Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

HYDROCEPHALUS

Pembimbing:

Dr. RIZAL HAKIM, Sp.BS

Disusun oleh:

ELVI SUCI RAHMADANI

031032100022

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH SARAF


PERIODE 27 DESEMBER 2021 – 5 MARET 2022
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS TRISAKTI
TEGAL

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus:
HYDROCEPHALUS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Bedah Saraf RSUD Kardinah periode 27 Desember 2021 – 5 Maret 2022

Disusun oleh:
Elvi Suci Rahmadani
031032100022

Telah diterima dan disetujui oleh dr. Rizal Hakim, Sp.BS selaku dokter pembimbing
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Saraf RSUD Kardinah

Tegal, 7 Januari 2021

dr. Rizal Hakim, Sp.BS


BAB I
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU BEDAH SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RSUD KARDINAH

STATUS PASIEN
Nama Mahasiswa : Elvi Suci Penguji : dr. Rizal Hakim,
Rahmadani Sp.BS
NIM : 031032100022 Tanda tangan :

IDENTITAS PASIEN
Nama An. x Jenis Kelamin Laki-laki
Umur 2 bulan 8 hari Suku Bangsa Jawa
Tanggal Lahir 22/10/2021 Agama Islam
Pendidikan - Anak Ke 2
Alamat Penjakin Banyu No. RM 1011****

ORANG TUA / WALI


Profil Ayah Ibu
Nama Tn. J Ny. I
Umur 35 30
Alamat Penjakin Banyu Penjakin Banyu
Pekerjaan Buruh IRT
Pendidikan terakhir - -
Suku bangsa Jawa Jawa
Agama Islam Islam
Hubungan dengan orangtua : Anak kandung
Anamnesis

Lokasi : Bangsal Dahlia RSUD Kardinah


Tanggal / waktu : 05 Januari 2022
Tanggal masuk : 30 Desember 2021
Keluhan utama : Kepala membesar
Keluhan tambahan : Mata sering bergerak kesegala arah secara tidak
terkontrol

A. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien laki-laki usia 59 hari datang ke poli bedah saraf diantar oleh orang tuanya
dengan keluhan kepala membesar. Ibu pasien mengatakan kepala membesar sejak
usia 13 hari, pasien sering menangis dan tidak bisa ditinggal sendiri. Saat lahir
ukuran lingkar kepala 40cm, lalu semakin membesar menjadi 43cm.
Saat dilahirkan bayi tidak menangis, kulit kemerahan, mata tampak kuning 2 hari
setelah dilahirkan, mata sering bergerak tidak terkontrol sudah konsultasi ke
spesialis mata namun tidak ada penjelasan. Bayi mendapat perawatan di incubator
selama 15 hari, pada hari ke 16 bayi dibawa pulang secara paksa karena
keterbatasan biaya. Saat dibawa pulang bayi kuning seluruh tubuh selama 3 hari
lalu menghilang setelah di jemur setiap pagi.
Muntah (+), BAK dan BAB dalam batas normal.
B. Riwayat Kehamilan / Kelahiran

Morbiditas Ada
kehamilan
Kehamilan
Perawatan Rutin, sebanyak 4 kali
antenatal
Tempat persalinan Rumah Sakit
Penolong persalinan Dokter
Cara persalinan SC
Masa gestasi 33 minggu
Berat lahir 1720 gram
Persalinan Panjang lahir Tidak ada data
Lingkar kepala 30 cm
Keadaan bayi Langsung menangis Tidak langsung menangis
Kemerahan Kemerahan
Nilai APGAR Tidak ada data
Kelainan bawaan Tidak ada

Kesimpulan riwayat kehamilan dan kelahiran :


Pasien lahir secara SC, tidak cukup bulan, tidak menangis, lingkar kepala 30cm, berwarna
kemerahan, dan tidak ada kelainan bawaan.

C. Riwayat perkembangan
 Bereaksi terhadap bunyi/suara : 1 (N : 0-3 bulan)
 Menggenggam : 1 (N : 1-3 bulan)
 Mengangkat kepala : 1 (N : 0-3 bulan)
 Duduk :- (N : 6-9 bulan)
 Mengoceh spontan (cooing) :- (N : 1-3 bulan)
 Bubbling :- (N : 6-9 bulan)
 Berdiri :- (N : 9-18 bulan)
 Berjalan :- (N : 9-18 bulan)

Kesimpulan riwayat perkembangan :


Tidak terdapat riwayat keterlambatan perkembangan

D. Riwayat makanan
Umur ASI/PASI Buah/Biskuit Bubur susu Nasi tim
(bulan)
0-6 ASI - - -
6-12 - - - -
12-18 - - - -
18-24 - - - -

E. Riwayat Vaksin
Vaksin Dasar (bulan) Ulangan
Hepatitis B 0
Polio 0
BCG 0
DPT/PT
HiB
Campak

Kesimpulan riwayat imunisasi : Imunisasi Hepatitis B, Polio, BCG


F. Riwayat keluarga
 Corak Reprodukasi
Jenis Lahir Mati Keterangan
No. Usia Hidup Abortus
kelamin mati (sebab) kesehatan
1. Usia hamil -  - -
7 bulan
2. 59 hari Lk  SC -

 Riwayat Pernikahan
Profil Ayah Ibu
Nama Tn. J Ny. I
Pernikahan ke- 1 1
Umur saat menikah 30 tahun 25 tahun
Pendidikan terakhir - -
Suku bangsa Jawa Jawa
Agama Islam Islam
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -

 Riwayat penyakit keluarga :


Hipertensi (-), DM (-), penyakit jantung (-), penyakit ginjal (-), Asma (-), Alergi
(-)
Kesimpulan riwayat penyakit keluarga : Tidak terdapat riwayat penyakit
keluarga

 Riwayat kebiasaan keluarga :


Ayah pasien memiliki kebiasaan merokok 1 bungkus 1 hari
G. Riwayat penyakit yang diderita
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi - Difteri - Penyakit -
jantung
Cacingan - Diare - Penyakit ginjal -
DBD - Kejang 2 bulan Radang paru -
Otitis - Morbili - TBC -
Parotitis - Operasi - Lain-lain Ikterus usia
2 minggu

Kesimpulan riwayat penyakit yang diderita : Terdapat riwayat kejang, Ikterus

H. Riwayat lingkungan perumahan


Rumah sendiri, cukup padat penduduk, ventilasi memadai, sumber air dari sumur
Kesimpulan keadaan lingkungan :Keadaan lingkungan cukup baik.

I. Riwayat sosial ekonomi


Pengobatan pasien menggunakan BPJS
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesan sakit : Kesan sakit berat
Kesadaran : Compos mentis
Kesan gizi : Gizi kurang
Keadaan lain :-

Data antropometri
Berat badan : 2220 gram
Panjang badan :-
Tanda vital
Tekanan darah : 80/55 mmHg
Nadi : 119 / menit
Napas : 51x / menit
Suhu : 360 C
CRT : < 2 detik
Airway : clear

Status generalis
Kepala : Macrocephaly, kulit kepala tampak licin, sutura melebar, UUB
cembung dan melebar, lingkar kepala 43cm
Rambut :-
Wajah : Tidak ada dismorfik
Mata : Sunset phenomenon (+), Sklera Ikterus, -/- , CA +/+, kornea jernih,
refleks pupil +/+
Telinga : Bentuk normotia, tidak ada sekret
Hidung : Simetris, tidak ada napas cuping hidung, tidak ada secret
Bibir : Tidak ada kelainan bentuk, simetris, pucat (-), Sianosis (-)
Mulut : Simetris, mukosa mulut basah, pucat (-)
Lidah : Mukosa lidah basah, normoglosi, ulkus (-)
Tenggorokan : Dinding faring posterior hiperemis (-), tonsil T1/T1, uvula
tepat di tengah.
Leher : Tidak ada perbesaran KGB, tidak ada perbesaran tiroid

Toraks
 Paru
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris, retraksi (-) bentuk normal
Palpasi : Gerakan dada saat nafas simetris
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : SNV +/+ , regular, ronki -/- , wheezing -/-
 Jantung
Inspeksi : Ictus kordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus kordis tidak teraba
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : S1/S2 reguler, murmur (+), gallop (-)
 Abdomen
Inspeksi : Perut simetris
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi :-
Perkusi : Timpani
 Ekstremitas
Inspeksi : Deformitas (-)
Palpasi : Akral hangat +/+
 Pemeriksaan khusus

Lingkar kepala 43cm, berada


pada kurva > +2SD Kesan
makrocephali

Kurva lingkar kepala laki-laki Nellhaus


 Status lokalis kepala

Kesan : - Rambut halus dan tipis


- Macrocephaly (lingkar kepala 43cm)
- Kulit kepala tampak licin
- Sutura melebar
- UUB cembung dan melebar

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium dilakukan pada tanggal : 30/12/2021
Parameter Hasil Satuan Hasil Nilai rujukan
Hematologi
Hemoglobin 8,4 g/dL L 10,1 - 12,9
Eritrosit 2,69 Juta/mm3 L 3,2 – 5,2
Leukosit 9,0 /mm3 6 – 17,5
Trombosit 508 Ribu/mm3 H 217 – 497
Hematokrit 22 % L 28 – 42
Bosofil 0,7 % 0–1
Eosinofil 2 % 1–5
Limfosit 53 % H 1,5 – 8,75
Monosit 12,4 % H 1–6
MCV 82,9 fL 73 – 109
MCH 31,2 pg 21 – 33
MCHC 37,7 % H 28 - 32
Elektrolit Hasil Satuan Hasil Nilai rujukan
Natrium 133,2 mmol/L 132-145
Kalium 4,05 mmol/L 3,1-5,1
Klorida 110 mmol/L 96-111
Albumin 2,79 g/dL 3,8-5,4
Globulin 2,33 g/dL 2,3-3,5
SGOT 175,9 U/L H <35
SGPT 51,9 U/L H <46
Ureum 16,8 mg/L L 19-44
Creatinine 0,46 mg/L 0,3-1
Glukosa 49 mg/L L 50-80
sewaktu

 Laboratorium dilakukan pada tanggal : 03/01/2022


Parameter Hasil Satuan Nilai rujukan
Glukosa Darah 159 mg/dL 70 – 160
Sewaktu
Natrium 128,3 mmol/L L 132 – 145
Kalium 3,98 mmol/L 3,1 – 5,1
Klorida 106,1 mmol/L 96 - 111
Albumin 3,04 g/dL L 3,80 – 5,40
 Laboratorium dilakukan pada tanggal : 04/01/2022
Parameter Hasil Satuan Hasil Nilai rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,8 g/dL 10,1 - 12,9
Eritrosit 3,83 106/µL 3,2 – 5,2
Leukosit 12,5 103/µL 6 – 17,5
Trombosit 97 103/µL L 217 – 497
Hematokrit 31 % 28 – 42
MCV 81,2 fL 73 – 109
MCH 30,8 Pq 21 – 33
MCHC 37,9 g/dL H 28 - 32

Glukosa rapid 77 mg/dL 70 - 160

 Analisis cairan otak dilakukan pada : Senin, 3 Januari 2022

Pemeriksaan Hasil Satuan Hasil Nilai rujukan


Hematologi
Makroskopis
Warna Kuning Tidak berwarna
Kekeruhan Jernih Jernih
Bekuan Tidak ada Tidak ada
bekuan bekuan
Kimia
Test nonne apekt Positif Negative
Tes pandy 2+ (++)/25 Ery/uL Negative
Protein - mg/dL 15 – 45
Glukosa 12 mg/dL L 40 – 75
Mikroskopis
Leukosit 375 103/µL H 0–5
Hitung eritrosit 2-3/LPB 0 – 100000
Polimorfonukleus 85,3 H 30 – 40
Mononukleus 14,7 L 60 - 70

Pemeriksaan Ct Scan kepala tanpa kontras: KESAN Hydrocephalus, Analisis cairan


otak ( kuning, jernih, None +, Pandy ++, Glukosa 12, Rontgen thorax.
DIAGNOSA KERJA
Hydrocephalus

PEMERIKSAAN ANJURAN
Ct scan tanpa kontras
Lab. Darah lengkap
Analisis cairan otak

TATALAKSANA
- Cek PT, APTT
- Inj. Meropenem 3x1 75mg
- Inf. D10% 10cc/jam
- NaCl 3% ( 2mg/Kgbb) 18cc
- Transfusi PRC 30cc/jam
- Inj. Sibital 2x5mg
- Koreksi Albumin
- Vp Shunt

DIAGNOSIS
Hydrocephalus
Anemia
Hipoalbumin

PROGNOSIS
 Ad Vitam : Dubia ad bonam
 Ad Functionam : Dubia ad bonam
 Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Follow up
Tgl. 30-12-2021 31-12-2021
Hari Kamis Jumat
Kepala membesar Sudah terlihat lingkar kepala
S
melebar sejak usia 13 hari
LK : 43cm LK : 43cm
UUB (+) cembung UUB tegang
O Hb : 8,4
Trombosit : 508.000
Albumin : 2,79
Hydrocephalus Anemia
A Hipoalbumin
Hydrochepali
- Rawat inap - Optimalisasi kondisi pasien
- Ct Scan kepala tanpa kontras untuk Vp Shunt
- Rontgen thorax - R/ Vp Shunt bila Hb>11
P
- Pemeriksaan lab. Darah lengkap, - Cek PT, APTT
elektrolit, PT, APTT, HbsAg,
HIV, GDS

Tgl 03-01-2022 04-01-2022


Hari Senin Selasa
S - BAB belum ada
O LK : 41cm LK : 41cm
UUB tidak tegang UUB tidak tegang, pasien tampak
lemah
Analisis LCS : Kuning jernih, none
(+), Pandy (++), Glukosa 12,
albumin 3,04
A Post Vp Shunt Post Vp Shunt
P Diet - Elevasi kepala 300
- Sering-sering digendong
oleh ibu
- Awasi apakah sudah BAB
atau belum
- Koreksi Albumin
- Obat dilanjutkan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Anatomi dan Fisiologi Aliran CSS

Ruangan cairan serebrospinal (CSS) terdiri dari sistem ventrikel, sisterna


magna pada dasar otak dan ruangan subaraknoid. Ruangan ini mulai terbentuk pada
minggu kelima masa embrio. Sistem ventrikel dan ruang subarachnoid
dihubungkan melalui foramen Magendi di median dan foramen Luschka di sebelah
lateral ventrikel IV.1
Cairan serebrospinalis dihasilkan oleh pleksus koroidalis di ventrikel otak.
Cairan ini mengalir ke foramen Monro ke ventrikel III, kemudian melalui
akuaduktus Sylvius ke ventrikel IV. Cairan tersebut kemudian mengalir melalui
foramen Magendi dan Luschka ke sisterna magna dan rongga subarachnoid di
bagian cranial maupun spinal. Sekitar 70% cairan serebrospinal dihasilkan oleh
pleksus koroidideus, dan sisanya di hasilkan oleh pergerakan dari cairan
transepidermal dari otak menuju sistem ventrikel. Bagi anak-anak usia 4-13 tahun
rata-rata volume cairan liqour adalah 90 ml dan 150 ml pada orang dewasa. Tingkat
pembentukan adalah sekitar 0,35 ml /menit atau 500 ml / hari. Sekitar 14% dari
total volume tersebut mengalami absorbsi setiap satu jam.2
3.2 Definisi
Hidrosefalus merupakan kondisi penumpukan cairan serebrospinal (CSS)
yang mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan juga penekanan
jaringan normal di sekitarnya. Penyebabnya bisa pada gangguan produksi atau
gangguan aliran maupun penyerapan kembalinya.3
3.3 Epidemiologi
Prevalensi hidrosefalus di Indonesia mencapai 10 permil per tahun, dengan
insiden berkisar antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran.4 Hidrosefalus bisa terjadi pada
semua kelompok usia, umumnya pada bayi atau lanjut usia di atas 60 tahun.5
3.4 Etiologi
Hidrosefalus dapat terjadi akibat gangguan produksi, aliran atau penyerapan
CSS.2 Penyebab hidrosefalus pada anak secara garis besar dapat dibagi menjadi
dua, yaitu penyebab prenatal dan postnatal.1
- Prenatal
Sebagian besar anak dengan hidrosefalus telah mengalami hal ini sejak lahir
atau segera setelah lahir. Beberapa penyebabnya terutama adalah stenosis
akuaduktus sylvii, malfromasi Dandy Walker, Holopresencephaly,
Myelomeningokel, dan Malformasi Arnold Chiari. Selain itu, terdapat juga jenis
malformasi lain yang jarang terjadi. Penyebab lain dapat berupa infeksi in-utero,
lesi destruktif dan faktor genetik.1,2 Stenosis Akuaduktus Sylvius terjadi pada 10%
kasus pada bayi baru lahir. Insidensinya berkisar antara 0,5-1 kasus/1000 kelahiran.
Insidennya 0,5-1% kasus/1000 kelahiran. Malformasi Dandy Walker terjadi pada
2-4% bayi yang baru lahir dengan hidrosefalus. Malformasi ini mengakibatkan
hubungan antara ruang subarakhnoid dan dilatasi ventrikel 4 menjadi tidak adekuat,
sehingga terjadilah hidrosefalus. Penyebab yang sering terjadi lainnya adalah
Malformasi Arnold Chiari (tipe II), kondisi ini menyebabkan herniasi vermis
serebelum, batang otak, dan ventrikel 4 disertai dengan anomali inrtakranial
lainnya. Hampir dijumpai di semua kasus myelomeningokel meskipun tidak
semuanya berkembang menjadi hidrosefalus (80% kasus).1,2
- post natal

Lesi massa menyebabkan sekitar 20% kasus hidrosefalus, kista arakhnoid


dan kista neuroepitelial merupakan kedua terbanyak yang mengganggu aliran
likuor. Perdarahan, meningitis, dan gangguan aliran vena juga merupakan
penyabab yang cukup sering terjadi.1

3.5 klasifikasi
Table Hydrocephalus Classification
Type Features
Nonobstructive Ventricular enlargement
(e.g., hydrocephalus ex vacuo)
Obstructive communicating Obstruction outside the ventricular
system (e.g., subarachnoid space or
arachnoid villi)
Noncommunicating Obstruction within the ventricular
system (e.g., aqueduct or basal
foramina )

3.6 Faktor Risiko

Hidrosefalus dapat disebabkan oleh berbagai faktor prenatal maupun


perinatal yaitu kebiasaan merokok selama kehamilan, hipertensi kronis maternal,
pre-eklampsia, eklampsia, konsumsi alkohol selama kehamilan, dan diabetes
mellitus gestasional.3
3.7 Patofisiologi

Pada keadaan normal, CSS didaur ulang lebih dari tiga kali setiap hari. Dari
pleksus koroideus, CSS mengalir ke ventrikel lateralis yang berjumlah dua buah.
Setelah itu mengalir ke ventrikel ketiga melalui foramen interventrikularis atau
foramen Monro. Selanjutnya akan mengalir ke ventrikel ke empat melalui
aquaductus Sylvii (aquaductus cerebri), CSS mengalir menuju ke ruang
subarakhnoid melalui foramen Luschka dan foramen Magendie dan akhirnya ke
area sinus sagitalis, tempat CSS diserap melalui vilus arakhnoidalis ke aliran
sistemik. Hidrosefalus dapat terjadi akibat gangguan produksi, aliran atau
penyerapan CSS pada umumnya bisa dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe
komunikans dan tipe non-komunikans (obstruktif). Hidrosefalus tipe komunikans
disebabkan oleh gangguan produksi atau penyerapan CSS tanpa disertai gangguan
aliran. Hidrosefalus tipe non-komunikans atau obstruktif disebabkan karena
gangguan aliran CSS.3
3.8 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan melalui tanda dan gejala klinis. Makrokrania
merupakan salah satu tanda dimana ukuran kepala lebih besar dari dua deviasi
standar di atas ukuran normal atau persentil 98 dari kelompok usianya. Hal ini
disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial dan menyebabkan empat gejala
hipertensi intrakranial yaitu fontanel anterior yang sangat tegang (37%), sutura
tampak atau teraba melebar, kulit kepala licin, dan sunset phenomenon dimana
kedua bola mata berdiaviasi ke atas dan kelopak mata atas tertarik. Gejala
hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar daripada bayi,
gejala ini mencakup nyeri kepala, muntah, gangguan okulomotor, dan gejala
gangguan batang otak (bradikardia, aritmia respirasi). Gejala lainnya yaitu
spastisitas pada eksremitas inferior yang berlanjut menjadi gangguan berjalan dan
gangguan endokrin.1,6 Pemeriksaan penunjang dengan menggunakan USG dapat
mendeteksi hidrosefalus pada periode prenatal, dapat pula digunakan untuk
mengukur dan memonitor ukuran ventrikel, terutama digunakan pada anak
prematur. CT Scan dapat digunakan untuk mengukur dilatasi ventrikel secara kasar
dan menentukan sumber obstruksi. CT Scan dapat menilai baik secara fungsional
maupun anatomikal namun tidak lebih baik daripada MRI, namun karena
pemeriksaannya cukup lama maka pada bayi perlu dilakukan pembiusan.1,6

3.9 Tatalaksana
- Medikamentosa
Terapi medikamentosa tetap memiliki peran pada penanganan hidrosefalus,
meliputi pemberian obat golongan diuretik dan fibrinolisis.7 Jenis diuretik
acetazolamide atau furosemide dengan mekanisme kerja mengurangi produksi
CSS oleh pleksus koroidalis.7 Namun sejauh ini, tidak ada obat yang efektif
untuk hidrosefalus. Kebanyakan hidrosefalus membutuhkan pembedahan
untuk mengurangi tekanan di otak dengan memberikan jalur lain agar CSS
terkuras dan diserap menjauh dari otak.3
Terapi konservatif medikamentosa berguna untuk mengurangi cairan
dari pleksus khoroid (asetazolamid 100 mg/kg BB/hari; furosemid 0,1 mg/kg
BB/hari) dan hanya bisa diberikan sementara saja atau tidak dalam jangka
waktu yang lama karena berisiko menyebabkan gangguan metabolik. Terapi ini
direkomendasikan bagi pasien hidrosefalus ringan bayi dan anak dan tidak
dianjurkan untuk dilatasi ventrikular posthemoragik pada anak.1 Pada pasien
yang berpotensi mengalami hidrosefalus transisi dapat dilakukan pemasangan
kateter ventrikular atau yang lebih dikenal dengan drainase likuor eksternal.
Namun operasi shunt yang dilakukan pasca drainase ventrikel eksternal
memiliki risiko tertinggi untuk terjadinya infeksi.8 Cara lain yang mirip dengan
metode ini adalah dengan pungsi ventrikel yang dapat dilakukan berulang kali.1
- Non medikamentosa
o Operasi shunting
Sebagian besar pasien memerlukan tindakan ini untuk membuat saluran
baru antara aliran likuor (ventrikel atau lumbar) dengan kavitas drainase
(seperti peritoneum, atrium kanan, dan pleura). Komplikasi operasi ini
dibagi menjadi tiga yaitu infeksi, kegagalan mekanis, dan kegagalan
fungsional. Tindakan ini menyebabkan infeksi sebanyak >11% pada
anak setelahnya dalam waktu 24 bulan yang dapat merusak intelektual
bahkan menyebabkan kematian.1
o Endoscopic third ventriculostomy
Metode Endoscopic third ventriculostomy (ETV) semakin sering
digunakan di masa sekarang dan merupakan terapi pilihan bagi
hidrosefalus obstruktif serta diindikasikan untuk kasus seperti stenosis
akuaduktus, tumor ventrikel 3 posterior, infark serebral, malformasi
Dandy Walker, syringomyelia dengan atau tanpa malformasi Arnold
Chiari tipe 1, hematoma intraventrikel, myelomeningokel, ensefalokel,
tumor fossa posterior dan kraniosinostosis. ETV juga diindikasikan
pada kasus block shunt atau slit ventricle syndrome. Kesuksesan ETV
menurun pada kondisi hidrosefalus pasca perdarahan dan pasca infeksi.
Perencanaan operasi yang baik, pemeriksaan radiologis yang tepat, serta
keterampilan dokter bedah dan perawatan pasca operasi yang baik dapat
meningkatkan kesuksesan tindakan ini.1
3.10 Prognosis
Pada pasien hidrosefalus, kematian dapat terjadi akibat herniasi tonsilar
yang dapat menyebabkan penekanan pada batang otak dan terjadinya henti
nafas. Sedangkan ketergantungan pada shunt sebesar 75% dari kasus
hidrosefalus yang diterapi dan 50% pada anak dengan hidrosefalus
komunikans. 9
Pada anak dengan hidrosefalus obstruktif yang memiliki korteks
serebral intak, perkembangan yang adekuat dapat dicapai hanya dengan ETV,
meskipun pencapaian tersebut lebih lambat. Pada anak dengan perkembangan
otak tidak adekuat atau serebrum telah rusak oleh hidrosefalus maka
perkembangan yang optimal tidak dapat dicapai hanya dengan terapi ETV
meskipun tekanan intrakranial terkontrol.10
BAB IV
KESIMPULAN

Hidrosefalus merupakan kondisi penumpukan cairan serebro spinal (CSS).


Hidrosefalus bisa terjadi pada semua kelompok usia, umumnya pada bayi atau lanjut
usia di atas 60 tahun. Hidrosefalus dapat disebabkan oleh berbagai faktor prenatal
maupun perinatal yaitu kebiasaan merokok selama kehamilan, hipertensi kronis
maternal, pre-eklampsia, eklampsia, konsumsi alkohol selama kehamilan, dan diabetes
mellitus gestasional. Terapi medikamentosa tetap memiliki peran pada penanganan
hidrosefalus, meliputi pemberian obat golongan diuretik dan fibrinolisis. Jenis diuretik
acetazolamide atau furosemide dengan mekanisme kerja mengurangi produksi CSS
oleh pleksus koroidalis. Shunt dan ETV menjadi modalitas utama penanganan
hidrosefalus. Kesuksesan tergantung dari pemilihan intervensi yang tepat untuk jenis
dan penyebab hidrosefalus serta follow-up yang baik.
Daftar Pustaka

1. Apriyanto, Agung RP, Sari F. Hidrosefalus Pada Anak. JMJ. 2013; 1(1):61-7
2. Rizvi R, Anjum Q. Hydrocephalus in children [internet]. Pakistan: Journal of Pakistan
Medical Association; 2005 [cited 2013 April 28]. Available from:
http://jpma.org.pk/full_article_text.php?article_id=956
3. Permana KR. Hidrosefalus dan Tatalaksana Bedah Sarafnya. CKD, Malang. 2018; 45
(11).820-23
4. Bradley W. CSF Flow in the brain in the context of normal pressure hydrocephalus. Am J
Neuroradiol. 2014;36(5):831-8.
5. Ariyati NF, Gunawan PI, Sustini F. Profil Klinis dan Faktor Risiko Mortalitas pada Anak
dengan Hidrosefalus di RSUD dr. Soetomo Surabaya. Sari Pediatri. 2021;22(6): 364-70.
6. Ibrahim S, Rosa AB, Harahap AR. Hydrocephalus in children. In: Sastrodiningrat AD, ed.
Neurosurgery lecture notes. Medan: USU Press; 2012. P.671-80.
7. Del Bigio M, Di Curzio D. Nonsurgical therapy for hydrocephalus: A comprehensive and
critical review. Fluids and Barriers of the CNS. 2015;13(1).
8. Kestle JR, Cambrin-Riva J, Wellons JC, Kulkarni AV, et al. A standardized protocol to
reduce cerebrospinal fluid shunt infection: The Hydrocephalus Clinical Research Network
Quality Improvement Initiative. J neurosurg [Internet]. Jul 2011 [cited 2013 April 27];
8(1): 22-29. Available from: http://thejns.org/doi/full/10.3171/2011.4.PEDS10551
9. Espay AJ. Hydrocephalus [internet]. [place unknown]: Medscape reference; 1994 [updated
2012 Sept 17; cited 2013 April 28]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1135286-overview
10. Takahashi Y. Long-term outcome and neurologic development after endoscopic third
ventriculostomy versus shunting during infancy. Childs Nerv Syst [Internet]. 2006 Dec
[cited 2013 April 28];22(12):1591-602. Availabel from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17021728

Anda mungkin juga menyukai