1
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
KATA PENGANTAR
Setiap hal yang kita capai atau hasilkan, atau peroleh atau miliki
membutuhkan respons atau reaksi. Reaksi itu berupa apresiasi, sambutan atau
ungkapan syukur. Hal yang sama juga terwujud disini, yaitu “ungkapan
syukur” kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja yang karena
rahmat-Nya yang besar dan hebat, Sehingga GKI di tanah Papua memasuki
tahun pelayanan 2022 dan telah memiliki suatu buku “pegangan pelayanan
tahun 2022.
GKI di tanah Papua dalam membangun spritualitas internal persekutuan telah
memperhatikan aspek “ritus” menjadi suatu “implikasi iman dalam relasi
personal dengan Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus sebagai Allah
persekutuan Yang esa dan kekal”. Keseluruhan ibadah dalam satu tahun
seperti yang terjadi tahun-tahun sebelumnya juga disiapkan untuk tahun 2022
sehingga keseluruhan pelayanan ibadah tahunan berupa teks Alkitab, tema
dan refleksi atau khotbah dikelolah dengan seksama, sehingga penataan
ibadah untuk seluruh GKI dalam satu jemaat, satu tanggal, pada satu hari
minggu, atau dalam satu minggu pelayanan menggunakan satu teks Alkitab
yang sama dan dibaca berulang-ulang. Diharapkan teks ibadah hari minggu
dapat digunakan untuk berbagai Ibadah dengan cara direfleksikan dalam
ibadah keluarga/Wiyk, ibadah PAM, ibadah PW, Ibadah PKB, dengan
demikian setiap warga jemaat terlibat secara personal dalam seluruh
pelayanan ibadah yang digiatkan. Bila karena kondisi tertentu seseorang
hanya hadir satu kali dalam suatu ibadah yang berlangsung maka setidaknya ia
sudah mendengar bacaan Alkitab yang berlaku dalam minggu berjalan,
demikianlah spritualitas persekutuan dibangun.
Ucapan terima kasih kepada semua Jemaat, Penatua, Syamas, Pendeta, Guru
Jemaat, Penginjil, Badan Pelayan PAR, Badan Pelayan PAM, Badan Pelayan
PW, Badan Pelayan PKB dan semua pihak yang konsisten menggunakan buku
“pegangan pelayanan 2022” ini untuk keperluan pelayanan ibadah, baik
ibadah tatap muka langsung ataupun melalui “live-streaming” yang berlaku
sejak adanya pandemic covid-19. Kita menjadikan ibadah sebagai salah satu
“instrument untuk merealisasikan amanat Yesus “menyembah Allah dalam
Roh dan Kebenaran” (Yohanes 4:24).
i
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
Kita sudah memasuki tahun 2022 dan “covid-19” sudah menjadi salah satu
virus yang hidup di dalam dunia, tinggal berdampingan dengan manusia dan
menjadi salah satu dari deretan “sakit-penyakit” yang untuk generasi kita
pernah menjadi “virus yang amat berbahaya dan mematikan”, banyak derai
air-mata, perjuangan untuk kesembuhan, pergumulan melawan covid-19
sudah menjadi “testimoni” yang bervariasi dikisahkan dengan berbagai
persepsi yang mengikutinya, hidup terus dituntut untuk “arif dan bijaksana”,
karena itu selain untuk covid-19 kita tetap mendapat anjuran terapkan
“protocol kesehatan”, yaitu wajib berdoa dan ibadah, mencuci tangan dengan
sabun, gunakan masker dan jaga jarak.
Ucapan terima kasih kepada semua hamba Tuhan yang telah mendoakan
pelayanan tahun 2022 dengan turut serta menulis - mempersiapkan khotbah
yang turut dimuat dalam buku pegangan pelayanan 2022 ini, semoga Allah
Bapa, Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus mengaruniakan hikmat dan
kepandaian, kekuatan dan kesehatan sebagai berkat yang menyertai semua
hamba Tuhan dan keluarga.
Pilihan tokoh untuk buku pegangan pelayanan 2022 adalah “Ketua Sinode
GKI di TP yang ketiga “Pdt. Willem Maloali”. Kisah hidupnya sebagian sudah
ditulis dalam bentuk “profil” seperti yang terdapat dalam buku pegangan ini.
Kami menyampaikan ucapan terima kepada semua pihak yang sudah
menggunakan buku pegangan pelayanan tahun 2021 dan kami
menyampaikan permohonan maaf untuk beberapa kekurangan yang
ditemukan dalam pelayanan tahun 2021 yang lalu, dan diharapkan diperbaiki
dan diperhatikan dalam tahun pelayanan 2022 ini.
Semoga buku pegangan pelayanan tahun 2022 edisi ke-lima ini menjadi tanda
“GKI bersyukur” bersama BPAS periode 2017-2022 mengakhiri dengan
konsisten menyediakan buku pegangan khotbah, kita doakan agar hal dicapai
GKI di TP ini terus dipertahankan dan diperhatikan oleh BPAS terpilih periode
2022-2027 yang akan datang melalui Sidang Sinode di Waropen tahun 2022.
Allah persekutuan GKI di tanah Papua, Bapa, Tuhan Yesus Kristus dan Roh
Kudus, Yang Esa dan Kekal memberkati kita semua. Imanuel.
ii
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
Profil untuk tahun 2022 salah satu tokoh GKI di TP, Ketua Sinode GKI ke-3,
yaitu Pdt. Willem Maloali, banyak inspirasi, petuah dan pengalaman telah
diturunkan darinya dan kita peroleh, sehingga memberikan sisi lain yang unik
dari kehadiran buku pegangan pelayanan tahun 2022 ini.
Pelayanan tahun 2022 melalui buku pegangan ini, kita dapat menemukan
sepintas tentang strategi pengelolaan pelayanan khusus ibadah, yaitu bila
selama ini ibadah kunci bulan naskah teks khotbah tidak pernah dikelolah atau
tidak pernah dimasukkan dalam buku pegangan pelayanan karena itu tidak
tersedia, maka pada tahun pelayanan 2022 kita sudah mengelolahnya
sehingga tersedia di dalam buku pegangan pelayanan ibadah, dengan
demikian sudah memudahkan pelayan ibadah kunci bulan untuk tahun 2022.
Hal unik lainnya yang terus dikembangkan yaitu terkait dengan kitab-kitab
dalam Alkitab yang jarang dikhotbahkan, misalnya Kitab Kidung Agung, pada
iii
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
pelayanan ibadah tahun 2022 khusus pada ibadah minggu teks Kidung Agung
menjadi bahagian yang juga sudah dikelolah sehingga tidak ada kesan
pengabaian terhadap teks-teks yang jarang dikhotbahkan. Semoga dengan
memperhatikan pengelolaan ibadah kunci bulan dan pengelolaan Kitab-kitab
yang jarang dikhotbahkan menjadi “alat pemicu” untuk kebangkitan umat
yang “gemar membaca dan merenungkan Firman Tuhan siang dan malam di
negeri Papua”.
Tahun 2022 sebagai tahun prosesi dan alih kepemimpinan gereja yang berlaku
secara periodik sehingga kepada seluruh warga GKI Di Tanah Papua diarahkan
agar dalam setiap ibadah “mendoakan bagi masa depan kepemimpinan GKI
Di Tanah Papua”. Pemimpin GKI Di Tanah Papua yang sudah Tuhan Yesus
sediakan dan akan diproses melalui mekanisme persidangan. Selain pimpinan
pada aras Sinode akan juga diproses pimpinan di aras Klasis dan Jemaat,
sehingga tahun 2022 menjadi tahun “pastoral doa untuk kepemimpinan
internal GKI Di Tanah Papua”.
Pada era kepemimpinan BPAS periode 2017-2022 demikian juga BP. Klasis
periode 2017-2022 dan PHMJ periode 2017-2022 secara tidak terduga hadir
pandemik covid-19, sehingga sebagian agenda yang ditetapkan melalui Sidang
Sinode Waisai, Sidang Klasis dan Sidang Jemaat menghadapi kendala yang
tidak sedikit, selain di lingkup Gereja dan bahkan seluruh dunia menghadapi
hal yang sama, sehingga “pengelolaan ibadah” mendapatkan imbasnya,
ibadah Sebagian digiatkan melalui media virtual khusus untuk jemaat-jemaat
yang berada di zona-merah dan kebanyakkan di wilayah perkotaan dan
sebagian lainnya masih melaksanakan ibadah tatap muka dengan
memperhatikan protokol kesehatan, semua dinamika ini kita temukan dalam
periode kepemimpinan 2017-2022 kita saat ini. Kita harapkan bahwa
pengalaman yang sudah kita capai ini, akan terus mendorong kita untuk
mengembangkan pelayanan secara kreatif, bersinergi dan berdayaguna.
iv
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
BPAS GKI Di Tanah Papua menyampaikan ucapan terima kasih kepada Badan
Pekerja Klasis, PHMJ, Badan Pelayan PAR, Badan Pelayan PAM, Badan
Pelayan PW, Badan Pelayan PKB, Penatua, Syamas, Pendeta Guru Jemaat,
Penginjil, Pengajar Dosen STFT GKI I.S. Kijne; Pengajar Dosen dan staf
Universitas Ottow dan Geissler ; Pengajar dan staf SPGJ dan Sekolah Alkitab ;
Pengajar Sekolah Minggu dan Katekisasi dan semua warga GKI di tanah Papua
yang berdomisili di pedalaman, di lembah dan ngarai, di pulau-pulau dan
teluk, di pinggiran sungai dan danau, di perkotaan dan di pinggiran kota,
warga jemaat yang politisi, pengusaha, pejabat, tukang sapu, TNI, POLRI,
Pejuang Kebenaran dan Keadilan, di dalam penjara dan di rumah sakit kita
semua yang tekun “menyembah Tuhan Yesus Kristus” melalui ibadah-ibadah
yang diselenggarakan di lingkungan pelayanan GKI Di Tanah Papua, “karena
persekutuan kita adalah persekutuan dengan Bapa, Anak dan Roh Kudus”.
Akhir dari sambutan ini, BPAS menyampaikan ucapan syukur kepada Tuhan
Yesus Kristus Kepala Gereja kita dan menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua penulis khotbah yang tersedia dalam buku pegangan pelayanan
tahun 2022 ini. Kita sudah melayani dan sekali lagi terlibat untuk pelayanan
dengan cara menyediakan teks khotbah, Tuhan Yesus senantiasa
mengaruniakan hikmat dan kepandaian, kekuatan dan Kesehatan untuk terus
terlibat memberikan dukungan terhadap pelayanan Tuhan Yesus yang
berlangsung melalui pelayanan GKI Di Tanah Papua.
v
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
DAFTAR ISI
Bagian Kedua : Isi Khotbah Setiap Minggu, Hari Gerejawi & Kunci Bulan
vi
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
vii
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
viii
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
ix
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
x
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
xi
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
1
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
karena Pdt Zeth tidak pernah mengeyam pendidikan teologi, namanya tidak
ada diangkatan pertama dan kedua yang lulus tahun 1959, dia hanya Pendeta
angkatan saja, tetapi dalam nasehatnya Wem mendengar seperti Yohanes
Pembaptis menasehati Wem tentang “antara Yesus dan Wem, Yesus semakin
besar dan Willem harus semakin kecil, Yesus semakin tinggi Wem semakin
rendah hanya dengan menghayati demikian Yesus nampak dan bekerja dalam
pekerjaanmu dan Yesus sendirilah yang mengangkatmu pada waktunya.
Yohanes dan Yesus hidup pada zaman dan waktu yang sama, karena itu Wem
ingatlah ini dalam semua pekerjaanmu kau harus semakin kecil dan Yesus
semakin besar”, dari hasil pernikahan Wem dan Otha dikaruniai 5 orang anak,
yaitu :
(1) Lince F. Maloali
(2) Maria S. E. Maloali
(3) Janet S. V. Maloali
(4) Hans D. H. Maloali
(5) Susan Maloali
Sampai dengan tahun 2021, Wem
memiliki keluarga besar terdiri dari 5
orang anak, 3 orang menantu, 10 orang
cucu dan 10 orang cicit. Ia menggenapi
firman Tuhan dalam Mazmur 128:6a
“dan melihat anak-anak dari anak-anakmu!”.
Tulisan ini akan menelusuri sebagian jejak perjalanan dan karya ‘pa Maloali’
sehingga penggunaan nama dalam tulisan ini akan mengikuti jejak perjalanan
beliau, nama yang akan digunakan saat penulisan untuk masa lajang,
menggunakan nama “Wem” ; sedangkan penulisan nama untuk masa setelah
menikah dan berkeluarga adalah “pa Maloali”.
2
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
3
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
4
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
solidaritas keluarga yang dibentuk dari satu moyang mereka Kabey”. Karena
memiliki pertalian hubungan dengan kampung Hobong sebagai kampung
pusat atau induk yang melebarkan wilayah kekuasaannya dengan lahirkan
kampung lain seperti kampung Ifale, kampung Bujo, kampung Atamali dan
kampung Babrongko. Guru Zending pertama kali dikirim ke Sentani dari pos
Resor Holandia-Nimboran di bukit Mentie Genyem Besar ke kampung Ifar
Besar, namanya Guru Daud Pekade 1 Mei 1928. Saat setelah perang dunia
kedua usai, Guru Sekolah sekaligus Guru Jemaat di Ifar Besar adalah Guru
Socrates Samay, sebelumnya adalah Guru Jemaat Papuling (1934). Wem
menyelesaikan pendidikan Doorpschool selama 3 tahun dari 1944-1947.
Wem sementara sedang jalani
masa-masa di Doorpschool tahun
1944 sejak berusia 10 tahun, kondisi
yang dihadapi oleh Nieuw Guinea
pada masa setelah usai perang
dunia terdapat tiga pengaruh yang
memiliki dampak bagi masa depan
Nieuw Guinea : pengaruh pertama
adalah pembentukkan
pemerintahan sipil Hindia-Belanda
yang dikenal dengan nama NICA “Netherlands Indies Civil Administration”
dibentuk di Australia 3 April 1944, dan orang yang memiliki andil dalam
pembentukkan NICA adalah Gubernur Jendral Hindia-Belanda Letnan
Huberthus Johannes van Mook dan Jendral Douglas Mac Arthur dari Sekutu
yang bertujuan bahwa administrasi Pemerintahan dari Pemerintah Jepang
diserahkan kepada Hindia-Belanda melalui NICA ; pengaruh kedua adalah
pergerakan revolusi di wilayah Hindia-Belanda pimpinan Ir. Soekarno dan
Moh. Hatta tentang keinginan “kaum marhaen” berpisah dari kekuasaan
Belanda, revolusi memuncak dengan pembacaan proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945”. Dan pengaruh ketiga adalah Sekolah Guru di Miei tahun 1946
ditutup dan di Yoka di buka Yoka Institut yang mengurus Sekolah Zending
adalah H. J Teutscher dan di ganti oleh tuan N. van der Stoep. Secara umum
era pasca perang dunia kedua 1944-1963 adalah “era kebangkitan pendidikan”
di Nieuw Guinea.
5
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
6
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
7
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
8
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
9
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
10
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
11
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
Semua pelajar atau ke-18 anak yang sekolah teologia Serui semuanya lulus
pada tahun 1958. Sekolah Teologia diadakan sebagai realisasi atas salah satu
rekomendasi dari proto Sinonde Serui yang diadakan dari tanggal 13-24
September 1954. Kebijakkan mendirikan Sekolah Teologia di Nieuw Guinea
lebih disebabkan karena Nieuw Guinea sudah menuju ke kemandirian, anak-
anak Nieuw Guinea belajar teologi sesuai konteks pelayanan Nieuw Guinea,
sehingga belajar ke Sekolah Teologia Depok, Soe tidak menjadi keharusan,
dulu belajar ke Depok atau Soe sekarang sekolah teologia yang sama seperti di
Depok dan Soe sudah hadir di Nieuw Guinea, dan Nieuw Guinea mengurus
dirinya sendiri dengan caranya sendiri, sebab Soe dan Depok sudah memiliki
masa depannya sendiri bersama Negara Republik Indonesia dan PBB
mengakui secara de facto dan de jure sebagai negara tahun 1950. Sedangkan
Nieuw Guinea bersama dengan Pemerintahan Kerajaan Belanda dibawah
kepemimpinan Gubernur Jendral Nieuw Guinea. Meskipun sudah ada
keputusan tentang pembukaan Sekolah Teologia hal yang sebelumnya
mendapatkan perhatian adalah tempat sekolah, pengelolah atau pengurus
sekolah teologia dan pembiayaannya, pada laporan tahunan gereja reform
Belanda tahun 1953 semua pertanyaan dijawab, bahwa tempat Sekolah
Teologia di Serui, pengurus Sekolah teologia yang pertama adalah Ds. I. S.
Kijne dan D.S. J. P. Kabel dan kemudian Pdt. H. J. Teutscher, pilihan ini
sekaligus sebagai jalan keluar untuk mengatasi masalah keuangan, mereka
selain mengajar di Sekolah Teologia mengajar juga di Sekolah Guru Jemaat.
12
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
13
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
Selain itu Wem juga mengalami perjumpaan dengan “perubahan karena Injil
turut melahirkan tokoh keturunan bumiputera” yang bekerja mengimbangi
kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan dengan bersungguh-sungguh
bekerja, disiplin, tekun dan rajin, kolaborasi sumberdaya dan potensi yang
14
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
telah lahir dari proses yang terukur dan teruji dari tantangan zaman pada
masa itu, sebagian tokoh dimaksud, antara lain : “H. Mori-Muzendi (1950) di Sarmi
; S. Liborang (1950) di Hollandia (Jayapura) ; S. Samai (1950) di Hollandia (Jayapura) ; J.
Mandowen (1950) di Biak ; M. Abaa (1950) di Yapen ; F. Huwae (1950) di Yapen Waropen ;
M. Inauri (1950) di Wondama (Miei); A. Worisio (1950) di Wondama (Miei) ; E. Osok
(1950) di Sorong ; F.J.S. Rumainum (1952) di Biak (lulusan Sek. Theol. SoE, Timor), terdapat
Pendeta yang diangkat 1952-1958, yaitu J. Tenlima (1952) di Biak ; D. Auparai (1952) di
Yapen-Waropen ; B. Burwos (1952) di Manokwari ; M. Juewen (1952) di Manokwari ; J.
Fenanlaber (1952) di Sorong ; R. Rumsaur (1952) di Sorong ; J.S. Titiheruw (1952) di
Teminabuan ; E. Wattimury (1952) di Inanwatan ; L. Parinussa (1952) di Inanwatan”
Dan masih banyak nama-nama bumiputera lainnya yang belum disebutkan
namanya disini. Gambaran ini jelas mewakili perubahan dan capaian Nieuw
Guinea pada masa itu. Selain nama dari 18 anak Angkatan pertama yang lulus
tahun 1958, ada juga 11 anak yang lulus dari Sekolah Teologia Serui pada
tahun berikutnya, atau tahun 1959, yaitu :
1. W. Giay dari Resor Nimboran (Genyem)
2. F. Ondi dari Jayapura
3. M. Jochu dari Jayapura
4. M. Koibur dari Resor Biak
5. L. Sabarofek dari Yapen-Waropen
6. I. Marjen dari Resor Manokwari
7. D. Hamadi
8. H. Poey
9. Th. Suangboraro
10. S. Rumere Baliem dari Baliem
11. J. Okoka Sentani dari Sentani
15
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
16
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
17
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
dalam waktu beberapa bulan lagi mereka akan menikah, saat Wem
mendapatkan informasi dari surat itu, ia merasa beban yang dipikulnya
selama ini mempertahankan tunangan yang akan dinikahinya seperti sudah
dibebaskan dan dari Serui tempat ia belajar merelakan tunangannya
menikah. Setelah menyelesaikan sekolah teologi, semua anak diwajibkan
sebelum bekerja sebagai Pendeta menikah lebih dahulu, sehingga apa yang
diharapkan oleh Ny. Kijne dalam percakapan dengan Wem sebenarnya
sebagai doa Ny. Kijne untuk masa depan keluarganya. Sehingga, Wem
sebelum pulang menuju ke rumah Pandita J. P. Kabel meminta dengan
hormat, anak perempuannya dan diantar dengan baik oleh seorang calon
Pendeta seperti dirinya. Beginilah cara Pdt. Kabel merespons, lalu ia
memanggil Ny. Kabel, “Ma… datang kemari dan jawab permintaan anak
Holandia”, saat Ny. Kabel berjumpa dengan Wem, kemudian Wem
menyampaikan permohonan “sebelum pulang ke Holandia, ia akan
membawa serta anak mereka Charlota menjadi tunangan dan isterinya di
masa depan keluarga mereka”. Beginilah cara Ny. Pdt. Kabel menyambut
kabar yang ia dengar sendiri dari seorang laki-laki Holandia yang juga
mereka kenal sangat baik “Hore … saya punya anak perempuan akan
menjadi nyonya Pendeta”, dari sambutan Ny. Pdt. Kabel seperti ini, Wem
beranggapan bahwa Keluarga Pdt. Kabel tidak keberatan dan tidak ada
halangan untuk Wem bertunangan dan menikah atau mengambil Charlota
menjadi isterinya di masa depan yang sudah dimulai hari ini, barangkali hal
ini sudah dipercakapkan antara Ny. Kijne dan Ny. Kabel, pada waktu-
waktu sebelumnya. Saat Wem berangkat dengan tunangannya dari Serui
ke Holandia, kemudian lanjut ke rumah orang tua Wem di Yahim, kerabat
dan tetangga yang melihat Wem datang dengan kekasihnya, beberapa
orang mendahului Wem dan memberitahukan kepada Mama dan Bapa
dari Wem, bahwa Wem anakmu sedang dalam perjalanan menuju ke
rumah, ia datang tidak sendirian, tetapi dengan seorang sahabat
perempuan, mungkin itu kekasihnya, Mama Wem keluar menyambut
kedatangan Wem anaknya dan kekasihnya dengan tangis sukacita karena
lama berpisah dan sekarang saat datang, ia datang sebagai anak yang
sudah mendengar nasehat orang tua, kalau keluar dari rumah untuk
Pendidikan maka waktu pulang, Wem pulang dengan hasilnya yang baik,
yaitu benar-benar sudah selesaikan studi, hal itu bagi seorang Mama sudah
dijaga dengan baik oleh Wem anaknya, karena mama Wem ingat saat
18
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
mama bersalin dan melahirkan Wem, bukan di rumah atau di rumah sakit,
tetapi ditengah jalan antara Doyo dan gunung merah sekarang, dan hanya
pertolongan yang datang dari Tuhan secara ajaib, Wem dipelihara Tuhan
sampai sekarang. Setelah berjumpa dengan orang tua Wem, selanjutnya
Wem dan Charlota bersama-sama pergi menjumpai orang tua Charlota
yaitu ayahnya di abe-pantai, karena ibunya sudah meninggal sebelumnya.
Ada salah satu kisah yang menarik dari peran seorang Charlota sejak awal
berjumpa dengan “mama mantunya”, kisah itu berkaitan dengan pelajaran
bahasa. Charlota berjuang belajar bahasa Sentani, dialek Sentani Tengah
dari mama mantu dan, mama mantupun tidak mau ketinggalan juga
belajar bahasa melayu dari anak mantu, Wem berkisah, di dapur hanya
dua orang saja tetapi ada keributan seperti banyak orang, keributan itu
adalah keributan pelajaran bahasa Sentani dan bahasa Melayu, hehe..
dalam beberapa waktu, keduanya sudah fasih berbicara bahasa Sentani
dari pihak anak mantu dan bahasa Melayu dari pihak mama mantu,
asyiiknya mereka…
19
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
Melayu. Terdapat dua hal besar dilakukan oleh Pd. Maloali sejak ada di
Ransiki. Dua hal besar dimaksud antara lain :
20
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
21
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
Sedangkan warna 7 biru dan di dalam biru ada putih, jumlah seluruhnya
adalah ¾ dari warna yang disimbolkan sebagai “warna keabadian Allah
Bapa, Anak dan Roh Kudus sebagai Allah Pencipta, Juruselamat dan
Pembaharu. Allah yang Esa dan Kekal. Kini menjadi Allah bangsa Nieuw
Guinea.” Warna keabadian itu disimbolkan diatas alam Nieuw Guinea,
terbentang langit yang biru ada awan yang putih, di hamparan Lautan
Pasifik yang teduh ada pulau Nieuw Guinea yang juga menjadi bagian dari
lautan teduh yang biru dan buih ombak yang putih, itulah ¾ warna abadi
Allah di Nieuw Guinea.
Kisah Maloali diantara Pdt. F. J. S. Rumainum, Pdt. H. Bultje dan Pdt. Jan
Mamoribo
Setelah Pdt. Maloali kembali dari Ransiki tahun 1964, ia menjabat sebagai
Sekretaris Resor Holandia-Nimboran pada masa G. A. Lanta sebagai Ketua
Resor, tujuan ia ditarik ke Holandia salah satunya adalah ia dipersiapkan dan
dikirim study di Jepang. Setelah semua syarat keberangkatan disiapkan, ia
menghadap Ketua Sinode Pdt. Rumainum, dan memberitahukan tentang
persiapan keberangkatan, pemberitahuan ini sekaligus sebagai laporan
permohonan pembiayaan perjalanan dan biaya study di Jepang. Respons Pdt.
Rumainum menurut pa Maloali, ia kelihatan sangat tenang dan begitu santai,
lalu membuka laci meja. Pikir Pa Maloali mungkin ia akan membuata
semacam memo atau nota untuk ke juru bayar selanjutnya akan berangkat ke
Jepang, tetapi dari perkataannya diketahui bahwa yang Pdt. Rumainum
keluarkan adalah sebuah amplop berisi “Surat Dari Presiden Soeharto Tentang
Larangan Orang Papua Study Ke Luar Negeri”. Dan memberitahukan bahwa
Pemerintah Republik Indonesia melalui Presiden Soeharto tegas melarang
semua orang Papua studi ke luar negeri. Setelah mendengarkan penjelasan
dari Pdt. Rumainum, Pa Maloali mencoba menahan emosinya dan sedikit
tenang meminta agar Pdt Rumainum memberikan penjelasan kepada Presiden
Soeharto bahwa larangan itu boleh berlaku bagi orang belajar politik
Pemerintahan sedangkan orang dari Gereja dibolehkan pergi study ke luar
negeri, Maloali tambahkan, “agar di masa setelah selesai dari Bapa Rumainum
menjabat sebagai pimpinan Gereja, sudah mempersiapkan warga Gereja yang
22
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
berkualitas yang akan bekerja di masa depan Gereja dan Papua, jangan setelah
Bapa selesai menjabat, orang Nieuw Guinea hanya begitu-begitu saja”. Tetapi
Pdt. Rumainum tetap tegas bahwa ini merupakan larangan Pemerintah
Indonesia untuk semua orang Papua. Komunikasi ini mengalami jalan buntu,
dan dengan demikian semua persiapan pa Maloali untuk berangkat dibatalkan
dan situasi ini “menghasilkan kondisi kekecewaan yang berat di pihak pa
Maloali”.
Ada hal yang menarik di sampaikan oleh Pa Maloali tentang kondisi kontras
awal mula bangsa Indonesia mengambil hati orang Nieuw Guinea dengan
iming-iming yang demikian “bangsa Indonesia masuk ke Nieuw Guinea
beritahukan bahwa keturunan Melayu dan Melanesia bersaudara karena
mengalami nasib yang sama, yaitu dijajah oleh Belanda, kita harus mengusir
penjajah Belanda supaya kelak kita hidup sebagai bangsa yang merdeka,
ternyata iming-iming itu berujung kepada dikeluarkannya surat larangan orang
Nieuw Guinea study ke luar negeri”, iming-iming awal Indonesia menurut pa
Maloali “hanya sebuah pembualan dan pembohongan belaka”, kontrasnya
pada masa Gubernur Jendral Nederlands Nieuw Guinea orang Nieuw Guinea
justeru diwajibkan studi mulai dari sekolah pengadaban sampai dengan
sekolah di luar negeri “tidak pernah ada larangan untuk pergi sekolah dan
belajar di mana saja di seluruh dunia” tetapi sekarang bersama dengan suatu
bangsa yang namanya Indonesia, katanya saudara senasib justeru betul-betul
membuat kita bernasib malang dengan mengeluarkan “larangan studi ke luar
negeri bagi orang Nieuw Guinea”. Lanjut Pa Maloali kepada Pa Pdt
Rumainum, … sebagai orang Indonesia kasi tahu kepada orang-orangmu, dan
Presidenmu kalau gereja tidak sama dengan Pemerintah, karena itu kebebasan
untuk memperoleh pendidikan dan ilmu yang baik dan layak dengan study
bagi orang gereja di luar negeri sebagai jalan penting gereja mempersiapkan
SDM untuk masa depan gereja dan Nieuw Guinea selama masih bersama
Indonesia.
Dan semenjak Pa Maloali kecewa atau dikecewakan karena pembatalan studi
keluar negeri, ia meninggalkan kantor Sinode dan mengambil keputusan
sepihak untuk mengembangkan diri dengan jalan menjadi petani kebun coklat
di Doyo Baru. Ia begitu menikmati dengan kebun coklat karena dari kebun
coklat, menjual biji coklat yang diborong oleh Cv. Bintang Mas penghasilan
kotor per-bulan yang diperoleh sebesar Rp. 3.000.000, antara akhir tahun
23
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
Pada suatu sore Rektor Sekolah Teologi Abepura tuan Pdt. H. Bultje yang
bekerja di Sekolah Teologi Soekarnopoera sebagai Pengajar 1962-1966
mencari pa Maloali ke rumahnya, ia bertemu dengan Ibu Maloali di rumah
dan memberitahukan tujuan kedatangannya, yaitu ingin bertemu dengan pa
Maloali, lalu ibu memanggil pa Maloali yang ada di kebun coklat, setelah pa
Maloali datang ia berjumpa dengan Pdt. H. Bultje, isi pembicaraannya adalah
“Pa Maloali di minta oleh Rektor Sekolah teologia untuk mengajar di Sekolah
Teologia Abepura. Setelah Pdt. Bultje pulang pa Maloali memberitahukan
kepada Ibu Maloali tentang maksud kedatangan Rektor Sekolah Teologia
Abepura, yaitu Sinode mengirim untuk mengajar di Sekolah Teologia. Respons
Mama Maloali adalah “Tuhan memanggilmu kembali dan bersiaplah”,
keesokkan paginya, Mama Maloali pergi ke dealer mobil dan membeli cash 1
buah mobil Toyota merah dan membawanya serta ke rumah, Pa Maloali
sangat kaget dengan kehadiran mobil di rumahnya, pa Maloali bertanya uang
dari mana sampai Mama bisa mengeluarkan mobil ini, Mama
memberitahukan bahwa semua uang dari hasil penjualan coklat sebagiannya
Mama tabung dan ini hasil dari tabungan kita, Bapa gunakan untuk pergi
mengajar di Sekolah Teologia Abepura.
Pdt. Jan Mamoribo menggantikan Pdt. F.J.S Rumainum yang meninggal tahun
1968, ia melanjutkan kepemimpinan Sinode GKI sampai dengan tahun 1971.
Nieuw Guinea pada masa itu namanya adalah Irian Barat. Sebenarnya Pdt. J.
Mamoribo dapat melanjutkan kepemimpinan Sinode untuk periode
selanjutnya, karena jabatan Ketua Sinode yang ia jabat adalah jabatan antar
waktu, tetapi karena ada permintaan secara pribadi untuk masuk arena politik
menjabat Ketua DPR-GR Irian Barat makai ia kemudian menggumuli tentang
figur yang tepat dan yang akan menggantikannya untuk di pilih di Sidang
Sinode IV Biak 1971. Ia mencari sahabatnya yang pernah belajar di sekolah
teologia Serui Angkatan pertama, yaitu Pa Maloali, tetapi ia tidak jumpai di
Yahim, pada masa itu Pdt. Maloali tinggal di Tobati bersama keluarga Guru
Laurens Mano. Di Tobati Pdt Jan Mamoribo bertemu dan bercerita tentang
masa depan GKI dan Sinode GKI, kemudian sahabatnya Pdt. Mamoribo
24
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
meminta kesedian Pdt Maloali menjadi Ketua Sinode GKI. Dalam percakapan
ini Pdt. Maloali mengingatkan Ketua Sinode Pdt Jan Mamoribo tentang aturan
GKI, bahwa Ketua Sinode GKI di Irian Barat tidak boleh pilih di jalan, yang
berhak memilih dan di pilih adalah peserta resmi Sidang Sinode. Apalagi, saya
Pdt. Maloali tidak punya hak memilih dan dipilih karena bukan utusan Resor
atau Klasis. Tetapi Pdt Mamoribo menginginkan Pdt Maloali Ketua Sinode
berikut dirinya, sehingga Pdt. Mamoribo menyampaikan kepada sebagian
peserta Sidang Sinode untuk memilih Pdt Maloali. Dan saat pemilihan
berlangsung pada Sidang Sinode GKI ke-4 di Biak tahun 1971, pa Maloali
bukan peserta Sidang Sinode tetapi ia di pilih dengan 79 % suara.
25
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
hajar dari dua laki-laki Biak ini dulu baru di lempar ke Neraka”, menurutnya
kisah itu “metafora” bahwa GKI dan Biak dan negeri Nieuw Guinea tidak
akan pernah berubah sampai Tuhan Yesus datang.
26
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
27
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
lain dari “bekerja dengan damai dari dalam”, atas dasar konsepnya ini, ia
kemudian masuk Golkar dan menjadi Ketua DPRD Propinsi Irian Jaya selama
dua periode dari tahun 1977-1982, Wakil Ketua I DPRD 1982-1987, Anggota
DPR-RI 1987-1992 dan anggota DPR-RI periode 1992-1997.
28
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
sebagai mantri di Dok II, Pdt Maloali adalah juga Pengajar Katekisasi
baginya, sejak itu, panglima OPM diliputi oleh rasa takut untuk
membunuh Pendeta dan semua teman-temannya. Karena itu panglima
OPM perintahkan untuk keluarkan sandera dari dalam kubur, yang
mestinya ia diperintahkan untuk membunuh sandera, ia tidak
melakukannya dan ia mencari jalan agar pembunuhan itu dilakukan oleh
sesama anggota OPM dari grup lainnya yang berasal dari Wamena.
(2) Kepala Panglima OPM Region Wamena. setelah para sandera diterima dari
panglima OPM, mantri anak Ansus ileh panglima OPM region Wamena,
selanjutnya kondisi terasa agak berubah, penuh dengan kebengisan dan
saat kematian semakin terasa kian dekat, pada suatu kesempatan Panglima
OPM Region Wamena sedang menyalakan rokok untuk isap, momen ini
oleh Pdt Maloali merasa perlu komunikasi dengannya, lalu Pdt Maloali
mulai bertanya kepadanya, lalu terjadilah komunikasi diantara mereka
berdua, Pdt. Maloali menutur sbb :
Pdt. Maloali : Tuan, pernah tuan ke Holandia?
Panglima OPM Region Wamena : Ya, saya tinggal di Kemiri-Sentani, Bapa
saya Kepala Kehutanan dan Mama Saya Ibu Adolfina Suebu
Pdt. Maloali : ow, kalo begitu, tuan punya mama, saya punya tunangan
pertama, karena saya sekolah lama di Serui, sehingga tuan punya mama
menikah dengan tuan punya Bapa
Panglima OPM Region Wamena : Ya Mama Adolfina itu saya punya
mama, berarti bapa….??
Melalui dialog yang tidak lama di waktu yang sempit tetapi berbobot dan
efektif dan membuahkan hasil yang besar, yaitu perubahan kebijakkan,
semua sandera tidak dibunuh. Menurut Maloali, kami semua akhirnya
diperlakukan dengan tidak ada perbedaan antara OPM dan dan Sandera,
karena kami semua sama-sama dianggap seperti anggota OPM.
Beberapa waktu kemudian Panglima OPM region Wamena bercerita,
sewaktu Bapa Pdt. Maloali datang ke rumah Ibu Adolfina Suebu di
Wamena saat mamanya meninggal, yang jaga rumah waktu itu adalah
saya anak angkat mereka. Kisah ini semakin meluluhkan semua ikhtiar
buruk, lalu panglima OPM Region Wamena turut merencanakan
pengembalian para sandera yang sudah 4 bulan bergerak dari satu tempat
ke tempat lainnya, dan semuanya keluar dalam keadaan selamat.
Kisah dalam profil ini hanya dikisahkan singkat, meskipun banyak hal yang
sudah dikerjakan dan dibuat oleh Almahrum Pdt. Wileem Maloali semasa
hidupnya yang tidak semuanya ditulis dalam profil singkat ini. Semoga,
sepenggal kisah ini menjadi bagian lain yang turut menginspirasi perjalanan
pemimpin di tanah Papua. Dan pemimpin pelayanan Gereja di aras
jemaat, klasis dan Sinode.
29
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
Sampai akhir hidup tahun 2021 sudah Melihat Pemimpin Sinode GKI dan
Gubernur Papua yang memimpin di masa itu
Papua memiliki seorang tokoh Gereja Ds. Maloali adalah seorang tokoh atau
publik figur yang sangat ideal, karena pengalaman hidupnya menjadi bangun
kisah atau dokumen sejarah hidup yang tak terduga unik tetapi juga
menakjubkan bagi semua kalangan, seorang tokoh yang telah melewati 5
(lima) era yang berbeda, antara lain :
(1) Era pertama adalah “era perkembangan internal gereja” terdiri dari dua
fase, yaitu :
a) fase Zending UZV-ZNHK sampai dengan Sidang Sinode Umum
Holandia Binnen Oktober 1956
b) fase Gereja mandiri GKI di Nieuw Guinea 1956 hingga 2021 ;
Masing-masing era dan fase yang pernah dilewati oleh Pa Maloali dapat
digambarkan ringkas dalam kisah dan gambar tokoh yang mewakili antara lain:
Era zending UZV-ZNHK di Nieuw Guinea sampai tahun 1955
Beberapa tokoh atau figur zendeling atau tuan Pandita, Zuster yang seringkali
nama mereka pa Maloali sebutkan antara lain seperti pada gambar di bawah ini :
30
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
era Evangelisch Christelijk op Nederlands Nieuw Guinea atau GKI di tanah Papua
sampai sekarang tahun 2021 atau dari Pdt. F. J. S. Rumainum - Pdt. Andrikus
Mofu, M.Th;
era Transisi Otoritas Eksekutif Sementara PBB - UNTEA dari 1 Oktober 1962 –
1 Mei 1963, dari Jose Rolz Bennett hingga Jalal Abdoh ; dan
31
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
Demikianlah hidup dan karya Ketua Sinode GKI di Tanah Papua yang ke-3,
pada suatu perjalanan yang dilakukan ke Sorong diantara tahun 2011-2014, pa
Maloali melihat-lihat perkembangan kota Sorong dan ia singgah ke Kantor
Klasis Sorong pada masa itu yang menjabat Ketua Klasis Sorong adalah Pdt.
Andrikus Mofu, ia melihat semua ruangan kantor Klasis dan pemanfaatannya,
kemudian masuk ke ruangan Ketua Klasis dan setelah bercerita “seolah pa
Maloali menyampaikan visi yang tidak terduga kepada pa Ketua Klasis,
demikian “anak sudah kelola Klasis dengan baik, membangun Gedung-gedung
yang representative untuk suatu kantor Gereja, suatu saat bila Tuhan Yesus
memberimu kepercayaan yang lebih besar memimpin Gereja ini, anak
lakukanlah hal yang sama seperti yang anak lakukan di Klasis Sorong anak
lanjutkan dan tata wajah GKI di Tanah Papua dengan membangun gedung
yang representatif digunakan sebagai kantor”.
32
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
Semua isi uraian tulisan dalam profil ini disari hasil dari 3 kali wawancara, 5
Juni 2019 ; 9 Februari 2021; 17 April 2021 ; dan dari literatur majalah
Zendingslad der Nederlandsche Hervormde Kerk, diterbitkan sejak tahun
1954-1962 khususnya informasi yang terkait dengan Maloali dan referensi
buku lainnya.
33
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
Bagian Satu
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki tahun pelayanan gereja tahun 2022, semua warga Gereja
Kristen Injili di Tanah Papua (GKI TP) patut menaikkan syukur kepada
Tuhan Yesus Kristus Sang Kepala Gereja karena pada periode
kepemimpinan Sinode GKI TP 2017-2022 Ketua Pdt. Andrikus Mofu,
M.Th, Wakil Ketua Pdt Hizkia Rollo, MM ; Sekretaris Pdt. Daniel Kaigere,
S.Si ; Wakil Sekretaris Syahnur Abas, M.Th dan Bendahara Syamas Ibu
Tresya Numberi, SE. GKI TP secara konsisten mengelola penatalayanan
khusus ibadah hari Minggu, hari raya gerejawi seperti Minggu Adven,
Malam Kudus, Natal, Kunci Tahun, 1 Januari, 5 Februari, Minggu Sengsara,
Jumat Agung, Minggu Paskah, Kenaikan Tuhan Yesus, Pencurahan Roh
Kudus, HUT GKI Di TP, pelayanan Sakramen Perjamuan Kudus, dan pada
pelayanan tahun 2022 ditambahkan lagi salah satu bagian pelayanan yang
belum disajikan kerangka khotbahnya selama ini, yaitu ibadah Kunci Bulan.
Memperhatikan keseluruhan penatalayan dimaksud maka buku pegangan
pelayanan tahun 2022 yang sedang dipegang oleh semua hamba Tuhan
dan warga jemaat agak tebal dari buku pegangan pelayanan tahun lalu.
Upaya untuk penyederhanaan isi khotbah pada setiap buku pegangan
pelayanan yang dikeluarkan terus diupayakan meskipun disadari aspek
kekurangan dan keterbatasan kemanusiawian dari pihak penyusun.
Dampak yang diharapkan muncul dari pemberlakuan buku pegangan
pelayanan setiap tahun di lingkungan GKI TP sebagaimana pengaturan
bagian tujuan pada buku pegangan pelayanan tahun 2021 poin (2)
menjadi terasa, antara lain :
(1) Teks ibadah hari minggu diharapkan digunakan sebagai teks yang
berlaku untuk satu minggu pelayanan, sehingga teks yang sama dibaca
dan dibuat refleksi pada ibadah Unsur PAR, PAM, PW, PKB,
Keluarga/Wiyk, Kunci Bulan, Ibadah Syukur untuk mengartikan setiap
satu orang dalam ibadah resmi yang dihadiri pada minggu berjalan,
diingatkan untuk terus-menerus “membaca Firman Tuhan berulang-
ulang”;
34
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
(2) Sebagian Badan Pelayan PAR di tingkat Jemaat yang agak jauh dari
kota, menggunakan teks bacaan yang berlaku bagi jemaat pada ibadah
hari minggu, digunakan sebagai materi pembelajaran Sekolah Minggu ;
(3) Sebagian warga jemaat menyampaikan “kritik” dari rasa “bosan”
membaca satu teks yang sama secara berulang-ulang dan menganggap
membaca berulang-ulang dalam satu minggu sama dengan membatasi
keluasan Firman Tuhan yang terbuka digunakan untuk konteks
pelayanan yang ada, dst
Dinamika pelayanan yang hidup dan berkembang tidak boleh membatasi
dan menekan sisi yang positif dan negatif, tetapi justru karena ada
dinamika maka suatu pelayanan yang hidup, mendapatkan perhatian
untuk dikelola secara arif dan bijaksana.
Memang, dari tahun 2020 sampai dengan 2022 kita sudah menjadi
terbiasa dengan “virus corona”, kehadirannya telah mendorong
pengelolaan pelayanan khusus jemaat-jemaat kotawi yang berada di “zona
merah” untuk berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan zaman,
misalnya jemaat-jemaat kotawi membentuk “tim IT atau Tim Multimedia
Jemaat” dan berkreasi untuk menyuguhkan “pelayanan ibadah virtual”,
sesuatu yang “aneh” dan tidak pernah “terpikirkan sebelumnya” tetapi hari
ini sudah kita bersama memasukinya dan bahkan berpartisipasi. Di sana-sini
sebagian jemaat sudah memiliki akun YouTube, live-streaming, Media
Zoom, dan lainnya, sebagian pengelolaan pelayanan sudah menjangkau
“aspek publik global tanpa batas dan sekat dinding gedung gereja”, ibadah
di dan dari rumah, hal ini memang sudah eranya, gereja dituntut untuk
melakukan pelayanan terbuka ; pelayanan manual atau non-virtual pada
era virtual juga terus digiatkan di sebagian besar jemaat yang secara
karakteristik geografis berada di pinggiran, pesisir dan pedalaman,
pelayanan manual berjalan sebagaimana adanya, sehingga sebagiannya
seperti tidak disentuh oleh yang namanya “corona-virus” dan dampak
yang ditimbulkannya. Memang dinamika ini nampak seperti “kontras”,
tetapi kita dituntut untuk giat dan terus bangkit saling melengkapi dan
saling menguatkan bersama sebagai persekutuan.
Pengelolaan pelayanan pasca-pandemi corona-virus terus digiatkan,
meskipun mentalitas pelayanan telah terbentuk, yaitu antara hari minggu
35
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
36
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
(d) Penggunaan teks sangat variatif, selain satu minggu satu teks dan
perikop, ada yang justru, dua teks dua perikop, dan bahkan teks PL
dan PB yang digunakan dalam satu kali ibadah Minggu.
37
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
B. Tujuan
Memasuki era yang terbuka maka seluruh pelayanan wajib terbuka dan
memudahkan setiap warga jemaat untuk mengakses secara cepat, efisien
dan efektif, sehingga tujuan dari menyediakan buku pegangan pelayanan
GKI TP tahun 2022 dirumuskan sbb :
(1) Seluruh pelayanan Ibadah dalam tahun pelayanan 2022, yaitu ibadah
hari minggu, ibadah Unsur dewasa atau Sidi Jemaat seperti Persekutuan
Anggota Muda (PAM) ; Persekutuan Wanita (PW) dan Persekutuan
Kaum Bapa (PKB), ibadah Keluarga/Kelompok/Wiyk atau suatu
aktivitas ibadah yang terjadi dalam satu jemaat digairahkan untuk
membaca Alkitab secara berulang-ulang dan membuat refleksi atas teks
Alkitab dengan cara atau metode yang berbeda-beda sesuai konteks
pelayanan di jemaat. ;
(2) Agar PHMJ dan BP.PAM, BP.PW, BP.PKB yang baru terpilih untuk
periode 2022-2027 dapat menggunakan buku pegangan pelayanan ini
sebagai panduan standar pelayanan ;
(3) Agar pelayanan GKI TP dengan menyediakan buku pegangan
pelayanan ini dapat pula direplikasi untuk pelayanan pada tubuh
Kristus esa juga terbuka untuk denominasi gereja yang ada di tanah
Papua, tentu yang menyatakan minatnya untuk bersama-sama belajar
dari hal pengelolaan pelayanan ibadah tematik yang berlaku di
kalangan GKI TP.
38
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
D. Kerangka Khotbah
Konten yang menjadi pokok utama menyediakan buku pegangan
pelayanan ada pada keseluruhan sistematika yang dianut untuk menyusun
alur kerangka khotbah atau refleksi. Sehingga buku pegangan pelayanan
yang disediakan untuk tahun 2022 konsisten dengan kerangka lazim
dimaksud. Meskipun pengembangannya dalam pelayanan tetap kita akui
bersama bahwa Roh Kudus Tuhan senantiasa menjamah dan
mengubahkan seperti yang Allah kehendaki setiap hamba Tuhan, Penatua,
Syamas, Pendeta, Guru Jemaat, Penginjil atau anggota sidi dalam struktur
Badan Pelayan PAM, PW, PKB yang berpartisipasi menggunakan teks yang
tersedia dalam pelayanan di aras jemaat setiap minggu. Memang sebagian
39
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
40
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
Semoga pelayanan yang utuh untuk tahun 2022 menjadi “penyembahan dan
pengagungan yang indah dan mulia dari tanah Papua melalui GKI di TP”
hanya kepada Bapa, Anak dan Roh Kudus, Allah Yang Esa dan Kekal. Allah
yang disembah di tanah Papua dan GKI di tanah Papua selamanya.
Kijne memandu kita melalui Nyanyian Rohani 3:1 “Hormat Bagi Allah Bapa”
Hormat bagi Allah Bapa, hormat bagi Anak-Nya, hormat bagi Roh
Penghibur KETIGANYA YANG ESA, haleluya, haleluya KETIGANYA YANG
ESA.
41
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
Bagian Kedua
I. PENDAHULUAN
Teofani atau penyataan diri Allah banyak kali dialami orang-orang tertentu
di lingkungan bangsa Israel. sebagaimana dialami oleh Musa, seorang
penggembala ternak milik mertuanya. Penyataan diri Allah itu ditandai oleh
peristiwa yang acapkali di luar daya nalar manusia, sehingga membuat
kagum dan heran serta mau menyelidikinya. Siapa saja menyaksikan hal-hal
yang luar biasa pasti merasa heran dan ingin tahu, tak terkecuali Musa,
yang mau menyelidiki semak duri yang tak terbakar api. Tindakan Musa
mencari tahu tersebut justru mengantarnya mengalami penyataan diri Allah.
Dan dalam penyataan diri ini Allah menyatakan diri sebagai Allah yang
kudus yang tak dapat dihampiri. Sekalipun demikian Dia bukan Allah yang
jauh tanpa kepedulian dengan bangsa Israel. Ia bahkan menyatukan diri
dan menjadi Allah para leluhur Israel, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah
Yakub. Dengan menyatakan diri sebagai Allah leluhur Israel, Ia pun
memperhatikan penderitaan dan ratap tangis bangsa itu. Dia adalah Allah
yang jauh dan sekaligus dekat dengan umat-Nya. Allah jauh karena Dia
kudus, sekaligus dekat karena dalam kekudusan itu, Allah peduli dengan
penderitaan umat-Nya. Inilah yang akan kita lihat dalam penjelasan teks
berikut ini.
42
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
43
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir”. (ay
10). Perhatian Allah dinyatakan dalam tindakan pembebasan. Allah
tidak sekedar memperhatikan dan mendengar seruan penderitaan lalu
membiarkan umat-Nya tetap sengsara. Bukan seperti itu Allah Abram,
Allah Izak dan Allah Yakub. Dia adalah Allah pembebas dan pemberi
kehidupan baru, kehidupan di tanah perjanjian yang penuh susu dan
madu (ay 8).
III. PENERAPAN
Pengalaman teofani Musa mengajarkan kita bahwa Allah adalah Allah
yang peduli dengan kehidupan umat-Nya. Dia tidak membiarkan umat-
Nya sendiri mengalami dan menjalani penderitaan dalam hidup ini.
Kebenaran ini patut diimani oleh setiap umat Allah di tengah kondisi
kehidupan yang tidak mudah hari ini.
Kepedulian Allah tersebut diwujudkan dalam pengutusan Musa untuk
melakukan tindakan pembebasan. Hari ini kepedulian dan pembebasan
Allah tersebut dijalankan oleh setiap orang percaya sebagai yang diutus
Allah. Pengutusan untuk kepedulian dan pembebasan tersebut hari ini
diuji dalam situasi masyarakat yang tidak mudah.
44
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
I. PENDAHULUAN
Banyak hal yang mengherankan selalu dilakukan Yesus ketika bersama-sama
murid-murid-Nya, seperti meredakan angin ribut dalam bacaan tersebut.
Peristiwa angin ribut diredakan menunjukkan siapa diri Yesus yang
meredakan angin ribut, tetapi juga siapa murid-murid Yesus itu dalam
menghadapi situasi yang berbahaya. Di satu pihak terlihat bahwa dalam
situasi yang berbahaya itu murid-murid merasa terancam, pada pihak yang
lain tindakan Yesus mendatangkan rasa heran bagi murid-murid dan
mempertanyakan “orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danau pun
taat kepada-Nya.
45
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
III. PENERAPAN
Setiap orang, termasuk orang Kristen, banyak kali berhadapan dan
mengalami persoalan kehidupan yang tidak mudah. Terhadap kondisi
yang demikian mengandalkan kekuatan sendiri bukanlah solusi. Murid-
murid ketika mengalami kondisi yang membinasakan, mereka datang
mohon pertolongan Yesus, sebab Dialah Tuhan yang berkuasa mengatasi
kondisi yang membinasakan. Yesus adalah Tuhan, maka setiap pengikut
Kristus seharusnya tidak takut menghadapi tantangan kehidupan,
melainkan datang kepada Tuhan mohon pertolongan-Nya..
46
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
I. PENDAHULUAN
Ketika ada dalam situasi yang membahayakan orang selalu mencari
pertolongan. Sumber pertolongan pun bervariasi, ada yang meminta dari
“orang pintar”, ada pula yang mengandalkan kekuatan hobatan. Bagi
orang yang percaya kepada Allah sumber pertolongannya hanya Allah saja.
Sekalipun di sekitarnya ada yang dianggap dapat menolong, tetapi hanya
Allah yang diandalkan, sebab hanya Dialah penolong yang dapat
membebaskan dari kondisi kehidupan yang tidak mudah. Mengapa
demikian? Ikuti penjelasan di bawah ini.
47
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
III. PENERAPAN
Dalam situasi kehidupan yang tidak mudah seperti hari ini kita diyakinkan
oleh Daud bahwa pertolongan kita hanya berasal dari Tuhan, sebab Dia
adalah penjaga Israel. Penjagaan dan pertolongan Tuhan itu memiliki tiga
dimensi waktu: dulu, hari ini dan akan datang, karena Tuhan itu menjaga
“keluar masukmu dari sekarang sampai selama-lamanya”. Waktu
“sekarang” berlaku pada masa Daud, dan bagi kita masa lalu, tetapi juga
berlaku pada kita yang mendengar firman itu hari ini, dan akan berlaku
sampai selama-lamanya.
Tetapi penjagaan dan pertolongan Tuhan itu tidak berlaku dengan
sendirinya. Seperti Daud, kita harus selalu bertanya: “dari manakah akan
datang pertolonganku? Penjagaan dan pertolongan Tuhan menuntut
gumul dan juang kita di hadirat Tuhan.
48
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
I. PENDAHULUAN
Oleh kematian dan kebangkitan Yesus manusia memiliki masa depan
dalam kerajaan Allah; bahkan di dalam iman kepada Yesus masa depan itu
telah menjadi bagian kehidupan pada masa kini. Dapat dikatakan bahwa
Kerajaan Allah itu sebuah pengharapan eskhatologis yang sudah
dinyatakan. Tindakan penyembuhan orang bisu dirasuk setan yang di
lakukan Yesus misalnya menjadi keterangan bahwa Kerajaan Allah itu
sudah ada. Kata Yesus: “Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka
sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Luk 11:20).
Sekalipun demikian Kerajaan Allah itu tetap menjadi pengharapan Kristen,
dan karena itu setiap orang patut mempersiapkan diri untuk
kedatangannya.
49
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
III. PENERAPAN
GKI di Tanah Papua dengan visi teologi Kerajaan Allah telah mengaris
bawahi suasana realased eschatology dari Kerajaan Allah. Di satu pihak,
GKI dan segenap warganya, kini dan di sini, sedang menjalani kehidupan
dalam Kerajaan Allah yang sudah datang dalam Yesus Kristus, tetapi
serentak dengan itu, pada pihak yang lain, kita sedang arak-arakan
bersama semua orang percaya menyongsong perayaan akbar perjamuan
kawin dalam Kerajaan Allah. Dalam hal ini, maka standar hidup Kerajaan,
Allah, hidup sempurna tanpa cacat di hadirat Allah, sudah mesti terlihat
dalam kehidupan sehari-hari. Dalil bahwa kita masih hidup di dunia, jadi
tidak mungkin sempurna, bukan prinsip hidup dalam GKI yang
mempunyai visi teologi Kerajaan Allah. Apalagi GKI ini mengaku bahwa ia
bagian dari gereja yang kudus.
50
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
I. PENDAHULUAN
Salah satu wujud relasi umat pilihan dengan Allah ialah bersyukur atas
karya keselamatan Allah di antara umat itu. Karena itu para pemimpin
umat selalu mengingatkan dan mengajak umat Allah untuk bersyukur
kepada-Nya. Ajakan ini tentu beralasan, dan ini selalu terletak pada Allah.
Tidak ada sesuatu yang dapat diperhitungkan pada umat untuk menjadi
alasan bersyukur kepada Allah. Ini menjadi karakter hidup umat pilihan
Allah, sebuah pola kehidupan yang teosentris, berpusat pada Allah. Karya
keselamatan Allah di antara umat itu menjadi alasan untuk umat harus
memiliki rasa takut kepada Allah, yaitu umat yang senantiasa menyembah
Allah, sebab rancangan-Nya tidak pernah gagal dan berlangsung turun-
temurun di tengah umat pilihan. Karena itu sudah sepantasnya mereka
berbahagia punya Allah yang kasih-setia-Nya selalu menyertai.
51
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
52
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
III. PENERAPAN
Memuji dan memuliakan Allah bagi umat Tuhan adalah sebuah
keniscayaan. Bukan karena alasan yang antroposentis, berpusat pada
manusia, melainkan karena Allah. Iman orang Kristen berpusat pada
Allah, karena karya keselamatan-Nya. Karya keselamatan ini adalah
wujud kepedulian Allah dan ini patut disyukuri. Orang Kristen bisa
menggunakan unsur-unsur budaya untuk memuji Allah sebagaimana
disebutkan dalam ajakan Daud bagi bangsa Israel.
53
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
I. PENDAHULUAN
Orang Kristen adalah orang berdosa yang dibenarkan Allah dalam Kristus,
dan hidup dalam kasih kepada Allah dan sesama manusia. Kasih ini bukan
kasih duniawi yang dapat dijumpai dalam berbagai tradisi dan kebudayaan,
melainkan kasih sorgawi, kasih Allah, yang dilakukan sekalipun manusia
tidak pantas menerimanya. Dalam tradisi dan budaya tertentu kasih itu
bersifat eksklusif, tetapi kasih Allah berlaku untuk semua orang. Maka
dalam terang kasih Allah semua orang bersaudara, yang diwujudkan dalam
tindakan nyata, seperti memberi tumpangan bagi orang lain. Oleh sebab itu
kasih Kristen adalah kasih persaudaraan!
54
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
III. PENERAPAN
Mempedulikan orang lain dalam masyarakat bukan hal yang asing, tetapi
peduli dengan semua orang tanpa melihat latar belakang seseorang
merupakan kekecualian. Karena kasih dalam banyak tradisi dan budaya
dipahami dalam kerangka pikir yang eksklusif. Dalam kekristenan
pemahaman yang demikian tidak berlaku, karena kekristenan mendasari
relasi sosial dengan kasih Allah, kasih yang berlaku bagi semua orang
tanpa kecuali. Kasih Allah itu menempatkan semua orang sebagai
saudara. Kasih Kristen adalah kasih persaudaraan. Pengkotakkan sosial
dalam hidup bergereja dan bermasyarakat bukan pola hidup Kristen.
GKI di Tanah Papua menggarisbawahi kasih persaudaraan itu dalam jati
dirinya sebagai koinonia atau persekutuan. Pola pikir eksklusif berupa
kelompokisme berdasarkan suku, budaya dan kepentingan menodai
kekudusan gereja ini. Dalam jati diri sebagai persekutuan, kasih
persaudaraan adalah pola hidup bergereja dan bermasyarakat bagi setiap
warga GKI di Tanah Papua.
55
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
I. PENDAHULUAN
Kidung Agung atau juga acap disebut Kidung Salomo merupakan kumpulan
nyanyian dan puisi mengenai relasi cinta seorang laki-laki dan perempuan.
Banyak tafsiran mengenai relasi ini, tetapi dalam kerangka pemberitaan
firman hubungan cinta itu akan ditempatkan dalam kerangka relasi cinta
Kristus dengan umat-Nya.
III. PENERAPAN
Dosa memisahkan manusia dengan Allah, dan tak seorang pun dapat
mempertemukan manusia dengan Allah, karena di dalam kedosaannya
56
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
57
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
I. PENDAHULUAN
Kitab Mazmur pasal 119, adalah salah satu sajak terpanjang di dalam
seluruh kitab Mazmur dan juga di dalam Alkitab. Di mana Mazmur ini
memiliki 176 ayat. Keseluruhan Mazmur 119 ini berbicara tentang “Kasih
kepada Tuhan dan Taurat-Nya”. Dalam pengembaraannya di dunia,
pemazmur mengedepankan Taurat atau Firman Tuhan sebagai hal yang
sangat pokok di dalam hidupnya. Kata Taurat perlu dimengerti secara luas.
Di dalam Ulangan 4:5 Taurat mengandung arti ketetapan dan peraturan
yang diberikan Tuhan bagi Israel sebelum memasuki Tanah Kanaan. Yang
dimaksud adalah Pemazmur menyatakan kekagumannya kepada Tuhan
dan segala Firman-Nya bahwa Firman Tuhan itu berkuasa melindungi dan
dia sungguh menambatkan hatinya hanya kepada segala Firman Tuhan
tanpa mempedulikan berbagai situasi sulit yang dihadapinya. Kekaguman
pemazmur akan Taurat atau Firman Tuhan hendak meyakinkan kita
bahwa: Firman Allah mengandung prinsip-prinsip rohani yang akan
membantu kita menjauhi banyak kesusahan, perangkap, dan tragedi yang
disebabkan oleh keputusan dan pilihan yang salah; oleh karena itu, kita
harus menghargai hikmat-Nya dan berpegang teguh pada ketetapan-
ketetapan-Nya dalam segala situasi kehidupan. Yang dimaksud ialah
seluruh wahyu Tuhan serta pernyataannya yang menjadi pemimpin
manusia kepada kebahagiaan dan keselamatan. Pemazmur sungguh
mencintai Taurat sebagai karunia Tuhan yang unggul. Dengan sebulat hati
ia menyerahkan diri kepada Taurat oleh karena dengan jalan itu ia
menyerahkan dirinya kepada Tuhan sendiri.
58
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
59
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
III. PENERAPAN
Keuntungan yang kita peroleh dari firman Allah. Firman itu tidak saja
menjadi terang bagi mata kita, untuk memuaskan mata serta mengisi
kepala kita dengan pemikiran, tetapi juga menjadi terang bagi kaki kita
dan jalan kita. Firman-Nya membimbing kita dalam menata perilaku kita,
baik untuk memilih jalan kita secara umum, maupun menentukan langkah-
langkah khusus yang perlu kita ambil di jalan itu, supaya kita tidak
menempuh jalan yang salah atau langkah yang menyesatkan. Kita akan
benar-benar merasakan kebaikan Allah kepada kita bahwa Ia telah
memberikan pelita dan terang seperti itu ketika kita menjadikannya
sebagai penuntun bagi kaki kita dan jalan kita.
Mengakhiri bulan pertama di tahun yang baru ini kita yakin dengan
sungguh bahwa perjalanan hidup kita tentu saja telah diterangi dan
dipimpin oleh Firman Tuhan. Sehingga untuk memasuki bulan yang baru di
tahun yang baru ini, kita percaya bahwa kita akan terus dipimpin oleh
Tuhan dengan Firman-Nya. Sehingga apapun situasi yang akan kita hadapi,
Firman Tuhan harus tetap menjadi penerang bagi jalan kehidupan kita.
Firman Tuhan harus tetap menjadi pegangan di dalam seluruh langkah
hidup kita. Di dalam Firman-Nya kita memahami segala kehendak Tuhan
bagi kehidupan kita. Amin.
60
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
I. PENDAHULUAN
Perayaan syukur 167 tahun usia Pekabaran Injil di tanah Papua tahun 2022,
kita sedang rayakan dalam suasana pandemic covid-19. Dengan sorotan tema
yang focus kepada kesadaran iman tentang “sejak semula Allah sudah
menentukan Papua tempat berlangsungnya karya Allah”. Dulu tanpa Injil
Papua mendapatkan ejekkan, seperti “negeri kelam, negeri hitam, negeri
penghuni Iblis, negeri orang keriting yang identik dengan kebodohan, negeri
penyedia mahar perbudakkan, kanibal, pengayau, perang suku, pendendam,
bengis, kuasa hobatan, kotor”. Papua itu adalah bangsa Tabi, bangsa Saireri,
bangsa Anim-ha, bangsa Meepago, bangsa Lapago, bangsa Domberai, bangsa
Bomberai. Dan sekarang ini di Papua termasuk di dalamnya ada bangsa
Maluku, bangsa Sangir, bangsa Bugis-Makasar, bangsa Jawa, bangsa Batak
dan semua bangsa yang lain di dunia. Kita datang dari keadaan dahulu
“tanpa Injil” sebagai kondisi “tanpa Allah”
Mengenal karya Allah di Papua kita temukkan jejaknya melalui jejak para
zendeling dan kemudian dilanjutkan oleh goeroe Jemaat. Sebagian nama
zendeling dan goeroe jemaat tercatat di haribaan Tuhan dan di benak
terdalam Papua. Allah yang memilih Gossner dan Heldring, menggerakkan
penginjilan, kemudian terpilih dan diutus Ottow dan Geissler sebagai peletak
dasar terang Injil bagi bangsa Papua. Terang Injil merambat mula-mula dari
Mansinam, kemudian Allah menggerakkan UZV melengkapi penginjilan di
Mansinam Papua dengan mengutus J. L van Hasselt, Jaesrich, Otterspoor,
dari Mansinam terang Injil merambat ke Doreh oleh Jaesrich, Kwawi oleh J.
L van Hasselt, ke Rhoon oleh Beyer, van Balen, Splunder, Bink, ke Moomi
oleh Meeuwig, ke Meoswar oleh Mosche, Rhinnooy, ke Andai oleh
Woelders, Jens, Metz, ke Miei Starenburg, ke Biak oleh Jens, ke Windesi,
Inanwatan oleh Muylwijk, ke Fakfak oleh Bouth, ke Serui, Biak, Sarmi,
Holandia oleh F.J. F van Hasselt kemudian dilanjutkan oleh Jens di Biak,
Bouth ; Bijkerk, Agter de Neef, Schneider di Holandia, di Sarmi oleh Agter de
Neef dan Werkman, di Serui-Yapen oleh Bouth, Agter de Neef dan selain
61
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
para zendeling ada juga sejumlah goeroe jemaat yang turut serta
merambatkan Injil seperti : Johana Rumadas di Andai (1885) ; Josefus
Tomahu Guru Ambon pertama di Kwawi (1894) ; Jonathan Ariks di Amban
(1896) ; Petrus Kafiar di Biak (1897) ; Timotius Awendu Teolog Papua
pertama lulusan Depok 1897 di Mansinam, Apituley di Rhoon 1901, Huwae
di Andai 1908, Tamtelahitu di Kwawi 1909, Polnaya di Samate 1914,
Latumahina di Wariab 1911, Maitimu di Mandori 1911, F. Warin di Pakriki
1909, Tomasoa di Dwar 1909. Amos Pasalbessy di Tablasupa – Tanah Merah
1911, dan masih banyak zendeling dan guru jemaat lainnya yang dipilih dan
dipanggil Tuhan untuk merambatkan terang Injil Tuhan Yesus di negeri yang
disematkan dengan nama negeri Nieuw Guinea.
2.2. Ayat 3 – 7 “orang buta sejak lahir” dan kesembuhannya menjadi alat
kesaksian menyatakan pekerjaan Allah
Kita menemukan lima hal dalam respons Yesus kepada murid-murid-
Nya pada bagian kedua ini, ke-empat hal dimaksud, antara lain :
(1) Respons Yesus. Yesus tidak tertarik tentang hal dosa, apalagi
menuduh dan mencari-cari sebab dari manusia yang berkebutuhan
khusus, tuduhan itu “tidak logis” dan tidak semestinya. Jawaban
Yesus menolak tuduhan dengan mengatakan kata “bukan”,
menariknya kata “bukan” atau “oute” Yesus menggunakan dua kali
sebagai kata konjuksi atau penghubung antara dia si “buta sejak
lahir” dan pengasal si buta atau “orang tua”, keduanya dalam
peristiwa “seorang anak yang lahir buta “tidak dapat dihubungkan
dengan dosa”.
62
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
63
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
2.3. Ayat 8 – 12 Persepsi sekelompok orang sekitar orang buta yang bisa
melihat karena Yesus.
Tanggapan orang terhadap perubahan yang temukan pada seorang
yang dahulu buta sejak lahir, sekarang melihat seperti sedia kala,
terdapat tiga persepsi :
(1) Persepsi pertama : pertanyaan dengan gaya bahasa sindiran
“bukankah dia ini yang selalu mengemis?”
(2) Persepsi kedua : gaya bahasa pembahasan sebagai sanggahan atau
jawaban atas pertanyaan (bukankah dia ini yg selalu mengemis?),
terdapat dua sikap : sikap pertama adalah mengakui perubahan fisik
dari tidak melihat menjadi melihat dari orang yang mereka kenal
dan ; sikap kedua adalah kelompok yang tidak mengakui perubahan
fisik dari si buta sejak lahir, dan mereka mengemukakan alasan
bahwa “ada orang serupa yang melihat dan tidak buta.
(3) Persepsi ketiga : bila benar ini orang yang dahulu buta, dan ia
sendiri bersaksi tentang kebenaran masa lalunya yang buta, maka
kedua kelompok kembangkan pertanyaan tentang pelaku yang
menjadikan seorang buta dapat melihat sebagaimana adanya,
pertanyaan mereka “bagaimana matamu menjadi melek?”
jawabnya : bukan merujuk ke tugas tabib kesehatan tetapi ia
mengatakan satu pribadi dari kata orang namanya “Yesus”.
III. PENERAPAN
Saat ini GKI dan gereja-gereja di tanah Papua merayakan 167 tahun PI di
tanah Papua, saat yang sama teks hari ini seperti menyadarkan kita
tentang sikap sebagian warga gereja atau warga jemaat yang belum
terbuka melayani orang berkebutuhan khusus atau kaum distabilitas.
Bila zaman Yesus hidup dan berkarya, pertanyaan zaman itu sudah
diwakili oleh para murid Yesus yang menunjukkan bahwa kaum distabilitas
masih disepelekan, bahkan kesembuhan yang dicapai tidak menjadi berita
sukacita seperti yang nyata dari (ayat 8 – 12), maka kita diarahkan oleh
teks hari ini, saat mencapai 167 tahun PI di tanah Papua, segera gereja-
gereja di tanah Papua, khususnya GKI di tanah Papua dituntut untuk
menghadirkan “tanda-tanda kerajaan Allah” dengan mengarahkan
pelayanan khusus kepada kaum distabilitas, semoga pada Sidang Sinode
tahun 2022 ini pemimpin yang terpilih benar-benar menata pelayanan GKI
di Tanah Papua sebagai pelayanan gereja GKI yang ramah kaum difabel.
Amin.
64
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
I. PENDAHULUAN
Kita baru saja, merayakan 167 tahun Pekabaran Injil di tanah Papua
sebagai hari kasih karunia Allah yang sudah mendatangi Papua. Secara
spiritual dari kasih karunia Allah itu, telah turut melahirkan Papua untuk
selamanya menjadi anak-Nya yang kekasih. Cara Tuhan memilih Papua
sangat unik, keunikan itu ditemukan dari kisah berikut.
Demi perubahan Papua Allah bekerja di benua biru Eropa, suatu benua yang
sudah mengalami perubahan karena Injil. Di sana Allah berkenan mengubah
jalan kehidupan Gossner, seorang pastor Katolik yang kemudian menjadi
Pendeta di Jerman. Allah berkenan mengubah jalan hidup Carl Wilhelm
Ottow dan Johann Gottlob Geissler anak-anak muda yang mestinya
“menikmati kejayaan kemajuan Jerman”. Allah berkenan memilih Heldring
seorang Pendeta Belanda untuk mengakomodir anak-anak muda Jerman
yang kemudian di kirim ke seluruh wilayah koloni Belanda.
Cinta Tuhan bagi Papua jejaknya dikisahkan dengan baik oleh semua
zendeling yang bekerja di tanah Papua. Kini kasih Tuhan nyata karena
sudah menjadi milik bangsa Papua dan semua bangsa karena “Injil”
kekuatan cinta Tuhan yang mendamaikan dan mempersatukan.
65
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
III. PENERAPAN
Kita telah memasuki tahun ke-3 sejak 2020 pandemi covid-19, kita mengalami
kasih setia Tuhan nyata. Banyak sekali gerakan membangun mezbah doa
sudah dikerjakan, baik secara persekutuan, secara keluarga dan juga secara
pribadi, baik secara ekumenikal, maupun secara plural bersama agama-agama
lain.
Kita mengalami “kasih setia Tuhan” yang memulihkan pribadi, keluarga,
persekutuan dan hubungan sosial umumnya. Pengagungan kepada Tuhan,
penyembahan kepada Tuhan menjadi satu-satunya arah jalan yang diikuti,
sehingga di jemaat ada Penatua, Syamas dan Pendeta yang berdoa, terjadi
persekutuan doa secara klasis, baik melalui “tim rally doa” maupun tim doa
dan puasa. Demikian juga di aras Sinode. Semua bentuk relasi yang intim
dengan Tuhan benar-benar begitu giat terbangun. Ini merupakan suatu
periode kebangkitan relasi dengan Tuhan yang begitu indah hadir dalam
periode masa covid-19. Keindahan keintiman dengan Tuhan menjadi fondasi
persekutuan yang terus dikuatkan dan lesatari. Kita percaya bahwa “kasih setia
Tuhan yang kekal sampai hari ini masih nyata ada dan berlangsung”.
66
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
I. PENDAHULUAN
Bila kita memperhatikan konteks nabi Yehezkiel bernubuat, kita pertama-
tama di dorong untuk mengalami situasi Kerajaan Yehuda sebagai orang
buangan di Babilonia, dan Nabi diangkut ke Babilonia pada tahun + 597SM.
Kitab Yehezkiel secara garis besar terbagi ke dalam 4 bagian utama, yaitu :
(a) Bagian pertama dari pasal 1-3 tentang Panggilan dan Penugasan
Yehezkiel
(b) Bagian kedua dari pasal 4-24 Nubuat tentang Hukuman atas Yehuda
dan Yerusalem
(c) Bagian ketiga dari pasal 25-32 Nubuat tentang hukuman atas bangsa-
bangsa asing
(d) Bagian empat dari pasal 33-48 Nubuat Mengenai Pemulihan
Teks yang di baca hari ini termasuk pada bagian ke-3 nubuat nabi tentang
hukuman Allah bagi bangsa-bangsa asing. Yang sangat menarik dari
bahagian teks yang kita baca ini, terkait dengan personifikasi dari raja Tirus
menjadi simbol figurative yang hendak menggambarkan tentang
kepribadian tertentu tentang sang “gambar dari kesempurnaan di taman
Eden”. Raja Tirus yang dimaksud adalah “Etbaal” atau “Itobalus”. Agak
aneh memang, bila secara harafiah mengkaitkan taman eden dengan raja
Tirus, tetapi peran raja Tirus sepertinya memiliki arti secara spiritual khusus
peristiwa yang bernuansa kekuasaan supranatural, dan kebanyakan figure
supranatural di taman Eden yang dimaksudkan sebagaimana Yesaya 14:12
adalah “helel” artinya “lusifer” atau “cahaya bintang timur”
67
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
68
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
Bila hal ini mengisahkan tentang kejatuhan lusifer maka kengerian itu
menjadi alamat bagi tempat ke mana ia di buang. Ia di buang ke
“bumi” (ay 17b) dan api yang kekal adalah kengerian hukuman
berikutnya (ay 18b) ; nabi Yesaya menggambarkan kengerian hukuman
ini pada Yesaya 14:11 “Ke dunia orang mati sudah diturunkan
kemegahanmu dan bunyi gambus-gambusmu; ulat-ulat dibentangkan
sebagai lapik tidurmu, dan cacing-cacing sebagai selimutmu.".
69
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
III. PENERAPAN
Teks ini membangkitkan kesadaran yang prinsip dan penting bagi berbagai
kalangan, seperti kalangan pejabat yang memiliki mentalitas elitis,
kalangan akademis yang memiliki mentalitas ilmuan, kalangan artis yang
memamerkan aspek kecantikan, kegantengan dan keindahan fisik tertentu,
kalangan orang kaya, kalangan Event Organizer (EO) yang mendesain
keindahan dekorasi dan sistem lighting, dan berbagai kalangan lainnya.
Manusia siapapun layak menikmati semua capaian dari usaha dan kerja
keras yang menghasilkan semuanya menjadi tersedia dan terwujud. Hal
yang diingatkan dari teks ini adalah: “tidak sombong, tidak tinggi hati,
tidak melakukan kekerasan karena merasa sebagai orang berada atau
sebagai tuan atau kaya, tidak boleh undur dari ibadah dan persekutuan
dengan Tuhan, kecantikan dan kegantengan tidak boleh menciptakan
persaingan-perseteruan dengan sesama”
Bila raja Tirus dan kerajaannya pernah jaya, bila malaikat lusifer sebagai
malaikat yang sangat indah dan cantik pernah ada dalam keadaan
sebagaimana adanya, hari ini kisah mereka digambarkan dengan baik,
bahwa akhir kisah mereka adalah kengerian hukuman Allah, hal yang sama
terbuka juga untuk kita yang hidup di era yang modern ini. Amin.
70
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
I. PENDAHULUAN
Pada minggu yang lalu kita diajak untuk menemukan sosok Raja Tirus
sebagai pengejawantah dari sosok malaikat lusifer yang cantik dan
sempurna di Eden, maka sebelum memasuki minggu sengsara I pada
minggu depan, kita diajak untuk membaca dari Alkitab kelanjutan kisah di
Eden pada hari ke-6 Allah Pencipta mencipta semesta dan membentuk
manusia menurut gambar dan rupa Elohim.
Teks yang kita baca seluruhnya 30 ayat, keseluruhan kisah yang kita baca
hendak menghubungkan secara utuh penciptaan. Dan penciptaan itu
adalah penciptaan yang menceritakan peristiwa kejadian yang terjadi pada
hari ke-6.
Dua aliran pemikiran penulis kitab Kejadian pasal 1 dan pasal 2 memandu
kita untuk melihat penciptaan secara teori dari versi elohist (E) dan
penciptaan versi yahwist (Y) dengan setting waktu hari ke-6 dan setting
tempat di Eden.
Manusia bertempat tinggal di Eden, Firdaus, Sorga, suatu tempat tinggal
bersama dengan Pencipta yang melahirkannya sebagai “imagodei”.
71
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
72
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
73
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
III. PENERAPAN
Menemukan suatu rahasia kedirian manusia sebagaimana teks berbicara,
merupakan hal mendasar dan penting perlu terbuka dihayati. Misalnya,
Adam bukan hanya dikaitkan kepada laki-laki, tetapi adam merupakan
“kepribadian” yang di dalamnya melekat “unsur bumi dan unsur nefesy
hayya”, karena itu untuk yang memiliki “nefesy hayya” adalah yang
berkepribadiaan dari pengasalnya yaitu “Pencipta” yaitu “Yahweh
Elohim”.
Minggu depan kita aka nada pada minggu sengsara pertama.
Sesungguhnya, Adam Perjanjian Baru yang adalah Tuhan Yesus Kristus.
Jalan penderitaan, kematian, kebangkitan, naik ke Sorga dan pencurahan
Roh Kudus Allah merupakan jalan “penebusan dari dosa” adalah suatu
kemiripan dengan “menghembuskan “nefesh hayya” lalu periode baru
manusia masuki, yaitu hidup Bersama Allah di Firdaus. Amin.
74
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
I. PENDAHULUAN
Kita sudah masuki minggu sengsara yang pertama pada hari ini, minggu 27
Februari 2021. Biasanya minggu sengsara pertama mendapat tema dari
Mazmur 91:51a yang dalam bahasa Latin disebut “invocabit” – bila ia
berseru kepada-Ku.
Sampai 3 tahun masa pandemic covid-19 siapapun kita covid-19 telah
memberikan suatu arti tentang apa itu “berjuang ditengah penderitaan dan
kuasa kematian yang terus membayangi.
Teks Kej 3:1-24 memberikan suatu makna mengenal perubahan identitas
dari bersama dalam kemuliaan Tuhan ke kehidupan diluar kemuliaan
Tuhan, kefanaan, dosa, penderitaan dan maut.
Pada hari minggu 13 Februari 3 minggu lalu telah kita mendengarkan
refleksi dari Yehezkiel 28:11-19 tentang penghuni taman Eden mula-mula,
personifikasi simboliknya diuntukkan bagi Raja dan Kerajaan Tirus, sebagai
“gambar dari kesempurnaan, penuh hikmat dan maha indah di taman
Eden”. Suatu bentuk alegori penokohan yang disamarkan. Makna di balik
itu hendak mengisahkan “helel” sang cahaya bintang fajar yang
diterjemahkan sebagai “malaikat Lucifer” yang di buang. Kisah “Lucifer”
yang di buang dari Eden, kini dalam pembacaan kita hadir dalam bentuk
berbeda “menyerupai ular”, kemudian memprovokasi manusia Hawa
setelah itu Hawa mempengaruhi Adam untuk kemudian akhirnya
menempuh akhir hidup diluar Taman Eden Allah, nasib naas yang dahulu
menimpa Lucifer kini menimpa manusia, di buang dari Eden seperti
dirinya. Kisah ini merupakan adegan yang menegangkan seolah menuntun
kita menyaksikan “pertaruhan dua penghuni Eden” pada sisi lain
pemerannya adalah “Lucifer malaikat yang terbuang” dan pada sisi lain
“manusia Adam dan Hawa sang Gambar Elohim”.
75
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
76
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
III. PENERAPAN
Manusia laki-laki dan perempuan sudah menjalani kehidupannya setelah
menerima “keadilan TUHAN baginya”. Menanti 2021 tahun saat kita
membaca teks ini, untuk mengartikan tentang “penggenapan TUHAN”
77
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
78
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
I. PENDAHULUAN.
Yesaya ps 55 ini merupakan bagian kedua dari kitab Yesaya (Pasal 40-55)
yang berisikan tentang Kabar Baik bagi umat Allah di pembuangan. Bagian
ini berisi kata-kata nabi yang berbicara tentang penghiburan dan
pengharapan kepada umat Allah yang saat itu tinggal di pembuangan di
Babel. Di mana pada waktu itu keadaan Yerusalem berada dalam kondisi
hancur atau puing-puing, namun janji Tuhan kepada bangsa itu bahwa
Yerusalem akan dibangun kembali dan umat akan bergembira karena hal
itu. Allah akan memberkati dan melindungi orang-orang yang kembali dari
pembuangan. Bagian ini juga berisi tiga nyanyian lagi tentang ‘hamba
Tuhan yang menderita’.
79
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022
malu di hadapan Tuhan kalau dia tidak bisa mendengar dan melakukan
perintah Tuhan. Firman Tuhan yang keluar dari mulut Allah pasti
terlaksana dalam kehendak Allah pula.
2.2 Ayat 12-13, merupakan kata-kata penghiburan yang terakhir kali
diucapkan di hadapan bangsa Israel sebelum mereka keluar dari
pembuangan. Ayat-ayat ini menegaskan kembali janji Tuhan tentang
pembebasan bagi Israel dari pembuangan di Babel bahwa mereka akan
berangkat dengan sukacita (pembebasan yang akan mereka alami akan
memberikan sukacita dan kebahagiaan yang tak terkira bagi bangsa
Israel sebab itulah yang mereka rindukan selama berada di
pembuangan) dan dihantarkan dengan damai, dan yang mestinya
membuat mereka bersukacita adalah karena Tuhan sendirilah yang akan
berjalan di depan mereka dan alam semesta akan turut bergembira
menyambut kepulangan bangsa Israel ke Yerusalem. Di sana Tuhan
sudah menyediakan alam yang subur bagi bangsa Israel, Ia
menumbuhkan pohon-pohon yang subur di padang pasir yang
bertandus bagi bangsa pilihan-Nya (merupakan tanda mujizat), sehingga
mereka akan menikmati anugerah kasih karunia dari Tuhan bagi mereka
dari kesuburan yang sudah Tuhan sediakan bagi mereka. Hal itu
sekaligus akan menjadi tanda kemasyuran bagi Tuhan dan sebagai tanda
abadi yang tidak akan lenyap.
Perjalanan mereka pasti berat karena harus melalui padang belantara
dan bukit-bukit serta gunung-gunung dan sebagainya, tetapi mereka
pasti tidak akan takut atau merasa bersalah dan mengeluh seperti waktu
mereka keluar dari Tanah Mesir, justru mereka akan bersukacita dan
bergembira atas perjalanan yang mereka tempuh dari Babel sebab janji
penyertaan Tuhan sudah menjadi jaminan bagi mereka.
III. PENERAPAN
Karena itu saudara-saudara marilah dengan penuh yakin kita
meninggalkan bulan yang ke dua, bulan Februari, tahun 2022 ini dan
dengan kepastian melangkah bersama Tuhan memasuki bulan yang baru
nanti dengan senantiasa mendengarkan serta melakukan apa yang Tuhan
suruhkan kepada kita. Sebab Firman Tuhan adalah Kehendak Tuhan.
Dengan mendengarkan dan melakukan apa yang Tuhan suruh kepada
kita, berarti kita sudah memahami Firman Tuhan dan melakukannya.
Amin.
80