Anda di halaman 1dari 7

SIFAT KEPRIODIKAN UNSUR

A.Pengertian Sifat Keperiodikan Unsur


Dalam artikel tentang Sejarah Perkembangan Sistem Periodik, telah dibahas bahwa mekanisme penyusunan
unsur dalam sistem periodik yang dikemukakan oleh Henry G. J. Moseley pada tahun 1915 adalah berdasarkan
kenaikan nomor atom unsur.

Sementara itu dalam perkembangan selanjutnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara nomor atom dengan sifat-sifat unsur. Oleh karena itu dasar penyusunan unsur dalam sistem
periodik yang sekarang kita kenal dengan Tabel Periodik Unsur Modern adalah sesuai dengan kenaikan nomor
atom dan kemiripan sifat unsur-unsur tersebut.

Pada tabel periodik modern, unsur-unsur yang memiliki sifat sama akan dikelompokkan dalam satu
golongan dan dalam satu periode unsur-unsur menunjukkan sifat yang khas secara berkala (periodik) dari logam
ke nonlogam. Sifat-sifat unsur inilah yang dinamakan Sifat Keperiodikan Unsur. Jadi dapat disimpulkan bahwa:

Sifat Keperiodikan Unsur adalah sifat-sifat unsur yang berubah secara beraturan sesuai dengan kenaikan
nomor atom unsur.

Sifat keperiodikan unsur dalam sistem periodik unsur modern antara lain jari-jari atom, energi ionisasi,
afinitas elektron, keelektronegatifan, sifat logam, titik leleh serta titik didih.

Tujuh Sifat Keperiodikan Unsur dalam Sistem Periodik 

1.Jari-Jari atom  
Jari-jari atom adalah jarak antara inti atom sampai kulit terluar. Jari-jari atom sangat kecil sekali hanya bisa
ditentukan dengan sinar X, diduga diameternya sekitar 10-10 m. Satuan yang biasa digunakan untuk menyatakan
jari-jari atom adalam angstrom (10-10 m) atau nanometer (1 nm = 10-9 m).

 
Sifat keperiodikan jari-jari atom dalam sistem periodik adalah sebagai berikut: 

A. Dalam satu golongan, dari atas ke bawah, jari-jari atom semakin besar
 

Perhatikan gambar ilustrasi jari-jari atom unsur natrium, kalium, rubidium, dan cesium di atas. Unsur-unsur
tersebut merupakan unsur golongan IA. Dalam satu golongan, konfigurasi unsur-unsur satu golongan
mempunyai jumlah elektron valensi sama dan kulit bertambah. Akibatnya, jarak elektron valensi  dengan inti
atom semakin jauh sehingga jari-jari atom dalam satu golongan makin ke bawah makin besar. 
B. Dalam satu periode, dari kiri ke kanan, jari-jari atom semakin kecil
 

Perhatikan gambar ilustrasi jari-jari atom unsur kalium, kalsium, dan galium dan bromium di atas. Unsur-unsur
tersebut merupakan unsur periode 4. Dalam satu periode unsur-unsur memiliki jumlah kulit yang sama. Tetapi
bukan berarti jari-jari atomnya sama juga.

Semakin ke kanan letak unsur, jumlah proton dan elektron semakin banyak, sehingga tarik-menarik inti
dengan elektron makin kuat. Akibatnya, elektron-elektron terluar (elektron valensi) lebih dekat ke arah inti. Jadi,
untuk unsur-unsur yang seperiode, jari-jari atom makin ke kanan makin kecil.

Dari karakteristik jari-jari atom di setiap periode dan golongan dalam sistem periodik, maka sifat keperiodikan
unsur dalam hal ini jari-jari atom dapat digambarkan seperti berikut: 

 
 2. Energi Ionisasi
Energi ionisasi adalah energi yang diperlukan oleh suatu atom untuk melepaskan satu elektron valensi
membentuk ion positif. Sebagai contoh reaksi kimia energi ionisasi pada unsur Na adalah sebagai berikut:   
 Na (g) + energi ionisasi → Na+ (g) + e - 
Mengapa sebuah elektron memerlukan energi untuk lepas dari atomnya? Hal ini dikarenakan, konfigurasi
elektron di dalam suatu atom, elektron yang berada pada suatu kulit akan mengalami gaya tarik menarik oleh
proton yang berada pada inti atom. Energi diperlukan oleh elektron untuk melawan gaya tarik tersebut sehingga
ia bisa lepas dari atom.

Nilai energi ionisasi bergantung pada jarak elektron valensi terhadap inti atom. Makin jauh jarak elektron
valensi terhadap inti atom, makin lemah tarikan inti terhadap elektron sehingga energi ionisasi makin kecil. Dan
berlaku juga sebaliknya.
Pada kenyataannya, suatu atom dapat melepaskan lebih dari satu elektron. Energi yang diperlukan untuk
melepaskan elektron berikutnya akan lebih besar dar energi yang dibutuhkan untuk melepas elektron pertama,
karena gaya tarik intinya lebih kuat.
Energi yang diperlukan untuk melepas elektron kedua disebut energi ionisasi kedua dan seterusnya. Bila tidak
ada keterangan khusus maka yang disebut energi ionisasi adalah energi ionisasi pertama. Sifat keperiodikan
energi ionisasi dalam sistem periodik adalah sebagai berikut: 

A. Dalam satu golongan, dari atas ke bawah energi ionisasi semakin berkurang 
Dari atas ke bawah dalam satu golongan jari-jari atom bertambah sehingga daya tarik inti terhadap elektron
terluar semakin kecil. Elektron semakin mudah dilepas dan energi yang diperlukan untuk melepaskannya makin
kecil 

B. Dalam satu periode, dari kiri ke kanan energi ionisasi cenderung bertambah 

Dari kiri ke kanan dalam satu periode, jari-jari atom semakin pendek sehingga daya tarik inti terhadap elektron
semakin besar akibatnya elektron semakin sukar dilepas. Energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron
tentunya semakin besar.

Tabel Energi Ionisasi Pertama Unsur-Unsur Pada Sistem Periodik Modern (Dalam kJ/Mol)
IA

1312 IIA IIIA IVA VA VIA VIIA

Li Be B C N O F

520 900 801 1086 1402 1314 1681

Na Mg Al Si P S Cl

96 738 IIIB IVB VB VIB VIIB VIIIB IB IIB 578 789 1012 1000 1251
K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br
419 590 631 658 650 653 717 759 758 737 746 906 579 782 947 941 1140
Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag Cd In Sn Sb Te I
403 550 616 660 664 685 702 711 720 805 731 868 558 709 834 869 1008
Cs Ba La Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Ti Pb Bi Po At
376 503 538 547 680 761 770 760 840 880 870 890 1007 589 716 703 812

Bila kalian perhatikan tabel di atas, terdapat beberapa pengecualian, yaitu ternyata Golongan IIA, VA, dan
VIIIA ternyata mempunyai energi ionisasi yang sangat besar, bahkan lebih besar daripada energi ionisasi unsur
di sebelah kanannya, yaitu IIIA dan VIA. Hal ini terjadi karena unsur-unsur golongan IIA, VA, dan VIIIA
mempunyai konfigurasi elektron yang relatif stabil, sehingga elektron sukar dilepaskan.

Di luar pengecualian tersebut, sifat keperiodikan energi ionisasi unsur dalam sistem periodik modern tetap
berlaku. Secara umum, sifat keperiodikan unsur dalam sistem periodik dapat digambarkan seperti berikut:

 
3. Afinitas Elektron

Afinitas elektron adalah energi yang dibebaskan oleh suatu atom dalam wujud gas untuk menangkap elektron
dari luar membentuk ion negatif. Dengan kata lain afinitas elektron merupakan kebalikan dari energi ionisasi.
Contoh: 
F (g) + e- → F- (g) + energi
Cl (g) + e  → Cl  (g)
- -
+ energi 
Berbeda dengan energi ionisasi, afinitas elektron dapat berharga positif atau negatif. Afinitas elektron
bernilai negatif apabila terjadi pelepasan energi pada saat menangkap elektron. Sebaliknya, afinitas elektron
berharga positif apabila terjadi penyerapan energi pada saat menangkap elektron.

Unsur yang memiliki afinitas elektron bertanda negatif, berarti mempunyai kecenderungan lebih besar dalam
menyerap elektron daripada unsur yang afinitas elektronnya bertanda positif. Makin negatif nilai afinitas
elektron, maka makin besar kecenderungan unsur tersebut dalam menyerap elektron (kecenderungan
membentuk ion negatif). Sifat keperiodikan afinitas elektron dalam sistem periodik adalah sebagai berikut:  
A. Dalam satu golongan, dari atas ke bawah afinitas elektron semakin kecil 
B. Dalam satu periode, dari kiri ke kanan afinitas elektron semakin besar

Tabel Afinitas Elektron Unsur-Unsur Golongan Utama Pada Sistem Periodik Modern (Dalam kJ/Mol)
IA VIIIA

H He

-73 IIA IIIA IVA VA VIA VIIA 21

Li Be B C N O F Ne

-60 240 -27 -122 0,0 -141 -328 29

Na Mg Al Si P S Cl Ar

-53 230 -44 -134 -72 -200 -348 35

K Ca Ga Ge As Se Br Kr

-48 156 -30 -120 -77 -195 -325 39

Rb Sr In Sn Sb Te I Xe

-47 168 -30 -121 -101 -190 -295 41

Cs Ba Ti Pb Bi Po At Rn

-45 52 -30 -110 -110 -183 -270 41

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk golongan alkali tanah (IIA) dan gas mulia (VIIIA) afinitas
elektronnya semuanya berharga positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa unsur-unsur golongan IIA dan VIIIA
sukar menerima elektron. Afinitas elektron terbesar ialah golongan halogen (VIIA). Artinya, unsur-unsur
golongan VIIA paling mudah menangkap elektron dan terbentuk ion negatif yang stabil.

Afinitas elektron kecil berarti sukar menangkap elektron.

Afinitas elektron besar berarti mudah menangkap elektron.

Dari karakteristik afinitas elektron di setiap periode dan golongan dalam sistem periodik, maka sifat
keperiodikan unsur dalam hal ini afinitas elektron meskipun tidak terlalu teratur dapat digambarkan seperti
berikut:
4. Keelektronegatifan 

Keelektronegatifan adalah kemampuan atau kecenderungan suatuatom untuk menangkap atau menarik elektron
dari atom lain. Misalnya, fluorin memiliki kecenderungan menarik elektron lebih kuat daripada hidrogen. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa keelektronegatifan fluorin lebih besar daripada hidrogen.
Konsep keelektronegatifan ini pertama kali diajukan oleh Linus Pauling pada tahun 1932. Skala
keelektronegatifan yang dipakai sampai sekarang adalah yang dikembangkan oleh Pauling sebab lebih lengkap
dibanding skala kelektronegatifan yang lain. Pauling memberikan skala keelektronegatifan 4 untuk unsur yang
memiliki energi ionisasi dan energi afinitas elektron tinggi, yaitu pada florin, sedangkan unsur yang lainnya di
bawah nilai 4. 

Energi ionisasi dan afinitas elektron berkaitan dengan besarnya daya tarik elektron. Semakin besar daya tarik
elektron semakin besar energi ionisasi, juga semakin besar (semakin negatif) afinitas elektron. Jadi, suatu unsur
yang mempunyai energi ionisasi dan afinitas elektron yang besar akan mempunyai keelektronegatifan yang
besar.
Semakin besar keelektronegatifan, unsur cenderung makin mudah membentuk ion negatif. Semakin kecil
keelektronegatifan, unsur cenderung makin sulit membentuk ion negatif, dan cenderung semakin mudah
membentuk ion positif. Adapun sifat periodik keelektronegatifan dalam sistem periodik adalah sebagai berikut: 

A. Dalam satu golongan, dari atas ke bawah keelektronegatifan semakin kecil 


B. Dalam satu periode, dari kiri ke kanan keelektronegatifan semakin besar

Tabel Nilai Keelektronegatifan Unsur-Unsur Pada Sistem Periodik Modern (Dalam kJ/Mol)
IA

H
2,20 IIA IIIA IVA VA VIA VIIA

Li Be B C N O F

0,98 1,57 2,04 2,55 3,04 3,44 3,98

Na Mg Al Si P S Cl

0,93 1,31 IIIB IVB VB VIB VIIB VIIIB IB IIB 1,61 1,90 2,19 2,58 3,16

K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br

0,82 1,00 1,36 1,54 1,63 1,66 1,55 1,83 1,88 1,91 1,90 1,65 1,81 2,01 2,18 2,55 2,96

Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag Cd In Sn Sb Te I

0,82 1,95 1,22 1,33 1,60 2,16 1,90 2,20 2,28 2,20 1,93 1,69 1,78 1,96 2,05 2,10 2,66

Cs Ba La Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Ti Pb Bi Po At

0,79 0,79 1,10 1,30 1,30 2,36 1,90 2,20 2,20 2,28 2,54 2,00 2,04 2,33 2,00 2,00 2,20

Dari tabel keelektronegatifan di atas perlu diingat bahwa unsur golongan VIIIA tidak mempunyai
keelektronegatifan karena sudah memiliki 8 elektron pada kulit terluar. Jadi keelektronegatifan terbesar berada
pada unsur golongan VIIA. Dari karakteristik nilai keelektronegatifan di setiap periode dan golongan dalam
sistem periodik, maka sifat keperiodikan unsur dalam hal ini keelektronegatifan dapat digambarkan seperti
berikut:

5. Sifat Logam 

Unsur-unsur dalam sistem periodik dibagi menjadi unsur logam, semilogam (metalloid), dan
nonlogam. Kelogaman unsur terkait dengan energi ionisasi dan afinitas elektron. Unsur logam mempunyai
energi ionisasi kecil sehingga mudah melepas elektron membentuk ion positif. Unsur nonlogam mempunyai
afinitas elektron besar sehingga mudah menarik elektron membentuk ion negatif. Sifat keperiodikan kelogaman
dalam sistem periodik unsur yaitu: 

A. Dalam satu golongan sifat logam unsur bertambah dari atas ke bawah 
Dari atas ke bawah energi ionisasi unsur berkurang sehingga makin mudah melepas elektron, sifat logam
bertambah. Demikian juga nilai afinitas elektron makin berkurang sehingga makin sulit bagi unsur untuk
menangkap elektron. Sifat nonlogam berkurang. 
B. Dalam satu periode sifat logam berkurang dari kiri ke kanan 
Energi ionisasi unsur bertambah dari kiri ke kanan, sehingga makin sulit bagi unsur untuk melepas elektron.
Berarti sifat logam makin berkurang. Nilai afinitas elektron bertambah dari kiri ke kanan, sehingga makin
mudah bagi unsur untuk menarik elektron. Akibatnya sifat nonlogam makin berkurang. Kecenderungan ini
tidak berlaku bagi unsur-unsur transisi.

Jadi, unsur-unsur logam terletak pada bagian kiri-bawah sistem periodik unsur, sedangkan unsur-unsur
nonlogam terletak pada bagian kanan-atas. Batas logam dan nonlogam pada sistem periodik sering digambarkan
dengan tangga diagonal bergaris tebal, sehingga unsur-unsur di sekitar daerah perbatasan antara logam dan
nonlogam itu mempunyai sifat logam sekaligus sifat nonlogam. Unsur-unsur itu disebut unsur metaloid.
Contohnya adalah boron dan silikon.

Selain itu, sifat logam juga berhubungan dengan kereaktifan suatu unsur. Reaktif artinya mudah bereaksi.
Unsur-unsur logam pada sistem periodik unsur makin ke bawah semakin reaktif (makin mudah bereaksi) karena
semakin mudah melepaskan elektron. Sebaliknya, unsur-unsur bukan logam pada sistem periodik makin ke
bawah makin kurang reaktif (makin sukar bereaksi) karena semakin sukar menangkap elektron.

Jadi, unsur logam yang paling reaktif adalah golongan IA (logam alkali) dan unsur nonlogam yang paling reaktif
adalah golongan VIIA (halogen). 

6. Titik Leleh dan Titik Didih 

Sifat keperiodikan unsur dalam hal ini titik leleh dan titik didih pada sistem periodik adalah sebagai berikut:  

1. Dalam satu periode, titik cair dan titik didih naik dari kiri ke kanan sampai golongan IVA, kemudian turun
drastis. Titik cair dan titik didih terendah dimiliki oleh unsur golongan VIIIA. 
2. Dalam satu golongan, ternyata ada dua jenis kecenderungan yaitu (1) unsur-unsur golongan IA – IVA, titik
cair dan titik didih makin rendah dari atas ke bawah, (2) unsur-unsur golongan VA – VIIIA, titik cair dan titik
didihnya makin tinggi dari atas ke bawah.

Daftar Pustaka

Sudarmo, Unggul, 2013, Buku Kimia Untuk SMA/MA kelas x, Erlangga, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai