Anda di halaman 1dari 22

MEDIASI

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN

OLEH:
RIZAL FIRMANSYAH
BIODATA SINGKAT
Nama Lengkap : Rizal Firmansyah
TTL : Bangka, 5 Mei 1986
Kebangsaan : Indonesia
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tinggal : Jalan Depati Said No.1 Kota Lubuklinggau
Agama : Islam
Pekerjaan : Hakim
Pendidikan : S2 Ilmu Hukum
DASAR HUKUM MEDIASI DI BIDANG PERTANAHAN

❑ Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif


Penyelesaian Sengketa
❑ Undang-undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
❑ Peraturan Presiden RI No.10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional
❑ Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional No.
11 Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan
❑ Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional No
21 Tahun 2020 tentang penanganan dan Penyelesaian Kasus Pertanahan
KASUS PERTANAHAN

Kasus pertanahan adalah sengketa, konflik, atau perkara tanah yang disampaikan kepada Kementerian Agraria dan Tata Ruang
(“Kementerian ATR”) /Badan Pertanahan Nasional (“BPN”), Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (“Kanwil BPN”), kantor
pertanahan sesuai kewenangannya untuk mendapatkan penanganan dan penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Pasal 1 angka 1 Permen ATR/Kepala BPN 21/2020)

Kasus pertanahan (Pasal 1 angka 2,3,4 Permen ATR/Kepala BPN 21/2020) dibedakan menjadi:
❑ Sengketa pertanahan, yakni perselisihan tanah antara orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak
berdampak luas.
❑ Konflik pertanahan, yakni perselisihan tanah antara orang perseorangan, kelompok, golongan, organisasi, badan hukum,
atau lembaga yang mempunyai kecenderungan atau sudah berdampak luas.
❑ Perkara pertanahan, yakni perselisihan tanah yang penanganan dan penyelesaiannya melalui lembaga peradilan
KLASIFIKASI SENGKETA DAN KONFLIK TANAH

Kemudian sengketa dan konflik tanah itu digolongkan ke dalam 3 klasifikasi:

❑ Kasus berat, yang melibatkan banyak pihak, mempunyai dimensi hukum yang kompleks, dan/atau berpotensi menimbulkan
gejolak sosial, ekonomi, politik dan keamanan;

❑ Kasus sedang, meliputi antar pihak yang dimensi hukum dan/atau administrasinya cukup jelas yang jika ditetapkan
penyelesaiannya melalui pendekatan hukum dan administrasi tidak menimbulkan gejolak sosial, ekonomi, politik dan
keamanan;

❑ Kasus ringan, yakni pengaduan atau permohonan petunjuk yang sifatnya teknis administratif dan penyelesaiannya cukup
dengan surat petunjuk penyelesaian ke pengadu atau pemohon.
TAHAPAN PENYELESAIAN

Pengkajian kasus, yang dilakukan untuk memudahkan kasus yang ditangani dan
dituangkan dalam bentuk telaahan staf yang memuat:
❑judul;
❑pokok permasalahan (subjek yang bersengketa, keberatan atau tuntutan pihak
pengadu, letak, luas dan status objek kasus);
❑riwayat kasus;
❑data atau dokumen yang tersedia;
❑klasifikasi kasus; dan
❑hal lain yang dianggap penting.
TAHAPAN PENYELESAIAN

Gelar awal, dipimpin oleh Direktur, Kepala Bidang V atau Kepala Seksi V, yang
bertujuan untuk:
❑ menentukan instansi atau lembaga atau pihak-pihak yang mempunyai kewenangan dan/atau kepentingan terkait kasus yang ditangani;
❑ merumuskan rencana penanganan;
❑ menentukan ketentuan peraturan perundang-undangan yang dapat diterapkan;
❑ menentukan data yuridis, data fisik, data lapangan, dan bahan yang diperlukan;
❑ menyusun rencana kerja penelitian; dan
❑ menentukan target dan waktu penyelesaian.

Hasil gelar awal dibuatkan notula ringkasan dan digunakan sebagai dasar untuk:

❖ menyiapkan surat ke instansi lain untuk menyelesaikan jika Kasus merupakan kewenangan instansi lain;
❖ menyiapkan surat kepada Kepala Kanwil dan/atau Kepala Kantor Pertanahan untuk melaksanakan penanganan dan penyelesaian Kasus
❖ menyiapkan tanggapan atau jawaban ke pengadu; atau
❖ menyiapkan kertas kerja penelitian sebagai dasar melaksanakan penelitian.
TAHAPAN PENYELESAIAN

Penelitian, yakni proses mencari, mendalami, mengembangkan, menemukan, dan


menguji data dan/atau bahan keterangan yang dibutuhkan untuk membuat
terang suatu kasus.

Hasil penelitian dituangkan dalam bentuk laporan hasil penelitian, yang


menguraikan tipologi masalah, akar masalah, pokok masalah, riwayat kasus,
gambaran kondisi lapangan, posisi atau status hukum masing- masing pihak dari
kajian hukum/peraturan perundang-undangan dan masalah hambatan serta saran
tindak lanjut penyelesaian
TAHAPAN PENYELESAIAN

Ekspos hasil penelitian, untuk menyampaikan data/bahan keterangan yang


menjelaskan status hukum produk hukum maupun posisi hukum masing-masing
pihak.

Jika ekspos hasil penelitian menyimpulkan masih diperlukan data, bahan keterangan dan/atau
rapat koordinasi dengan instansi atau lembaga terkait untuk mengambil keputusan atau
diperlukan langkah mediasi untuk penyelesaian kasus, maka dapat dilakukan:
❑ pengkajian kembali;
❑ penelitian kembali dengan pengembangan rencana dan sasaran penelitian;
❑ pengujian/penelitian/pemeriksaan oleh tim eksaminasi untuk mendapatkan rekomendasi penyelesaian
kasus;
❑ rapat koordinasi dengan mengundang instansi atau lembaga terkait; atau mediasi.
TAHAPAN PENYELESAIAN

Rapat koordinasi, yakni pertemuan yang dilakukan oleh Kementerian ATR/BPN, Kanwil BPN, kantor pertanahan
sesuai kewenangannya dengan instansi terkait dalam rangka integrasi, sinkronisasi penanganan dan/atau
penyelesaian kasus.
Rapat koordinasi menghasilkan kesimpulan berupa penyelesaian kasus atau rekomendasi/petunjuk masih
diperlukan data atau bahan keterangan tambahan untuk sampai pada kesimpulan penyelesaian kasus.

Gelar akhir, dilakukan jika ekspos hasil penelitian menyimpulkan telah terdapat cukup data dan dasar untuk
mengambil keputusan,untuk mengambil keputusan penyelesaian kasus yang akan dilakukan oleh Menteri, Kepala
Kanwil, atau Kepala Kantor Pertanahan.

Penyelesaian kasus, merupakan keputusan yang diambil atas kasus sebagai tindak lanjut dari penanganan yang
dilakukan oleh Kementerian ATR/BPN, Kanwil BPN, kantor pertanahan sesuai kewenangannya

Khusus sengketa dan konflik dengan kasus sedang atau ringan, penanganannya dapat dilakukan tanpa melalui
semua tahapan di atas
BENTUK DAN TINDAK LANJUT PENYELESAIAN
Penanganan kasus dinyatakan selesai dengan kriteria:
Kriteria satu (K1) jika penyelesaian bersifat final, berupa:
❑ Keputusan pembatalan, disampaikan oleh Kementerian atau Kantor Wilayah sesuai kewenangannya ke Kantor
Pertanahan dan wajib ditindaklanjuti;[
❑ Perdamaian; atau
❑ Surat penolakan tidak dapat dikabulkannya permohonan.

Kriteria dua (K2), berupa:


Surat petunjuk penyelesaian kasus atau surat penetapan pihak yang berhak tetapi belum dapat ditindaklanjuti
keputusan penyelesaiannya karena ada syarat yang harus dipenuhi yang merupakan kewenangan instansi lain;
Surat rekomendasi penyelesaian kasus dari kementerian kepada Kantor Wilayah atau Kantor Pertanahan sesuai
kewenangannya dan Kantor Wilayah kepada Kantor Pertanahan atau usulan penyelesaian dari Kantor Pertanahan
kepada Kantor Wilayah dan Kantor Wilayah kepada Menteri.

Kriteria tiga (K3), berupa surat pemberitahuan bukan kewenangan Kementerian.


MEDIASI
Penyelesaian sengketa secara mediasi pada khususnya dan penyelesaian sengketa di luar pengadilan pada
umumnya, hanya sebatas pada sengketa keperdataan. Hal itu dipertegas oleh Pasal 58 Undang-undang No. 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yaitu: “Upaya penyelesaian sengketa perdata dapat dilakukan di luar
pengadilan negara melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa”

Penyelesaian kasus pertanahan juga dapat diselesaikan melalui mediasi.

Jika mediasi tercapai kesepakatan perdamaian, dituangkan dalam akta perdamaian dan didaftarkan para pihak
di Pengadilan Negeri wilayah hukum letak tanah yang jadi objek kasus untuk memperoleh putusan perdamaian.

Jika mediasi gagal, selanjutnya diambil keputusan penyelesaian kasus


PENGERTIAN MEDIASI

Mediasi adalah cara Penyelesaian Kasus melalui proses perundingan


untuk memperoleh kesepakatan yang dilakukan oleh para pihak
difasilitasi oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional,
Kantor Pertanahan sesuai kewenangannya dan/atau mediator
pertanahan. (Pasal 1 angka 11 Permen ATR/Kepala BPN 21/2020)
MEDIASI

Pasal 43 Permen ATR/Kepala BPN 21/2020:


(1) Penyelesaian Kasus dapat diselesaikan melalui Mediasi.
(2) Mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan
oleh dan atas inisiatif: a. Kementerian, Kantor Wilayah, Kantor
Pertanahan sesuai kewenangannya dan/atau atas inisiatif pihak yang
bersengketa; atau b. perorangan atau lembaga atas inisiatif pihak yang
bersengketa.
MEDIASI

Pasal 44 Permen ATR/Kepala BPN 21/2020:


(1) Pada prinsipnya Mediasi wajib dihadiri oleh para pihak/ prinsipal.
(2) Dalam hal para pihak tidak dapat hadir karena alasan kesehatan
dan/atau alasan lain yang sah, Mediasi dapat diwakili oleh kuasa
yang diberi kewenangan untuk memutus dengan persetujuan oleh
pihak yang bersengketa.
(3) Dalam hal para pihak sudah diundang 3 (tiga) kali secara patut
tetapi tidak hadir maka Mediasi dinyatakan gagal.
MEDIASI

Pasal 44 Permen ATR/Kepala BPN 21/2020:


(4).Dalam pelaksanaan Mediasi dapat menghadirkan ahli dan/atau
instansi terkait dengan persetujuan para pihak.
(5) Dalam hal Mediasi tercapai kesepakatan perdamaian dituangkan
dalam akta perdamaian dan didaftarkan oleh para pihak di Pengadilan
Negeri wilayah hukum letak tanah yang menjadi objek Kasus untuk
memperoleh putusan perdamaian..
MEDIASI

Pasal 44 Permen ATR/Kepala BPN 21/2020:

(6) Pelaksanaan hasil Mediasi terkait dengan administrasi pertanahan


diajukan permohonan kepada Kementerian, Kantor Wilayah, Kantor
Pertanahan sesuai kewenangannya dengan melampirkan:
a. putusan perdamaian;
b. akta perdamaian; dan
c. data/dokumen mengenai tanah objek Kasus.
MEDIASI

Pasal 44 Permen ATR/Kepala BPN 21/2020:


(7) Dalam hal Mediasi tidak menghasilkan kesepakatan dan/atau gagal maka Kementerian,
Kantor Wilayah, Kantor Pertanahan sesuai kewenangannya mengambil keputusan
Penyelesaian Kasus.
(8) Hasil Mediasi dituangkan dalam berita acara Pelaksanaan Mediasi yang berisi kesepakatan
dan tindak lanjut dari Mediasi yang ditandatangani oleh Pejabat/ketua tim
Penyelesaian/Mediator.
(9) Format akta perdamaian sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan Format Berita Acara
Pelaksanaan Mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (8) tercantum dalam Lampiran XIV dan
Lampiran XV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(10) Tata cara Mediasi diatur lebih lanjut dengan Petunjuk Teknis.
MEDIASI

Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2016 tentang Prosedur


Mediasi di Pengadilan
Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan untuk memperoleh kesepakatan Para Pihak dengan
dibantu oleh Mediator. (Pasal 1 angka 1 Perma Mediasi)
AKIBAT TERJADINYA PERDAMAIAN
Akta perdamaian telah diatur didalam pasal 130 ayat 2 HIR yang berbunyi “ Jika perdamaian yang demikian itu
dapat dicapai, maka pada waktu bersidang diperbuat sebuah surat (akta) tentang itu, dalam mana kedua belah
pihak dihukum akan menaati perjanjian yang diperbuat itu, surat mana akan berkekuatan dan akan dijalankan
sebagai putusan biasa ” artinya kekuatan hukum suatu akta perdamaian dapat sangat kuat apabila berbentuk
putusan, dimana putusan tersebut didalamnya memuat sebuah akta perdamaian, dan akta perdamaian yang
telah dibentuk oleh kedua belah pihak melalui suatu kesepakatan yang berisikan perjanjian dibuat dihadapan
mediator.

Sehingga kekuatan hukum akta perdamaian ini dapat disamakan dengan kekuatan hukum putusan pengadilan
yang tercantum di dalam pasal 1858 ayat (1) KUHPerdata dan juga pasal 130 ayat (2) HIR dimana kedua pasal
tersebut memberikan kepastian hukum bahwa akta perdamaian serupa dengan putusan hakim (Pengadilan) yang
mengikat dan memiliki kekuatan hukum tetap (res judicata)
AKIBAT TERJADINYA PERDAMAIAN
Pada pasal 6 ayat 7 Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif penyelesaian sengketa, menjelaskan
tentang kesepakatan dalam penyelesaian sengketa secara tertulis bersifat sangat final dan mengikat kedua belah pihak yang
telah melaksanakan dengan itikad baik.

Apabila Kedua belah pihak yang bersengketa talah menyetujui akta perdamaian tersebut maka wajib di daftarkan di
Pengadilan Negeri dalam kurun waktu 30 hari sejak penandatanganan kesepakatan mediasi tersebut dilakukan.

Apabila kedua belah pihak yang bersengketa telah menandatangani kesepakatan akta perdamaian tersebut maka pihak BPN
selaku mediator akan mengarahkan pihaknya yang bersengketa untuk mengesahkan akta perdamaianNya ke Pengadilan
Negeri di hadapan hakim untuk memberikan kekuatan hukum dari pada akta perdamaian tersebut.

Sehingga, jika suatu hari nanti terjadi sengketa pertanahan antara kedua belah pihak tersebut, maka hal ini tidak dapat
kembali diselesaikan secara litigasi maupun nonlitigasi sebab kedua belah pihak telah memiliki akta perdamaian yang telah
disepakati kedua belah pihak di hadapan Mediator (BPN) dan telah disahkan dihadapan hakim di Pengadilan Negeri.
Does anyone have any questions?

rizalkapuk5586@gmail.com
082124202420

www.awambicara.id

kapukboy

@rizalf_86
Lkp BinaExcel Mandiri
@kapukboy1986
binaexcelmandiri.com
awambicarahukum
Lkp_binaexcelmandiri

Anda mungkin juga menyukai