Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PENYUSUNAN SOP BUDIDAYA INTENSIF UDANG

VANNAMEI ( Litopenaeus vannamei )


MATKUL : PENJAMINAN MUTU BUDIDAYA PERIKANAN
DOSEN PENGAMPU : Ir.M. Zainal Arifin,MP

OLEH :

AKBAR PURNAMA PUTRA


19.3.02.030

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN
PERIKANAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO
2021
JUDUL JURNAL : PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA TAMBAK
PEMBESARAN INTENSIF UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI CV.
MEGAH PRIMA AGRONUSA, JAWA TIMUR

SOP PEMBESARAN UDANG VANNAMEI DI TAMBAK PEMBESARAN


INTENSIF

1. PERSIAPAN TAMBAK

 Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mrngeluarkan air yang tersisa pada tambak dan
untuk membunuh hama dan penyakit yang ada pada tambak.

a. Alat dan bahan disiapkan.


b. Pipa pengeluaran dan central drain dibuka.
c. Tambak didiamkan selama 2-3 hari.

 Pembersihan Dasar Tambak


Pembersihan dasar tambak bertujuan untuk membunuh lumut yang
menempel pada HDPE dan memutus siklus hidup hama dan penyakit :

a. Alat dan bahan disiapkan.


b. Lumut yang menempel pada dinding dan dasar tambak disikat.
c. Dinding dan dasar tambak di semprot dengan air.
d. Air yang mengendap dikeluarlkan melalui central drain.

 Perbaikan Wadah
Perbaikan wadah bertujuan untuk memperbaiki wadah yang rusak agar air
tidak merembes melalui kebocoran HDPE dan mencegah masuknya hama
dan penyakit :

a. Alat dan bahan disiapkan.


b. Kebocoran HDPE ditambal menggunakan spon busa dan lem.
 Pengapuran
Pengapuran dilakukan untuk meningkatkan pH pada tambak dan membunuh
siklus hidup hama dan penyakit:

a. Alat dan bahan disiapkan.


b. Kapur ditebar merata ke dasar tambak.

 Setting Kincir
Setting kincir bertujuan untuk memperbaiki posisi kincir agar mendapatkan
posisi yang dapat menyentralkan partikel pada dasar tambak :

a. Kincir disiapkan sesuai kebutuhan dengan jumlah 1 kincir untuk 150 m2 .


b. Titik kincir ditentukan dan pemberat ditempatkan 4 titik untuk 1 kincir.
c. Settingan kincir dipastikan dapat menyentralkan lumpur dan mensuplai
oksigen.tata letak kincir dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar. 1 Tata Letak Kincir PT. Central Proteina Prima

 Pengisian Air
Pengisisan air bertujuan untuk mempersiapkan media budidaya :

a. Alat dan bahan disiapkan.


b. Pompa dinyalakan dan air dialirkan ke petakan hingga ketinggian 120 cm.

 Sterilisasi Air
Sterilisasi air bertujuan untuk membunuh organisme pathogen dalam air
yang dapat membawa penyakit :
a. Alat dan bahan disiapkan.
b. Copper sulphate ditebar dengan dosis 5 ppm secara merata dan kincir
dioperasikan.
c. Nuvvet plus ditebar dengan dosis 1.5 – 2 ppm secara merata dan
didiamkan selama 24 jam.
d. Hari berikutnya, dilakukan penebaran kaporit dengan dosis 20 ppm dan
diamkan selama 2-3 hari sampai residu hilang.

 Pembentukan Air Media


Pembentukan air media bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami sebagai
pakan alami bagi udang:

a. Alat dan bahan disiapkan.


b. Fermentasi yang terbuat dari campuran dedak dan ragi ditebar untuk
merata.
c. Didiamkan selama 24 jam dengan kincir beroperasi.
d. Hari berikutnya, super NB ditebar sebanyak 800 ml secara merata.
e. Aplikasi fermentasi dan super NB dilakukan 2 hari sekali.

2. PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR

 Penggunaan Tandon
Penggunaan tandon bertujuan untuk menampung air untuk pergantian air
yang dilakukan setiap hari:

a. Air dipompa dari sumur bor.


b. Air dikaporit dengan dosis 15-20 ppm dan kincir dioperasikan selama 2-3
jam.
c. Diendapkan selama 2-3 hari dan selanjutnya air dialirkan ke petakan.

 Pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk menetralkan pH dan mengeraskan cangkang
udang:
a. Alat dan bahan disiapkan.
b. Menimbang kapur dolomit dengan dosis 3 ppm.
c. Kapur dimasukkan ke dalam ember dan dicairkan dengan menambahkan
air petakan.
d. Kapur ditebar secara merata di permukaan air.

 Penebaran bakteri nitrifikasi


Penebaran bakteri nitrifikasi bertujuan untuk menumbuhkan bakteri pengurai
dalam tambak:

a. Alat dan bahan disiapkan.


b. Bakteri nitrifikasi ditakar menggunakan gelas ukur dengan dosis 0,5–1
ppm.
c. Bakteri nitrifikasi dimasukkan ke dalam ember.
d. Diaduk hingga homogen.
e. Bakteri nitrifikasi ditebar pada permukaan air secara merata.

 Penebaran fermentasi
Penebaran fermentasi bertujuan untuk menumbuhkan plankton sebagai
pakan alami udang

a. Alat dan bahan disiapkan.


b. Dedak ditimbang menggunakan timbangan digital dengan dosis 3 ppm.
c. Ragi ditimbang menggunakan timbangan analitik dengan dosis 15 gram/
kg dedak.
d. Dedak, ragi dan air dihomogenkan dalam ember sampai kental.
e. Ember ditutup dan didiamkan selama 48 jam.
f. Fermentasi dicampur dengan air dan ditebar secara merata dipermukaan
air.

 Pergantian Air
Pergantian air dilakukan untuk membuang kotoran pada dasar tambak dan
tetap mempertahankan tinggi air:

a. Air dari tandon dipompa masuk ke petak budidaya melalui saluran inlet
pada sore.
b. Sirkulasi dihentikan pada pukul 09.00 pagi hari.
 Pengukuran Parameter Kualitas Air

 Pengukuran Suhu Air


Suhu merupakan derajat panas dinginnya suatu perairan yang diukur
dalam satuan °C dan suhu merupakan salah satu faktor pentng dalam
mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Perubahan suhu
yang drasts dalam budidaya udang vaname dapat menyebabkan udang
stress karena suhu tdak berada dalam kisaran yang optmal. Selama
kegiatan budidaya udang vaname nilai suhu yang didapat berkisar antara
26–32 °C (Gambar 5.4), hal ini menunjukkan suhu sedikit melebihi kisaran
yang optmal yang diakibatkan oleh kondisi cuaca. Suhu air dipengaruhi
oleh radiasi cahaya matahari, suhu udara, cuaca dan lokasi. Radiasi
matahari merupakan faktor utama yang mempengaruhi naik turunnya suhu
air .

Pengukuran suhu air bertujuan untuk mengontrol kualitas air:

a. Thermometer yang terpasang pada jembatan anco diangkat.


b. Nilai suhu dilihat pada skala thermometer.

Gambar. 2 Suhu pada Tambak Intensif CV. Megah Prima Agronusa

 Pengukuran Salinitas
Salinitas merupakan jumlah total garam terlarut yang terukur dalam
sampel air dalam satuan ppt ( part per thousand) dan salinitas
merupakan aspek kualitas air yang mempunyai peranan penting
dalam pertumbuhan udang. Nilai salinitas yang diperoleh selama
kegiatan budidaya berkisar antara 12–21,5 ppt (Gambar 3).

Pengukuran salinitas bertujuan untuk mengontrol kualitas air:


a. Hand refraktometer disiapkan.
b. Kaca prisma hand refraktometer dikalibrasi dengan akuadest
sehingga nilai menunjukkan angka 0 (nol).
c. Air diteteskan pada kaca prisma.
d. Hand refraktometer diarahkan ke cahaya yang terang untuk
melihat nilai Salinitas dan dicatat hasilnya.

Gambar. 3 Salinitas pada Tambak Intensif CV. Megah Prima Agronusa

 Pengukuran Kecerahan
Kecerahan merupakan tngkat atau kemampuan cahaya matahari
menembus air dan kecerahan juga menunjukkan populasi plankton dan
kandungan material terlarut dalam air. Berdasarkan hasil pengukuran,
kecerahan yang diperoleh selama kegiatan budidaya berlangsung berkisar
antara 20–120 cm (Gambar 4).

Pengukuran kecerahan bertujuan untuk mengontrol kualitas air :

a. Secchi disk disiapkan.


b. Secchi disk dimasukkan ke dalam media budidaya secara
perlahan-lahan. c. Jika piringan secchi disk tidak terlihat lagi maka
nilai kecerahan dapat di lihat dari skala sebagai T1 dan dicatat.
d. Secchi disk diangkat perlahan-lahan sampai piringan terlihat.
e. Skala pada secchi disk dilihat dan dicatat sebagai nilai kecerahan
T2.
f. Selanjutnya nilai kecerahan didapat dengan menjumlahkan T1+T2 .
2

Gambar. 4 Kecerahan Air pada Tambak Intensif CV. Megah Prima Agronusa
 Pengukuran pH
Derajat keasaman (pH) yaitu tingkat keasaman air yang dinyatakan
dalam pH air. Dalam kegiatan budidaya berlangsung pH air yang
diperoleh pada budidaya udang vaname di tambak intensif berkisar
antara 7,7–9,4 (Gambar 5), dimana angka ini sudah sedikit melewati
angka yang optimal hal ini disebabkan oleh tingkat kepadatan
plankton pada perairan.

Pengukuran pH bertujuan untuk mengontrol kualitas air:

a. Alat dan bahan disiapkan.


b. Mengambil air sampel petakan.
c. pH meter dicelupkan pada sampel dan muncul nilai pH pada
monitor alat.

Gambar. 5 pH Air pada Tambak Intensif CV. Megah Prima Agronusa

 Analisa Data
Data dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk grafik
dan tabel. Rumus yang digunakan dalam analisis parameter yang
diamati yaitu:

a. ABW (Average Body Weight) dihitung dengan rumus Effendi

(1997): ABW = Berat udang yang disampling


jumlah udang yang disampling

b. Biomassa (kg) dihitung dengan rumus Effendi (1997):


= Jumlah tebar benur x SR x ABW
c. Populasi (ekor) dihitung dengan rumus Effendi (1997):
= Populasi (ekor) = Ʃ udang tertangkap (ekor) x luas lahan (m2 )
Luas bukaan jala

d. SR (Survival Rate) SR adalah tingkat kelangsungan hidup yang


dihitung dengan rumus Effendi (1997):

Rumus : SR = Wt x 100%
Wo

Keterangan:
SR : Tingkat kelangsungan hidup (%)
Wt : Jumlah hasil panen awal udang vaname (ekor)
Wo : Jumlah awal pemeliharaan udang vaname (ekor)

 Panen
Panen merupakan tahap akhir dari suatu periode siklus budidaya,
karena dengan dilakukannya panen udang dalam suatu tambak maka
tidak ada lagi proses pemeliharaan, proses panen dilakukan pada
saat kondisi cuaca normal. Udang dapat dipanen setelah memasuki
ukuran pasar (100–30 ekor/kg). Penebaran dolomit dilakukan untuk
mendapatkan kulit udang yang baik, dilakukan sebelum panen
dengan dosis 6–7 ppm. Dari kegiatan budidaya udang vaname di
tambak intensif, pemanenan dilakukan pada umur 113 hari dengan
hasil panen yang diperoleh adalah 3.634 kg dan hasil ini sudah
mencapai target yang diinginkan karena dalam suatu pemeliharaan
selain melakukan pengontrolan pakan hal yang harus dilakukan untuk
memperoleh hasil yang maksimal yaitu pengelolaan kualitas air yang
baik (Tabel 1).

Tabel 1 Produksi Udang Vaname di Tambak Intensif CV. Megah


Prima Agronusa Gending Probolinggo, Jawa Timur
Lama Luas Jumlah Berat SR Biomassa
Pemeliharaan (m2 ) tebar (g/ekor) (%) (kg)
(hari) (ekor)
113 1.250 193.002 27,02 92,34 3.647,5
 KESIMPULAN

1. Nilai ukur kualitas air berkisar : pH 7,7 – 9,4, salinitas 12 – 21,5


ppt, kecerahan 20 – 125 cm, dan suhu 26 – 32o C dan masih
dalam batas toleransi udang.
2. Lama pemeliharaan 113 hari, MBW yang didapatkan 27,02 g/ekor,
biomassa 3.647,5 kg, dan SR 92,34 % 3. Kualitas air berada pada
nilai yang dapat ditolransi oleh udang vaname sehingga nilai
kelangsungan hidup tinggi.
 SARAN

Kualitas air merupakan salah satu fakor budidaya udang vaname


yang sangat penting diperhatikan, oleh sebab itu perlu dilakukan
pengontrolan kualitas air agar tetap pada kisaran yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Adiwijaya, D., Sapto, P.R., Sutikno, E., Sugeng, & Subiyanto. 2003. Budidaya
udang vaname (Litopenaeus vannamei) Sistem tertutup yang ramah
lingkungan. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau, Jepara, 29
hal.

Ahmad T. 1991. Pengelolaan perubahan mutu air yang penting dalam tambak
udang intensif. Direktorat jenderal perikanan bekerja sama dengan
International Development Recearch Center. Infish manual Seri No. 25.

Amri K, Kanna I. 2008. Budidaya Udang Vannamei. Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka Utama.

Boone. 1931. Penaeus vannamei. http://www.fao.org

Boyd . 1990. Water quality in pond for aquaculture. Alabama: Auburn Universitas
Birmingham Publishing Co. , Fast AW. 1992. Pond monitoring and
management In. Fast AW and Lester LJ (Eds). Marine Shrimp Culture :
Principles and Practices: 497 – 514

Clifford HC. 1994. Semi intensive sensation : A Case Study in Marine Shrimp
Pond Management. World Aquaculture 25 (3) : 10

Dewantoro. 2001. Udang Vaname Pertambahan Berat Mutlak. Jakarta. Penebar


Sawadaya

Edhy WA, Januar P dan Kurniawan. 2003. Plankton di Lingkungan PT.


Centralpertiwi Bahari, Suatu Pendekatan Biologi dan Manajemen Plankton
Dalam Budidaya Udang. Laboratorium Central Departement, Aquaculture
Division, PT Centralpertiwi Bahari. Lampung

Effendi. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.


Effendi H. 2000. Telaah Kualitas Air : Bagi pengelolaan sumberdaya dan
lingkungan perairan. Jurusan Managemen Sumberdaya Perairan.FPIK.
IPB. Bogor. Karakteristik Fisika Kimia Sedimen dan Hubungannya Dengan
Struktur Komunitas Makrozoobenthos Di Perairan Teluk Kendari 258 hal.

[FAO] Food dan Aquaculture Organization. 2011. Penaeus vannamei (Boone


1931). http://www.fao.org/fishery/culturedspecies/Litopenaeus_vannamei

Fera, V. 2004. Pembenihan Udang Vaname di PT. Birulaut Khatulistiwa Kalianda


Lampung Selatan. [Laporan magang]. IPB Bogor: Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan.

Haliman RW, Adijaya S. 2005. Udang Vannamei, Pembudidayaan dan Prospek


Pasar Udang Putih yang Tahan Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kilawati. 2012. Pengaruh Penambahan Serbuk Daun Binahong (Andredera


cordifolia) Dalam Pakan Terhadap Kelulushidupan dan Histopatologi
Hepatopankreas Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) yang Diinfeksi
Bakteri Vibrio harveyi. Semarang.

Kordi MG. 2010. Pakan Udang. Jakarta : Akademia

Mustofa AG. 1999. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kualitas Air Kolam Ikan. Program
Studi Ilmu Perairan. Institut Pertanian Bogor.

Sari NW. 2009. Pengelolaan Kualitas Air Pada Pembesaran Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) di Tambak Intensif Balai Budidaya Air Payau
(BBAP) Takalar [Tugas Akhir]. Pangkep: Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep.

Soemardjati W dan Suriawan A. 2007. Petunjuk teknis budidaya udang vaname


(Litopenaeus vannamei) di tambak. Departemen kelautan dan perikanan.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Air Payau
Situbondo. 30 hal.
[SOP CP PRIMA] Standar Operasional Prosedur CP Prima. 2010. Budidaya
Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei). Surabaya.

Susaptoyono, Yogyo, 2007. Ekspor Udang Masih Andalan. Artikel pada


http://www.dkp.go.id

Sutende, D., Afandi, M. 2009. Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)


Semi Intensif dengan Metode Sirkulasi Tertutup untuk Menghindari
Serangan Virus. Jurnal Ilmiah Peikanan dan Kelautan Vol 1 No 2. 121 –
127 hal.

Suyanto R, Takarina EP. 2009. Panduan Budidaya Udang Windu. Jakarta:


Penebar Swadaya.

Tricahyo E. 1995. Biologi dan Kultur Udang Windu (Panaeus Monodon). Jakarat:
Akademika Pressindo.

Yuniasari D. 2009. Pengaruh Pemberian Bakteri Nitrifikasi Dan Denitrifikasi Serta


Molase Dengan C/N Rasio Berbeda Terhadap Profil Kualitas Air,
Kelangsungan Hidup, Dan Pertumbuhan Udang Vaname Litopenaeus
Vannamei [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Zakaria AS. 2010. Manajemen Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Di


Tambak Udang Binaan Dinas Kelautan Dan Perikanan [skripsi]. Surabaya:
Universitas Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai