Analisis Lansia
Analisis Lansia
DOKUMEN
ANALISIS KEBIJAKAN DALAM MEWUJUDKAN LANJUT USIA
SEHAT MENUJU LANJUT USIA AKTIF (ACTIVE AGEING)
PENETAPAN
Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Batasan lanjut usia menurut UU Nomor 13 tahun 1998, adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas. Lanjut usia dapat dikategorikan berdasarkan
kemampuan mencari nafkah yang dibedakan menjadi dua jenis, yaitu lanjut usia potensial
jika mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau
jasa, dan lanjut usia tidak potensial jika lanjut usia tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Secara global populasi lanjut usia terus mengalami peningkatan, saat ini
penduduk pada 11 negara anggota WHO (World Health Organization), di kawasan Asia
Tenggara yang berusia di atas 60 tahun ke atas berjumlah 142 juta. Dewasa ini di
negara-negara ASEAN terbesar adalah Singapura 9%, Thailand 7%. Di Indonesia
diprediksi meningkat lebih tinggi dari pada populasi lanjut usia di wilayah Asia dan global l
setelah tahun 2050. Hasil sensus penduduk tahun 2010, menyatakan bahwa Indonesia
saat ini termasuk ke dalam 5 besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia
terbanyak di dunia. Penduduk lanjut usia di Indonesia mengalami peningkatan yang
cukup berarti selama 30 tahun terakhir dengan populasi 5,30 juta jiwa (sekitar 4,48%)
pada tahun 1970, dan meningkat menjadi 18,10 juta jiwa pada tahun 2010, pada tahun
2014 penduduk lanjut usia berjumlah 20,7 juta jiwa (sekitar 8,2%) dan diprediksikan
jumlah lanjut usia meningkat menjadi 27 juta (9,9%) pada tahun 2020. Indonesia akan
menjadi negara dengan percepatan pertumbuhan lanjut usia yang sangat tinggi
dalam kurun waktu 1990-2020, serta peningkatan usia harapan hidup dari 66,7
tahun menjadi 70,5 tahun. Dengan demikian Indonesia akan memasuki ageing
population ditandai antar lain oleh persentase lanjut usia mencapai 10% pada tahun
2020 (Kemenkes, 2014).
Sejalan dengan hal ini, peningkatan program-program layanan kesehatan oleh
pemerintah ikut berkontribusi terhadap membaiknya tingkat kesehatan masyarakat,
ditandai dengan peningkatan angka harapan hidup penduduk. Perubahan struktur
penduduk ini akan mempengaruhi angka beban ketergantungan penduduk lanjut usia.
Populasi lanjut usia dan Dampak dan implikasi pada Upaya menuju lanjut usia
masalahnya sistem perawatan pelayanan sehat dan aktif
kesehatan dan sosial
Pengembangan
Kecenderungan Strategi Dampak dan implikasi pada Tujuan
konsep lanjut
perkembangan Kebijakan sistem perawatan pelayanan Kebijakan
usia sehat dan
pendudduk kesehatan dan sosial
Pemerintah aktif dengan
memanfaatkan
era digital
Nasional
Rasa aman
Strategi Tingkat rasio ketergantungan dan
Nasional tingkat kemandirian lanjut usia
Dunia
Rencana Lanjut usia
Rasa memiliki
Aksi sehat
Nasional Sistem perawatan Sistem Dukungan
SMART 6 SMART dan LTC Sosial
strategi Sehat dan Lanjut usia
bermanfaat aktif
Peningkatan Jaminan
Pembiayaan sosial
kesehatan bagi Lanjut pensiun dan
usia asuransi
Gambar 1 : Kerangka pikir Kebijakan memujudkan lanjut usia sehat menuju lanjut usia aktif
Untuk menjawab permasalahan di atas, analisis kebijakan Mewujudkan Lanjut usia Sehat
Menuju Lanjut usia Aktif (Active Ageing) ini bertujuan untuk mengembangkan lanjut usia
sejahtera secara utuh melalui analisis terhadap:
1. Populasi lanjut usia dan masalahnya
2. Dampak pada sistem perawatan pelayanan kesehatan dan sosial
3. Cara dan solusi menjadi lanjut usia aktif sesuai dengan kebijakan yang ada dengan
rasa aman, rasa memiliki dan perasaan nyaman.
4. Mewujudkan lanjut usia sehat menuju lanjut usia aktif dengan memanfaat kemajuan
ANALISIS
Pertumbuhan lanjut usia yang sangat pesat ini diperkirakan akan terjadi di
Indonesia. Berdasarkan data proyeksi yang dikeluarkan BPS (2015-2045), diperkirakan
pada tahun 2045 lanjut usia Indonesia akan meningkat sebesar 2,5 kali lipat
dibandingkan lanjut usia tahun 2019. Pada 2045 nanti berdasarkan prediksi ini dapat
dikatakan bahwa hampir seperlima penduduk Indonesia adalah lanjut usia.
Data Riskesdas tahun 2018 ini, penyakit sroke ada 13,3 % mengalami
ketergantungan total. Ada sebanyak 2,8% lanjut usia mengalami cidera dengan
ketergantungan total dan yang cukup menarik, kejadian cidera pada lanjut usia terjadi di
rumah dan lingkungannya. Penyakit rematik 1,5% lanjut usia mengalami ketergantungan
total. Untuk penanganan kasus penyakit pada lanjut usia tersebut, tidaklah mudah karena
penyakit - penyakit ini dapat berisiko mengalami disabilitas yang akan membutuhkan
perawatan jangka panjang/ Longterm Care (LTC) dan biaya tinggi. Prevalensi penyakit
dimensia, berdasarkan Alzheimer Disease International (ADI), jumlah orang dengan
demensia cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya kasus penyakit tidak
menular. Prevalensi demensia di Indonesia adalah 1,2 juta pada tahun 2015 dan akan
meningkat menjadi 4 juta di tahun 2050.
Upaya mengatasi penyakit tersebut, akan menjadi beban yang sangat berat baik
bagi masyarakat maupun pemerintah serta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Berdasarkan laporan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) tahun 2017, biaya
klaim BPJS adalah sebanyak 24% yang dipergunakan untuk kebutuhan perawatan
kesehatan penduduk lanjut usia, padahal jumlah lanjut usia hanya sebesar 9% dari total
penduduk Indonesia. Ini menunjukkan bahwa lanjut usia membutuhkan biaya perawatan
kesehatan yang cukup besar sesuai dengan kondisi kesehatannya. Sementara itu data
Susenas 2018 menunjukkan bahwa, baru 68% lanjut usia memiliki jaminan kesehatan,
sehingga ke depan pemerintah perlu mendorong agar seluruh lanjut usia memiliki
jaminan kesehatan. Kondisi lanjut usia yang berisiko disabilitas memerlukan perawatan
jangka panjang, namun sampai saat ini belum tersedia jaminan untuk perawatan jangka
panjang (Long Term Care/LTC).
Upaya mewujudkan lanjut usia sehat menuju lanjut usia aktif, diperlukan tindakan
deteksi dini, promotif dan preventif sejak usia produktif pada saat kemampuan fungsional
Gambar 4. Konsep pelayanan kesehatan lanjut usia dari midlife sampai late life (WHO, 2015), dalam
Global Strategy and Action Plan on Ageing and Health 2016 - 2020
Jika kondisi tersebut tidak dapat dipertahankan melalui program promotif dan
preventif sejak prelanjut usia, maka kapasitas intrinsik dan kemampuan fungsional
menurun lebih cepat secara bertahap, dan perlu diantisipasi dengan perawatan jangka
panjang /Longterm care (LTC) sampai akhir hayat (mencapai titik terendah).
Menurut data BPS tahun 2018 hanya 9,28 persen yang tinggal sendiri dan
sebanyak 27,03 persen lanjut usia tinggal bersama anak, sementara 19,93 persen lain
Jika ditinjau dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 tahun 2016 tentang
Rencana Aksi Nasional (RAN) Kesehatan Lanjut Usia tahun 2016-2019 melalui 6 strategi
yang menjadi acuan bagi penyelenggaraan program dan kegiatan, baik di tingkat pusat,
provinsi, kabupaten/kota di puskesmas terkait pada masing-masing level, maka capaian
hasil implementasinya secara garis besar diperoleh sebagai berikut:
Strategi 1 : Memperkuat dasar hukum pelaksanaan pelayanan kesehatan lanjut usia.
Untuk level Pusat, telah diterbitkan beberapa Peraturan Menteri Kesehatan dan
berbagai NSPK operasional dari lintas program di lingkungan kesehatan. Terkait
sosialisasi Permenkes No.67 tahun 2015 dan Permenkes No.79 Tahun 2014, seluruh
provinsi telah mendapatkan sosialisasi Permenkes dimaksud. Namun di level daerah,
dalam hal advokasi kepada Pemda, baru 14 Provinsi telah memiliki Peraturan Daerah
tentang pembinaan kesehatan lanjut usia.
Strategi 2 : Meningkatkan jumlah dan kualitas fasilitas kesehatan tingkat pertama dan
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan yang melaksanakan pelayanan kesehatan
santun lanjut usia.
Berdasarkan data rutin yang masuk dari Dinas Kesehatan Provinsi hingga tahun
2018, telah terdapat 4.835 (48,4%) Puskesmas yang melaksanakan pelayanan
kesehatan santun lansia dari target sebesar 40%, 88 Rumah Sakit yang
menyelenggarakan pelayanan geriatri terpadu dari target sebesar 34 RS, dan 55,8%
lansia telah mendapatkan pelayanan dari target sebesar 50%. Capaian indikator telah
melampaui target yang ditetapkan. Namun dari sisi ketenagaan, belum adanya
standarisasi pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia kesehatan (SDMK) pemberi
layanan kesehatan lanjut usia, dalam hal ini tenaga caregiver/ pendamping lanjut usia
yang memberikan layanan pada perawatan jangka panjang serta pemahaman
penggunaan instrumen untuk mengukur status kesehatan juga belum digunakan secara
sistematis.
Strategi 3 : Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring pelaksanaan
pelayanaan kesehatan lanjut usia yang melibatkan lintas program, lintas sektor,
organisasi profesi, lembaga pendidikan, lembaga penelitian, lembaga swadaya
manusia, dunia usaha, media dan pihak terkait lainnya.
Di Tingkat Pusat, terdapat 5 Perusahaan yang melakukan kemitraan dengan
Kementerian Kesehatan terkait kesehatan lanjut usia. Sedangkan capaian daerah, baru
terdapat 9 Provinsi (26%) dan 4,7% Kab/Kota yang telah memiliki kerja sama dengan
dunia usaha (CSR) untuk mendukung pengembangan program kesehatan lanjut usia.
Terkait Komda Lanjut Usia, hanya 17 (60%) Provinsi yang memiliki Komda Lanjut Usia
BKKBN memiliki suatu program yaitu program Bina Keluarga Lansia (BKL)
merupakan suatu wadah yang dilakukan oleh keluarga yang memiliki lanjut usia untuk
mengetahui, memahami, dan mampu membina kondisi dan masalah yang dihadapi lanjut
usia. Saat ini kelompok BKL cukup banyak jumlahnya di seluruh wilayah Indonesia.
Menurut data yang dimiliki BKKBN, sampai dengan tahun 2018 jumlah kelompok BKL
sebanyak 11.000 kelompok. Sebagai kelompok kegiatan, maka kelompok BKL
melakukan berbagai kegiatan, dari mulai penyuluhan, pemeriksaan kesehatan,
pertemuan keluarga, kegiatan rekreasi, kegiatan spiritual, dan sebagainya. (BKKBN,
2018). Sejak tahun 2014, BKKBN menetapkan pentingnya mewujudkan Lanjut usia
tangguh dalam program BKL yang mengacu pada model International Council of Active
Ageing yang mencakup 7 Dimensi kesejahteraan lanjut usia. BKKBN sudah membuat
pedoman dan panduan untuk care giver, namun belum ada pelatihan care giver yang
terstandar, bagi kondisi lanjut usia yang memerlukan perawatan jangka panjang namun
belum komprehensif.
Kementerian Sosial juga memiliki Program Keluarga Harapan (PKH)
merupakan bantuan tunai bersyarat bagi keluarga termiskin telah menjangkau 3,5 juta
Perawatan kesehatan bagi lanjut usia dengan ketergantungan sedang sampai berat,
memerlukan berbagai dukungan sosial dalam pendampingan sosial ( Herwijati, 2018
berupa:
1. Dukungan Emosional dengan memberikan semangat, empati, rasa percaya diri dan
perhatian.
2. Dukungan penghormatan dengan memberikan pujian, penilaian positif, persetujuan.
3. Dukungan Instrumental melalui penilaian fisik dan jasa
4. Dukungan informasi dengan memberikan solusi,saran, arahan dan nasihat
5. Dukungan kelompok baik dari keluarga maupun lingkungan sosial terdekat (support
group)
Bagi lanjut usia yang mengalami ketergantungan sedang dan berat memerlukan
perawatan jangka panjang (PJP) baik di lingkungan keluarga maupun di panti atau
perawatan lainnya. Keuntungan perawatan jangka panjang di dalam keluarga dapat
memberikan manfaat bagi lanjut usia dan keluarga untuk saling memahami keadaannya
dan terjadi interaksi. Bagi lanjut usia dapat meningkatkan harga diri dan kualitas hidup
sehingga lanjut usia akan merasa dihargai dan bermartabat, mengurangi rasa sakit dan
cidera lanjut, mencegah terjadinya komplikasi pada penyakit dan disabilitas, menjaga
kemandirian serta mengurangi ketergantungan. Sedangkan bagi keluarga dapat
meningkatkan rasa kekeluargaan dan kekuatan bagi keluarga dan terpenting dapat
mengurangi beban keluarga.
Tujuan perawatan jangka panjang di komunitas keluarga (Indonesia Ramah
Lansia) agar memberikan kebebasan bagi lanjut usia bisa dirawat dirumah bersama
keluarga mereka sendiri dengan biaya yang lebih murah dibandingkan jika menjaga
mereka di panti jompo atau perawatan rumah lainnya. Diharapkan dengan jumlah
anggota keluarga yang lebih sedikit akan mampu merawat orangtua dan memenuhi
semua kebutuhan dan pelayanan yang lebih baik lagi. Perawatan jangka panjang
merupakan bagian integral dari sistem kesehatan dan sosial, yang dapat diberikan secara
DISKUSI
Upaya mewujudkan Lanjut usia sehat menuju lanjut usia aktif, berdasarkan data
dan keterangan yang telah dijelaskan diatas, diketahui bahwa setidaknya terdapat
beberapa masalah dalam upaya tersebut. Ternyata, masih terdapat Gap (Kesenjangan)
yang terkait dengan kebijakan - kebijakan pemerintah baik secara nasional maupun
Internasional, terhadap pelaksanaan program dalam penanganan pelayanan kesehatan
lanjut usia di Indonesia serta Jaminan perlindungan kesehatan bagi lanjut usia yang
mengalami ketergantungan sedang sampai berat dengan perawatan di rumah maupun
perawatan jangka panjang/LTC.
Berdasarkan analisa diatas, maka diperlukan beberapa langkah untuk dapat
mengatasi kesenjangan dan masalah terkait dengan kebijakan dan pelayanan kesehatan
lanjut usia.
a. Dimensi Fisik
Dari aspek fisik, berdasarkan data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa lanjut
usia yang melakukan olah raga ringan teratur sekitar 46,1%, yang mengkonsumsi sayur
setiap hari 43,2%, yang mengkonsumsi buah hanya 3,2%, dan yang melakukan
pemeriksaan kesehatan rutin hanya sekitar 30%. Secara statistik, terbukti bahwa lanjut
usia yang mempunyai kebiasaan makan sayur dan buah, yang melakukan aktivitas fisik
b. Dimensi Emosional
Dimensi ini merupakan domain kondisi emosi lanjut usia yang dapat diukur
berdasarkan kemampuannya, mengekspresikan perasaan, dan kemampuan menerima
perasaan orang lain. Berbagai kegiatan untuk membangun emosi positif berupa
mencurahkan perasaan kepada orang lain, penyaluran hobi, kegiatan seni dan budaya,
silaturahmi, kegiatan keagamaan dan sebagainya, sehingga lanjut usia merasa nyaman.
Dari dimensi ini kondisi stres lanjut usia juga menjadi perhatian. Dalam pelayanan geriatri
dikatagorikan dalam kesehatan mental, yang dapat diukur dengan Geriatric Depressin
Scale. CASUI (2013) menemukan sekitar 3,5 % lanjut usia mengalami stres. Untuk
mencegah gangguan emosional dan stres, secara statistik dibuktikan oleh Asviretty
(2014), bahwa silaturahmi mempunyai hubungan yang bermakna dengan kualitas hidup
pada lanjut usia yang masih aktif. Silaturahmi merupakan tradisi/ budaya masyarakat
Indonesia untuk saling menghormati dan berinteraksi dengan anggota keluarga, tetangga
dan masyarakat. Dengan demikian silaturahmi adalah determinan active ageing dari segi,
sosial ,budaya dan emosi yang signifikan, serta dapat digunakan dalam upaya
kesehatan mental. Upaya peningkatan kesehatan mental juga dapat dilakukan secara
tradisional dengan pijat dan aroma terapi (Rahardjo dan Purwaningsih, 2014, dalam The
Power of Jamu, 2014). Dimensi emosional merupakan dimensi yang berkaitan dengan
kondisi emosi seorang lanjut usia serta yang melatarbelakanginya. Kondisi emosi lanjut
usia sering kali berubah dan sangat sensitif terhadap sesuatu hal. Kondisi emosional
sangat berkaitan dengan semua dimensi. Kondisi emosional lansia sering kali
dihubungkan dengan kondisi keluarga lansia. Kabupaten Badung provinsi Bali telah
melaksanakan doa bersama lanjut usia pada hari -hari tertentu, dilanjutkan dengan
aktivitas merangkai janur untuk persembahyangan.
d. Dimensi Sosial
Dari dimensi sosial, dimaksudkan sebagai kegiatan lanjut usia dalam berinteraksi
dengan orang disekitarnya, serta kemampuannya hidup berdampingan secara harmonis
dengan sesama. Seperti dijelaskan diatas, berinteraksi dan berbincang bincang dengan
orang lain, berdampak positif terhadap fungsi kognitifnya. Demikian pula ditemukan oleh
Asviretty (2014), Budi Riyanto, 2016 bahwa silaturahmi berhubungan dengan fungsi
kognitif yang tidak lepas dari kualitas hidup lanjut usia .Kegiatan sosial lanjut usia sesuai
dengan budaya Indonesia yang menghargai kekerabatan. Kegiatan ini dilakukan di
sekitar 8000 Posyandu Lanjut Usia, 11 000 Bina Keluarga Lanjut Usia (BKL), Organisasi
Lanjut Usia dan Lembaga Kesejahteraan Lanjut Usia berbasis masyarakat di seluruh
Indonesia sesuai dengan kearifan lokal. Bahkan diantaranya dilaksanakan oleh generasi
muda seperti Indonesia Ramah Lansia di Bantul, dan Sahabat Lansia di Bandung (
Rahardjo et al, 2018).Dimensi sosial kemasyarakatan merupakan dimensi terkait
keikutsertaan lanjut usia di dalam masyakarat. Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu
kebutuhan dari manusia adalah bersosialisasi dan kebutuhan tersebut menjadi semakin
diperlukan oleh lanjut usia. Lanjut usia yang aktif dalam kegiatan dimasyarakat dinilai
akan lebih sehat dan lebih baik daripada lanjut usia yang hanya dirumah. Kabupaten
Badung provinsi Bali dalam membina lanjut usia dengan membentuk Pembinaan Forum
Komunitas Lansia di posyandu. Interaksi sosial bisa dilakukan oleh kelompok lanjut usia
f. Dimensi Spiritual
Dimensi spiritual menjelaskan pentingnya lanjut usia mensyukuri dan menghargai
kehidupan. Dalam hal ini kehidupan agama merupakan cara yang efektif. CAS UI (2013),
menemukan bahwa sikap lanjut usia dalam kehidupan spiritualnya lebih tinggi setelah
mengikuti program age concern. Program ini menekankan bahwa kehidupan spiritual
bukan hanya melakukan kegiatan keagamaan, tetapi berbagai kegiatan untuk
menghayati dan mensyukuri kehidupan melalui kedekatan dengan alam dan berempati
terhadap sesama .
Asviretty, 2014, membuktikan bahwa lanjut usia yang bisa mensyukuri kehidupan
mempunyai kualitas hidup lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan mereka
yang tidak mampu mensyukuri kehidupan. Kabupaten Badung provinsi Bali telah
melakukan dalam penguatan dimensi spiritual ini dengan kegiatan berdoa bersama di
pura dan mengajarkan kepada generasi muda cara membuat rangkaian janur
persembahyangan.
Selanjutnya faktor lingkungan untuk mendukung kesejahteraan lanjut usia digambarkan
dalam layanan publik dan lingkungan dalam dimensi ke 7 yaitu dimensi lingkungan
sebagai faktor pendukung untuk mewujudkan lanjut usia aktif, sesuai dengan konsep kota
lingkungan ramah lanjut usia( WHO, 2007; dan WHO, 2015 ). Dimensi lingkungan
merupakan dimensi yang berkaitan dengan kondisi lingkungan dari lanjut usia sendiri.
Kondisi lingkungan yang dimaksud adalah ketersediaan sarana dan prasarana yang
mendukung kehidupan lanjut usia. Ketersediaan sarana dan prasarana tersebut
merupakan sebuah tolok ukur dari ramah atau tidaknya lingkungan tersebut terhadap
lanjut usia. Kota Bandung telah menyediakan sarana yang memprioritaskan lanjut usia
diantaranya pelayanan kesehatan puskesmas Santun Lansia, Prioritas Layanan Rumah
Sakit, Polisi Ramah Lansia, bantuan transportasi bagi lanjut usia. Selain Kota Bandung,
beberapa kota lain telah memulai mewujudkan lingkungan ramah lanjut usia, seperti Kota
Surabaya dengan berbagai program yang dikembangkan oleh masyarakat dan Pemda
Kota Surabaya, serta didukung oleh Perda Lansia. Perda Lansia ini disusul oleh Propinsi
Gambaran konsep dari Age Friendly City dengan sarana dan prasarana yang
lingkungannya ramah lansia seperti gambar 9 berikut ini :
1. Gedung
dan Ruang
Terbuka
8. Dukungan Masyarakat
dan Pelayanan
Kesehatan 2. Transportasi
7. Kota
Komunikasi Ramah 3. Perumahan
dan Informasi Lansia
6. Partisipasi
4. Partisipasi
Sipil dan
5. Sosial
Pekerjaan
Penghormatan
dan Inklusi /
Keterlibatan
Sosial
Gambar 10. Delapan dimensi kota ramah lanjut usia berdasarkan konsep WHO, 2007
Untuk mengukur pencapaian menjadi kota ramah lanjut usia, SurveyMeter dan
CAS UI, 2013 membuat 4 kategori dari sejumlah indikator berdasarkan 8 dimensi
1) Pengembangan pensiun sosial yang tidak berbasiskan kontribusi dan dibiayai pajak,
terutama untuk lanjut usia miskin.
2) Pengembangan pensiun berbasis kontribusi dengan fitur-fitur yang memudahkan
pekerja informal untuk bergabung.
3) Pengembangan skema stimulan ekonomi dan asistensi sosial lainnya, untuk
lengkapi skema pensiun dalam mengurangi risiko yang dihadapi lanjut usia.
Untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak serta
mempertahankan derajat kehidupan yang layak untuk memenuhi kebutuhan pokok
peserta dan keluarga. BPJS Ketenagakerjaan mengembangkan jaminan pensiun yang
bermanfaat untuk perlindungan berupa uang tunai terhadap risiko cacat total tetap,
meninggal dunia, atau memasuki usia pensiun, dengan menggunakan prinsip yang
mengacu kepada Undang- undang nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional Pasal 39 - 42 sebagai berikut:
Diselenggarakan dengan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib (manfaat pasti)
1) Untuk itu terdapat batas bawah dan batas atas manfaat, dan formula ditetapkan
berdasarkan masa kerja dan upah terakhir.
2) Perlindungan berupa uang tunai terhadap risiko cacat total tetap, meninggal
dunia, atau memasuki usia pensiun.
3) Iuran ditanggung bersama oleh pekerja dan pemberi kerja, berupa % dari upah
atau penghasilan.
4) Peserta yang berhak mendapatkan manfaat pensiun anuitas adalah peserta
yang telah memiliki masa iuran sedikitnya 15 tahun, kecuali ditetapkan lain.
Bagi lanjut usia yang tidak memerlukan perawatan, program mAgeing dapat
berguna untuk mempromosikan lanjut usia yang sehat di kalangan populasi lanjut usia itu
sendiri. Pesan atau saran yang disampaikan melalui mAgeing ini lebih difokuskan untuk
bagaimana gaya hidup yang sehat, dan teknik-teknik untuk mempertahankan fungsi
intrinsik dan sebisa mungkin tetap hidup mandiri dan sehat saat menua. Beberapa
penelitian terkait dengan pembuatan pesan terkait dengan gaya hidup sehat
menunjukkan lebih efektif dapat diterima, karena pesan bersifat preventif dan lebih
bermanfaat dari pada pesan yang mengarah pada pengobatan. Pesan ini dapat
menghasilkan perubahan perilaku yang lebih besar karena lanjut usia lebih menyukai dan
mengingat pesan tersebut untuk dilaksanakan dengan mudah.
Akses teknologi informasi dan komunikasi yang berasal dari Susenas 2018 antara
lain menggunakan telepon seluler (HP), menggunakan komputer, dan menggunakan
internet dalam tiga bulan terakhir. Di antara ketiga akses teknologi informasi komunikasi
tersebut, penggunaan telepon seluler merupakan hal yang paling bersinggungan dengan
lanjut usia, 4 dari 10 lanjut usia menggunakan HP. Dilihat dari kelompok umur, separuh
lanjut usia muda menggunakan HP, dan dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1 : Persentase Penduduk lanjut usia menurut akses Teknologi Informasi dan
Komunikasi, 2018
Karakteristik Akses Teknologi Informasi dan Komunikasi
Gambar 10 : Persentase Penduduk lanjut usia yang Mengakses Internet, 2015 - 2018
Saat ini sudah ada aplikasi informasi kesehatan di era digital yang dapat di akses
oleh masyarakat dalam bentuk Aplikasi “Sehatpedia” yang merupakan suatu aplikasi
kesehatan yang mengakomodir dan memfasilitasi masyarakat untuk mendapatkan
KESIMPULAN
REKOMENDASI
1. Dalam mewujudkan lanjut usia sehat menuju lanjut usia aktif maka pemerintah perlu
merevisi kebijakan dan program yang mengutamakan promotif dan preventif serta
mengurangi terjadinya disabilitas bagi lanjut usia, terutama pada populasi miskin dan
terpinggirkan, mengurangi faktor risiko yang terkait dengan penyebab penyakit utama
dan meningkatkan faktor yang melindungi kesehatan dan kesejahteraan sepanjang
hidup. Populasi lanjut usia yang sehat dimulai dari gaya hidup sehat, mengurangi
faktor risiko penyakit dengan pendekatan siklus hidup dimulai dari janin sampai lanjut
usia. Pemberian imunisasi influenza juga bermanfaat untuk mengurangi angka
kesakitan lansia, dapat menjadi kebijakan nasional.
2. Pemerintah perlu mengembangkan sistem perawatan kesehatan primer yang
menekankan promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan penyediaan perawatan
jangka panjang, home care pada keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Asviretty, 2014. Kualitas hidup lanjut usia di perkotaan dan pedesaan, dalam Laporan
CASUI
Badan Pusat Statistik, 2010. Data Statistik Indonesia. Jumlah Penduduk menurut
Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, 2005.
Budi Ryanto, 2013. Peran Keterlibatan Sosial Lanjut Usia dalam Mempertahankan
Fungsi Kognitif. Disertasi Universitas Indonesia
Centre For Ageing Studies Universitas Indonesia, 2013. Status kesehatan Lanjut
Usia. Laporan kegiatan penelitian tahunan ,Depok
Colin Milner, 2013, Building the foundation for active ageing, The journal of Active
Ageing
Fried LP, Tangen CM, Walston J, Newman AB, Hirsch C, Gottdiener J, Seeman T,
Tracy R, Kop WJ, Burke G, McBurnie MA, 2001 .Cardiovascular Health Study
Collaborative Research Group: Frailty in older adults: evidence for a phenotype. J
Gerontol A Biol Sci Med Sci 2001, 56:M146-156.
Fiona Howell, 2013. Asistensi Sosial ntuk Usia lanjut di Indonesia. Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Australian AID.
Indonesia family life survey, 2104, Kondisi sosial ekonomi lanjut usia, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.
Keputusan Presiden RI Nomor 52 Tahun 2004 Tentang Komisi Nasional Lanjut Usia;
Kemenkes-RI. Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Infodatin Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. 2014.
Ogawa, Takeo 2016. Long Term care Insurance in Japan. Active Ageing Conference,
Fukuoka
Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan, Situasi dan Analisis Lanjut Usia,
Jakarta, 2014
Peraturan Menteri Kesehatan R.I No 25 tahun 2016 Tentang Rencana Aksi Nasional
Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019
Priskila D, Bantarti .W, 2014. Partisipasi Kader Lansia Dalam Memberikan Pelayanan
di Posyandu Lansia (studi kasus Pada Posyandu Lansia RW 011, di Kelurahan
Malaka Jaya, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur), Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Rahardjo, TBW, Dinni Agustin and Dian Elisabeth Guritno, 2018.. Service Delivery for
Older Persons by Young Generation in Indonesia”(Indonesia) A compilation of short
South-South Cooperation articles for the Expert Meeting on Future of Work in Asia:
“Skills development strategies to promote employment-rich and equitable growth in
the care economy” ,Turin, 2018
Siti Setiati, 2014. Sindrom Geriatri Lanjut Usia di Indonesia, Berdasarkan Penelitian
Multi Senter tahun 2013. Seminar Adiyuswa Sehat dan Aktif. Kerjasama ILUNI FKUI
dan CASUI, 4 Mei 2014.
Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
Vitalia Susanti, 2010. Faktor Risiko Disabilitas Lanjut Usia. Tesis Universitas
Indonesia
WHO Centre for Health Development, 2004. A glossary of terms for community health
care and services for older persons: ageing and health technical report volume 5,
World Health Organization.
WHO, 2016. Global Strategy and Action Plan on Ageing and Health 2016- 2020.