Anda di halaman 1dari 12

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah suatu hal yang penting bagi manusia, tanpa kesehatan manusia tidak
dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan sehat menurut World Helath
Organization (WHO) merupakan suatu keadaan sejahtera meliputi fisik, mental, dan sosial
yang bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan faktor yang penting untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia secara sosial dan ekonomi
ekonom i (Maulana, 2009)

Salah satu faktor penyebab tingginya angka kejadian kanker serviks pada wanita
akibat rendahnya cakupan deteksi secara dini akibat kurangnya informasi pada masyarakat.
Deteksi dini pada kanker serviks ini merupakan sebuah terobosan yang inovatif dalam

kesehatan untuk mengurangi angka 3 kematian dan kesakitan akibat kanker tersebut (Depkes
RI, 2008). Sebagian besar wanita yang didiagnosis kanker leher rahim tidak melakukan
skrinning test atau menindak lanjuti setelah ditemukan hasil yang abnormal, selain itu biaya
untuk pemeriksaan dini kanker serviks tersebut tidak murah, sehingga keterlambatan
 pemeriksaanpun terjadi akibat kurangnya pengetahuan pada masyarakat tentang kanker
serviks, sehingga kesadaran untuk melakukan deteksi dini kanker serviks tidak dilaksanakan
(Hananta, 2010).

Deteksi dini kanker pada leher rahim tersebut sangat penting dilakukan, karena

 potensi kesembuhan akan sangat tinggi jika masih ditemukan pada tahap prakanker
(Mansjoer, 2007). Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan program deteksi dini
(skrinning) dan pemberian vaksinasi. Adanya program deteksi dini di negara maju, angka
kejadian kanker serviks dapat menurun (Rasjidi, 2009). Tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan menurut Rasjidi (2009) antara lain dengan Pap Smear (mengambil lendir serviks
untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium), kolposkopi (pemeriksaan yang dilakukan
dengan menggunakan teropong), biopsy (pemeriksaan dengan mengambil sedikit jaringan
serviks yang dicurigai), dan IVA Test (Inspeksi Visual Asam Asetat).
 

1.2 Rumusan Masalah

1.  Apakah yang di maksud dengan Ca Cervic?


2.  Apakah penyebab Ca Cervic itu ?
3.  Bagaimana tanda dan gejala Ca Cervic ?
 
4. Pemeriksaan apa yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya Ca Servic?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Setelah praktek lapangan diharapkan mahasiswa kebidanan dapat memberikan


Asuhan Kebidanan pada ibu dengan Ca cervix melalui pendekatan manajemen
kebidanan atau pada ibu yang belum mengetahui bagaimana cara mendeteksi Ca
Cervic dan kemana ibu harus pergi untuk memeriksakan status kesehatannya.

1.3.2 Tujuan Khusus

Diharapkan mahasiswa kebidanan dapat :

1.  Melakukan pengkajian (mengumpulkan data)pada ibu dengan ca Cervic atau pada
ibu yang belum pernah melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya Ca
Servic.
2.  Menegakkan diagnose atau masalah
3.  Mengantisipasi masalah potensial yang ada
4.  Menentukan kebutuhan segera atas diagnose yang telah di ambil
5.  Merencanakan tindakan yang akan di lakukan
6.  Melaksanakan rencana yang telah di tentukan
7.  Melaksanakan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Serviks atau leher rahim merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita. Serviks
adalah bagian sempit yang ada disebelah bawah uterus (rahim). Kanker serviks adalah salah
satu jenis keganasan atau neoplasma yang lokasinya terletak di daerah serviks, daerah leher
rahim atau mulut rahim (Wijaya, 2010:39).

Kanker servik adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, sehingga
 jaringan disekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan
tersebut biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang
abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang (Aminati, 2013 :24).

2.2 Etiologi

Faktor etiologi yang perlu mendapat perhatian adalah infeksi human papiloma virus
(HPV). HPV adalah DNA virus yang menimbulkan proliferasi pada permukaan epidermal
dan mukosa. Infeksi virus papiloma sering terdapat pada wanita yang aktif secara seksual.
HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56, dan 58 sering ditemukan pada kanker dan lesi
 prakanker. Lebih dari 90% kanker serviks ini adalah jenis skuamosa yang mengandung
DNA virus Human Papiloma Virus dan 50% kanker serviks berhubungan dengan Human
Papiloma Virus tipe 16 (Rasjidi, 2008).

Insiden meningkat pada :

1.  Tingginya paritas


2.  Jarak persalinan yang terlampau adekuat
3.  Golongan social ekonomi rendah(hygiene seksual)
4.  Aktivitas seksual yang sering berganti pasangan
5.  Wanita yang suaminya tidak disirkumsisi
6.  Sering ditemukan pada wanita yang mengalami virus HPV
7.  Wanita dengan kebiasan buruk,merokok,minum-minuman keras,narkotika
 

2.3 Patologi

Karsinoma serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo-columnar junction (SCJ) atau
sambungan skuamo-kolumnar (SSK), yaitu
yaitu batas antara epitel yang
yang melapisi ektoserviks
(porsio) dan endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel

ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel
kuboid/kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SSK dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas
seksual dan paritas. Pada wanita muda SSK berada di luar os
ostium
tium uteri eksternum, sedangkan
 pada wanita berusia di atas 35 tahun SSK berada di dalam kanalis serviks.24 Oleh karena itu
 pada wanita muda, SSK yang berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor
luar berupa mutagen yang akan memicu displasia dari SSK tersebut. Pada wanita dengan
aktivitas seksual tinggi, SSK terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh
 prostaglandin.25

Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks; epitel kolumnar
akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses
 pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi
akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada
masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ
asli dan SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel
kolumnar. Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi.25

Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu faktor penyebab yang

 penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam nukleat virus tersebut dapat
 bersatu ke dalam gen dan DNA sel host sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel.24 Sel yang
mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan
epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan
karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan
karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.

Displasia mencakup pengertian berbagai gangguan maturasi epitel skuamosa yang secara
sitologik dan histologik berbeda dari epitel normal, tetapi tidak memenuhi persyaratan
persyaratan sel

karsinoma.25 Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan
 

dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi
epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh.26

Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) untuk kedua bentuk
displasia dan karsinoma in-situ. NIS terdiri dari : 1) NIS 1, untuk displasia ringan; 2) NIS 2,

untuk displasia sedang; 3) NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.

Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spekrum penyakit yang dimulai dari displasia
ringan (NIS 1), displasia sedang (NIS 2), displasia berat dan karsinoma in-situ (NIS 3) untuk
kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Beberapa peneliti menemukan bahwa 30-35%
 NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2.26 Karena tidak dapat
ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progesif dan mana yang tidak, maka semua
tingkat NIS dianggap potensial menjadi ganas sehingga harus ditatalaksanai sebagaimana
mestinya

2.4 Gejala Klinik

Perubahan pra kanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala dan perubahan ini
tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan panggul dan papsmear.
Gejala biasanya muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan
menyusup ke jaringan sekitarnya.Pada saat ini akan timbul gejala berikut:

a) Perdarahan vagina yang abnormal, terutama di antara 2 menstruasi, setelah melakukan


hubungan seksual dan setelah menopause.

 b) Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak).

c) Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, mengandung darah atau
hitam serta berbau busuk.

Gejala dari kanker serviks stadium lanjut:

a) Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan

 b) Nyeri panggul atau tungkai

c) Dari vagina keluar air kemih atau tinja


 

d) Patah tulang (fraktur)

2.5 Stadium kanker serviks


Sistem yang umumnya digunakan untuk pembagian stadium kanker serviks adalah sistem yang
diperkenankan oleh International Federatiaon
International Federatiaon Of Gynecology an

Tabel 1 Stadium Kanker serviks

STADIUM KETERANGAN
0 Sel kanker masih di selaput lendir serviks (karsinoma insitu)
insitu)
I Kanker masih terbatas di dalam jaringan serviks dan belum menyebar ke badan
rahim.
IA Karsinoma yang didiagnosa baru hanya secara mikroskop dan belum
menunjukkan kelainan/keluhan klinik.

IA1 Kanker sudah mulai menyebar ke jaringan otot dengan dalam <3 mm, serta
ukuran besar tumor <7 mm.
IA2 Kanker sudah menyebar lebih dalam (>3 mm-5 mm) dengan lebar 7 mm
IB Ukuran kanker sudah >IA2.
IB1 Ukuran tumor sudah 4 cm
IB2 Ukuran tumor >4 cm
II Kanker sudah menyebar keluar jaringan serviks tetapi belum mengenai dinding
rongga panggul. Meskipun sudah menyebar ke vagina tetapi masih terbatas pada
1/3 atas vagina
IIA Tumor jelas belum menyebar ke sekitar uterus
IIB Tumor jelas sudah menyebar ke sekitar uterus.
III Kanker sudah menyebar ke dinding panggul dan sudah mengenai jaringan vagina
lebih rendah dari 1/3 bawah. Bisa juga penderita sudah mengalami ginjal
 bengkak karena bendungan air seni (Hidroneprosis) dan mengalami gangguan
fungsi ginjal.
IIIA Kanker sudah menginvasi dinding panggul
IIIB Kanker menyerang dinding panggul disertai gangguan fungsi ginjal dan
 Hidroneprosis
 

IV Kanker sudah menyebar keluar rongga panggul, dan secara klinik sudah terlihat
tanda-tanda invasi kanker ke selaput lendir kandung kencing.
IVA Sel kanker menyebar pada alat/rongga yang dekat dengan serviks
IVB Kanker serviks sudah menyebar pada alat/rongga yang jauh dari serviks
 

BAB III

Asuhan Kebidanan Komunitas pada Ny’’ R’’ Dengan Ketidak Tahuan Tentang 
Tentang  

Pemeriksaan “IVA TEST” 


TEST” 

3.1 Pengkajian Keluarga
Tanggal : 13 November 2019 Jam : 19.00
Oleh : Aulya Ernika Peni
1.  Data Subjektif
1)  Data Umum
Kecamatan : Kenjeran
Kelurahan : Tanah Kali Kedinding
RT : 10
RW : 04
2)  Biodata
 Nama KK : Tn “B’’ 
 Nama Istri : Ny “B’’ 
Umur : 33 Tahun/ 23 Tahun
Agama : Islam/islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : Tamat SMA/Tamat SMA
Pekerjaan :Swasta / IRT

Alamat : Tanah Merah 3F


Daftar Anggota Keluarga
 N  NAMA JK UMUR HUB.KELUARGA PENDIDIKAN PEKERJAAN KEADAAN
O SAAT INI
1. Tn “B”  L 33 Kepala Keluarga SMA Swasta Hidup
2.  Ny “B’’  P 23 Istri SMA Tidak bekerja Hidup
An “A”  L 2 Anak Belum sekolah Tidak Bekerja Hidup

Sumber : Data Primer November 2019


 

3)  Riwayat kehamilan yang lalu

Kehamilan Persalinan Nifas KB Ket


 N Suami UK Peny Jenis Penol Peny BB/ Hidup  peny  peny ASI Met Peny
o ke- ulit  persalin ong ulit PB / ulit ulit ode ulit
an Mati
1 1 9 bln - Spt.B Bidan - 2500 hidup - - 6 3 bln - -
/49  bln

4)  Riwayat Haid


Menarche : 11 tahun
Siklus : 28 hari
Lama haid : 6-7 hari
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut/hari
Dismenorhea : Tidak
Flour albus : Tidak
5)  Riwayat KB
Ibu menggunakan KB suntik 3 bulan
6)  Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menular menurun dan menahun
seperti diabetes,hipertensi,TBC,Asma.

7)  Data Fungsional Kesehatan


   Pola Nutrisi
Makan : 3x sehari porsi sedang
Minum : 8-9 gelas /hari
   Pola istirahat
Ibu tidak mengalami gangguan istirahat,tidur malam 8 jam/hari,jarang tidur
siang karena ibu berjualan
 

  Pola Eliminasi
BAK : 5-6 x/hari warna kuning,jernih,bau khas
BAB: 1x/hari warna kuning,konsistensi lunak
  Personal Hygiene
Mandi : 2x/hari
Ganti pakaian dalam : 2x/hari
2.  Data Objektif
1)  Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Observasi TTV : Tekanan darah : 110/80 MmHg
 Nadi : 92 x/menit
Suhu : 36,7 C

Pernafasan : 20 x/menit
2)  Pemeriksaan Fisik
Muka : Konjungtiva merah muda.sklera putih
Muka : Tidak Pucat,tidak oedem
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid ,dan limfe dan tidak ada bendungan
vena jugularis
Genetalia : Tidak terkaji
3.  Analisa Data
P10001 Usia 23 tahun dengan ketidak tahuan Ca Cervix dan IVA Test
4.  Penatalaksanan
Tanggal : 13 November 2019 Jam : 19.30
1)  Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu, ibu mengerti
2)  Memberikan KIE tentang :
-  Pengertian Ca Cerviks
-  Penyebab Ca Cerviks
-  Tanda dan gejala Ca Cerviks
-  Pemeriksaan IVA Test

Ibu mengerti tentang penjelasan yang telah kami sampaikan


 

3)  Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan IVA Test di Puskesmas Tanah Kali
Kedinding,ibu bersedia untuk melakukan IVA test di Puskesmas Tanah Kali
Kedinding tapi sebelumnya ibu ingin meminta persetujuan ke suaminya
 

Anda mungkin juga menyukai