Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Naufal Arifianto

NIM : 19/446840/TP/12643
Mata Kuliah : Pengemasan

Redesain Kemasan Biskuit Brownise Guna Memperkuat Perlindungan Produk dan Memperluas
Segmentasi Pasar

Kemasan merupakan bagian penting dari sebuah produk. Tanpa kemasan, produk akan
terkesan tidak menarik dan pastinya tidak terlindungi. Terutama pada produk makanan yang
mewajibkan kemasan memiliki kekuatan yang maksimal, menarik dan higienis agar konsumen
tertarik pada produk. Pengemasan merupakan seluruh aktivitas mendesain dan memproduksi
tempat untuk memuat produk (container). Menurut Kotler dan Keller (2012:346) terdapat tiga
lapisan di dalam kemasan produk yaitu kemasan primer, kemasan sekunder, dan kemasan tersier.
Kemasan primer memiliki fungsi untuk mewadahi secara langsung produk olahan. Kemasan
sekunder memiliki fungsi untuk melindungi kelompok kemasan primer. Sedangkan kemasan
tersier merupakan kemasan yang digunakan apabila masih dibutuhkan pengemasan setelah
kemasan primer dan sekunder (Hantoro dan Bambang, 2018).
Perkembangan teknologi dari waktu ke waktu yang semakin pesat, berpengaruh pada
pengembangan desain kemasan pada berbagai produk, terutama produk makanan. Dengan
pengembangan desain kemasan, dapat menguatkan brand dan menawarkan variasi baru pada
produk (Selamat, Chairy, dan Tanjungsari, 2021). Salah satunya yaitu pengembangan desain
kemasan biscuit brownise. Biskuit brownise biasanya dikemas menggunakan kemasan jenis
flexible berbahan aluminium foil, film plastik, selopan, film plastik berlapis logam aluminium
(metalized film) dan kertas. Namun, kemasan tersebut dinilai kurang proper untuk melindungi
produk dengan maksimal dan umur simpan produk yang lama. Untuk itu, dilakukan
pengembangan kemasan produk biscuit brownise agar lebih modern dan eksklusif menggunakan
dua lapisan kemasan yaitu kemasan primer menggunakan toples plastic dan kemasan sekunder
menggunakan kertas artpaper.

Pembuatan desain kemasan produk yang baru dilakukan dengan melihat hasil pengolahan
data dengan metode QFD dan hasil dari pembuatan House of Quality. Kemasan primer yang
dibutuhkan pada produk biscuit brownise ini yaitu kemasan yang tebal, tahan tumpukan dan
tidak mudah rusak (Pulungan, Hastari, dan Dewi, 2019). Dengan tiga aspek tersebut, produk
menjadi terlindungi dengan maksimal dan juga umur simpan produk menjadi panjang. Kemasan
toples plastic dinilai tepat untuk memenuhi kebutuhan tersebut sebagai kemasan primer.
Dibanding dengan sebelumnya yang menggunakan kemasan flexible berbahan dasar aluminium
foil, produk sering kali rusak karena benturan dan juga sering kali rusak ketika ditumpuk.
Dengan adanya pengembangan kemasan primer dari kemasan flexible menjadi toples plastic,
selain melindungi produk dengan maksimal, pengembangan ini juga dapat memperluas
segmentasi pasar produk karena konsumen lebih tertarik.

Selanjutnya pada kemasan sekunder, produk biscuit brownise sebelumnya tidak memiliki
kemasan sekunder. Dengan pembuatan desain kemasan produk yang baru berdasarkan hasil
pengolahan data dengan metode QFD dan hasil dari pembuatan House of Quality yang telah
dilakukan, produk diberi kemasan sekunder berbahan kertas artpaper yang diberi laminasi doff.
Kertas artpaper dinilai lebih menarik, tidak mudah rusak, tidak mudah kotor, dan tidak mudah
lecek (Pulungan, Hastari, dan Dewi, 2019). Lalu, pada kemasan sekunder artpaper, diberikan
sentuhan desain yang menarik mulai dari warna yang bervariasi yaitu krem, cokelat, dan merah,
lalu diberi tagline baru pada kemasan agar terkesan seperti produk baru yang masih fresh.

Kemasan baru hasil pengembangan yang dilakukan, yang awalnya kemasan flexible
berbahan dasar aluminium foil tanpa kemasan sekunder menjadi kemasan toples plastic dan
kertas artpaper sebagai kemasan sekunder, dapat menyelesaikan permasalahan kemasan lama
yang kurang menarik, mudah kusut dan kurang kokoh untuk melindungi isi produk. Selanjutnya,
perpaduan gambar dan warna yang digunakan pada kemasan membuat kemasan baru terlihat
lebih elegan dan modern. Segmentasi pasar dari kemasan lama ke kemasan baru ini juga turut
meningkat menjadi menengah ke atas dan ke berbagai kalangan dikarenakan secara harga yang
dipasok juga meningkat sesuai nilai jual produk yang diberikan. Untuk itu, pengembangan
kemasan sebuah produk terutama produk makanan, perlu untuk dilakukan dari waktu ke waktu
untuk menunjang keberlanjutan sebuah produk.
Daftar Pustaka

Hantoro, Maulana Rizky. Bambang Mardiono. 2018. Eksplorasi Desain Kemasan Berbahan
Bambu sebagai Produk Oleh-oleh Premium dengan Studi Kasus Produk Makanan
UMKM Purnama Jati Jember. Dalam Jurnal Sains dan Seni ITS Vol. 7 No.1.68-71.

Kotler, P dan Keller, K.L. 2012. Marketing Management,14 th Edition. Upper Saddle River,
New Jersey: Pearson.
Pulungan, Maimunah Hindun. Lisha Dwi Hastari. Ika Atsari Dewi. 2019. Perbaikan Desain
Kemasan Produk Biskuit Brownies Menggunakan Metode Quality Function
Deployment (QFD). Dalam Jurnal TEKNOTAN, Vol. 13, No. 2. 39-46.
Selamat, Frangky. Chairy. Hetty Karunia Tunjungsari. 2021. Pengembangan Kemasan Produk
untuk Memperkuat Brand Stik Tempoyak Cap Cus di Jambi. Dalam Jurnal
SUSTAINABLE COMMUNITY DEVELOPMENT. Vol. 3, No. 1. 21-28.

LAMPIRAN

Gambar Kemasan Hasil Biskuit Brownise Hasil Redesain

Anda mungkin juga menyukai