Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TEKNOLOGI PENGEMASAN

KEMASAN POLYPROPILEN(PP) DAN KEMASAN ALUMINIUM FOIL


UNTUK PRODUK COKLAT JELLY

Oleh:

ARFIAN DWI HARYANSYAH


1706115049
M.MUFTI MAHFIZ RISAL
1706122723
ESI WULANDARI
1706111112

Dosen Pengampu:
Dr.VONNY SETIARIES JOHAN S.TP,.M.T

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu kebutuhan


primer manusia. Seiring perkembangan teknologi produk pangan pun mengalami
perkembangan teknologi produk pangan pun mengalami perkembangan , antara
lain dari segi teknik pengolahan , pengawetan, pengemasan, dan distribusinya. Hal
tersebut memungkinkan suatu produk pangan yang dihasilkan di suatu tempat
dapat diperoleh ditempat lain. Kebanyakan produk pangan yang ada di pasaran
telah di kemas sedemikian rupa sehingga mempermudahkan konsumen untuk
mengenali dan mempermudah membawanya. Pengemasan adalah suatu cara atau
perlakuan pengamanan terhadap makanan atau bahan pangan agar bahan pangan
yang di olah sampai ketangan konsumen selamat secara kualitatiif dan kuantitatif
yang berperan dalam pengawetan dan memperpanjang masa simpan.

Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan


barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan
dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau
mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi
dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di
samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan
atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam
penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau
pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Karena itu
bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam
perencanaannya.
Kemasan atau packaging adalah suatu wadah yang menempati suatu
barang agar aman, menarik, mempunyai daya pikat dari seorang yang ingin
membeli suatu produk. Dapat juga menjadi media komunikasi antara produsen
dengan calom konsumen, sehingga didalam desain kemasan tercantum informasi-
informasi yang harus diketahui oleh calon konsumen, agar calon konsumen
merasa tidak asing dengan produk yang di kemas Semakin lengkap informasi
yang tertera dikemasan persepsi dari calon pembeli semakin tau dan meyakinkan
terhadap produk yang di jual yang akan dibelinya. Jenis kemasan yaitu plastik,
kaca, karton dan lainnya.
Kemasan plastik saat ini mendominasi industri makanan di Indonesia,
menggeser penggunaan kemasan logam dan gelas. Hal ini disebabkan karena
kelebihan dari kemasan plastik yaitu ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak
bereaksi, tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal), dapat diberi warna
dan harganya yang murah. Kelemahan dari plastik karena adanya zat monomer
dan molekul kecil dari plastik yang mungkin bermigrasi ke dalam bahan pangan
yang dikemas. Kemasan plastik terdiri dari LDPE (Low Density Polyethylene),
HDPE ( High Density Polyethylene), dan Polypropylene, masih banyak lagi.
Penggunaan plastik sebagai pengemas untuk adalah melindungi produk
terhadap cahaya, udara atau oksigen, perpindahan panas, kontaminasi dan kontak
dengan bahan-bahan kimia. Plastik juga dapat mengurangi kecenderungan bahan
pangan kehilangan sejumlah air dan lemak, serta mengurangi kecenderungan
bahan pangan mengeras. Menurut Syarief et al. (1989) penggunaan plastik untuk
makanan cukup menarik karena sifat-sifatnya yang menguntungkan seperti luwes
mudah dibentuk, mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap produk, tidak korosif
seperti wadah logam, serta mudah dalam penanganannya. Polipropilen termasuk
jenis olefin dan merupakan polimer dari propilen dengan sifat utama ringan dan
mudah dibentuk, kekuatan tarik lebih mudah daripada polietilen, tidak mudah
sobek sehingga mudah untuk penanganan dan distribusi, tahan terhadap asam
kuat, basa dan minyak serta pada suhu tingi akan bereaksi dengan benzene, tolen,
terpentin dan asam nitrat (Syarief et al., 1989).

Aluminium terbuat dari bauksit (Bauxite), sejenis endapan biji besi yang
mengandung Aluminium Oxide (alumina) dan Silikat (silicates). Bauksit
kebanyakan berasal dari Amerika bagian Utara, Australia dan Eropa bagian Utara.
Empat kilogram Bauksit dapat digunakan untuk memproduksi sekitar 2 (dua)
kilogram Aluminium Oxide (alumina), dengan konsumsi sekitar 8 (delapan)
kilowatt listrik, dapat menghasilkan 1 (satu) kilogram aluminium murni atau
aluminium alloy. Aluminium murni (alloy) sangat lembut, bersih, berwarna putih
agak keperakan (silvery white), dan perbandingannya dengan Logam ringan itu
sekitar satu sampai tiga kali dari berat baja.
Aluminium adalah sejenis logam yang setelah melalui beberapa proses,
disusun menjadi lembaran tipis dengan ketebalan kurang dari 0,2 mm, di Amerika
8 mils. Lembaran aluminium dengan ketebalan kurang dari 150 micron
dinamakan foil. Aluminium foil adalah lapisan dari “alloy” yang mengandung
99.4 % aluminium. Aluminium foil dibuat dalam berbagai bentuk tergantung
penggunaan atau hasil akhirnya. Aluminium foil bersifat rapuh dan kadang–
kadang dijadikan laminasi plastik atau kertas untuk membuatnya lebih berguna.

Aluminium foil pertama kali digunakan pada tahun 1910 sebagai


pembungkus tanaman. Penggunaan aluminium foil untuk pembungkus makanan
pertama kali dilakukan di Amerika Serikat tahun 1913, yaitu untuk membungkus
permen dan permen karet.

1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengatahui fungsi kemasan
polypropilen sebagai kemasan sekunder dan aluminium foil sebagai kemasan
primer, mengetahui aplikasi kemasan polypropilen dan aluminium foil dalam
pengolahan pangan dan mengatahui keuntungan dan kelemahan kemasan
polypropilen dan aluminium foil.
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kemasan

Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material,


warna, citra, tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar
produk dapat dipasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi,
mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah
produkdi pasar (Klimchuk dan Krasovec, 2006:33). Menurut Kotler & Keller
(2009:27), pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau
bungkus sebagai sebuah produk. Pengemasan adalah aktivitas merancang dan
memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk. Biasanya fungsi utama
dari kemasan adalah untuk menjaga produk. Namun, sekarang kemasan menjadi
faktor yang cukup penting sebagai alat pemasaran (Rangkuti, 2010:132)
Kemasan yang dirancang dengan baik dapat membangun ekuitas merek dan
mendorong penjualan. Kemasan adalah bagian pertama produk yang dihadapi
pembeli dan mampu menarik atau menyingkirkan pembeli. Pengemasan suatu
produk biasanya dilakukan oleh produsen untuk dapat merebut minat konsumen
terhadap pembelian barang. Produsen berusaha memberikan kesan yang baik pada
kemasan produknya dan menciptakan model kemasan baru yang berbeda dengan
produsen lain yang memproduksi produk-produk sejenis dalam pasar yang sama.

2.2 Fungsi Kemasan


Banyak perusahaan yang sangat memperhatikan pembungkus suatu barang
sebab mereka menganggap bahwa fungsi kemasan tidak hanya sebagai
pembungkus, tetapi jauh lebih luas dari pada itu. Simamora (2007)
mengemukakan pengemasan mempunyai dua fungsi yaitu:

2.2.1 Fungsi Protektif

Berkenaan dengan proteksi produk, perbedaan iklim, prasarana transportasi,


dan saluran distribusi yang semua berimbas pada pengemasan. Dengan
pengemasan protektif, para konsumen tidak perlu harus menanggung risiko
pembelian produk rusak atau cacat.
2.2.2 Fungsi Promosional

Peran kemasan pada umumnya dibatasi pada perlindungan produk. Namun


kemasan juga digunakan sebagai sarana promosional. Menyangkut promosi,
perusahaan mempertimbangkan preferensi konsumen menyangkut warna, ukuran,
dan penampilan. terdapat empat fungsi kemasan sebagai satu alat pemasaran,
yaitu :

1. Self service. Kemasan semakin berfungsi lebih banyak lagi dalam proses
penjualan, dimana kemasan harus menarik, menyebutkan ciri-ciri produk,
meyakinkan konsumen dan memberi kesan menyeluruh yang mendukung
produk.
2. Consumer offluence. Konsumen bersedia membayar lebih mahal bagi
kemudahan, penampilan, ketergantungan dan prestise dari kemasan yang
lebih baik.
3. Company and brand image. Perusahaan mengenal baik kekuatan yang
dikandung dari kemasan yang dirancang dengan cermat dalam mempercepat
konsumen mengenali perusahaan atau merek produk.
4. Inovational opportunity. Cara kemasan yang inovatif akan bermanfaat
bagi konsumen dan juga memberi keuntungan bagi produsen.

Selain berfungsi sebagai media pemasaran, kemasan juga memiliki beberapa


fungsi lain, yaitu sebagai berikut:

1. Kemasan melindungi produk dalam pergerakan. Salah satu fungsi dasar


kemasan adalah untuk mengurangi terjadinya kehancuran, busuk, atau
kehilangan melalui pencurian atau kesalahan penempatan.
2. Kemasan memberikan cara yang menarik untuk menarik perhatian kepada
sebuah produk dan memperkuat citra produk.
3. Kombinasi dari keduanya, marketing dan Logistik dimana kemasan menjual
produk dengan menarik perhatian dan mengkomunikasikannya.
2.3 Tujuan Kemasan

kemasan dan pelabelan kemasan mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

1. Physical Production. Melindungi objek dari suhu, getaran, guncangan,


tekanan dan sebagainya.
2. Barrier Protection. Melindungi dari hambatan oksigen uap air, debu, dan
sebagainya.
3. Containment or Agglomeration. Benda-benda kecil biasanya
dikelompokkan bersama dalam satu paket untuk efisiensi transportasi dan
penanganan.
4. Information Transmission. Informasi tentang cara menggunakan
transportasi, daur ulang, atau membuang paket produk yang sering terdapat
pada kemasan atau label.
5. Reducing Theft. Kemasan yang tidak dapat ditutup kembali atau akan
rusak secara fisik (menunjukkan tanda-tanda pembukaan) sangat membantu
dalam pencegahan pencurian. Paket juga termasuk memberikan kesempatan
sebagai perangkat anti-pencurian.
6. Convenience. Fitur yang menambah kenyamanan dalam distribusi,
penanganan, penjualan, tampilan, pembukaan, kembali penutup,
penggunaan dan digunakan kembali.
7. Marketing. Kemasan dan label dapat digunakan oleh pemasar untuk
mendorong calon pembeli untuk membeli produk.

2.4 PP (Polypropylen)

Plastik merupakan senyawa polimer tinggi yang dicetak dalam lembaran-


lembaran yang mempunyai ketebalan yang berbeda-beda. Bahan utama pembuat
plastik adalah resin, baik alami (dammar, oleoresin, terpentin) maupun sintetik
(polietilena, polipropilena, poli vinil chlorida). Untuk memperbaiki sifat plastik
dapat ditambah bahan lain seperti filler, plasticizer, lubricant, anti oksidan, zat
warna, dan sebagainya.

Plastik polipropilena mempunyai sifat tahan minyak/lemak, warna


jernih/transparan, tahan temperatur tinggi, permeabilitas uap air rendah, tahan
terhadap alkali, tahan terhadap asam kecuali asam nitrat dan hidrokarbon
berklorida, dan lebih kaku dari PE. Plastik ini mempunyai impact strength baik
dan mempunyai permukaan yang mengkilat. Contoh penggunaan antara lain
sebagai pengemas rokok, roti, coklat, keripik, minyak, kacang dan dibuat tali
plastik.Plastik mudah didapat dan sangat fleksibel penggunaannya. Selain untuk
mengemas langsung bahan makanan, seringkali digunakan sebagai pelapis kertas.
Plastik sering digunakan dalam industri pengemasan karena memeliki kelebihan-
kelebihan, antara lain :

 Melindungi isi dengan baik, unsur proteksi merupakan fungsi pengemasan..


 Ringan (biaya transportasi lebih murah).
 Tidak mudah pecah sehingga mengurangi faktor resiko dan kerugian selama
penyimpanan dan transportasi.
 Bisa diberikan warna untuk memenuhi selera.
 Bisa dibuat berbagai macam bentuk.
 Bisa diprinting.
 Memiliki daya tahan terhadap karatan, keadaan cuaca dan berbagai jenis bahan
kimia.

2.5 Aluminium Foil

Aluminium foil adalah lapisan dari “alloy” yang mengandung 99.4 %


aluminium. Aluminium foil dibuat dalam berbagai bentuk tergantung penggunaan
atau hasil akhirnya. Aluminium foil bersifat rapuh dan kadang–kadang dijadikan
laminasi plastik atau kertas untuk membuatnya lebih berguna.

2.6 Desain Kemasan

Desain merupakan seluruh proses pemikiran dan perasaan yang akan


menciptakan sesuatu dengan menggabungkan fakta, konstruksi, fungsi dan
estetika untuk memenuhi kebutuhan manusia. Desain adalah konsep pemecahan
masalah rupa, warna, bahan, teknik, biaya, kegunaan dan pemakaian yang
diungkapkan dalam gambar dan bentuk. Penampilan yang baik dari kemasan
dapat meningkatkan penjualan dari produk yang dikemas. Promosi dari produk
sangat erat kaitannya dengan perilaku saingan dan perilaku konsumen. Banyak
metode promosi yang dapat dilakukan seperti promosi melalui media massa,
papan di jalanan, dan ini terutama dilakukan apabila produsen ingin
memperkenalkan produk barunya. Untuk promosi setelah produk tersebut dikenal
oleh konsumen, maka pengemasan produk memegang peranan yang penting.
III PEMBAHASAN
3.1 kemasan plastik Polypropilen
Kemasan plastik saat ini mendominasi industri makanan di Indonesia,
menggeser penggunaan kemasan logam dan gelas. Hal ini disebabkan karena
kelebihan dari kemasan plastik yaitu ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak
bereaksi, tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal), dapat diberi warna
dan harganya yang murah. Kelemahan dari plastik karena adanya zat monomer
dan molekul kecil dari plastik yang mungkin bermigrasi ke dalam bahan pangan
yang dikemas.kemasan plastik mempunyai beberapa jenis yaitu polyetilen, etilen,
dan lain sebagainya. Kemasan yang di desain adalah kemasan plastik
polypropilen. kemasan Plastik polipropilena mempunyai sifat tahan
minyak/lemak, warna jernih/transparan, tahan temperatur tinggi, permeabilitas
uap air rendah, tahan terhadap alkali, tahan terhadap asam kecuali asam nitrat dan
hidrokarbon berklorida, dan lebih kaku dari PE ( Syarif, 1998).

Menurut Brody (1972), polipropilen adalah sebuah polimertermo-plastik yang


dibuat oleh industri kimia dan digunakan dalam berbagai aplikasi, diantaranya
pengemasan buah atau sayuran. Alasan menggunakan kemasan ini adalah sifatnya
yang ringan, mudah dibentuk dan transparan. Melindungi isi dengan baik, unsur
proteksi merupakan fungsi pengemasan, Ringan (biaya transportasi lebih murah),
Tidak mudah pecah sehingga mengurangi faktor resiko dan kerugian selama
penyimpanan dan transportasi, Bisa diberikan warna untuk memenuhi selera, Bisa
dibuat berbagai macam bentuk, Bisa diprinting, Memiliki daya tahan terhadap
karatan, keadaan cuaca dan berbagai jenis bahan kimia.

3.2 Kemasan Aluminium foil

Kemasan Aluminium foil atau Kemasan Alufoil adalah kemasan yang


diproduksi dengan menggunakan bahan dasar aluminium foil atau alufoil. Pada
umumnya kemasan ini digunakan untuk produk-produk yang perlu terlindung dari
cahaya matahari dan produk bubuk yang mudah menggumpal. Kemasan
aluminium foil atau kemasan alufoil biasa digunakan sebagai pengemas produk
kopi, bumbu, permen atau pada produk-produk olahan yang membutuhkan
perlidungan khusus untuk dapat menjaga rasa, isi kandungan dan kebersihan dari
suatu produk.

Beberapa sifat istimewa aluminium foil antara lain: lentur, fleksibel,


mudah dibentuk sesuai fungsi kemasan, menarik perhatian pembeli, kedap udara,
air dan lemak, bersih (hygiene), tidak beracun, tidak mempengaruhi rasa dan bau,
dan bersifat membungkus objek atau produk. Aluminium foil juga merupakan
penghantar panas yang baik untuk energi listrik dan penghangat ruangan.

Adapun kekurangannya adalah dapat rusak karena pengaruh asam, garam dapur
dan logam berat. Sebenarnya aluminium foil tahan terhadap pengaruh berbagai
bahan kimia, tergantung dari campuran spesifik atau agent kimia yang
terkandung di dalamnya dan kontak langsung dengan aluminium foil tersebut.
Aluminium foil menggantikan fungsi kertas timah sejak pertengahan abad ke-20,
karena kertas timah kurang fleksibel untuk dibentuk dan cenderung memberikan
sedikit rasa timah pada produk yang dikemasnya, khususnya sebagai pembungkus
bahan makanan.

3.3 Desain Kemasan

Desain Kemasan adalah suatu proses mulai dari mendesain sampai


produksi. Ada tiga kategori untuk menentukan desain kemasan. Pertama, soal
makna kemasan. Kemasan sebaiknya bermakna personal, sosial, dan publik.
Personal yaitu hanya untuk diketahui sendiri isi yang ada dalam kemasan.
Bermakna sosial, biasanya untuk penghargaan atau penghormatan atas prestasi
atau hasil yang dicapai. Sementara kemasan yang bernilai publik, biasanya untuk
produk untuk komersial, jadi pesan kemasannya harus dapat dimengerti oleh
semua orang yang membacanya. Kedua, kemasan dalam bentuk fisik. Terdiri dari
kemasan primer melekat pada produknya), kemasan sekunder (melindungi
produk), kemasan tersier (fungsi kemudahan dan praktis pembawaannya),
kemudian kemasan transport dan sebagainya. Ketiga, mendesain kemasan yang
baik harus mencakup 5 fungsi yaitu fungsi protektif, fungsi praktis, fungsi
informasi, fungsi komunikasi dan fungsi lingkungan.
Kemasan yang baik harus mempertimbangkan dan dapat menampilkan
beberapa faktor yaitu pertama, Faktor pengamanan Kemasan harus melindungi
produk terhadap berbagai kemungkinan yang dapat menjadi penyebab timbulnya
kerusakan barang, misalnya: cuaca, sinar matahari, jatuh, tumpukan, kuman,
serangga dan lain-lain. Contohnya, kemasan biskuit yang dapat ditutup kembali
agar kerenyahannya tahan lama, kedua Faktor ekonomi Perhitungan biaya
produksi yang efektif termasuk pemilihan bahan, sehingga biaya tidak melebihi
proporsi manfaatnya. Contohnya, produk-produk refill atau isi ulang, produk-
produk susu atau makanan bayi dalam karton, dan lain-lain, ketiga Faktor
pendistribusian Kemasan harus mudah didistribusikan dari pabrik ke distributor
atau pengecer sampai ke tangan konsumen. Di tingkat distributor, kemudahan
penyimpanan dan pemajangan perlu dipertimbangkan. Bentuk dan ukuran
kemasan harus direncanakan dan dirancang sedemikian rupa sehingga tidak
sampai menyulitkan peletakan di rak atau tempat pemajangan, keempat Faktor
komunikasi Sebagai media komunikasi kemasan menerangkan dan mencerminkan
produk, citra merek, dan juga bagian dari produksi dengan pertimbangan mudah
dilihat, dipahami dan diingat. Misalnya, karena bentuk kemasan yang aneh
sehingga produk tidak dapat “diberdirikan”, harus diletakkan pada posisi “tidur”
sehingga ada tulisan yang tidak dapat terbaca dengan baik; maka fungsi kemasan
sebagai media komunikasi sudah gagal.
Faktor yang kelima yaitu Faktor ergonomi Pertimbangan agar kemasan
mudah dibawa atau dipegang, dibuka dan mudah diambil sangatlah penting.
Pertimbangan ini selain mempengaruhi bentuk dari kemasan itu sendiri juga
mempengaruhi kenyamanan pemakai produk atau konsumen. Contohnya, bentuk
botol minyak goreng Tropical yang pada bagian tengahnya diberi cekungan dan
tekstur agar mudah dipegang dan tidak licin bila tangan pemakainya terkena
minyak, keenam Faktor estetika Keindahan pada kemasan merupakan daya tarik
visual yang mencakup pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek atau logo,
ilustrasi, huruf, tata letak atau layout, dan maskot . Tujuannya adalah untuk
mencapai mutu daya tarik visual secara optimal, ketujuh Faktor identitas Secara
keseluruhan kemasan harus berbeda dengan kemasan lain, memiliki identitas
produk agar mudah dikenali dan dibedakan dengan produk-produk yang lain,
kedelapan Faktor promosi Kemasan mempunyai peranan penting dalam bidang
promosi, dalam hal ini kemasan berfungsi sebagai silent sales person.
Peningkatan kemasan dapat efektif untuk menarik perhatian
konsumenkonsumenbaru, sembilan Faktor lingkungan Kita hidup di dalam era
industri dan masyarakat yang berpikiran kritis.

Gambar 1. Polypropilen Gambar 2. Merk Gambar 3. Aluminium foil


3.3 Bahasa Desain
Unsur-unsur atau bahasa disain grafis yaitu bahasa visual atau bahasa
simbol yang diungkapkan melalui bentuk, ilustrasi-ilustrasi, warna dan huruf.
3.3.1 Bentuk kemasan
Perbedaan bentuk kemasan suatu produk dengan produk pesaing dapat
mengingatkan konsumen akan produk tersebut, walaupun mereknya sendiri
mungkin tidak teringat lagi. Bentuk kemasan plastik polipropilen dengan merek
chocoland jelly mempunyai benuk segi empat, plastik transparan dan warna stiker
coklat dan berwarna pink. Bentuk kemasan yang spesifik mempunyai daya tarik
sendiri bagi konsumen.
3.3.2 Ilustrasi dan Dekorasi
Ilustrasi grafis dan fotografi memudahkan produsen memantapkan citra
suatu produk. Fungsi utama ilustrasi adalah untuk informasi visual tentang produk
yang dikemas, pendukung teks, penekanan suatu kesan tertentu dan penangkap
mata untuk menarik calon pembeli. Gambar tersebut dapat berupa gambar produk
secara penuh atau terinci, serta dapat juga merupakan hiasan (dekorasi).
Sebaiknya gambar tidak mengacaukan pesan yang akan disampaikan. Gambar dan
simbol dapat menarik perhatian dan mengarahkan perhatian pembeli agar
mengingatnya selama mungkin. Disertai penggunaan bahasa yang umum yang
dengan cepat dapat dimengerti oleh setiap orang. Ilustrasi kemasan biasanya
merupakan hal pertama yang diingat konsumen sebelum membaca tulisannya (
Syarif et al , 1998).
Ilistrasi berfungsi lebih dari sekedar menggambarkan produk atau
menghiasi kemasan, menimbulkan daya tarik dan minat, sehingga akan lebih
cepat dan efektif daripada pesan tertulis, sesuai dengan keyakinan dan selera
pemakai, mengikuti perkembangan dan perubahan sejalan dengan perubahan
minat dan cara hidup, target kelompok konsumen, tidak berlebihan atau kurang
sesuai karena akan membingungkan konsumen, Foto atau ilustrasi diperlukan
untuk menggambarkan produk olahan dalam bentuk yang lebih menarik. Gambar
kemasan yang dibuat yaitu gambar buah stroberi yang akan memikat para
konsumen agar menbeli produk ini ( Syarif et al , 1998).
3.3.3 Warna
Warna kemasan merupakan hal pertama yang dilihat konsumen (eye catching) dan
mungkinmempunyai pengaruh yang terbesar untuk menarik konsumen. Pengaruh
utama dari warna adalahmenciptakan reaksi psikologis dan fisiologis tertentu,
yang dapat digunakan sebagai daya tarik dari disain kemasan. Warna kemasan
prodik coklat jelly stroberi ini stikernya berwarna pink dan coklat serta merah
yang mana dalam kesan psikologis dan fisiologis pink berati lembut dan lembut.
Warna coklat manis dan bermanfaat, serta warna merah yaitu berani dan
semangat. Hal ini akan mempengaruhi kaum wanita untuk membeli produk coklat
yang mana sebagian besar wanita mengukai coklat dan menyukai warna yang
lembut. Warna pada kemasan berfinhsi untuk menunjukkan ciri produk, dan
menunjukkan produk kualitas produk ( Syarif et al, 1998).
3.3.4 Labeling
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 7 tahun 1996 yang dimaksud dengan
label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar,
tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan,
dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan
pangan. Pada Bab IV Pasal 30-35 dari Undang-Undang ini diatur hal-hal yang
berkaitan dengan pelabelan dan periklanan bahan pangan. Tujuan pelabelan pada
kemasn adalah memberi informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa
harus membuka kemasan, sebagai sarana komunikasi antara produsen dan
konsumen tentang hal-hal dari produk yang perlu diketahui oleh konsumen ,
terutama yang kasat mata atau yang tidak diketahui secara fisik, memberi peunjuk
yang tepat pada konsumen hingga diperolej fungsi produk yang optimum, sarana
periklanan bagi konsumen, memberi rasa aman bagi konsumen

Gambar 4. Merk Gambar Gambar 5. Kandungan Gizi

Informasi yang diberikan pada label tidak boleh menyesatkan konsumen.


Pada label kemasan, khususnya untuk makanan dan minuman, sekurang-
kurangnya dicantumkan hal-hal berikut (Undang-Undang RI No. 7 tahun 1996
tentang Pangan) :
a. Nama produk
Disamping nama bahan pangannya, nama dagang juga dapat dicantumkan.
Produk dalam negeri ditulis dalam bahasa Indonesia, dan dapat ditambahkan
dalam bahasa Inggris bila perlu. Produk dari luar negeri boleh dalam bahasa
Inggris atau bahasa Indonesia.
b. Daftar bahan yang digunakan
Ingradien penyusun produk termasuk bahan tambahan makanan yang
digunakan harus dicantumkan secara lengkap. Urutannya dimulai dari yang
terbanyak, kecuali untuk vitamin dan mineral. Beberapa perkecualiannya adalah
untuk komposisi yang diketahui secara umum makanan dengan luas permukaan
tidak lebih dari 100 cm2, maka ingradien tidak perlu dicantumkan.
c. berat bersih atau isi bersih
Berat bersih dinyatakan dalam satuan metrik. Untuk makanan padat
dinyatakan dengan satuan berat, sedangkan makanan cair dengan satuan volume.
Untuk makanan semi padat atau kental dinyatakan dalam satuan volume atau
berat. Untuk makanan padat dalam cairan dinyatakan dalam bobot tuntas.
d. nama dan alamat
Pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah
Indonesialabel harus mencantumkan nama dan alamat pabrik
pembuat/pengepak/importir. Untuk makanan impor harus dilengkapi dengan kode
negara asal. Nama jalan tidak perlu dicantumkan apabila sudah tercantum dalam
buku telepon.
e. keterangan tentang halal
Pencantuman tulisan halal diatur oleh keputusan bersama Menteri
Kesehatan dan Menteri Agama Mo. 427/MENKES/SKB/VIII/1985. Makanan
halal adalah makanan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang
terlarang/haram dan atau yang diolah menurut hukum-hukum agama Islam.
Produsen yang mencantumkan tulisan halal pada label/penandaan makanan
produknya bertanggung jawab terhadap halalnya makanan tersebut bagi pemeluk
agama Islam. Saat ini kehalalan suatu produk harus melalui suatu prosedur
pengujian yang dilakukan oleh tim akreditasi oleh LP POM MUI, badan POM dan
Departemen Agama.
f. tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa.
Umur simpan produk pangan biasa produk masih dalam kondisi baik dan
masih dapat dikonsumsi beberapa saat setelah tanggal yang tercantum terlewat
IV KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa pengemasan adalah suatu
proses pembungkusan, pewadahan atau pengepakan suatu produk dengan
menggunakan bahan tertentu sehingga produk yang ada di dalamnya bisa
tertampung dan terlindungi. Pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu
hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang
memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi.Polipropilen
adalah sebuah polimertermo-plastik yang dibuat oleh industri kimia dan
digunakan dalam berbagai aplikasi, diantaranya pengemasan buah atau sayuran.
Alasan menggunakan kemasan ini adalah sifatnya yang ringan, mudah dibentuk
dan transparan.kemasan Plastik polipropilena mempunyai sifat tahan
minyak/lemak, warna jernih/transparan, tahan temperatur tinggi, permeabilitas
uap air rendah, tahan terhadap alkali, tahan terhadap asam kecuali asam nitrat dan
hidrokarbon berklorida, dan lebih kaku dari PE. foil atau plastik dibutuhkan untuk
mencegah mentega cokelat yang berminyak, berpindah tempat dari dalam
kemasan kemudian bocor ke luar. Namun, sebelum digunakan, aluminium
foil telah dilaminasi dengan lilin pada substrat kertas. Hal ini bertujuan untuk
memudahkannya dalam penggunaan dan mengurangi jumlah serta biaya dari
logam yang dibutuhkan untuk memproduksi kemasan yang gak akan sobek dalam
proses pembungkusan batangan cokelatnya.Pemilihan bungkus cokelat dalam
kemasan juga menjadi penanda tipe cokelatnya. Jika cokelat itu dibungkus dengan
aluminium foil, maka jenis produk tersebut cukup mudah meleleh.
DAFTAR PUSTAKA

Klimchuk, Marianne dan Sandra A. Krasovec. 2006. Desain Kemasan. Jakarta:


Erlangga.
Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13. Jakarta:
Erlangga.
Kotler, Philip. 1999. Manajemen Pemasaran. Jilid II. Edisi Milenium. Jakarta:
Prenhallindo.
Louw, A. & Kimber, M. 2007. The Power of Packaging, The Customer Equity
Company.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
dan IklanPangan
Rangkuti, Freddy. 2005. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
Gramedia.
Simamora, Bilson. 2007. Panduan Riset dan Perilaku Konsumen. Jakarta:
Gramedia.
Siregar, Y. D. I. 2010. Produksi Gas Hidrogen dari Limbah Aluminium. Jurnal
Valensi. Volume 2, No. 1, 362-36.
Siregar, Y. D. I. 2012. Produksi Gas Hidrogen dari Limbah Aluminium dan Uji
Daya Listrik dengan Fuel Cell. Portal Garuda. Volume 2, No 5:573-580.
Suharto. 2011. Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta:
Andi Offset. Hal. 313-317, 321.
Takehito, H., Masato, T., Masaki, H., dan Tomohiro, A. 2005. Hydrogen
Production from Waste Aluminum at Different Temperatures with LCA.
Journal of Materials Transactions, Vol. 46, No. 5 pp 1052-1057.

Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.


Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.

Anda mungkin juga menyukai