Anda di halaman 1dari 92

Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2020

1
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

KATA PENGANTAR

Setiap hal yang kita capai atau hasilkan, atau peroleh atau miliki
membutuhkan respons atau reaksi. Reaksi itu berupa apresiasi, sambutan atau
ungkapan syukur. Hal yang sama juga terwujud disini, yaitu “ungkapan
syukur” kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja yang karena
rahmat-Nya yang besar dan hebat, Sehingga GKI di tanah Papua memasuki
tahun pelayanan 2022 dan telah memiliki suatu buku “pegangan pelayanan
tahun 2022.
GKI di tanah Papua dalam membangun spritualitas internal persekutuan telah
memperhatikan aspek “ritus” menjadi suatu “implikasi iman dalam relasi
personal dengan Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus sebagai Allah
persekutuan Yang esa dan kekal”. Keseluruhan ibadah dalam satu tahun
seperti yang terjadi tahun-tahun sebelumnya juga disiapkan untuk tahun 2022
sehingga keseluruhan pelayanan ibadah tahunan berupa teks Alkitab, tema
dan refleksi atau khotbah dikelolah dengan seksama, sehingga penataan
ibadah untuk seluruh GKI dalam satu jemaat, satu tanggal, pada satu hari
minggu, atau dalam satu minggu pelayanan menggunakan satu teks Alkitab
yang sama dan dibaca berulang-ulang. Diharapkan teks ibadah hari minggu
dapat digunakan untuk berbagai Ibadah dengan cara direfleksikan dalam
ibadah keluarga/Wiyk, ibadah PAM, ibadah PW, Ibadah PKB, dengan
demikian setiap warga jemaat terlibat secara personal dalam seluruh
pelayanan ibadah yang digiatkan. Bila karena kondisi tertentu seseorang
hanya hadir satu kali dalam suatu ibadah yang berlangsung maka setidaknya ia
sudah mendengar bacaan Alkitab yang berlaku dalam minggu berjalan,
demikianlah spritualitas persekutuan dibangun.
Ucapan terima kasih kepada semua Jemaat, Penatua, Syamas, Pendeta, Guru
Jemaat, Penginjil, Badan Pelayan PAR, Badan Pelayan PAM, Badan Pelayan
PW, Badan Pelayan PKB dan semua pihak yang konsisten menggunakan buku
“pegangan pelayanan 2022” ini untuk keperluan pelayanan ibadah, baik
ibadah tatap muka langsung ataupun melalui “live-streaming” yang berlaku
sejak adanya pandemic covid-19. Kita menjadikan ibadah sebagai salah satu
“instrument untuk merealisasikan amanat Yesus “menyembah Allah dalam
Roh dan Kebenaran” (Yohanes 4:24).

i
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

Kita sudah memasuki tahun 2022 dan “covid-19” sudah menjadi salah satu
virus yang hidup di dalam dunia, tinggal berdampingan dengan manusia dan
menjadi salah satu dari deretan “sakit-penyakit” yang untuk generasi kita
pernah menjadi “virus yang amat berbahaya dan mematikan”, banyak derai
air-mata, perjuangan untuk kesembuhan, pergumulan melawan covid-19
sudah menjadi “testimoni” yang bervariasi dikisahkan dengan berbagai
persepsi yang mengikutinya, hidup terus dituntut untuk “arif dan bijaksana”,
karena itu selain untuk covid-19 kita tetap mendapat anjuran terapkan
“protocol kesehatan”, yaitu wajib berdoa dan ibadah, mencuci tangan dengan
sabun, gunakan masker dan jaga jarak.
Ucapan terima kasih kepada semua hamba Tuhan yang telah mendoakan
pelayanan tahun 2022 dengan turut serta menulis - mempersiapkan khotbah
yang turut dimuat dalam buku pegangan pelayanan 2022 ini, semoga Allah
Bapa, Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus mengaruniakan hikmat dan
kepandaian, kekuatan dan kesehatan sebagai berkat yang menyertai semua
hamba Tuhan dan keluarga.
Pilihan tokoh untuk buku pegangan pelayanan 2022 adalah “Ketua Sinode
GKI di TP yang ketiga “Pdt. Willem Maloali”. Kisah hidupnya sebagian sudah
ditulis dalam bentuk “profil” seperti yang terdapat dalam buku pegangan ini.
Kami menyampaikan ucapan terima kepada semua pihak yang sudah
menggunakan buku pegangan pelayanan tahun 2021 dan kami
menyampaikan permohonan maaf untuk beberapa kekurangan yang
ditemukan dalam pelayanan tahun 2021 yang lalu, dan diharapkan diperbaiki
dan diperhatikan dalam tahun pelayanan 2022 ini.
Semoga buku pegangan pelayanan tahun 2022 edisi ke-lima ini menjadi tanda
“GKI bersyukur” bersama BPAS periode 2017-2022 mengakhiri dengan
konsisten menyediakan buku pegangan khotbah, kita doakan agar hal dicapai
GKI di TP ini terus dipertahankan dan diperhatikan oleh BPAS terpilih periode
2022-2027 yang akan datang melalui Sidang Sinode di Waropen tahun 2022.
Allah persekutuan GKI di tanah Papua, Bapa, Tuhan Yesus Kristus dan Roh
Kudus, Yang Esa dan Kekal memberkati kita semua. Imanuel.

Jayapura 12 Oktober 2021


Tim Penulis.

ii
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

SAMBUTAN BPAS GKI DI TANAH PAPUA


TAHUN PELAYANAN 2022

Waniambe, Jousuba – Kasumasa – syowi arweh – swei - taop – poi -


wawawa – dawem– acemo – onomi reimai - basmero – abireso – amole –
kuyake wali-wali - maturnuwun – kuresmanga – mauliate godang – horas –
dangke – majua jua – Syalom.

Melalui GKI di Tanah Papua


Mari kita menyatakan ungkapan syukur kepada Allah Bapa, Tuhan Yesus
Kristus dan Roh Kudus. Allah yang Esa dan kekal. Kita menyadari bersama
bahwa kepemimpinan BPAS periode 2017-2022 sejak terpilih telah bertekat,
konsisten menggairahkan seluruh penatalayanan secara utuh, dan khusus
dalam hubungan dengan pelayanan mingguan, terus mengawasi penyusunan
dan penyediaan “buku pegangan pelayanan” setiap tahun, agar hasilnya dapat
digunakan secara terbuka dalam pelayanan oleh seluruh warga GKI di tanah
Papua, khususnya Penatua, Syamas, Pendeta, Guru Jemaat, Penginjil, Pengajar
Badan Pelayan Unsur dan anggota sidi.

Profil untuk tahun 2022 salah satu tokoh GKI di TP, Ketua Sinode GKI ke-3,
yaitu Pdt. Willem Maloali, banyak inspirasi, petuah dan pengalaman telah
diturunkan darinya dan kita peroleh, sehingga memberikan sisi lain yang unik
dari kehadiran buku pegangan pelayanan tahun 2022 ini.

Pelayanan tahun 2022 melalui buku pegangan ini, kita dapat menemukan
sepintas tentang strategi pengelolaan pelayanan khusus ibadah, yaitu bila
selama ini ibadah kunci bulan naskah teks khotbah tidak pernah dikelolah atau
tidak pernah dimasukkan dalam buku pegangan pelayanan karena itu tidak
tersedia, maka pada tahun pelayanan 2022 kita sudah mengelolahnya
sehingga tersedia di dalam buku pegangan pelayanan ibadah, dengan
demikian sudah memudahkan pelayan ibadah kunci bulan untuk tahun 2022.

Hal unik lainnya yang terus dikembangkan yaitu terkait dengan kitab-kitab
dalam Alkitab yang jarang dikhotbahkan, misalnya Kitab Kidung Agung, pada

iii
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

pelayanan ibadah tahun 2022 khusus pada ibadah minggu teks Kidung Agung
menjadi bahagian yang juga sudah dikelolah sehingga tidak ada kesan
pengabaian terhadap teks-teks yang jarang dikhotbahkan. Semoga dengan
memperhatikan pengelolaan ibadah kunci bulan dan pengelolaan Kitab-kitab
yang jarang dikhotbahkan menjadi “alat pemicu” untuk kebangkitan umat
yang “gemar membaca dan merenungkan Firman Tuhan siang dan malam di
negeri Papua”.

Secara keseluruhan, buku pegangan pelayanan tahun 2022 menyediakan 77


teks khotbah, bila dibandingkan dengan buku pegangan pelayanan tahun
2021 tersedia 67 teks khotbah, berarti untuk tahun ini terjadi penambahan
sekitar 10 teks khotbah. Semakin tebal semakin efektif mendukung
penyediaan kebutuhan pelayanan ibadah.

Tahun 2022 sebagai tahun prosesi dan alih kepemimpinan gereja yang berlaku
secara periodik sehingga kepada seluruh warga GKI Di Tanah Papua diarahkan
agar dalam setiap ibadah “mendoakan bagi masa depan kepemimpinan GKI
Di Tanah Papua”. Pemimpin GKI Di Tanah Papua yang sudah Tuhan Yesus
sediakan dan akan diproses melalui mekanisme persidangan. Selain pimpinan
pada aras Sinode akan juga diproses pimpinan di aras Klasis dan Jemaat,
sehingga tahun 2022 menjadi tahun “pastoral doa untuk kepemimpinan
internal GKI Di Tanah Papua”.

Pada era kepemimpinan BPAS periode 2017-2022 demikian juga BP. Klasis
periode 2017-2022 dan PHMJ periode 2017-2022 secara tidak terduga hadir
pandemik covid-19, sehingga sebagian agenda yang ditetapkan melalui Sidang
Sinode Waisai, Sidang Klasis dan Sidang Jemaat menghadapi kendala yang
tidak sedikit, selain di lingkup Gereja dan bahkan seluruh dunia menghadapi
hal yang sama, sehingga “pengelolaan ibadah” mendapatkan imbasnya,
ibadah Sebagian digiatkan melalui media virtual khusus untuk jemaat-jemaat
yang berada di zona-merah dan kebanyakkan di wilayah perkotaan dan
sebagian lainnya masih melaksanakan ibadah tatap muka dengan
memperhatikan protokol kesehatan, semua dinamika ini kita temukan dalam
periode kepemimpinan 2017-2022 kita saat ini. Kita harapkan bahwa
pengalaman yang sudah kita capai ini, akan terus mendorong kita untuk
mengembangkan pelayanan secara kreatif, bersinergi dan berdayaguna.

iv
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

BPAS GKI Di Tanah Papua menyampaikan ucapan terima kasih kepada Badan
Pekerja Klasis, PHMJ, Badan Pelayan PAR, Badan Pelayan PAM, Badan
Pelayan PW, Badan Pelayan PKB, Penatua, Syamas, Pendeta Guru Jemaat,
Penginjil, Pengajar Dosen STFT GKI I.S. Kijne; Pengajar Dosen dan staf
Universitas Ottow dan Geissler ; Pengajar dan staf SPGJ dan Sekolah Alkitab ;
Pengajar Sekolah Minggu dan Katekisasi dan semua warga GKI di tanah Papua
yang berdomisili di pedalaman, di lembah dan ngarai, di pulau-pulau dan
teluk, di pinggiran sungai dan danau, di perkotaan dan di pinggiran kota,
warga jemaat yang politisi, pengusaha, pejabat, tukang sapu, TNI, POLRI,
Pejuang Kebenaran dan Keadilan, di dalam penjara dan di rumah sakit kita
semua yang tekun “menyembah Tuhan Yesus Kristus” melalui ibadah-ibadah
yang diselenggarakan di lingkungan pelayanan GKI Di Tanah Papua, “karena
persekutuan kita adalah persekutuan dengan Bapa, Anak dan Roh Kudus”.

Akhir dari sambutan ini, BPAS menyampaikan ucapan syukur kepada Tuhan
Yesus Kristus Kepala Gereja kita dan menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua penulis khotbah yang tersedia dalam buku pegangan pelayanan
tahun 2022 ini. Kita sudah melayani dan sekali lagi terlibat untuk pelayanan
dengan cara menyediakan teks khotbah, Tuhan Yesus senantiasa
mengaruniakan hikmat dan kepandaian, kekuatan dan Kesehatan untuk terus
terlibat memberikan dukungan terhadap pelayanan Tuhan Yesus yang
berlangsung melalui pelayanan GKI Di Tanah Papua.

Jayapura, 12 Oktober 2021


BADAN PEKERJA AM SINODE GKI DI TANAH PAPUA
Ketua Sekretaris

Pdt. ANDRIKUS MOFU, M.Th Pdt. DANIEL J. KAIGERE, S.Si


NPPG: 01-19661993-0001 NPPG: 01-19641993-0003

v
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................ i


Sambutan BPAS GKI di Tanah Papua ....................................................... iii
Daftar Isi ................................................................................................ vii
Profil Pdt. Willem Maloali Ketua Sinode GKITP Yang Ketiga (1971-1977) . 1

Bagian Pertama : PENDAHULUAN


Latar Belakang ......................................................................................... 34
Tujuan..................................................................................................... 38
Apa Yang Unik ........................................................................................ 38
Kerangka Khotbah ................................................................................... 39
Pengaturan Nyanyian Pendukung Liturgi ................................................ 40
Petunjuk Penggunaan Buku ..................................................................... 41

Bagian Kedua : Isi Khotbah Setiap Minggu, Hari Gerejawi & Kunci Bulan

JANUARI 2022 Tema : GKI yang Dewasa, Mandiri dan Misioner


01. Sabtu, 1 Januari 2022 Keluaran 3:1-10.
Tema : Hidup Baru Dalam Pembebasan Tuhan - SS .................................... 42
02. Minggu, 2 Januari 2022 Matius 8:23-27.
Tema : Hidup Dalam Kuasa Tuhan – SS .............................................. 45
03. Minggu, 9 Januari 2022 Mazmur 121:1-8.
Tema : TUHAN Penolong Kita – SS ....................................................... 47
04. Minggu 9 Januari 2022 Matius 25:1-13 .
Tema : Kesiapan Hidup Dalam Kerajaan Allah – Perjamuan Kudus Awal
Tahun – SS ......................................................................................... 49
05. Minggu, 16 Januari 2022 Mazmur 33:1-22.
Tema : Bumi Penuh Kasih Setia TUHAN – SS .......................................... 51
06. Minggu, 23 Januari 2022 Ibrani 13:1-3.
Tema : Kasih dan Persaudaraan Yang Rukun – SS .................................... 54
07. Minggu, 30 Januari 2022 Kidung Agung 8:5-7.
Tema : Menyatu Dalam Cinta Tuhan – SS............................................... 56
08. Senin, 31 Januari 2022 Mazmur 119:105.
Tema: Firman Tuhan Penerang Dan Penuntun Jalan Kehidupan.
Ibadah Kunci Bulan Januari 2022 – OY ...................................................... 58

vi
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

FEBRUARI 2022 Tema : GKI yang Dewasa, Mandiri dan Misioner


09. Sabtu, 5 Februari 2022 Yohanes 9:1-12.
Tema : Papua dalam Karya Allah, Hut PI di TP, 167 thn – YW .................... 61
10. Minggu, 6 Februari 2022 Ratapan 3:22-26.
Tema : Cinta Tuhan Kekal Bagi Kita. – YW................................................. 65
11. Minggu, 13 Februari 2022 Yehezkiel 28:11-19 ; Yesaya 14:9-17.
Tema : Gambar dari Kesempurnaan, Penuh Hikmat dan maha indah
di Taman Eden – YW ................................................................................ 67
12. Minggu, 20 Februari 2022 Kejadian 1:24-31-2:4-9.
Tema : “Manusia Gambar dan Rupa Elohim di Eden” – YW ...................... 71
13. Minggu, 27 Februari 2022 Kejadian 2:1-24.
Tema : Manusia Dikembalikan Ke Kefanaan Minggu sengsara I – YW.......... 75
14. Senin, 28 Februari 2022 Yesaya 55:10-13.
Tema: Firman Tuhan Adalah Kehendak Tuhan-Kunci Bulan Februari – OY .. 79

MARET 2022 Tema : GKI yang Dewasa, Mandiri dan Misioner


15. Minggu, 6 Maret 2022 Yohanes 1:1-17.
Tema : Inkarnasi bukan re-inkarnasi - Minggu sengsara II – SL .................... 81
16. Minggu, 13 Maret 2022 Roma 5:1-11.
Tema : Manusia Dibenarkan karena Iman Kepada Tuhan Yesus Kristus
- Minggu sengsara III – SL .......................................................................... 85
17. Minggu, 20 Maret 2022 Matius 16:21-28.
Tema : Memikirkan Pikiran dan Kehendak Allah-Minggu sengsara IV-SPH ... 88
18. Minggu, 27 Maret 2022 Lukas 9:43b-45 dan Matius 17:22-23.
Tema : Yesus adalah Anak Manusia -- Minggu sengsara V – SPH ................. 91
19. Kamis, 31 Maret 2022 1Petrus 1:24-25.
Tema: Firman Kekal Dan Hidup Fana. Kunci Bulan Maret – OY .................. 95

APRIL 2022 Tema : GKI yang Dewasa, Mandiri dan Misioner


20. Minggu, 3 April 2022 Zakharia 9:9-10.
Tema : Raja Yang Adil, Jaya dan Lemah Lembut.
Minggu sengsara VI – LM .......................................................................... 97
21. Minggu,10 April 2022 Yohanes 12:20-36.
Tema : Yesus Dimuliakan Dalam Penderitaan-Nya
Minggu sengsara VII – LM ......................................................................... 103
22. Jumat, 15 April 2022 Lukas 23:33-43.
Tema : Bersama Yesus di dalam Firdaus. Jumat Agung – LM ....................... 108
23. Jumat, 15 April 2022 Keluaran 12:1-28.
Tema : Korban Anak Domba Jantan Pembebas Israel Dari Mesir.
Perjamuan Kudus – FSM ............................................................................ 113

vii
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

24. Minggu, 17 April 2022 Matius 28:1-10.


Tema : Yesus Bangkit Dari Antara Orang Mati. Paskah I – FSM ................... 117
25. Senin, 18 April 2022 Wahyu 20:1-6.
Tema : Kebangkitan Pertama. Paskah hari ke-2. – FSM ............................... 120
26. Minggu, 24 April 2022 Lukas 24:36-49.
Tema : Tubuh Kebangkitan. Paskah II – FSM .............................................. 124
27. Sabtu, 30 April 2022 Efesus 2:4-8.
Tema : Kristus Sumber Kasih Karunia Kunci Bulan April – IR ....................... 127

MEI 2022 Tema : GKI yang Dewasa, Mandiri dan Misioner


28. Minggu, 1 Mei 2022 1Korintus 15:1-10.
Tema : Kuasa Kebangkitan Kristus Bagi Kita. Paskah III – NK ....................... 130
29. Minggu, 8 Mei 2022 Roma 5:12-21.
Tema : Manusia Memperoleh Kasih Karunia dan Pembenaran Allah
Dalam Kristus. Paskah IV – NK ................................................................... 133
30. Minggu, 15 Mei 2022 Roma 6:1-14.
Tema : Manusia Dibaptis Dalam Kematian Kristus Paskah V – NK ............... 136
31. Minggu, 22 Mei 2022 Yehezkiel 37:1-4
Tema : ALLAH Yang hidup Memberi Kehidupan Paskah VI – NK ................ 139
32. Kamis, 26 Mei 2022 Ibrani 7:26-28 – 8:1-2.
Tema : Yesus Kristus Adalah Imam Besar Yang Sempurna.
Kenaikan Tuhan Yesus – NK................................................................................... 142
33. Minggu 29 Mei 2022 Yeremia 31:31-34.
Tema : Aku Akan Menjadi Allah Mereka dan Mereka Akan Menjadi
Umat-Ku. Paskah VII – NK......................................................................... 145
34. Selasa 31 Mei 2022 Roma 8:15-17.
Tema: Ahli Waris Kekal. Kunci Bulan Mei 2022 – IR ................................... 148

JUNI 2022 Tema : GKI yang Dewasa, Mandiri dan Misioner


35. Minggu, 5 Juni 2022 Roma 8:7-11.
Tema : Perubahan Hidup Berawal Dari Diri Kita Sendiri.
Pentakosta I-MW ...................................................................................... 151
36. Senin, 6 Juni 2022 Efesus 1:15-23.
Tema : Mengenal Kuasa Allah Melalui Doa. Pentakosta Hari ke-2 – MW .... 154
37. Minggu, 12 Juni 2022 Yohanes 4:21-26.
Tema : Menyembah Allah Dalam Roh Dan Kebenaran – MW .................... 160
38. Minggu, 19 Juni 2022 Mazmur 29:1-11.
Tema : Suara Allah dalam Badai – MW ...................................................... 162
39. Minggu, 26 Juni 2022 Filipi 2:1-11.
Tema : Yesus Kristus adalah Tuhan – MW .................................................. 166

viii
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

40. Selasa 30 Juni 2022 Mazmur 106:1-5.


Tema: Ahli Waris Kekalberkat Dari Mentaati Hukum Tuhan.
Kunci Bulan Juni 2022. IR ......................................................................... 169

JULI 2022 Tema : GKI yang Dewasa, Mandiri dan Misioner


41. Minggu, 3 Juli 2022 Mazmur 119:25-35.
Tema : Keputusan Untuk Berpaut Pada Firman Di Tengah Hidup
Manusia Yang Terbatas. – JH ............................................................ 172
42. Minggu 3 Juli 2022 Mazmur 40:1-11.
Tema : Syukuri Korban Agung, Dengan Lakukan Kehendak Tuhan.
Perjamuan Kudus Tengah Tahun – JL ......................................................... 177
43. Minggu, 10 Juli 2022 Keluaran 29:38-46.
Tema : Persembahan Perintah Dan Berkat Allah Bagi Umat – JL........... 180
44. Minggu, 17 Juli 2022 Roma 12:1-8.
Tema : Gaya Hidup Kristiani, Ibadah Sejati – JH ................................ 185
45. Minggu, 24 Juli 2022 Bilangan 18:25-32 ; Maleakhi 3:6-12.
Tema : Anugerah Yang Mengubah Ketetapan Menjadi Kesempatan
Untuk Belajar Memberi Persembahan Sempurna – JH ...................... 191
46. Minggu, 31 Juli 2022 Kejadian 4:1-16 dan Ibrani 11:4.
Tema : Persembahan Dan Pekerjaan Berdasarkan Iman – JH ...................... 198
47. Minggu, 31 Juli 2022 Mazmur 22:23-32.
Tema : Janji Tuhan Tentang Masa Depan Dan Anak Cucu.
Kunci Bulan Juli 2022 – JdC ...................................................................... 202

AGUSTUS 2022 Tema : GKI yang Dewasa, Mandiri dan Misioner


48. Minggu, 7 Agustus 2022. 2Korintus 3:1-18.
Tema : Tema : Orang Kristen Adalah Surat Kristus (Ay 2,3) – AR ................ 205
49. Minggu,14 Agustus 2022 Galatia 5:1-15.
Tema : Hiduplah Sebagai Orang Merdeka Dalam Kristus – AR .................... 209
50. Minggu, 21 Agustus 2022 Galatia 4:21-31.
Tema : Anak Perhambaan Dan Anak Perjanjian – AR ............................ 213
51. Minggu, 28 Agustus 2022 Wahyu 21:9-27 ; 22:1-5.
Tema : Yerussalem Sorgawi Hadir Dalam Bangsa Israel Dan Gereja
Sebagai Israel Baru – AR ............................................................................ 216
52. Rabu, 31 Agustus 2022 Hagai 2:5-9.
Tema: Janji Penyertaan Dan Berkat Tuhan Bagi Umat Dan Negeri.
Kunci bulan Agustus 2022 – OY................................................................. 221

ix
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

SEPTEMBER 2022 Tema : GKI yang Dewasa, Mandiri dan Misioner


53. Minggu, 4 Sept 2022 Ayub 37:1-24.
Tema : Allah Diliputi Keagungan Yang Dahsyat – MA ................................. 223
54. Minggu, 11 Sept 2022 Roma 11:1-10.
Tema : Allah Tidak Menolak Umat-Nya Yang Di Pilih-Nya – MA ................ 227
55. Minggu, 18 Sept 2022 Kidung Agung 5:9-16 – 6:1-3.
Tema : Kekasihku TUHANku – MA ........................................................... 231
56. Minggu, 25 Sept 20222Timotius 2:1-13.
Tema : Tuhan Karuniakan Roh Pengertian – MA ........................................ 234
57. Jumat, 30 September 2022 Mazmur 2:6-7.
Tema: Janji Tuhan Tentang Pemeliharaan Bagi Pemimpin.
Kunci Bulan September 2022 – Atj............................................................. 238

OKTOBER 2022 Tema : GKI yang Dewasa, Mandiri dan Misioner


58. Minggu, 2 Oktober 2022 Daniel 2:20-23.
Tema : Allah Sumber Hikmat Dan Kekuatan – AIR ................................ 240
59. Minggu, 9 Oktober 2022 Yeremia 10:1-16.
Tema : Tuhan Semesta Alam – AIR ...................................................... 243
60. Minggu, 16 Oktober 2022 Yesaya 46:1-13.
Tema : Sampai Masa Tuamu Aku Tetap Dia – AIR .................................. 246
61. Minggu, 23 Oktober 2022 Filipi 3:17-21 – 4:1.
Tema : Kewargaan Kita Dari Sorga – AMIR ................................................ 249
62. Rabu, 26 Oktober 2022 Yeremia 33:1-13.
Tema : Tuhan Allah Sumber Pemulihan Papua Dan Dunia – AIR ............ 252
63. Minggu, 30 Oktober 2022 1Timotius 6:2b-10.
Tema : Akar Segala Kejahatan – IR ................................................. 255
64. Senin, 31 Oktober 2022. 1Timotius 2:1-6
Tema : Doa Syafaat Bagi Pemimpin Dan Semua Orang.
Kunci Bulan Oktober 2022 – YN ............................................................... 258

NOVEMBER 2022 Tema : GKI yang Dewasa, Mandiri dan Misioner


65. Minggu, 6 November 2022. 1Tawarik 17:16-27.
Tema : Pengharapan Dan Gaya Hidup Warga Kerajaan Allah – WR ............ 261
66. Minggu, 13 November 2022 Matius 24:3-14.
Tema : Permulaan Penderitaan Pada Zaman Baru (Milenial) – WR ............. 264
67. Minggu, 20 Nov 2022 Matius 24:15-36 (15-28 ; 29-36).
Tema : Tanda-Tanda Kedatangan Yesus – WR............................................ 270

x
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

68. Minggu, 27 Nov 2022 Yohanes 6:25-58.


Tema : Bekerja Untuk Hidup Kekal. Adven I – WR .................................... 275
69. Rabu, 30 November 2022 Wahyu 7:9-12.
Tema: Masa Depan Penyembahan Dan Ibadah Kita.
Kunci Bulan November 2022 – YN ............................................................ 278

DESEMBER 2022 Tema : GKI yang Dewasa, Mandiri dan Misioner


70. Minggu, 4 Desember 2022 Filipi 1:1-11.
Tema : Doa Bagi Persekutuan Jemaat. Adven II – PP .................................. 280
71. Minggu, 11 Des 2022 Yohanes 1:1-12.
Tema : Firman Menjadi Manusia Diwartakan kepada Dunia.
Adven III – YW ......................................................................................... 284
72. Minggu, 18 Des 2022 Roma 1:1-7.
Tema : Yesus Kristus Anak Allah yang Berkuasa. Adven IV – JI .................... 286
73. Minggu, 18 Desember Des 2022 Markus 14:22-25.
Tema : Perjamuan Yang Baru Dalam Kerajaan Allah.
Perjamuan Akhir Tahun – YW ................................................................... 289
74. Sabtu, 24 Desember 2022 Mika 5:1-4.
Tema : Betlehem Tempat Kelahiran Mesias. Malam Kudus. YW .................. 291
75. Minggu, 25 Desember 2022 Matius 1:18-25 – 2:1-12.
Tema : Natal Penggenapan Nubuat Nabi Mika. Natal – NK ....................... 293
76. Senin, 26 Desember 2022 Matius 2:13-23.
Tema : Natal Tantangan dan Harapan. Natal – NK .................................... 297
77. Sabtu, 31 Desember 2022 Mazmur 91:1-11.
Tema : TUHAN Pelindung GKI dan Papua. Kunci Tahun 2022 – YW .......... 300

Bagian ketiga : Penutup .......................................................................... 302

Lampiran : .............................................................................................. 304


Daftar Nama Penulis Khotbah
BPAS periode 2017-2022 dan Peta Pelayanan GKI di TP

xi
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

PROFIL DS. WILLEM MALOALI


Ketua Sinode GKI di tanah Papua ke tiga 1971-1977

Memiliki nama lengkap Willem Maloali,


di panggil “pa Maloali” atau “pa Wem”,
tulisan ini sebagiannya akan
menggunakan nama “Wem”. Lahir di
mata jalan Doyo-Sentani, hari Kamis, 27
Desember 1934. Nama orang tua ayah
Bapak Kaleb Maloali (alm) dan ibu
Mama Fransina Sokoy, seorang
perempuan Sentani dari kampung
Hobeibei, (nama dahulu : Siboboi),
sekarang kampung Hobong. Perkawinan
bapak Kaleb dan mama Fransina,
dikaruniakan 7 (tujuh) orang anak, yaitu
: Willem “Kamea” Maloali adalah anak
sulung ; Bartholomeus Maloali ; Socrates
Maloali ; Anatjeh Maloali ; Elisabeth
Maloali ; Ismael Maloali ; Corina Maloali.
Seumur hidupnya ia mengaku asal
kampungnya adalah Yabuai atau sekarang
“kampung Yahim”. Pa Wem menikah
dengan ibu Elisabeth Charlota Yakadewa,
anak dari Bapak Guru Ruben Yakadewa,
Guru didikan Kijne di Miei dan Mama Lince.
Wem menikah di Jemaat Yahim, 10 Agustus
1959 atau menikah pada usia 25 tahun.
Pemberkatan nikah dilakukan oleh Pendeta
non-teologi atau Pendeta angkatan bapak
Pdt. Zeth Taime. Nats pembacaan saat
pemberkatan diambil dari Injil Yohanes
3:30 “Ia harus makin besar, tetapi aku harus
makin kecil.” Kesan Wem tentang refleksi
Pdt Zeth membuat terkagum dan heran,

1
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

karena Pdt Zeth tidak pernah mengeyam pendidikan teologi, namanya tidak
ada diangkatan pertama dan kedua yang lulus tahun 1959, dia hanya Pendeta
angkatan saja, tetapi dalam nasehatnya Wem mendengar seperti Yohanes
Pembaptis menasehati Wem tentang “antara Yesus dan Wem, Yesus semakin
besar dan Willem harus semakin kecil, Yesus semakin tinggi Wem semakin
rendah hanya dengan menghayati demikian Yesus nampak dan bekerja dalam
pekerjaanmu dan Yesus sendirilah yang mengangkatmu pada waktunya.
Yohanes dan Yesus hidup pada zaman dan waktu yang sama, karena itu Wem
ingatlah ini dalam semua pekerjaanmu kau harus semakin kecil dan Yesus
semakin besar”, dari hasil pernikahan Wem dan Otha dikaruniai 5 orang anak,
yaitu :
(1) Lince F. Maloali
(2) Maria S. E. Maloali
(3) Janet S. V. Maloali
(4) Hans D. H. Maloali
(5) Susan Maloali
Sampai dengan tahun 2021, Wem
memiliki keluarga besar terdiri dari 5
orang anak, 3 orang menantu, 10 orang
cucu dan 10 orang cicit. Ia menggenapi
firman Tuhan dalam Mazmur 128:6a
“dan melihat anak-anak dari anak-anakmu!”.

Tulisan ini akan menelusuri sebagian jejak perjalanan dan karya ‘pa Maloali’
sehingga penggunaan nama dalam tulisan ini akan mengikuti jejak perjalanan
beliau, nama yang akan digunakan saat penulisan untuk masa lajang,
menggunakan nama “Wem” ; sedangkan penulisan nama untuk masa setelah
menikah dan berkeluarga adalah “pa Maloali”.

2
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

Masa Kecil dan Masa Sekolah


Arti Nama Tanah “Buyakaro”
Seorang pribadi “Willem” oleh orang
tua, nama yang diberikan khusus
“identitas nama tanah” atau dalam
bahasa Sentani “buyakaro” identitas
“Willem” pesonanya dihubungkan
dengan “martabat bunga hias di
pekarangan Nieuw Guinea”, bunga
pekarangan itu diberikan nama dalam
bahasa Sentani “kamea”, dalam bahasa
Latin “Codiaeum variegatum” atau
dalam bahasa Indonesia “tanaman hias
pekarangan bunga “puring”. Tanaman
pekarangan ini identik dengan alam Melanesia, Polinesia dan Mikronesia atau
alam kepulauan di sekitar lautan teduh
“Pasifik”. Bunga puring semarak daunnya
yang warna-warni cerah-ceria
kebanyakkan digunakan dalam suasana
sukacita, tari-tarian, yang diselipkan pada
daun telinga, atau melingkar di kepala
atau tangan dan kaki, atau tangkainya
dipatahkan untuk digoyang-goyang atau
digerakkan mengikuti irama dansa atau Ds. Hogerwaard dan Nyonya Lamme
tarian, atau digunakan sebagai material
dekorasi ruangan, dan berbagai fungsi lainnya.

Tempat Sekolah Rakyat – Doorpsschool


Tahun kelahiran Wem adalah tahun 1934, pada masa ini di Resor Holandia-
Nimboran yang menjadi pemimpin Resor adalah tuan Pandita Hogerwaard,
menggantikan tuan Pandita Jacob Bijkerk yang pindah ke Manokwari,
sedangkan tuan Pandita Georg Schneider sedang mempersiapkan bangunan
rumah zending di Yoka.

3
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

Sekitar usia 10 tahun atau 1934-1944


Ifale Wem pertama kali mengenyam
pendidikan Doorpschool Sekolah
Hobong Dasar di pulau Ajau, kampung Ifar
Besar. Pulau Ajau di bagian tengah
danau Sentani, di dalam pulau Ajau
terdapat 3 kampung, yaitu kampung
Ifar Besar
Hobong, kampung Ifar Besar dan
Kampung Ifar Besar, tanda panah tempat Sekolah kampung Ifale (dulu:Ifar Kecil). Mama
atau ibu dari Wem berasal dari
kampung Hobong, karena ibunya dari pulau Ajau maka ia mempunyai alasan
untuk bersekolah Ifar Besar. Di kemudian hari wem menjadi Ketua Sinode GKI
ke-3 dan Ketua DPRD Provinsi Irian Barat hingga menjadi anggota DPR-RI.
Hal menjadi pemimpin tidak salah karena “darah yang mengalir dari kampung
ibunya memberikan karakter kepemimpinan”, sebab sebutan jatidiri kultur
untuk keseluruhan“pertalian solidaritas Ajau yang terdiri dari kampung
Hobong, kampung Ifar Besar, kampung Ifale, kampung Bujo, kampung
Atamali dan kampung Homfolo memiliki nama jatidiri mereka dengan
sebutan “oleu neai rai neai, ubee-wabee”, artinya “keturunan yang memiliki
strategi, mental dan karakter bi-politik” dari kata “ubee-wabee neai”. Figur
Wem bagi pulau Ajau sebenarnya
hadir sebagai jalan yang memicu
dikemudian hari akan hadir dari
pulau Ajau pemimpin politik,
politik-bisnis dan pemimpin gereja
bagi negeri kita tanah Nieuw
Guinea, beberapa tokoh Papua,
seperti Drs. John Ibo mantan Ketua
DPRP dan John Kabey asal dari
kampung Hobong ; Barnabas
Suebu, SH mantan Gubernur Papua
asal dari kampung Ifale (Ifar Kecil) ;
Pdt. Alberth Yoku, S.Th asal dari
kampung Ifar Besar. Kampung Ifar
Besar dalam bahasa setempat dinamakan “Kabeyte Olouwa” atau “pertalian

4
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

solidaritas keluarga yang dibentuk dari satu moyang mereka Kabey”. Karena
memiliki pertalian hubungan dengan kampung Hobong sebagai kampung
pusat atau induk yang melebarkan wilayah kekuasaannya dengan lahirkan
kampung lain seperti kampung Ifale, kampung Bujo, kampung Atamali dan
kampung Babrongko. Guru Zending pertama kali dikirim ke Sentani dari pos
Resor Holandia-Nimboran di bukit Mentie Genyem Besar ke kampung Ifar
Besar, namanya Guru Daud Pekade 1 Mei 1928. Saat setelah perang dunia
kedua usai, Guru Sekolah sekaligus Guru Jemaat di Ifar Besar adalah Guru
Socrates Samay, sebelumnya adalah Guru Jemaat Papuling (1934). Wem
menyelesaikan pendidikan Doorpschool selama 3 tahun dari 1944-1947.
Wem sementara sedang jalani
masa-masa di Doorpschool tahun
1944 sejak berusia 10 tahun, kondisi
yang dihadapi oleh Nieuw Guinea
pada masa setelah usai perang
dunia terdapat tiga pengaruh yang
memiliki dampak bagi masa depan
Nieuw Guinea : pengaruh pertama
adalah pembentukkan
pemerintahan sipil Hindia-Belanda
yang dikenal dengan nama NICA “Netherlands Indies Civil Administration”
dibentuk di Australia 3 April 1944, dan orang yang memiliki andil dalam
pembentukkan NICA adalah Gubernur Jendral Hindia-Belanda Letnan
Huberthus Johannes van Mook dan Jendral Douglas Mac Arthur dari Sekutu
yang bertujuan bahwa administrasi Pemerintahan dari Pemerintah Jepang
diserahkan kepada Hindia-Belanda melalui NICA ; pengaruh kedua adalah
pergerakan revolusi di wilayah Hindia-Belanda pimpinan Ir. Soekarno dan
Moh. Hatta tentang keinginan “kaum marhaen” berpisah dari kekuasaan
Belanda, revolusi memuncak dengan pembacaan proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945”. Dan pengaruh ketiga adalah Sekolah Guru di Miei tahun 1946
ditutup dan di Yoka di buka Yoka Institut yang mengurus Sekolah Zending
adalah H. J Teutscher dan di ganti oleh tuan N. van der Stoep. Secara umum
era pasca perang dunia kedua 1944-1963 adalah “era kebangkitan pendidikan”
di Nieuw Guinea.

5
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

Wem ke Sekolah Sambungan JVVS (1947-1950)


Wem yang menyelesaikan Doorpschool kemudian melanjutkan pendidikan ke
Sekolah Sambungan Pria atau Jongens Vervolgsschool (JVVS) di Yoka dari
tahun 1947-1950. JVVS merupakan model sekolah berpola asrama, lama
Pendidikan adalah 3 tahun, untuk perempuan namanya Meisjes Vervolgschool
(MVVS). Wem bersama teman-temannya menerima mata pelajaran pekerjaan
tangan, hidup sehat, menyanyi/music, berkebun, ,menulis, berhitung, Bahasa
Melayu, Bahasa Belanda, ilmu bumi, ilmu botani atau tumbuh-tumbuhan, ilmu
hewan, menggambar dan olahraga. Pada masa Wem mengikuti pendidikan
JVVS Yoka, ada beberapa peristiwa yang berdampak besar bagi Nieuw
Guinea, baik peristiwa diinternal Zending dan peristiwa eksternal politik
pemerintahan, antara lain :

(1) Sejarah Pembentukkan Struktur Pemberdayaan Bumiputera “Resor Wilayah


Atau Klasis”.
Zending UZV Papua di wilayah Resor Holandia-Nimboran, pertama kali
mengadakan konferensi tahunan di Yoka pada tahun 1948. Konferensi
zending di Yoka memutuskan beberapa kebijakkan strategis sebagai jalan
keluar atas krisis dahsyat yang pernah dihadapi oleh Zending sejak hadir di
Nieuw Guinea 1855-1939. Krisis yang disebabkan oleh unsur konflik politik
global dengan persenjataan modern. Bagi UZV segera melakukan
“pemberdayaan bagi kaum bumi putra” pasca-krisis kepemimpinan
zending di masa perang dunia kedua, krisis kepemimpinan itu berkaitan
dengan kevakuman
pelayanan yang terjadi
akibat bencana perang,
saat di mana para
zendeling di tangkap,
sebagian di bunuh,
dipenjarakan,
dihilangkan oleh tentara
Jepang, dan sebagian
lainnya mengungsi ke
Ds. Spreeuwenberg Guru Amos Pasalbessy luar Nieuw Guinea.
Kondisi tanpa Zendeling sama dengan tanpa ibadah, tanpa sakramen,
tanpa buku-buku pelajaran di Sekolah, tanpa Administrasi penyediaan

6
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

tenaga Pengajar yang terkontrol, dan seterusnya. Zendeling


Spreeuwenberg dalam laporannya kepada UZV tanggal 13 Februari 1946 ia
menyatakan untuk mengimbangi kondisi kevakuman pasca perang dunia
kedua usai, turne(melakukan suatu tugas ) sebagai salah satu asset
konsolidasi sekaligus cara lain untuk menyatakan bahwa perwakilan
zendeling yang dimasa perang umat melihat mereka ditangkap, dibunuh
atau mengungsi itu, sekarang karya yang sama digiatkan oleh bumiputera,
salah satunya seperti yang terjadi di Resor Holandia-Nimboran. Ketua
Resor masa Darurat Perang Resor Holandia-Nimboran diangkat dan
dipercayakan kepada Guru Besar Amos Pasalbessy. Ini adalah kepercayaan
dan kebijakkan darurat karena kondisi perang, dalam keseluruhan turne
yang dilakukan di seluruh wilayah Holandia-Nimboran, Spreeuwenberg
menyimpulkan dua kondisi umum yang terjadi : Kondisi pertama :
Keadaan jemaat-jemaat seperti “anak ayam kehilangan induk pelindung
dan pengayomnya” ; kondisi kedua : konflik iman antara terus
mengenakan jubah baru yang dipakaikan oleh Zendeling dengan nama
Injil ataukah melepaskan jubah baru Injil dan kembali mengambil dan
mengenakan jubah lama tradisi dan adat-istiadat moyang. Inilah kondisi
yang begitu nyata dihadapi dan segera dijawab. Tugas utama dan maha
berat justru dihadapi pada masa yang terbuka dan modern ini, dan dalam
keadaan yang demikian bagaimana peran “orang-orang bumiputera
bercerita dengan bahasa bumiputera tentang “kebenaran baju baru Injil
dan kehidupan bermartabat yang mengikutinya, satu solidaritas tanpa
membedakan suku, bangsa dan bahasa”. Spreeuwenberg menyaksikan
pengalaman ini, pengalaman yang dihadapi oleh seorang guru besar
bumiputera Amos Pasalbessy dan bagaimana Tuhan Yesus karuniakan
kepadanya Roh Kudus, hikmat dan kebijaksanaan, dan dengan
kemampuan itu ia loyal dan memiliki semangat juang dan kemampuan
berkomunikasi yang baik dengan jemaat-jemaat di wilayah pelayanan
Resor. Ia harus berani meyakinkan umat untuk “mengubah kegelisahan
menuju kepastian iman didalam Tuhan Yesus dan terang Injil-Nya”.
Pandita Spreeuwenberg memberitahukan kepada jemaat-jemaat bahwa
konferensi UZV Papua akan segera dilaksanakan pada tahun 1948 di
wilayah Holandia-Nimboran pasca perang dunia kedua usai ; dan kondisi
kevakuman pasca perang dunia kedua segera dipercakapkan dan diambil
kebijakkan strategis ; dari pengalaman kerja, turne dan komunikasi yang

7
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

terus dihubungkan dengan jemaat-jemaat seperti yang digiatkan oleh Guru


Besar Amos Pasalbessy sebagai Ketua Resor Darurat Holandia-Nimboran
arah perubahan kebijakkan tentang pembentukkan struktur pemberdayaan
di bawah Resor yang diberi nama “kepanjangan tangan Resor” atau
“Resor Wilayah” atau sekarang lazim dikenal dengan nama “Klasis” segera
dipercakapkan dan dibuat dalam bentuk kebijakkan resmi konferensi
Zending Yoka 1948.
Ketua Resor Holandia-Nimboran tahun 1948 adalah tuan Pandita Jan
Pieter Kabel, melanjutkan kepemimpinan
setelah Spreeuwenberg dan Amos Pasalbessy
untuk masa darurat perang. Konferensi
Zending di Yoka tahun 1948 menghasilkan
beberapa kebijakkan strategis, beberapa
diantaranya : segera mengembangkan
“struktur pemberdayaan bumi putra” sebagai
kepanjangan tangan Resor di wilayah kerja
dan pelayanan Resor. Sejak tahun 1948
“Sejarah Pembentukkan Resor Wilayah”
diamanatkan untuk diberlakukan sebagai
salah satu struktur di bawah Resor.
kemudian dinamakan sebagai “Klasis”. Kepengurusan Resor wilayah atau
Klasis bukan dipilih oleh Jemaat-Jemaat tetapi Ketua Resor Wilayah atau
Klasis ditentukan oleh Resor. Resor memilih seorang Resor Wilayah sebagai
kepanjangan tangan dari Resor yang bekerja di wilayah tertentu dengan
pertimbangan mendasar bahwa ia adalah seorang yang memiliki masa
kerja yang cukup di wilayah dimaksud, ia memiliki hubungan yang baik di
wilayah dimaksud, loyalitas dan pengabdiannya dalam pelayanan ;
memiliki kemampuan membangun hubungan dan komunikasi yang baik ;
ia mengenal wilayah pelayanan dengan baik, dst. Atas dasar pertimbangan
yang demikian inilah Resor menentukan satu orang bumi putera masuk
dijalur “struktur pemberdayaan bumiputera”, dipercayakan sebagai Ketua
Resor Wilayah atau Ketua Klasis, dengan demikian persiapan
kepemimpinan Resor dikemudian hari dipercayakan kepada bumiputera
sudah dimulai, dan memulai dari mempercayakan seorang bumiputera
menjadi pemimpin Resor Wilayah atau Klasis.

8
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

(2) Pemerintahan Nederlands Nieuw Guinea (NNG)


Bila melirik ke belakang sekitar tahun 1936 wilayah Nederlands Nieuw
Guinea dibagi menjadi dua afdeeling, yaitu Afdeeling Nieuw Guinea Utara
dan Afdeeling Nieuw Guinea Barat dan Selatan. Tanggal 15 Juni 1946
setelah perang dunia kedua usai status Nederlands Nieuw Guinea menjadi
Keresidenan sendiri. Tahun 1949 Nederlands Nieuw Guinea menjadi
Gubernemen dan setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) November 1949
Pemerintahan di Nederlands Nieuw Guinea dilaksanakan atas nama Ratu
Belanda dan menjadi bagian dari Kerajaan Belanda. Sehingga sejak tanggal
29 Desember 1949 Gubernur Jendral Pemerintah Nederlands Nieuw
Guinea ditentukan oleh Kerajaan Belanda dan masing-masing Gubernur
Jendral Nederlands Nieuw Guinea yang pertama adalah tuan Jan Pieter
Carel van Eechoud, kemudian diganti oleh Gubernur Jendral NNG kedua
adalah Stephan Lucien Joseph van Waardenburg (1950-1953), Gubernur
Jendral NNG ketiga adalah Jan van Baal (1953-1958), Gubernur Jendral
NNG ke-empat adalah Jan Christoffel Baarspul (1958) dan Gubernur
Jendral NNG ke-lima adalah Pieter Johannes Platteel (1958-1962).

Sebagian peristiwa yang menghadiri dan dialami langsung di negeri Nieuw


Guinea, pada masa antara tahun-tahun Wem mengalami proses
pembentukkan pribadi melalui JVVS di Yoka, hal tentang Nieuw Guinea sudah
menjadi perhatian di rana konflik kepentingan politik global. Barangkali bagi
Wem kecil pada masa itu tidak banyak pahami hal tentang “kepentingan
politik” tetapi suasana yang demikian adalah zamannya yang sedang ia hadapi

9
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

dalam ketidakmengertian yang terbatas sebagai anak sekolah di JVVS Yoka.


Nieuw Guinea dan seluruh proses zaman yang demikian itu, telah turut
membentuk dan melahirkan secara bertahap seorang pribadi Wem yang akan
mejadi pribadi hebat dikemudian hari.

Wem Ke Sekolah Guru Rakyat OVVO (1950-1952) kemudian Bertugas di


Takar
Seperti halnya anak-anak Nieuw Guinea yang lain, Wem kemudian
melanjutkan ke jenjang pendidikan Guru Rakyat atau Opleidingschool Vor
Volksonderwijser (OVVO) yang ada di bawah pengawasan Zending UZV
setingkat kursus yang berada di Serui. Pendidikan di OVVO bertujuan
menyediakan Guru atau Pengajar dalam rangka memenuhi kebutuhan Guru
pada sekolah-sekolah yang sudah di buka dan atau sekolah yang baru akan
dibuka di kampung atau desa. Lulusan dari OVVO mendapatkan akta
mengajar sebagai Guru di Sekolah Kampung.
Setelah Wem menyelesaikan kursus Guru Rakyat dari OVVO tahun 1952,
Wem pertama kali menjadi pengajar dan mendapatkan tugas di kampung

Takar, Rasor Sarmi dari tahun 1952-1953. Pengalaman-pengalaman unik


dialami oleh seorang Guru muda Takar, kisahnya dituturkan pada wawancara
5 Juni 2019, demikian : “di Sarmi setiap perlombaan sepakbola antar klub dan
kampung selalu yang juara adalah klub Polisi, sejak tahun 1952 saat Wem
masuk klub sepakbola Takar, untuk pertamakali Takar mengalahkan klub

10
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

sepakbola Polisi Sarmi, semua kampung-kampung bersukacita merayakan


kemenangan ini ; untuk merayakan kemenangan, kaum muda-mudi di setiap
kampung dan juga di kampung Takar mengadakan pesta sambil menari
“lemonipis”, dan kebiasaan di kampung untuk mengumpulkan orang selalu
membunyikan “drum kosong”, di Takar dan juga di kampung lainnya
terdapat dua buah drum, satu drum untuk orang dewasa, dan drum yang
satunya untuk kaum muda-mudi. Sebelum Wem tiba di Takar, Majelis di Sarmi
dan juga di Takar melarang membunyikan drum untuk acara kaum muda-
mudi, Wem sang guru muda menanyakan alasan larangan, majelis
menjelaskan bahwa pesta muda-mudi dilarang dan itu adalah dosa menurut
cara pandang mereka pada masa itu, lalu Wem sang Guru muda memberikan
penjelasan, larangan tentang tindakan amoral dikalangan muda-mudi sepakat
bahwa perilaku amoral dilarang, tetapi dalam lemonipis lagu-lagu yang
dinyanyikan semuanya lahir dari kreativitas anak muda, dengan melihat
alamnya, dengan melihat kebiasaan yang ada, kemudian dilukiskan dalam
bentuk syair. Kreativitas seperti ini adalah talenta atau karunia dari Tuhan, dan
manusia atau gereja atau pemerintah tidak boleh membuat larangan, anak-
anak muda adalah anak-anak kita sendiri, kita bangga dengan hasil kreativitas
mereka. Dengan alasan yang masuk akal selanjutnya kepada Wem sang Guru
muda diberikan persetujuan untuk merayakan pesta kaum muda dan semua
kaum muda-mudi Sarmi di Takar, Masi-Masi, Yamna dan sekitarnya
memberikan dukungan kepada Wem sang guru muda di Takar.”

Wem dan fase Sekolah Teologi di Serui periode 1954-1958


Pada usia 20 tahun seorang guru muda di Takar, yang disiapkan menjadi
pengajar tetap pada Sekolah Guru Penginjil di Ransiki, di pilih menjadi salah
satu dari 18 anak Nieuw Guinea untuk belajar di Sekolah Teologia Serui dan
satu-satunya peserta yang bukan utusan Resort. Dari antara mereka sebelas
anak menggunakan ijazah Sekolah Guru Rakyat lulusan OVVO dan tujuh anak
lainnya menggunakan ijazah PMS, nama-nama 18 anak dimaksud adalah :
1) F. Mirino ijazah Sekolah Guru Rakyat dari Resor Sorong
2) J. Mamoribo lulusan PMS dari Sorong
3) M. Robaha lulusan Sekolah Guru Rakyat dari Yapen
4) S. Rumpaisem lulusan Sekolah Guru Rakyat dari Biak
5) A. Akobiarek lulusan Sekolah Guru Rakyat dari Biak
6) S. Wabiser lulusan Sekolah Guru Rakyat dari Biak
7) A. Prawar lulusan PMS dari Biak

11
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

8) A. Sawo lulusan Sekolah Guru Rakyat dari Wandamen


9) J. Marandei lulusan Sekolah Guru Rakyat dari Waropen
10) R. Rumbiak lulusan Sekolah Guru Rakyat dari Ayamaru
11) D. Prawar lulusan PMS dari Inanwatan
12) R. Quiko lulusan PMS dari Manokwari
13) G. Rumwaropen lulusan Sekolah Guru Rakyat dari Manokwari
14) W. Maloali lulusan Sekolah Guru Rakyat perwakilan non-Resor dari Sekolah
Guru Injil di Ransiki
15) S. Chaay lulusan PMS dari Hollandia
16) S. Tokoro lulusan PMS dari Sentani
17) G.A. Lanta lulusan Sekolah Guru Rakyat dari Sentani
18) E. Suebu lulusan PMS dari Sarmi

Semua pelajar atau ke-18 anak yang sekolah teologia Serui semuanya lulus
pada tahun 1958. Sekolah Teologia diadakan sebagai realisasi atas salah satu
rekomendasi dari proto Sinonde Serui yang diadakan dari tanggal 13-24
September 1954. Kebijakkan mendirikan Sekolah Teologia di Nieuw Guinea
lebih disebabkan karena Nieuw Guinea sudah menuju ke kemandirian, anak-
anak Nieuw Guinea belajar teologi sesuai konteks pelayanan Nieuw Guinea,
sehingga belajar ke Sekolah Teologia Depok, Soe tidak menjadi keharusan,
dulu belajar ke Depok atau Soe sekarang sekolah teologia yang sama seperti di
Depok dan Soe sudah hadir di Nieuw Guinea, dan Nieuw Guinea mengurus
dirinya sendiri dengan caranya sendiri, sebab Soe dan Depok sudah memiliki
masa depannya sendiri bersama Negara Republik Indonesia dan PBB
mengakui secara de facto dan de jure sebagai negara tahun 1950. Sedangkan
Nieuw Guinea bersama dengan Pemerintahan Kerajaan Belanda dibawah
kepemimpinan Gubernur Jendral Nieuw Guinea. Meskipun sudah ada
keputusan tentang pembukaan Sekolah Teologia hal yang sebelumnya
mendapatkan perhatian adalah tempat sekolah, pengelolah atau pengurus
sekolah teologia dan pembiayaannya, pada laporan tahunan gereja reform
Belanda tahun 1953 semua pertanyaan dijawab, bahwa tempat Sekolah
Teologia di Serui, pengurus Sekolah teologia yang pertama adalah Ds. I. S.
Kijne dan D.S. J. P. Kabel dan kemudian Pdt. H. J. Teutscher, pilihan ini
sekaligus sebagai jalan keluar untuk mengatasi masalah keuangan, mereka
selain mengajar di Sekolah Teologia mengajar juga di Sekolah Guru Jemaat.

12
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

Ada kisah yang menarik sekitar “sekolah teologia di Serui”, perkembangan


yang terjadi di Nieuw Guinea Serui juga menjadi informasi yang sampai ke
Angola Afrika suatu wilayah jajahan Portugis, melalui majalah gereja protestan
Portugal, yaitu “Portugal Evangelico” seorang pemuda Angola-Afrika,
namanya “Paulo dos Santos Matoso Neto” anak dari seorang Pendeta
Protestan di Angola Pdt. Santos
Matoso, menulis surat kepada
yang mulia Rektor Fakultas
Teologi Serui tentang
keinginannya untuk mengetahui
lebih banyak terkait dengan
Sekolah Teologia Serui dan ingin
mendaftar dan belajar di Sekolah
Teologia Serui, surat ini
kemudian diterbitkan pada
majalah Zendingsblad der
Nederlandse Hervormde Kerk
tanggal 1 Januari 1956 (hal 13)

Beberapa peristiwa penting yang


terjadi pada satu decade 1950-
1960 merupakan peristiwa yang
“memberikan harapan dan
kepastian tentang kemandirian Nieuw Guinea” ; Sebagian kekuatan Nieuw
Guinea menuju kemandirian ada pada “merawat kebersamaan dalam
keragaman suku bangsa dan bahasa ; budipekerti dan moralitas baik dari dasar
Injil ; disiplin yang kuat ; berintegritas ; berdaya tarik “art” seniman yang
bernyanyi dengan suara baik, berolahraga dengan baik”, menurut Wem semua
ini dicapai karena “ada bangsa lain yang memiliki kualitas kultur hebat yang
telah hadir satu abad lamanya di Nieuw Guinea, dengan tangan dan hatinya
mereka rela merawat dan membimbing dengan hati yang tulus ikhlas dan
dengan niat yang kudus terhadap suatu bangsa yang selama ini dianggap
”bodoh, tertinggal, telanjang, kanibal, okultis dan satu persatu ditarik keluar
menuju kepada hidup yang bermartabat untuk saling mengasihi bukan saling
membunuh, untuk hidup berdamai bukan saling berperang antar suku, untuk
membangun solidaritas bukan saling membenci ; untuk menjadi satu sebagai
anak-anak Allah bukan hidup sendiri dan bercerai-berai”. Bagi Wem, “Tuhan

13
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

atas sejarah sudah menentukan waktu yang tepat bersama dengan


Pemerintahan yang tepat, bersama dengan agama yang tepat, bersama
dengan Tuhan yang tepat dan bersama dengan tokoh yang tepat bekerja di
Nieuw Guinea”, Wem mengalami perjumpaan langsung bersama dengan
tokoh keturunan Eropa yang mestinya menurut Wem mereka menikmati
kemajuan di negeri mereka sendiri, tetapi mereka rela mengorbankan
segalanya untuk tinggal beberapa waktu di Nieuw Guinea guna melanjutkan
yang sudah dirintis oleh para pendahulu, mereka yang pernah ada di Nieuw
Guinea pada periode 1950-1960 dikenang karena sebagian dari mereka adalah
guru yang mengubah atau suster dan dokter yang merawat, untuk beberapa
saat hati dan jiwa mereka seperti “mencinta dengan Nieuw Guinea” hanya
sebentar saja jejak kaki mereka dizinkan Tuhan berjejak di Nieuw Guinea
setelah itu derai air mata yang menceritakan perpisahan karena periode emas
ini tak akan pernah terulang “tangan jahil” sudah mulai menebas perlahan dan
pasti semua “fondasi kemandirian Nieuw Guinea”. Mereka yang pernah ada
di periode ini, seperti : “I.S. Kijne (1923-1958) Direktur OVO Mansinam, Miei Rektor Sek.
Theol. Serui, Hollandia ; D.A. ten Haaft (1931-1959) di Miei, Serui, Biak ; F.C. Kamma (1931-
1962) di Genyem, Sorong, Holandia ; Arrie J. Middag (1946-1962) di Sorong, Genyem,
Holandia ; R.G. ten Kate (1946-1961) di Biak, Holandia, Manokwari ; N. van der Stoep (1947-
1963) di Yoka, Tiom (Pengelolah Sekolah) ; J.P. Kabel (1948-1963) di Genyem, Serui,
Holandia (ST) ; H.J. Teutscher (1949-1963) di Serui (ST) dan Holandia (YPK) ; H.L. Beck
(1950-1961) di Sorong, Fakfak ; E. Ewoldt (1950-1955) di Manikwari ; G. Clay (1950-1960 di
Serui, Sorong ; P. de Bruin (1950-1962) di Holoandia (Pengelolah umum sekolah) ; J. Baars
(1951-1959) di Sarmi ; P. Messie (1953-1956) di Teminabuan Steenkool ; H. de Ridder (1955-
1958) di Serui ; H. Woldendorp (1956-1963) di Sorong, Holandia ; E. Gijsbers (1956-1962) di
Ransiki dan Fak-fak ; R. van Alphen (1956-1958) Serui (ST) ; K.A. Schippers (1956-1962) di
Manokwari, Holandia (ST) ; L. Koopmans (1958-1962) di Teminabuan ; A. Rigters (1959-
1963) di Holandia/Sukarnapura ; J.D. Plenter (1959) di Serui (ST) ; Nn. W.A. ten Kate ((1959-
1963) di Bosnik, Holandia ; R.E.H. Marcus (1960-1962) di Teminabuan, Ransiki (Sekolah
Guru Injil) ; H. Bultje (1962-1966) di Sukarnapura 1962 (ST) ; P. Bons (1961-1965) di Sarmi,
Holandia ; M. Vink (1961-1965) di Ransiki Sekolah Guru Injil ; J. Blommendaal (1965-1976) di
Abepura (ST) ; H.J. van der Steeg (1968-1973) Abepura (ST) ; H.J. Visch (1972-1979)
Pembinaan Jemaat GKI pertama ; J. Miedema (1975-1981) di Manokwari ahli Antropologi
Budaya ; F. Hubatka (1976-1981) di Abepura (ST) ahli Antropologi Budaya ; J.H. Buikema di
Manokwari 1976-1981 “Manokwari Pembinaan Jemaat di Kepala Burung”

Selain itu Wem juga mengalami perjumpaan dengan “perubahan karena Injil
turut melahirkan tokoh keturunan bumiputera” yang bekerja mengimbangi
kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan dengan bersungguh-sungguh
bekerja, disiplin, tekun dan rajin, kolaborasi sumberdaya dan potensi yang

14
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

telah lahir dari proses yang terukur dan teruji dari tantangan zaman pada
masa itu, sebagian tokoh dimaksud, antara lain : “H. Mori-Muzendi (1950) di Sarmi
; S. Liborang (1950) di Hollandia (Jayapura) ; S. Samai (1950) di Hollandia (Jayapura) ; J.
Mandowen (1950) di Biak ; M. Abaa (1950) di Yapen ; F. Huwae (1950) di Yapen Waropen ;
M. Inauri (1950) di Wondama (Miei); A. Worisio (1950) di Wondama (Miei) ; E. Osok
(1950) di Sorong ; F.J.S. Rumainum (1952) di Biak (lulusan Sek. Theol. SoE, Timor), terdapat
Pendeta yang diangkat 1952-1958, yaitu J. Tenlima (1952) di Biak ; D. Auparai (1952) di
Yapen-Waropen ; B. Burwos (1952) di Manokwari ; M. Juewen (1952) di Manokwari ; J.
Fenanlaber (1952) di Sorong ; R. Rumsaur (1952) di Sorong ; J.S. Titiheruw (1952) di
Teminabuan ; E. Wattimury (1952) di Inanwatan ; L. Parinussa (1952) di Inanwatan”
Dan masih banyak nama-nama bumiputera lainnya yang belum disebutkan
namanya disini. Gambaran ini jelas mewakili perubahan dan capaian Nieuw
Guinea pada masa itu. Selain nama dari 18 anak Angkatan pertama yang lulus
tahun 1958, ada juga 11 anak yang lulus dari Sekolah Teologia Serui pada
tahun berikutnya, atau tahun 1959, yaitu :
1. W. Giay dari Resor Nimboran (Genyem)
2. F. Ondi dari Jayapura
3. M. Jochu dari Jayapura
4. M. Koibur dari Resor Biak
5. L. Sabarofek dari Yapen-Waropen
6. I. Marjen dari Resor Manokwari
7. D. Hamadi
8. H. Poey
9. Th. Suangboraro
10. S. Rumere Baliem dari Baliem
11. J. Okoka Sentani dari Sentani

Kisah-Kisah Wem Selama Di Seroei


(a) Tunangan Wem
Sewaktu Wem berangkat ke Sekolah Teologia Seroei, orang tua Wem
sudah menyiapkan tunangan. Tunangan Wem adalah seorang putri dari
Ifar Kecil sekarang kampung Ifale. Nama tunangannya adalah “Nona
Adolfina Suebu”, saat bertunangan sudah bekerja di kantor perusahaan
telekomunikasi masa itu atau PTT. Tanda ikatan pertunangan oleh orang
tua dan keluarga sudah menyelesaikan sebagian alat pembayaran mas
kawin dan secara adat bila pihak orang tua laki-laki sudah membuat tanda
dengan cara melakukan pembayaran mas kawin untuk tahap pertunangan
dan pihak perempuan sudah menerima “alat pembayaran ikatan

15
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

pertunangan” maka pihak keluarga perempuan dan pihak keluarga laki-laki


sepakat bahwa Wem dan Adolfina “resmi bertunangan” dan menanti
saatnya digelar “pesta perkawinan dengan pernikahan di Gereja”.
Sementara merencanakan untuk pemberkatan nikah Wem dipilih untuk
melanjutkan pendidikan kependetaan di Serui sehingga acara pemberkatan
nikah ditunda menanti hingga Wem menyelesaikan sekolah
kependetaannya.

(b) Wem dan Lentera Penerang Seroei di waktu Malam


Seroei ditulis demikian untuk masa itu, suasana akrab, bersahabat dan
disiplin sangat terasa diantara siswa dan pengajar. Setiap siswa
mendapatkan tugas masing-masing, demikian juga Wem mendapatkan
tugas, tugas Wem adalah membersihkan seluruh lentera yang digunakan di
semua rumah dari pengajar jumlahnya ada 17 buah lentera, mengisi
minyak dan mengantar ke masing-masing tempat seperti, misalnya ke
rumah tempat makan di Asrama 4 lentera, ruang tidur 2 lentera. kapel 2
lentera, dan rumah-rumah dosen masing-masing 2 lentera. Semua lentera
biasanya disimpan di gudang yang ada rumah Pdt. Kabel. Di dalam rumah
Pdt. Kabel ada seorang gadis Ormu namanya Charlota Jacadewa, sewaktu-
waktu bila pekerjaannya di rumah Pdt. Kabel sudah selesai dikerjakan dan
ada waktu luang, ia sempatkan diri untuk membantu Wem menyiapkan
lentera bersama-sama. Di Serui kala itu perkumpulan keluarga Holandia
yang merantau ke Serui sudah di bentuk, dan biasanya Charlota juga ikut
dalam perkumpulan ini, demikian juga Wem. Semuanya berjalan biasa dan
konsisten dengan komitmen masing-masing, bahwa bila sudah di pilih
datang ke Serui tempat yang jauh dari kampung halaman dan keluarga
maka sewaktu kembali dari Serui sudah mencapai cita-cita yaitu
menyelesaikan pendidikan dan lulus dengan baik.

(c) Ny. Kijne – Johanna Regina Uitenbogaard Mengubah Arah Tunangan


Kebiasaan Ny. Kijne untuk memanggil anak sekolah adalah dengan
membunyikan tangan atau “bertepuk tangan”. Suatu saat Wem sedang
jalan bersama dengan “pen-frending” dari tunangannya Adolfina Suebu,
nama sahabat pena adalah Agusthina Wardjukur”. Keluarga Wardjukur
sudah menganggap “Wem” sebagai anak mereka, sehingga semua anak-

16
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

anak dalam keluarga Wardjukur mengangkat Wem sebagai “kakak”. Ini


terjadi karena tunangan. Dalam perjalanan Ny. Kijne memanggil Wem
dengan tepuk-tangan, lalu Wem berjalan ke rumah Ny. Kijne. Terjadilah
dialog singkat, demikian :
Ny. Kijne : Tadi sedang berjalan dengan siapa, Wem?
Wem : Tadi, saya bersama dengan sahabat penah dari “tunangan saya”
Ny. Kijne : Woouw… Wem, apakah sudah mempunyai tunangan?
Wem : Ya, saya mempunyai tunangan, ia ada di kampung, sewaktu datang
ke sekolah, Bapa, mama dan keluarga saya sudah membayar harta untuk
tanda bertunangan…
Ny. Kijne : Apakah, tunanganmu sudah bekerja?
Wem : Ya, tunangan saya sudah bekerja
Ny. Kijne : bekerja di Dinas atau kantor mana?
Wem : Di telfon kantor, Nyonya, PTT
(saat sedang berbicara dengan Ny. Kijne di lapangan helicopter sudah
mendarat, semua orang berlarian ke lapangan untuk melihat helicopter
dan memungkinkan untuk mengangkat barang akan dengan senang hati
mengangkatnya… pada saat semua anak-anak gadis ke lapangan, anak
piara Pdt. J. P. Kabel, Sarlota juga ikut lari ke lapangan, Ny. Kijne melihat
juga Sarlota berlari)
Ny. Kijne : Wem, kamu lihat siapa yang sedang berlari?
Wem : Sudah Nyonya, itu Sarlota
Ny. Kijne : Wem, dia (Sarlota) perempuan pandai, anak dari direktur
sekolah teologi yang menguasai bahasa Belanda dengan baik, dia akan
banyak membantu kamu di kemudian hari, Sarlota itu yang Wem harus
kawin dan menikah dengan dia.
Wem : …. (terdiam, pikirannya Wem jadi tak menentu… karena Wem
berpikir ke tanda tunangan yang sudah dibuat oleh orang tua, dan
kampung Ifar Besar, Ifar Kecil serta kampung Yahim dan Yobe sudah
menanti untuk rayakan pesta nikah, pikir Wem kalo Ny. Kijne sudah
mengubah, berarti semua pesta tidak akan berlangsung termasuk pesta
nikah)

Beberapa minggu setelah Ny, Kijne mengalihkan tunangan, Wem


mendapatkan kiriman surat dari “Bapade” yang isinya memberitahukan
tentang tunangannya sudah mempunyai pacar atau tunangan lain, dan

17
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

dalam waktu beberapa bulan lagi mereka akan menikah, saat Wem
mendapatkan informasi dari surat itu, ia merasa beban yang dipikulnya
selama ini mempertahankan tunangan yang akan dinikahinya seperti sudah
dibebaskan dan dari Serui tempat ia belajar merelakan tunangannya
menikah. Setelah menyelesaikan sekolah teologi, semua anak diwajibkan
sebelum bekerja sebagai Pendeta menikah lebih dahulu, sehingga apa yang
diharapkan oleh Ny. Kijne dalam percakapan dengan Wem sebenarnya
sebagai doa Ny. Kijne untuk masa depan keluarganya. Sehingga, Wem
sebelum pulang menuju ke rumah Pandita J. P. Kabel meminta dengan
hormat, anak perempuannya dan diantar dengan baik oleh seorang calon
Pendeta seperti dirinya. Beginilah cara Pdt. Kabel merespons, lalu ia
memanggil Ny. Kabel, “Ma… datang kemari dan jawab permintaan anak
Holandia”, saat Ny. Kabel berjumpa dengan Wem, kemudian Wem
menyampaikan permohonan “sebelum pulang ke Holandia, ia akan
membawa serta anak mereka Charlota menjadi tunangan dan isterinya di
masa depan keluarga mereka”. Beginilah cara Ny. Pdt. Kabel menyambut
kabar yang ia dengar sendiri dari seorang laki-laki Holandia yang juga
mereka kenal sangat baik “Hore … saya punya anak perempuan akan
menjadi nyonya Pendeta”, dari sambutan Ny. Pdt. Kabel seperti ini, Wem
beranggapan bahwa Keluarga Pdt. Kabel tidak keberatan dan tidak ada
halangan untuk Wem bertunangan dan menikah atau mengambil Charlota
menjadi isterinya di masa depan yang sudah dimulai hari ini, barangkali hal
ini sudah dipercakapkan antara Ny. Kijne dan Ny. Kabel, pada waktu-
waktu sebelumnya. Saat Wem berangkat dengan tunangannya dari Serui
ke Holandia, kemudian lanjut ke rumah orang tua Wem di Yahim, kerabat
dan tetangga yang melihat Wem datang dengan kekasihnya, beberapa
orang mendahului Wem dan memberitahukan kepada Mama dan Bapa
dari Wem, bahwa Wem anakmu sedang dalam perjalanan menuju ke
rumah, ia datang tidak sendirian, tetapi dengan seorang sahabat
perempuan, mungkin itu kekasihnya, Mama Wem keluar menyambut
kedatangan Wem anaknya dan kekasihnya dengan tangis sukacita karena
lama berpisah dan sekarang saat datang, ia datang sebagai anak yang
sudah mendengar nasehat orang tua, kalau keluar dari rumah untuk
Pendidikan maka waktu pulang, Wem pulang dengan hasilnya yang baik,
yaitu benar-benar sudah selesaikan studi, hal itu bagi seorang Mama sudah
dijaga dengan baik oleh Wem anaknya, karena mama Wem ingat saat

18
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

mama bersalin dan melahirkan Wem, bukan di rumah atau di rumah sakit,
tetapi ditengah jalan antara Doyo dan gunung merah sekarang, dan hanya
pertolongan yang datang dari Tuhan secara ajaib, Wem dipelihara Tuhan
sampai sekarang. Setelah berjumpa dengan orang tua Wem, selanjutnya
Wem dan Charlota bersama-sama pergi menjumpai orang tua Charlota
yaitu ayahnya di abe-pantai, karena ibunya sudah meninggal sebelumnya.
Ada salah satu kisah yang menarik dari peran seorang Charlota sejak awal
berjumpa dengan “mama mantunya”, kisah itu berkaitan dengan pelajaran
bahasa. Charlota berjuang belajar bahasa Sentani, dialek Sentani Tengah
dari mama mantu dan, mama mantupun tidak mau ketinggalan juga
belajar bahasa melayu dari anak mantu, Wem berkisah, di dapur hanya
dua orang saja tetapi ada keributan seperti banyak orang, keributan itu
adalah keributan pelajaran bahasa Sentani dan bahasa Melayu, hehe..
dalam beberapa waktu, keduanya sudah fasih berbicara bahasa Sentani
dari pihak anak mantu dan bahasa Melayu dari pihak mama mantu,
asyiiknya mereka…

Pa Maloali Periode tahun 1960 hingga 1980


Banyak hal yang “kontras” terjadi di periode ini, berkaitan dengan Nieuw
Guinea dan masa depan emasnya. Pa Maloali menceritakan kisahnya : tahun
1960 ditugaskan ke Sekolah Guru di Ransiki, disana sudah ada Pdt. E. Gijsbers
sejak tahun 1956-1962, dalam laporan Pdt. Gijbers tahun 1960 bahwa tahun
1947 pernah ke Nieuw Guinea waktu itu ia datang mewakili Gereja Maluku,
tahun 1950 ditunjuk menjabat administrator sekolah umum di Maluku, dan
resmi dipindahkan dari dewan misi Belanda ke Gereja Protestan Maluku.
Tahun 1956 setelah datang di Nieuw Guinea, setahun kemudian dipercayakan
mengelolah sekolah di Ransiki tahun 1957 dengan jumlah siswa 32 anak,
tahun 1958 rumah dan sekolah sudah siap dan pembukaan Sekolah Ransiki
oleh Ketua Sinode Evangelische Christelijk Kerk Op Nieuw Guinea, Pdt. F. J. S.
Rumainum. Pendeta W. Maloali dilantik di Ransiki bersama dengan Pdt
Weldendorp, Pdt. Edward Osok dari Sorong, Pdt. Wabiser dari Manokwari
menjadi pengajar di Sekolah Guru di Ransiki, persyaratan yang mereka
rumuskan untuk merekrut peserta didik adalah : anak berusia minimal 18
tahun, laki-laki, tidak pernah menikah dan tidak akan menikah selama
Pendidikan, memiliki kemampuan membaca mandiri dan menulis. Anak yang
di terima proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan bahasa

19
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

Melayu. Terdapat dua hal besar dilakukan oleh Pd. Maloali sejak ada di
Ransiki. Dua hal besar dimaksud antara lain :

(1) Nama “Lahai-Roy”


Pdt. Maloali termasuk pemikir teologi-praktis yang menawan dan hebat, ia
saat menjadi pengajar diberikan beberapa pelajaran menjadi bagian dari
tanggungjawab asuh, seperti Perjanjian Lama dan Sejarah. Sejak Maloali
menjadi Pengajar, ia mengajar Perjanjian Lama pasal demi-pasal. Sampai
pada pasal 16:13-14, direktur SPGJ Pdt Gijsbers memberikan
tanggungjawab baru untuk memberikan nama bagi sekolah mereka dengan
catatan bahwa tidak boleh menggunakan nama tokoh tertentu tetapi nama
lain dibolehkan asal maknanya sesuai dengan tujuan pendirian sekolah.
Sekembali dari ruang Pdt. Gijsbers Pdt Maloali membuat refleksi yang
menguraikan tentang isi dan makna Kejadian 16:13-14 dalam hubungan
dengan “jatidiri Guru Jemaat yang akan bekerja sebagai hamba Tuhan di
jemaat-jemaat GKI di seluruh tanah Nieuw Guinea”. Pdt Maloali
memberikan nama “Lahai-Roy” yang diambil dari Kejadian 16:13-14.
Refleksi nama “Lahai-Roy” dari Kejadian 16:13b "Engkaulah El-Roi." Sebab
katanya: "Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?" semua
Guru Jemaat yang menjadi hamba Tuhan di Jemaat jangan menganggap
bekerja sendirian, karena di mana saja kita berada Dia adalah yang selalu
“melihat aku”, karena itu bekerjalah dengan benar dan jujur, jangan tidak
displin dan malas, jangan ambil yang bukan hak kita, jangan
memperkatakan perkataan yang menipu, kita ingat “Dia melihat aku”
dalam keadaan apapun kita. Dalam konteks refleksi ini, kemudian Pdt.
Maloali kembangkan teologi pribadinya sebagai “teologi mata Allah”.

Selama tinggal di Ransiki, kemelut politik Belanda-Indonesia semakin besar,


dan dari Ransiki pa Maloali menguraikan tentang arti lambang negara Nieuw
Guinea, hasil uraian itu diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh ibu,
karena Ibu Charlota memiliki kemampuan bahasa Belanda yang baik sebab ia
anak dari Pdt. J.P. Kabel yang di rumahnya menggunakan bahasa sehari-hari
adalah bahasa Belanda. Uraian pa Maloali tentang Bendera Nieuw Guinea
dapat di baca berikut di bawah ini :

20
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

(2) Uraian Pa Maloali Tentang Bendera Nieuw Guinea dari Ransiki


Nieuw Guinea di bentuk dengan lambang Nieuw Guinea yang terdiri dari
dua falsafah utama, falsafah yang pertama : Nieuw Guinea saat ini berada
dalam kemelut politik antara Pemerintah Kerajaan Belanda yang sudah
lama membangun, berhadapan dengan Pemerintah Indonesia yang baru
saja diakui oleh Pemerintah Belanda melalui KMB di Den Haag tahun
1949, dan satu tahun kemudian diterima sebagai negara anggota PBB yang
ke-60 pada tanggal 28 September 1950, Indonesia tidak mempunyai
hubungan sejarah dengan Nieuw Guinea tetapi Indonesia mau
berkonfrontosi dengan Pemerintah Belanda terkait masalah Nieuw Guinea,
sementara orang Nieuw Guinea tidak pernah dilibatkan sama sekali,
karena itu hadir pada lambang Nieuw Guinea warna merah, jumlahnya
adalah ¼ warna merah yang artinya “bukan berani” tetapi konfrontasi
politik Belanda-Indonesia. Nieuw Guinea didirikan diatas ¼ kekuasaan
manusia yang dahulu tanpa Nieuw Guinea mereka berpolemik untuk
merebut demi “kepentingan kekuasaan mereka” tetapi sekarang setelah
kemelut berakhir, mereka yang mengakui bersama, yaitu Belanda dan
Indonesia mengakui bahwa Nieuw Guinea kini bebas dan mandiri untuk
membangun dengan ¼ kekuasaan yang ia sendiri miliki belajar dari sejarah
kemelut politik Belanda-Indonesia dimasa lalu.

Di dalam ¼ warna merah bukan “bintang persegi 5 berwarna putih”,


bintang bukan lambang Nieuw Guinea, karena itu bintang memiliki dua
asepek, yang pertama : aspek gerakan kargoisme “identitas sampari” dari
wilayah Saireri dan sebagian wilayah Domberai dan Bomberai, sementara
wilayah lain di Nieuw Guinea misalnya seperti Tabi, wilayah Tabi identitas
mereka identik dengan “tab” atau “matahari”, dan wilayah Anim Ha, La
Pago dan Mee Pago mempunyai penciri identitas budaya yang berbeda
pula ; yang kedua : aspek bintang kejora merupakan identitas “raja
kegelapan Lusifer, Iblis”. Sehingga, lambang bintang putih persegi lima
tidak sejalan dengan warna kebadian biru putih. Pa Maloali menjelaskan
bahwa identitas dari lambang jati diri yang mulia dari Nieuw Guinea ada
pada “burung sorga, burung cenderawasih”, sehingga, burung Sorga yang
diletakkan dalam ¼ merah untuk menjelaskan karena keindahan inilah
Nieuw Guinea menjadi tempat yang rawan “perebutan” antara kekuasaan
yang satu dengan kekuasaan yang lainnya, dan kini burung sorga secara

21
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

bebas mengepakkan sayapnya menjadi burung yang berkuasa diatas dasar


¼ kekuasaan untuk menjadi bagian dari sahabat dunia.

Sedangkan warna 7 biru dan di dalam biru ada putih, jumlah seluruhnya
adalah ¾ dari warna yang disimbolkan sebagai “warna keabadian Allah
Bapa, Anak dan Roh Kudus sebagai Allah Pencipta, Juruselamat dan
Pembaharu. Allah yang Esa dan Kekal. Kini menjadi Allah bangsa Nieuw
Guinea.” Warna keabadian itu disimbolkan diatas alam Nieuw Guinea,
terbentang langit yang biru ada awan yang putih, di hamparan Lautan
Pasifik yang teduh ada pulau Nieuw Guinea yang juga menjadi bagian dari
lautan teduh yang biru dan buih ombak yang putih, itulah ¾ warna abadi
Allah di Nieuw Guinea.

Kisah Maloali diantara Pdt. F. J. S. Rumainum, Pdt. H. Bultje dan Pdt. Jan
Mamoribo
Setelah Pdt. Maloali kembali dari Ransiki tahun 1964, ia menjabat sebagai
Sekretaris Resor Holandia-Nimboran pada masa G. A. Lanta sebagai Ketua
Resor, tujuan ia ditarik ke Holandia salah satunya adalah ia dipersiapkan dan
dikirim study di Jepang. Setelah semua syarat keberangkatan disiapkan, ia
menghadap Ketua Sinode Pdt. Rumainum, dan memberitahukan tentang
persiapan keberangkatan, pemberitahuan ini sekaligus sebagai laporan
permohonan pembiayaan perjalanan dan biaya study di Jepang. Respons Pdt.
Rumainum menurut pa Maloali, ia kelihatan sangat tenang dan begitu santai,
lalu membuka laci meja. Pikir Pa Maloali mungkin ia akan membuata
semacam memo atau nota untuk ke juru bayar selanjutnya akan berangkat ke
Jepang, tetapi dari perkataannya diketahui bahwa yang Pdt. Rumainum
keluarkan adalah sebuah amplop berisi “Surat Dari Presiden Soeharto Tentang
Larangan Orang Papua Study Ke Luar Negeri”. Dan memberitahukan bahwa
Pemerintah Republik Indonesia melalui Presiden Soeharto tegas melarang
semua orang Papua studi ke luar negeri. Setelah mendengarkan penjelasan
dari Pdt. Rumainum, Pa Maloali mencoba menahan emosinya dan sedikit
tenang meminta agar Pdt Rumainum memberikan penjelasan kepada Presiden
Soeharto bahwa larangan itu boleh berlaku bagi orang belajar politik
Pemerintahan sedangkan orang dari Gereja dibolehkan pergi study ke luar
negeri, Maloali tambahkan, “agar di masa setelah selesai dari Bapa Rumainum
menjabat sebagai pimpinan Gereja, sudah mempersiapkan warga Gereja yang

22
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

berkualitas yang akan bekerja di masa depan Gereja dan Papua, jangan setelah
Bapa selesai menjabat, orang Nieuw Guinea hanya begitu-begitu saja”. Tetapi
Pdt. Rumainum tetap tegas bahwa ini merupakan larangan Pemerintah
Indonesia untuk semua orang Papua. Komunikasi ini mengalami jalan buntu,
dan dengan demikian semua persiapan pa Maloali untuk berangkat dibatalkan
dan situasi ini “menghasilkan kondisi kekecewaan yang berat di pihak pa
Maloali”.

Ada hal yang menarik di sampaikan oleh Pa Maloali tentang kondisi kontras
awal mula bangsa Indonesia mengambil hati orang Nieuw Guinea dengan
iming-iming yang demikian “bangsa Indonesia masuk ke Nieuw Guinea
beritahukan bahwa keturunan Melayu dan Melanesia bersaudara karena
mengalami nasib yang sama, yaitu dijajah oleh Belanda, kita harus mengusir
penjajah Belanda supaya kelak kita hidup sebagai bangsa yang merdeka,
ternyata iming-iming itu berujung kepada dikeluarkannya surat larangan orang
Nieuw Guinea study ke luar negeri”, iming-iming awal Indonesia menurut pa
Maloali “hanya sebuah pembualan dan pembohongan belaka”, kontrasnya
pada masa Gubernur Jendral Nederlands Nieuw Guinea orang Nieuw Guinea
justeru diwajibkan studi mulai dari sekolah pengadaban sampai dengan
sekolah di luar negeri “tidak pernah ada larangan untuk pergi sekolah dan
belajar di mana saja di seluruh dunia” tetapi sekarang bersama dengan suatu
bangsa yang namanya Indonesia, katanya saudara senasib justeru betul-betul
membuat kita bernasib malang dengan mengeluarkan “larangan studi ke luar
negeri bagi orang Nieuw Guinea”. Lanjut Pa Maloali kepada Pa Pdt
Rumainum, … sebagai orang Indonesia kasi tahu kepada orang-orangmu, dan
Presidenmu kalau gereja tidak sama dengan Pemerintah, karena itu kebebasan
untuk memperoleh pendidikan dan ilmu yang baik dan layak dengan study
bagi orang gereja di luar negeri sebagai jalan penting gereja mempersiapkan
SDM untuk masa depan gereja dan Nieuw Guinea selama masih bersama
Indonesia.
Dan semenjak Pa Maloali kecewa atau dikecewakan karena pembatalan studi
keluar negeri, ia meninggalkan kantor Sinode dan mengambil keputusan
sepihak untuk mengembangkan diri dengan jalan menjadi petani kebun coklat
di Doyo Baru. Ia begitu menikmati dengan kebun coklat karena dari kebun
coklat, menjual biji coklat yang diborong oleh Cv. Bintang Mas penghasilan
kotor per-bulan yang diperoleh sebesar Rp. 3.000.000, antara akhir tahun

23
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

1960-1970 awal, kualitas ekonomi rumah tangga mengalami kesejahteraan


yang baik dan berakibat kepada pa Maloali seolah-olah melupakan panggilan
dan tugas-tugas kependetaannya.

Pada suatu sore Rektor Sekolah Teologi Abepura tuan Pdt. H. Bultje yang
bekerja di Sekolah Teologi Soekarnopoera sebagai Pengajar 1962-1966
mencari pa Maloali ke rumahnya, ia bertemu dengan Ibu Maloali di rumah
dan memberitahukan tujuan kedatangannya, yaitu ingin bertemu dengan pa
Maloali, lalu ibu memanggil pa Maloali yang ada di kebun coklat, setelah pa
Maloali datang ia berjumpa dengan Pdt. H. Bultje, isi pembicaraannya adalah
“Pa Maloali di minta oleh Rektor Sekolah teologia untuk mengajar di Sekolah
Teologia Abepura. Setelah Pdt. Bultje pulang pa Maloali memberitahukan
kepada Ibu Maloali tentang maksud kedatangan Rektor Sekolah Teologia
Abepura, yaitu Sinode mengirim untuk mengajar di Sekolah Teologia. Respons
Mama Maloali adalah “Tuhan memanggilmu kembali dan bersiaplah”,
keesokkan paginya, Mama Maloali pergi ke dealer mobil dan membeli cash 1
buah mobil Toyota merah dan membawanya serta ke rumah, Pa Maloali
sangat kaget dengan kehadiran mobil di rumahnya, pa Maloali bertanya uang
dari mana sampai Mama bisa mengeluarkan mobil ini, Mama
memberitahukan bahwa semua uang dari hasil penjualan coklat sebagiannya
Mama tabung dan ini hasil dari tabungan kita, Bapa gunakan untuk pergi
mengajar di Sekolah Teologia Abepura.

Pdt. Jan Mamoribo menggantikan Pdt. F.J.S Rumainum yang meninggal tahun
1968, ia melanjutkan kepemimpinan Sinode GKI sampai dengan tahun 1971.
Nieuw Guinea pada masa itu namanya adalah Irian Barat. Sebenarnya Pdt. J.
Mamoribo dapat melanjutkan kepemimpinan Sinode untuk periode
selanjutnya, karena jabatan Ketua Sinode yang ia jabat adalah jabatan antar
waktu, tetapi karena ada permintaan secara pribadi untuk masuk arena politik
menjabat Ketua DPR-GR Irian Barat makai ia kemudian menggumuli tentang
figur yang tepat dan yang akan menggantikannya untuk di pilih di Sidang
Sinode IV Biak 1971. Ia mencari sahabatnya yang pernah belajar di sekolah
teologia Serui Angkatan pertama, yaitu Pa Maloali, tetapi ia tidak jumpai di
Yahim, pada masa itu Pdt. Maloali tinggal di Tobati bersama keluarga Guru
Laurens Mano. Di Tobati Pdt Jan Mamoribo bertemu dan bercerita tentang
masa depan GKI dan Sinode GKI, kemudian sahabatnya Pdt. Mamoribo

24
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

meminta kesedian Pdt Maloali menjadi Ketua Sinode GKI. Dalam percakapan
ini Pdt. Maloali mengingatkan Ketua Sinode Pdt Jan Mamoribo tentang aturan
GKI, bahwa Ketua Sinode GKI di Irian Barat tidak boleh pilih di jalan, yang
berhak memilih dan di pilih adalah peserta resmi Sidang Sinode. Apalagi, saya
Pdt. Maloali tidak punya hak memilih dan dipilih karena bukan utusan Resor
atau Klasis. Tetapi Pdt Mamoribo menginginkan Pdt Maloali Ketua Sinode
berikut dirinya, sehingga Pdt. Mamoribo menyampaikan kepada sebagian
peserta Sidang Sinode untuk memilih Pdt Maloali. Dan saat pemilihan
berlangsung pada Sidang Sinode GKI ke-4 di Biak tahun 1971, pa Maloali
bukan peserta Sidang Sinode tetapi ia di pilih dengan 79 % suara.

Perjalanan ke Biak Timur Kampung Anggaduber


Sejak menjadi Sinode GKI ke-4 tahun 1971 di Biak, ia Pdt. Maloali
mempunyai rencana turnei untuk mengenal seluruh wilayah Pelayanan Irian
Barat. Pertama kali ia melakukan kunjungan ke Klasis Biak ke kampung
Anggaduber, Biak Timur, sambutan penduduk kampung disini membuat ia
terkesan, malam hari mereka masuk ke kampung Anggaduber, penduduk
setempat menyiapkan gadis usia antara 17-20 tahun meletakkan “lampu
petromaks” di kepala lalu mereka membuat cela masuk perahu, dengan lampu
disebelah kiri dan kanan menerangi jalan masuk perahu, saat Ketua Sinode
melihat keadaan ini, ia memberitahukan ke motores dan memberhentikan
perahu, lalu ketua Sinode dengan sepatu dan jas malam-malam tercebur ke
dalam air diantara para gadis yang membuat cela dan terang lampu bagi
Ketua Sinode mereka yang mereka sambut masuk, pengantar Ketua Sinode Pdt
dan Penatua mencoba menghalangi Ketua Sinode yang hendak turun ke
dalam air, lalu Pdt. Maloali memberitahukan “lihat mereka jemaat kita,
mereka rela tahan dingin dan gelombang hanya karena mereka memberikan
yang terbaik bagi ketua Sinode mereka, sementara saya menjadi tuan besar, ini
keliru, saya adalah pelayan umat, saya harus mengalami apa yang mereka
alami dan rasakan saat mereka menyambut saya” lalu ia tercebur ke dalam air
dan selanjutnya disambut sesuai tradisi Biak menuju ke tempat inap.
Keesokkan harinya dalam pertemuan bersama dengan Klasis dan Jemaat-
Jemaat di Biak ia menyampaikan pesan tentang “Ke-GKI-an Biak-Numfor”,
demikian pesanya : bangsa Biak adalah GKI … tidak boleh orang Biak keluar
dari GKI, karena di pintu neraka Petrus Kafiar dan Awendu pegang kayu dan
jaga setiap orang Biak yang keluar dari GKI sebelum masuk Neraka dapat

25
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

hajar dari dua laki-laki Biak ini dulu baru di lempar ke Neraka”, menurutnya
kisah itu “metafora” bahwa GKI dan Biak dan negeri Nieuw Guinea tidak
akan pernah berubah sampai Tuhan Yesus datang.

Tiga kecenderungan cara berpikir pasca Integrasi


Perjalanan turney ke seluruh wilayah pelayanan ia sebut sebagai perjalanan
turney dari Misol hingga Skouw, dan dari Mapia hingga Kelepom atau
perjalanan Barat Timur dan Utara Selatan. Dari kesluruhan perjalanan itu, Pdt
Maloali menyimpulkan bahwa dalam gereja GKI di Irian Barat terdapat 3
kecenderungan berpikir akibat dari kemelut Belanda Indonesia yang masih
berpengaruh sampai dengan sekarang. Tiga kecenderungan berpikir itu adalah
“biblisisme, sinkretisme dan apatisme”. Keinginan untuk merdeka tetapi
korban dan darah tercurah dimana-mana di semua tempat, karena kecewa
dari imannya lalu ia pergi ke agama adat dulu dan mencampurkannya dengan
keinginan atau kehendaknya sendiri karena jawaban tak kunjung datang lalu
ia menjadi apatis, potret inilah yang menyebabkan alasan untuk tumbuh dan
subur kehidupan “alkoholik”, atau kekerasan terhadap ibu dan anak, atau
mencari jalan lain yang merugikan banyak pihak.

Perjalanan ke Wamena-Polimo-berjumpa dengan Anak Angkat Ibu Adolfina Suebu


Selaku Ketua Sinode perjalanan terjadwal ke Polimo. Setelah sampai di
Wamena disampaikan agenda bahwa Ketua Sinode begitu sampai di Polimo
terlebih dahulu meresmikan satu Jemaat baru di Polimo dan membuka
lapangan terbang di Polimo. Dalam perjalanan ke Polimo mendengar berita
panggilan tentang “ibu Adolfina Suebu isteri dari Kepala Kehutanan dipanggil
turun ke Jayapura karena mama dari ibu Adolfinan Suebu sudah meninggal
dunia. Setelah melakukan tugas peresmian Jemaat dan lapangan terbang di
Polimo, Pdt. Maloali kembali ke Wamena dan langsung pergi ke rumah ibu
Adolfina Suebu untuk memberitahukan perihal panggilan dari radio pada pagi
harinya. Sesampainya di rumah Ibu Adolfina, ia mengetuk pintu, seorang anak
angkat dari Ibu Adolfina keluar dan datang dari arah dalam rumah dan
bertanya, bapa cari siapa? Lalu pa Maloali memperkenalkan diri dan
memberitahukan tentang berita duka ibu dari mama angkat Adolfina Suebu
meninggal dan mama angkat di panggil untuk turun ke Holandia. Anak angkat
ibu Adlfina memberitahu bahwa Ibu dan Bapa sudah mendengar berita duka
dimaksud, dan tadi pagi mereka sudah turun dan pergi ke Holandia-Sentani.
Perjalanan ke Jerman dan Belanda

26
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

Setelah itu melakukan perjalanan ke Jerman dan Belanda. Di Stuttgart ia


menyampaikan sambutannya tentang “karena Jerman maka orang Nieuw
Guinea berdiri hari ini disini”. Seluruh tanah dan bangsa Jerman telah
memperkenalkan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dunia bagi
kami, tanpa Jerman kami tanpa Yesus dan Injil-Nya. kami tidak mungkin
berdiri bersama-sama disini. Dari hasil kunjungannya ini hadirkan pendirian
Gedung-gedung di Hawai sebagai “Pusat pengembangan Kader dan
Pembinaan Jemaat PUSPENKA bagi GKI di Irian Barat, dengan mendapat
topangan dana dari "Brood voor de Weteld" dari Stuttgart Jerman dengan
anggaran senilai IBRp 178 juta.

Sidang Sinode ke VII di Sorong tahun 1974


Sejarah yang mungkin dan tidak mungkin terulang dalam perjalanan sejarah
GKI di tanah Papua, Sidang Sinode GKI ke-VII tahun 1974 di Sorong, peserta
Sidang Sinode dalam pemilihan pimpinan Sinode atau Ketua Sinode, seluruh
peserta Sidang Sinode 100% memilih Pdt. Willem Maloali sebagai Ketua
Sinode. Keanehan ini segera diuraikan dan Pdt. Maloali menyimpulkan bahwa
memilih 100% itu karena pada waktu lalu atau periode kepemimpinan yang
sudah berlalu, kepemimpinan yang dipercayakan kepadanya pada Sidang
Sinode keIV di Biak tahun 1971, setelah Sidang Sinode, kita memasuki masa
pekerjaan dan pelayanan, dari apa yang sudah kita kerjakan GKI dan Tuhan
Allah sudah melihat bahwa kita GKI sudah bekerja bekerja di jalan Tuhan
dengan benar, berkreasi dengan baik, menjaga, mengarahkan dan bersungguh-
sungguh bergumul meenjawab sebagian pergumulan dan kebutuhan
pelayanan GKI, sehingga pada saatnya kepercayaan diberikan lagi sebagai
pengakuan bahwa “GKI sudah berjalan di jalan yang benar”, yang dimaksud
dengan GKI adalah Sinode, Klasis dan Jemaat, Penatua, Saymas, Pendeta,
Guru Jemaat, Penginjil, anggota Sida, Sekolah Minggu sebagai satu
persekutuan, dan persekutuan GKI adalah juga persekutuan tubuh Tuhan
Yesus Kristus di dunia Papua.

Karier Politik dan Pengalaman Menjadi Sandera OPM


Setelah Pdt. Maloali mengakhiri masa kepemimpinan di Sinode ia mulai
merefleksikan semua bentuk perjuangan yang terjadi di tanah Papua berakhir
dengan kematian atau pertumpahan darah dan sebagiannya tidak diketahui
tempat pusara mereka, Sebagian masih terus berjuang di hutan belantara dan
Sebagian lagi membentuk faksi-faksi yang bergerak di berbagai negara,
Australia, Belanda, Vanuatu, Selandia Baru dan lainnya, darah dan air mata
terus mengalir, lalu ia merumuskan untuk dirinya sendiri sebuah “metodologi
perjuangan” yang ia namakan “mencari jalan masuk dengan damai dan
kekeluargaan”. Apa yang ia maksudkan dengan mencari jalan masuk, tidak

27
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

lain dari “bekerja dengan damai dari dalam”, atas dasar konsepnya ini, ia
kemudian masuk Golkar dan menjadi Ketua DPRD Propinsi Irian Jaya selama
dua periode dari tahun 1977-1982, Wakil Ketua I DPRD 1982-1987, Anggota
DPR-RI 1987-1992 dan anggota DPR-RI periode 1992-1997.

Penyanderaan di Papua itu suatu tindakan yang agak aneh, bila


memperhatikan perjalanan panjang anak-anak Nieuw Guinea dalam
membangun identitasnya yang beradab. Semua anak-anak Nieuw Guinea yang
ikut pendidikan adalah yang terpilih diantara tahun 1950-1960, mereka
memiliki moralitas dan integritas yang tinggi dan berakhlak mulia, apa yang
terjadi pada tanggal 16 Mei 1978 dua orang pilot helicopter di bunuh dan
helicopter di bakar, sementara Ketua DPRD Provinsi Irian Jaya, Rohaniwan
Katolik Kodan VIII Trikora asal Flores Pater Aloysius Ombos, Komdan Korem
Letkol Ismael, Asisten Inteljen Kodam Fajar Admiral, seorang pengusaha Frans
Leo di sandera di suatu tempat yang disepakati untuk bertemu dengan
pimpinan OPM dari salah satu faksi pimpinan Marthen Tabu dan anak
buahnya. Di sana mereka disandera selama 4 bulan sampai dengan dibebaskan
September 1978. Dua rahasia menaklukkan pimpinan OPM dari dalam hingga
pembebasan sandera kisahnya di buka Pdt Maloali seperti berikut :
(1) Kehidupan dari Lobang Kubur. Lobang kubur disiapkan untuk 4 orang
sandera, yaitu : Pdt. Maloali, Fadjar Admiral, Letkil Ismael dan Aloysius
Ombos. Setelah itu diperintahkan ke-4 orang masuk ke dalam lobang dan
berdiri dengan kedalaman sampai batas leher. Supaya mudah untuk
menebas leher. Menurur Pdt. Maloali dalam keadaan siap ditebas hanya
ada doa pengampunan dan penyerahan agar anak dan isteri Tuhan
pelihara dengan cara Tuhan dan siap menerima jalan kematian ini menuju
ke jalan hidup kekal bersama Tuhan. Pdt. Maloali mengisahkan tentang
“Tuhan itu baik dan dalam keadaan mengintip detik-detik kematian,
Tuhan bekerja dari sudut yang berbeda untuk menolong.” Panglima yang
akan memerintahkan algojo untuk memotong leher para sandera menikah
dengan seorang anak perempuan dari kampung Puai. Dan perempuan ini
adalah cucu dari ibu Wilhelmina Felle perempuan Yahim yang kawin di
Puai. Cucu perempuan dari Ibu Wilhelmina Felle adalah isteri dari
panglima OPM di Arso anak Ansus, cucu ini adalah peserta katekisasi di
Jemaat Harapan Abepura yang diasuh oleh Pdt. Maloali. Saat Pdt Liborang
pergi ke Negeri Belanda, tugas sementara Jemaat harapan Abepura dan
Katekisasi dipercayakan kepada Pdt. Maloali. Isteri dari panglima OPM
berusaha keras dan memerintahkan agar panglima OPM membebaskan
pamannya, Pdt. Maloali, setelah Panglima OPM mendapat keterangan dari
isterinya bahwa Pdt Maloali yang mengajar katekisasi di Harapan Abepura,
kemudian panglima OPM ini berpikir dan ingat sewaktu ia bertugas

28
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

sebagai mantri di Dok II, Pdt Maloali adalah juga Pengajar Katekisasi
baginya, sejak itu, panglima OPM diliputi oleh rasa takut untuk
membunuh Pendeta dan semua teman-temannya. Karena itu panglima
OPM perintahkan untuk keluarkan sandera dari dalam kubur, yang
mestinya ia diperintahkan untuk membunuh sandera, ia tidak
melakukannya dan ia mencari jalan agar pembunuhan itu dilakukan oleh
sesama anggota OPM dari grup lainnya yang berasal dari Wamena.
(2) Kepala Panglima OPM Region Wamena. setelah para sandera diterima dari
panglima OPM, mantri anak Ansus ileh panglima OPM region Wamena,
selanjutnya kondisi terasa agak berubah, penuh dengan kebengisan dan
saat kematian semakin terasa kian dekat, pada suatu kesempatan Panglima
OPM Region Wamena sedang menyalakan rokok untuk isap, momen ini
oleh Pdt Maloali merasa perlu komunikasi dengannya, lalu Pdt Maloali
mulai bertanya kepadanya, lalu terjadilah komunikasi diantara mereka
berdua, Pdt. Maloali menutur sbb :
Pdt. Maloali : Tuan, pernah tuan ke Holandia?
Panglima OPM Region Wamena : Ya, saya tinggal di Kemiri-Sentani, Bapa
saya Kepala Kehutanan dan Mama Saya Ibu Adolfina Suebu
Pdt. Maloali : ow, kalo begitu, tuan punya mama, saya punya tunangan
pertama, karena saya sekolah lama di Serui, sehingga tuan punya mama
menikah dengan tuan punya Bapa
Panglima OPM Region Wamena : Ya Mama Adolfina itu saya punya
mama, berarti bapa….??
Melalui dialog yang tidak lama di waktu yang sempit tetapi berbobot dan
efektif dan membuahkan hasil yang besar, yaitu perubahan kebijakkan,
semua sandera tidak dibunuh. Menurut Maloali, kami semua akhirnya
diperlakukan dengan tidak ada perbedaan antara OPM dan dan Sandera,
karena kami semua sama-sama dianggap seperti anggota OPM.
Beberapa waktu kemudian Panglima OPM region Wamena bercerita,
sewaktu Bapa Pdt. Maloali datang ke rumah Ibu Adolfina Suebu di
Wamena saat mamanya meninggal, yang jaga rumah waktu itu adalah
saya anak angkat mereka. Kisah ini semakin meluluhkan semua ikhtiar
buruk, lalu panglima OPM Region Wamena turut merencanakan
pengembalian para sandera yang sudah 4 bulan bergerak dari satu tempat
ke tempat lainnya, dan semuanya keluar dalam keadaan selamat.
Kisah dalam profil ini hanya dikisahkan singkat, meskipun banyak hal yang
sudah dikerjakan dan dibuat oleh Almahrum Pdt. Wileem Maloali semasa
hidupnya yang tidak semuanya ditulis dalam profil singkat ini. Semoga,
sepenggal kisah ini menjadi bagian lain yang turut menginspirasi perjalanan
pemimpin di tanah Papua. Dan pemimpin pelayanan Gereja di aras
jemaat, klasis dan Sinode.

29
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

Sampai akhir hidup tahun 2021 sudah Melihat Pemimpin Sinode GKI dan
Gubernur Papua yang memimpin di masa itu
Papua memiliki seorang tokoh Gereja Ds. Maloali adalah seorang tokoh atau
publik figur yang sangat ideal, karena pengalaman hidupnya menjadi bangun
kisah atau dokumen sejarah hidup yang tak terduga unik tetapi juga
menakjubkan bagi semua kalangan, seorang tokoh yang telah melewati 5
(lima) era yang berbeda, antara lain :
(1) Era pertama adalah “era perkembangan internal gereja” terdiri dari dua
fase, yaitu :
a) fase Zending UZV-ZNHK sampai dengan Sidang Sinode Umum
Holandia Binnen Oktober 1956
b) fase Gereja mandiri GKI di Nieuw Guinea 1956 hingga 2021 ;

(2) Era kedua adalah “era perkembangan pembangunan politik pemerintahan”


terdiri dari 3 (tiga) fase, yaitu :
a) era Kekuasaan Kerajaan Belanda dibawah Gubernur Jendral Nederlands
Nieuw Guinea,
b) era Otoritas Pemerintahan Sementara PBB-UNTEA
c) masa NKRI di bawah Pemerintahan Provinsi, Gubernur Provinsi Irian
Barat – Papua

Masing-masing era dan fase yang pernah dilewati oleh Pa Maloali dapat
digambarkan ringkas dalam kisah dan gambar tokoh yang mewakili antara lain:
Era zending UZV-ZNHK di Nieuw Guinea sampai tahun 1955
Beberapa tokoh atau figur zendeling atau tuan Pandita, Zuster yang seringkali
nama mereka pa Maloali sebutkan antara lain seperti pada gambar di bawah ini :

30
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

era Evangelisch Christelijk op Nederlands Nieuw Guinea atau GKI di tanah Papua
sampai sekarang tahun 2021 atau dari Pdt. F. J. S. Rumainum - Pdt. Andrikus
Mofu, M.Th;

era Transisi Otoritas Eksekutif Sementara PBB - UNTEA dari 1 Oktober 1962 –
1 Mei 1963, dari Jose Rolz Bennett hingga Jalal Abdoh ; dan

Era Pemerintahan Republik Indonesia di bawah Gubernur Provinsi Irian Barat


dari 1961 – 2021 yaitu dari Gubernur Jan Bonay hingga Gubernur Lukas
Enembe.

31
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

Demikianlah hidup dan karya Ketua Sinode GKI di Tanah Papua yang ke-3,
pada suatu perjalanan yang dilakukan ke Sorong diantara tahun 2011-2014, pa
Maloali melihat-lihat perkembangan kota Sorong dan ia singgah ke Kantor
Klasis Sorong pada masa itu yang menjabat Ketua Klasis Sorong adalah Pdt.
Andrikus Mofu, ia melihat semua ruangan kantor Klasis dan pemanfaatannya,
kemudian masuk ke ruangan Ketua Klasis dan setelah bercerita “seolah pa
Maloali menyampaikan visi yang tidak terduga kepada pa Ketua Klasis,
demikian “anak sudah kelola Klasis dengan baik, membangun Gedung-gedung
yang representative untuk suatu kantor Gereja, suatu saat bila Tuhan Yesus
memberimu kepercayaan yang lebih besar memimpin Gereja ini, anak
lakukanlah hal yang sama seperti yang anak lakukan di Klasis Sorong anak
lanjutkan dan tata wajah GKI di Tanah Papua dengan membangun gedung
yang representatif digunakan sebagai kantor”.

Pa Maloali menghembuskan nafas dan pergi kepada Dia yang, ia namakan


dalam teologi pribadinya, “di sini ku lihat Dia yang melihat aku” – teologi
“mata Allah”. In memorian, Kamis, 8 Juli 2021, jalan Macan Tutul Dok. V –
Holandia, pukul 06.00 sambil menyanyikan Nyanyian Rohani 106 “Terang
Matahari” … (1) terang matahari telah menyinari segala negeri, dan gunung
dan padang dan sawah dan ladang senang berseri ; (2) bersuka sekali kulihat
Kembali terang merekah dan Bapa di Sorga yang Bapaku juga hendak ku

32
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

sembah, …. saat fajar merekah di Holandia dengan tenang Wem menutup


mata untuk berjumpa dengan “Dia yang melihat aku” …

Semua isi uraian tulisan dalam profil ini disari hasil dari 3 kali wawancara, 5
Juni 2019 ; 9 Februari 2021; 17 April 2021 ; dan dari literatur majalah
Zendingslad der Nederlandsche Hervormde Kerk, diterbitkan sejak tahun
1954-1962 khususnya informasi yang terkait dengan Maloali dan referensi
buku lainnya.

Beberapa Gambar pa Maloali …

33
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

Bagian Satu

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memasuki tahun pelayanan gereja tahun 2022, semua warga Gereja
Kristen Injili di Tanah Papua (GKI TP) patut menaikkan syukur kepada
Tuhan Yesus Kristus Sang Kepala Gereja karena pada periode
kepemimpinan Sinode GKI TP 2017-2022 Ketua Pdt. Andrikus Mofu,
M.Th, Wakil Ketua Pdt Hizkia Rollo, MM ; Sekretaris Pdt. Daniel Kaigere,
S.Si ; Wakil Sekretaris Syahnur Abas, M.Th dan Bendahara Syamas Ibu
Tresya Numberi, SE. GKI TP secara konsisten mengelola penatalayanan
khusus ibadah hari Minggu, hari raya gerejawi seperti Minggu Adven,
Malam Kudus, Natal, Kunci Tahun, 1 Januari, 5 Februari, Minggu Sengsara,
Jumat Agung, Minggu Paskah, Kenaikan Tuhan Yesus, Pencurahan Roh
Kudus, HUT GKI Di TP, pelayanan Sakramen Perjamuan Kudus, dan pada
pelayanan tahun 2022 ditambahkan lagi salah satu bagian pelayanan yang
belum disajikan kerangka khotbahnya selama ini, yaitu ibadah Kunci Bulan.
Memperhatikan keseluruhan penatalayan dimaksud maka buku pegangan
pelayanan tahun 2022 yang sedang dipegang oleh semua hamba Tuhan
dan warga jemaat agak tebal dari buku pegangan pelayanan tahun lalu.
Upaya untuk penyederhanaan isi khotbah pada setiap buku pegangan
pelayanan yang dikeluarkan terus diupayakan meskipun disadari aspek
kekurangan dan keterbatasan kemanusiawian dari pihak penyusun.
Dampak yang diharapkan muncul dari pemberlakuan buku pegangan
pelayanan setiap tahun di lingkungan GKI TP sebagaimana pengaturan
bagian tujuan pada buku pegangan pelayanan tahun 2021 poin (2)
menjadi terasa, antara lain :
(1) Teks ibadah hari minggu diharapkan digunakan sebagai teks yang
berlaku untuk satu minggu pelayanan, sehingga teks yang sama dibaca
dan dibuat refleksi pada ibadah Unsur PAR, PAM, PW, PKB,
Keluarga/Wiyk, Kunci Bulan, Ibadah Syukur untuk mengartikan setiap
satu orang dalam ibadah resmi yang dihadiri pada minggu berjalan,
diingatkan untuk terus-menerus “membaca Firman Tuhan berulang-
ulang”;

34
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

(2) Sebagian Badan Pelayan PAR di tingkat Jemaat yang agak jauh dari
kota, menggunakan teks bacaan yang berlaku bagi jemaat pada ibadah
hari minggu, digunakan sebagai materi pembelajaran Sekolah Minggu ;
(3) Sebagian warga jemaat menyampaikan “kritik” dari rasa “bosan”
membaca satu teks yang sama secara berulang-ulang dan menganggap
membaca berulang-ulang dalam satu minggu sama dengan membatasi
keluasan Firman Tuhan yang terbuka digunakan untuk konteks
pelayanan yang ada, dst
Dinamika pelayanan yang hidup dan berkembang tidak boleh membatasi
dan menekan sisi yang positif dan negatif, tetapi justru karena ada
dinamika maka suatu pelayanan yang hidup, mendapatkan perhatian
untuk dikelola secara arif dan bijaksana.
Memang, dari tahun 2020 sampai dengan 2022 kita sudah menjadi
terbiasa dengan “virus corona”, kehadirannya telah mendorong
pengelolaan pelayanan khusus jemaat-jemaat kotawi yang berada di “zona
merah” untuk berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan zaman,
misalnya jemaat-jemaat kotawi membentuk “tim IT atau Tim Multimedia
Jemaat” dan berkreasi untuk menyuguhkan “pelayanan ibadah virtual”,
sesuatu yang “aneh” dan tidak pernah “terpikirkan sebelumnya” tetapi hari
ini sudah kita bersama memasukinya dan bahkan berpartisipasi. Di sana-sini
sebagian jemaat sudah memiliki akun YouTube, live-streaming, Media
Zoom, dan lainnya, sebagian pengelolaan pelayanan sudah menjangkau
“aspek publik global tanpa batas dan sekat dinding gedung gereja”, ibadah
di dan dari rumah, hal ini memang sudah eranya, gereja dituntut untuk
melakukan pelayanan terbuka ; pelayanan manual atau non-virtual pada
era virtual juga terus digiatkan di sebagian besar jemaat yang secara
karakteristik geografis berada di pinggiran, pesisir dan pedalaman,
pelayanan manual berjalan sebagaimana adanya, sehingga sebagiannya
seperti tidak disentuh oleh yang namanya “corona-virus” dan dampak
yang ditimbulkannya. Memang dinamika ini nampak seperti “kontras”,
tetapi kita dituntut untuk giat dan terus bangkit saling melengkapi dan
saling menguatkan bersama sebagai persekutuan.
Pengelolaan pelayanan pasca-pandemi corona-virus terus digiatkan,
meskipun mentalitas pelayanan telah terbentuk, yaitu antara hari minggu

35
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

“ibadah di dan dari rumah” atau “ibadah di gereja” dengan wajib


perhatikan protokol kesehatan “prokes”.
Tahun 2022 tema utama adalah “datanglah Kerajaan-Mu” dengan sub
tema adalah “GKI TP yang Dewasa, Mandiri dan Misioner”, dengan vokus
pelayanan pada apek “Penginjilan dan Diakonia”. Diatas tema dimaksud,
bangunan pelayanan tahunan khusus di GKI TP digiatkan sebagai bagian
dari “pergumulan iman bersama” yang terwujud dengan membuat
pengelompokkan pilihan teks Alkitab, dan secara tematik dibuat
penyesuaian dengan “kalender tahunan gerejawi” yang lazim. Sehingga,
secara keseluruhan dirangkum seperti berikut :
(1) Penggunaan Teks Perjanjian Lama (PL)
(a) Kitab PL yang digunakan untuk refleksi atau khotbah berjumlah 16 Kitab
(b) Teks Alkitab PL yang digunakan sesuai pasal berjumlah 35 teks
perikop, dengan rincian sebarannya sbb :
1) Kejadian 1:24-31-2:4-9 19) Mazmur 91:1-11
2) Kejadian 2:1-24 20) Kidung Agung 8:5-7
3) Kejadian 4:1-16 21) Kidung Agung 5:9-16 – 6:1-3.
4) Keluaran 3:1-10 -1 22) Yesaya 14:9-17
5) Keluaran 12:1-28 23) Yesaya 55:10-13
6) Keluaran 29:38-46 24) Yesaya 46:1-13
7) Bilangan 18:25-32 25) Yeremia 31:31-34
8) 1Tawarik 17:16-27 26) Yeremia 10:1-16
9) Ayub 37:1-24 27)Yeremia 33:1-13
10) Mazmur 121:1-8 - 2 28)Ratapan 3:22-26 -4
11) Mazmur 33:1-22 29) Yehezkiel 28:11-19
12) Mazmur 119:105 30) Yehezkiel 37:1-4
13) Mazmur 29:1-11 31) Daniel 2:20-23
14) Mazmur 106:1-5 32)Mika 5:1-4
15) Mazmur 119:25-35 33)Hagai 2:5-9
16) Mazmur 40:1-11 34)Zakharia 9:9-10
17) Mazmur 22:23-32 35) Maleakhi 3:6-12
18) Mazmur 2:6-7
(c) Teks perikop yang paling banyak digunakan untuk PL adalah dari
kitab Mazmur, sebanyak 10 teks bacaan, sedangkan jumlah satu teks
perikop digunakan dari 8 kitab, terdiri dari kitab 1Tawarikh, Ayub,
Ratapan, Daniel. Mikha, Hagai, Zakharis dan Maleakhi

36
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

(d) Penggunaan teks sangat variatif, selain satu minggu satu teks dan
perikop, ada yang justru, dua teks dua perikop, dan bahkan teks PL
dan PB yang digunakan dalam satu kali ibadah Minggu.

(2) Penggunaan Teks Perjanjian Baru (PB)


(a) Kitab PB yang digunakan untuk refleksi atau khotbah berjumlah 15 Kitab
(b) Teks Alkitab PB yang digunakan sesuai pasal berjumlah 46 teks
perikop, dengan rincian
1) Matius 8:23-27 24) Roma 8:7-11
2) Matius 25:1-13 25) Roma 12:1-8
3) Matius 16:21-28 26) Roma 11:1-10
4) Matius 17:22-23 27) Roma 1:1-7
5) Matius 28:1-10 28) 1Korintus 15:1-10
6) Matius 24:3-14 29) 2Korintus 3:1-18
7) Matius 24:15-36 30) Galatia 5:1-15
8) Matius 1:18-25 – 2:1-12 31) Galatia 4:21-31
9) Matius 2:13-23 32) Efesus 2:4-8
10) Matius 3:1-12 33) Efesus 1:15-23
11) Markus 14:22-25 34) Filipi 2:1-11.
12) Lukas 9:43b-45 35) Filipi 3:17-21 – 4:1.
13) Lukas 23:33-43 36) Filipi 1:1-11
14) Lukas 24:36-49 37) 1Timotius 6:2b-10
15) Yohanes 9:1-12 38) 1Timotius 2:1-6
16) Yohanes 1:1-17 39) 2Timotius 2:1-13
17) Yohanes 12:20-36 40) Ibrani 13:1-3
18) Yohanes 4:21-26 41) Ibrani 7:26-28 – 8:1-2
19) Yohanes 6:25-58 42) Ibrani 11:4
20) Roma 5:1-11 – 13 43) 1Petrus 1: 24-25
21) Roma 5:12-21 44) Wahyu 20:1-6
22) Roma 6:1-14 45) Wahyu 21:9-27 ; 22:1-5
23) Roma 8:15-17 46) Wahyu 7:9-12
Teks perikop yang paling banyak digunakan untuk PB diatas dari 5
perikop adalah kitab Injil Matius 10 perikop ; Injil Yohanes 5 perikop ;
Surat Roma 8 perikop, sedangkan jumlah satu teks perikop, digunakan
dari 5 kitab, terdiri dari Kitab Injil Markus, Surat 1Korintus, 2Korintus,
2Timotius, 1Petrus

37
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

B. Tujuan
Memasuki era yang terbuka maka seluruh pelayanan wajib terbuka dan
memudahkan setiap warga jemaat untuk mengakses secara cepat, efisien
dan efektif, sehingga tujuan dari menyediakan buku pegangan pelayanan
GKI TP tahun 2022 dirumuskan sbb :
(1) Seluruh pelayanan Ibadah dalam tahun pelayanan 2022, yaitu ibadah
hari minggu, ibadah Unsur dewasa atau Sidi Jemaat seperti Persekutuan
Anggota Muda (PAM) ; Persekutuan Wanita (PW) dan Persekutuan
Kaum Bapa (PKB), ibadah Keluarga/Kelompok/Wiyk atau suatu
aktivitas ibadah yang terjadi dalam satu jemaat digairahkan untuk
membaca Alkitab secara berulang-ulang dan membuat refleksi atas teks
Alkitab dengan cara atau metode yang berbeda-beda sesuai konteks
pelayanan di jemaat. ;
(2) Agar PHMJ dan BP.PAM, BP.PW, BP.PKB yang baru terpilih untuk
periode 2022-2027 dapat menggunakan buku pegangan pelayanan ini
sebagai panduan standar pelayanan ;
(3) Agar pelayanan GKI TP dengan menyediakan buku pegangan
pelayanan ini dapat pula direplikasi untuk pelayanan pada tubuh
Kristus esa juga terbuka untuk denominasi gereja yang ada di tanah
Papua, tentu yang menyatakan minatnya untuk bersama-sama belajar
dari hal pengelolaan pelayanan ibadah tematik yang berlaku di
kalangan GKI TP.

C. Apa Yang Unik ?


Pertanyaan ini mengundang sesuatu yang berkaitan dengan “penasaran”,
kira-kira apay a jawabannya. Khusus untuk tahun 2022 pengembangan
buku pegangan pelayanan merespons beberapa masukkan yang berkaitan
dengan dua aspek, yaitu : aspek pertama menggunakan keseluruhan Kitab
Suci atau 66 Kitab PL dan PB tidak terkecuali, sehingga untuk tahun 2022
salah satu kitab yang jarang dikhotbahkan dalam ibadah resmi hari minggu
dijadwalkan, kitab itu adalah “Kitab Kidung Agung” ; aspek kedua :
pengelolaan tema-tema ibadah kunci bulan dalam tahun berjalan, selama
ini yang sudah dikelola adalah ibadah akhir bulan Desember yang
digunakan bertepatan dengan “kunci tahun”. Bila ibadah kunci bulan
Desember sudah disediakan maka sebelas bulan lainnya juga perlu dikelola,
sehingga lahirlah melalui buku pegangan pelayanan 2022 terdapat 11

38
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

khotbah khusus akhir bulan dari Januari sampai dengan November.


Dengan beberapa rinciannya sebagai berikut :
(a) Kitab Kidung Agung
Untuk menggumuli pelayanan GKI TP tahun 2022, Kitab Kidung Agung
digunakan dari 3 pasal dengan waktu ibadah paling banyak dalam 2
minggu, pada bulan Januari dan bulan September. Pasal-pasal
dimaksud, yaitu :
1) Kidung Agung 8:5-7
2) Kidung Agung 5:9-16 – 6:1-3.

(b) Khotbah Kunci Bulan


Tahun 2022 menjadi tahun pertama pelayanan ibadah kunci bulan dari
Januari sampai dengan Desember dibukukan
1) Bulan Januari : Mazmur 119:105
2) Bulan Februari : Yesaya 55:10-13
3) Bulan Maret : 1Petrus 1:24-25
4) Bulan April : Efesus 2:4-8
5) Bulan Mei : Roma 8:15-17
6) Bulan Juni : Mazmur 106:1-5
7) Bulan Juli : Mazmur 22:23-32
8) Bulan Agustus : Hagai 2:5-9
9) Bulan September : Mazmur 2:6-7
10) Bulan Oktober : 1Timotius 2:1-6
11) Bulan November : Wahyu 7:9-12
12) Bulan Desember : Mazmur 91:1-11

D. Kerangka Khotbah
Konten yang menjadi pokok utama menyediakan buku pegangan
pelayanan ada pada keseluruhan sistematika yang dianut untuk menyusun
alur kerangka khotbah atau refleksi. Sehingga buku pegangan pelayanan
yang disediakan untuk tahun 2022 konsisten dengan kerangka lazim
dimaksud. Meskipun pengembangannya dalam pelayanan tetap kita akui
bersama bahwa Roh Kudus Tuhan senantiasa menjamah dan
mengubahkan seperti yang Allah kehendaki setiap hamba Tuhan, Penatua,
Syamas, Pendeta, Guru Jemaat, Penginjil atau anggota sidi dalam struktur
Badan Pelayan PAM, PW, PKB yang berpartisipasi menggunakan teks yang
tersedia dalam pelayanan di aras jemaat setiap minggu. Memang sebagian

39
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

teolog dari kemampuan yang ada padanya tidak lupa melakukan


pendekatan hermeneutic dan homiletika terapan agar pengelolaan
pelayanan mingguan juga menyentuh aspek akademis. Adapun kerangka
khotbah yang terus dipertahankan adalah :
(1) Pendahuluan
(2) Penjelasan Teks
(3) Penerapan
Teks khotbah yang disajikan dalam buku pegangan ini sangat bervariasi
dan agak pendek atau panjang tergantung situasi penulis. Harapannya
adalah setiap pengguna buka diwajibkan untuk menjadikan buku
pegangan ini sebagai salah satu referensi pelayanan, khusus dalam kaitan
dengan teks dan tema terpilih tidak diubah, tetapi dalam rangka refleksi isi
diberikan kebebasan berkreasi dari setiap pelayan ibadah untuk
mengembangkannya lebih lanjut.

E. Pengaturan Nyanyian Pendukung Liturgi


Penyediaan nyanyian pendukung liturgi sebagaimana disyaratkan Pedoman
Pelayan GKI TP tentang penggunaan Nyanyian Mazmur dan Nyanyian
Rohani merupakan buku nyanyian wajib yang digunakan dalam seluruh
pelayanan ibadah yang berlaku di GKI TP. Sehingga, penyediaan nyanyian
pendukung liturgi turut memperhatikan aspek amanat pedoman pelayana
GKI TP dimaksud, sehingga dalam buku pegangan pelayanan diatur secara
teknis demikian :
(1) Khusus ibadah minggu yang diadakan pada hari raya gerejawi seperti :
4 (empat) Minggu Adven, 7 (tujuh) Minggu Sengsara, 7 (tujuh) Minggu
Paskah liturgi ibadah disediakan oleh DP2J GKI di TP
(2) Khusus Ibadah Hari Raya Gerejawi seperti : Malam Kudus, Natal
pertama, Natal kedua, Kunci Bulan. Tahun baru, Jumat Agung,
Kenaikan Tuhan Yesus, Pentakosta I dan Pentakosta II, HUT PI, HUT
GKI liturgi diatur oleh DP2J
(3) Pengaturan Tema Hari Raya Gerejawi diatur oleh BPAS melalui DP2J
Ibadah pada Hari Minggu diluar dari hari gerejawi dapat mengikuti
nyanyian pendukung liturgi yang tersedia dalam buku pegangan
pelayanan ini, tetapi juga nyanyian pendukung liturgi dapat dikreasikan
dengan kondisi setempat, yaitu dapat menggunakan nyanyian bahasa
lokal setempat.

40
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

F. Petunjuk Penggunaan Buku


Kepada semua Penatua, Syamas, Pendeta, Guru Jemaat, Penginjil,
Pengajar, Badan Pelayan PAR, PAM, PW, PKB sebagai pengguna utama
buku pegangan pelayanan tahun 2022 ini, memberikan perhatian terhadap
beberapa petunjuk penggunaan buku, antara lain :
(1) Hati Hamba Yang Menyembah Allah dalam Roh dan Kebenaran
(Yohanes 4:24), hal utama yang terus digiatkan adalah seorang pelayan
Tuhan “didapati memiliki waktu yang tetap, konsisten dan disiplin
memiliki relasi yang intim, akrab dengan Allahnya”.
(2) Bila sudah memiliki atau memperoleh buku pegangan ini : tersedia
waktu membaca paling lama 3 (tiga) menit, inspirasi yang muncul dari
membaca, adaptasikan secara kreatif untuk persiapan pelayanan sesuai
konteks pelayanan ibadah.
(3) Bolehkah Saat Berkhotbah Pelayan Membaca Sesuai/Seperti Yang
Terdapat Dalam Buku Pegangan Pelayanan? Buku ini hanyalah buku
panduan bagi para pelayan ibadah, sangat tidak diwajibkan untuk
berkhotba sesuai/seperti yang terdapat dalam buku ini ;
(4) Yang Memiliki Buku ini : Semua warga GKI di Tanah Papua terbuka
memiliki buku pegangan pelayanan ini, sedangkan yang diwajibkan
untuk miliki adalah Penatua, Syamas, Pendeta, Guru Jemaat, Penginjil,
Pengajar, Badan Pelayan PAR, BP. PAM, BP.PW, BP.PKB. Selain itu, bila
buku ini juga diminati oleh denominasi gereja di luar GKI TP dan ingin
memilikinya maka dapat melakukan komunikasi dengan Badan Pekerja
Klasis atau Badan Pekerja Am Sinode GKI Di Tanah Papua, atau apabila
tersedia di tokoh buku terdekat, dipersilahkan untuk memesan disana.

Semoga pelayanan yang utuh untuk tahun 2022 menjadi “penyembahan dan
pengagungan yang indah dan mulia dari tanah Papua melalui GKI di TP”
hanya kepada Bapa, Anak dan Roh Kudus, Allah Yang Esa dan Kekal. Allah
yang disembah di tanah Papua dan GKI di tanah Papua selamanya.
Kijne memandu kita melalui Nyanyian Rohani 3:1 “Hormat Bagi Allah Bapa”
Hormat bagi Allah Bapa, hormat bagi Anak-Nya, hormat bagi Roh
Penghibur KETIGANYA YANG ESA, haleluya, haleluya KETIGANYA YANG
ESA.

41
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

Bagian Kedua

ISI KHOTBAH SETIAP MINGGU,


HARI GEREJAWI DAN KUNCI BULAN TAHUN 2022

TEMA BULAN JANUARI “GKI YANG DEWASA, MANDIRI DAN MISIONER”


SABTU, I JANUARI 2022 – TAHUN BARU 2022
KALENDER GEREJAWI : PUTIH
PEMBACAAN ALKITAB : KELUARAN 3:1-10
TEMA : HIDUP BARU DALAM PEMBEBASAN TUHAN

I. PENDAHULUAN
Teofani atau penyataan diri Allah banyak kali dialami orang-orang tertentu
di lingkungan bangsa Israel. sebagaimana dialami oleh Musa, seorang
penggembala ternak milik mertuanya. Penyataan diri Allah itu ditandai oleh
peristiwa yang acapkali di luar daya nalar manusia, sehingga membuat
kagum dan heran serta mau menyelidikinya. Siapa saja menyaksikan hal-hal
yang luar biasa pasti merasa heran dan ingin tahu, tak terkecuali Musa,
yang mau menyelidiki semak duri yang tak terbakar api. Tindakan Musa
mencari tahu tersebut justru mengantarnya mengalami penyataan diri Allah.
Dan dalam penyataan diri ini Allah menyatakan diri sebagai Allah yang
kudus yang tak dapat dihampiri. Sekalipun demikian Dia bukan Allah yang
jauh tanpa kepedulian dengan bangsa Israel. Ia bahkan menyatukan diri
dan menjadi Allah para leluhur Israel, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah
Yakub. Dengan menyatakan diri sebagai Allah leluhur Israel, Ia pun
memperhatikan penderitaan dan ratap tangis bangsa itu. Dia adalah Allah
yang jauh dan sekaligus dekat dengan umat-Nya. Allah jauh karena Dia
kudus, sekaligus dekat karena dalam kekudusan itu, Allah peduli dengan
penderitaan umat-Nya. Inilah yang akan kita lihat dalam penjelasan teks
berikut ini.

II. PENJELASAN TEKS


2.1 Ayat 1-6: Allah menyatakan diri. Penyataan diri Allah itu diawali dengan
pengalaman Musa melihat semak duri dalam api yang tidak terbakar.
Penglihatan itu mendorong Musa mendekati semak duri tersebut untuk
mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi (ay 1-3). Keingintahuan ini

42
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

justru mengantarnya mengalami perjumpaan dengan Allah yang


kehadiran-Nya ditandai oleh api yang tidak menghanguskan semak duri
itu dan larangan mendekati tempat tersebut, karena tempat itu kudus
(ay 4-5). Kekudusan tempat itu menunjukkan kehadiran Allah. Dimana
saja Allah hadir tempat itu menjadi kudus. Dan mereka yang mendekati
tempat tersebut harus pula menanggalkan kenajisan dan berdiri di tanah
itu dalam kekudusan (ay s). Jadi teofani selalu menuntut dan patut
dijawab dengan hidup kudus, sebab Dia yang menyatakan diri adalah
kudus.
Penyataan diri Allah itu menjadi lebih jelas bagi Musa ketika Allah
sendiri memperkenalkan diri-Nya: “Akulah Allah ayahmu, Allah
Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub” (ay 6). Perkenalan ini
menunjukkan bahwa sekalipun Allah itu kudus dan tak terhampiri oleh
Musa, tetapi Ia adalah Allah yang berkenan menghubungkan dan
menyatukan diri dengan umat Israel melalui leluhur mereka. Jadi teofani
yang dialami Musa merupakan aktualisasi relasi Allah dengan bangsa
Israel yang sudah ada sebelumnya. Penyataan diri Allah ini bukan
sekedar memperkenalkan diri, tetapi sekaligus menyatakan kepedulian
dalam penderitaan serta membebaskan mereka dari penindasan Mesir
sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat berikut ini.

2.2 Ayat 7-10: Allah peduli dan membebaskan umat-Nya


Allah tidak sekedar menjalin hubungan dengan Israel dan menjadikan
mereka umat-Nya, tetapi juga peduli dengan kehidupan bangsa itu.
Kepedulian Allah tersebut dinyatakan dalam pernyataan ini: “Aku telah
memperhatikan dengan sungguh”, demikian firman Allah kepada Musa,
“kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar
seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka; ya,
Aku telah mengetahui penderitaan mereka”(ay 7-8).
Allah sungguh-sungguh menjadi Allah bagi umat-Nya, memperhatikan
dan mendengar seruan mereka yang naik ke takhta-Nya dari dalam
penderitaan. Perhatian yang demikian mendalam terhadap kesengsaraan
umat-Nya diikuti pula dengan tindakan nyata, yakni pembebasan
bangsa Israel dari Mesir. Untuk maksud tersebut, Allah mengutus Musa
ke Firaun dan membawa Israel ke luar dari Mesir. Kepada Musa Allah
berfirman: “Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada

43
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir”. (ay
10). Perhatian Allah dinyatakan dalam tindakan pembebasan. Allah
tidak sekedar memperhatikan dan mendengar seruan penderitaan lalu
membiarkan umat-Nya tetap sengsara. Bukan seperti itu Allah Abram,
Allah Izak dan Allah Yakub. Dia adalah Allah pembebas dan pemberi
kehidupan baru, kehidupan di tanah perjanjian yang penuh susu dan
madu (ay 8).

III. PENERAPAN
Pengalaman teofani Musa mengajarkan kita bahwa Allah adalah Allah
yang peduli dengan kehidupan umat-Nya. Dia tidak membiarkan umat-
Nya sendiri mengalami dan menjalani penderitaan dalam hidup ini.
Kebenaran ini patut diimani oleh setiap umat Allah di tengah kondisi
kehidupan yang tidak mudah hari ini.
Kepedulian Allah tersebut diwujudkan dalam pengutusan Musa untuk
melakukan tindakan pembebasan. Hari ini kepedulian dan pembebasan
Allah tersebut dijalankan oleh setiap orang percaya sebagai yang diutus
Allah. Pengutusan untuk kepedulian dan pembebasan tersebut hari ini
diuji dalam situasi masyarakat yang tidak mudah.

NYANYIAN PENDUKUNG LITURGI


1) Nyanyian Rohani 16 : 1-3
2) Nyanyian Rohani 76 : 2
3) Nyanyian Rohani 76 : 6
4) Nyanyian Rohani 77 :1
5) Nyanyian Kidung Jemaat 403: 1-3
6) Nyanyian Kidung Jemaat 407: 1-3

44
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

MINGGU, 2 JANUARI 2022


KALENDER GEREJAWI : PUTIH
PEMBACAAN ALKITAB : MATIUS 8:23-27
TEMA : HIDUP DALAM KUASA TUHAN

I. PENDAHULUAN
Banyak hal yang mengherankan selalu dilakukan Yesus ketika bersama-sama
murid-murid-Nya, seperti meredakan angin ribut dalam bacaan tersebut.
Peristiwa angin ribut diredakan menunjukkan siapa diri Yesus yang
meredakan angin ribut, tetapi juga siapa murid-murid Yesus itu dalam
menghadapi situasi yang berbahaya. Di satu pihak terlihat bahwa dalam
situasi yang berbahaya itu murid-murid merasa terancam, pada pihak yang
lain tindakan Yesus mendatangkan rasa heran bagi murid-murid dan
mempertanyakan “orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danau pun
taat kepada-Nya.

II. PENJELASAN TEKS


2.1 Ayat 23-25: Murid-murid menyikapi badai
Setelah Yesus melakukan serangkaian mujizat penyembuhan (8:1-17)
lalu Yesus bersama murid-murid menyeberang danau Galilea. Ketika
Yesus sudah ada di perahu bersama murid-murid datanglah angin ribut
mengamuk dengan hebat dan perahu tertimbus gelombang. Dalam
situasi yang berbahaya itu Yesus tidur. Sikap Yesus ini menambah rasa
takut murid-murid terhadap amukan angin dan gembong yang
menimpa perahu dengan hebat. Dalam keadaan terancam murid-murid
terpaksa membangunkan Yesus yang sedang tidur dan memohon:
“Tuhan, tolong, kita binasa” (ayat 25). Sapaan “Tuhan” yang
dikenakan pada Yesus menunjukkan keyakinan murid-murid bahwa di
tengah situasi yang membinasakan itu hanya Yesus yang berkuasa dan
dapat menolong. Dan memang hanya Yesus yang dapat menolong
mereka dari badai yang dasyat itu. Tetapi mengapa dalam situasi yang
mengancam itu murid-murid tidak berdaya. Mari kita ikuti penjelasan
ayat-ayat yang berikut.

2.2 Ayat 26-27: Tindakan Yesus dan tanggapan murid-murid


Menanggapi permintaan murid-murid, Yesus menegor mereka:
“Mengap kamu takut, kamu yang kurang percaya?”. Tegoran Yesus ini

45
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

mengungkap keadaan sesungguhnya para pengikut Yesus. Mereka


sekalipun selalu bersama Yesus dan mendengar pengajaran-Nya tetapi
tidak memiliki iman yang kuat, karena itu takut menghadapi angin
ribut dan gelombang. Rasa takut, bagi Yesus, adalah tanda mereka
kurang percaya kepada-Nya.
Memenuhi permohonan murid-murid Yesus, maka angin ribut dan
gelombang diredakan-Nya, dan ini sekaligus mempertegas sapaan
Tuhan oleh murid-murid, bahwa hanya Tuhan yang dapat menolong
murid-murid dalam situasi yang mengancam keselamatan mereka. Dan
hanya Tuhan yang bisa menundukkan kekuatan alam berupa angin dan
gelombang yang dasyat itu. Rasa heran dan pertanyaan murid-murid:
Orang apakah Dia ini, sehingga angin danau pun taat kepada-Nya,
mempertegas bahwa hanya Yesus yang adalah Tuhan berkuasa
mengatasi keadaan yang membinasakan.

III. PENERAPAN
Setiap orang, termasuk orang Kristen, banyak kali berhadapan dan
mengalami persoalan kehidupan yang tidak mudah. Terhadap kondisi
yang demikian mengandalkan kekuatan sendiri bukanlah solusi. Murid-
murid ketika mengalami kondisi yang membinasakan, mereka datang
mohon pertolongan Yesus, sebab Dialah Tuhan yang berkuasa mengatasi
kondisi yang membinasakan. Yesus adalah Tuhan, maka setiap pengikut
Kristus seharusnya tidak takut menghadapi tantangan kehidupan,
melainkan datang kepada Tuhan mohon pertolongan-Nya..

NYANYIAN PENDUKUNG LITURGI .I.


1) Nyanyian Mazmur 105 : 1-2
2) Nyanyian Kidung Jemaat 36: 1-2
3) Nyanyian Kidung Jemaat 36 :3-4
4) Nyanyian Rohani 84 : 4
5) Nyanyian Rohani 129 : 1-3
6) Nyanian Rohani 134:1-3

46
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

MINGGU, 9 JANUARI 2022


KALENDER GEREJAWI : HIJAU
PEMBACAAN ALKITAB : MAZMUR 121:1-8
TEMA : TUHAN PENOLONG KITA

I. PENDAHULUAN
Ketika ada dalam situasi yang membahayakan orang selalu mencari
pertolongan. Sumber pertolongan pun bervariasi, ada yang meminta dari
“orang pintar”, ada pula yang mengandalkan kekuatan hobatan. Bagi
orang yang percaya kepada Allah sumber pertolongannya hanya Allah saja.
Sekalipun di sekitarnya ada yang dianggap dapat menolong, tetapi hanya
Allah yang diandalkan, sebab hanya Dialah penolong yang dapat
membebaskan dari kondisi kehidupan yang tidak mudah. Mengapa
demikian? Ikuti penjelasan di bawah ini.

II. PENJELASAN TEKS


2.1 Ayat 1-2: Tuhan sumber pertolongan Mempertanyakan sumber
pertolongan hal yang biasa. Alam pun dapat dianggap dapat memberi
pertolongan. Tetapi dalam bagian ini ditegaskan bahwa pertolongan itu
hanya dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi. Pernyataan
“Tuhan yang menjadikan langit dan bumi” mempertegas otoritas Tuhan
dalam memberi pertolongan. Mencari pertolongan di luar Tuhan,
seperti pada gunung-gunung, bukan hanya mustahil, tetapi juga
menentang Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, karena alam ini
bukan tuhan, maka ditegaskan: “pertolonganku ialah dari Tuhan”!
Seperti apa Tuhan menolong? Simak penjelasan teks berikut ini.

2.2 Ayat 3-4 : Tuhan setia menjaga


Tuhan adalah penolong yang setia menjaga umat-Nya. Ia memelihara
perjalanan hidup umat dan tidak membiarkan mereka jatuh.
Pernyataan”: Ia takkan membiarkan kakimu goyah”, menunjukkan
kesetiaan Tuhan mengawal perjalanan hidup ini dan sedikitpun Ia tidak
berpaling dari umat-Nya, karena “penjaga mu tidak akan terlelap”. Jadi
Tuhan tidak hanya setia, tetapi juga konsisten menjaga umat-Nya.

47
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

2.3 Ayat 5-8 : Tuhan menjaga dan menyelamatkan


Kesetiaan Tuhan menjaga dan menolong umat-Nya dipertegas dengan
pernyataan ini: “sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur penjaga
Israel”. Tuhan benar-benar tidak lalai dan tidak pernah alpa menjaga
dan menolong umat-Nya. Penjagaan dan pertolongan Tuhan tersebut
mengandung nilai soteriologis, sebab “matahari tidak menyakiti engkau
pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam”. Dalam seluruh
waktu Tuhan menjaga dan pertolongan-Nya selalu ada. Bahkan Tuhan
akan menyelamatkan dari kecelakaan dan menjaga nyawa atau
kehidupan umat-Nya. Dan seluruh gerak kehidupan -- keluar masuk --
dijaga oleh Tuhan. Penjagaan dan pertolongan itu tidak berlaku hanya
sementara tetapi selama-lamanya. Itulah Tuhan penjaga Israel.

III. PENERAPAN
Dalam situasi kehidupan yang tidak mudah seperti hari ini kita diyakinkan
oleh Daud bahwa pertolongan kita hanya berasal dari Tuhan, sebab Dia
adalah penjaga Israel. Penjagaan dan pertolongan Tuhan itu memiliki tiga
dimensi waktu: dulu, hari ini dan akan datang, karena Tuhan itu menjaga
“keluar masukmu dari sekarang sampai selama-lamanya”. Waktu
“sekarang” berlaku pada masa Daud, dan bagi kita masa lalu, tetapi juga
berlaku pada kita yang mendengar firman itu hari ini, dan akan berlaku
sampai selama-lamanya.
Tetapi penjagaan dan pertolongan Tuhan itu tidak berlaku dengan
sendirinya. Seperti Daud, kita harus selalu bertanya: “dari manakah akan
datang pertolonganku? Penjagaan dan pertolongan Tuhan menuntut
gumul dan juang kita di hadirat Tuhan.

NYANYIAN PENDUKUNG LITURGI .II.


1) Nyanyian Rohani 3 : 1-3
2) Nyanyian Rohani 136 :1
3) Nyanyian Rohani 137 :1
4) Nyanyian Rohani 160 : 1 dst
5) Nyanyian Rohani 80 :1
6) Nyanian Kidung Jemaat 424:1-3

48
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

MINGGU, 9 JANUARI 2022


KALENDER GEREJAWI : PUTIH – PERJAMUAN KUDUS AWAL TAHUN
PEMBACAAN ALKITAB : MATIUS 25:1-13
TEMA: KESIAPAN HIDUP DALAM KERAJAAN ALLAH

I. PENDAHULUAN
Oleh kematian dan kebangkitan Yesus manusia memiliki masa depan
dalam kerajaan Allah; bahkan di dalam iman kepada Yesus masa depan itu
telah menjadi bagian kehidupan pada masa kini. Dapat dikatakan bahwa
Kerajaan Allah itu sebuah pengharapan eskhatologis yang sudah
dinyatakan. Tindakan penyembuhan orang bisu dirasuk setan yang di
lakukan Yesus misalnya menjadi keterangan bahwa Kerajaan Allah itu
sudah ada. Kata Yesus: “Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka
sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Luk 11:20).
Sekalipun demikian Kerajaan Allah itu tetap menjadi pengharapan Kristen,
dan karena itu setiap orang patut mempersiapkan diri untuk
kedatangannya.

II. PENJELASAN TEKS


2.1 Ayat 1- 4: Dua tipe penantian kerajaan Allah
Sebuah perumpamaan selalu menjelaskan apa yang sesungguhnya akan
terjadi dan bagaimana menyikapinya. Demikian halnya dengan
perumpamaan gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh
yang melukiskan penantian Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga,
sebagaimana disebutkan pada ayat 1 dan 2. Gadis-gadis itu
menggambarkan dua tipe penantian, yakni kesiapan dan ketidaksiapan.
Mereka yang bijaksana dan yang bodoh sama-sama menanti, karena
Kerajaan Sorga itu diperuntukkan bagi semua tanpa kecuali. Hanya saja
cara menanti berbeda, ada yang siap yang disebut sebagai yang
bijaksana, dan ada yang tidak siap disebut sebagai yang bodoh. Gadis
bijaksana menggambarkan kesempurnaan, sedangkan yang bodoh
melukiskan penantian yang tidak sempurna, memiliki pelita tapi tanpa
mempersiapkan minyak. Jadi penantian Kerajaan Allah menuntut
kesempurnaan, karena pemilik kerajaan itu menghendaki
kesempurnaan (Mat 5:48). Setiap orang yang oleh imannya kepada
Kristus telah mengalami kerajaan Sorga sudah harus hidup sempurna.

49
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

2.2 Ayat 5-13: Tantangan dalam penantian


Kepenuhan kehadiran Kerajaan Sorga yang dilukiskan sebagai
“perjamuan kawin”, sepenuhnya ditentukan oleh Allah. Sekalipun
dalam iman kepada Kristus Yesus suasana perjamuan kawin itu sudah
menjadi bagian kehidupan, namun kepenuhannya masih harus
dinantikan tanpa diketahui kapan terjadi. Penantian seperti ini kadang
mengandung risiko kelalaian sebagaimana digambarkan dalam ayat 5.
Karena itu penantian kepenuhan Kerajaan Sorga yang sepenuhnya ada
pada Allah mengandung makna pedagogis untuk selalu hidup
sempurna tanpa cacat di hadirat Allah, agar ketika waktu perjamuan
kawin itu tiba siap merayakan perjamuan itu (ayat 10). Celaka bagi
mereka yang tidak siap karena tidak layak merayakan perjamuan itu.
Jadi setiap saat mereka yang sudah hidup dalam suasana Kerajaan
Sorga sudah mesti menjalani hidupnya sesuai dengan nilai-nilai
kerajaan tersebut. Nasihat “berjaga-jaga” pada ayat 13 mempertegas
makna pedagogis tersebut, setiap orang yang telah mengalami Kerajaan
Sorga karena imannya kepada Kristus harus sempurna tiada bercacat.
Standar hidup Kerajaan Sorga memang demikian, dan siapa saja yang
tidak sesuai dengan standar hidup kerajaan tersebut ditegur seperti
dalam ayat 12: “sesungguhnya aku tidak mengenal kamu”. Sekali lagi
ini mempertegas prinsip kesempurnaan hidup dalam Kerajaan Sorga.

III. PENERAPAN
GKI di Tanah Papua dengan visi teologi Kerajaan Allah telah mengaris
bawahi suasana realased eschatology dari Kerajaan Allah. Di satu pihak,
GKI dan segenap warganya, kini dan di sini, sedang menjalani kehidupan
dalam Kerajaan Allah yang sudah datang dalam Yesus Kristus, tetapi
serentak dengan itu, pada pihak yang lain, kita sedang arak-arakan
bersama semua orang percaya menyongsong perayaan akbar perjamuan
kawin dalam Kerajaan Allah. Dalam hal ini, maka standar hidup Kerajaan,
Allah, hidup sempurna tanpa cacat di hadirat Allah, sudah mesti terlihat
dalam kehidupan sehari-hari. Dalil bahwa kita masih hidup di dunia, jadi
tidak mungkin sempurna, bukan prinsip hidup dalam GKI yang
mempunyai visi teologi Kerajaan Allah. Apalagi GKI ini mengaku bahwa ia
bagian dari gereja yang kudus.

50
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

MINGGU, 16 JANUARI 2022


KALENDER GEREJAWI : HIJAU
PEMBACAAN ALKITAB : MAZMUR 33:1-22
TEMA : BUMI PENUH KASIH SETIA TUHAN

I. PENDAHULUAN
Salah satu wujud relasi umat pilihan dengan Allah ialah bersyukur atas
karya keselamatan Allah di antara umat itu. Karena itu para pemimpin
umat selalu mengingatkan dan mengajak umat Allah untuk bersyukur
kepada-Nya. Ajakan ini tentu beralasan, dan ini selalu terletak pada Allah.
Tidak ada sesuatu yang dapat diperhitungkan pada umat untuk menjadi
alasan bersyukur kepada Allah. Ini menjadi karakter hidup umat pilihan
Allah, sebuah pola kehidupan yang teosentris, berpusat pada Allah. Karya
keselamatan Allah di antara umat itu menjadi alasan untuk umat harus
memiliki rasa takut kepada Allah, yaitu umat yang senantiasa menyembah
Allah, sebab rancangan-Nya tidak pernah gagal dan berlangsung turun-
temurun di tengah umat pilihan. Karena itu sudah sepantasnya mereka
berbahagia punya Allah yang kasih-setia-Nya selalu menyertai.

II. PENJELASAN TEKS


2.1 Ayat 1-3: Ajakan memuji Tuhan
Dalam banyak bagian kitab mazmur menunjukkan ajakan kepada umat
Allah untuk memuji Tuhan sebagaimana terdapat pada Mazmur 33.
Ajakan memuji Tuhan itu diungkap dalam kata-kata: “bersorak-
sorailah”, “bersyukurlah” dan “nyanyikanlah”. Bersorak-sorak
menggambarkan suasana hati yang bergembira dan ditujukan kepada
umat pilihan yang disebut sebagai “orang-orang benar dalam Tuhan”.
Keberadaan sebagai orang benar karena ada di dalam Tuhan, di luar
Dia tidak ada kebenaran. Orang yang ada dalam Tuhan pun disebut
sebagai “orang-orang jujur”, dan orang seperti itu memuji Tuhan
adalah sebuah keniscayaan.
Ajakan berikutnya ialah bersyukur. Mempertegas ajakan bersorak-
sorak, bersyukur diwujudkan melalui alat-alat seperti kecapi, gambus.
Memainkan alat-alat tersebut harus dengan sorak-sorai, sehingga
terlihat suasana bersyukur kepada Tuhan. Penggunaan alat-alat itu
harus pula disertai dengan “nyanyian baru”. Sebuah nyanyian

51
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

mengungkapkan pengalaman hidup. Maka pengalaman hidup dalam


karya keselamatan Allah sudah harus melahirkan nyanyian kehidupan
yang baru. Jangan hanya kata-kata dalam nyanyian itu baru, tetapi
praksis kehidupan itu lama; ini sama dengan “latihan lain, main lain”!
Jadi ajakan memuji Tuhan menyentuh segenap aspek kehidupan: kata
dan perbuatan!

2.2 Ayat 4-7: Alasan memuji Tuhan


Umat pilihan itu patut bersorak-sorak, bersyukur dan nyanyikan
nyanyian baru, sebab Allah telah melakukan karya keselamatan di
tengah mereka. Sesuai dengan firman-Nya Allah setia mengerjakan
sesuatu demi kebaikan umat-Nya. Allah menyukai keadilan dan hukum,
sehingga bumi penuh kasih-setia-Nya. Dengan berfirman Allah pun
menciptakan langit dan bumi yang di dalamnya dibentuk air laut dan
samudera raya. Semuanya dikerjakan Allah untuk kehidupan umat
pilihan itu; karenanya mereka patut memuji Allah.

2.3 Ayat 8-11: Ajakan takut akan Tuhan


Allah yang ketika berfirman semua terjadi sesuai perintah-Nya
menunjukkan kemahakuasaan-Nya atas semua bangsa di bumi. Karena
itu bukan hanya bangsa pilihan, Israel yang harus memuji dan takut
kepada Allah, melainkan “semua penduduk dunia” patut gentar
terhadap Allah. Allah dalam kemahakuasaan-Nya dapat
“menggagalkan rencana bangsa - bangsa” dan “meniadakan rencana
suku-suku bangsa”. Sementara itu rencana Allah sendiri tidak
seorangpun dapat menggagalkannya.

2.4 Ayat 12-22: Ajakan berbahagia karena Allah


Bagi bangsa yang Allahnya Tuhan yang mahakuasa itu patut berbahagia
sebab disamping Dia berkuasa atas bangsa - bangsa secara khusus Dia
peduli dengan “suku bangsa yang dipilih-Nya menjadi milik-Nya
sendiri”. Sekalipun demikian kepedulian Allah merata bagi semua
manusia. “Tuhan memandang dari sorga, Ia melihat semua anak
manusia”. Ini petunjuk kasih setia Tuhan memenuhi seluruh bangsa.
Bagi mereka yang sungguh-sungguh takut dan berharap akan kasih
setia-Nya. Ia “melepaskan jiwa mereka dari pada maut” serta

52
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

“memelihara hidup mereka pada masa kelaparan”. Ini kepedulian dan


pemeliharaan Tuhan yang holistik, menyentuh seluruh aspek
kehidupan. Dan oleh karena Tuhan begitu memperhatikan umatnya,
sebuah pengakuan serta doa dan harapan dicatat di akhir mazmur ini:
“Ya, karena Dia hati kita bersukaria. Sebab kepada nama-Nya yang
kudus kita percaya. Kasih setia-Mu ya Tuhan, kiranya menyertai kami,
seperti kami berharap kepada-Mu”.

III. PENERAPAN
Memuji dan memuliakan Allah bagi umat Tuhan adalah sebuah
keniscayaan. Bukan karena alasan yang antroposentis, berpusat pada
manusia, melainkan karena Allah. Iman orang Kristen berpusat pada
Allah, karena karya keselamatan-Nya. Karya keselamatan ini adalah
wujud kepedulian Allah dan ini patut disyukuri. Orang Kristen bisa
menggunakan unsur-unsur budaya untuk memuji Allah sebagaimana
disebutkan dalam ajakan Daud bagi bangsa Israel.

NYANYIAN PENDUKUNG LITURGI .I


1) Nyanyian Rohani 2 :1-2
2) Nyanyian Rohani 138 :1
3) Nyanyian Rohani 138 : 3
4) Nyanyian Rohani 77: 1
5) Nyanyian Kidung Jemaat 387: 1 dst
6) Nyanian Kidung Jemaat 400:1 -3

53
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

MINGGU, 23 JANUARI 2022


KALENDER GEREJAWI : HIJAU
PEMBACAAN ALKITAB : IBRANI 13:1-3
TEMA : KASIH DAN PERSAUDARAAN YANG RUKUN

I. PENDAHULUAN
Orang Kristen adalah orang berdosa yang dibenarkan Allah dalam Kristus,
dan hidup dalam kasih kepada Allah dan sesama manusia. Kasih ini bukan
kasih duniawi yang dapat dijumpai dalam berbagai tradisi dan kebudayaan,
melainkan kasih sorgawi, kasih Allah, yang dilakukan sekalipun manusia
tidak pantas menerimanya. Dalam tradisi dan budaya tertentu kasih itu
bersifat eksklusif, tetapi kasih Allah berlaku untuk semua orang. Maka
dalam terang kasih Allah semua orang bersaudara, yang diwujudkan dalam
tindakan nyata, seperti memberi tumpangan bagi orang lain. Oleh sebab itu
kasih Kristen adalah kasih persaudaraan!

II. PENJELASAN TEKS


2.1 Ayat 1: Ajakan memelihara kasih persaudaraan
Ketika kekristenan mulai berkembang di antara orang Yahudi dan
bukan Yahudi, muncul pertanyaan, apa kekhasan Kristen dibanding
dengan agama sebelumnya? Maka surat Ibrani secara khusus dalam ayat
ini menyebut “kasih persaudaraan”. sebagai karakter kekristenan. Kasih
ini berbeda dengan kasih Yahudi yang eksklusif, karena kasih
persaudaraan berlaku bagi siapa saja tanpa kecuali. Ini kasih yang
berlaku bagi orang Kristen, dan kasih ini harus dipelihara dan
dipertahankan.

2.2 Ayat 2-3: Wujud kasih persaudaraan


Kasih persaudaraan adalah kasih yang implementatif, yang terwujud
dalam tindakan kepada sesama manusia, tanpa melihat latar belakang
orang yang dikasihi. Salah satu wujudnya ialah “memberi tumpangan
kepada orang” lain, siapapun orang itu. Tindakan ini menunjukkan
kualitas kekristenan yang luar biasa, karena dianggap sebagai tindakan
yang dilakukan kepada malaikat. Diingatkan untuk selalu melakukan
hal tersebut. “Jangan kamu lupa memberi tumpangan”. Mengapa?
“sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak
diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat”.

54
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

Selain memberi tumpangan, diingatkan juga untuk memperhatikan


“orang-orang hukuman” dan “orang-orang yang diperlakukan
sewenang-sewenang”. Alasan untuk peduli dengan orang-orang
hukuman “karena kamu sendiri adalah orang-orang hukuman”. Sebuah
pernyataan yang menunjukkan kesamaan derajat antara yang
mengasihi dan dikasihi, dan karena itu diantara mereka harus ada rasa
persaudaraan dan kepedulian. Alasan untuk memperhatikan orang-
orang yang diperlakukan sewenang-sewenang adalah “karena kamu
sendiri juga masih hidup di dunia ini”. Harus ada sikap kebersamaan
dan persaudaraan di antara sesama penghuni dunia. Ini sikap Kristen
yang selalu harus diingat dan diberlakukan. Seruan “ingatlah”
menegaskan bahwa sikap kebersamaan dan persaudaraan tidak dapat
diabaikan dalam kehidupan orang Kristen.

III. PENERAPAN
Mempedulikan orang lain dalam masyarakat bukan hal yang asing, tetapi
peduli dengan semua orang tanpa melihat latar belakang seseorang
merupakan kekecualian. Karena kasih dalam banyak tradisi dan budaya
dipahami dalam kerangka pikir yang eksklusif. Dalam kekristenan
pemahaman yang demikian tidak berlaku, karena kekristenan mendasari
relasi sosial dengan kasih Allah, kasih yang berlaku bagi semua orang
tanpa kecuali. Kasih Allah itu menempatkan semua orang sebagai
saudara. Kasih Kristen adalah kasih persaudaraan. Pengkotakkan sosial
dalam hidup bergereja dan bermasyarakat bukan pola hidup Kristen.
GKI di Tanah Papua menggarisbawahi kasih persaudaraan itu dalam jati
dirinya sebagai koinonia atau persekutuan. Pola pikir eksklusif berupa
kelompokisme berdasarkan suku, budaya dan kepentingan menodai
kekudusan gereja ini. Dalam jati diri sebagai persekutuan, kasih
persaudaraan adalah pola hidup bergereja dan bermasyarakat bagi setiap
warga GKI di Tanah Papua.

NYANYIAN PENDUKUNG LITURGI .II.


1) Nyanyian Rohani 5 :1-3
2) Nyanyian Kidung Jemaat 26:1
3) Nyanyian Kidung Jemaat 27:1
4) Nyanyian Rohani 133: 1 dst
5) Nyanyian Rohani 77 : 3
6) Nyanyian Rohani 162:1-3

55
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

MINGGU, 30 JANUARI 2022


KALENDER GEREJAWI : HIJAU
PEMBACAAN ALKITAB : KIDUNG AGUNG 8:5-7
TEMA : MENYATU DALAM CINTA TUHAN

I. PENDAHULUAN
Kidung Agung atau juga acap disebut Kidung Salomo merupakan kumpulan
nyanyian dan puisi mengenai relasi cinta seorang laki-laki dan perempuan.
Banyak tafsiran mengenai relasi ini, tetapi dalam kerangka pemberitaan
firman hubungan cinta itu akan ditempatkan dalam kerangka relasi cinta
Kristus dengan umat-Nya.

II. PENJELASAN TEKS


Ayat 5-7: Kekuatan cinta
Cinta selalu mendorong orang yang dilanda cinta untuk berjumpa satu
dengan yang lain. Apapun situasi yang harus dilalui tak menghalangi niat
untuk berjumpa. “Siapakah dia yang muncul dari padang gurung”
mengungkap tekat yang kuat kendati melalui “padang gurung” agar bisa
menyatu dengan yang dicintai dan “bersandar pada kekasihnya”. Cinta
menyatukan dan sekaligus menjadi perekat kesatuan itu. Hal ini dengan
puitis dilukiskan seperti ini: “tarulah aku seperti meterai pada hatimu,
seperti meterai pada lenganmu”. Kekuatan cinta untuk menyatu begitu
kuat sehingga tak seorangpun dapat membendungnya. Sama seperti maut
tidak ada yang mampu menghalanginya, demikian juga kekuatan cinta
untuk menyatukan. Hal ini dilukiskan demikian: “karena kekuatan cinta
seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati”. mereka yang
dilanda cinta pun tak kuat memadamkan kobaran api cinta, “sebab
“nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api Tuhan”. Tak seorangpun
yang bisa memadamkan “nyala api Tuhan”, begitu juga nya api cinta.
Bahkan “air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak
dapat menghayutkannya”. Seperti itu pula cinta Allah pada manusia,
sebagaimana dicatat oleh Yohanes (3:16).

III. PENERAPAN
Dosa memisahkan manusia dengan Allah, dan tak seorang pun dapat
mempertemukan manusia dengan Allah, karena di dalam kedosaannya

56
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

manusia tidak memiliki kapasitas untuk menjumpai Allah, Apa yang


mustahil bagi manusia, tidak bagi Allah, dan perjumpaan itu terjadi atas
tindakan Allah, karena cinta-kasih-Nya yang begitu kuat kepada manusia.
Cinta Allah mempertemukan dan menyatukan kembali manusia dengan
khaliknya. Bahkan Allah telah menempel cinta-nya seperti meterai (melalui
Roh Kudus) di dalam hati kita, dan Ia mendiami segenap diri kita (1 Kor
3:16). Kita pun dituntut mencintai Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal
budi (Mat 22:37-39). Seperti seorang laki-laki dan perempuan yang dilanda
cinta demikian pula seharusnya kita menghayati relasi cinta kita kepada
Allah. Amin

NYANYIAN PENDUKUNG LITURGI .I.


1) Nyanyian Rohani 7 : 1-3
2) Nyanyian Rohani 142: 1
3) Nyanyian Rohani 147:3
4) Nyanyian Rohani 80:2
5) Nyanyian Rohani 76 : 1 dst
6) Nyanyian Kidung Jemaat 376:1-2

57
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

SABTU, 31 JANUARI 2022 – IBADAH SYUKUR KUNCI BULAN JANUARI


KALENDER GEREJAWI : MINGGU BIASA - HIJAU
PEMBACAAN ALKITAB : MAZMUR 119:105
TEMA : FIRMAN TUHAN PENERANG DAN
PENUNTUN JALAN KEHIDUPAN

I. PENDAHULUAN
Kitab Mazmur pasal 119, adalah salah satu sajak terpanjang di dalam
seluruh kitab Mazmur dan juga di dalam Alkitab. Di mana Mazmur ini
memiliki 176 ayat. Keseluruhan Mazmur 119 ini berbicara tentang “Kasih
kepada Tuhan dan Taurat-Nya”. Dalam pengembaraannya di dunia,
pemazmur mengedepankan Taurat atau Firman Tuhan sebagai hal yang
sangat pokok di dalam hidupnya. Kata Taurat perlu dimengerti secara luas.
Di dalam Ulangan 4:5 Taurat mengandung arti ketetapan dan peraturan
yang diberikan Tuhan bagi Israel sebelum memasuki Tanah Kanaan. Yang
dimaksud adalah Pemazmur menyatakan kekagumannya kepada Tuhan
dan segala Firman-Nya bahwa Firman Tuhan itu berkuasa melindungi dan
dia sungguh menambatkan hatinya hanya kepada segala Firman Tuhan
tanpa mempedulikan berbagai situasi sulit yang dihadapinya. Kekaguman
pemazmur akan Taurat atau Firman Tuhan hendak meyakinkan kita
bahwa: Firman Allah mengandung prinsip-prinsip rohani yang akan
membantu kita menjauhi banyak kesusahan, perangkap, dan tragedi yang
disebabkan oleh keputusan dan pilihan yang salah; oleh karena itu, kita
harus menghargai hikmat-Nya dan berpegang teguh pada ketetapan-
ketetapan-Nya dalam segala situasi kehidupan. Yang dimaksud ialah
seluruh wahyu Tuhan serta pernyataannya yang menjadi pemimpin
manusia kepada kebahagiaan dan keselamatan. Pemazmur sungguh
mencintai Taurat sebagai karunia Tuhan yang unggul. Dengan sebulat hati
ia menyerahkan diri kepada Taurat oleh karena dengan jalan itu ia
menyerahkan dirinya kepada Tuhan sendiri.

II. PENJELASAN TEKS


Dari teks Mazmur 119:105 ini, menunjukkan kepada kita dua fungsi dari
Firman itu sendiri, yakni :
2.1. Fungsi Firman Tuhan “Sebagai Pelita”. Bagian ini menerangkan
kepada kita bahwa Firman Tuhan dilambangkan sebagai Pelita dalam

58
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

perjalanan hidup manusia. Itu berarti Firman Tuhan berfungsi sebagai


alat penerang. Pelita di sini adalah benda penerang yang terbuat dari
wadah yang membutuhkan sumbu, minyak dan api. Jika salah satu
dari bagian ini tidak ada, maka benda penerang itu dipastikan tidak
akan menyala atau memancarkan cahayanya. Sebuah pelita atau alat
penerang pasti selalu dibutuhkan di tempat yang gelap. Karena itu di
dalam Perjanjian Baru, Matius 25:1-13, mengajarkan kepada kita
tentang kesiapsiagaan umat percaya dalam menanti kedatangan
Tuhan pada kali ke dua yakni dengan mempersiapkan pelitanya yang
harus lengkap dengan bahan bakar minyak. Betapa pentingnya pelita
yaitu Firman Tuhan dalam kehidupan manusia. Dapatkah kita
membayangkan keberadaan kita di suatu tempat yang gelap tanpa
alat penerang? Kita pasti akan meraba-raba, kita juga pasti akan
tersandung dan akan jatuh, kita juga akan memilih jalan yang salah.

2.2. Fungsi Firman Tuhan sebagai ‘Terang’ (penerang). Dalam fungsinya


yang kedua inipun Firman Tuhan dilambangkan sebagai penerang.
Pelita adalah alat penerang. Setelah kita membutuhkannya, maka kita
akan menyalakannya supaya fungsinya itu benar-benar teraplikasi saat
dibutuhkan di tempat yang gelap. Sifat dari terang itu adalah
menunjuk objek yang tidak terlihat serta membawa kebahagiaan bagi
orang yang tinggal di dalam kegelapan. “Allah sendiri melihat bahwa
terang itu baik lalu dipisahkan-Nya terang dari gelap” (Kej.1:4). Tanpa
penciptaan ini, maka dunia kita akan benar-benar menjadi tempat
yang gelap. Kata terang di sini mengandung makna sebagai sesuatu
yang baik. Adakah kita senang berada di tempat yang gelap?
Meskipun ada manusia yang suka berada di dalam ‘kegelapan’,
namun Sifat manusia pada dasarnya adalah senang berada di tempat
yang terang sebab dia akan merasa bebas berkarya dan beraktifitas
dibandingkan berada di tempat yang gelap. Dari kedua fungsi
tersebut di atas, maka diberi pemahaman dari hikmat Tuhan bahwa
Firman Tuhan itu berfungsi sebagai pelita yang harus selalu ada di
tengah-tengah kehidupan kita sebagai orang-orang percaya, maupun
dalam fungsinya sebagai penerang bagi hidup kita. Firman Allah itu
menunjukkan kepada kita hal yang salah dan yang dapat
membahayakan kita. Pelita dan terang itu membimbing kita dalam
pekerjaan dan jalan kita.

59
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

III. PENERAPAN
Keuntungan yang kita peroleh dari firman Allah. Firman itu tidak saja
menjadi terang bagi mata kita, untuk memuaskan mata serta mengisi
kepala kita dengan pemikiran, tetapi juga menjadi terang bagi kaki kita
dan jalan kita. Firman-Nya membimbing kita dalam menata perilaku kita,
baik untuk memilih jalan kita secara umum, maupun menentukan langkah-
langkah khusus yang perlu kita ambil di jalan itu, supaya kita tidak
menempuh jalan yang salah atau langkah yang menyesatkan. Kita akan
benar-benar merasakan kebaikan Allah kepada kita bahwa Ia telah
memberikan pelita dan terang seperti itu ketika kita menjadikannya
sebagai penuntun bagi kaki kita dan jalan kita.
Mengakhiri bulan pertama di tahun yang baru ini kita yakin dengan
sungguh bahwa perjalanan hidup kita tentu saja telah diterangi dan
dipimpin oleh Firman Tuhan. Sehingga untuk memasuki bulan yang baru di
tahun yang baru ini, kita percaya bahwa kita akan terus dipimpin oleh
Tuhan dengan Firman-Nya. Sehingga apapun situasi yang akan kita hadapi,
Firman Tuhan harus tetap menjadi penerang bagi jalan kehidupan kita.
Firman Tuhan harus tetap menjadi pegangan di dalam seluruh langkah
hidup kita. Di dalam Firman-Nya kita memahami segala kehendak Tuhan
bagi kehidupan kita. Amin.

60
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

TEMA BULAN FEBRUARI: “GKI YANG DEWASA, MANDIRI DAN MISIONER”


SABTU, 5 FEBRUARI 2022
KALENDER GEREJAWI - HUT 167 TAHUN PI DI TANAH PAPUA - MERAH
PEMBACAAN ALKITAB : YOHANES 9:1-12
TEMA : PAPUA DALAM KARYA ALLAH

I. PENDAHULUAN
Perayaan syukur 167 tahun usia Pekabaran Injil di tanah Papua tahun 2022,
kita sedang rayakan dalam suasana pandemic covid-19. Dengan sorotan tema
yang focus kepada kesadaran iman tentang “sejak semula Allah sudah
menentukan Papua tempat berlangsungnya karya Allah”. Dulu tanpa Injil
Papua mendapatkan ejekkan, seperti “negeri kelam, negeri hitam, negeri
penghuni Iblis, negeri orang keriting yang identik dengan kebodohan, negeri
penyedia mahar perbudakkan, kanibal, pengayau, perang suku, pendendam,
bengis, kuasa hobatan, kotor”. Papua itu adalah bangsa Tabi, bangsa Saireri,
bangsa Anim-ha, bangsa Meepago, bangsa Lapago, bangsa Domberai, bangsa
Bomberai. Dan sekarang ini di Papua termasuk di dalamnya ada bangsa
Maluku, bangsa Sangir, bangsa Bugis-Makasar, bangsa Jawa, bangsa Batak
dan semua bangsa yang lain di dunia. Kita datang dari keadaan dahulu
“tanpa Injil” sebagai kondisi “tanpa Allah”
Mengenal karya Allah di Papua kita temukkan jejaknya melalui jejak para
zendeling dan kemudian dilanjutkan oleh goeroe Jemaat. Sebagian nama
zendeling dan goeroe jemaat tercatat di haribaan Tuhan dan di benak
terdalam Papua. Allah yang memilih Gossner dan Heldring, menggerakkan
penginjilan, kemudian terpilih dan diutus Ottow dan Geissler sebagai peletak
dasar terang Injil bagi bangsa Papua. Terang Injil merambat mula-mula dari
Mansinam, kemudian Allah menggerakkan UZV melengkapi penginjilan di
Mansinam Papua dengan mengutus J. L van Hasselt, Jaesrich, Otterspoor,
dari Mansinam terang Injil merambat ke Doreh oleh Jaesrich, Kwawi oleh J.
L van Hasselt, ke Rhoon oleh Beyer, van Balen, Splunder, Bink, ke Moomi
oleh Meeuwig, ke Meoswar oleh Mosche, Rhinnooy, ke Andai oleh
Woelders, Jens, Metz, ke Miei Starenburg, ke Biak oleh Jens, ke Windesi,
Inanwatan oleh Muylwijk, ke Fakfak oleh Bouth, ke Serui, Biak, Sarmi,
Holandia oleh F.J. F van Hasselt kemudian dilanjutkan oleh Jens di Biak,
Bouth ; Bijkerk, Agter de Neef, Schneider di Holandia, di Sarmi oleh Agter de
Neef dan Werkman, di Serui-Yapen oleh Bouth, Agter de Neef dan selain

61
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

para zendeling ada juga sejumlah goeroe jemaat yang turut serta
merambatkan Injil seperti : Johana Rumadas di Andai (1885) ; Josefus
Tomahu Guru Ambon pertama di Kwawi (1894) ; Jonathan Ariks di Amban
(1896) ; Petrus Kafiar di Biak (1897) ; Timotius Awendu Teolog Papua
pertama lulusan Depok 1897 di Mansinam, Apituley di Rhoon 1901, Huwae
di Andai 1908, Tamtelahitu di Kwawi 1909, Polnaya di Samate 1914,
Latumahina di Wariab 1911, Maitimu di Mandori 1911, F. Warin di Pakriki
1909, Tomasoa di Dwar 1909. Amos Pasalbessy di Tablasupa – Tanah Merah
1911, dan masih banyak zendeling dan guru jemaat lainnya yang dipilih dan
dipanggil Tuhan untuk merambatkan terang Injil Tuhan Yesus di negeri yang
disematkan dengan nama negeri Nieuw Guinea.

II. PENJELASAN TEKS


2.1. Ayat 1 – 2 Hal buta diperhadapkan dari persepsi Tradisi dan Tuhan
Kata “buta” merupakan kata keterangan akusatif yang memiliki
hubungan dengan orang ketiga laki-laki - “dia” seorang yang sedang
mengalami cacat fisik atau “penderita kebutaan”. Polemik sekitar
distabilitas sepertinya menjadi perdebatan yang dikaitkan dengan
hukum tradisi dan hukum Allah. Status Yesus untuk konteks ini murid-
murid menyebut “Rabi” atau “Guru” atau orang yang memiliki kuasa
atau sumber kuasa natural dan supranatural. Karena itu, murid-murid-
Nya pertanyaan beruntun menggunakan gaya bahasa “tuduhan”,
“seseorang buta sejak lahir, tuduhan para murid Yesus “siapa yang
berbuat dosa?, orang ini atau orang tuanya?”.

2.2. Ayat 3 – 7 “orang buta sejak lahir” dan kesembuhannya menjadi alat
kesaksian menyatakan pekerjaan Allah
Kita menemukan lima hal dalam respons Yesus kepada murid-murid-
Nya pada bagian kedua ini, ke-empat hal dimaksud, antara lain :
(1) Respons Yesus. Yesus tidak tertarik tentang hal dosa, apalagi
menuduh dan mencari-cari sebab dari manusia yang berkebutuhan
khusus, tuduhan itu “tidak logis” dan tidak semestinya. Jawaban
Yesus menolak tuduhan dengan mengatakan kata “bukan”,
menariknya kata “bukan” atau “oute” Yesus menggunakan dua kali
sebagai kata konjuksi atau penghubung antara dia si “buta sejak
lahir” dan pengasal si buta atau “orang tua”, keduanya dalam
peristiwa “seorang anak yang lahir buta “tidak dapat dihubungkan
dengan dosa”.

62
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

(2) Kata “menyatakan” bukan “apokalupto” tetapi kata “panerote”


dari kata “panero”. Menarik untuk diperhatikan dan diulas disini.
Sesungguhnya Yesus Sang “Apokalupto Agung”, bahwa dunia
sebelum Yesus buta melihat Tuhan, dalam Apokalupto Agung
melalui Allah yang telah menjadi manusia, dunia melihat Allah
secara figurative dalam Kristus. Dalam konteks “orang buta sejak
lahir” Yesus menggunakan kata “panerote” sebagai kata kerja
bentuk pengandaian (subjunktiv) untuk orang ketiga tunggal laki-
laki “dia” yang sebentar lagi akan mengalami perubahan bentuk,
yaitu dia sejak lahir tidak melihat akan mendapatkan bentuk
melihat yang sama dengan orang yang melihat sejak lahir. Inilah
penampakan diri dari yang tidak mungkin “buta sejak lahir”
menjadi mungkin “melihat sama seperti manusia yang dapat melihat
pada umumnya” itulah pekerjaan Allah yang berpusat pada Yesus,
dan itulah “panero”.
(3) Waktu bekerja (ay 4). Sikap Yesus menerima kebiasaan pembagian
waktu untuk aktivitas atau waktu kerja bagi manusia yang berlaku
umum, yaitu siang adalah waktu kerja dan malam adalah waktu
istirahat dari bekerja. Ini merupakan bentuk gaya bahasa kiasan,
dengan jalan ini Yesus menjelaskan tentang 4 hal, pertama : waktu
siang berkaitan dengan waktu sekarang ini saat Yesus hadir bersama
para murid ; kedua : mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus
Aku berkaitan dengan kuasa Allah ; ketiga saat malam sebagai
bentuk lain dari kehidupan dunia tanpa mengenal Yesus dan ;
keempat : tidak ada seorangpun yang bekerja waktu malam
memiliki arti yang sama dengan keadaan tanpa kuasa Tuhan
“dynathai ergazesthai” atau bekerja tanpa kuasa Allah ;
(4) Deklarasi Yesus tentang kuasa terang Allah bagi dunia (ay 5). Satu
kata penting yang digunakan dua kali adalah kata “dunia”. Yang
pertama dunia atau “kosmo” adalah “kata benda bentuk dativ”
menunjuk kepada hakekat “dunia ciptaan yang dihuni oleh manusia
berdosa dan fana” ; Yang kedua dunia atau “kosmou” adalah “kata
benda genitive” artinya “dunia mula-mula sejak diciptakan diliputi
oleh Sang Terang tak terbatas”.
(5) Menyatakan pekerjaan Allah (ay 6-7). Fungsi fisiologis mata tidak
berfungsi sejak kelahiran. Apakah dokter atau analis dan apoteker
memberikan hasil diagnosa untuk suatu tindakan medis dengan cara
yang demikian : air ludah dan tanah yang bercampur air ludah,
dioleskan ke mata pasien, lalu terjadilah pertumbuhan fungsi saraf
mata dan hasilnya adalah “pasien buta sejak lahir dapat mengalami
kehidupan terang karena ia sendiri sudah melihat”.

63
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

2.3. Ayat 8 – 12 Persepsi sekelompok orang sekitar orang buta yang bisa
melihat karena Yesus.
Tanggapan orang terhadap perubahan yang temukan pada seorang
yang dahulu buta sejak lahir, sekarang melihat seperti sedia kala,
terdapat tiga persepsi :
(1) Persepsi pertama : pertanyaan dengan gaya bahasa sindiran
“bukankah dia ini yang selalu mengemis?”
(2) Persepsi kedua : gaya bahasa pembahasan sebagai sanggahan atau
jawaban atas pertanyaan (bukankah dia ini yg selalu mengemis?),
terdapat dua sikap : sikap pertama adalah mengakui perubahan fisik
dari tidak melihat menjadi melihat dari orang yang mereka kenal
dan ; sikap kedua adalah kelompok yang tidak mengakui perubahan
fisik dari si buta sejak lahir, dan mereka mengemukakan alasan
bahwa “ada orang serupa yang melihat dan tidak buta.
(3) Persepsi ketiga : bila benar ini orang yang dahulu buta, dan ia
sendiri bersaksi tentang kebenaran masa lalunya yang buta, maka
kedua kelompok kembangkan pertanyaan tentang pelaku yang
menjadikan seorang buta dapat melihat sebagaimana adanya,
pertanyaan mereka “bagaimana matamu menjadi melek?”
jawabnya : bukan merujuk ke tugas tabib kesehatan tetapi ia
mengatakan satu pribadi dari kata orang namanya “Yesus”.

III. PENERAPAN
Saat ini GKI dan gereja-gereja di tanah Papua merayakan 167 tahun PI di
tanah Papua, saat yang sama teks hari ini seperti menyadarkan kita
tentang sikap sebagian warga gereja atau warga jemaat yang belum
terbuka melayani orang berkebutuhan khusus atau kaum distabilitas.
Bila zaman Yesus hidup dan berkarya, pertanyaan zaman itu sudah
diwakili oleh para murid Yesus yang menunjukkan bahwa kaum distabilitas
masih disepelekan, bahkan kesembuhan yang dicapai tidak menjadi berita
sukacita seperti yang nyata dari (ayat 8 – 12), maka kita diarahkan oleh
teks hari ini, saat mencapai 167 tahun PI di tanah Papua, segera gereja-
gereja di tanah Papua, khususnya GKI di tanah Papua dituntut untuk
menghadirkan “tanda-tanda kerajaan Allah” dengan mengarahkan
pelayanan khusus kepada kaum distabilitas, semoga pada Sidang Sinode
tahun 2022 ini pemimpin yang terpilih benar-benar menata pelayanan GKI
di Tanah Papua sebagai pelayanan gereja GKI yang ramah kaum difabel.
Amin.

64
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

MINGGU, 6 FEBRUARI 2022


KALENDER GEREJAWI : HIJAU
PEMBACAAN ALKITAB : RATAPAN 3:22-26
TEMA : CINTA TUHAN KEKAL BAGI KITA

I. PENDAHULUAN
Kita baru saja, merayakan 167 tahun Pekabaran Injil di tanah Papua
sebagai hari kasih karunia Allah yang sudah mendatangi Papua. Secara
spiritual dari kasih karunia Allah itu, telah turut melahirkan Papua untuk
selamanya menjadi anak-Nya yang kekasih. Cara Tuhan memilih Papua
sangat unik, keunikan itu ditemukan dari kisah berikut.
Demi perubahan Papua Allah bekerja di benua biru Eropa, suatu benua yang
sudah mengalami perubahan karena Injil. Di sana Allah berkenan mengubah
jalan kehidupan Gossner, seorang pastor Katolik yang kemudian menjadi
Pendeta di Jerman. Allah berkenan mengubah jalan hidup Carl Wilhelm
Ottow dan Johann Gottlob Geissler anak-anak muda yang mestinya
“menikmati kejayaan kemajuan Jerman”. Allah berkenan memilih Heldring
seorang Pendeta Belanda untuk mengakomodir anak-anak muda Jerman
yang kemudian di kirim ke seluruh wilayah koloni Belanda.
Cinta Tuhan bagi Papua jejaknya dikisahkan dengan baik oleh semua
zendeling yang bekerja di tanah Papua. Kini kasih Tuhan nyata karena
sudah menjadi milik bangsa Papua dan semua bangsa karena “Injil”
kekuatan cinta Tuhan yang mendamaikan dan mempersatukan.

II. PENJELASAN TEKS


2.1 ayat 22-23 TUHAN sumber yang selalu baru kasih, rahmat dan kesetiaan.
Kata “baru” pada ayat (23) merupakan kata keterangan “hadasim”
yang memiliki arti sesuatu yang baru dan itu baru saja diproduksi atau
dikeluarkan, tidak pernah dipakai, bukan hasil dari daur ulang barang
lama; karena pada TUHAN tidak berkesudahan “kasih setia”, pada
TUHAN tidak habis-habis “rahmat” dan pada TUHAN besar
“kesetiaan”.

2.2 ayat 24-25 Jiwa yang berharap dan mencari TUHAN


Kata jiwa terjemahan dari “napsi” kata benda yang menunjukkan
unsur keutuhan tubuh dan keinginan, hasrat, hati dan alam gagasan.
Keutuhan tubuh merupakan bagian kecil dari TUHAN yang maha
besar dan agung. Dari alam jiwa di mana ada ide, hati dan hasrat atau
keinginan seorang manusia menaruh harap dan untuk mengalami
TUHAN.

65
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

2.3 ayat 26 Doa yang menanti dengan diam pertolongan TUHAN


Kata pertolongan TUHAN atau “litsuat Yahweh” merupakan
keberadaan TUHAN, bahwa TUHAN pada diri-Nya adalah “Juru
selamat, Penyelamat, Penolong, Pemelihara, dan Pemenang”. Untuk
TUHAN yang demikian manusia mendatangi atau menghampiri Dia
dengan doa yang terarah kepada-Nya. Sebab kepercayaan Dia ada
pada si pendoa, karena kepercayaan itu benar adanya maka si pendoa
memasukinya dengan “sikap menanti” dan “sikap diam” yang aktif,
yaitu menyembah dan memuliakan Dia.

III. PENERAPAN
Kita telah memasuki tahun ke-3 sejak 2020 pandemi covid-19, kita mengalami
kasih setia Tuhan nyata. Banyak sekali gerakan membangun mezbah doa
sudah dikerjakan, baik secara persekutuan, secara keluarga dan juga secara
pribadi, baik secara ekumenikal, maupun secara plural bersama agama-agama
lain.
Kita mengalami “kasih setia Tuhan” yang memulihkan pribadi, keluarga,
persekutuan dan hubungan sosial umumnya. Pengagungan kepada Tuhan,
penyembahan kepada Tuhan menjadi satu-satunya arah jalan yang diikuti,
sehingga di jemaat ada Penatua, Syamas dan Pendeta yang berdoa, terjadi
persekutuan doa secara klasis, baik melalui “tim rally doa” maupun tim doa
dan puasa. Demikian juga di aras Sinode. Semua bentuk relasi yang intim
dengan Tuhan benar-benar begitu giat terbangun. Ini merupakan suatu
periode kebangkitan relasi dengan Tuhan yang begitu indah hadir dalam
periode masa covid-19. Keindahan keintiman dengan Tuhan menjadi fondasi
persekutuan yang terus dikuatkan dan lesatari. Kita percaya bahwa “kasih setia
Tuhan yang kekal sampai hari ini masih nyata ada dan berlangsung”.

NYANYIAN PENDUKUNG LITURGI .I.


1) Nyanyian Mazmur 105:1-2
2) Nyanyian Mazmur 25 :1
3) Nyanyian Mazmur 25 :5
4) Nyanyian Rohani 84:1
5) Nyanyian Rohani 132:1 dst
6) Nyanyian Kidung Jemaat 383:1-2

66
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

MINGGU, 13 FEBRUARI 2022


KALENDER GEREJAWI : HIJAU
PEMBACAAN ALKITAB : YEHEZKIEL 28:11-19 ;
TEMA : GAMBAR DARI KESEMPURNAAN,
PENUH HIKMAT DAN MAHA INDAH
DI TAMAN EDEN

I. PENDAHULUAN
Bila kita memperhatikan konteks nabi Yehezkiel bernubuat, kita pertama-
tama di dorong untuk mengalami situasi Kerajaan Yehuda sebagai orang
buangan di Babilonia, dan Nabi diangkut ke Babilonia pada tahun + 597SM.
Kitab Yehezkiel secara garis besar terbagi ke dalam 4 bagian utama, yaitu :
(a) Bagian pertama dari pasal 1-3 tentang Panggilan dan Penugasan
Yehezkiel
(b) Bagian kedua dari pasal 4-24 Nubuat tentang Hukuman atas Yehuda
dan Yerusalem
(c) Bagian ketiga dari pasal 25-32 Nubuat tentang hukuman atas bangsa-
bangsa asing
(d) Bagian empat dari pasal 33-48 Nubuat Mengenai Pemulihan

Teks yang di baca hari ini termasuk pada bagian ke-3 nubuat nabi tentang
hukuman Allah bagi bangsa-bangsa asing. Yang sangat menarik dari
bahagian teks yang kita baca ini, terkait dengan personifikasi dari raja Tirus
menjadi simbol figurative yang hendak menggambarkan tentang
kepribadian tertentu tentang sang “gambar dari kesempurnaan di taman
Eden”. Raja Tirus yang dimaksud adalah “Etbaal” atau “Itobalus”. Agak
aneh memang, bila secara harafiah mengkaitkan taman eden dengan raja
Tirus, tetapi peran raja Tirus sepertinya memiliki arti secara spiritual khusus
peristiwa yang bernuansa kekuasaan supranatural, dan kebanyakan figure
supranatural di taman Eden yang dimaksudkan sebagaimana Yesaya 14:12
adalah “helel” artinya “lusifer” atau “cahaya bintang timur”

II. PENJELASAN TEKS


2.1 Ayat 11-12 “Gambar dari kesempurnaan, penuh hikmat, maha indah”
Tiga kata yang diurut pada ayat 12b yaitu pertama : “ukelil” kata
keterangan untuk menerangkan orang kedua tunggal laki-laki “engkau”

67
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

gambar dari kesempurnaan ; kedua “hakmah” kata benda untuk


menerangkan “engkau penuh hikmat atau cakap, pandai, mahir” dan ;
ketiga “yopi” kata benda yang menerangkan “engkau maha indah,
tercantik”.

2.2 ayat 13-15a keelokan makhluk di Taman Eden


Nubuat nabi Yehezkiel khusus untuk ayat (13-15a) mengetengahkan
bagian lain dari suatu kisah di taman Eden, tetapi kali ini kisah Eden
hadirkan figur berbeda, yaitu manusia dari latarbelakang non-Yudaisme,
Etbaal atau Itobalus raja Tirus. Eden yang digambarkan disini terdiri dari 9
batu permata dan emas sebagai batu permata ke-10, barangkali 10 batu
permata ini merupakan penggambaran karakter fisik keseluruhan isi
Kerajaan Tirus, keindahan Kerajaan Tirus ini kemudian diumpamakan
atau disandingkan gambarannya dihubungkan mirip seperti Eden. Kata
“hari penciptaanmu” dari kata kerja “hibbaraakha” Raja Tirus sebagai dia
yang terpilih, diutus, dibuat saat pertama kali diangkat menjadi raja.
Sebagai raja agung, tak bercela kata yang diterjemahkan disini adalah kata
keterangan “tamim” artinya raja yang memiliki kesempurnaan”.
Sebagian penafsir dan teolog sepakat bahwa ratapan bagi raja Tirus
sebagaimana teks yang kita baca pasal 28:11-19 sedang menyajikan kisah
“Eden supranatural” dengan si “helel” atau malaikat lusifer sebagai
“ukelil” yaitu “dia gambar dari kesempurnaan, penuh hikmat “hakmah”
dan “yopi” atau maha indah, tercantik dia itulah cahaya bintang timur.
Bila benar bahwa penokohan raja Tirus sebagai alat yang didalamnya
nabi hendak menubuatkan tentang kejadian malaikat lusifer,
keagungannya dan kejatuhannya, maka teks ini sebenarnya sedang
menyajikan awal kejadian atau penciptaan Lusifer sebagai malaikat yang
diterangkan sebagai “gambar dari kesempurnaan, penuh hikmat dan
maha indah” yang keberadaannya di Eden di depan kerub, dalam
kemuliaan Allah dengan sistem lighting alami, yaitu batu-batu bercahaya-
cahaya. Suatu figure yang memiliki aura “penyembahan” karena kerub
searti dengan simbol penyembahan. Sehingga seluruh keindahan lucifer
sejak awal diciptakan sebagai malaikat yang menyajikan kesempurnaan
penyembahan kepada Allah Pencipta. Alkitab kisahkan dunia malaikat
selain “lusifer”, ada juga malaikat Gabriel (Luk 1:19), malaikat Mikhael
(Dan 10:13, 21, 12:1, Yud 9).

68
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

2.3 ayat 15b-19 hukuman dan kejatuhan


Kehebatan, kesuksesan, kepandaian, kecantikan, keluhuran, kejayaan,
kekayaan, kesempurnaan merupakan capaian tertentu dalam dunia
manusia, dan raja Tirus dan kerajaannya menampilkan sebagian dari
capaian dalam dunia manusia yang juga dapat dicapai oleh siapapun,
kemungkinan ini tersedia dan terbuka. Aspek kejatuhan dari
kesuksesan, keluhuran, kejayaan, kepandaian setiap orang juga terbuka
bagi siapapun. Teks ini menyajikan suatu karakter kejatuhan dari
kejayaan dan di dalamnya hadir suatu unsur kengerian. Bagaimana raja
Tirus jatuh dan dicela? Hal apa saja yang menjadikannya jatuh,
beberapa hal disebutkan di bawah ini :
1) engkau penuh kekerasan
2) engkau berbuat dosa
3) engkau dibuang dari gunung Allah
4) kerub yang berjaga membinasakan engkau
5) engkau sombong karena kecantikan mu
6) hikmat mu kau musnahkan demi semarak mu
7) ke bumi kau Ku lempar
8) kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan
9) banyak kesalahanmu
10) kecurangan dalam dagang mu
11) engkau melanggar kekudusan tempat kudusmu
12) Aku menyalakan api dari tengahmu untuk memakan habis engkau
13) Kubiarkan engkau menjadi debu
14) Semua bangsa - bangsa yang mengenal engkau kaget melihat
keadaanmu
15) Akhir hidupmu mendahsyatkan dan lenyap selamanya

Bila hal ini mengisahkan tentang kejatuhan lusifer maka kengerian itu
menjadi alamat bagi tempat ke mana ia di buang. Ia di buang ke
“bumi” (ay 17b) dan api yang kekal adalah kengerian hukuman
berikutnya (ay 18b) ; nabi Yesaya menggambarkan kengerian hukuman
ini pada Yesaya 14:11 “Ke dunia orang mati sudah diturunkan
kemegahanmu dan bunyi gambus-gambusmu; ulat-ulat dibentangkan
sebagai lapik tidurmu, dan cacing-cacing sebagai selimutmu.".

69
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

III. PENERAPAN
Teks ini membangkitkan kesadaran yang prinsip dan penting bagi berbagai
kalangan, seperti kalangan pejabat yang memiliki mentalitas elitis,
kalangan akademis yang memiliki mentalitas ilmuan, kalangan artis yang
memamerkan aspek kecantikan, kegantengan dan keindahan fisik tertentu,
kalangan orang kaya, kalangan Event Organizer (EO) yang mendesain
keindahan dekorasi dan sistem lighting, dan berbagai kalangan lainnya.
Manusia siapapun layak menikmati semua capaian dari usaha dan kerja
keras yang menghasilkan semuanya menjadi tersedia dan terwujud. Hal
yang diingatkan dari teks ini adalah: “tidak sombong, tidak tinggi hati,
tidak melakukan kekerasan karena merasa sebagai orang berada atau
sebagai tuan atau kaya, tidak boleh undur dari ibadah dan persekutuan
dengan Tuhan, kecantikan dan kegantengan tidak boleh menciptakan
persaingan-perseteruan dengan sesama”
Bila raja Tirus dan kerajaannya pernah jaya, bila malaikat lusifer sebagai
malaikat yang sangat indah dan cantik pernah ada dalam keadaan
sebagaimana adanya, hari ini kisah mereka digambarkan dengan baik,
bahwa akhir kisah mereka adalah kengerian hukuman Allah, hal yang sama
terbuka juga untuk kita yang hidup di era yang modern ini. Amin.

NYANYIAN PENDUKUNG LITURGI.II.


1) Nyanyian Rohani 9:1-3
2) Nyanyian Rohani 142:1
3) Nyanyian Rohani 142:2
4) Nyanyian Rohani 158: 1 dst
5) Nyanian Rohani 1
6) Nyanian Rohani 80 : 1-3

70
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

MINGGU, 20 FEBRUARI 2022


KALENDER GEREJAWI : HIJAU
PEMBACAAN ALKITAB : KEJADIAN 1:24-31 ; 2:4-25
TEMA : MANUSIA GAMBAR DAN RUPA ELOHIM DI EDEN

I. PENDAHULUAN
Pada minggu yang lalu kita diajak untuk menemukan sosok Raja Tirus
sebagai pengejawantah dari sosok malaikat lusifer yang cantik dan
sempurna di Eden, maka sebelum memasuki minggu sengsara I pada
minggu depan, kita diajak untuk membaca dari Alkitab kelanjutan kisah di
Eden pada hari ke-6 Allah Pencipta mencipta semesta dan membentuk
manusia menurut gambar dan rupa Elohim.
Teks yang kita baca seluruhnya 30 ayat, keseluruhan kisah yang kita baca
hendak menghubungkan secara utuh penciptaan. Dan penciptaan itu
adalah penciptaan yang menceritakan peristiwa kejadian yang terjadi pada
hari ke-6.
Dua aliran pemikiran penulis kitab Kejadian pasal 1 dan pasal 2 memandu
kita untuk melihat penciptaan secara teori dari versi elohist (E) dan
penciptaan versi yahwist (Y) dengan setting waktu hari ke-6 dan setting
tempat di Eden.
Manusia bertempat tinggal di Eden, Firdaus, Sorga, suatu tempat tinggal
bersama dengan Pencipta yang melahirkannya sebagai “imagodei”.

II. PENJELASAN TEKS


2.1 Ayat 24-31 Penciptaan Hari Ke-enam.
(a) Elohim dalam beberapa fungsi dalam Penciptaan. Kata berfirmanlah
Allah atau “wayyomer Elohim” ayat (26) pada keseluruhan pasal 1
digunakan sebanyak 8 kali, dalam teks untuk penciptaan hari
pertama hingga hari ke-5 kata wayyomer Elohim digunakan
sebanyak 5 kali sedangkan pada penciptaan hari ke-enam digunakan
sebanyak 3 kali, yaitu pada ayat (24, 26 dan 29) ; kata Allah
menciptakan “wayyibra Elohim” ayat (27) digunakan lagi pada ayat
(21) ; kata Allah memberkati mereka “waybarek otam elohim” ayat
(28) digunakan pada ayat (22) ; kata Allah melihat “wayyar
Elohim” ayat (31) digunakan pada ayat (10,12 dan 21) ; keutuhan
fungsi Allah dalam penciptaan dari hari pertama hingga hari ke-5

71
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

seluruhnya disebutkan pada penciptaan hari ke-6, yaitu


“berfirmanlah Allah, Allah menciptakan, Allah memberkati, Allah
melihat”, dan khusus untuk fungsi “wayyomer Elohim” Firman
Allah muncul tiga kali masing-masing untuk :
(1) Ayat 24. Allah memerintahkan bumi. Bumi yang mendapatkan
perintah Allah untuk “mengeluarkan” segala jenis makhluk yang
hidup “towtse haarets nefesh hayyah”. Dalam pengawasan dan
kendali Allah seolah-olah “bumi mengeluarkan atau mencipta
“nefesh hayyah” kehidupan yang sama dengan bumi dan untuk
bumi, yaitu segala jenis makhluk hidup, ternak, binatang melata
dan segala jenis binatang liar”. Inilah “wayyomer Elohim” ;
(2) Ayat 26. Seolah seperti “Allah memerintahkan Diri Allah
sendiri.” Agar “naaseh adam betsalmenu” manusia dijadikan
sesuai seperti “bara Elohim wayyomer Elohim dan weruakh
Elohim” Pencipta, Firman dan Roh – Kita.
(3) Ayat 29 kata “wayyomer Elohim” pada ayat 29 digunakan
dalam hubungan dengan “leaklah” kata benda untuk makanan
bagi keberlanjutan kehidupan dan perkebangbiakkan manusia,
agaknya istilah “leaklah” pertama kali muncul disini
menerangkan pola mengkonsumsi makanan, yang berasal dari
“tumbuh-tumbuhan berbiji dan pohon buah-buahan”.
(b) Kata “baiklah Kita menjadikan” atau “naaseh” kata kerja dan kata
“menurut gambar dan rupa Kita” atau “betsalmenu” kata benda
kata “Kita” kesatuannya dihubungkan dengan kemunculan Elohim
pada ayat (1, 2, dan 3), yaitu “bara Elohim” Allah Pencipta ;
“weruakh Elohim” Roh Allah ; dan “wayyomer Elohim” Firman
Allah.

2.2 Pasal 2:4-7 Penciptaan Manusia Laki-Laki “Adam”


Kisah penciptaan manusia (pasal 1:26) manusia diterjemahkan dengan
istilah “adam” suatu “pribadi”, tetapi pada (ay 27) istilah yang
digunakan bukan “adam” tetapi manusia berjenis kelamin ; istilah
“zakar” kata benda digunakan untuk menerangkan “dia pribadi laki-
laki” dan ; istilah “uneqebah” kata benda yang digunakan untuk
menerangkan “dan perempuan” atau dia pribadi perempuan.
Sedangkan pada pasal 2:4-7 penciptaan manusia atau Adam tidak

72
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

menggunakan istilah “zakar” seperti pada pasal 1:27, istilah yang


digunakan untuk pribadi manusia laki-laki adalah “Adam”. Menariknya
terkait dengan munculnya dua kepribadian pengasal manusia “adam”.
Kepribadian yang pertama : mempunyai hubungan dengan proses
kejadian manusia yaitu “bumi, tanah dan air” sebagai pengasal fisik.
Kepribadian yang kedua : terkait dengan “haadam lanefesy hayyah”
“pribadi menerima kehidupan” yang datangnya dari “wayiser Yahweh
Elohim” Pengasal atau Sumber Kehidupan yang membentuk”, yaitu
“TUHAN Allah”

2.3 Ayat 8-17 Taman Eden


Tempat tinggal untuk manusia yang diciptakan Yahweh-Elohim adalah
“sebuah taman yang sudah Yahweh Elohim tumbuhkan atau tanami
tanaman. Istilah yang digunakan untuk taman yang sudah ditanami
adalah “wayyita” kata kerja yang menunjukkan suatu taman yang
sudah ditanami, lengkapnya “wayyita Yahweh Elohim”. Tiga karakter
alamiah dari taman itu, karakter pertama: sumber makanan yaitu
pohon buah-buahan yang menarik dan baik untuk dimakan dan di
tengah taman itu terdapat dua pohon yang agak istimewa dan
berbeda, yaitu pohon kehidupan dan pohon pengetahuan baik dan
jahat ; karakter kedua : taman itu dialiri oleh empat sungai, yaitu Pison,
Gihon, Tigris dan Efrat. ; karakter ketiga : damar bedolah dan batu
permata ditemukan disini, yaitu emas dan krisopras.

2.4 Ayat 18-25 Penciptaan pribadi Manusia Perempuan


Pada pasal 1:27 istilah perempuan menggunakan kata “uneqebah”,
tetapi pada pasal 2:18 dengan istilah “ezer kenegdow” digunakan
untuk menjelaskan tentang “hadir seorang pribadi penolong yang
memiliki kepribadian manusia yang beda dengan makhluk hidup lain”,
atau “penolong yang sepadan”. Dan pada pasal 2:22 dan 23 istilah
perempuan digunakan dengan istilah “leissah” dari kata “issah” artinya
perempuan dewasa sebagai isteri. Dalam madah Adam pada ayat 23,
istilah laki-laki tidak menggunakan kata “zakar” juga tidak
menggunakan kata “adam” tetapi menggunakan istilah “meis” kata
benda yang menunjukkan manusia dewasa sebagai suami.

73
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

III. PENERAPAN
Menemukan suatu rahasia kedirian manusia sebagaimana teks berbicara,
merupakan hal mendasar dan penting perlu terbuka dihayati. Misalnya,
Adam bukan hanya dikaitkan kepada laki-laki, tetapi adam merupakan
“kepribadian” yang di dalamnya melekat “unsur bumi dan unsur nefesy
hayya”, karena itu untuk yang memiliki “nefesy hayya” adalah yang
berkepribadiaan dari pengasalnya yaitu “Pencipta” yaitu “Yahweh
Elohim”.
Minggu depan kita aka nada pada minggu sengsara pertama.
Sesungguhnya, Adam Perjanjian Baru yang adalah Tuhan Yesus Kristus.
Jalan penderitaan, kematian, kebangkitan, naik ke Sorga dan pencurahan
Roh Kudus Allah merupakan jalan “penebusan dari dosa” adalah suatu
kemiripan dengan “menghembuskan “nefesh hayya” lalu periode baru
manusia masuki, yaitu hidup Bersama Allah di Firdaus. Amin.

NYANYIAN PENDUKUNG LITURGI.II.


1) Nyanyian Rohani 11: 1-3
2) Nyanyian Rohani 136:1,3
3) Nyanyian Kidung Jemat 36:1,4
4) Nyanyian Rohani 160 : 1dst
5) Nyanyian Rohani 3:1
6) Nyanyian Rohani 144: 1-3

74
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

MINGGU, 27 FEBRUARI 2022


KALENDER GEREJAWI : MINGGU SENGSARA I
PEMBACAAN ALKITAB : KEJADIAN 3:1-24
TEMA : MANUSIA DAN KAFANAAN

I. PENDAHULUAN
Kita sudah masuki minggu sengsara yang pertama pada hari ini, minggu 27
Februari 2021. Biasanya minggu sengsara pertama mendapat tema dari
Mazmur 91:51a yang dalam bahasa Latin disebut “invocabit” – bila ia
berseru kepada-Ku.
Sampai 3 tahun masa pandemic covid-19 siapapun kita covid-19 telah
memberikan suatu arti tentang apa itu “berjuang ditengah penderitaan dan
kuasa kematian yang terus membayangi.
Teks Kej 3:1-24 memberikan suatu makna mengenal perubahan identitas
dari bersama dalam kemuliaan Tuhan ke kehidupan diluar kemuliaan
Tuhan, kefanaan, dosa, penderitaan dan maut.
Pada hari minggu 13 Februari 3 minggu lalu telah kita mendengarkan
refleksi dari Yehezkiel 28:11-19 tentang penghuni taman Eden mula-mula,
personifikasi simboliknya diuntukkan bagi Raja dan Kerajaan Tirus, sebagai
“gambar dari kesempurnaan, penuh hikmat dan maha indah di taman
Eden”. Suatu bentuk alegori penokohan yang disamarkan. Makna di balik
itu hendak mengisahkan “helel” sang cahaya bintang fajar yang
diterjemahkan sebagai “malaikat Lucifer” yang di buang. Kisah “Lucifer”
yang di buang dari Eden, kini dalam pembacaan kita hadir dalam bentuk
berbeda “menyerupai ular”, kemudian memprovokasi manusia Hawa
setelah itu Hawa mempengaruhi Adam untuk kemudian akhirnya
menempuh akhir hidup diluar Taman Eden Allah, nasib naas yang dahulu
menimpa Lucifer kini menimpa manusia, di buang dari Eden seperti
dirinya. Kisah ini merupakan adegan yang menegangkan seolah menuntun
kita menyaksikan “pertaruhan dua penghuni Eden” pada sisi lain
pemerannya adalah “Lucifer malaikat yang terbuang” dan pada sisi lain
“manusia Adam dan Hawa sang Gambar Elohim”.

75
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

II. PENJELASAN TEKS


2.1 Ayat 1-7 Penghuni Taman Di Eden
(a) Alkitab mengisahkan dalam peristiwa yang berkaitan dengan
“melanggar perintah untuk makan dari buah pohon pengetahuan
tentang baik dan jahat” tiga tokoh diluar Yahweh Elohim adalah
Hawa, Adam dan Ular masing-masing memainkan perannya sendiri-
sendiri. Ular diterjemahkan dengan kata “wehannahas” untuk
waktu sekarang ada dalam keadaan terbatas, Inggrisnya “serpent”,
ular, naga. Keanehan teks ini khusus pada bagian komunikasi yang
terjadi, bagaimana ular berbicara?? Ini sebuah Misteri. Sepertinya
komunikasi terjadi disekitar buah pohon yang fungsinya akan
mengantar manusia ke masa depannya, yaitu akan mengetahui
tentang “baik dan jahat” (ay.5). satu kalimat dari penulis teks ini
pada ayat (7) “maka terbukalah mata mereka berdua” – “ene
wattipaqahnah” – kesadaran tentang “pengetahuan baik dan jahat”.
(b) Kata Allah pada bagian ini oleh Ular menggunakan kata “Elohim”
bukan “Yahweh Elohim”. Sekitar 3 kali ular menggunakan kata
Elohim. Menariknya, identitas “imagodei” manusia dalam
percakapan yang memuncak digunakan Ular untuk menunjukkan
bahwa manusia yang saat ini matanya belum terbuka karena
terbatas, meskipun manusia sudah diciptakan menurut gambar dan
rupa Allah, tetapi manusia belum besar, hebat sama seperti Elohim
pencipta dan gambarnya. Kata yang digunakan pada ay (5) “kamu
akan menjadi seperti Allah” – “wihyitem kelohim” sepertinya ular
sedang berupaya “membuka mata manusia” untuk nyatakan
manusia yang ada saat ini tidak hebat, tidak besar seperti
Penciptanya.
(c) Memang Alkitab tidak memberikan perincian tentang apa arti dua
pohon dalam taman di Eden, yaitu tentang “pengetahuan baik dan
jahat” dan “pohon kehidupan”. Apakah dua aspek ini, yaitu
“pengetahuan dan kekekalan” juga sudah diturunkan kepada
manusia sejak diciptakan atau belum, pada bagian teks ini belum
terkonfirmasi, tetapi bila kita baca pada pada ayat (22) di sana kita
menemukan bahwa “manusia sejak penciptaan berpengetahuan dan
kekal”. Barangkali ini adalah keunggulan manusia yang tidak
dimiliki Lucifer saat ia kehilangan kemuliaan Allah atau terbuang.

76
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

2.2 Ayat 8-13 TUHAN dan Segambarnya


(a) Teks pada bagian ini seluruhnya menggunakan Yahweh Elohim.
(b) Dialog antara Yahweh Elohim dengan manusia yang adalah gambar
dan rupa-Nya tentang “proses mengambil dan makan buah
pengetahuan baik dan jahat”.
(c) Empat kata pada ayat (10) yang penting disini adalah kata “samati”
indera pendengaran dapat mendengar kehadiran Yahweh Elohim.
“aku mendengar”; kata “erom” keterangan tentang “keadaan
telanjang fisik” atau “aku telanjang” ; kata “waira” membuat “aku
takut” ; dan kata “waehabe” Karena-Mu “aku sembunyi”.
2.3 Ayat 14-19 TUHAN dan Keadilan
(a) Satu kali kata Yahweh Elohim digunakan pada ay (14)
(b) Ayat (14) keadilan TUHAN berlaku bagi ular
(c) Ayat (15) Nubuatan tentang perbuatan yang berakibat kepada
kejatuhan manusia, akan dikerjakan TUHAN untuk memulihkan
hubungan manusia dengan Yahweh Elohim
(d) Ayat (16) keadilan TUHAN berlaku bagi perempuan
(e) Ayat (17-19) keadilan TUHAN berlaku bagi manusia Adam

2.4 Ayat 20-24 Perubahan Kehidupan


(a) Kata Yahweh Elohim tiga kali digunakan pada bahagian ini ;
(b) Dari pihak Adam : terjadi pemberian nama kepada manusia “Eva”
atau Hawa sang bunda pelanjut kehidupan (ay 20) - mirip dengan
tugas mula-mula Adam saat memberikan nama kepada makhluk
hidup yang TUHAN Allah ciptakan
(c) Dari pihak Yahweh Elohim : manusia mengalami kehilangan taman
di Eden ; manusia menjadi terbatas ; manusia tidak dapat Kembali
ke kehidupan kekal ; manusia dibatasi dengan kemuliaan Allah
dengan “kerub dan pedang menyala dan menyambar.
(d) Manusia mengusahakan tanah lanjutan dari ayat (17-19)

III. PENERAPAN
Manusia laki-laki dan perempuan sudah menjalani kehidupannya setelah
menerima “keadilan TUHAN baginya”. Menanti 2021 tahun saat kita
membaca teks ini, untuk mengartikan tentang “penggenapan TUHAN”

77
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

bahwa dari “keturunan laki-laki dan perempuan akan meremukkan kepala


si ular” (ay 15).
Adam Perjanjian Baru lahir dari “Roh”. Ia adalah Firman yang telah
menjadi manusia, Ia adalah Penebus dan Juru selamat dunia. Ia penakluk
maut. Ia jalan satu-satunya menuju ke “pohon kehidupan kekal”. Ia sudah
mengubah dunia dengan jalan menebusnya. Seperti manusia pertama
“menerima hembusan Roh Allah demikianlah manusia yang ditebus Kristus
dan dunia dicurahkan dengan Roh Allah Yang Maha Tinggi, Roh Kristus”.
Supaya dengan jalan dan karya Tuhan Yesus Kristus “Sang Adam Perjanjian
Baru”, keturunan-Nya dalam dunia mengalami kehidupan Kristus Yesus
sesuai tuntunan Roh Kudus Allah. Imanuel.

NYANYIAN PENDUKUNG LITURGI.I.


1) Nyanyian Rohani 49 : 1- 2
2) Nyanyian Rohani 53: 1
3) Nyanyian Rohani 53 :5
4) Nyanyian Rohani 77:3
5) Nyanyian Rohani 56: 1 dst
6) Nyanyian Kidung Jemaat 184: 1-3

78
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

SABTU, 28 FEBRUARI 2022


KALENDER GEREJAWI : KUNCI BULAN DALAM MASA
MINGGU SENGSARA I - UNGU
PEMBACAAN ALKITAB : YESAYA 55:10-13
TEMA : FIRMAN TUHAN ADALAH KEHENDAK TUHAN

I. PENDAHULUAN.
Yesaya ps 55 ini merupakan bagian kedua dari kitab Yesaya (Pasal 40-55)
yang berisikan tentang Kabar Baik bagi umat Allah di pembuangan. Bagian
ini berisi kata-kata nabi yang berbicara tentang penghiburan dan
pengharapan kepada umat Allah yang saat itu tinggal di pembuangan di
Babel. Di mana pada waktu itu keadaan Yerusalem berada dalam kondisi
hancur atau puing-puing, namun janji Tuhan kepada bangsa itu bahwa
Yerusalem akan dibangun kembali dan umat akan bergembira karena hal
itu. Allah akan memberkati dan melindungi orang-orang yang kembali dari
pembuangan. Bagian ini juga berisi tiga nyanyian lagi tentang ‘hamba
Tuhan yang menderita’.

II. PENJELASAN TEKS.


Judul pasal 55 ini sangat menarik untuk kita simak, yakni “Seruan Untuk
Turut Serta Dalam Keselamatan yang Dari Tuhan”. Di dalam pasal ini kita
temukan bahwa kasih Tuhan sungguh nyata bagi bangsa Israel di
pembuangan. Ia sungguh memperhatikan umat-Nya dan kesengsaraan
mereka. Ia memanggil mereka untuk menikmati segala yang mereka
perlukan dengan cuma-cuma. Ia juga memperingatkan umat-Nya agar
memberi perhatian mereka kepada segala ajaran firman-Nya dengan cara
mencari dan berseru kepada Tuhan dengan memberikan contoh pada ayat-
ayat di bawah ini yang merupakan nas bacaan kita di akhir bulan Februari
2022 ini.
2.1 Ayat 10-11, berisi penegasan tentang segala yang difirmankan Tuhan
melalui alam semesta ciptaan-Nya dan mereka taat untuk melakukan
firman Tuhan itu sebagaimana yang disuruhkan Tuhan kepada mereka
dan itu berhasil. Mari kita bandingkan semesta dan manusia….. bahwa
semesta berbeda dengan manusia. Sekali lagi sangat berbeda. Hujan dan
salju adalah benda mati, yang ketika disuruh Tuhan, mereka dengan
taat menjalankannya dan sekali lagi itu berhasil, dengan memberikan
kesuburan di bumi bagi tanaman dan makhluk hidup yang lainnya
termasuk manusia. Apabila kita bandingkan dengan cerita
Perumpamaan tentang talenta (Matius 25:26), maka manusia mestinya

79
Pegangan Pelayan Ibadah GKI Di Tanah Papua Tahun 2022

malu di hadapan Tuhan kalau dia tidak bisa mendengar dan melakukan
perintah Tuhan. Firman Tuhan yang keluar dari mulut Allah pasti
terlaksana dalam kehendak Allah pula.
2.2 Ayat 12-13, merupakan kata-kata penghiburan yang terakhir kali
diucapkan di hadapan bangsa Israel sebelum mereka keluar dari
pembuangan. Ayat-ayat ini menegaskan kembali janji Tuhan tentang
pembebasan bagi Israel dari pembuangan di Babel bahwa mereka akan
berangkat dengan sukacita (pembebasan yang akan mereka alami akan
memberikan sukacita dan kebahagiaan yang tak terkira bagi bangsa
Israel sebab itulah yang mereka rindukan selama berada di
pembuangan) dan dihantarkan dengan damai, dan yang mestinya
membuat mereka bersukacita adalah karena Tuhan sendirilah yang akan
berjalan di depan mereka dan alam semesta akan turut bergembira
menyambut kepulangan bangsa Israel ke Yerusalem. Di sana Tuhan
sudah menyediakan alam yang subur bagi bangsa Israel, Ia
menumbuhkan pohon-pohon yang subur di padang pasir yang
bertandus bagi bangsa pilihan-Nya (merupakan tanda mujizat), sehingga
mereka akan menikmati anugerah kasih karunia dari Tuhan bagi mereka
dari kesuburan yang sudah Tuhan sediakan bagi mereka. Hal itu
sekaligus akan menjadi tanda kemasyuran bagi Tuhan dan sebagai tanda
abadi yang tidak akan lenyap.
Perjalanan mereka pasti berat karena harus melalui padang belantara
dan bukit-bukit serta gunung-gunung dan sebagainya, tetapi mereka
pasti tidak akan takut atau merasa bersalah dan mengeluh seperti waktu
mereka keluar dari Tanah Mesir, justru mereka akan bersukacita dan
bergembira atas perjalanan yang mereka tempuh dari Babel sebab janji
penyertaan Tuhan sudah menjadi jaminan bagi mereka.

III. PENERAPAN
Karena itu saudara-saudara marilah dengan penuh yakin kita
meninggalkan bulan yang ke dua, bulan Februari, tahun 2022 ini dan
dengan kepastian melangkah bersama Tuhan memasuki bulan yang baru
nanti dengan senantiasa mendengarkan serta melakukan apa yang Tuhan
suruhkan kepada kita. Sebab Firman Tuhan adalah Kehendak Tuhan.
Dengan mendengarkan dan melakukan apa yang Tuhan suruh kepada
kita, berarti kita sudah memahami Firman Tuhan dan melakukannya.
Amin.

80

Anda mungkin juga menyukai