OLEH:
RIZAL FIRMANSYAH
BIODATA SINGKAT
Nama Lengkap : Rizal Firmansyah
TTL : Bangka, 5 Mei 1986
Kebangsaan : Indonesia
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tinggal : Jalan Depati Said No.1 Kota Lubuklinggau
Agama : Islam
Pekerjaan : Hakim
Pendidikan : S2 Ilmu Hukum
DASAR HUKUM MEDIASI DI BIDANG PERTANAHAN
Kasus pertanahan adalah sengketa, konflik, atau perkara tanah yang disampaikan kepada Kementerian Agraria dan Tata Ruang
(“Kementerian ATR”) /Badan Pertanahan Nasional (“BPN”), Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (“Kanwil BPN”), kantor
pertanahan sesuai kewenangannya untuk mendapatkan penanganan dan penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Pasal 1 angka 1 Permen ATR/Kepala BPN 21/2020)
Kasus pertanahan (Pasal 1 angka 2,3,4 Permen ATR/Kepala BPN 21/2020) dibedakan menjadi:
❑ Sengketa pertanahan, yakni perselisihan tanah antara orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak
berdampak luas.
❑ Konflik pertanahan, yakni perselisihan tanah antara orang perseorangan, kelompok, golongan, organisasi, badan hukum,
atau lembaga yang mempunyai kecenderungan atau sudah berdampak luas.
❑ Perkara pertanahan, yakni perselisihan tanah yang penanganan dan penyelesaiannya melalui lembaga peradilan
KLASIFIKASI SENGKETA DAN KONFLIK TANAH
❑ Kasus berat, yang melibatkan banyak pihak, mempunyai dimensi hukum yang kompleks, dan/atau berpotensi menimbulkan
gejolak sosial, ekonomi, politik dan keamanan;
❑ Kasus sedang, meliputi antar pihak yang dimensi hukum dan/atau administrasinya cukup jelas yang jika ditetapkan
penyelesaiannya melalui pendekatan hukum dan administrasi tidak menimbulkan gejolak sosial, ekonomi, politik dan
keamanan;
❑ Kasus ringan, yakni pengaduan atau permohonan petunjuk yang sifatnya teknis administratif dan penyelesaiannya cukup
dengan surat petunjuk penyelesaian ke pengadu atau pemohon.
TAHAPAN PENYELESAIAN
Pengkajian kasus, yang dilakukan untuk memudahkan kasus yang ditangani dan
dituangkan dalam bentuk telaahan staf yang memuat:
❑judul;
❑pokok permasalahan (subjek yang bersengketa, keberatan atau tuntutan pihak
pengadu, letak, luas dan status objek kasus);
❑riwayat kasus;
❑data atau dokumen yang tersedia;
❑klasifikasi kasus; dan
❑hal lain yang dianggap penting.
TAHAPAN PENYELESAIAN
Gelar awal, dipimpin oleh Direktur, Kepala Bidang V atau Kepala Seksi V, yang
bertujuan untuk:
❑ menentukan instansi atau lembaga atau pihak-pihak yang mempunyai kewenangan dan/atau kepentingan terkait kasus yang ditangani;
❑ merumuskan rencana penanganan;
❑ menentukan ketentuan peraturan perundang-undangan yang dapat diterapkan;
❑ menentukan data yuridis, data fisik, data lapangan, dan bahan yang diperlukan;
❑ menyusun rencana kerja penelitian; dan
❑ menentukan target dan waktu penyelesaian.
Hasil gelar awal dibuatkan notula ringkasan dan digunakan sebagai dasar untuk:
❖ menyiapkan surat ke instansi lain untuk menyelesaikan jika Kasus merupakan kewenangan instansi lain;
❖ menyiapkan surat kepada Kepala Kanwil dan/atau Kepala Kantor Pertanahan untuk melaksanakan penanganan dan penyelesaian Kasus
❖ menyiapkan tanggapan atau jawaban ke pengadu; atau
❖ menyiapkan kertas kerja penelitian sebagai dasar melaksanakan penelitian.
TAHAPAN PENYELESAIAN
Jika ekspos hasil penelitian menyimpulkan masih diperlukan data, bahan keterangan dan/atau
rapat koordinasi dengan instansi atau lembaga terkait untuk mengambil keputusan atau
diperlukan langkah mediasi untuk penyelesaian kasus, maka dapat dilakukan:
❑ pengkajian kembali;
❑ penelitian kembali dengan pengembangan rencana dan sasaran penelitian;
❑ pengujian/penelitian/pemeriksaan oleh tim eksaminasi untuk mendapatkan rekomendasi penyelesaian
kasus;
❑ rapat koordinasi dengan mengundang instansi atau lembaga terkait; atau mediasi.
TAHAPAN PENYELESAIAN
Rapat koordinasi, yakni pertemuan yang dilakukan oleh Kementerian ATR/BPN, Kanwil BPN, kantor pertanahan
sesuai kewenangannya dengan instansi terkait dalam rangka integrasi, sinkronisasi penanganan dan/atau
penyelesaian kasus.
Rapat koordinasi menghasilkan kesimpulan berupa penyelesaian kasus atau rekomendasi/petunjuk masih
diperlukan data atau bahan keterangan tambahan untuk sampai pada kesimpulan penyelesaian kasus.
Gelar akhir, dilakukan jika ekspos hasil penelitian menyimpulkan telah terdapat cukup data dan dasar untuk
mengambil keputusan,untuk mengambil keputusan penyelesaian kasus yang akan dilakukan oleh Menteri, Kepala
Kanwil, atau Kepala Kantor Pertanahan.
Penyelesaian kasus, merupakan keputusan yang diambil atas kasus sebagai tindak lanjut dari penanganan yang
dilakukan oleh Kementerian ATR/BPN, Kanwil BPN, kantor pertanahan sesuai kewenangannya
Khusus sengketa dan konflik dengan kasus sedang atau ringan, penanganannya dapat dilakukan tanpa melalui
semua tahapan di atas
BENTUK DAN TINDAK LANJUT PENYELESAIAN
Penanganan kasus dinyatakan selesai dengan kriteria:
Kriteria satu (K1) jika penyelesaian bersifat final, berupa:
❑ Keputusan pembatalan, disampaikan oleh Kementerian atau Kantor Wilayah sesuai kewenangannya ke Kantor
Pertanahan dan wajib ditindaklanjuti;[
❑ Perdamaian; atau
❑ Surat penolakan tidak dapat dikabulkannya permohonan.
Jika mediasi tercapai kesepakatan perdamaian, dituangkan dalam akta perdamaian dan didaftarkan para pihak
di Pengadilan Negeri wilayah hukum letak tanah yang jadi objek kasus untuk memperoleh putusan perdamaian.
Sehingga kekuatan hukum akta perdamaian ini dapat disamakan dengan kekuatan hukum putusan pengadilan
yang tercantum di dalam pasal 1858 ayat (1) KUHPerdata dan juga pasal 130 ayat (2) HIR dimana kedua pasal
tersebut memberikan kepastian hukum bahwa akta perdamaian serupa dengan putusan hakim (Pengadilan) yang
mengikat dan memiliki kekuatan hukum tetap (res judicata)
AKIBAT TERJADINYA PERDAMAIAN
Pada pasal 6 ayat 7 Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif penyelesaian sengketa, menjelaskan
tentang kesepakatan dalam penyelesaian sengketa secara tertulis bersifat sangat final dan mengikat kedua belah pihak yang
telah melaksanakan dengan itikad baik.
Apabila Kedua belah pihak yang bersengketa talah menyetujui akta perdamaian tersebut maka wajib di daftarkan di
Pengadilan Negeri dalam kurun waktu 30 hari sejak penandatanganan kesepakatan mediasi tersebut dilakukan.
Apabila kedua belah pihak yang bersengketa telah menandatangani kesepakatan akta perdamaian tersebut maka pihak BPN
selaku mediator akan mengarahkan pihaknya yang bersengketa untuk mengesahkan akta perdamaianNya ke Pengadilan
Negeri di hadapan hakim untuk memberikan kekuatan hukum dari pada akta perdamaian tersebut.
Sehingga, jika suatu hari nanti terjadi sengketa pertanahan antara kedua belah pihak tersebut, maka hal ini tidak dapat
kembali diselesaikan secara litigasi maupun nonlitigasi sebab kedua belah pihak telah memiliki akta perdamaian yang telah
disepakati kedua belah pihak di hadapan Mediator (BPN) dan telah disahkan dihadapan hakim di Pengadilan Negeri.
Does anyone have any questions?
rizalkapuk5586@gmail.com
082124202420
www.awambicara.id
kapukboy
@rizalf_86
Lkp BinaExcel Mandiri
@kapukboy1986
binaexcelmandiri.com
awambicarahukum
Lkp_binaexcelmandiri