Anda di halaman 1dari 3

DEFINISI HUKUM

CPMK: Mampu menjelaskan konsep dasar definisi hukum dan kaidah yang mengatur kehidupan
manusia dan membedakan macam-macam kaidah yang mengatur kehidupan manusia
termasuk kaidah agama islam dalam al-Qur’an dan Hadist (C2) (S7) (P1)
SUB CPMK: Mampu menjelaskan konsep dasar hukum, definisi hukum dan mengategorikan
definisi hukum dari para ahli ke dalam pendekatan monisme dan dualisme

Pendapat yang dapat diterima mengenai hubungan antara


hukum dengan masyarakat adalah pendapat yang dikemukakan oleh
Prof. van Apeldoorn bahwa: “Hukum terdapat di seluruh dunia,
dimana terdapat suatu masyarakat manusia”. Pendapat lainnya yaitu
dari J.H.A. Logemann yang mengemukakan, bahwa: “Umum telah
menyepakati bahwa bagaimanapun juga hukum itu ada hubungannya
dengan masyarakat”.
Setelah mengetahui hubungan antara hukum dan masyarakat,
muncul pertanyaan baru, apakah hukum itu? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, menarik apa yang dikemukakan oleh Dr. I Kisch,
bahwa: “Disebabkan hukum tidak dapat ditangkap oleh pancaindra,
maka adalah sulit untuk membuat suatu definisi tentang hukum, yang
dapat memuaskan orang pada umumnya”.
Hukum memang pada hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak,
meskipun pada manifestasinya bisa berwujud konkrit. Oleh karena
itu, pertanyaan tentang apakah hukum itu, senantiasa merupakan
pertanyaan yang jawabannya tidak mungkin satu. Dengan kata lain,
persepsi orang tentang hukum itu beranekaragam, tergantung dari
sudut mana mereka memandangnya, baik itu halim, ilmuan hukum,
dan rakyat awam.
Perkembangan sejarah kehidupan umat manusia menyebabkan
senantiasa terjadi pula perubahan tentang apa yang dimaksud
sebagai hukum dari masa ke masa. Sebelum manusia mengenal
undang-undang, hukum tentu saja identik dengan kebiasaan dan
tradisi yang menjadi pedoman di dalam kehidupan mereka. Ketika
undang-undang sedemikian diagungkan keberadaan dan
kemampuannya, muncul pandangan yang mengidentikkan hukum
dengan undang-undnag. Lalu pada masyarakat yang religius, hukum
diidentikkan dengan hukum tuhan atau hukum agama. Ketika
masyarakat tiba pada tahap perkembangan dimana fungsi pranata
pengadilan sangat difungsikan, orang lantas mengidentikkan hukum
dengan segala sesuatu yang bertalian dengan pengadilan.
Di sinilah awal kesulitan bahkan kemustahilan untuk membuat
suatu definisi hukum yang dapat diterima oleh semua kalangan. Oleh
karena itu masih relevan pendapat yang dikemukakan oleh Emmanuel
Kant beberapa abad silam bahwa: “Tidak ada seorang yurispun yang
mampu membuat satu definisi hukum yang tepat”.
Jadi, beberapa penyebab kesulitan didefinisikannya hukum
secara intern adalah karena sifatnya yang abstrak, adanya perubahan
perkembangan sejarah kehidupan umat manusia, dan cakupan yang
diatur oleh hukum sangat luas sekali. Secara normatif dogmatik,
hukum mengatur hampir seluruh segi kehidupan manusia, mulai dari
manusia lahir sampai dengan manusia meninggal. Ilustrasi dari
semenjak dalam kandungan, jabang bayi dianggap sebagai subjek
hukum, dsb. Penyebab kesulitan secara ekstern adalah dari segi kata-
kata.
Jangankan hukum yang memang abstrak, sesuatu yang
konkritpun sering sulit untuk didefinisikan dengan hanya satu definisi.
Contoh pengertian kuda yang dikemukakan oleh Paton. Pengertian
kuda berbeda-beda tergantung dari siapa yang memberikan, apakah
seorang zoologi, penumpang, rakyat kebanyakan, dsb. Begitu pula
pengertian rumah yang menurut bahasa sehari-hari berbeda dengan
pengertian rumah menurut KUHPidana, yaitu tempat yang digunakan
untuk berdiam siang dan malam, artinya untuk makan, tidur dan lain-
lain.
Dengan mengetahui berbagai kesulitan untuk merumuskan satu
definisi hukum, tidak berarti kita tidak perlu membuat suatu definisi
hukum. Bagaimanapun sebagai pegangan, suatu definisi hukum
dibutuhkan dengan tetap menyadari keterbatasan definisi tersebut.
Seperti yang disebutkan di atas, bahwa apa yang dimaksud
dengan hukum, tergantung pada sudut pandang apa yang digunakan
seseorang. Hukum dapat diartikan juga dalam artian yang agak
metaporis seperti misalnya jika kita mengatakan tentang hukum-
hukum fisika atau hukum-hukum kimia. Demikian pula, hukum
berbeda-beda artiannya jika yang memandangnya seorang sosiolog
atau seorang sejarawan, seorang filosof, dan sudut pandang seorang
yuris. Pandangan yuris sekalipun ada perbedaannya tergantung ia
penganut hukum apa, apakah penganut hukum alam, positivis,
sosiologis,
Salah satu definisi hukum dari yang berfaham sosiologis yaitu
dari Bellefroid yang menyatakan, bahwa hukum yang berlaku di suatu
masyarakat mengatur tatatertib masyarakat, dan didasarkan atas
kekuasaan yang ada dalam masyarakat itu. Salah satu definisi hukum
dari yang berfaham realis yaitu dari Holmes yang menyatakan, apa
yang diramalkan akan diputuskan oleh pengadilan, itulah yang
diartikan sebagai hukum.
Menurut Van Kan, sebagai salah satu definisi hukum dari yang
berfaham positivis dan dogmatik, bahwa hukum adalah keseluruhan
aturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan
manusia di dalam masyarakat.
Menurut Mochtar Kusumaatmadja, Hukum adalah keseluruhan
asas-asas dan kaedah-kaedah yang mengatur kehidupan pergaulan
manusia dalam masyarakat, meliputi pula lembaga-lembaga dan
proses-proses yang mewujudkan berlakunya kaedah itu dalam
masyarakat sebagai kenyataan.
Menurut Utrecht, hukum adalah himpunan petunjuk-petunjuk
hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat, dan oleh karena itu harus ditaati oleh
anggota masyarakat yang bersangkutan.
Perbandingan definisi hukum menurut Mochtar dan Utrecht
adalah:
Persamaan: 1. Himpunan peraturan-peraturan
2. Mengatur manusia dalam masyarakat
Perbedaan: 1. Definisi mochtar lebih luas
2. Ditandai dengan adanya lembaga dan proses-proses.

Anda mungkin juga menyukai