Dokumen - Tips Rancangan Sekolah Berbasis Tik Rev 1
Dokumen - Tips Rancangan Sekolah Berbasis Tik Rev 1
1
KATA PENGANTAR
Pembangunan di bidang pendidikan nasional masih dihadapkan pada beberapa permasalahan yang
perlu ditangani secara serius, yaitu (1) belum meratanya kesempatan memperoleh pendidikan; (2)
rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan; serta (3) lemahnya manajemen pendidikan.
Berbagai upaya telah dan sedang ditempuh pemerintah untuk mengatasi berbagai masalah tersebut.
Salah satu upaya yang dilakukan yaitu melalui pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Dalam rangka mengoptimalkan dan peningkatkan mutu pembelajaran melalui pemanfaatan TIK,
Pustekkom pada tahun 2010 akan merintis pengintegrasian teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
dalam kegiatan pembelajaran di SMP/MTs. dan SMA/MA negeri dan swasta secara bertahap di 33
provinsi di Indonesia. Kegiatan ini akan diawali dengan pelaksanaan di perintisan di 50 sekolah di tahun
akademis 2010/2011 yang secara bertahap akan mencapai 250 sekolah di tahun 2013/2014.
Panduan Pelaksanaan ini memberikan penjelasan tentang deskripsi program, kriteria sekolah binaan,
organisasi, tugas dan tanggung jawab, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan . Oleh
karena itu, setiap instansi/lembaga yang akan menjalankan program ini agar mempelajari dan
memahami terlebih dahulu panduan pelaksanaan ini agar pelaksanaan program dapat berjalan lebih
efektif, dan efisien
Selanjutnya, apabila dalam panduan pelaksanaan ini terjadi kekurangan atau kekeliruan, maka akan
dilakukan perbaikan-perbaikan sesuai ketentuan yang berlaku.
Kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan menyampaikan
pemikirannya dalam pembuatan Panduan Pelaksanaan ini.
Kepala,
2
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Tujuan
D. Sasaran
A. Deskripsi Program
A. Organisasi
B. Obyek pengendalian
C. Metode Pengendalian
D. Pelaporan
BAB VI Rencana Aksi
BAB VII Penutup
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia merupakan investasi jangka panjang. Pendidikan jangan hanya dijadikan
sebagai kewajiban Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen) tetapi harus menjadi kebutuhan
primer dari setiap insan manusia Indonesia seutuhnya.
Setiap satuan pendidikan diharuskan untuk memenuhi 8 standar nasional pendidikan, agar tercipta
model lembaga pendidikan yang mampu competitive dan comparative dengan lembaga pendidikan
di Negara Lain. Lembaga pendidikan sekolah dari jenjang paling rendah hingga tinggi harus mampu
menjaga kualitas proses pembelajarannya sehingga menghasilkan output yang bermutu.
Sekolah merupakan institusi sosial yang memainkan peranan amat penting dalam mengubah
kehidupan masyarakat. Di sinilah tempat kita membina masa depan bangsa kita. Tanggung jawab
sekolah yang besar dalam memasuki era globalisasi adalah mempersiapkan siswa untuk mampu
mengahadapi tantangan-tantangan yang sangat cepat perubahannya.
Disisi lain kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau memunculkan tantangan
tersendiri bagi pelaksanaan pembangunan pendidikan terutama dalam usaha meningkatkan mutu
dan memeratakan kesempatan memperoleh pendidikan. Oleh karena itu perlu strategi baru untuk
mengatasi permasalahan pendidikan tersebut yaitu dengan pendayagunaan teknologi komunikasi
dan informasi (TIK).
Pendayagunaan TIK untuk keperluan pendidkan adalah dalam rangka mendukung upaya
pengembangann SDM yang memiliki kemampuan bersaing secara global, dengan demikian akan
meningkat pula kemampuan bersaing bangsa Indonesia dalam kancah persaingan global. Pemilihan
pendayagunaan TIK dalam bidang pendidikan, sudah terbukti manfaatnya di berbagai negara yang
telah menerapkannya, bahwa semakin tinggi investasi dan penetrasi TIK semakin tinggi pula daya
saing bangsa.
4
Demikian juga dengan kompleksitas implementasi Triple-Track Strategy (pertumbuhan, lapangan
kerja, dan pengentasan kemiskinan) yang dicanangkan pemerintah, memerlukan sepenuhnya
dukungan TIK.
Begitu pula dengan upaya membangun dan mempertahankan karakter bangsa dan jati diri bangsa,
perlu dukungnan TIK melalui pengembangan e-cultural heritage, sehingga jangkauannya akan
semakin luas dan penetrasinya mampu mencapai seluruh lapisan masyarakat baik melaui
pendidikan di keluarga, masyrakat maupun sekolah.
Dalam hal pendayagunaan TIK di sekolah, mengingat jumlah sekolah yang demikian banyak dengan
kualitas yang beragam, maka agar pemanfaatan TIK di sekolah bisa berlangsung optimal, perlu
diawali pemanfaatannya di sekolah-sekolah perintis yang dipilih berdasarkan kelayakan serta tingkat
kemauan dan kesungguhan untuk mengintegrasikan TIK dalam sistem manajemen dan
pembelajaran. Sekolah perintis yang ditunjuk ini juga berfungsi sebagai laboratorium untuk
melakukan uji coba agar penyelenggaraan TIK berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan agar
dapat memberikan manfaat berbagai pihak dalam upaya pengembangan dan peningkatan mutu
pembelajaran melalui TIK, yang pada ujung akhirnya adalah peningkatan mutu pendidikan baik
lokal maupun nasional.
B. Tujuan
Tujuan umum:
Tujuan Khusus:
1. Mengarahkan kegiatan belajar mengajar untuk berorientasi pada proses yang lebih
efektif dan efisien.
5
2. Menumbuh kembangkan budaya pemanfaatan TIK di lingkungan sekolah untuk
meningkatkan mutu pembelajaran serta layanan administrasi dan informasi sekolah
5. Melatih peserta didik untuk secara dini mampu mengorganisasikan aktivitas belajar
dari dalam diri sendiri (student-centered), dan tidak selalu bergantung pada guru
(teacher-centered).
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
5. Inpres No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional
tahun 2010 Nomor 2
7. Surat Edaran Dirjen Mandikdasmen No. 3306/C/LL/2006 tentang Siaran Pendidikan melalui TVRI.
8. TOR 2010
6
D. Sasaran
Sasaran program ini pada tahap awal adalah 66 (enam puluh enam) sekolah perintis yang terdiri dari
Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Sekolah Menengah Atas
(SMA)/Madrasah Aliyah (MA) baik negeri maupun swasta yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan. Jumlah ini akan meningkat secara bertahap hingga mencapai 250 sekolah pada tahun
2014.
Sekolah yang ditetapkan sebagai sekolah binaan adalah SMP/MTs. dan SMA/MA yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
7. Memiliki fasilitas komunikasi (telepon, faksimili dan internet) yang memadai dan berfungsi
dengan baik
9. Menyatakan secara tertulis bersedia untuk menjadi sekolah binaan dengan persetujuan
komite sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
7
F. Indikator Keberhasilan
9. Nilai hasil belajar (Ulangan harian, ujian semester, dan uji akhir).
11. Jumlah karya tulis/karya ilmiah siswa dan guru yang di upload ke server/Jardiknas
8
BAB II
A. Deskripsi Program
a. Sekolah Berbasis TIK Indonesia adalah sebuah institusi belajar yang secara sistematis
memanfaatkan TIK secara terpadu untuk meningkatkan proses dan layanan pendidikan di
sekolah dari sisi pembelajaran, managemen dan informasi sekolah dalam rangka
mempersiapkan siswa menuju abad 21.
b. Sekolah Berbasis TIK Indonesia adalah model sekolah masa depan (school of the future) yang
mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi sebagai “enabler” efektifitas,
efisiensi dan kemenarikan pembelajaran.
c. Sekolah Berbasis TIK ini bukan merupakan bentuk sekolah baru melainkan hanya berupa
pengembangan dari sekolah yang telah ada terutama dalam memanfaatkan TIK.
Pemanfaatan TIK untuk pendidikan di sekolah adalah suatu bentuk pemanfaatan TIK secara
terpadu untuk meningkatkan proses dan layanan pendidikan di sekolah. Pemanfaatan TIK secara
terpadu ini meliputi pelayan pembelajaran, administrasi dan informasi sekolah.
3. Sekolah Binaan
Sekolah Binaan adalah sekolah yang merupakan perintis pemanfaatan TIK secara terintegrasi
dalam proses pembelajaran, administrasi dan informasi sekolah yang mendapat binaan secara
intensif dari Kementerian Pendidikan Nasional
9
4. Pusat Sumber Belajar (PSB)
Pusat Sumber Belajar (PSB) adalah sebuah tempat yang dirancang sebagai sarana untuk belajar
dan meningkatkan hasil pembelajaran di sekolah, yang difasilitasi dengan perangkat TIK yang
memungkinkan sekolah dapat mengakses dengan mudah berbagai sumber belajar yang meliputi
televisi edukasi, radio edukasi, konten jardiknas, bimbel online dan konten TIK lainnya yang
bersifat offline.
Ada empat aspek yang merupakan pilar keberhasilan pengintegrasian TIK di sekolah yang perlu
mendapatkan perhatian baik dalam tahap persiapan maupun pelaksanaan pengembangan sekolah
berbasis TIK.
Keempat aspek atau pilar tersebut terdiri dari aspek SDM, teknologi, konten, dan kebijakan untuk
menjamin keterlaksanaan program ini sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Aspek SDM memiliki peran yang sangat menentukan keberhasilan pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran. Olh karena itu aspek ini memerlukan perhatian, sejak proses rekruitmen,
penugasan dan pengendaliannya. SDM yang akan terlibat dalam proses perintisan dan
pengembangan sekolah berbasis TIK ini, meliputi SDM pengelola, pengembang, pengguna, dan
teknisi
Aspek teknologi meliputi infrastruktur jaringan, koneksi internet,televisi dan radio, serta
peralatan (radio, TV, computer/laptop) dan perangkat pendukungnya. Mengingat
perkembangan teknologi yang demikian pesat, maka dalam penyediaan peralatan hendaknya
memperhatikan aspek kebutuhan, kompatibilitas, kesinambungan produksi, ketersediaan suku
cadang, layanan purna jual, dan kemudahan perawatannya.
10
Idealnya semua kelas, laboratorium, PSB, TU tersedia fasilitas TIK yang lengkap serta terhubung
ke jaringan lokal dan koneksi internet.
3. Aspek konten
Kionten yang harus dikembangkan dan disediakan baik konten online maupun off-line,
meliputi konten E-Pembelajaran (Jardiknas, Edukasinet, TVE, Radio Edukasi, Modul Cetak),
serta konten E-Administrasi (Sistem Administrasi sekolah, Sistem Penerimaan Siswa baru,
Sistem Informasi Sekolah, Aplikasi Sekolah Pintar dll)
Yang tak kalah pentingnya adalah adanya perhatian terhadap masalah penyimpanan,
pengembangan, pemutakhiran dan perawatan sistem pangkalan data (data base) baik yang
berkaitan dengan administrasi sekolah maupun pembelajaran.
4. Aspek Kebijakan
Kebijakan sangat diperlukan untuk menjamin kesuksesan program Sekolah Pintar ini, oleh
karena itu peran serta para stake holder pendidikan sangat diperlukan.
Kebijakan ini meliputi kebijakan tingkat pusat yang dikeluarkan oleh menteri atau institusi
jajaran Kemdiknsas tingkat eselon 1 dan 2, kemudian kebijakan daerah yang dikeluarkan oleh
Dinas Pendidikan tingkat propinsi, kabupaten/Kota, maupu kebijakan yang dikeluarkan pihak
sekolah sendiri untuk mendukung kebijakan institusi di atasnya.
Untuk dapat memanfaatkan TIK secara optimal dalam proses pembelajaran yang ideal, perlu
diperhatikan sarana dan prasarana sekolah secara keseluruhan dan sarana prasarana di ruang
belajar.
11
ibadah dll. Salah satu contoh konsep sekolah yang berbasis TIK yang ideal adalah sebagai
berikut:
Kemudian untuk memanfaatkan TIK secara terintegrasi dalam pembelajaran, sekolah hendaknya
mengembangkan konstruksi jaringan lokal sekolah dengan topologi sebagai berikut:
Komp.Klient
HUB
Server Parabola
TV Tunner
Jardiknas
Internet E-Book
Bimbel Online
Sumber
belajar
lainnya
12
a. Sarana/prasarana TIK ruang belajar
Untuk dapat memanfaatkan TIK secara optimal dalam proses pembelajaran diperlukan
melengkapai sarana prasarana di ruang belajar dengan fasilitas TIK.
1) Prasarana
a) Ruang kelas dan ruang PSB yang dilengkapi dengan fasilitas TIK, sebagai berikut:
a) Elektronik:
7. IP Camera,
13
10. Server,
11. 4 IP Public.
b) Non elektronik: meja–kursi guru dan siswa, meja–kursi komputer, papan tulis, rak
multi guna, layar, rak sepatu, papan jadwal pemanfaatan.
Contoh konsep ruang kelas dan Pusat Sumber Belajar berbasis TIK yang ideal adalah sebagai
berikut:
14
1) Sarana/prasarana ruang ruang PSB
b. 1 set Notebook
15
Konsep 2. Pusat Sumber Belajar (PSB)
b. SDM
Sumber Daya Manusia yang terlatih dan terampil mengelola dan memanfaatkan PSB adalah
motor penggerak dari PSB yang ideal. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam
mengelola dan memanfaatkan PSB dapat ditempuh melalui berbagai pelatihan-pelatihan di
sekolah binaan terutama untuk tenaga pengelola media yang bertugas mengelola
pemanfaatan media dan perangkatnya serta kepala sekolah dan guru-guru yang bertugas
memanfaatkan TIK secara maksimal guna peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah
binaan.
Sebagaimana telah disinggung di depan ada empat SDM yang dibutuhkan di sekolah yaitu
pengelola, pengembang, pngguna dan teknisi.
1) Pengelola
16
Tenaga pengelola TIK di sekolah bisa dilakukan oleh guru yang diberi tambahan tugas,
pustakawan atau staf tata usaha sekolah. Dalam hali ini petugas pengelola mempunyai
tanggung jawab sebagai berikut:
2) Pengembang
Seyogyanya setiap sekolah yang ditunjuk sebagi sekolah binaan, memiliki kemauan
untuk mengembangkan materi ajar berbasis TIK, dari yang paling sederhana dengan
misalnya dengan menggunakan Power Point hingga bahan ajar interaktif yang lebih
kompleks. Peran pengembang konten ini bisa dilakukan oleh oleh guru yang dilatih
untuk memiliki kompetensi sebagai pengembangn konten. Selain mengembangkan
konten pembelajaran untuk dirinya sendiri, diharapkan juga tenaga tersebut dapat
membantu guru lain yang tidak memiliki kemampuan dalam menyiapkan konten
pembelajaran baik off-lin maupun on-line.
3) Pengguna
Pengguna dalam hal ini adalah guru-guru yang memanfaatakn TIK dalam proses
pembelajaran, mulai dari persiapan, pelaksanaan pembelajaran hingga evaluasi. Secara
lebih rinvci tugas-tugas guru dalam memanfaatkan TIK adalah sebagai berikut:
e) Memanfaatkan konten yang telah tersedia di jardiknas, TV Edukasi, dan sumber lain
di internet
17
f) Meningkatkan kemampuan dengan menggali dan memperoleh informasi berkaitan
dengan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan kurikulum, metodologi,
dan sistem evaluasi
g) Melakukan evaluasi prestasi belajar siswa (ulangan harian, UTS, UAS) dengan
memanfaatkan TIK
4) Teknisi
Dalam pemanfaatan TIK di sekolah, teknisi bertanggung jawab atas dapat berfungsinya
dengan baik sarana dan prasarana seperti listrik, jaringan local (LAN), server, koneksi
internet dan TVE, TV, komputer maupun laptop, sehingga berjalannya proses
pembelajaran berbasis TIK dapat berlangsung dengan lancar.
c. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran di sekolah binaan ini menekankan pada keatifan siswa dalam belajar
dengan memanfaatkan berbagai sarana belajar yang tersedia atau student-centered
learning. Siswa dituntut aktif mengelaborasi informasi yang diperoleh serta secara kreatif
dan terampil mengasah kemampuan berkolaboratif dalam memecahkan persoalan.
Penerapkan metode “active learning” ini mengarah pada upaya melibatkan semua siswa
dalam seluruh proses belajar mengajar (partisipasi aktif). Bahkan dalam topik tertentu, siswa
diharapkan mampu menjadi guru bagi teman-temannya. Siswa tidak hanya belajar dari guru
dan buku tetapi juga dari pemanfaatan komputer dan sarana TIK lainnya sebagai media
pembelajaran untuk mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan.
Selain metode active learning, siswa juga dapat merasa senang pada saat belajar karena
terciptanya suasana belajar yang menyenangkan(joyful learning) sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa yang datang dari dalam diri pembelajar.
18
– Aspek visual (gambar, peta, diagram, warna, simbol, alat peraga dan penulisan kata
kunci),
– Aspek auditif (variasi suara, umpan balik secara lisan, pengulangan informasi
penting atau kata kunci, penggunaan sajak atau nyanyian), dan
– Aspek kinestetik (peragaan konsep, simulasi atau bermain peran, gerakan dan
bahasa tubuh).
• Bahan cetak seperti: hand out, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
wallchart
19
Coordinating, workgroups, mailing list
Proses pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja tetapi juga dapat dilakukan
di luar kelas, baik di halaman di kantin dlll, Karen sekolah sudah dilengkapi dengan akses
poin (wifi).
Dengan fasilitas Jardiknas, maka proses pembelajaran di sekolah berbasis TIK telah
terkoneksi ke system dan infrastruktur Jardiknas, berbagai sumber belajar seperti E-
dukasi.net, mobile learning dll, terkoneksi dengan sekolah binaan lainnya bahkan dengan
seluruh sekolah lain yang telah terhubung ke Jardiknas, sehingga dapat saling
berkomunikasi dan berkolaborasi.
Dengan demikian Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui
internet/intranet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas
20
SchoolNet/ Akses
Pusat Sumber Belajar
Sistem &
Infrastruktur TIK
Mobile Learning
Data Centre,
Pustekkom
Di lingkungan
sekolah
Di luar lingkungan
sekolah
21
2. Pemanfaatan TIK untuk Administrasi dan Informasi Sekolah.
a. Sarana
Untuk dapat memanfaatkan TIK secara optimal untuk keperluan administrasi dan informasi
sekolah diperlukan sarana dan prasarana yang tepat dan memadai termasuk dalam
pengelolaannya.
1) Prasarana
2) Sarana
a. TV 29”
c. computer desktop
d. laptop
e. DVD Player
f. Printer
g. Scanner
h. Fotocopy
i. LCD Projector,
k. Server
22
b. SDM
SDM yang menangani system administrasi sekolah (e-administrasi) adalah dalam rangka
menangani beberapa fungsi, bisa saja masning-masing fungsi ditangani oleh 1 orang, atau
kalau ada keterbatasan jumlah SDM yang memiliki kompetensi, bisa dirangkap oleh satu
atau dua orang.
1) Administrator
2) Programmer
3) Teknisi
c. Sistem
Seyogyanya system administrasi sekolah berbasis TIK yang dikembangkan adalh system yang
terintegrasi yang paling tidak mencakup fitur-fitur sebagai berikut:
1) Penyusunan RPP
3) Prestasi siswa
4) Keuangan
5) Perpustakaan
7) Informasi terbuka untuk umum dan yang terbatas untuk pihak tertentu
9) Data sekolah
10) Pelaporan
23
BAB III
Untuk menuju sekolah yang secara penuh mengintegrasikan TIK dalam proses pembelajaran perlu
dilakukan secara bertahap, selain itu penerapannya juga perlu memperhatikan aspek kesiapan sekolah,
mengingat adanya perbedaan kondisi sekolah terutama sekolah di daerah terpencil, dan perbatasan
yang sarana prasarana dasarnya masih belum memadai.
Untuk itu perlu dilakukan pengklasifikasian kondisi fasilitasnya dalam empat level, yaitu
Level 1 disebut level Perintis dengan prosentase pemenuhan indikator dibawah 50%.
Yang masuk kategori ini adalah sekolah dengan fasilitas terbatas (termasuk sekolah terpencil,
dan sekolah yang belum memiliki sambungan listrik)
Level 2 disebut level Dasar dengan prosentase pemenuhan indikator antara 50%-70%.
Yang masuk kategori ini adalah sekolah dengan fasilitas sudah mendekati standar
Level 1 disebut level Menengah dengan prosentase pemenuhan indikator dibawah 70%-90%.
Sekolah yang memnuhi kriteria level ini sudah dapat mengimplementaskian model teknologi
secara standar.
Level 4 disebut level Matang dengan prosentase pemenuhan indikator di atas 90%.
Pada level ini sudah dapat dilakukan implementasi secara menyeluruh dari model Sekolah
Binaan
24
Pembagian sekolah berbasis TIK ke dalam beberapa level merujuk pada Smart School Qualification
Standards. Smart School sendiri dibagi ke dalam 4 level yang berbeda dari segi kematangan
implementasi beberapa indikator seperti: Utilization, Human Capital, Application,dan Technology.
Utilization merupakan integrasi TIK dalam proses belajar mengajar serta administrasi sekolah
(40%)
Human Capital merupakan kemampuan pihak administrasi sekolah, guru, dan siswa dalam
mengintegrasikan TIK dalam proses belajar mengajar serta administrasi sekolah (30%).
Application merupakan indikator dimana content dan sistem telah tersedia (20%).
Technology Infrastructure merupakan indikasi dimana peralatan teknologi telah tersedia (10%).
Adapun level dari model sekolah berbasis TIK ini dapat dikelompokkan atas 4 level yaitu perintis,
dasar, menengah,dan matang.
Utilization 1A 2A 3A 4A
Human capital 1B 2B 3B 4B
Application 1C 3C 3C 4C
Technology 1D 2D 3D 4D
Infrastructure
Level 1 disebut level Perintis dengan prosentase pemenuhan indikator dibawah 50%.
25
A. Utilization
o Guru mengembangkan bahan ajar berbasis multimedia untuk proses belajar mengajar:
sekali dalam setahun
o Penggunaan Learning Content Management System (Guru): 0–79 menit per bulan
o Jumlah waktu (jam) akses siswa dengan PC: 0–80 menit (untuk mata pelajaran apa saja) tiap
bulan
o Penggunaan Learning Content Management System (Siswa): 0–1 tugas per bulan
o Siswa mampu menyelesaikan 0–1 judul dari modul belajar mandirinya per bulan
o Update aktivitas dan data dari modul yang relevan di Web Based School
B. Human Capital
o Para guru memiliki level kompetensi dasar dalam menggunakan materi ajar berbasis TIK
dalam kegiatan belajar mengajar
o Para guru memiliki level kompetensi dasar dalam mengintegrasikan materi ajar berbasis TIK
dalam kegiatan belajar mengajar
26
o Para guru memiliki level kompetensi dasar dalam mengembangkan bahan ajar dalam format
multimedia untuk kegiatan belajar mengajar
o <50% siswa memiliki pengetahuan mengenai bahan ajar berbasis TIK dan mampu
menggunakannya dalam kegiatan belajar
C. Application
o Tidak ada aplikasi berbasis TIK tambahan yang dibanagun di atas Smart School
Management
o Harus memiliki Ministry of Education courseware dan bahan ajar berbasis TIK: 1 buah
D. Technology Infrastructure.
o Local Area Network & Wide Area Network accessibility (Extremely Low availability &
location)
27
o Standard maximum downtime > 7 jam/bulan
o 0–24% dari total waktu pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dilakukan
dalam bahasa Inggris
Level 2 disebut level Dasar dengan prosentase pemenuhan indikator antara 50%-70%.
A. Utilization
o Guru mengembangkan bahan ajar berbasis multimedia untuk proses belajar mengajar: dua
kali dalam setahun
o Penggunaan Learning Content Management System (Guru): 80–159 menit per bulan
o Jumlah waktu (jam) akses siswa dengan PC: 81–160 menit (untuk mata pelajaran apa saja)
tiap bulan
o Penggunaan Learning Content Management System (Siswa): 2–3 tugas per bulan
o Siswa mampu menyelesaikan 2–3 judul dari modul belajar mandirinya per bulan
o Update aktivitas dan data dari modul yang relevan di Web Based School
28
B. Human Capital
o Para guru memiliki level lanjut untuk kompetensi TIK : Level 2 (1.51-2.0)
o Para guru memiliki level kompetensi dasar dalam menggunakan materi ajar berbasis TIK
dalam kegiatan belajar mengajar: Level 2 (1.501-2.5)
o Para guru memiliki level kompetensi dasar dalam mengintegrasikan materi ajar berbasis TIK
dalam kegiatan belajar mengajar: Level 2 (1.501-2.5)
o Para guru memiliki level kompetensi dasar dalam mengembangkan bahan ajar dalam format
multimedia untuk kegiatan belajar mengajar: Level 2 (1.501-2.5)
o 50% -60% siswa memiliki pengetahuan mengenai bahan ajar berbasis TIK dan mampu
menggunakannya dalam kegiatan belajar
C. Application
o Satu buah aplikasi berbasis TIK tambahan yang dibangun di atas Smart School Management
o Harus memiliki Learning Content Management System untuk pengajaran dan pembelajaran
29
o Harus memiliki Ministry of Education courseware dan bahan ajar berbasis TIK: 2 buah
D. Technology Infrastructure.
o Local Area Network & Wide Area Network accessibility (Low availability & location)
o 25–49% dari total waktu pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dilakukan
dalam bahasa Inggris
Level 3 disebut level Menengah dengan prosentase pemenuhan indikator dibawah 70%-90%.
A. Utilization
o Guru mengembangkan bahan ajar berbasis multimedia untuk proses belajar mengajar:
setiap bulan
o Penggunaan Learning Content Management System (Guru): 240–319 menit per bulan
30
o Penggunaan materi TV edukasi atau pendidikan: 3 Period per bulan
o Jumlah waktu (jam) akses siswa dengan PC: 240–319 menit (untuk mata pelajaran apa saja)
tiap bulan
o Penggunaan Learning Content Management System (Siswa): 6–7 tugas per bulan
o Siswa mampu menyelesaikan 6–7 judul dari modul belajar mandirinya per bulan
o Update aktivitas dan data dari modul yang relevan di Web Based School
B. Human Capital
o Para guru memiliki level kompetensi dasar dalam menggunakan materi ajar berbasis TIK
dalam kegiatan belajar mengajar: Level 4 (3.501-4.5)
o Para guru memiliki level kompetensi dasar dalam mengintegrasikan materi ajar berbasis TIK
dalam kegiatan belajar mengajar: Level 4 (3.501-4.5)
o Para guru memiliki level kompetensi dasar dalam mengembangkan bahan ajar dalam format
multimedia untuk kegiatan belajar mengajar: Level 4 (3.501-4.5)
o 71%-80% siswa memiliki pengetahuan mengenai bahan ajar berbasis TIK dan mampu
menggunakannya dalam kegiatan belajar
31
o Penyebaran informasi melalui TIK: setiap minggu
C. Application
o Terdapat 3 aplikasi berbasis TIK tambahan yang dibangun di atas Smart School
Management
o Harus memiliki Learning Content Management System untuk pengajaran dan pembelajaran
o Harus memiliki Ministry of Education courseware dan bahan ajar berbasis TIK: 4 buah
D. Technology Infrastructure.
o Local Area Network & Wide Area Network accessibility (High availability & location)
o 75%–99% dari total waktu pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dilakukan
dalam bahasa Inggris
32
Level 4: Matang (> 90%)
Level 4 disebut level Matang dengan prosentase pemenuhan indikator di atas 90%.
A. Utilization
o Guru mengembangkan bahan ajar berbasis multimedia untuk proses belajar mengajar:
setiap minggu
o Penggunaan Learning Content Management System (Guru): > 320 menit per bulan
o Jumlah waktu (jam) akses siswa dengan PC: > 320 menit (untuk mata pelajaran apa saja) tiap
bulan
o Penggunaan Learning Content Management System (Siswa): 8 atau lebih tugas per bulan
o Siswa mampu menyelesaikan 8 atau lebih judul dari modul belajar mandirinya per bulan
o Update aktivitas dan data dari modul yang relevan di Web Based School
B. Human Capital
o Para guru memiliki level dasar kompetensi TIK : Level 5 (> 4.5)
o Para guru memiliki level advanced kompetensi TIK : Level 5 (> 3.0)
33
o Para guru memiliki level kompetensi dasar dalam menggunakan materi ajar berbasis TIK
dalam kegiatan belajar mengajar: Level 5 (> 4.5)
o Para guru memiliki level kompetensi dasar dalam mengintegrasikan materi ajar berbasis TIK
dalam kegiatan belajar mengajar : Level 5 (> 4.5)
o Para guru memiliki level kompetensi dasar dalam mengembangkan bahan ajar dalam format
multimedia untuk kegiatan belajar mengajar : Level 5 (> 4.5)
o 80% siswa memiliki pengetahuan mengenai bahan ajar berbasis TIK dan mampu
menggunakannya dalam kegiatan belajar
C. Application
o Setidaknya terdapat > 8 buah modul aplikasi yang dapat digunakan manajemen
o Lebih dari 3 aplikasi berbasis TIK tambahan yang dibanagun di atas Smart School
Management
o Harus memiliki Learning Content Management System dalam pengajarn dan pembelajaran
o Harus memiliki Ministry of Education courseware dan bahan ajar berbasis TIK: > 4 buah
34
D. Technology Infrastructure.
o Local Area Network (LAN), Wide Area Network (WAN), Wireless and value-added
o 100% dari total waktu pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dilakukan dalam
bahasa Inggris
35
BAB V
Pelaksanaan Program Pemanfaatan TIK di Sekolah Binaan melibatkan beberapa institusi/lembaga terkait
meliputi:
Mekanisme kerja diatur melalui tugas dan tanggung jawab masing-masing lembaga, sebagai berikut:
36
d. Memfasilitasi sekolah binaan
e. Melakukan pembinaan
2. Dinas Pendidikan Provinsi, dan Kanwil Depag memiliki tugas dan tanggung jawab:
3. Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota dan Kandepag Kabupaten/ Kota memiliki tugas dan tanggung
jawab:
37
a. Membuat surat pernyataan kesediaan untuk menjadi sekolah binaan pustekkom
g. Mengisi form laporan pemanfaatan TIK secara berkala (per 3 bulan) yang telah tersedia pada
website
a. Penanggung Jawab
b. Koordinator
2) Membuat matrik media yang akan digunakan dalam pembelajaran berdasarkan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL)
38
6) Mengkoordinasikan pembuatan RPP yang terintegrasi dengan TIK
7) Memanfaatkan TIK dalam pembelajaran meliputi televisi edukasi, radio edukasi, konten
jardiknas, bimbel online dan konten TIK yang bersifat offline
Sekolah memiliki ruang kelas yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran berbasis TIK secara
terintegrasi dan ruang PSB berbasis TIK
b. SDM
c. Sistem
39
BAB VI
Pengendalian dan evaluasi dilakukan secara online dengan fasilitas jaringan intranet dan internet
(Jardiknas), secara on site dan atau melalui komunitas dan pihak ketiga. Dengan demikian diharapkan
pengendalian kegiatan pelaksanaan sekolah berbasis TIK ini dapat dilakukan secara efektif dan
efisien.
Pada tataran implementasinya kegiatan ini akan melibatkan para pakar, ahli media dan ahli materi
tetrutama berkaitan dengan pelaksaan proses pembelajaran dan penyediaan materi bahan ajar.
Dalam aspek manjemen pengendalian dan evaluasi akan dilakukan oleh jajaran pusat Kementrian
Pendidikan Nasional yang terkait, demikian juga untuk daerah pengendalian dan evaluasi akan
dilakukan hingga level sekolah yang akan ditangani oleh komite sekolah.
• membina sekolah untuk mengembangkan dan mengimplentasi action plan berbasis TIK,
• memonitor proses pengintegrasian TIK ke dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru
• peningkatan kemampuan SDM melalui pelatihan TIK untuk guru dan tenaga non
kependidikan yang terlibat dalam pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran TIK di
sekolah (SDM pengelola, pengembang, dan teknisi)
40
2. Obyek pengendalian
a. Infrastruktur
1) Network manajemen
4) Bandwidth utilization
5) Helpdesk
b. Konten
41
c. Pemanfaatan
d. Pelaksanaan
1) Manajemen
2) Kbijakan
3) Sosialisasi
3. Metode Pengendalian
a. On-line
1) Survey on-line
2) Form pelaporan
b. On-site
1) Obsevasi
2) Evaluasi pelaksanaan
c. Komunitas pihak/ketiga
1) Evaluasi penyelenggaraan
2) Laporan pemanfaatan
4. Pelaporan
42
b. Monitoring Online, Onsite, Komunitas
d. E-Pembelajaran
e. E-Administrasi
g. Pengembangan SDM
2. Materi Pelaporan
Materi pelaporan adalah seperti dijelaskan di atas. Format laporan sesuai lampiran ……
3. Periode Pelaporan
2. Layanan Informasi
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kantor Dinas Pendidikan/Kanwil Depag Propinsi,
Dinas Pendidikan/ Kandepag Kabupaten/Kota, dan Pustekkom:
Pustekkom
0856-870-7161 (sms)
Email : binaanpustekkom@pustekkom.kemdiknas.go.id
43
BAB VII
RENCANA AKSI
Pembentukan sekolah berbasis TIK melalui tahapan Perintisan yang terdiri dari empat tahapan utama,
yaitu (1) Persiapan; (2) Pelaksanaan atau Implementasi, dan (3) Evaluasi, dan tahapan berikutnya yaitu
Penyebarluasan.
A. Tahap perintisan
Berikut ini akan diuraikan secara lebih rinci tahapan-tahapan yang perlu dilaksanakan, yaitu:
Tahap persiapan dalam masa perintisan ini diawali dengan penyusunan konsep, disain dan
rancangan dan kemudian diikuti dengan persiapan pelaksanaan implementasi, sehingga nantinya
pada saat pelaksanaan untegrasi TIK di sekolah akan dapat berjalan dengan lancar.
Tahap pembuatan konsep sekolah berbasis TIK dilakukan pada tahun 2010 dengan
memperhatikan kebutuhan serta visi dan misi pendidikan. Benchmarking dilakukan terhadap
beberapa Negara yang telah mengimplementasikan sekolah berbasis TIK. Masukan juga digali dari
para pakar pendidikan dan teknologi informasi, baik dari kalangan akademisi maupun praktisi.
44
Pada tahap ini, konsep sekolah berbasis TIK direpresentasikan dalam bentuk yang lebih terukur,
baik dari sisi infrastruktur, dana, sumber daya maupun jadwal implementasi.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan pada tahun 2010 dan 2011 adalah Sumber Daya, Infrastruktur,
dan Learning Management System, serta Content.
a. Sumber Daya
Program pelatihan sumber daya akan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) perlu dilakukan
untuk mempersiapkan proses implementasi yang dimulai pada tahun 2010 sehingga dapat
berjalan lancar.
o Meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja sumber daya dengan pemanfaatan maksimal
alat bantu komputer.
45
Kisi-kisi Kurikulum Pelatihan Komputer Dasar
Manipulasi direktori, seperti membuat dan menghapus direktori, juga memindahkan atau
menyalin berkas antar direktori.
Pemahaman dan penggunaan fasilitas jaringan sistem komputer, meliputi: sharing file,
mapping drive.
Mekanisme: Penguasaan untuk hal ini membutuhkan pengetahuan dasar teori komputer.
Dengan dasar tersebut diharapkan memiliki pemahaman tentang cara kerja sistem
komputer. Pemahaman ini akan dilatih dalam bentuk praktek langsung menggunakan
komputer untuk kegiatan kerja. Penguasaan ini mutlak diketahui oleh seluruh pengguna
komputer sebagai pengetahuan dasar.
Evaluasi: Peserta akan memiliki pengetahuan komputer yang lebih baik dan mengetahui
bagaimana suatu sistem komputer dapat membantu kerja.
Deskripsi: Aktivitas ini dilakukan oleh hampir seluruh bagian di perusahaan, dengan bantuan
word processor. Namun tidak semua kemampuan perangkat lunak tersebut perlu dikuasai
oleh setiap pegawai. Fasilitas penyuntingan standard dan pencetakan diperlukan oleh
seluruh pemakai. Namun mail merge misalnya, dibutuhkan oleh pegawai administrasi yang
banyak berhubungan dengan surat menyurat. Fasilitas seperti tabel, diagram, master
document, table of content, serta indexing berguna bagi pegawai yang bertugas menulis
46
proposal atau laporan. Jika perusahaan bergerak di bidang engineering atau science,
diperlukan word processor yang dapat membantu penyuntingan formula matematika.
Evaluasi: Dilihat berapa trampil dan cepatnya dalam mengolah dokumen, baik dalam hal
pembuatan surat ataupun pencarian dokumen serta efektifitas kerja pembuatan dokumen.
Prasyarat: Memiliki dasar pengetahuan tentang sistem operasi komputer dan dasar
pengetahuan tentang pengolahan dokumen
Deskripsi: Aktivitas penyiapan bahan presentasi dilakukan oleh hampir seluruh fungsi dalam
perusahaan, terutama bagi para manajer ataupun supervisor. Presentasi yang bagus akan
memberikan kesan yang lebih profesional. Penggunaan software alat bantu presentasi akan
memudahkan para profesional dalam menyiapkan serta menyajikan presentasinya. Dengan
penggunaan komputer (seringkali dibantu oleh alat pembesar layar seperti in-focus) dalam
rapat, ia dapat secara langsung meng-update maupun menambahkan bahan-bahan
presentasinya.
Evaluasi: Dilihat berapa trampil dan cepatnya dalam mengolah presentasi, kesesuaian ketika
memilih template yang sesuai dengan jenis presentasinya.
Prasyarat: Memiliki dasar pengetahuan tentang sistem operasi komputer dan pengetahuan
pemrosesan berbagai jenis dokumen yang akan dipresentasikan.
47
o Panduan Penggunaan Internet dan Email
Deskripsi: Penggunaan Internet oleh perusahaan semakin meluas. Aktiftas yang banyak
dilakukan adalah penelusuran World Wide Web (WWW), eletronic mail (e-mail), dan news.
E-mail juga digunakan secara luas. Kemampuan yang perlu dimiliki oleh pengguna e-mail
adalah cara menyunting, mengirim, membalas, membaca, serta mengorganisasikan e-mail.
o Modul Siswa yang meliputi manajemen profil, mekanisme diskusi, mekanisme pengumpulan
tugas, serta mekanisme pengumpulan tugas atau kuis.
o Modul Guru yang meliputi manajemen bahan ajar, manajemen siswa, manajemen aktivitas
belajar mengajar, pembuatan tugas serta kuis.
o Modul Administrator yang meliputi panduan instalasi aplikasi, mekanisme konfigurasi LMS,
manajemen pengguna, dan manajemen proses belajar mengajar.
48
Kisi-kisi Kurikulum Pelatihan Self-Learning Material dan Multimedia Content
o Pengenalan dan pembuatan Program Mapping (Satuan Acara Pembelajaran untuk tujuan
khusus e-Learning)
o Pengenalan authoring tools (Macromedia Flash, Audacity - audio editor, dan Articulate
Presenter)
b. Infrastruktur
Calon sekolah peserta rintisan sekolah berbasis TIK harus memenuhi aspek penyediaan fasilitas
yang akan digunakan sebagai lingkungan penyelenggaraan sistem e-Learning ini, termasuk
aspek-aspek sumber daya manusia pendukung fasilitas sistem e-Learning. Untuk lebih jelasnya
penetapan kriteria tersebut adalah sbb:
49
6. Memiliki program kerja (master plan) dalam pemanfaatan TIK untuk pembelajaran
7. Memiliki fasilitas komunikasi (telepon, faksimili dan internet) yang memadai dan berfungsi
dengan baik
9. Menyatakan secara tertulis bersedia untuk menjadi sekolah binaan dengan persetujuan
komite sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
Terdapat beberapa kandidat solusi yang dapat dipilih dalam rangka penyediaan sistem e-
Learning:
1. Mengembangkan sendiri.
Dengan menjatuhkan pilihan pada pilihan ini, artinya institusi perlu memiliki tim untuk
pengembangan sistem. Disini benar-benar akan digunakan manajemen proyek dimana
alokasi sumber daya manusia (mulai dari manajer proyek, system analyst, business analyst,
system architect, system developer, tester, hingga documentator), alokasi biaya dan waktu
diatur sedemikian rupa sehingga requirements dapat dicapai sesuai target. Pilihan
metodologi pengembangan dan teknologi yang akan digunakan merupakan ‘hak prerogratif’
tim pengembang dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan yang ada.
Salah satu hal yang bisa digunakan untuk menebak mengapa suatu organisasi membeli
aplikasi perangkat lunak atau perangkat keras adalah tersedianya anggaran yang dimiliki
serta berbagai pertimbangan seperti kemudahan, khususnya pendeknya waktu
implementasi serta layanan pasca-implementasi. Namun yang perlu diperhatikan dari
50
pilihan ini adalah seringkali fasilitas yang ada terlalu kompleks dari apa sebenarnya yang
dibutuhkan organisasi yang bersangkutan.
Saat ini telah terdapat beberapa sistem e-Learning berbasis open source seperti Moodle,
Claroline, dan yang lainnya. Jelas, bagi organisasi yang akan memanfaatkan software ini
tidak perlu membayar. Lisensi yang digunakan biasanya adalah GPL atau GNU. Effort yang
perlu kita lakukan ketika memutuskan menggunakan sistem ini adalah, kita perlu
mempelajari dokumentasi program, bahkan kalau perlu algoritma-algoritma yang
digunakan. Tidak adanya layanan pasca-implementasi berarti menuntut penggunanya untuk
terlibat aktif dalam milis-milis atau memperhatikan bug-bug yang mungkin ditemukan
dibelakang hari.
4. Melakukan kustomisasi.
Melakukan kustomisasi artinya memanfatkan kembali modul-modul yang tersedia, baik itu
dikembangkan sendiri, dari software open source ataupun dengan cara membeli dengan
tujuan untuk dapat dimodifikasi sesuai requirements yang dibutuhkan organisasi.
Dari beberapa uraian di atas, strategi yang dapat kita gunakan untuk implementasi LMS adalah
pemilihan LMS berbasis OSS dengan beberapa target modifikasi dan penambahan modul-modul
yang diperlukan. Pilihan ini jauh lebih efektif dan efisien dari sisi SDM, waktu, dan biaya.
d. Content Development
Bahan ajar yang dapat digunakan untuk pelaksanaan implementasi di tahun 2010 adalah bahan
ajar berbasis Multimedia yang tersedia di situs Jardiknas dan bahan belajar audio dan audio
visual dari TVE dan radio Swara Edukasi. Terdapat beberapa macam teknologi multimedia
(software) ‘dominan’ yang digunakan dalam pengembangan materi pembelajaran yaitu
51
Microsoft Word, Microsoft PowerPoint, Adobe Photoshop, Macromedia Flash MX, serta
Articulate Presenter.
Selain bahan yang diperoleh dari Jardiknas, TVE dan Radio Swara Edukasi, para guru juga
diharapkan menguasai konsep pengembangan self-learning material dan bahan ajar berbasis
multimedia. Setidak-tidaknya 1 buah modul dapat dihasilkan oleh masing-masing guru mata
ajar.
d. Penyusunan Petunjuk Teknis Pemanfaatan Modul dan Media s.d. Juli 2010
Pada tahap kedua ini, sekolah terpilih yang akan terlibat dalam tahapan rintisan sudah siap baik
dari segi Sumber Daya Manusia, Infrastruktur, LMS, serta Content.
Implementasi dilaksanakan secara bertahap dimulai dari 50 sekolah pada tahun 2010 dengan
fokus di kelas 7 dan kelas 10. Selama tahap implementasi akan diadakan pembinaan intensif dan
monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan implementasi.
1. Pembuatan RPP
52
2. Pembuatan Media/Konten Lokal
Pada tahap ini akan dilakukan evaluasi pelaksanaan Pilot Project. Berbagai kekurangan
bahkan kesulitan yang terjadi harus dapat diantisipasi dan dipecahkan.
Hasil dari evaluasi formatif ini adalah rekomendasi perbaikan dan peningkatan
Evaluasi sumatif dilakukan pada tahap akhir perintisan utnuk mengetahu kelayakan program
sekolah berbasis TIK. Seberapa besar tingkat efektivitas program dan kontribusinya
peningkatan kualitas pembelajaran, serta bagaimana dampak program ini terhadap kualitas
pendidikan secara keseluruhan. Semua itu untuk menentukan apakah program iini bisa
direkomendasikan untuk disebarluaskan atau tidak.
Sebelum perluasan implementasi dilaksankanan dilakukan upaya sosialisasi yang lebih masif
tentang sekolah berbasis TIK berdasarkan hasil evaluasi. Diharapkan mulai tahun ajaran baru
2014 terjadi penambahan jumlah sekolah yang mengadopsi konsep sekolah berbasis TIK.
Berbeda dengan tahap rintisan, pada tahap ini sekolah-sekolah telah melaksanakan
53
implementasi ini dengan sukarela. Tugas Pustekkom selanjutnya adalah membina implementasi
ini dengan melibatkan unsur pemerintah daerah.
54
BAB VIII
PENUTUP
Keberhasilan pengintegrasian TIK dalam pembelajaran, tergantung pada komitmen semua pihak, mulai
dari pihak di level jajaran Kementrian Pendidikan Nasional, jajaran Dinas Pendidikan
propinsi/kabupaten/kota hingga pihak sekolah yang dipercaya sebagai sekolah binaan.
Namun di antara pihak-pihak tersebut, yang paling menentukan keberhasilan program pemanfaatan TIK
di sekolah adalah kepala sekolah dan guru. Kepala sekolah sebagai pimpinan, dituntut untuk
menciptakan iklim organisasi sekolah yang kondusif, yang mampu menumbuhkembangkan budaya
pemanfaatan TIK di lingkungan sekolah.
Sedangkan guru sebagai pendidik abad 21 dengan dengan predikat sebagai guru profesional, adalah
guru yang telah menggeser paradigma pembelajaran dari pembelajaran yang berpusat pada guru
(teacher-centeredlearning) menuju pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning)
di mana ia lebih berperan sebagai desainer pembelajaran, fasilitator, pelatih dan manajer pembelajaran.
Untuk itu kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak terkait sangat diperlukan demi suksesnya
pelaksanaan program ini.
55
Lampiran 1: TVE
PSB
• Blended
• Terbuka
• Terintegrasi
• Team teaching
56
Lampiran 3: Bimbel Online
57