Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS KEBIJAKAN SATUAN PLS : PROGRAM

KETERAMPILAN KEWIRAUSAHAAN (PKW)


Makalah
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kebijakan Pendidikan dan Pengembangan
Masyarakat oleh dosen Dr. H. Safuri Musa, M.Pd.

Disusun oleh :
Kelas 4B
Salsabila Zahira (1910631040051)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa saya
panjatkan kepada baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari
zaman kegelapan menuju ke zaman yang terang benderang.
Di dalam makalah yang telah saya selesaikan ini menjelaskan mengenai kebijakan satuan
PLS, khususnya adalah untuk Program Keterampilan Kewirausahaan (PKW). Dan terdapat
analisis pada setiap kebijakan untuk menambah pengetahuan saya mengenai mata kuliah “Analisis
Kebijakan Pendidikan dan Pengembangan Masyarakat”. Selain itu, pembuatan makalah ini juga
untuk memenuhi tugas saya. Diharapkan pula makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu saya mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Saya juga ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
saya, dosen mata kuliah analisis kebijakan pendidikan dan pengembangan masyarakat yang telah
membimbing saya dalam penulisan makalah ini.
Demikian makalah ini dibuat semoga dapat bermanfaat bagi khalayak banyak, Terima kasih.

Jakarta, 18 Maret 2021

Penulis
A. PENDAHULUAN
A.1 Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui angka kemiskinan dan penganggura di Indonesia cukup tinggi.
Kemiskinan dan pengguran terjadi di suatu negara karena dua faktor, yang pertama karena sumber
daya alam (SDA) yang terbatas untuk diolah, yang kedua karena sumber daya manusianya (SDM)
yang kurang terampil dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup dalam memanfaatkan peluang
dari sumber daya alam yang dimiliki. Di Indonesia sumber daya alam (SDA) sangat melimpah dan
berpotensi untuk memiliki harga jual yang tinggi di pasar dunia, seperti rempah-rempah, hasil
perikanan, hasil hutan, dan lain sebagainya. Namun kekurangan yang dimiliki Indonesia terdapat
pada sumber daya manusianya (SDM) yang kurang pandai mengolah sumber daya alam (SDA)
menjadi produk pemenuhan kebutuhan manusia yang bernilai jual tinggi. Dan sumber daya
manusianya (SDM) juga ada yang kurang keterampilan atau pengetahuan yang berpeluang untuk
menjadi jasa yang bernilai di kehidupan manusia. Rata-rata pengganguran di Indonesia tidak
mendapat pekerjaan karena pendidikannya yang rendah dan tidak mempelajari keterampilan lain.
Dengan SDM yang kurang berkualitas bersamaan dengan kondisi pandemi, tahun 2021 diketahui
tingkat pengguran naik menjadi dua kali lipat sebesar 7,8 persen atau sebanyak 10,4 juta jiwa.
Maka dari itu, lembaga satuan pendidikan masyarakat sangat berperan dalam rangka membantu
masyarakat meningkatkan keterampilan mereka, yang diharapkan kedepannya dapat mengurangi
pengangguran dan angka kemiskinan di Indonesia. Salah satu program satuan pendidikan
masyarakat yang membantu adalah Program Keterampilan Kewirausahaan (PKW). Diharapkan
program ini mampu menciptakan manusia dengan jiwa kewiraushaan, dan memiliki kemampuan
untuk berwirausaha sehingga meningkatkan ekonomi manusia tersebut. Jika semua masyarakat
meningkatkan keterampilan mereka maka aka nada peluang penurunan tingkat pengguran dan
kemiskinan di Indonesia. Maka dari itu satuan pendidikan masyarakat harus terus berlanjut atau
bahkan dikembangkan melalui dukungan dan perhatian dari pemerintah, seperti pemenuhan
fasilitas dan pengenalan kepada masyarakat akan keberadaan satuan pendidikan masyarakat.
A.2 Rumusan Masalah
 Apa itu Pelatihan Keterampilan Kewirausahaan (PKW)?
 Bagaimana petunjuk teknis dari PKW?
 Bagaimana petunjuk pelaksanaan PKW?
 Apa saja peraturan yang mengatur program PKW?
A.3 Tujuan
 Memahami dan mengerti program satuan PLS yaitu Pelatihan Keterampilan
Kewirausahaan (PKW).
 Memahami dan mengerti petunjuk teknis satuan PLS yaitu Pelatihan Keterampilan
Kewirausahaan (PKW).
 Memahami dan menegerti petunjuk pelaksanaan satuan PLS yaitu Pelatihan Keterampilan
Kewirausahaan (PKW).
 Memahami dan mengerti peraturan satuan PLS yaitu Pelatihan Keterampilan
Kewirausahaan (PKW).
B. RINGKASAN

Pendidikan Keterampilan Wirausaha (PKW) adalah layanan pendidikan melalui kursus


dan pelatihan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan menumbuhkan sikap
mental wirausaha dalam mengelola potensi diri dan lingkungan yang dapat dijadikan bekal untuk
berwirausaha. Batasan usia yang bisa mengikuti program ini yaitu 15-30 tahun, untuk yang putus
sekolah atau lulus tetapi tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan tidak memiliki
pekerjaan/pengagguran. Sedangkan pelaksana PKW diantaranya ada satuan pendidikan PAUD
dan Pendidikan Masyarakat, Lembaga/Yayasan/Sekolah, Badan Usaha, Perguruan Tinggi, atau
Organisasi Mitra ”Bantuan Pemerintah Direktorat Kursus dan Pelatihan 2020” sebagai contoh
program PKW yang diberikan pemerintah untuk masyarakat. Bantuan Pemerintah Direktorat
Kursus dan Pelatihan terdiri dari Bantuan Pemerintah Program Pendidikan Kecakapan Kerja
(PKK), Program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW), dan Program Penyelenggaraan Uji
Kompetensi. Tujuan dari program PKW yang pertama, memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan pola pikir berwirausaha melalui kursus dan pelatihan kepada peserta didik
yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha/dunia industri dan atau pasar. Yang kedua, memotivasi
dan menciptakan rintisan usaha baru serta pendampingan untuk dapat berkembang dan mampu
bermitra dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)/dunia usaha, permodalan, dan
pemasaran serta instansi terkait.

Pendidikan Keterampilan Kewirausahaan diselenggarakan menggunakan pendekatan “4 in


1”. Yang pertama dilakukan adalah dengan identifikasi peluang usaha, seperti mengidentifikasi
peluang usaha pada skala lokal, nasional, dan internasional dan juga mengidentifikasi sumber daya
lokal berupa jasa atau barang yang dapat menjadi usaha baru sesuai dengan peluang pasar lokal,
nasional, atau internasional. Yang kedua mempelajari tentang kewirausahaan dari pengembangan
sikap, pengetahuan dan keterampilan dalam berwirausaha. Program PKW memerlukan kurikulum
yang berisikan perubahan pola pikir, membangun karakter pengusaha, cara memulai usaha, cara
merencanakan usaha, cara memasarkan dan mengembangkan usaha, dan mengembangkan
kompetensi keterampilan yang sesuai dengan identifikasi peluang usaha. Yang ketiga evaluasi
hasil pembelajaran, untuk mengetahui apakah peserta didik telah menguasai keterampilan dan
memiliki kemampuan berwirausaha, maka lembaga harus mengadakan evaluasi sebagai bentuk
pengukurannya. Yang keempat pendampingan dan perintisan usaha, setelah peserta didik berhasil
melewati evaluasi pembelajaran, lembaga wajib memberikan bimbingan untuk merintis usaha
sesuai dengan keterampilan yang mereka punya. Pendampingan yang dilakukan lembaga berupa
fasilitas dalam mengakses dana kepada lembaga keuangan, menjalin kemitraan dengan mitra
usaha, pemasaran hasil produksi, pemagangan usaha, dan lain sebagainya.

Ada jenis keterampilan dan peluang usaha program PKW yang paling direkomendasikan
dan disesuaikan oleh potensi lokal. Yang pertama jenis keterampilan bidang kelautan dan
perikanan, dengan memenuhi kebutuhan primer manusia berupa makanan, budidaya dan
pengelolaan perikanan dan hasil laut maupun darat lainnya yang memiliki harga jual yang tinggi.
Yang kedua ada jenis keterampilan bidang kuliner, memenuhi kebutuhan primer manusia berupa
makanan ringan, minuman, hingga makanan pokok yang memiliki kualitas yang bagus, diolah dan
dipasarkan dengan cara yang unik. Yang ketiga jenis keterampilan bidang fashion, memenuhi
kebutuhan sekunder manusia seperti pakaian, tas, sepatu, dan lain-lain. Keterampilan bisnis
fashion ini diperlukan kemampuan untuk pemilihan model yang dapat membawakan produk
sebagai selera yang bagus, selain itu memaksimalkan sistem pemasaran dengan mencoba menjual
secara online atau bahkan bisa menarik reseller atau dropshiper. Yang keempat jenis keterampilan
bidang otomotif, sekarang manusia sudah tidak bisa lepas dari transportasi, maka membuka
peluang bagi para wirausaha untuk membuka usaha seperti bengkel, jasa cuci kendaraan, atau
uasaha aksesoris kendaraan. Yang kelima jenis keterampilan agrobisnis, bisnis ini bukan hanya
tentang budidaya tetapi juga pengolahan hasil pertanian dan peternakan seperti beras, sayur-
sayuran, buah-buahan, ikan, dan lain-lain, kemudian sumber daya itu dapat diekspor. Yang keenam
jenis keterampilan bidang kerajinan tangan, ukiran, dan industri kreatif lainnya, misalnya
membatik, menenun, menyablon, membordir, dan lain sebagainya. Hasil dari kerajinan tangan
harus bersifat unik sehingga bila masuk pasaran internasional, memiliki nilai jual yang tinggi.
Yang ketujuh jenis bidang kesehatan dan kecantikan, seperti membuka usaha spa, salon,
akupunktur, dan pengobatan tradisional, atau juga dengan membuat produk kecantikan dan
kesehatan. Yang kedelapan jenis keterampilan bidang internet marketing, Indonesia memiliki
banyak pengguna internet, menurut Global Web Index ada sekitar 58 juta orang Indonesia
menggunakan internet. Jika pengguna internet terus meningkat, Indonesia bisa menjadi pasar
internet yang penting dan berpotensi di sektor usaha internet dunia. Banyak peluang usaha yang
dapat dipasarkan melalui pemasaran digital. Jenis keterampilan ini tidak mengajarkan caea
membuat website untuk internet marketing, tetapi bagaimana Teknik memasarkan produk/jasa
melalui media internet tanpa harus mempunyai produk/jasa. Yang terakhir jenis keterampilan
bidang desain grafis, dengan melatih cara membuat desain melalu media digital yang menarik dan
diimplementasikan ke barang seperti kaos, tas, interior, dan produk lainnya untuk menambah nilai
jual produk.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa program keterampilan kewirausahaan (PKW) ini


mendatangkan banyak manfaat bagi pesertanya. Dengan meningkatkan keterampilan
berwirausaha dan mempelajari peluang usaha dapat menjadikan peserta didik program ini sebagi
wirausaha yang sukses. Sehingga peserta didik dapat menghasilkan pendapatan dan memperbaiki
kehidupan perekonomiannya. Apabila sebagian besar masyarakat memiliki kehidupan
perekonomian yang baik, maka dapat menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia. Kemiskinan
yang menjadi faktor utama rendahnya harapan hidup di Indonesia. Ketika tingkat kemiskinan turun
maka harapan hidup di Indonesia akan meningkat. Maka dapat dinyatakan bahwa usaha satuan
pendidikan masyarakat seperti PKW ini adalah menifestasi dari istilah “memanusikan manusia”,
dalam artian lain membantu manusia lain untuk memenuhi kebutuhannya agar mengurangi beban
atau kemungkinan buruk yang terjadi di masa mendatang.
C. LANDASAN EMPIRIS

Pada program PKW (Program Keterampilan Kewirausahaan) ini mencakup beberapa hal yang
saling berkaitan dengan melihat kondisi nyatanya, yaitu kondisi perekonomian masyarakat,
pendidikan, dan kewirausahaan. Hal pertama yang perlu diketahui, bagaimana kondisi
perekonomian masyarakat di Indonesia?. Kondisi perekonomian di Indonesia bisa dikatakan
belum maju, karena tingkat kemiskinan yang relatif masih tinggi, dan juga banyaknya
pengangguran. Kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar minimum
kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun non-makanan. Penduduk miskin
adalah penduduk yang berada di bawah suatu batas atau disebut sebagai garis kemiskinan.
Sedangkan pengagguran atau tuna karya adalah istilah untuk angkatan kerja yang tidak bekerja
sama sekali, sedang mencari kerja, sedang menunggu proyek pekerjaan selanjutnya, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Karena adanya kondisi
pandemi covid-19 yang menyebabkan melonjaknya angka kemiskinan dan pengguran di
Indonesia. Menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui angka kemiskinan dan
pengangguran di Indonesia melonjak sejak dihamtam pandemi Covid-19 dalm 7 bulan terakhir.
Angka kemiskinan dan pengangguran naik ke taraf tertinggi. Di Indonesia sendiri sudah meningkat
9,4 persen dari sejarah Indonesia dan sekarang meningkat hingga 9,78 persen, ungkapnya. Kepala
Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan, tingkat kemiskinan tahun lalu pada September 2019
mencapai 9,22 persen. Namun sejak covid-19, angka kemiskinan kembali bertambah. Bila tanpa
intervensi, kemisinan bisa capai 10,63 persen yaitu naik sekitar hampir 4 juta orang dari 24 juta
kemiskinan ke 28 juta. Dengan intervensi bisa kita tekan jadi 9,7 persen -10,2 persen atau kita
tekan 2 juta dan mudah-mudahan secara rasio masih bisa satu digit dan di 2021 ditarget 9,2 persen-
,9,7 persen, tuturnya. Sementara itu untuk tingkat pengangguran tingkat pengangguran terbuka 7,7
persen-9,1 persen, karena 2020 pengangguran bertambah 4 juta sampai 5,5 juta

Penyebab terjadinya kemiskinan dan pengguran secara umum adalah karena tingkat
pendidikan dan keterampilan masyarakat yang rendah, dan sempitnya lapangan pekerjaan. Pada
zaman sekarang, tingkat pendidikan sangat berpengaruh dengan kualitas pekerjaan yang didapat,
jika tidak memilki pendidikan yang tinggi setidaknya masyarakat harus memiliki skill atau
keteramplan sebagai nilai tambahnya. Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup
atau untuk kemajuan lebih baik. Berdasarkan Education Index yang dikeluarkan oleh Human
Development Reports, pada 2017, Indonesia ada di posisi ketujuh di ASEAN dengan skor 0,622.
Menurut data, Indonesia rata-rata lama sekolahnya adalah 8 tahun. Di bawah Indonesia adalah
Thailand (7,6 tahun), Laos (5,2 tahun), Myanmar (4,9 tahun), dan Kamboja (4,8 tahun). Bila dilihat
berdasarkan provinsi, DKI Jakarta menempati peringkat tertinggi dengan rata-rata lama sekolah
11,06 tahun, disusul Kepulauan Riau (10,01 tahun), dan Maluku (9,78 tahun). Sementara itu,
provinsi dengan peringkat rata-rata lama sekolah paling rendah adalah Papua (6,66 tahun),
Kalimantan Barat (7,65 tahun), dan NTB (7,69 tahun). Berdasarkan data-data tersebut dapat dilihat
bahwa pendidikan di Indonesia belum merata, adanya ketimpangan antara pendidikan di kota dan
di desa, yang mengakibatkan rendahnya daya saing masyarakat desa saat mencari pekerjaan.
Di masa sekarang, pendidikan sudah mudah didapat. Pendidikan bukan hanya semata-mata
bentuk dari sekolah formal, tetapi ada bentuk non-formal dan informal. Jika masyarakat kesulitan
mengikuti sekolah formal, masyarakat bisa mengikuti pelatihan-pelatihan dari lembaga pendidikan
non-formal. Seperti halnya PKW (Program Keterampilan Kewirausahaan), PKW adalah layanan
pendidikan melalui kursus dan pelatihan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan
menumbuhkan sikap mental wirausaha dalam mengelola potensi diri dan lingkungan yang dapat
dijadikan bekal untuk berwirausaha. Lalu apa yang dimaksud dengan berwirausaha?. Menurut
Richard Cantillon Kewirausahaan adalah sebagai pekerjaan seseorang pengusaha yang membeli
barang pada harga tertentu kemudian menjualnya kembali dengan harga yang belum pasti. Dan
menurut Drs. Joko Untoro, kewirausahaan adalah adalah suatu keberanian untuk melakukan
berbagai upaya dalam memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan seseorang. Upaya berdasarkan
kemampuan dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki, sehingga menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Di program PKW, peserta didik diajarkan
keterampilan berwirausaha, mulai dari perencanaan, pengorganisasain, pelaksanaan berwirausa,
serta ditanamkan sikap-sikap para wirausaha. Dilansir dari buku Kewirausahaan dan UMKM
(2020) karya Puji Hastuti dan kawan-kawan, beberapa ciri-ciri kewirausahaan, yakni:
 Memiliki keberanian dan daya kreasi yang tinggi
Pebisnis sukses adalah seseorang yang memiliki keberanian yang tinggi untuk berkreasi. Orang
yang memiliki keberanian untuk memulai sesuatu, akan menghadapi risiko dengan bijaksana.
 Mempunyai semangat tinggi dan kemauan keras
Dalam membangun bisnis harus diikuti dengan semangat tinggi dan kemauan keras. Tujuannya
untuk menumbuhkan rasa percaya diri bahwa apa yang akan dikerjakan pasti membawa hasil.
 Memiliki daya analisa yang baik
Seorang Wirausaha harus memiliki daya analisis terhadap apa yang sedang dikerjakan.
Misalnya dalam menghitung laba-rugi, persaingan, nilai jual barang atau jasa, serta
kemampuan menganalisis pasar.
 Berjiwa pemimpin dan tidak konsumtif
Seorang pebisnis harus memiliki jiwa kepemimpinan, baik untuk dirinya sendiri maupun
karyawannya. Selain itu juga tidak memiliki sifat konsumtif, karena pengeluaran harus lebih
kecil daripada pemasukan.
 Membuat keputusan dan melaksanakannya
Mampu membuat keputusan dengan cepat dan tepat untuk menghasilkan sesuatu. Seorang
pebisnis memiliki perhitungan dalam setiap mengambil keputusasn dan harus disepakati oleh
timnya.
 Memiliki pengabdian yang besar terhadap usahanya
Seorang pebisnis harus mengabdikan dirinya terhadap pekerjaanya. Dapat memilah dan
memilih kepentingan mana yang harus didahulukan ataupun ditunda untuk keberhasilan
usahanya.

Melihat dari kondisi faktual masyarakat yaitu adanya pendidikan yang rendah dan kurangnya
keterampilan sehingga sulit mendapat pekerjaan, program PKW ini membantu peserta didik
(masyarakat yang mengikuti program) untuk meningkatkan keterampilan yang mereka miliki.
Selain itu, prinsip program PKW ini bukanlah membantu lulusan untuk menjadi pekerja di suatu
perusahaan. Tetapi menyiapkan lulusannya menjadi pengusaha yang mandiri dan mungkin
kedepannya bisa membuka lapangan kerja sendiri. Di program PKW ini ada banyak jenis
keterampilan kewirausahaan, ada yang menggeluti bidang fashion, kuliner, transportasi, pertanian,
perikanan, dan lain sebaginya. Sehingga peserta didik dapat benar-benar melatih keterampilannya
dan menemukan peluang usaha di bidang keterampilannya. Sebagai contoh ada peserta didik yang
memilki keterampilan menjahit, ketika ia mengikuti PKW, ia akan memperluas pengetahuan yang
berkaitan dengan keterampilannya, selain juga diberikan pengetahuan dalam berwirausaha. Keteki
peserta didik itu lulus dari PKW, ia memilki kesempatan membuka usaha di bidang yang sesuai
keterampilannya seperti membuka usaha menjahit, atau bahkan bisa membuka butik dan membuat
brand sendiri apabila ia terus meningkatkan skillnya.
Secara langsung sebenarnya program PKW ini membantu kondisi perekonomian masyarakat
Indonesia. Yang sebelumnya pengangguran, tetapi setalah mengikuti pelatihan dan memilki
keterampilan mampu membangun usaha atau bahkan membuka lapangan kerja bagi orang lain,
apabila usahanya berkembang. Mereka yang telah mengikuti pelatihan dan membuka usaha,
mampu meningkatkan kondisi perekonomiannya. Dengan begitu pengangguran dan tingkat
kemiskinan di Indonesia menurun. Terlebih lagi PKW bekerjasama dengan DUDI (Dunia Usaha
dan Dunia Industri), sehingga melatih para peserta didik beradaptasi dengan pasaran umum di
dunia, apa-apa saja yang sedang dibutuhkan masyarakat. Hal tersebut membuka peluang para
lulusannya untuk membuka usaha, bisa saja produk usahanya masuk kepasar dunia dan terjadinya
ekspor dalam jangka Panjang yang mendatangkan devisa untuk negara. Dengan dukungan
kemajuan teknologi semakin mendukung para pengusaha dalam pelaksanaan wirausahanya.
Bantuan teknologi di bidang wirausaha adalah sebagai sarana pemasaran, yaitu melalui sosial
media seperti facebook, Instagram, twitter. Di zaman sekarang para pengusaha juga dipermudah
karena adanya e-commerce. E-commerce (Elektronik Commerce) atau dalam bahasa indonesia
Perdagangan Secara Elektronik adalah aktivitas penyebaran, penjualan, pembelian, pemasaran
produk (barang dan jasa), dengan memanfaatkan jaringan telekomunikasi seperti internet, televisi,
atau jaringan komputer lainnya. Contoh e-commerce yang sedang terkenal saat ini adalah shoppe,
tokopedia, Lazada, Zalora, dan lain-lain. Dengan bantuan teknologi, para pengusaha juga mampu
melihat kualitas produk luar negeri dan membandingkan kualitas produknya dengan produk luar
negeri. Perbandingan produk tersebut memicu para pengusaha untuk meningkatkan kualitas
produknya agar tidak kalah saing dengan yang lain. Sudah banyak produk lokal yang kualitasnya
tidak kalah dengan brand luar negeri, contohnya di bidang fashion dan kecantika. Make-up produk
lokal sangat digemari masyarakat saat ini karena kulitasnya yang bagus tetapi harganya terjangkau.
Dari pembuktian-pembuktian diatas menyatakan bahwa PKW sangat dibutuhkan untuk
perkembangan kualitas perekonomian masyarakat. Jika kualitas perekonomian meningkat di
Indonesia, maka harapan hidup di Indonesia juga akan meningkat. Seseorang yang mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya secara tidak langsung dapat menjamin kelangsungan hidupnya.
Contoh kecilnya apabila ia sakit, ia bisa membayar biaya rumah sakit dan membeli bahan makanan
yang bergizi untuk menjaga kesehatannya. Maka dari itu, program keterampilan kewirausahaan
ini harus terus dijalankan atau bahkan ditingkatkan demi kemajuan masyarakat Indonesia.
D. LANDASAN YURIDIS

Secara umum dasar pemberian bantuan bagi peserta didik kursus dan pelatihan sesuai dengan
amanat:

 Undang-udang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.


 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
 Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang perubahan atas Perubahan
Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran
Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga
 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 74 Tahun 2016 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2016 tentang
Pedoman Umum Penyaluran Bantuan Pemerintah di Lingkungan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
 DIPA Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Tahun 2017.

Adapun dasar hukum mengenai kewirausahaan sebagai berikut:

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2011 Tentang


Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda, serta Penyediaan Prasarana
Dan Sarana Kepemudaan.
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2013 Tentang Susunan
Organisasi, Personalia, Dan Mekanisme Kerja Lembaga Permodalan Kewirausahaan
Pemuda.
 Pengaturan usaha berskala mikro dan kecil diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
 UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil
 PP No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan
 PP No. 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil
 Inpres No. 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah
 Keppres No. 127 Tahun 2001 tentang Bidang/Jenis Usaha Yang Dicadangkan untuk Usaha
Kecil dan Bidang/Jenis Usaha yang Terbuka untuk Usaha Menengah atau Besar Dengan
Syarat Kemitraan
 Keppres No. 56 Tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil dan
Menengah
 Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha
Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan
 Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha
Milik Negara
 Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
E. SEJARAH PERKEMBANGAN

Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon pada tahun
1755. Di luar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16, sedangkan di Indonesia
baru dikenal pada akhir abad 20. Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di
beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas
yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen usaha kecil. Pada tahun 1980-an, hampir 500
sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan. DI Indonesia, kewirausahaan
dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan
perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik
melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat
kewirausahaan menjadi berkembang.

Menurut fakta sejarah, sejak ratusan tahun lalu sebagian besar atau mayoritas masyarakat
Indonesia hidup dari pertanian. Hanya mereka yang hidup di daerah pantai sering terlibat dengan
perdagangan kecil-kecilan dan belum pernah memasuki tingkat perdagangan internasional dengan
ukuran skala ekonomis. Menurut mereka bahwa pada zaman dahulu para pedagang Indonesia telah
aktif berdagang rempah-rempah sampai Gujarat, Teluk Arab, dan Madagaskar. Namun, kalau
dikaji secara teliti berdagang rempah-rempah sampai Gujarat, Teluk Arab, dan Madagaskar.
Namun, kalau dikaji secara teliti kegiatan perdagangan ini lebih mengarah pada kegiatan
petualangan tanpa kesinambungan bisnis dalam ukuran dagang modern. Kegiatan ini pun terbatas
pada beberapa suku tertentu penghuni pantai laut Jawa, Bugis, pantai Barat Sumatera, dan Aceh.
Fakta ini, secara umum kurang berarti dalam kehidupan ekonomi Indonesia.

Kemudian, Indonesia didatangi orang Portugis, disusul Kongsi Dagang Belanda (VOC), dan
penjajahan Belanda, Inggris, serta Jepang yang semakin melumpuhkan kegiatan dunia usaha orang
Indonesia baik yang menyangkut perdagangan lokal, antarpulau, maupun perdagangan
Internasional. Keadaan ini semakin parah lagi dengan kebijakan Belanda memakai orang Cina
sebagai pedagang perantara demi memudahkan penjajahan Belanda di Indonesia.

Pada dasarnya, seorang wirausaha atau wiraswasta harus mampu melihat suatu peluang dan
memanfaatkannya untuk mencapai keuntungan atau manfaat bagi dirinya dan dunia sekelilingnya
serta kelanjutan usahanya. Mereka harus mampu mengambil risiko dengan mengadakan
pembaruan (innovation). Wirausaha harus pandai melihat ke depan dengan mengambil pelajaran
dari pengalaman di waktu yang lampau, ditambah dengan kemampuan menerima serta
memanfaatkan realitas atau kenyataan yang ada di sekelilingnya. Realitas ini bukan saja di bidang
ekonomi, akan tetapi mencakup juga bidang sosial, pendidikan, bahkan agama. Mereka harus
mampu mengoordinasi dan mendayagunakan kekuatan modal, teknologi, dan tenaga ahli untuk
mencapai tujuan secara harmonis. Singkatnya, mereka harus seorang manajer dan menggunakan
manajemen untuk mencapai tujuan.
Dari segi kehidupan ekonomi keadaan di Indonesia hingga 1945 kurang menguntungkan
karena:

 Monopoli kekuasaan di perusahaan Belanda.


 Kedudukan istimewa keturunan Cina di dunia usaha.
 Luas pasar yang terbatas.
 Kurangnya komunikasi.
 Kebijakan penjajah Belanda yang tidak mendorong lahirnya perundang-undangan dan
ketentuan yang memberi dorongan munculnya para pengusaha dan wirausaha di kalangan
rakyat Indonesia.

Dari sejarah, kita mencatat lahirnya Serikat Islam, yang asal-usulnya ditujukan untuk
mendobrak monopoli (seperti yang disebut di atas), terutama di dunia perdagangan. Kemudian,
setelah kemerdekaan pemerintah RI menyadari bahwa dalam mengisi kemerdekaan harus juga
ditopang dengan perkembangan dunia usaha yang dikelola oleh orang Indonesia sendiri. Dalam
mewujudkan hal ini hingga 1965 kita amati adanya usaha pemerintah mendorong tumbuhnya
pengusaha Indonesia terutama di kalangan pribumi lewat:

 Pengeluaran lisensi istimewa


 Memberi kemudahan mendirikan perusahaan, mendapat izin impor ekspor, dan lain-lain
 Kemudahan mendapat kredit
 Propaganda pembentukan koperasi, dekret ekonomi, dan pembuatan beberapa peraturan
atau undang-undang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional
 Pendirian dan pembukaan sekolah kejuruan dan kursus di bidang usaha sebagai sarana
penunjang.
 Membuka atas ekonomi perdagangan di pusat-pusat perdagangan dunia

Dari sekian banyak usaha tersebut di atas ternyata tidak semua berhasil. Hal itu disebabkan:

 Kurangnya kesadaran dan dukungan masyarakat.


 Kurangnya pengalaman pemerintah dan masyarakat.
 Keadaan politik dan pembinaan bangsa, karena adanya pemberontakan dan ketidakstabilan
politik. Hampir semua dana dan kemampuan (fund&force) pemerintah dalam periode
1945-1965 ditujukan untuk membina dan menjaga kesatuan persatuan bangsa.

Setelah 1966, terjadi perubahan strategi pokok pembangunan di Indonesia. Setelah


menyelesaikan kemelut Gestapu, pemerintah bertekad membina kehidupan ekonomi yang baru
sebagai sarana mengisi kemerdekaan dalam mewujudkan cita-cita negara Pancasila yang adil dan
makmur. Orde Baru, menggariskan kebijakan ekonomi yang baru lewat perencanaan nasional,
dengan mendirikan Badan Perencanaan. Pembangunan Nasional (Bappenas). Upaya berencana
sejak 1967 tercermin dengan pemberian prioritas tertinggi pada pembangunan di bidang ekonomi
dalam Garis Besar Haluan Negara dan rencana pembangunan lima tahun (GBHN & Repelita).
Saluran ekonomi dibuka lebar–lebar baik lewat Undang-Undang Perindustrian dan lain-lain. Hal
itu diikuti pula dengan pengaktifan Kadin (Kamar Dagang Indonesia), pemberian KIK (Kredit
Industri Kecil), KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen), Keppres No. 14, 1971 & KUD (Koperasi
Unit Desa), serta fasilitas lainnya. Demikian juga, dengan pembaruan perundang-undangan di
bidang Perseroan Terbatas (UU, No. 1/1995) serta diratifikasinya Organisasi Perdagangan Dunia
(GATT & WTO) yang mulai berlaku 1 Januari 1995. Indonesia juga menyetujui perdagangan
bebas ASEAN (AFTA) yang mulai efektif pada 2003 serta masuknya Indonesia dalam kerja sama
ekonomi Asia Pasifik (APEC) yang mulai efektif pada 2020. Namun demikian, karena kurangnya
pengalaman baik di kalangan pemerintah maupun masyarakat, maka cita-cita menumbuhkan
wirausaha secepatnya tetap masih belum memuaskan.

Di bidang pendidikan persoalannya ternyata lebih rumit serta menjadi untaian mata rantai
yang paling lemah dalam pembinaan dan pertumbuhan dunia wirausaha di Indonesia selama ini.
Di zaman penjajahan hampir tidak ada sekolah atau perguruan tinggi yang mendorong timbulnya
wirausaha. Setelah kemerdekaan, sekolah kejuruan baru seperti STM, SMEA, sekolah kejuruan
lain dan beberapa Akademi dibangun, tetapi kurang berhasil karena kekurangan guru, siswa yang
berbakat, pengalaman berikut hambatan struktur nilai di masyarakat, maupun karena peraturan
atau ketentuan pemerintah yang simpang siur.

Kelemahan dunia pendidikan ini lebih terasa lagi dengan belum adanya pola kurikulum yang
jelas dan pengarahan terhadap mereka yang lulus sekolah kejuruan. Alasan kekurangan guru,
minat masyarakat, dan pengalaman juga ikut menghambat. Hal ini berbeda dengan kenyataan yang
ditemui di Jerman Barat, Belanda, Jepang, dan negara kapitalis lainnya dari dahulu hingga
sekarang. Di negara-negara maju ini peranan dan proporsi sekolah kejuruan sangat dominan dan
meliputi hampir 60% dari jumlah sekolah yang ada.

Jadi di bangku pendidikan mulai ditanamkan mental-mental seorang wirausahawan.


Bagaimana seorang wirausaha bersikap, menyelesaikan masalah, kepemimpinan, dan soft skill
lain yang berkaitan. Belakangan ini, pembahasan mengenai kewirausahaan makin marak terutama
karena banyak wirausaha-wirausaha sukses ikut berusaha untuk berpartisipasi dalam bentuk
pendidikan maupun mentoring langsung ke calon wirausaha. Bisa diperhatikan kiprah dari Ciputra,
Bob Sadino, Sandiaga Uno, dan lainnya yang memang sudah terkenal dalam keberhasilannya
membangun bisnis.

Kemajuan Internet dan terbentuknya komunitas-komunitas wirausaha juga turut memberikan


dampak pada perkembangan kewirausahaan di Indonesia. Komunitas seperti Tangan di Atas
(TDA), Indonesia Young Entrepreneur (IYE), atau komunitas yang terbentuk dari Forum Internet
seperti Kaskus Entrepreneur Corner (EC) serta komunitas wirausaha dengan industri spesifik
misalkan Forum Web Anak Bandung (FOWAB) yang merupakan wadah kumpul-kumpul pelaku
IT.

Peran media dan lembaga-lembaga terkait pun tak kalah penting. Kerjasama media dalam
kegiatan-kegiatan penghargaan, ekspo, pameran bagi wirausaha membuat topik ini menjadi selalu
hangat sepanjang tahun. Perusahaan Konsultan Manajemen sekelas Earns & Young (EY) misalnya
setiap tahun selalu memberikan penghargaan EY Entrepreneurs of The Year kepada wirausaha
yang dinilai berhasil dalam bidangnya. Ditambah lagi dengan beragam penghargaan lain yang
diberikan baik oleh pemerintah secara langsung memberikan daya ungkit yang terus mengangkat
kemajuan kewirausahaan di Indonesia. (AA). Saat ini, pengembangan kewirausahaan dan ekonomi
digital menjadi prioritas Presiden, dan Indonesia membuka diri terhadap kerjasama dan investasi
dari pihak swasta termasuk dari Amerika Serikat. Indonesia sedang mempersiapkan infrastruktur
seperti Palapa Ring untuk internet cepat dan akses finansial untuk UKM dan wirausaha melalui
KUR, bahkan dalam hal finansial akan mengarah ke transaksi tanpa uang tunai (cashless). Untuk
transaksi di pulau terpencil telah tersedia Bank Kapal. Selain itu Indonesia tengah mempersiapkan
RUU Kewirausahaan Nasional untuk mendukung pengembangan Kewirausahaan Sosial dan
Pemula. Para pengusaha tersebut menjajaki kerjasama lebih jauh, dan diarahkan oleh Teten untuk
berkomunikasi dengan Kementrian teknis terkait, seperti Kemenkominfo, Kemendag dan Bekraf
agar dapat segera terealisir.
F. LANGKAH-LANGKAH PENYELENGGARA

F.1 Perencanaan

Langkah-langkah sistematis yang perlu dilakukan dalam perencanaan pelatihan seperti


berikut:
 Analisis Prioritas Jenis keterampilan
Dengan memperhatikan jenis keterampilan yang dimilki setempat dan dan berdasarkan
kebutuhan masyarakat, bukan berdasarkan potensi dari lembaga.

 Kembangkan Kurikulum, bahan ajar, dan media.


Kurikulum keterampilan dan kurikulum dasar kewirausahaan harus dikembangkan, bukan
hanya kurikulum jenis keterampilannya saja yang diperhatikan tetapi kewirausahaannya
juga. Seperti bagaimana mengolah usaha, bagaimana cara memasarkan usaha, bagaimana
membuat pelaporan dan lain sebagainya. Karena pada dasarnya program PKW bukan
hanya membuat masayarakat menjadi terampil, tetapi juga mengusahakan masyarakat
untuk bisa menghasilkan pendapatan untuk perbaikan keadaan ekonominya.

 Bagaimana Merancang Evaluasi Pembelajaran


Ada dua aspek, yaitu evaluasi pembelajaran keterampilan, dan evaluasi kewirausahaannya.
Konteksnya sama seperti kurikulum, tetapi di evaluasi lebih ditekankan pada perbaikan
pembelajarannya.

 Jalin UMKM
Untuk penyelenggara PKW harus mengadakan Pergantian Kerjasama (PKS) atau
Memorandum of Understanding (MoU) dengan UMKM yang sesuai dengan
keterampilannya. Tanda pengikat kerjasama dengan menggunakan surat yang diberikan
materai, misal untuk pihak kedua maka pihak kesatu melampirkan materai, atau
sebaliknya. Jangan sampai tanda kerjasama itu tidak dilampirkan oleh materai. Kemudia
di surat tersebut harus ada nomor (MoU) baik dari lembaga PKW dan dari UMKM. Di
dalam surat tersebut juga harus tertera lambing dari kedua pihak.

 Jalin Usaha dengan DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri)


Lembaga PKW dapat mendapat banyak manfaat jika menjalin usaha dengan DUDI, baik
dari segi sarana dan prasarana, dan tenaga ahli dari DUDI tersebut. Sehingga para peserta
didik PKW akan merasa terbantu. Dalam menjalin usaha dengan DUDI, sistemnya sama
dengan kerjasama UMKM dengan menggunakan PKS atau MoU. Tujuan kerjasamanya
juga harus jelas, misalnya dengan menjadikan para peserta didik menjadi wirausahaan yang
mandiri secara individu dan kelompok, bukan menjadikan peserta didik menjadi pekerja di
lembaga/perusahaan lain.

 Pilih Instruktur Keterampilan yang Kompeten


Data instruktur dari ijazah, sertifikat harus relevan dengan jenis pelatihan keterampilan
lembaga PKW tersebut.

 Pilih Instruktur Kewirausahaan yang Berpengalaman


Diperlukan instruktur yang berpengalaman dalam bidang usaha, industry, pengembangan
kewirausahaan, atau pemasaran.

 Siapkan Saran dan Prasarana yang Memadai


Seperti ruangan praktik, ruangan teori, Gedung dan alat pendukung harus memadai proses
pelatihan peserta didik.

 Merancang Dana secara Proporsional dan Cermat


Ada dana untuk kebutuhan PKW dan dana kebutuhan pendidikan kebudayaan yang terdiri
untuk kegiatan pembelajaran dan kegiatan keterampilannya. Kebanyakan lembaga
mengajukan proposal hanya untuk dana kegiatan belajarnya tetapi tidak melampirkan dana
kegiatan kewirausahaannya, maka dari itu perlu dilampirkan keduanya secraa rinci.

 Seleksi Peserta Didik


Untuk menyeleksi peserta didik, harus menerima peserta didik yang sekiranya memiliki
minat penuh dalam berwirausaha. Dalam hal ini perhatikan juga kuota peserta didik, jangan
sampai kuota melebihi tetapi sarana dan prasarana tidak memadai untuk kuota lebih.
Sehingga harus proporsional antara jumlah peserta didik dengan saran dan prasarana yang
tersedia.
F.2 Pengorganisasian

Pendidikan Keterampilan Kewirausahaan dalam pengorganisasiannya menggunakan


pendekatan “4 in 1”, yaitu sebagai berikut :

 Identifikasi peluang usaha, seperti mengidentifikasi peluang usaha pada skala lokal,
nasional, dan internasional dan juga mengidentifikasi sumber daya lokal berupa jasa
atau barang yang dapat menjadi usaha baru sesuai dengan peluang pasar lokal, nasional,
atau internasional.
 Mempelajari tentang kewirausahaan dari pengembangan sikap, pengetahuan dan
keterampilan dalam berwirausaha. Program PKW memerlukan kurikulum yang
berisikan perubahan pola pikir, membangun karakter pengusaha, cara memulai usaha,
cara merencanakan usaha, cara memasarkan dan mengembangkan usaha, dan
mengembangkan kompetensi keterampilan yang sesuai dengan identifikasi peluang
usaha.
 Evaluasi hasil pembelajaran, untuk mengetahui apakah peserta didik telah menguasai
keterampilan dan memiliki kemampuan berwirausaha, maka lembaga harus
mengadakan evaluasi sebagai bentuk pengukurannya.
 Pendampingan dan perintisan usaha, setelah peserta didik berhasil melewati evaluasi
pembelajaran, lembaga wajib memberikan bimbingan untuk merintis usaha sesuai
dengan keterampilan yang mereka punya. Pendampingan yang dilakukan lembaga
berupa fasilitas dalam mengakses dana kepada lembaga keuangan, menjalin kemitraan
dengan mitra usaha, pemasaran hasil produksi, pemagangan usaha, dan lain sebagainya.

F.3 Pelaksanaan
Proses pelaksanaan program keterampilan kewirausahaan sebagai berikut:

1. Penerimaan peserta pelatihan


Check in peserta dilakukan oleh panitia. Peserta yang datang langsung mengisi daftar
check in sekaligus menyerahkan kelengkapan peserta yang meliputi: surat tugas dari
lembaga yang bersangkutan, SPPD dan pas photo, kelengkapan lainnya. Selanjutnya
peserta mengisi format biodata yang telah disediakan.

2. Pembukaan
Contoh rangkaian acara pembukaan pelatihan sebagai berikut:
a. Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dipandu dirigen
b. Laporan ketua panitia pelatihan
c. Sambutan ketua satuan pendidikan PAUD/Dikmas sekaligus membuka kegiatan
pelatihan
d. Pembacaan doa, sekaligus menutup kegiatan pembukaan.

3. Penjelasan teknis
Penjelasan teknis disampaikan oleh panitia pelatihan. Penjelasan teknis ini dilakukan
dalam rangka memberikan informasi awal tentang kegiatan-kegiatan yang akan dijalani
oleh peserta dan fasilitator selama mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan.

4. Melaksanakan pre-test
Pre-test penting dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran/pelatihan, dengan
maksud untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan dan pemahaman awal
peserta terhadap materi-materi yang akan dipelajari pada kegiatan pelatihan.

5. Melaksanakan pelatihan (proses pembelajaran)


Proses belajar mengajar mencakup:
a. Teori
1) Penguatan pengetahuan yang terkait dengan bidang keterampilan dan
kewirausahaan;
2) Pemahaman terkait dengan alat, bahan, dan prosedur teknis sesuai bidang
keterampilan.
3) Pemahaman yang terkait dengan teori tentang sikap, perilaku dan pola pikir
sebagai seorang wirausahawan.
b. Praktik
1) Praktik keterampilan yang diajarkan di lembaga dan merujuk pada kemampuan
kerja.
2) Praktik manajerial sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan
berwirausaha.
c. Pembentukan karakter
Pembiasaan sikap, perilaku, etos kerja, team work, kepemimpinan, kepribadian,
disiplin, menjunjung tinggi penegakan hukum, kejujuran, budaya bersih, tanggung
jawab, dan sebagainya.

6. Melaksanakan post-test
Pada akhir pembelajaran/pelatihan, untuk mengetahui tingkat daya serap peserta
khususnya pengetahuan dan pemahaman, peserta mengikuti kegiatan post test.

7. Refleksi penyelenggaran diklat


Refleksi merupakan upaya panitia dalam mengevaluasi penyelenggaraan pelatihan
secara keseluruhan.

8. Penutupan Penutupan pelatihan


Sebagai contoh susunan acara penutupan adalah sebagai berikut:
a. Kesan dan pesan dari perwakilan peserta pelatihan
b. Laporan ketua panitia pelatihan
c. Pengarahan ketua PKBM, sekaligus menutup kegiatan pelatihan
d. Pengumuman peserta pelatihan terbaik
e. Penyerahan sertifikat pelatihan kepada peserta.
f. Menyanyikan lagu Padamu Negeri
g. Pembacaan doa
h. Ramah tamah

9. Check out peserta


Setelah penyelesaian administrasi, seluruh peserta pelatihan kembali pulang ke unit
kerjanya masing-masing

F.4 Supervisi/Pembinaan

1. Unsur-unsuryang memiliki hak dan tanggung jawab untuk melakukan supervisi,


monitoring, dan evaluasi pelaksanaan program PKW yaitu:
a. Unsur Ditjen Pendidikan Vokasi (Ditjen Pendidikan Vokasi dan Direktorat Kursus
dan Pelatihan)
b. Unsur pembina (dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota, Rektor, Direktur,
dan Ketua LPM).

2. Waktu pelaksanaan supervisi, monitoring, dan evaluasi dapat dilakukan pada awal,
tengah, dan akhir program PKW.

3. Pembiayaan pelaksanaan supervisi, monitoring, dan evaluasi bersumber dari anggaran


unit kerja masing-masing unsur, tidak boleh dibebankan dari dana bantuanprogram
PKW.

F.5 Penilaian dan Pelaporan

 Tim Penilai/Verifikator Program PKW


Tim penilai/verifikator program PKW berasal dari unsur sebagai berikut:
1. Direktorat Kursus dan Pelatihan.
2. Akademisi.
3. Praktisi.
4. UMKM/Dunia Usaha.
 Laporan Pertanggungjawaban
Bantuan lembaga penyelenggara program PKW wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban ke Direktorat Kursus dan Pelatihan dengan cara:

1. Online/Daring.
Lembaga penyelenggara program PKW wajib mengunggah laporan
pertanggungjawaban ke dalam sistem e-banper dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Laporan Awal : Laporan awal disampaikan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
terhitung sejak dana masuk ke rekening lembaga penyelenggara, dengan
melampirkan:

1) Hasil scan/fotokopi buku rekening yang menunjukkan dana sudah masuk ke


rekening.
2) Rencana anggaran dan belanja (RAB) berdasarkan jumlah peserta didik hasil
rekruitmen yang disetujui.
3) Rencana jadwal pembelajaran.
4) Daftar peserta didik hasil rekruitmen yang disetujui. Khusus bagi lembaga
penyelenggara yang memiliki NPSN wajib input data peserta didik program
PKW di DAPODIK.

b. Laporan Akhir : Laporan akhir disampaikan ke Direktorat Kursus dan Pelatihan


paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah program PKW selesai
dilaksanakan, terdiri dari:

1) Laporan teknis Laporan teknis pelaksanaan program PKWdisampaikan


dengan melampirkan:

a) Daftar hadir instruktur dan peserta didik.


b) Dokumentasi (foto-foto) kegiatan pelaksanaan program minimal 5
(lima) lembar foto mulai dari pembelajaranketerampilan,
kewirausahaan, sampai pendampingan rintisan usaha.
c) Laporan peserta didik yang merintis usaha.
d) Laporan kurikulum, bahan ajar, proses pembelajaran yang
dilaksanakan bersama dengan Dunia Usaha, UMKM, Permodalan,
Pemasaran dan/atau instansi lain.

2) Laporan keuangan
Laporan keuangan pelaksanaan program PKW yang harus diunggah ke
dalam sistem e-banper terdiri dari:

a) Laporan Pertanggungjawaban Dana Bantuan Pemerintah.


b) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB).
c) Bukti pengembalian dana apabila terdapat sisa dana.
d) Buku Kas Umum (BKU) pengeluaran dan belanja dana batuan
program PKW.
e) Hasil scan/fotocopy bukti-bukti kuitansi seluruh pengeluaran dan
belanja dana bantuan program PKW.
Semua bukti-bukti asli pengeluaran dana (kuitansi asli serta bukti
pemotongan pajak) disimpan oleh lembaga untuk dipergunakan sesuai
kebutuhan (untuk pengawasan dan pemeriksaan oleh petugas/aparat
yang berwenang).

2. Offline/Luring
Laporan pertanggungjawaban secara luring hanya diperuntukan bagi lembaga
penyelenggara yang berada di daerah 3T. Laporan pertanggungjawaban dapat
dikirimkan ke Direktorat Kursus dan Pelatihan, terdiri dari:

a. Laporan awal (sesuai format 1) dengan ketentuan penyampaian dan berkas yang
dilampirkan sama dengan penyampaian laporan awal secara daring.

b. Laporan akhir (sesuai format3) dengan ketentuan penyampaian sama dengan


penyampaian laporan akhir secara daring, terdiri dari:

1) Laporan teknis dengan ketentuan berkas yang harus dilampirkan sama


dengan penyampaian laporan teknis secara daring.
2) Laporan keuangan dengan ketentuan berkas yang harus dilampirkan sama
dengan penyampaian laporan keuangan secara daring.
G. UNSUR-UNSUR KEGIATAN

G.1 Sasaran Kegiatan/Peserta

Target penerima bantuan PKW adalah warga masyarakat usia 15 sampai dengan 30 tahun
dengan prioritas usia 15 sampai dengan 25 tahun yang memiliki kriteria:
1. Putus sekolah atau lulus tidak melanjutkan.
2. Belum memiliki pekerjaan tetap atau menganggur.
3. Prioritas dari keluarga kurang mampu.
G.2 Tujuan Kegiatan
Tujuan penyelenggaraan Program (PKW) sebagaiberikut:
1. Memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, sikap dan pola pikir berwirausaha
melalui kursus dan pelatihan kepada peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan
DU/DI dan atau pasar.
2. Memotivasidan menciptakan rintisan usaha baru serta pendampingan untuk dapat
berkembang dan mampu bermitra dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM)/Dunia Usaha, Permodalan, dan Pemasaran serta instansi terkait
G.3 Kurikulum
Kurikulum Pendidikan Kecakapan Wirausaha disusun oleh satuan pendidikan/Lembaga
penyelenggara bersama UMKM/Dunia Usaha yang akan membimbing rintisan usaha.
Kurikulum PKW minimal mencakup:
a. Pendidikan karakter kewirausahaan
b. Pendidikan bidang keterampilan yang akan diusahakan
c. Pemasaran dan akses permodalan
d. Pengelolaan hasil usaha
Adapun isi kurikulum seperti pada tabel berikut :
G.4 Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran dilaksanakan secara teori dan praktik, serta menggunakan
sarana dan prasarana yang sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Proses pembelajaran
dapat dilaksanakan di lembaga penyelenggara dan/atau di UMKM/Dunia Usaha. Sebelum
memulai proses pembelajaran, para peserta pelatihan harus menyesuaikan terlebih dahulu
minat mereka. Menentukan suatu jenis usaha yang akan dijalani, berawal darimengenali
minat seseorang. Karena, setiap manusia pasti memiliki bakatdan minat akan suatu hal.
Menurut Musrofi (2010), ada tujuh alasan suatu bisnis akan sukses jika berawal dari hobi
atau minat:
1) Pertama, menggeluti bisnis yang terkait dengan hobi merupakanekspresi bakat.
Aktivitas bisnis yang merupakan ekspresi bakat atau talentaalami memiliki
kemungkinan besar untuk sukses. Hasil penelitian Stanleytahun 2003 (dalam Musrofi,
2010) menunjukkan bahwa 81% pengusahadan profesional yang sukses memilih
profesi yang memungkinkanpenggunaan kemampuan atau bakat mereka sepenuhnya.
2) Kedua, menggeluti bisnis yang terkait dengan hobi membuat orangmenjadi tekun.
Biasanya sifat tekun semakin tidak terukur ketika seseorang merasa senang dengan
aktivitas yang dilakukan. Jadi, salah satu faktor penting agar orang bisa tekun adalah
mencintai apa yang dilakukan.
3) Ketiga, menggeluti bisnis terkait membuat orang menjadi kreatif. Tanpa kreativitas,
tidak akan muncul gagasan atau ide yang baru dan cemerlang. Tanpa ide baru, tidak
akan lahir cara, produk ataupunjasa yang baru. Dan tanpa itu semua, orang akan
kesulitan untuk meraihkemajuan di dalam hidupnya. Salah satu faktor untuk
melahirkan kreativitasadalah mencintai usahanya.
4) Keempat, menggeluti usaha yang terkait hobi merupakan cara termudah menguasai
dunia bisnis. Orang yang mencintai pekerjaannya cenderung memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi. Saat melakukan aktivitas yang disukainya, ia dapat mengerahkan seluruh
kemampuannya untuk aktivitas tersebut. Hal itu bisa memacu orang untuk terus
belajarten tang objek yang sedang dilakukan. Semangat yang tinggi melahirkan
keinginan untuk terus meneliti dan mencoba, sehingga dengan sendirinya akan mampu
menguasai proses-proses yang terjadipada obyek yang ditekuni.
5) Kelima, menggeluti bisnis yang terkait dengan hobi akan menghasilkan barang atau
jasa yang unik. Jika tadi disebutkan bahwa rasa cinta terhadapaktivitas usaha
membuahkan ketekunan dan kreativitas. Begitu halnya pula, ketekunan dan kreativitas
adalah syarat pokok terciptanya keunikan usaha. Orang yang kreatif hampir pasti
mencetuskan ide bisnis yang unik.
6) Keenam, menggeluti yang terkait hobi bisa mempengaruhi orang berfikir keuntungan
jangka panjang. Artinya, ia lebih mementingkan usahanya bisa berjalan dulu, tanpa
menghitung untung atau rugi, padaawalnya. Karena bukan keuntungan jangka pendek
yang dia cari, tetapi lebih kepada kepuasan diri melakukan aktivitas yang dicintainya
7) Ketujuh, menggeluti bisnis yang terkait dengan hobi bisa menghasilkan produk yang
berkualitas. Orang yang yang menjalankan bisnisnya berdasarkan hobi atau minatnya
akan menghasilkan produk atau jasa yang bermutu. Hal itu karena mereka
melakukannya dengan senang hati, tekun, kreatif dan benar-benar menguasai proses
bisnis yang dijalankannya.
Musrofi (2010) memberikan contoh yang jelas bagaimana mengubah minat menjadi sebuah
ide bisnis, sebagaimana dapat dilihat dalam gambar di bawah:
Selanjutnya setelah menentukan minat peserta pelatihan adalah memperkenalkan desain
model pendidikan pelatihan kewirausahaan. Adapun contoh desain model pendidikan
kewirausahaan seperti Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL)
merupakan salah satu strategi pelatihan yang berorientasi pada contectual teaching and learning
process (Jones, Rasmussen dan Moffit, 1997). Contectual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep pelatihan yang membantu pelatih mengaitkan antara materi pelatihan dengan
situasi dunia nyata dan mendorong peserta pelatihan untuk menggunakan pengetahuan yang
dimilikinya dapat diterapkan dalam kehidupan mereka sebagai anggotamasyarakat. PBL adalah
pembelajaran yang lebih menekankan pada pemecahan problema utentik yang terjadi sehari-hari
(John, 2008:374).
Pada pelatihan model PBL tersebut peserta belajar melalui situasi dan setting pada
masalah-masalah yang nyata atau kontekstual. Karena itu, semua dijalankan dengan cara-cara: (1)
dinamika kerja kelompok, (2) investigasi secara independen, (3) mencapai tingkat pemahaman
yang tinggi, (4) mengembangkan keterampilan individual dan sosial. Peran pelatih pada model
PBL adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan
dialog. PBL tidak akan terjadi tanpa keterampilan pelatih dalam mengembangkan lingkungan
pelatihan yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide dan dialog secara terbuka antara pelatih
dan peserta pelatihan. Levin (2001:1) menyatakan bahwa PBL adalah metode pembelajaran yang
mendorong peserta pelatihan untuk menerapkan cara berfikir kritis, keterampilan menyelesaikan
masalah, dan memperoleh pengetahuan mengenai problem dan isu-isu riil yang dihadapinya. Pada
PBL ini pelatih akan lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor yang memandu peserta pelatihan
menjalani proses pembelajaran.
Adapun langkah-langkah berlatih kewirausahaan dengan metode Problem Based Learning
(PBL)adalah sebagai berikut:
a. Peserta pelatihan dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan masing-masing
kelompok disodori permasalahan bisnis yang nyata (connecting the problem).
b. Masing-masing kelompok diberikan penjelasan tentang tugas dan tanggung jawab
(setting the structure) yang harus dilakukan oleh kelompoknya dalam mempelajari
permasalahan yang dihadapi
c. Peserta pelatihan di masing-masing kelompok berusaha maksimal untuk
mengidentifikasikan masalah bisnis (visiting the problem) yang diajukan dengan
pengetahuan yang dimiliki, seperti:
a) Mengidentifikasi masalah dengan seksama untuk menemukan inti problem bisnis
yang sedang dihadapi
b) Mengidentifikasi cara untuk memecahkan masalah bisnis tersebut.
d. Peserta pelatihan di masing-masing kelompok mencari informasi dari berbagai sumber
(buku, pedoman dan sumber lain) atau bertanya pada pakar (kader) yang mendampingi
untuk mendapatkan pemahaman tentang masalah (re-visiting the problem).
e. Berbekal informasi yang diperoleh peserta kembali ke masing-masing kelompoknya
untuk bekerjasama dan berdiskusi dalam memahami masalah dan bertanggung jawab
untuk menciptakan solusi (produce the product) yang profesional terhadap masalah
dihadapi. Pelatih bertindak sebagai pengamat dan penasehat.
f. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya kepada kelompok kecil
lainnya untuk disiskusikan dan mendapatkan masukan dan penilaian (evaluation) dari
kelompok lainnya.
Adapun prosedur kerja dalam pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan dengan metode proble
based learning, dapat digambarkan melalui siklus sejak mulai daripenyampaian masalah kepada
peserta pelatihan sampai dengankegiatan evaluasi kinerja yang dicapai mereka sebagai berikut:
Metode pembelajaran dan pelatihan dengan PBL ini memiliki keunggulan-keunggulan sebagai
berikut:
a. Melatih peserta pelatihan untuk menggunakan “reasoning” dalam mengatasi permasalah
bisnis.
b. Melatih peserta pelatihan untuk membuat hipotesis dalam pemecahan masalah berdasarkan
konsep-konsep dan prinsip bisnis yang sederhana.
c. Melatih kemampuan berfikir kritis dan kontekstual dengan masalah riil.
d. Melatih peserta pelatihan melakukan uji coba dalam pembuktian hipotesise.
e. Melatih kemampuan mengambil keputusan solusi tepat dari permasalahan.
f. Melatih peserta pelatihan untuk bekerjasama secara teamwork dengan anggota
kelompoknya.
g. Melatih peserta untuk melakukan dialog dalam memahami permasalahan dan upaya-upaya
pemecahan masalah dengan diskusi aktif.
h. Melatih peserta untuk fleksibel dan toleran dengan orang lain.
i. Melatih rasa percaya diri dalam melakukan tindakan karena telah didasari oleh keputusan
yang rasional dan mantap.
j. Meningkatkan motivasi bisnis karena hal-hal yang dipelajari riil dan kontekstual dengan
kerja yang akan dilakukan di kemudian hari. (Linda Torp dan Sage, 2002).

Hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh pelatih dalam pelatihan dengan metode PBL adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan materi pelatihan dengan pemilihan masalah riil yang nyata.
b. Menyusun daftar keinginan peserta pelatihan agar proses pelatihan menyenangkan.
c. Merancang penyajian masalah untuk dapat memandu peserta pelatihand.
d. Menentukan alokasi waktu dan jadwal pelatihan.
e. Mengorganisir kelompok-kelompok belajar.
f. Merancang sumber belajar.
g. Merancang lingkungan belajar.
h. Merancang format penilaian proses dan hasil belajar.
Peran pelatih dan kader dalam pembelajaran metode PBL agar diperoleh hasil pembelajaran
yang optimal, maka pelatih harus mampu melakukan peran dalam proses pelatihan sebagai berikut:

a. Sebagai pengendali proses pelatihan. Pelatih bertindak sebagai penjaga waktu, menengahi
konflik antar peserta pelatihan, dan mendorong terjadinya kerjasama dan dinamika
kelompok.
b. Sebagai pengamat perilaku kelompok dalam proses pelatihan. Pelatih mendorong
terjadinya interaksi kelompok dan keberanian menyampaikan pendapat. Mendorong
peserta pelatihan mengembangkan dan menghayati kemampuannya dan menyadari
kelemahan mereka.
c. Sebagai supporter dalam pengambilan keputusan tentang pemecahan masalah.
Mendorong peserta ikut berpartisipasi aktif dan konsentrasi dalam diskusi. Merangsang
peserta untuk berfikir dengan mengembalikan pertanyaan kepada mereka. Mendorong
peserta dalam membuat analisis masalah, sintesis masalah, melakukan evaluasi dan
menyusun ringkasan hasil diskusi. Membantu peserta dalam mengidentifikasi sumber,
referensi dan prinsip (materi) dalam mengkajipermasalahan dan alternatif pemecahan
masalah. (Harsono, 2004).

G.5 Pendidik/Instruktur
Pendidik atau instruktur dalam program keterampilan kewirausahaan yaitu:
 Instruktur bidang kewirausahaan prioritas adalah para instruktur di satuan
pendidikan/Lembaga penyelenggara yang didukung oleh pelaku-pelaku usaha.
 Mampu merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi hasil belajar dan membimbing
rintisan usaha.
 Pendidik atau instruktur juga diusahakan memiliki keterampilan di bidang
kewirausahaan tertentu sesuai dengan ketermapilan yang akan dilatih kepada peserta.
G.6 Pengelola
Yang menjadi penyelenggara dan pengelola program keterampilan kewirausahaan (PKW),
yaitu :
1. Satuan Pendidikan Nonformal.
2. Satuan Pendidikan Formal (SMK, Politeknik, Akademi Komunitas dan Perguruan
Tinggi yang menyelenggarakan Pendidikan vokasi).
3. UPT Ditjen Pendidikan Vokasi.
4. Lembaga Diklat milik Pemerintah, Organisasi dan Masyarakat yang memiliki izin yang
sah.
G.7 Sarana dan Prasarana Pendukung
Lembaga penyelenggara dan/atau UMKM/Dunia Usaha menyediakan sarana dan
prasarana yang relevan dengan jenis keterampilan yang diajukan dan yang dibutuhkan oleh
DU/DI atau pasar. Sebagai contoh, misalnya di pasar dunia atau industri sedang
memerlukan barang penjualan di bidang fashion, karena penawarannya sangat tinggi.
Artinya lembaga penyeleanggara atau UMKM menyediakan sarana dan prasarana sesuai
di bidang fashion, seperti bahan untuk dijadikan barang seperti baju, tas, sepatu, alat
menjahit, dan alat-alat pendukung lainnya sampai proses packaging. Tetapi ada sarana dan
prasana umum untuk seluruh peserta pelatihan kewirausahaan, seperti kantor administrasi,
ruang kelas, mushola, ruang makan, ruang pertemuan termasuk juga toilet.
G.8 Penilaian
Penilaian atau Evaluasi pembelajaran keterampilan kewirausahaan terdiri dari:
1. Evaluasi kemampuan dalam menguasai kewirausahaan, pemasaran, dan pengelolaan
hasil usaha
2. Evaluasi kompetensi/kemampuan menguasai bidang keterampilan yang akan
diusahakan.
3. Kesiapan dalam merintis usaha.
G.9 Biaya
 Pemberi Bantuan Pemerintah
Pemberi bantuan pemerintah program PKW adalah Direktorat Kursus dan Pelatihan,
Ditjen Pendidikan Vokasi melalui DIPA Tahun 2020 dengan alokasi dana sebesar
Rp.6.000.000,- per peserta didik dengan sasaran 16.676 orang yang dikelola oleh
penyelenggara program yang telah ditetapkan.

 Ketentuan Perpajakan
Kewajiban perpajakan yang terkait dengan dana bantuan dikenakan pajak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) adalah 100/110
dikalikan jumlah yang tertera dalam kuitansi.

A. Pembayaran barang/jasa
Pembelanjaan barang sampai Rp 1.000.000,-tidak dikenakan pajak, pembelanjaan
barang di atas Rp 1.000.000,-dikenakan PPN 10%, sedangkan pembelanjaan
barang di atas Rp 2.000.000,-dikenakan PPN 10% dan PPh pasal 22 sebesar 1,5%,
jika penjual atau lembaga tidak ada NPWP maka pajak yang dibayarkan sebesar
3%.

B. Pembayaran Konsumsi
1. Jika membeli makanan di toko atau restoran, maka akan dikenakan PPN 10%
secara langsung oleh took atau restoran.
2. Jika menggunakan jasa boga atau katering, maka akan dikenakan PPh Pasal
23
Contoh : Pembelian kain untuk sarana pembelajaran kursus menjahit
Rp2.200.000,-dari Toko Serba Ada yang sudah memiliki NPWP. Atas
pembelian tersebut Toko Serba Ada berkewajiban membayar Pajak PPN dan
PPh.Ps.22 dengan nilai sebagai berikut:

a. DPP adalah 100/110 dari Rp2.200.000,-sebesar Rp2.000.000,-


b. Dengan demikian besaran PPN dan PPh.Ps.22 yang harus dibayar adalah:
a) PPN; 10% dari DPP (Rp2.000.000,-) sebesar Rp200.000,-
b) PPh.Ps.22; 1,5% dari DPP (Rp2.000.000,-) sebesar Rp30.000,-
c) Apabila Toko Serba Ada belum memiliki NPWP maka dipotong
PPh.Ps.22 3% dari DPP (Rp2.000.000,-) sebesar Rp60.000,-

C. Lembaga berkewajiban untuk:


a. Menyetorkan hasil pungutan pajak kepada kas negara (terkecuali jika toko
tersebut memiliki NPWP toko);
b. Menyimpan semua bukti setor pajak tersebut.

H. Syarat-Syarat Pendirian/Penyelenggaraan

 Syarat Pendirian
Syarat-syarat pendirian lembaga non formal seperti PKW, diatur dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2013,
Tentang Pendirian Satuan Pendidikan Non-formal, yang terdapat di bab III pasal 5, dan
berisikan :

1) Persyaratan pendirian Satuan PNF terdiri dari:


b. Persyaratan administratif; dan
c. Persyaratan teknis.
2) Persyaratan administratif terdiri atas:
1) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pendiri;
2) Susunan pengurus dan rincian tugas;
3) Surat keterangan domisili Kepala Desa/Lurah;
4) Keterangan kepemilikan atau kuasa penggunaan tempat pembelajaran selama 3
(tiga) tahun.
5) Dalam hal Pendiri adalah badan hukum, Pendiri melampirkan Surat Penetapan
Badan Hukum dari Kementerian di bidang Hukum.
3) Persyaratan teknis berupa dokumen Rencana Pengembangan Satuan Pendidikan
dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

 Persyaratan Lembaga Penerima Bantuan sebagai Acuan Penilaian


Calon penyelenggara Program PKW wajib mengajukan proposal dan memenuhi syarat
administrasi sebagai berikut:

1. Memiliki izin operasional dan/atau izin usaha.


2. Memiliki MoU dengan UMKM/badan usaha lainnya dan memiliki rancangan
rintisan usaha bagi peserta didik.
3. Memiliki MoU dengan mitra Dunia Usaha/UMKM/Permodalan/Pemasaran yang
siap membimbing pelatihan dan rintisan usaha.
4. Memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) bagi satuan pendidikan non-
formal dan formal atau nomor pokok pendidikan tinggi bagi perguruan tinggi.
5. Memiliki nomor rekening bank atas nama satuan pendidikan/ Lembaga
penyelenggara.
6. Memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) atas nama satuan
pendidikan/Lembaga penyelenggara.
I. Kesimpulan

Program Keterampilan Kewirausahaan (PKW) adalah kegiatan pelatihan dari


satuan pendidikan masyarakat yang diberikan pemerintah untuk masyarakat dengan syarat-
syarat tertentu. Pengertian keterampilan sendiri merupakan kemampuan dasar yang
melekat dalam diri manusia, yang kemudian dilatih, diasah, serta dikembangkan secara
terus menerus dan berkelanjutan guna menjadikan kemampuan seseorang menjadi
potensial, sehingga kemudian seseorang tersebut menjadi ahli serta profesional di bidang
tertentu. Keterampilan bisa mengalami perkembangan, atau peningkatan dengan proses
belajar atau didasari dengan beragam ilmu. Program pelatihan ini juga bertujuan untuk
meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Sebagian besar warga negara Indonesia
mungkin ada yang tidak melanjutkan pendidikannya, sehingga warga tersebut sulit
menemukan pekerjaan. Maka dari itu, program ini dibuat untuk membantu masyarakat
mengembangkan potensinya walaupun tidak mengikuti sekolah formal sampai selesai.
Secara tidak langsung program ini dapat membantu pesertanya untuk mendapat pekerjaan
atau bahkan membuka lapangan pekerjaan yang akan membantu kondisi
perekonomiannya, dengan begitu dapat mencegah peningkatan angka pengagguran dan
kemiskinan di Indonesia. Program semacam PKW tidak hanya diselenggarakan oleh
pemerintah, tetapi juga bisa diselenggarakan oleh badan swasta lainnya yang memiliki
tujuan untuk memberdayakan masyarakat. Seperti yang kita ketahui bahwasannya PKW
adalah satuan pendidikan masyarakat atau non-formal, maka dari segi pembelajarannya
pun berbeda denga sekolah formal. Biasanya program pelatihan memberikan materi
pembelajaran dengan waktu yang singkat, dan lebih merujuk kepada praktik dibandingkan
teori, instruktur atau pendidiknya pun adalah orang-orang yang memiliki sertifikasi pada
bidang keterampilan tersebut dan menyampaikan materi yang mudah dimengerti oleh
masyarakat umum. Karena PKW adalah program pelatihan dibidang kewirausahaan, maka
pendidiknya biasanya adalah para pengusaha, atau orang yang berpendidikan tinggi di
bidang bisnis dan ekonomi. Dalam kegiatan PKW, para peserta mendapatkan pengajaran
bagaimana cara berwirausaha, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, sampai
pelaksanaan. PKW juga memberikan evaluasi dan bimbingan kepaada peserta dalam
memulai usahanya, bimbingannya seperti memberitahukan apa saja peluang usaha yang
dibutuhkan oleh dunia usaha atau dunia industri. Indikator keberhasilan program PKW
diantaranya; (1) Minimal 90% dari jumlah peserta didik dapat menyelesaikan program
PKW dengan tuntas, (2) Minimal 60% Peserta didik dapat merintis usaha dalam 1 tahun
setelah mengikuti program PKW, (3) Adanya laporan pertanggungjawaban mengenai
penyelenggaraan program PKW berikut penggunaan dana bantuan PKW yang tepat
sasaran, tepat guna, tepat waktu, bermutu, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan
(akuntabel). Karena PKW adalah program bantuan yang diberikan pemerintah kepada
masyarakat, maka peserta PKW mendapat dana bantuan dari pemerintah dalam mengikuti
pelatihannya. Program pelatihan-pelatihan seperti PKW harus dapat terus terlaksana
karena sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk mengembangkan potensinya.
Daftar Pustaka
 Arif, A. (2020). Angka Kemiskinan dan Pengangguran di Indonesia Melonjak hingga
Level Tertinggi. https://ayosemarang.com/read/2020/09/16/63780/angka-kemiskinan-
dan-pengangguran-di-indonesia-melonjak-hingga-level-tertinggi. (Diaksse pada
tanggal 9 April 2021).
 Baroroh, K. (2012). Kurikulum Pelatihan Kewirausahaan.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132309684/pengabdian/1pelatihan-
kewirausahaan.pdf. (Diakses pada tanggal 25 Maret 2021)
 Business Marketing. (2020). Pengertian E-Commerce dan Contohnya, Komponen,
Jenis, dan Manfaat E-Commerce. https://idcloudhost.com/pengertian-e-commerce-
dan-contohnya-komponen-jenis-dan-manfaat-e-commerce/. (Diakses pada tanggal 9
April 2021).
 Gerintya, S. (2019). Indeks Pendidikan Indonesia Rendah, Daya Saing pun Lemah.
https://tirto.id/indeks-pendidikan-indonesia-rendah-daya-saing-pun-lemah-dnvR.
(Diakses pada tangal 9 April 2021).
 Haryanto, A. (2020). Kewirausahaan Adalah: Pengertian, Manfaat, Ciri-Ciri, Tujuan,
Karakteristik. https://www.jojonomic.com/blog/kewirausahaan-adalah/. (Diakses pada
tanggal 19 Maret 2021)
 Himayaturrohmah, E. (2020). Model Pelatihan Kewirausahaan Berbasis Minat. Jakarta.
Litbangdiklat Press
 Indriyatni, L., Wahyuningsih, P., Purwanto, Agus B. (2014). Pengembangan Model
Pelatihan Kewirausahaan untuk Perempuan Pengangguran di Kabupaten Demak.
file:///C:/Users/ASUS/AppData/Local/Temp/1196-2503-1-SM.pdf. (Diakses pada
tanggal 25 Maret 2021.
 Kompas.com. (2020). Kemiskinan: Definisi, Jenis, dan Faktor Penyebabnya.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/24/172143169/kemiskinan-definisi-
jenis-dan-faktor-penyebabnya?page=all. (Diakses pada tanggal 9 April 2021).
 Kompas.com. (2021). Pengertian Kewirausahaan dan Ciri-Cirinya.
https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/05/192551369/pengertian-
kewirausahaan-dan-ciri-cirinya?page=all. (Diakses pada tanggal 6 April 2021)
 Mojo. (2017). BAB II Landasan Teori.
http://eprints.stainkudus.ac.id/1826/5/BAB%20II.pdf. (Diakses pada tanggal 19 Maret
2021)
 Panduan Penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahan Sosial Berbasis Masalah
Lingkunga bagi Kelompok Usia Produktif
 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 Tahun
2013 Tentang Pendirian Satuan Pendidika Non-formal
 Petunjuk Teknis Bantuan Pemerintah Program Kecakapan Wirausaha (PKW) Tahun
2020
 Rizkinanda, Y. A. (2016). Sejarah dan Perkembangan Wirausaha di Indonesia.
http://blog.ub.ac.id/adindayr/2016/09/10/sejarah-dan-perkembangan-wirausaha-di-
indonesia/. (Diakses pada tanggal 19 Maret 2021)
 Salinan Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 tentang bantuan penyelenggaraan
program pendidikan kecakapan wirausaha tahun 2017
 Video Pembelajaran (YouTube) dari Bapak Dr. H. Safuri Musa, M.Pd. dengan judul
10 Tips Sukses Menyelenggarakan Pendidikan Kecakapan Wirausahan (PKW).
 Wedan, M. (2016). Pengertian Pendidikan dan Tujuan Pendidikan Secara Umum.
https://silabus.org/pengertian-pendidikan/. (Diakses pada tanggal 9 April 2021).

Anda mungkin juga menyukai