuntut peserta didik dan guru harus
memiliki fasilitas seperti telephon Genggam Pintar (Smartphone berbasis android) atau Personal Computer (laptop) dan quota
internet untuk bisa terhubung antara peserta didik dan guru.
Kepala Sekolah dan guru membuat kesepakatan (melalui diskusi dalam WhatsApp Group/WAG) untuk berkomitmen
melaksanakan pembelajaran daring. Semua guru wajib menyampaikan ke peserta didik melalui WAG Mata Pelajaran akan
kebijakan pembelajaran daring tersebut, dan menyampaikan jadwal pembelajarannya masing-masing.
Kegiatan pembelajaran daringpun dimulai. Sebelum melaksanakan pembelajaran daring, masing-masing guru membuat
WhatsApp Group Mata Pelajaran (WAG Mapel), agar mudah terhubung antara guru dan komunitas peserta didik dalam 1
rombel/kelas. Seketika muncul permasalahan-permasalahan yang cukup kompleks, di antaranya:
1. Tidak semua peserta didik dan guru memiliki smartphone;
2. Ada yang memiliki smartphone, tapi tidak/kurang mampu untuk membeli quota internet;
3. Posisi/lokasi yang sulit dari jangkauan internet;
4. Tidak semua guru dan peserta didik mampu/mahir menggunakan aplikasi yang mendukung untuk kegiatan pembelajaran di
smartphone, seperti zoom, google classroom, dll.
5. Setiap akhir pekan, guru diwajibkan membuat dan mengirim laporan keterlaksanaan pembelajaran daring ke Dinas
Pendidikan Provinsi melalui suatu link yang harus diakses oleh masing-masing guru. Namun tidak semua guru mahir dan
mampu mengakses link tersebut.
6. Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI (Mendikbud RI), materi atau tugas yang diberikan tidak wajib bertujuan
pencapaian kompetensi peserta didik, tapi cukup menghubungankan materi pelajaran dengan Covid-19. Akibatnya guru bingung
mencari ide kegiatan pembelajaran. Untuk itu saya merasa tertantang untuk menggunakan aplikasin yang sebelumnya tidak
saya ketahui dan masih asing bagi saya.
Upaya apa saja yang Anda lakukan untuk memahami situasi tersebut secara komprehensif? Peluang dan kesempatan apa saja
yang Anda identifikasi dalam situasi tersebut untuk membantu Anda menghadapinya?
Pada awal permulaan kegiatan Pembelajaran Daring, saya dan peserta didik sepakat melaui WAG Mapel Agribisnis Tanaman
Hias (kemudian disingkat WAG-ATH).
Saya memulai dengan tugas pertama, yaitu membuat poster tentang hubungan antara Tanaman Hias dan Covid-19. Saya
memberi batasan waktu kepada peserta didik untuk menyelesaikan tugas tersebut, kemudian mengirimkan kembali ke WA
pribadi saya dalam bentuk foto/JPEG.
Sepekan kemudian, saya melanjutkan ke pertemuan ke-2 pembelajaran daring. Lagi, saya memberi tugas kepada peserta didik
berupa membuat ringkasan materi pelajaran dan mengirimkannya kembali ke WA pribadi saya dalam bentuk JPEG. Tugas
kedua tidak lagi berhubungan dengan covid-19.
Dari permulaan pembelajaran daring dan kemudian dilanjutkan dengan pembelajarn ke-dua, diwarnai berbagai masalah yang
dapat saya simpulkan sebagai berikut :
1. Banyak peserta didik yang sulit memahami dan kurang mengerti dengan instruksi tugas;
2. Banyak peserta didik yang terlambat dan bahkan tidak mengirimkan kembali foto tugasnya, karena beberapa alasan, seperti :
baru punya quota internet sehingga terlambat mendapatkan informasi tugas; susahnya mencari jangkauan internet, dan lain-
lainnya.
3. Adanya peserta didik yang masa bodo dan tidak peduli dengan kegiatan pembelajaran, walaupun mereka memiliki quota
internet. Keadaan ini dapat dipantau dari keaktifannya di WAG;
4. Yang mengirimkan hasil kerjanya hanya peserta didik yang sama;
5. peserta didik memberanikan diri mengeluarkan uneg-unegnya yang mulai bosan dengan banyaknya tugas ringkasan dari
guru-guru
Keadaan ini membuat saya memutar otak untuk mencari solusi yang tepat, agar pembelajaran tetap terlaksana dan peserta didik
tidak terlalu jenuh dengan tuntutan tugas dari guru. Saya juga selalu meminta pendapat peserta didik akan solusi terbaik agar
kegiatan pembelajaran daring terlaksana tanpa kejenuhan.
Saya mengusulkan pembelajaran melalui video, Youtube, webbex, dan Zoom. Hampir semua peserta didik menolak, dengan
alasan terlalu banyak menghabiskan quota internet, dan ada aplikasi yang tidak didukung oleh smartphone yang mereka miliki.
Pertimbangan-pertimbangan atau alternatif apa saja yang Anda hadirkan dalam membuat keputusan? Informasi apa lagi yang
Anda gunakan untuk memperkuat keputusan Anda?
Saya mencoba beberapa solusi lain dan trik untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang cukup kompleks tersebut
dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan, di antaranya :
1. Saya membuat alternative lain sebagai wadah pembelajaran daring.
Pembelajaran daring tidak saja dilakukan di WAG-ATH, tetapi juga di Google Classroom dan melalui Aplikasi Perpesanan
Facebook (MG-ATH ATH yang disingkat dengan MG-ATH). Semua peserta didik boleh memilih salah satu atau semua dari
aplikasi tersebut. Hal ini saya lakukan untuk mengantisipasi peserta didik yang tidak memiliki quota internet, karena melalui
Masenger bisa tanpa quota internet.
2. 3 hari sebelum pelaksanaan pembelajaran, saya mengirimkan ringkasan materi pelajaran dalam format JPEG dan Pdf, untuk
dipelajari oleh peserta didik. Kemudian saya menginstruksikan untuk membuat dan mengajukan pertanyaan di dalam MG-ATH
pada saat jadwal mapel jika ada yang kurang jelas/sulit dimengerti dari materi yang saya kirim. Hal ini saya lakukan agar peserta
didik tidak jenuh dengan tugas membuat ringkasan materi.
3. Teknik lain yang saya pilih, adalah diskusi tentang materi pelajaran di dalam MG-ATH, yang dilanjutkan dengan tanya jawab
yang dituliskan di dalam MG-ATH. Yang mengajukan pertanyaan dan yang bisa memberikan tanggapan atas pertanyaan kawan-
kawannya akan mendapatkan point rewards. Kegiatan diskusi dan tanya jawab tetap mengacu pada etika kegiatan diskusi
nyata/tatap muka, yaitu dengan mengangkatkan tangannya ketika mau bertanya atau menjawab pertanyaan dengan
menggunakan icon angkat tangan. Kegiatan diskusi ini bertujuan untuk memberi pemahamann kepada peserta didik terhadap
materi yang mereka peroleh di hari sebelumnya
4. Membuat progress keterlaksanaan kegiatan pembelajaran daring berupa urutan nama peserta didik yang menyelesaikan
tugasnya. Kemudian mengumumkan progress tersebut ke dalam WAG-ATH dan MG-ATH. Hal ini saya lakukan untuk
memotivasi peserta didik agar aktif di kegiatan pembelajarn daring.
Tindakan apa yang kemudian Anda ambil dan bagaimana hasilnya?
Setiap tatap muka pembelajaraan daring tidak selalu berjalan mulus. Selalu ditemukan masalah-masalah dan kendala yang
sama dan masalah baru, namun pembelajaran daring tetap harus terlaksana.
Ada beberapa hal yang saya lakukan, diantaranya :
1. Membuat WAG khusus (yang sifatnya sementara) bagi peserta didik (6 orang) yang selalu aktif dengan WAG-ATH namun
tidak pernah aktif dalam kegiatan pembelajaran dan juga tidak pernah mengirim tugas.
Dalam WAG ini, saya menanyakan alasan mereka mengapa tidak pernah aktif dalam pembelajaran, kemudian mencari solusi
dan membuat kesepakatan. Dengan solusi dan kesepakatan yang diperoleh akhirnya mereka aktif di pembelajaran, dan WAG
khusus dibubarkan.
2. Untuk peserta didik yang tidak pernah aktif sama sekali di WAG-ATH dan di MG-ATH (3 orang)
Saya meminta peserta didik lain yang berdekatan rumah dengan mereka untuk menyampaikan pesan saya agar menemui saya
satu persatu pada saat jadwal piket saya di sekolah. Lalu saya meminta alasan mereka mengapa tidak pernah aktif sama sekali
di kegiatan pembelajaran daring.
3. Memberikan opsi khusus bagi peserta didik yang sama sekali tidak mampu untuk mengikuti pembelajaran daring, seperti tidak
memiliki smartphone, tidak mampu membeli quota internet, dan jauh dari jangkauan internet.
Opsi tersebut berupa : pemberian tugas langsung; atau meminjam smartphone kawannya/orang lain.
Setelah mengalami banyak masalah dan kendala, kemudian menerapkan berbagai solusi dan tindakan, akhirnya kegiatan
pembelajaran daring berjalan lebih lancar dari biasanya, dan sedikit lebih menarik dari awal-awal pertemuan.
Dari progress keterlaksanaan juga terlihat pada setiap pertemuan terjadi kemajuan penambahan jumlah peserta didik yang
mengirimkan tugasnya, dan yang aktif dalam diskusi.

apan waktu kejadiannya? Masukan atau umpan balik apa yang secara spesifik Anda dapatkan? Apa yang Anda rasakan saat
menerima masukan atau umpan balik tersebut?
Pada bulan April 2018 oleh kepala sekolah saya diusulkan (lebih pas diperintahkan) sebagai utusan peserta Calon Guru
Berprestasi dan Berdedikasi tahun 2018 tingkat Provinsi Kabupaten Pekalongan. Menurut Kepala Sekolah saya memenuhi kriteria
untuk diusulkan sebagai calon guru berprestasi serta memiliki kemampuan untuk berkompetisi. Awalnya saya menolak tantangan
tersebut, karena berbagai alasan. Bertepatan pada saat itu saya sedang membantu 2 orang teman untuk mempersiapkan bahan
usulan fungsional pertama kali sebagai guru, dan waktunya juga mepet. Selain itu saya juga punya balita 2 tahun yang sedang
aktif dan perlu perhatian ekstra. Saya menyampaikan alasan-alasan tersebut kepada kepala sekolah. Namun kepala sekolah
meyakinkan saya bahwa saya mampu mempersiapkan semuanya dan mampu mengatasai kendala-kendala yang ada. Karena
keyakinan dan motivasi dari kepala sekolah, akhirnya saya menerima tantangan tersebut.Namun karena banyaknya unsur
penilaian dan itu harus saya siapkan, seperti video kegiatan pembelajaran, Karya Tulis berupa Penelitian Tindakan Kelas, dan
unsur-unsur lainnya yang saya belum punya sama sekali, saya merasa waktu sebulan tidak memungkinkan saya menyelesaikan
itu semua ditambah dengan kondisi saya yang sedang membantu 2 orang teman mempersiapkan bahan usulan jabatan
fungsional guru.

Bagaimana cara Anda menyikapi masukan dan umpan balik tersebut untuk pengembangan diri Anda?
Saya mencoba memperhitungkan kemungkinan saya mampu menyelesaikan semua dokumen keperluan seleksi, sekaligus saya
mampu membantu teman saya, serta anak balita saya tetap mendapatkan perhatian ekstra dari saya. saya menyimpulkan bahwa
saya merasa tak akan sanggup melewati dan menyelesaikan semua dalam waktu sekitar 1 bulan.
Dengan sangat terpaksa dan berharap pengertian dari kepala sekolah, saya menyatakan tidak siap untuk ikut mengikuti seleksi
calon guru berprestasi dan berdedikasi tahun 2018. Saya melihat kekecewaan di wajah kepala sekolah. Namun pada saat itu,
saya berjanji dan meyakinkan kepada kepala sekolah bahwa tahun depan (2019) saya siap untuk ikut seleksi. Pernyataan saya
tersebut ternyata tidak mampu mengobati kekecewaan kepala sekolah. Dalam hati saya berjanji dan bertekad bahwa tahun
depan saya harus mampu mengobati kekecewaannya. Kembali saya focus menyelesaikan bahan-bahan kelengkapan usulan
jabatan fungsional guru pertama kali untuk 2 orang teman saya
Sesuai dengan janji dan tekad saya semula, saya mulai mengumpulkan semua dokumen yang sekira diperlukan untuk seleksi
guru berprestasi. Berbekal Petunjuk Teknis tahun 2018, satu persatu unsur penilaian saya persiapkan. Saya mulai melakukan
Best Practice dan Penelitian Tindakan Kelas, kemudian menuangkannya dalam bentuk karya tulis ilmiah. Selain itu saya juga
mempersiapkan scenario untuk video kegiatan pembelajaran. Bukti fisik untuk dokumen portofolio pun sudah terkumpul.
Selain memanfaatkan masukan dan umpan balik dalam proses pengembangan diri Anda, Hal berbeda apa yang Anda lakukan
untuk mendukung proses pengembangan diri Anda? Adakah cara-cara di luar kebiasaan yang Anda lakukan dimana hal tersebut
membuat Anda kurang nyaman namun mendukung proses pembelajaran Anda?
Ada banyak pembelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan selama persiapan tersebut. Saya menjadi tertantang untuk
melakukan penelitian ilmiah yang sebenarnya agak susah bagi saya, walaupun sebelumnya sudah pernah saya lakukan. Saya
yang tidak pernah membuat video pembelajaran, menjadi mengerti bagaimana proses pembuatan video documenter yang
sebenarnya. Akhirnya persiapan bisa dikatakan rampung 50%, tinggal menyesuaikan dengan Petunjuk Juknis 2019.
Awal tahun 2019, Petunjuk Juknis (Juknis) Seleksi Guru Berprestasi dan Berdedikasi tahun 2019 rilis. Saya pelajari Juknis
tersebut, ternyata ada perbedaan dengan juknis tahun 2018, namun tidak terlalu banyak. Best Practice yang sudah saya tulis,
tidak bisa dipakai untuk seleksi karena temanya berbeda dengan yang diminta antara tahun 2018 dan 2019. Tidak ada
kekecewaan dalam diri saya, saya tetap merasa puas karena telah mampu melakukan hal baru bagi siswa saya. Kemudian saya
membuat best practice lagi yang sesuai dengan tema yang diminta didalam juknis 2019.Bulan Mei 2019, kepala sekolah
menyampaikan kepada saya bahwa ada Surat Edaran dari Dinas Pendidikan Provinsi tentang seleksi Calon Guru Berprestasi dan
Berdedikasi tahun 2019. Kepala sekolah menagih janji saya. Dengan penuh percaya diri, saya menyatakan siap untuk ikut
berkompetisi. Dan tak lupa kepala sekolah menyemangati saya dengan mengatakan bahwa saya akan menjadi pemenang. Tentu
saja statemennya ini menjadi tantangan besar bagi saya. Saya harus mewujudkan harapannya.
Saya terus bekerja keras mempersiapkan segala kebutuhan lomba/seleksi. Dibantu oleh teman sejawat, serta dukungan dan
bantuan keluarga, akhirnya semuanya menjadi rampung sebelum hari H.
Kegiatan seleksi dilaksanakan 28 Juni sampai dengan 1 Juli 2019. Dengan penuh percaya diri, saya berangkat dengan membawa
segala dokumen yang diminta sesuai juknis 2019, tanpa pernah bertanya dan berkoordinasi dengan orang-orang yang pernah
ikut seleksi sebelumhya. Saya merasa inilah kesalahan terbesar saya, terlalu percaya diri, sehingga lupa bahwa saya sebenarnya
butuh informasi dari orang yang bepengalaman sebelum saya.
Bagaimana aplikasi hasil proses pembelajaran yang Anda sebutkan di dalam pekerjaan Anda?
Saya kembali ke sekolah, ucapan selamat saya terima dari kawan-kawan dan juga dari kepala sekolah. Dan kembali kepala
sekolah menyampaikan kekayikannnya bahwa saya memiliki kemampun berkompetisi. Kepala sekolah kembali menyemangati
saya, bahwa saya berada pada posisi kedua (juara 2) karena yang juara 1 pendidikannya sudah tingkat magister (S2) sedangkan
saya hanya sarjana (S1). Walaupun bagi saya kata-kata kepala sekolah tersebut tidak sepenuhnya benar, namun saya tetap
berterimakasih atas usahanya memotivasi saya.
Ada beberapa teman sejawat yang bertanya tentang pengalaman saya mengikuti seleksi guru berprestasi dan berdedikasi. Saya
tak segan bercerita mulai dari persiapan sampai saya dinyatakan sebagai pemenang kedua. Tak lupa saya ceritakan
pembelajaran dan pengalaman-pengalaman baru yang saya dapatkan selama proses tersebut. Namun sayang sekali tak satupun
dari mereka yang tertarik untuk mengikuti jejak saya. Mereka merasa pesimis, dan meyakini diri tak mampu untuk ikut seleksi
guru berprestasi dan berdedikasi.

Kapan waktu kejadiannya? Siapa yang Anda kembangkan? Apa yang memotivasi Anda melakukan pengembangan tersebut?
Pada bulan Oktober tahun 2018 saya mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (diklat) Instruktur Nasional untuk kegiatan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru Bahasa Inggris (PKB Guru Bahasa Inggris) tahun 2018 di Hotel Sahid Rich
Yogyakarta. Pendidikan dan Pelatihan dilaksanakan selama 16 hari kerja, dilanjutkan dengan Uji Kompetensi selama 3 hari kerja.
Pendidikan dan Pelatihan tersebut dilaksanakan dalam rangka membekali calon-calon Instruktur Nasional dalam memfasilitasi
pelaksanaan PKB Guru Bahasa Inggris di masing-masing provinsi. Saya diikutsertakan dalam diklat tersebut berdasarkan hasil
seleksi secara nasional calon Instruktur Nasional untuk kegiatan PKB Guru Bahsa Inggris Provinsi Jawa Tengahn . Diklat selesai
dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2018, dan saya dinyatakan Kompeten sebagai Instruktur Nasional PKB Guru Bahasa
Inggris.

Hal apa yang menjadi fokus pengembangan? Ceritakan pula cara Anda membangun kesepakatan guna mencapai hasil
pengembangan yang diharapkan.
Kegiatan diklat PKB Guru Bahasa Inggris bertujuan untuk memfasilitasi guru dalam rangka meningkatkan satndar kompetensinya
meliputi: standar kompetensi pedagogic, kepribadian, social, dan kompetensi professional guru SMP secara bertahap dan
berkelanjutan. Melalui kegiatan PKB diharapkan terjadinya peningkatan performa guru dalam melaksanakan tugasnya. Namun
yang menjadi focus utama kegiatan PKB adalah pada keberhasilan peserta didik. Proses PKB harus dimulai dari guru sendiri
hingga mencapai perubahan pada dirinya yang tentunya nanti akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanannya kepada peserta
didik.
Pembiayaan selama kegiatan bersumber dari dana APBN tahun 2018. Diklat PKB tahap I dilaksanakan untuk 2 klaster
kompetensi profesional, sampai semua peserta dinyatakan kompeten pada 2 klaster tersebut.
Kepada peserta diminta komitmennya untuk serius mengikuti kegiatan diklat sampai berakhirnya assasment (penilaian/Uji
Kompetensi Keahlian). Karena proses penilaian sifatnya menyeluruh, yaitu penilaian sikap, penilaian pengetahuan dan penilaian
keterampilan. Untuk penilaian sikap, kepada peserta dijelaskan bahwa pembentukan sikap guru (disiplin, tanggung jawab, teliti,
kerjasama, dll) akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan sikap peserta didik. Karena itu sikap guru lah yang pertama kali
dinilai. Untuk penilaian pengetahuan, peserta terlebih dahulu dibekali dengan kegiatan pembelajaran di kelas dengan cara
mempelajari modul pembelajaran yang difasilitasi oleh instruktur dan widyaiswara. Sedangkan penilaian keterampilan dibekali
dengan kegiatan praktik dan unjuk kerja sesuai dengan klaster kompetensi.
Dukungan apa saja yang Anda berikan bagi orang tersebut? Hambatan apa yang Anda temui dan bagaimana cara Anda
mengatasinya? Upaya-upaya apa saja yang Anda lakukan untuk mempertahankan motivasi orang tersebut?
Di awal kegiatan diklat PKB, saya menyampaikan kepada peserta bahwa peserta akan mendapatkan 3 jenis sertifikat jika
mengikuti sampai akhir. Pertama adalah sertifikat telah mengikuti diklat PKB yang dikeluarkan oleh P4TK dINAS Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Pekalongan dan 2 sertifikat lainnya adalah Sertifikat Kompetensi masing-masing klaster yang dikeluarkan
oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Jika tiada halangan, sesuai dengan perencanaan P4TK Kabupaten Pekalongan
kegiatan diklat PKB akan terus berlanjut hingga peserta mendapatkan 5 sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh BNSP, maka
secara otomatis peserta akan mendapatkan 1 sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh BNSP yang berlogo Dinas Pendidikan
Kabupaten Pekalongan .
Selama kegiatan diklat PKB, peserta dan instruktur dan juga widyaiswara, tidak saja focus pada materi untuk pencapaian
kompetensi, tetapi lebih banyak berbagi (sharing) pengalaman dan permasalahan dalam menghadapi berbagai karakter peserta
didik di sekolah masing-masing. Bahkan ada yang berbagi pengalaman dan permasalahan dalam berinteraksi dan bekerjasama
dengan teman sejawat, atasan, dan dengan tenaga kependidikan di sekolahnya. Dari permasalahan-permasalahan tersebut,
maka bersama-sama antara instruktur, widyaiswara dan peserta berdiskusi dan saling bertukar pendapat, sehingga menemukan
pengalaman unik masing-masing yang bisa diadopsi untuk dibawa ke sekolah masing-masing pula. Dengan berbekal teori ilmu
pedagogic dan pengalaman, saya sebagai instruktur bersama dengan iswara juga memfasilitasi peserta dengan menghubungkan
pengalaman dan teori dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi peserta di sekolahnya. Kegiatan diklat PKB berjalan
lebih seru dan tidak monoton.
Selama kegiatan diklat PKB tentu saja ada kendala yang dihadapi. Yang paling dirasakan oleh saya adalah pada saat
menghadapi satu orang peserta (peserta pengganti) yang ternyata berlatar belakang ilmu Ekonomi, bukan Pertanian (ATPH).
Saya dan widyaiswara sedikit kewalahan, ketika peserta tersebut sama sekali tidak mengerti apa yang kita bahas, dan juga tidak
mengerti tentang materi yang disampaikan, karena memang bukan bidang keilmuannya. Selain itu, yang bersangkutan juga
memiliki karakter yang tertutup dan pendiam, sehingga sulit menemukan keunikannya. Untuk mengupayakan agar yang
bersangkutan tetap bertahan dan memegang komitmennya untuk menyelesaikan diklat sampai akhir, maka saya dan widyaiswara
lebih banyak memberikan perhatian khusus kepadanya, agar dia benar-benar memahami apa yang sedang kita bahas dan
pelajari. Alhamdulillah yang bersangkutan mampu beradaptasi dan berbaur dengan peserta lainnya, sehingga mampu
menyelesaikan semua rangkaian kegiatan diklat dengan predikat Kompeten.
Bagaimana hasilnya?
Pada 16 November 2018, kegiatan diklat PKB guru Bahasa Inggris Kabupaten Pekalongan berakhir. Semua peserta bersuka ria
karena mereka semua dinyatakan Kompeten oleh assessor. Namun mereka juga bersedih karena kegiatan diklat yang cukup seru
dan memberikan banyak manfaat harus berakhir.
Kegiatan diklat PKB yang dilaksanakan di sekolah saya ini SMP Negeri 1 Karanganyar ternyata berdampak positif bagi peserta
didik dan guru di sekolah saya. Beberapa peserta didik berkata kepada saya, mereka ingin belajar seperti cara belajar guru-guru
tersebut (peserta diklat PKB beserta instruktur dan widyaiswara). Mereka melihat ada keasyikan tersendiri jika belajarnya seperti
metode belajarnya guru-guru peserta PKB. Sedangkan bagi guru di sekolah saya, ada yang merasa kecewa tidak bisa ikut serta
dalam diklat dan berharap suatu saat bisa menjadi peserta dalam diklat PKB.

Anda mungkin juga menyukai