Anda di halaman 1dari 8

20

II. Konsep Penyakit


A. Pengertian
Asfiksia adalah perubahan patologis yang disebabkan oleh kurangnya oksigen
dalam udara pernafasan, yang mengakibatkan hipoksia dan hiperkapnia.
Sedangkan Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Ridha, 2017:
174).
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang
mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setalah lahir,
sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak mengeluarkan zat
asam arang dari tubuh (Dewi, 2012: 102).

B. Fisiologi Pernafasan Bayi Baru Lahir


Oksigen sangat penting bagi kehidupan sebelum dan sesudah persalinan.
Selama didalam Rahim, janin mendapatkan oksigen dan nutrien dari ibu melalui
mekanisme difusi melalui plasenta yang berasal dari ibu diberikan kepada janin.
Sebelum lahir, alveoli paru bayi menguncup dan terisi oleh cairan. Paru janin
tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk mengeluarkan CO2
(karbondioksida) sehingga paru tidak perlu diperfusi atau dialiri darah dalam
jumlah besar. Setelah lahir, bayi tidak berhubungan dengan plasenta lagi
sehingga dan akan segera bergantung kepada paru sebagai sumber utama
oksigen. Oleh karena itu, maka beberapa saat sudah lahir paru harus segera
terisi oksigen dan pembuluh darah paru harus berelaksasi untuk memberikan
perfusi pada alveoli dan menyerap oksigen untuk diedarkan keseluruh tubuh
(Dwienda, 2014 : 15).

C. Etiologi Asfiksia
Menurut Ridha (2017: 174), faktor penyebab terjadinya asfiksia neonatorum
adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor dari pihak janin
a. Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat
21

b. Defresi pernafasan karena obat-obat anestesi analgetik yang diberikan


kepada ibu, perdarahan intra kranial, dan kelainan bawaan (hernia
diafragmatika, atresia saluran pernafasan, hipopsia paru-paru dll.
2. Faktor-faktor dari pihak ibu
a. Gangguan HIS
b. Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan misalnya pada plasenta
previa
c. Hipertensi pada eklamsia
d. Gangguan mendadak pada placenta
3. Faktor Neonatus
a. Trauma persalinan, perdarahan rongga tengkorak.
b. Kelainan bawaan, hernia diafragmatik atresia atau stenosis jalan nafas.

D. Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir tergantung pada kondisi janin pada masa
hamil dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan
yang bersifat sementara. Proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan akan terjadi usaha bernafas pertama (primary
gasping) yang kemudian akan berlanjut pernafasan teratur. Sifat asfiksia yang
ringan ini tidak berpengaruh bukur karena reaksi adaptasi bayi dapat
mengatasinya.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau transportasi O2 selama kelahiran
atau persalinan, maka terjadilah asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh, kerusakan dan gangguan ini dapat membaik
atau tidak, tergantung pada berat dan dalamnya asfiksia. Asfiksia yang terjadi
dimulai dengan suatu periode apnea (berhenti bernafas), disertai dengan
penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha
bernafas yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia
berat usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya ada dalam periode
apnea.
Pada tingkat ini disamping perlahannya frekuensi jantung ditemukan pula
penurunan tekanan darah. Disamping itu ada perubahan klinis yang akan terjadi
berupa gangguan metabolisme dan perubahan pertukaran gas oksigen (O2)
22

mungkin hanya menimbulkan asidosis resfiratorik meningginya tekanan oksigen


(O2) dalam darah dan bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
proses metabolisme anaerobic yang kemudian dapat menyebabkan timbulnya
asidosis metabolic, selanjutnya terjadi perubahan kardiovaskuler. Asidosis dan
gangguan kardiovaskuler dalam tubuh berkakibat buruk terhadap sel otak.
Kerusakan yang terjadi dapat menimbulkan kematian atau kehidupan dengan
gejala sisa (squele).
Mengenal dengan tepat perubahan-perubahan diatas sangat penting, karena hal
itu merupakan matifestasi dari pada tingkat asfiksia. Tindakan yang dilakukan
hanya akan dapat berhasil dengan baik bila perubahan yang terjadi dikoreksi
secara adekuat. Dalam praktek, menentukan tingkat asfiksia bayi dengan tepat
membutuhkan pengalaman dan observasi klinik yang cukup. Menentukan
beberapa kriteria klinik untuk menilai keadaan bayi bar lahir (Ridha, 2017: 175-
176).
23

Pathway Asfiksia

Persalinan lama, lilitan tali Paralisis pusat pernafasan Faktor lain : anestesi, obat-
pusat, presentasi bayi obatan
abnormal

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2 dan Bayi premature Paru-paru


kadar CO2 meningkat Hipoterm belum memiliki terisi cairan
i mekanisme
menggigil
Gangguan
Ketidakefektif metabolime
Nafas cepat Suplai O2 Suplai O2 dalam an bersihan dan
keparu menurun darah menurun jalan nafas perubahan
asam basa
Apnea
Kerusakan otak, perdarahan,
Sianosis, kulit
kejang
teraba dingin Asidosis
DJJ dan respiratorik
TD Pola
nafas Hipovolemia
tidak Gangguan
efektif perfusi
Gangguan perfusi
Janin tidak bereaksi jaringan
Resiko ventilasi
terhadap ketidakefektifan
rangsangan perfusi jaringan
otak
Gangguan pertukaran
gas
Intoleransi aktivitas
24

E. Tanda dan Gejala


Menurut Ridha (2017 : 175), tanda dan gejala terjadinya asfiksia neonatorum
sebagai berikut :
a. Hipoksia
b. RR >60x/menit atau <30x/menit
c. Nafas megap-megap atau gasping sampai terjadi henti nafas
d. Bradikardia
e. Tonus otot berkurang
f. Warna kulit sianosis atau pucat

F. Jenis-jenis Asfiksia
Menurut Dwienda (2014 : 16-17), jenis-jenis adfiksia yaitu :
1. Asfiksia Berat
a. Nilai apgar 0-3
b. Frekuensi jantung kecil (<40x/menit)
c. Tidak ada usaha nafas
d. Tonus otot lemah, bahkan hampir tidak ada
e. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan
f. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
g. Terjadi kekurangan O2 yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan
Penatalaksaan : resusitasi aktif dan segera.
2. Asfiksia Sedang
a. Nilai apgar 4-6
b. Frekuensi jantung menurun (60-80x/menit)
c. Usaha nafas lambat
d. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik
e. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan
f. Bayi tampak sianosis
g. Tidak terjadi kekurangan O2 yang bermakna selama proses persalinan
Penatalaksanaan : resusitasi
3. Asfiksia ringan
a. Nilai apgar 7-10
b. Takipnea dengan nafas >60x/menit
25

c. Bayi tampak sianosis


d. Adanya retraksi sela iga
e. Bayi merintih (grunting)
f. Adanya pernafasan cuping hidung
g. Bayi kurang aktifitas
h. Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh wheezing positif
Penatalaksanaan : resusitasi

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan penunjang pada pasien asfiksia yaitu
pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan darah yang berguna untuk mengetahui
kadar Hb, (leukosit dan trombosit), penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit,
frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot dan reflek), pemeriksaan EEG dan CT-
Scan jika sudah timbul komplikasi.

H. Penatalaksanaan
Menurut Dewi (2012: 104), tindakan yang dapat dilakukan pada bayi asfiksia
neonatorum adalah sebagai berikut:
1. Bersihkan jalan nafas dengan pengisap lendir dan kasa steril.
2. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik.
3. Segera keringkan tubuh bayi dengan handuk/kain kering yang bersih dan
hangat.
4. Nilai status pernafasan. Lakukan hal-hal berikut bila ditemukan tanda-tanda
asfiksia.
a. Segera baringkan dengan kepala bayi sedikit ekstensi dan penolong berdiri
di sisi kepala bayi dari sisa air ketuban.
b. Miringkan kepala bayi.
c. Bersihkan mulut dengan kasa yang dibalut pada jari telunjuk.
d. Isap cairan dari mulut dan hidung.
5. Lanjutkan menilai status pernafasan.
Nilai status pernafasan apabila masih ada tanda asfiksia, caranya dengan
menggosok punggung bayi (melakukan rangsangan taktil). Bila tidak ada
perubahan segera berikan nafas buatan.
26

I. Komplikasi
Meliputi berbagai organ yaitu :
1. Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis
2. Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persiste pada neonatus,
perdarahan paru, edema paru
3. Gastrointestinal : enterokolitis nekotikos
4. Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH
5. Hematologi DIC (Nursalam, 2008).
27

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2012. Asuhan Neonatus Bayu dan Anak Balita. Salemba
Medika, Jakarta.

Dwienda R, Octa, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak
Prasekolah Untuk Para Bidan.Deepusblish, Yogyakarta.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Salemba Medika, Jakarta.

Ridha, H. Nabiel. 2017. Buku Ajar Keperawatan Anak. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai