Anda di halaman 1dari 31

Laporan Penelitian

JENIS DAN KEANEKARAGAMAN SEMAK, HERBA, POHON DI TEPI


SUNGAI AYUNG, MAMBAL, KABUPATEN BADUNG

Oleh

I Ketut Muksin

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MIPA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa atas asung
wara nugraha-Nya, sehingga penyusunan laporan penelitian dengan judul “JENIS DAN
KEANEKARAGAMAN SEMAK, HERBA, POHON DI TEPI SUNGAI AYUNG,
MAMBAL, KABUPATEN BADUNG” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Keberhasilan penyusunan laporan penelitian ini karena adanya keterlibatan berbagai


pihak yang telah rela meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya, oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Dekan Fakultas MIPA Universitas Udayana
2. Ketua Program Studi Biologi F MIPA Universitas Udayana
3. Anak Agung Gede Raka Dalem dan teman sejawat

Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan laporan penelitian
ini masih banyak terdapat kekurangan. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan khususnya kepada mahasiswa dalam pengembangan ilmu pengetahuan.`

Bukit Jimbaran, April 2017

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... iv
DAFTAAR GAMBAR .................................................................................................. v
Abstrak ........................................................................................................................... vi

I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 1
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 2

II METODE PENELITIAN .......................................................................................... 3


2.1. Tempat dan waktu Penelitian ............................................................................... 3
2.2. Metode Pengambilan Data ................................................................................... 3
2.3. Analisis Data ......................................................................................................... 3

III HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 4


3.1. Hasil ...................................................................................................................... 4
3.1.1 Semak di tepi Sungai Ayung ....................................................................... 4
3.1.2 Herba di tepi Sungai Ayung ........................................................................ 6
3.1.3 Pohon di tepi Sungai Ayung ....................................................................... 9
3.2. Pembahasan .......................................................................................................... 12

IV KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 23


4.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 23
4.2. Saran ..................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 25

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Semak hasil sampling di tepi Sungai Ayung .......................................................... 4

Tabel 2. Analisis Indeks Diversitas semak di tepi Sungai Ayung ....................................... 5

Tabel 3. Herba hasil sampling di tepi Sungai Ayung ........................................................... 6

Tabel 4. Analisis Indek Diversitas herba di tepi Sungai Ayung ........................................... 7

Tabel 5. Pohon di tepi Sungai Ayung berdasarkan pengambilan sampel dalam plot

kuadrat ..................................................................................................................... 9

Tabel 6. Analisis pohon di tepi Sungai Ayung ....................................................................... 10

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pule (Alstonia scholaris) .................................................................................... 14

Gambar 2. Pinang (Areca catechu) ....................................................................................... 16

Gambar 3. Majegau (Dysoxylum densiflorum) ................................................................... 17

Gambar 4. Cempaka kuning (Michelia champaca) .............................................................. 18

Gambar 5. Badung (Garcinia dulcis (ROXG.) Kurz) ............................................................ 19

Gambar 6. Durian (Durio zibbethinus Murr) ........................................................................ 19

Gambar 7. Bayur (Pterospermum javanicum) ...................................................................... 20

Gambar 8. Ceroring (Lancium parasiticum) ......................................................................... 21

v
Abstrak

Penelitian semak dilaksanakan di tepian Sungai Ayung di wilayah Desa Mambal,


Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung - Bali, antara bulan Januari - Maret 2017. Sampel
diambil dalam plot (quadrat), masing-masing tiga plot untuk setiap stasiun pengamatan yang
berbeda. Pengamatan dilakukan pada 3 stasiun. Plot pengambilan sampel semak adalah 5 m x 5
m,herba 1 m x 1 m, dan pohon 20 m x 20 m. Dari hasil pengamatan ini, akan dicatat speciesnya,
kemudian yang tidak teridentifikasi di lapangan akan diambil sampelnya dan dibawa ke
laboratorium untuk identifikasi lebih lanjut sampai taxon terrendah yang memungkinkan.
Kemudian dilist speciesnya, index diversitasnya dihitung. Jenis-jenis semak,herba dan pohon
yang sudah diidentifikasi akan diklasifikasikan menjadi langka/dilindungi atau tidak seuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Pemanfaatannya juga dibahas
dan akhirnya rekomendasi penelitian selanjutnya akan diberikan.
Sebanyak 24 jenis semak dan 37 jenis herba serta 49 jenis pohon telah berhasil teramati di tepian
sungai ayung di Mambal. Dari hasil penelitian nampak bahwaIndeks diversitas semaknya adalah
sedang sedangkan herba dan pohonnya indeksnya tinggi.Vegetasi semak di mambal ini
didominansi oleh Poong sebesar 12,575 % kemudian oleh Ficus sp dan daun suji dengan
persentase yang sama 11,976%. Vegetasi herbanya didominansi oleh rumput species 1 sebesar
15,37 % kemudian Spilanthes sp. 13,85%. Untuk pohon didominasi oleh tiing tali 18,48 %
kemudian aren 14,01%. Dari jenis pohon ini, ada species-species yang langka/dilindungi, yaitu:
Pule, Pinang, Majegau, Cempaka, Badung, Durian dan Blayur, dan ceroring, sementara
untuksemak dan herba tidak ada yang langka/dilindungi. Walaupun tidak ada ditemukan jenis
semak dan herba yang dilindungi, namun perananya terhadap kelestarian lingkungan dan untuk
nilai ekonomi masyarakat tetap penting, antara lain sebagai bahan makanan, sarana upakara,
pakan ternak, bahan kerajinan, bahan obat, pakan ternak, mencegah lahan longsor dan
sebagainya.Direkomendasikan dilakukan penelitian lebih lanjut secara berkelanjutan terhadap
flora dan fauna Mambal, Kajian yang terus menerus akan memberikan informasi yang lebih baik
terhadap kondisi lingkungan di wilayah Mambal.

Kata kunci: semak, herba, pohon, sungai Ayung, keanekaragaman, langka, dilindungi

vi
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keanekaragaman flora merupakan aspek penting dalam kelestarian lingkungan hidup.


Keberadaan flora akan sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem serta keberlanjutan
pembangunan di suatu wilayah tertentu.
Untuk menentukan rencana pelestarian flora, maka perlu dilakukan kajian terhadap kondisi
eksisting flora tersebut. Oleh sebab itu sebelum menetapkan strategi pelestarian flora di sekitar
Mambal, kabupaten Badung, maka dilakukan kajian keberadaan flora tersebut. Salah satu yang
dikaji adalah keberadaan flora/vegetasi yang berupa semak/perdu dan herba dan pohon. Semak
ini merupakan tumbuhan yang biasanya tidak berkembang terlalu tinggi. Ketinggiannya
maksimal sekitar 5 m. Di samping itu biasanya percabangan nampak dari bagian bawah batang
pohonnya, tidak dari jarak sekitar setinggi dada (1,35 m) misalnya yang ditemukan pada
kelompok vegetasi pohon. Pohon juga biasanya dapat berkembang sampai ketinggian diatas 5 m.
Sementara herba umumnya merupakan flora ground cover berbatang basah, berbeda dengan
terna yang berbatang kering.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:


1. Bagaimana Jenis-jenis flora (semak atau perdu, herba dan pohon) di wilayah Mambal,
Kabupaten Badung.
2. Bagaimana keanekaragaman semak, herba dan pohon di wilayah Mambal, Kabupaten
Badung.
3. Bagaimana status flora tersebut apakah termasuk langka, dilindungi atau tidak.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara rinci adalah:


1. Untuk mengetahui Jenis-jenis flora (semak/perdu, herba dan pohon) di wilayah Mambal,
Kabupaten Badung.
2. Untuk mengetahui mengetahui keanekaragaman semak,herba dan pohon di wilayah
Mambal, Kabupaten Badung.
1
3. Untuk mengetahui status flora tersebut apakah termasuk langka, dilindungi atau tidak.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memeberikan manfaat bagi masyarakat sekitar daerah
penelitian dilaksanakan dan dapat memberikan informasi tentang tumbuhan sebagai data
penunjang di dunia pendidikan.

2
II. METODE PENLITIAN

2.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian flora semak dilaksanakan di Desa Mambal, Kecamatan Abiansemal,


Kabupaten Badung - Bali, antara bulan Januari - Maret 2017.

2.2 Metode Pengambilan Data

Sampel diambil dalam plot (quadrat), masing-masing tiga plot untuk stasiun pengamatan
yang berbeda (di tepi sungai). Plot pengambilan sampel semak adalah 5 m x 5 m sedangkan
herba 1 m x 1 m, dan pohon 20 m x 20 m.

2.3 Analisis Data

Dari hasil pengamatan ini, akan dicatat speciesnya (jika memungkinkan), kemudian yang
tidak teridentifikasi di lapangan, diambil sampelnya, dan dibawa ke laboratorium untuk
identifikasi lebih lanjut sampai taxon terrendah yang memungkinkan. Kemudian dilist
speciesnya, index diversitasnya dihitung. Jenis-jenis semak, herba dan pohon yang sudah
teridentifikasi diklasifikasikan menjadi langka/dilindungi atau tidak seuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia (antara lain berdasarkan UU No 5 tahun 1990
serta Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999). Pemanfaatannya juga dibahas dan akhirnya
rekomendasi penelitian selanjutnya akan diberikan.

3
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Semak di tepi Sungai Ayung

Sebanyak 24 jenis flora semak telah berhasil teramati di tepian sungai ayung di Daerah
Mambal, Badung. Sebagian telah berhasil diidentifikasi, namun sebagian masih belum
teridentifikasi.
Semak/perdu di sekitar tepian sungai Ayung di Mambal hasil analisis sampel plot, dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1. Semak hasil sampling di tepi Sungai Ayung


Total
No Nama Jenis Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 (%)
1 Nyuh 2, buah merah (Ficus glomerosa) 6 0 0 6
2 Awar-awar (Ficus septica) 6 5 4 15
3 Puring 1 0 0 1
4 Spesies 1(mirip gegirang) 2 1 0 3
5 Spesies 2 (daun memanjang) 2 2 0 4
6 Ficus sp. 14 6 0 20
7 Puring jenis 1 2 0 3 5
8 Daun katuk/kayu manis 0 1 0 1
9 Puletan (Urena lobata) 0 1 0 1
Bunga putih lobang-lobang
10 (Eupatorium odoratum) 0 1 0 2
11 Eupatorium sp. 0 3 0 4
12 Poong 0 20 0 21
13 Singkong (Manihot utillisima) 0 9 0 9
14 Spesies x 0 4 0 4
15 Jarak (Ricinus communis) 0 1 0 1
16 Talas (Colocasia esculenta) 0 0 6 6
17 Andong merah 0 0 6 6
18 Puring jenis2 0 0 3 3
19 Puring jenis 3 0 0 2 2
20 Daun suji 0 0 20 20
21 Pucuk lilin 0 0 7 7
22 Nyamplung 0 0 1 1
4
23 Sirih 0 0 1 1
24 Bunga kuning 0 0 24 24

Jumlah 33 54 77 167

Dari jenis-jenis semak ini tidak ada ditemukan species yang dilindungi.Semak ini kemudian
dianalisis lebih jauh untuk indeks diversitasnya (dalam Tabel 2).

Tabel 2. Analisis Indeks Diversitas semak di tepi Sungai Ayung


Total
Crown Frek. Perhitungan
Cover CC Frekuensi Kehadiran Nilai Indeks
No Nama Jenis (%) Relatif Kehadiran Relatif Penting Diversitas
Nyuh 2, buah merah
1 (Ficus glomerosa) 6 3,593 1 2,703 6,296 -0,109
Awar-awar (Ficus
2 septica) 15 8,982 7 18,919 27,901 -0,275
3 Puring 1 0,599 1 2,703 3,302 -0,068
Spesies 1(mirip
4 gegirang) 3 1,796 3 8,108 9,905 -0,149
Spesies 2 (daun
5 memanjang) 4 2,395 2 5,405 7,801 -0,127
6 Ficus sp. 20 11,976 3 8,108 20,084 -0,231
7 Puring jenis 1 5 2,994 2 5,405 8,399 -0,133
Daun katuk/kayu
8 manis 1 0,599 1 2,703 3,302 -0,068
9 Puletan (Urena lobata) 1 0,599 1 2,703 3,302 -0,068
Bunga putih lobang-
lobang (Eupatorium
10 odoratum) 2 1,198 2 5,405 6,603 -0,113
11 Eupatorium sp. 4 2,395 1 2,703 5,098 -0,094
12 Poong 21 12,575 1 2,703 15,278 -0,196
Singkong (Manihot
13 utillisima) 9 5,389 1 2,703 8,092 -0,130
14 Spesies x 4 2,395 1 2,703 5,098 -0,094
Jarak (Ricinus
15 communis) 1 0,599 1 2,703 3,302 -0,068
Talas (Colocasia
16 esculenta) 6 3,593 1 2,703 6,296 -0,109
17 Andong merah 6 3,593 1 2,703 6,296 -0,109
18 Puring jenis 2 3 1,796 1 2,703 4,499 -0,085
19 Puring jenis 3 2 1,198 1 2,703 3,900 -0,077
5
20 Daun suji 20 11,976 1 2,703 14,679 -0,192
21 Pucuk lilin 7 4,192 1 2,703 6,894 -0,116
22 Nyamplung 1 0,599 1 2,703 3,302 -0,068
23 Sirih 1 0,599 1 2,703 3,302 -0,068
24 Bunga kuning 24 14,371 1 2,703 17,074 -0,210

Jumlah 167 100,000 37 100,000 200,000 -2,953


Indeks diversitasnya = 2,95 (sedang)

3.1.2 Herba di tepi Sungai Ayung

Herba hasil sampling tepian sungai ayung disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Herba hasil sampling di tepi Sungai Ayung


Total
(crown
No Nama Jenis Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 cover)
1 Spesies 1 0,10 0,10
2 Spesies 2 0,21 0,21
3 Spesies 3 (ate) 0,05 0,05
4 Spesies 4 (batang basah) 0,03 0,03
5 Spesies 5 (rumput) 0,02 0,02
6 Spesies 6 (brojolintang) 0,01 0,01
7 Species 7 (Seperti paku ) 0,05 0,05
8 Species 8 0,4 0,4
9 Rumput spesies 1 0,81 0,81
10 Paku pipid 0,03 0,30 0,06
11 Paku x (bergerigi) 0,01 0,01
12 Rumput species 2 0,10 0,10
13 Spilanthes sp. 0,03 0,7 0,73
14 Liana (seperti paku) 0,30 0,30
15 Teki (Cyperus rotundus) 0,01 0,04 0,05
16 Rumput species 3 0,05 0,05
17 Ate (Lygodium sp.) 0,02 0,02
Kembang sungsang (Gloriosa
18 superba) 0,02 0,02
Rumput (Kilinga
19 monocephala) 0,01 0,05 0,06
20 Mikania sp. 1 0,02 0,02
Alang-alang (Imperata
21 cylindrica) 0,40 0,40
22 Mikania sp. 2 0,02 0,02
6
23 Ageratum conizoides 0,01 0,01
24 Ipomoea batata 0,02 0,02
25 Rumput (padang halus) 0,01 0,01
26 Sporobolus poiretei 0,05 0,05
27 Euphorbia sp 0,18 0,18
Rumput pahit (Axonopus
28 compressus) 0,25 0,25
29 Elepantopus scaber 0,1 0,1
30 Eleusin sp. 0,23 0,23
31 Digitaria sp. 0,15 0,15
32 Species 9 0,34 0,34
33 Vernonia sp. 0,01 0,01
34 Paku Y 0,07 0,07
35 Permut 0,03 0,03
36 Rumput Species 4 0,25 0,25
Mikania sp. 3 (batang
37 berbulu) 0,05 0,05

Jumlah 1,72 1,02 2,5 5,27

Dari jenis-jenis herba ini tidak ada ditemukan species yang dilindungi. Herba ini kemudian
dianalisis indeks diversitasnya dalam Tabel 4.
Tabel 4. Analisis Indeks Diversitas herba di tepi Sungai Ayung
Frekuen Perhitun
Total si gan
Crown Kehadir Nilai Indeks
Cover CC Frekuensi an pentin Diversit
No Nama Jenis (CC) Relatif kehadiran Relatif g as
1 Spesies 1 0,10 1,90 1 1,923 3,821 -0,076
2 Spesies 2 0,21 3,98 2 3,846 7,831 -0,127
3 Spesies 3 (ate) 0,05 0,95 1 1,923 2,872 -0,061
Spesies 4 (batang
4 basah) 0,03 0,57 1 1,923 2,492 -0,055
5 Spesies 5 (rumput) 0,02 0,38 1 1,923 2,303 -0,051
Spesies 6
6 (brojolintang) 0,01 0,19 1 1,923 2,113 -0,048
Species 7 (Seperti
7 paku ) 0,05 0,95 1 1,923 2,872 -0,061
8 Species 8 0,4 7,59 1 1,923 9,513 -0,145
9 Rumput spesies 1 0,81 15,37 2 3,846 19,216 -0,225
10 Paku pipid 0,06 1,14 2 3,846 4,985 -0,092
7
11 Paku x (bergerigi) 0,01 0,19 1 1,923 2,113 -0,048
12 Rumput species 2 0,10 1,90 1 1,923 3,821 -0,076
13 Spilanthes sp. 0,73 13,85 4 7,692 21,544 -0,240
14 Liana (seperti paku) 0,30 5,69 1 1,923 7,616 -0,124
Teki (Cyperus
15 rotundus) 0,05 0,95 2 3,846 4,795 -0,089
16 Rumput species 3 0,05 0,95 2 3,846 4,795 -0,089
17 Ate (Lygodium sp.) 0,02 0,38 2 3,846 4,226 -0,081
Kembang sungsang
18 (Gloriosa superba) 0,02 0,38 1 1,923 2,303 -0,051
Rumput (Kilinga
19 monocephala) 0,06 1,14 2 3,846 4,985 -0,092
20 Mikania sp. 1 0,02 0,38 2 3,846 4,226 -0,081
Alang-alang
(Imperata
21 cylindrica) 0,40 7,59 1 1,923 9,513 -0,145
22 Mikania sp. 2 0,02 0,38 1 1,923 2,303 -0,051
Ageratum
23 conizoides 0,01 0,19 1 1,923 2,113 -0,048
24 Ipomoea batata 0,02 0,38 1 1,923 2,303 -0,051
Rumput (padang
25 halus) 0,01 0,19 1 1,923 2,113 -0,048
26 Sporobolus poiretei 0,05 0,95 1 1,923 2,872 -0,061
27 Euphorbia sp. 0,18 3,42 2 3,846 7,262 -0,120
Rumput pahit
(Axonopus
28 compressus) 0,25 4,74 1 1,923 6,667 -0,113
29 Elepantopus scaber 0,1 1,90 1 1,923 3,821 -0,076
30 Eleusin sp. 0,23 4,36 2 3,846 8,210 -0,131
31 Digitaria sp. 0,15 2,85 1 1,923 4,769 -0,089
32 Species 9 0,34 6,45 2 3,846 10,298 -0,153
33 Vernonia sp. 0,01 0,19 1 1,923 2,113 -0,048
34 Paku Y 0,07 1,33 2 3,846 5,174 -0,095
35 Permut 0,03 0,57 1 1,923 2,492 -0,055
36 Rumput Species 4 0,25 4,74 1 1,923 6,667 -0,113
Mikania sp. 3
37 (batang berbulu) 0,05 0,95 1 1,923 2,872 -0,061

200,00
Jumlah 5,27 100,00 52 100,000 0 -3,372
Indeks diversitas herba flora tepian sungai Ayung di Mambal = 3,37 (tinggi)

8
3.1.3 Pohon di tepi Sungai Ayung

Tabel 5 menyajikan jenis-jenis pohon yang disampel dalam plot kuadrat 20 m x 20 m dalam

9 plot, masing-masing 3 plot per stasiun.

Tabel 5. Pohon di tepi Sungai Ayung berdasarkan pengambilan sampel dalam plot kuadrat
Stasiun Stasiun Stasiun
No Nama Jenis 1 2 3 Total
1 Kutat 1 1
2 Lemasih 3 20 4 27
3 Kepundung 4 4
4 Kelapa (Cocos nucifera) 13 9 5 27
5 Nangka (Artorcarpus integra) 5 16 8 29
6 Pepaya (Carica papaya) 7 1 8
7 Aren (Arenga pinnata) 52 20 72
8 Durian (Durio zibethinus) 2 1 3
9 Pisang (Musa paradisiaca) 23 3 9 35
10 Blayur/bayur 16 16
11 Badung 1 1
12 Bambu santong 25 25
13 Tiing tali 47 48 95
14 Teep 1 1
15 Gamal (Gliricedia sepium) 6 6
16 Klampuak 8 3 11
17 Jeruk (Citrus sp) 8 8
18 Jambu biji (Psidium guajava) 1 1
19 Sukun (Artocarpus comunis) 2 2 4 8
20 Ceroring 18 18
21 Michelia champaka 1 1 2
22 Kutat (?) 1 1
23 Bambu ampel 3 3
24 Ae 1 1 2
25 Kepopoh 1 6 7
26 Kopi 20 20
27 Lamtoro 9 9
28 Sandat (?) 1 1
29 Tiing Semat 22 22
30 Sandat bali (Cananga odorata) 1 1 2
31 Coklat (Theobroma caccao) 1 1
32 Dagdag see 1 1

9
33 Pohon X 2 2
34 Terminalia catapa 3 3
35 Waru (Hibiscus tiliaceus) 1 1
36 Bambu kecil 6 6
37 Mahoni 1 1
38 Mangga (Mangifera indica) 1 1
39 Pohon Y 1 1
40 Nyamplung (Calophylum inophylum) 1 1
41 Pohon Z 1 3 4
42 Majegau 3 1 4
43 Jepun (Plumeria acuminata) 2 7 9
44 Jambu biji (?) 1 1
45 Jati (Tectona grandis) 1 1
46 Pule 7 7
47 Beringin (Ficus benyamina) 1 1
48 Nyamplung 2 2
49 Pinang (Arenga pinata) 2 2
Jumlah 307 124 83 514

Dari jenis pohon ini, ada species-species yang langka/dilindungi, yaitu: Pule, Pinang, Majegau,
Cempaka, Badung, Durian dan Blayur, dan ceroring. Analisis pohon untuk tepi sungai dapat
dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Analisis pohon di tepi Sungai Ayung


Frek Frekue
uens nsi
Total Kerapat i Kehadi Nilai Perhitung
Indivi an Keha ran Pentin an Indeks
No Nama Jenis du Relatif diran Relatif g Diversitas
1 Kutat 1 0,195 1 1,020 1,215 -0,031
2 Lemasih 27 5,253 5 5,102 10,355 -0,153
3 Kepundung 4 0,778 2 2,041 2,819 -0,060
Kelapa (Cocos
4 nucifera) 27 5,253 5 5,102 10,355 -0,153
Nangka (Artorcarpus
5 integra) 29 5,642 6 6,122 11,764 -0,167
Pepaya (Carica
6 papaya) 8 1,556 3 3,061 4,618 -0,087

10
7 Aren (Arenga pinnata) 72 14,008 6 6,122 20,130 -0,231
Durian (Durio
8 zibethinus) 3 0,584 2 2,041 2,624 -0,057
Pisang (Musa
9 paradisiaca) 35 6,809 5 5,102 11,911 -0,168
10 Blayur/bayur 16 3,113 3 3,061 6,174 -0,107
11 Badung 1 0,195 1 1,020 1,215 -0,031
12 Bambu santong 25 4,864 1 1,020 5,884 -0,104
13 Tiing tali 95 18,482 3 3,061 21,544 -0,240
14 Teep 1 0,195 1 1,020 1,215 -0,031
Gamal (Gliricedia
15 sepium) 6 1,167 1 1,020 2,188 -0,049
16 Klampuak 11 2,140 3 3,061 5,201 -0,095
17 Jeruk (Citrus sp.) 8 1,556 1 1,020 2,577 -0,056
Jambu biji (Psidium
18 guajava) 1 0,195 1 1,020 1,215 -0,031
Sukun (Artocarpus
19 comunis) 8 1,556 6 6,122 7,679 -0,125
20 Ceroring 18 3,502 1 1,020 4,522 -0,086
21 Michelia champaka 2 0,389 2 2,041 2,430 -0,054
22 Kutat (?) 1 0,195 1 1,020 1,215 -0,031
23 Bambu ampel (halus) 3 0,584 1 1,020 1,604 -0,039
24 Ae 2 0,389 2 2,041 2,430 -0,054
25 Kepopoh 7 1,362 3 3,061 4,423 -0,084
26 Kopi 20 3,891 2 2,041 5,932 -0,104
27 Lamtoro 9 1,751 1 1,020 2,771 -0,059
28 Sandat (?) 1 0,195 1 1,020 1,215 -0,031
29 Tiing Semat 22 4,280 1 1,020 5,301 -0,096
Sandat bali (Cananga
30 odorata) 2 0,389 2 2,041 2,430 -0,054
Coklat (Theobroma
31 cacao) 1 0,195 1 1,020 1,215 -0,031
32 Dagdag see 1 0,195 1 1,020 1,215 -0,031
33 Pohon X 2 0,389 1 1,020 1,410 -0,035
34 Termenalia catapa 3 0,584 2 2,041 2,624 -0,057
Waru (Hibiscus
35 tiliaceus) 1 0,195 1 1,020 1,215 -0,031
36 Bambu kecil 6 1,167 1 1,020 2,188 -0,049
37 Mahoni 1 0,195 1 1,020 1,215 -0,031
Mangga (Mangifera
38 indica) 1 0,195 1 1,020 1,215 -0,031
11
39 Pohon Y 1 0,195 1 1,020 1,215 -0,031
Nyamplung
(Calophylum
40 inophylum) 1 0,195 1 1,020 1,215 -0,031
41 Pohon Z 4 0,778 3 3,061 3,839 -0,076
42 Majegau 4 0,778 2 2,041 2,819 -0,060
Jepun (Plumeria
43 acuminata) 9 1,751 3 3,061 4,812 -0,090
44 Jambu biji (?) 1 0,195 1 1,020 1,215 -0,031
45 Jati (Tectona grandis) 1 0,195 1 1,020 1,215 -0,031
46 Pule 7 1,362 2 2,041 3,403 -0,069
Beringin (Ficus
47 benyamina) 1 0,195 1 1,020 1,215 -0,031
48 Nyamplung 2 0,389 1 1,020 1,410 -0,035
Pinang (Areca
49 catechu) 2 0,389 1 1,020 1,410 -0,035
Jumlah 514 100,000 98 100,00 200,00 -3,460
Indeks diversitasnya = 3,46 (tinggi)

3.2 Pembahasan

Sebanyak 24 jenis semak telah berhasil teramati di tepian sungai ayung di Daerah Mambal,
Badung. Dari hasil penelitian nampak bahwaIndeks diversitas semak tepian Sungai Ayung di
Mambal adalah sedang. Indeks vegetasi sedang ini mengindikasikan kestababilan vegetasi semak
yang sedang serta ketahanan semak terhadap serangan hama dan penyakit juga sedang. Biasanya
semakin beragam vegetasi itu maka ketahanan terhadap hama dan penyakit semakin meningkat.
Vegetasi semak di mambal ini didominansi oleh Poong sebesar 12,575 % kemudian oleh Ficus
sp dan daun suji dengan persentase yang sama 11,976%. Persentase ini dihitung berdasarkan
perhitungan persentase crown cover kemudian dibagi persentase total crown cover serluruh
sampel semak di wilayah studi.
Sementara itu, semak yang nampak paling kecil dominansinya antara lain: puring, daun katuk,
puletan, jarak (Ricinus communis), Nyamplung dan Sirih masing-masing dengan dominansi
relatif 0,599%.
Dari hasil penelittian tidak ditemukan jenis semak yang dilindungi peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia. Namun semak ini tetap perlu dilestarikan sehubungan

12
dengan perannya antara lain mencegah lonsornya lahan di temian sungai, karena ikut menutupi
lahan di wilayah tersebut.
Sebagian jenis semak tersebut juga sering dimanfaatkan penduduk antara lain untuk bahan
upakara agama Hindu, antara lain puring dan pucuk lilin. Sebagian diantaranya dimanfaatkan
sebagai sumber makanan antara lain umbi talas, dan daun katuk. Sebagian dimanfaatkan juga
untuk pakan ternak antara lain daun talas.
Jenis herba yang ditemukan ditepian sungai Ayung di Mambal lebih banyak daripada
semaknya, sehingga indeks diversitas herbanya lebih tinggi daripada semaknya. Sebanyak 37
jenis herba telah berhasil teramati di tepian sungai ayung di Daerah Mambal, Badung. Dari hasil
penelitian nampak bahwaIndeks diversitas herba tepian Sungai Ayung di Mambal adalah tinggi.
Indeks vegetasi tinggi ini mengindikasikan kestababilan vegetasi herba yang tinggi serta
ketahanan herba terhadap serangan hama dan penyakit juga tinggi. Biasanya semakin beragam
vegetasi itu maka ketahanan terhadap hama dan penyakit semakin meningkat.
Vegetasi herba di mambal ini didominansi oleh rumput species 1 sebesar 15,37 % kemudian oleh
Spilanthes sp. dengan persentase 13,85%. Persentase ini dihitung berdasarkan perhitungan
persentase crown cover kemudian dibagi persentase total crown cover serluruh sampel semak di
wilayah studi.
Sementara itu, herba yang nampak paling kecil dominansinya antara lain: brojolintang, paku x
(tidak teridentifikasi speciesnya), padang halus dan Vernonia sp. masing-masing dengan
dominansi relatif 0,19%.
Dari hasil penelittian tidak ditemukan jenis herba yang dilindungi peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia. Namun herba ini tetap perlu dilestarikan sehubungan dengan
perannya antara lain mencegah lonsornya lahan di temian sungai, karena ikut menutupi lahan di
wilayah tersebut.
Sebagian jenis herba tersebut juga sering dimanfaatkan penduduk antara lain untuk bahan
upakara agama Hindu, misalnya paku pipid. Ada diantaranya dimanfaatkan sebagai bahan
kerajinan yaitu ate, ada yang dimanfaatkan un tuk pakan terbak misalnya Elepanthopus scaber.
Sebanyak 49 jenis pohon telah berhasil teramati di tepian sungai ayung di Daerah Mambal,
Badung. Dari hasil penelitian nampak bahwaIndeks diversitas pohon tepian Sungai Ayung di
Mambal adalah tinggi. Indeks diversitas tinggi ini mengindikasikan kestababilan vegetasi semak

13
yang tinggi serta ketahanan pohon terhadap serangan hama dan penyakit juga tinggi. Biasanya
semakin beragam vegetasi itu maka ketahanan terhadap hama dan penyakit semakin meningkat.
Vegetasi pohon di tepian sungai ayung di daerah Mambal ini didominansi oleh tiing tali sebesar
18,48 % kemudian oleh Aren dengan persentase 14,01%. Persentase ini dihitung berdasarkan
perhitungan persentase jumlah individu kemudian dibagi persentase total jumlah individu
serluruh sampel pohon di wilayah studi.
Tidak seperti dalam semak dan herba, dalam hasil pengamatan pohon nampak ada jenis-jenis
yang langka/dilindungi, yaitu: Pule, Pinang, Majegau, Cempaka, Badung, Durian, Blayur dan
ceroring.

Gambar 1. Pule (Alstonia scholaris)

14
Pule adalah pohon besar yang dianggap keramat karena sering tumbuh di area kuburan
dan tepi sungai, kadang ditanam di pekarangan dekat pagar atau ditanam sebagai pohon hias.
Tanaman berbentuk pohon, tinggi 20 – 25 m. Batang lurus, diameternya mencapai 60 cm,
berkayu, percabangan menggarpu. Kulit batang rapuh, rasanya sangat pahit, bergetah putih.
Daun tunggal, tersusun melingkar 4 – 9 helai, bertangkai yang panjangnya 7,5 – 15 mm,
bentuknya lonjong sampai lanset atau lonjong sampai bulat telur sungsang, permukaan atas licin,
permukaan bawah buram, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 10 – 23 cm, lebar 3 – 7,5 cm,
warna hijau.
Perbungaan majemuk tersusun dalam malai yang bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai.
Bunga wangi berwarna hijau terang sampai putih kekuningan, berambut halus yang rapat. Buah
berupa buah bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 – 50 cm, menggantung. Biji kecil,
panjang 1,5 – 2 cm, berambut pada bagian tepinya dan berjambul pada ujungnya. Perbanyakan
dengan biji atau setek batang dan cabang.
Pule dapat menyembuhkan beberapa penyakit seperti Demam, malaria, limfa membesar,
batuk berdahak, diare, disentri, kurang napsu makan, perut kembung, sakit perut, kolik, anemia,
kencing manis (diabetes melitus), wasir, gangguan haid, bisul, tekanan darah tinggi (Hipertensi),
rematik akut, borok (ulcer), beri-beri, payudara bengkak karena menyusui, terutama yang
dimanfaatkan adalah babakan (kulit kayu) dan daunnya.

15
Gambar 2. Pinang (Areca catechu)
Pinang merupakan tanaman sejenis palma dengan batang berkayu lurus langsing tinggi
mencapai 25 m dan diameter 15 cm bahkan lebih. Ini bisa dimanfaatkan untuk membuat
bangunan sederhana dan terakhir sering kita jumpai pada perayaan Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus sebagai tiang panjat pinang. Daun berpelepah di dalamnya merupakan tumbuhnya
bunga yang terbungkus seludang (spatha), bunga berkelamin dua (banci). Pelepah daun banyak
digunakan sebagai pembungkus makanan, ayam betutu dll. Buah banyak diminati orang terutama
bijinya yang dikenal dengan istilah betel nut. Secara tradisional biji dimanfaatkan untuk nginang
(ngunyah) bersama sirih, gambir dan kapur ataupun dikunyah langsung terutama buah yang
masih muda yang diyakini mampu membuat mulut selalu basah, melindungi gigi dari penyakit,
menghilangkan sakit desentri dan kudisan. Secara medis biji pinang mengandung alkaloid untuk
merangsang otak dan simplisia untuk obat cacingan, juga bermanfaat mengencangkan vagina dan

16
meningkatkan vitalitas pria. Di Bali banyak dimanfaatkan untuk sarana upakara (banten), di
dalam upacara ngaben daun dipakai menutup abu mayat setelah dibakar, bunga dianyam untuk
ngreka.

Gambar 3. Majegau (Dysoxylum densiflorum)

Majegau atau cempaga merupakan tanaman identitas Provinsi Bali yang berkayu keras
dan berat sehingga banyak dipakai bangunan terutama untuk bangunan suci, kalau dibakar
menimbulkan aroma untuk perasapan di Pura. Pohon dapat mencapai tinggi 40 m dan dengan
diameter hingga 1,2 m, berserat halus dengan warna coklat kuning muda hingga merah muda

17
atau coklat-merah muda, mengkilap. Daun majegau berbentuk lanset lonjong. Buahnya
berbentuk bulat telur dengan panjang antara 3-6 cm.

Gambar 4. Cempaka kuning (Michelia champaca)

Bunga cempaka kuning menjadi salah satu flora identitas Provinsi Aceh (Bungong
Jeumpa Gadeng), tanaman dewasa bisa mencapai ketinggian 25 meter. Di Bali tanaman ini
termasuk katagori Taru Pramana yaitu kayu yang memiliki keistimewaan, salah satunya sebagai
bahan untuk membuat tempat suci. Ciri khas yang lain memiliki bunga yang berbaum harum dan
biasa dipakai untuk menghiasi kepala dan sebagai sarana perlengkapan upakara seperti
pembuatan canang, direndam dalam air suci (tirta) sehingga beraroma dan berbau cempaka.

18
Gambar 5. Badung (Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz)

Pohon Badung dahulu banyak tumbuh di tepi sungai, sekarang dalam upaya pelestarian
banyak ditanam di halaman sekolah-sekolah, hotel. Diameter batang bisa mencapai 30 cm pada
pengukuran setinggi dada. Badung bermanfaat untuk mengencangkan kulit yang diekstrak
menjadi masker.

Gambar 6. Durian (Durio zibbethinus Murr )

Pohon durian (king of fruits) tumbuh lurus ke atas dengan tinggi mencapai 40 m,
menahun (perenial), batang silindris berkayu (lignosus). Percabangan simpodial tumbuh condong
ke atas sampai mendatar.

19
Daun tunggal, bertangkai pendek, tersusun berseling (alternate), permukaan atas
berwarna hijau tua - bawah cokelat kekuningan, bentuk jorong hingga lanset, panjang 6,5 - 25
cm, lebar 3 - 5 cm, ujung runcing, pangkal membulat (rotundatus), tepi rata, pertulangan
menyirip (pinnate), permukaan atas mengkilat (nitidus), permukaan bawah buram (opacus), tidak
pernah meluruh, bagian bawah berlapis bulu halus berwarna cokelat kemerahan.
Bunga muncul di batang atau cabang yang sudah besar, bertangkai, kelopak berbentuk
lonceng (campanulatus) - berwarna putih hingga cokelat keemasan, berbunga sekitar bulan
Januari. Buah bulat atau lonjong, panjang 15 - 30 cm, kulit dipenuhi duri-duri tajam, warna
coklat keemasan atau kuning, bentuk biji lonjong, 2 - 6 cm - berwarna cokelat, berbuah setelah
berumur 5 - 12 tahun. Perbanyaan Generatif (biji).
Durian dikenal karena memiliki daging buah terutama salut biji (arilus) yang memiliki
aroma dan rasa yang diminati banyak orang dan dapat dimakan dalam keadaan segar. Selain itu
juga bisa diolah menjadi penganan seperti permen, kolak, dodol dan es krim. Kulit buah yang
berduri diyakini dapat menyembuhkan beberapa penyakit seperti: kurap dan sembelit,
melancarkan haid dengan membakar dan abunya dicampur dengan ramuan dan sebagai pewarna
tradisional.

Gambar 7. Bayur (Pterospermum javanicum)

20
Pohon besar, tingginya dapat mencapai 45 m. Kayunya banyak dimanfaatkan sebagai
kontruksi rumah dimana termasuk mudah dikerjakan walaupun teksturnya kasar dan
menghasilkan kilat bila dipelitur. Bisa dibuat balok atau papan yang bisa dibuat jembatan juga.
Di daerah pantai banyak dijadikan perahu tradisional (jukung). Ketahanan terhadap jamur dan
pelapuk kayu termasuk kelas II-III.Ranting-ranting berambut halus. Daun tunggal terletak
berseling, bertangkai pendek, 3–6 mm. Helaian daun bulat telur, sekira 4–14 x 2,5–7 cm, dengan
ujung meruncing dan pangkal asimetris: sebelah membundar dan sebelahnya menyempit
runcing. Sisi atas hijau terang, sisi bawah daun berambut halus kecoklatan, Perbungaan berupa
malai terminal atau di ketiak. Bunga panjang hingga 6 cm, kuning, berambut halus. Buah kotak
silindris, 5–13 x 2–5 cm, mula-mula berambut halus kemudian gundul. Bijinya banyak dan
bersayap.

Gambar 8. Ceroring (Lancium parasiticum)

Ceroring/Duku merupakan identitas Provinsi Sumatera Selatan selain bisa dimakan


langsung juga bisa dikreasikan menjadi sesuatu yang lebih bernilai jual tinggi bahkan menarik,
seperti untuk bahan baku selai, isi puding, campuran cocktail buah hingga bahan lulur.
Selain berguna sebagai penutup lahan tepian sungai, pohon-pohon ditepian sungai Ayung
juga bermanfaat bagi penduduk sekitar antara lain sebagai bahan makanan (kelapa, buahnya,
nangka buanhnya, pepaya buahnya, durian buahnya, jambu biji buahnya, mangga buahnya,
21
coklat buanya, kopi bijinya, ceroring buahnya, sukun buahnya, jeruk buahnya, teep bijinya).
bahan bangunan (majegau, blayur, jati yaitu batangnya/kayunya, aren ijuknya, bambu ampel
batangnya, kutat batangnya, tiing santong batangnya), bahan kerajinan tapel (pule, jepun,
nangka, waru, tiing semat, tting santong). bahan pembuatan gula merah dan tuak (aren), bahan
upakara Hindu (daun aren, kelapa, bunga jepun, aren tuaknya, beringin daunnya, sandat
bunganya, tiing semat batangnya untuk semat), kayu bakar (kelapa, durian, aren, kopi), tanaman
hias (antara lain jepun, bambu kecil, ketapang, dagdag se, tiing semat, sandat, bambu ampel,
tiing santong). Dagdag se juga bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak.Tanaman obat (mahoni
buahnya). Ada juga jenis tanaman yang belum dimanfaatkan masyarakat, antara lain kepopoh,
ae, pohon x, dan pohon y.

22
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:


1. Sebanyak 24 jenis semak dan 37 jenis herba serta 49 jenis pohon telah berhasil teramati
di tepian Sungai Ayung di Daerah Mambal, Badung.
2. Dari hasil penelitian nampak bahwa Indeks diversitas semak tepian Sungai Ayung di
Mambal adalah sedang sedangkan herba dan pohonnya indeksnya tinggi. Indeks
diversitas semak sedang ini mengindikasikan kestababilan vegetasi semak yang sedang
serta ketahanan semak terhadap serangan hama dan penyakit juga sedang, sementara
untuk herba dan pohonnya indeksnya tinggi sehingga dalam klasifikasi ketahanan yang
tinggi juga.
Vegetasi semak di mambal ini didominansi oleh Poong sebesar 12,575 % kemudian oleh
Ficus sp dan daun suji dengan persentase yang sama 11,976%. Persentase ini dihitung
berdasarkan perhitungan persentase crown cover kemudian dibagi persentase total crown
cover serluruh sampel semak di wilayah studi. Vegetasi herba di mambal ini didominansi
oleh rumput species 1 sebesar 15,37 % kemudian oleh Spilanthes sp. dengan persentase
13,85%. Persentase ini dihitung berdasarkan perhitungan persentase crown cover
kemudian dibagi persentase total crown cover serluruh sampel semak di wilayah studi.
Sedangkan untuk pohon didominasi oleh tiing tali sebesar 18,48 % kemudian oleh Aren
dengan persentase 14,01%. Persentase ini dihitung berdasarkan perhitungan persentase
jumlah individu kemudian dibagi persentase total jumlah individu serluruh sampel pohon
di wilayah studi.
3. Dari jenis pohon ini, ada species-species yang langka/dilindungi, yaitu: Pule, Pinang,
Majegau, Cempaka, Badung, Durian dan Blayur, dan ceroring, sementara untuk semak
dan herba tidak ada species yang dilindungi. Walaupun tidak ada ditemukan jenis semak
dan herba yang dilindungi, namun perananya terhadap kelestarian lingkungan dan untuk
nilai ekonomi masyarakat tetap penting, antara lain sebagai bahan makanan, sarana
upakara, pakan ternak, bahan kerajinan, bahan obat, pakan ternak, mencegah lahan
longsor dan sebagainya.
23
4.2 Saran
Direkomendasikan dilakukan penelitian lebih lanjut secara berkelanjutan terhadap flora dan
fauna Mambal, bukan hanya terhadapsemak dan herbanya saja. Kajian yang terus menerus akan
memberikan informasi yang lebih baik terhadap kondisi lingkungan di wilayah Mambal.
Disamping itu, fokus pelestarian perlu dilakukan terhadap flora yang mempunyai arti ekonomis
dan bermanfaat secara budaya untuk masyarakat sekitar.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anon. 1997/1998. Daftar Nama Flora (Tumbuhan Alam) dan Fauna (Satwa Liar) yang
Dilindungi Undang-Undang. Sub BKSDA Bali, kanwil Prov. Bali, Departemen
Kehutanan: Denpasar.

Anon. 2010. Panduan Seri Lapangan Identifikasi jenis Tumbuhan dan Satwa Liar Dilindungi.
Balai KSDA Bali: Denpasar.

Arinasa, I.B.K. 1998. Kontribusi Kebun Raya Eka Karya Bali dalam Melestarikan Flora
Langka yang Ada di Bali Beserta Permasalahannya. Makalah Seminar Hari Puspa dan
Satwa Nasional di Singaraja Bali, 5 November 1998.

Dalem, A.A.G.R. 2011. Some issues related to wildlife (flora and fauna) that need to be manage
by hotels seeking sustainable tourism certification in Bali. Proceedings 3rd International
Conference on Bioscience and Biotechnology: Maintaining world prosperity through
biosciences, biotechnology and revegetation. Pp. 133-136.

Keputusan Menteri Pertanian No. 54/Kpts/Um/2/1972. Daftar Jenis Tumbuhan Yang Dilindungi
di Indonesia.

Odum, E. P. 1979. Fundamental of Ecology. 3rd. ed. W. B. Saunders Co.: Japan.

Peraturan Pemerintah RI No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Steenis, C.G.G.J., G. den Hoed, S. Bloembergen, dan P. J. Eyma. 2008. Flora untuk Sekolah di
Indonesia. PT Pradnya Paramita: Jakarta.

Sundra, I K. 1994. Penuntun Praktikum Ekologi Tumbuhan. PS Biologi, Unud: Denpasar.

Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya. WWF Indonesia Programme-Departemen Kehutanan RI.

25

Anda mungkin juga menyukai