Anda di halaman 1dari 45

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE BERNYANYI DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK USIA


DINI DI RA AMALIYAH SEKADAU HILIR TAHUN
PELAJARAN 2022

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH:

WANDA HAMIDAH
NIM. 11814038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TERBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONTIANAK
2022 M/1444H
A. Judul

Efektivitas Penggunaan Metode Bernyanyi dalam Meningkatkan

Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini di RA Amaliyah Sekadau Hilir

Tahun Pelajaran 2022.

B. Latar Belakang

Anak usia dini merupakan anak yang berada dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dimana biasanya disebut

dengan masa keemasan (golden age). Karena pada masa itu anak mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga proses

pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini sangat ditentukan untuk masa

yang akan datang.

Dalam pasal 28 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.

20/2003 ayat 1, disebutkan bahwa yang termasuk dengan anak usia dini

adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun. Menurut kajian

rumpun ilmu PAUD dan penyelenggaraannya, di beberapa negara PAUD

dilaksanakan sejak 0-6 tahun. (Permendiknas, 2009)

Pentingnya pendidikan untuk anak usia dini telah menjadi perhatian

internasional. Salah satunya dengan diadakanya pertemuan Forum Pendidikan

Dunia tahun 2000 di Dakar, Senegral. Menurut hasil penelitian di bidang

neourologi seperti yang dilakukan oleh Benyamin S. Bloom, seorang ahli

pendidikan dari Universitas Chicago, Amerika Serikat, mengemukakan bahwa

pertumbuhan sel jaringan pada otak anak usia 0-4 Tahun mencapai 50%. Jadi

1
masa anak-anak awal menjadi basis kejiwaan selanjutnya. Artinya bila pada

usia tersebut otak anak tidak mendapatkan stimulus atau rangsangan yang

maksimal, maka otak anak tidak akan berkembang secara optimal. (Imam

Mubsikin, 2010:39)

Pendidikan terhadap anak juga banyak yang dijelaskan di dalam Islam seperti

disurah Al-Luqman ayat 16 yaitu:

ِ ْ‫ت اَوْ فِى ااْل َر‬


‫ض‬ َ ‫ك ِم ْثقَا َل َحبَّ ٍة ِّم ْن خَرْ د ٍَل فَتَ ُك ْن فِ ْي‬
ِ ‫ص ْخ َر ٍة اَوْ فِى السَّمٰ ٰو‬ ُ َ‫ي اِنَّهَٓا اِ ْن ت‬
َّ َ‫ٰيبُن‬

ٌ ‫ت بِهَا هّٰللا ُ ۗاِ َّن هّٰللا َ لَ ِطي‬


‫ْف َخبِ ْي ٌر‬ ِ ‫يَْأ‬

Artinya : (Luqman berkata): “Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu

perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di

dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).

Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahuni. (QS. Luqman : 16)

Ayat tersebut mengandung nasihat bahwasanya agar kita selalu

berbuat baik dan menghindari perbuatan buruk. Karena perbuatan apapun

(baik atau buruk) itu walau sekecil apapun akan mendapat balasannya dari apa

yang dilakukan. Dalam sebuah hadist juga mengatakan bahwa Rasulullah

Saw. Bersabda : Barang siapa yang memiliki anak kecil, hendaknya dia

bergaul dengan dia sesuai akalnya. ( HR.Ibnu Babawih dan Ibnu Asakir).

Dapat penulis menyimpulkan dari ayat dan hadist diatas bahwasanya

mendidik anak sangat penting saat anak usia dini agar anak menjadi pribadi

yang jauh lebih baik serta menjadi anak yang berakhlakul karimah bisa

2
mengontrol emosi, mandiri, serta bisa bergaul dan menyesuaikan diri dengan

orang disekitarnya.

Dunia anak adalah dunia bermain, bermain juga bisa di iringi dengan

bernyanyi. Dengan bernyanyi anak bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan

dan bernyanyi juga merupakan alat mencurahkan pikiran dan perasaan untuk

berkomunikasi. Melalui nyanyian, supaya membantu diri anak dalam hal

menumbuh kembangkan aspek perkembangan bahasa anak. Karena

perkembangan bahasa dapat meningkatkan kemampuan penguasaan alat

berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun menggunakan bahasa

isyarat.

Menurut Mursid, Bahasa adalah suatu ucapan kalimat yang ingin

diungkapkan sebagai media berkomunikasi sesama manusia. Perkembangan

bahasa adalah meningkatkan kemampuan penguasaan alat berkomunikasi,

baik secara lisan, tulisan, maupu menggunakan bahasa isyarat (Mursid, 2015 :

8).

Menurut Kamus Besar Indonesia metode merupakan cara teratur yang

digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan

yang tujuan. Di dalam bernyanyi memiliki metode yaitu metode yang

menggunakan unsur seni yang digemari oleh anak usia dini. Metode ini bukan

termasuk metode baru dalam pembelajaran anak usia dini. Dalam kegiatan

pembelajaran pada anak usia dini bernyanyi merupakkan kegiatan yang harus

3
ada di setiap kegiatan pembelajaran, bahkan bernyanyi seolah-olah menjadi

kegiatan yang wajib di lakukan dalam proses pembelajaran.

Melalui benyanyi bertujuan anak dapat mencerna kata-kata yang ada

dalam lirik lagu dan dapat mengucapkannya. Selain itu, daya ingat anak kuat

untuk mengingat lirik-lirik lagu yang sering anak nyanyikan, Sambil

bernyanyi anak dapat bergaya sesuka hatinya dan mengucapkan kata-kata

yang dia suka dalam lagu yang dinyanyikan. (Eliyyil Akbar, 2020 : 69)

Efektivitas bernyanyi dalam meningkatkan bahasa anak

mempengaruhi tumbuh kembanga terhadapat kemampuan bahasa anak.

belajar bahasa dengan nyanyian dapat mengasah dengan cara menirukan apa

yang mereka dengar dan dilanjutkan dengan meresponnya serta

mengekspresikannya dengan cara anak tersebut.

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti tentang metode bernyanyi,

bahwa guru dalam mengunakan lagu-lagu belum sesuai dengan tema-tema

yang akan disampaikan pada saat proses pembelajaran. Guru kelas

menerapkan metode pembelajaran dengan bernyanyi sesuai dengan tema yang

akan di sampaikan pada hari itu sehingga proses kegiatan pembelajaran dapat

berjalan secara efektif sesuai dengan tema dan tahap perencanaan

pembelajaran yang sudah guru rancang. Dengan tujuan supaya proses

pembelajaran terarah sesuai dengan tema yang telah dipelajari, supaya proses

pembelajaran pada hari itu yang telah dicapai sesuai tahap perkembangan

anak.

4
Metode bernyanyi yang telah dipergunakan guru dapat memperkaya

pembendaharaan lagu anak-anak yang sesuai dengan tema pembelajaran pada

hari itu. Pada penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian yaitu pada

lembaga pendidikan kanak-kanak, tepatnya pada RA Amaliyah Sekadau.

Penulis menemukan masalah yang terdapat di RA Amaliyah Sekadau

Hilir diantaranya yaitu:

1. Masih ada beberapa anak belum dapat menyimak perkataan guru dan

teman-temannya.

2. Masih ada beberapa anak yang belum mengenal pembendaharaan kata

mengenai lagu yang dilakukan saat awal dan akhir pembelajaran.

3. Masih ada beberapa anak yang belum dapat mengulang kata-kata

sederhana dalam lirik lagu.

4. Masih ada beberapa anak yang belum bisa menjawab pertanyaan

sesuai dengan tema dalam lagu.

5. Masih ada beberapa anak yang belum mengenal suara-suara sesuai

dengan tema dalam lagu.

6. Masih banyak anak malu dengan lingkungan baru sehingga dengan

bernyanyi anak dapat percaya diri dan membenarkan kosa-katanya

Berdasarkan analisa di lapangan dan bermain melalaui nyanyian sangat

penting diketahuni oleh Guru RA tersebut lah penulis menggangkat judul

“Efektivitas Penggunaan Metode Bernyanyi dalam Meningkatkan

5
Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini Di Ra Amaliyah Sekadau Hilir Tahun

Pelajaran 2022.”

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka fokus

penelitian dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “efektivitas

penggunaan metode bernyanyi dalam meningkatkan kemampuan bahasa anak

usia dini di RA Amaliyah sekadau tahun ajaran 2022? ” adapun secara lebih

khusus fokus penelitian di atas dijabarkan bentuk pertanyaan-pertanyaan

dalam bentuk sebagai berikut :

1. Bagaimana penggunaan metode bernyanyi pada anak usia dini di RA

Amaliyah Desa Sui Ringin Kabupaten Sekadau tahun pebelajaran 2022?

2. Bagaimana kemampuan berbahasa anak usia dini RA Amaliyah Desa Sui

Ringin Kabupaten Sekadau tahun pembelajaran 2022?

3. Bagaimana efektivitas pengunaan metode bernyanyi dalam meningkatkan

kemampuan berbahasa anak usia dini di RA Amaliyah Desa Sui Ringin

kabupaten Sekadau Tahun pembelajaran 2022?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dalam penelitian ini yaitu memperoleh data tentang

efektivitas penggunaan medote bernyanyi dalam meningkatkan kemampuan

berbahasa anak usia dini di RA Amaliyah sekadau tahun ajaran 2022. Adapun

secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

6
1. Untuk mengetahuni penggunaan metode bernyanyi pada anak usia dini di

RA Amaliyah Desa Sui Ringin Kabupaten Sekadau tahun pembelaran

2022

2. Untuk mengetahuni kemampuan berbahasa anak usia dini RA Amaliyah

Desa Sui Ringin Kabupaten Sekadau tahun pembelajaran 2022

3. Untuk mengetahuni efektivitas pengunaan metode bernyanyi dalam

meningkatkan kemampuan berbahasa anak usia dini di RA Amaliyah Desa

Sui Ringin kabupaten Sekadau tahun pembelajaran 2022

E. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Secara teoritis manfaat penelitian ini diharapkan sebagai bahan

referensi tambahan yang meningkatkan kemampuan berbahasa anak

melalui bernyanyi.

2. Secara praktis

a. Bagi peneliti

Peneliti dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung

tentang cara meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak usia

dini, khususnya dengan metode bernyanyi.

b. Bagi Guru

Memahami penelitian ini, Guru RA akan memperoleh

pengetahunan tentang bernyanyi untuk anak usia dini dengan

memanfaatkan dan menerapkannya, dapat menghasilkan

7
peningkatkan kualitas anak didiknya. Penelitian ini juga dapat di

jadikan bahan referensi tambahan yang akan bermanfaat untuk

pengembangan wawasan dan pengembangan ilmu.

c. Bagi sekolah

Dengan ada penelitian ini, sebagai bahan pertimbangan dalam

menyusun program pembelajaran dan membentuk metode dan

media pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan

berbahasa pada anak.

F. Penelitian Terdahulu

Pada dasarnya suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian lain

yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur. Penelitian data peneliti terdahulu

yang hampir sama, diantaranya sebagai berikut:

1. Penelitian Dwi Ambar Sari (2012 : 4) yang berjudul Upaya Meningkatan

Keterampilan Berbicara Dengan Metode Bernyanyi Pada Anak Kelompok

A TK Santa Anna Sagen menyimpulkan bahwa adanya peningkatan

berbicara saat melakukan metode bernyanyi. Dapat di persentasi kan di

ajaran semester II di kelompok A di TK Santa Anna Sraragen dari pra

siklus nilai yang tuntas hanya 4 siswa (13,3%), pada siklus pertama ada 10

siswa (33,3%), dan pada siklus kedua ada 22 siswa (73,3%).

2. Penelitian terdahulu dari jurnal oleh Ridwan dan Fajar Awaluddin.

Dengan judul Penerapan Metode Bernyanyi Dalam Meningkatkan

Penguasaan Mufradat Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Di Raodhatul

8
Athfal. Menyimpulkan bahwa yang memakai teknik bernyanyi pada

pembelajaran bahasa Arab serta kelas menjadi solusi alternatif dalam

menaikkan penguasaan kosakata bahasa Arab di anak usia dini sebab pada

dasarnya anak-anak suka bernyanyi sebagai akibatnya alangkah lebih

baiknya Jika pada pembelajaran diterapkan belajar sambil bernyanyi atau

bernyanyi sambil belajar.

3. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Ervira Dwi Rohmawati. Dengan judul

Peningkatkan Perkembangan Bahasa Melalui Bernyanyi Di Tk Aisyiyah

Bulak Karanganyar. Menyimpulkan meningkatan kemampuan berbahasa

melalui metode bernyanyi. Penelitian yang dilakukan oleh Elbira Dwi

Rohmawati melakukan tahapan PTK sampai siklus II, dan tempat

pelangksaan nya di taman kanakkanak Aisyiyah Bulak Karanganyar.

Adapun persamaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian di

dalam penelitian Dwi Ambar Sari, jurnal Ridwan dan Fajar Awaluddin dan

penelitian Ervira Dwi Rohmawati, meneliti mengenai peningkatkan

kemampuan berbahasa anak melalui bernyanyi.

Adapun perbedaan yang penulis lakukan dengan penelitian di dalam

penelitian Dwi Ambar Sari dan Ervira Dwi Rohmawati menggunakan motede

penelitian tindakkan kelas, di jurnal Ridwal dan Fajar Awaluddin

menggunakan pendekatan kualitatif jenis metode etnometodologi sedangkan

peneliti mengunakan pendekatan kualitatif jenis metode deskriptif.

9
G. Kajian Teori

1. Pengertian Efektivitas

Secara umum, pengertian efektivitas merupakan suatu keadaan yang

memberikan tingkat keberhasilan atau pencapaian suatu tujuan yang

diukur menggunakan kualitas, kuantitas, dan ketika, sesuai menggunakan

yang telah direncanakan sebelumnya. Dan Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia “KBBI”, efektivitas ialah daya guna, keaktifan serta adanya

kesesuaian dalam suatu kegiatan antara seseorang yang melaksanakan

tugas dengan tujuan yang ingin dicapai.

Efektivitas artinya salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh sebuah

organisasi. untuk memperoleh teori efektivitas peneliti bisa menggunakan

konsep-konsep dalam teori manajemen dan organisasi khususnya yang

berkaitan dengan teori efektivitas. Efektivitas tak bisa disamakan dengan

efisiensi. karena keduanya mempunyai arti yang tidak sama, walaupun

pada banyak sekali penggunaan istilah efisiensi lekat menggunakan istilah

efektivitas. Efisiensi mengandung pengertian perbandingan antara biaya

serta akibat, sedangkan efektivitas secara eksklusif dihubungkan

menggunakan pencapaian tujuan.

2. Pengertian Efektivitas Menurut Para Ahli

Supaya bisa memahami efektivitas maka kita dapat merujuk pendapat

para ahli sebagai berikut :

10
a. berdasarkan Ravianto, 2014 pengertian efektivitas ialah seberapa

baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang membentuk

keluaran sesuai dengan yang dibutuhkan. adalah, apabila suatu

pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan perencanaan, baik pada

ketika, biaya , juga mutunya, maka bisa dikatakan efektif.

b. Dari Wiyono, 2007 efektivitas diartikan suatu kegiatan yang

dilaksanakan dan memiliki dampak serta hasil sesuai dengan yang

diharapkan.

c. Menurut Gibson, 2013 pengertian efektivitas adalah evaluasi yang

dirancang sehubungan dengan prestasi individu, kelompok, dan

organisasi. Semakin dekat prestasi mereka terhadap prestasi yang

diharapkan (baku), maka mereka dievaluasi semakin efektif.

sesuai beberapa pendapat yang sudah pada uraikan di atas penulis

menyimpulkan bahwa penggertian Efektivitas merupakan sebagai

pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah di

tentukan.

3. Bernyanyi

a. Pengertian Bernyanyi

Menurut kamtini, (Sabil Risaldy 2014 : 89) bernyanyi

merupakan sarana pengungkapan pikiran dan perasaan, sebab kegiatan

bernyanyi penting bagi pendidikan anak-anak selain itu, bernyanyi

11
adalah kegiatan menyenangkan yang memberikan kepuasan kepada

anak-anak

Bernyanyi merupakan perwujudan ungkapan perasaan

seseorang melalui nada-nada yang disusun sedimikian rupa supaya

merdu didengar. Perwujudan ekspresi tadi menyampaikan banyak

dampak yang sangat baik bagi kita semua, bagi yang hobi menyanyi

ataupun tidak.

Pada umumnya kemampuan anak bernyanyi dapat di bagi

beberapa kelompok antara lain (Sabil Risaldy 2014 : 90) :

1) Orang yang bisa menyanyi tanpa bantuan. Anak-anak dalam

kelompok ini adalah anak-anak yang dapat menyanyi dengan benar

dan konsisten, siap dan mampu menyanyi sendiri.

2) Siapa yang bisa bernyanyi dengan bantuan. Anak-anak ini adalah

yang belajar menyanyi secepat pertama yang disebutkan, jika

mereka bernyanyi bersama.

3) Orang yang menyanyikan oktaf yang salah. Mereka cenderung

menyanyikan satu oktaf lebih rendah dari nada yang telah

ditentukan sebelumnya.

4) Mereka tidak memulai atau mengakhiri lagu dengan baik, mereka

bisa bernyanyi di nada yang tepat tetapi pada waktu yang salah.

Berdasarkan pendapat yang diuraikan di atas, penulis menarik

kesimpulan bahwa makna lagu adalah kegiatan di mana kita

12
mengeluarkan suara secara teratur dan berirama, bahkan ketika ada

dan tidak ada iringan. Menyanyi berbeda dengan berbicara, karena

menyanyi membutuhkan teknik tertentu, sedangkan berbicara tidak

perlu menggunakan teknik tertentu.

b. Metode bernyanyi

Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya

suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan

kegiatan dalam mencapai suatu tujuan. Metode pembelajaran dapat

pula diartikan sebagai suatu cara yang sistematis untuk melakukan

aktivitas atau kegiatan pembelajaran yang tujuannya mempermudah

dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pendapat lain

mengatakan bahwa metode pembelajaran ialah suatu cara atau sistem

yang digunakan dalam pembelajaran yang bertujuan agar anak didik

dapat mengetahuni, memahami, mempergunakan, dan menguasai

bahan pelajaran tertentu (Muhammad Fadhillah, 2012 : 161).

Metode bernyanyi merupakan metode pembelajaran yang

menggunakan syair-syair yang dilagukan. Biasanya syair-syair tersbut

disesuaikan dengan materi-materi yang akan diajarkan oleh pendidik.

Memurut bebrapa ahli, bernyanyi membuat suasana belajar menjadi

riang dan bergairah sehingga perkembangan anak dapat distimmulasi

secara lebih optimal. (Muhammad Fadlillah, 2012:175).

13
Berdasakan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa metode

bernyanyi Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang

artinya suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkan

pelaksanaan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan.

Dengan digunakan metode bernyanyi dalam pembelajaran yang

bertujuan agar anak didik dapat mengetahuni, memahami,

mempergunakan, dan menguasai tema pelajaran tertentu.

c. Fungsi bernyanyi bagi pendidikan anak usia dini.

Berikut fungsi kegiatan bernyanyi bagi anak-anak, yaitu:

1) Sebagai pendidikan emosi

Nyanyian atau lagu biasanya telah diciptakan degan membawa

satu jiwa emosi tertentu. Misalnya lagu gembira, sangat semangat,

lagu sedih, lagu pujian, lagu lembut, haru dsb. Lagu-lagu dengan

emosi ini besar pengaruhnya pada anak-anak terutama dalam

membentuk kepekaan mereka.

2) Pendidikan motorik

Lagu dan nyanyian memang mempunyai efek lain yaitu

menggerakkan tubuh. Setiap lagu tidak lepas dari ketukkan,

sehingga meranggsang tubuh untuk mengikuti sesuai dengan

ketukkan-ketukkan lagu. Ini semua sangat bermanfaat bagi anak

terutama dalam perkembangan motorik anak.

14
3) Pengembagan daya ingat imajinasi.

4) Peneguhan eksistensis diri.

5) Pengembangan kemampuan berbahasa

6) Pengembangan kekayaan rohani dan pendidikan nilai-nilai moral

(Sabil Risaldy 2014 : 94).

Berdasakan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa fungsi

dari bernyanyi itu akan menambah pemberdaharaan bahasa anak serta

meyalurkan emosi dari anak sebagai akibatnya mampu berimajinasi

dan kreatif sebagai akibatnya anak bisa berkembang dengan pesat.

d. Manfaat bernyanyi bagi pendidikan anak usia dini

Pada umumnya bernyanyi merupakan perwujud ekspresi

seseorang melalui nada-nada yang di susun sedimikian rupa agar enak

di dengar. Perwujudan ekspresi tersebut memberikan banyak pengauh

yang sangat baik bagi kita semua, bagi hobi bernyanyi ataupun tidak.

Yang akan di bahas di bawah ini adalah manfaat bernyayi pada anak-

anak. Berikut ini adalah manfaatnya :

1) Ketika sedang bernyanyi, pernapasan kta menjadi lebih terkendali

karena di haruskan untuk mencapai nada-nada tertentu. Hal ini

akan membuat anak-anak menjadi lebih tenang dan emosinya lebih

terkendali.

2) Bernyanyi juga merangsang aktivitas otak anak. Setelah mereka

mendengarkan sebuah lagu, dan mencoba menanyikan kembali

15
setelah suka dengan lagu tersebut. Otak mereka berkerja unuk

mengingatnya kembali, lalu berusaha untuk menyayikannya.

Selain itu, bernyanyi juga akan memperluaskan perbendaharan

kosa kata mereka. Dianjurkan bagi anak-anak untuk mengenal

banyak kosakata yang sesuai dengan usia mereka dengan

mengetahuni kata baru dan maksudnya, anak-anak akan semakin

pandai berbicara dan mengatur emosinya.

3) Bernyanyi melepaskan hormon endorphin yang memperbaiki

mood anak-anak yang kadang tidak teratur.

4) Bernyanyi didepan umum, bahkan di lingkungan rumah pun akan

membangun rasa percaya diri bagi anak-anak. Kepercayaan diri

sangat dibutuhkan dimasa remaja dan dewasa.

5) Bernyanyi tentu saja merangsang jiwa seni anak-anak. Bakat seni

mereka akan perlahan-lahan terlihat ketika melantunkan beberapa

lagu. (Sabil Risaldy 2014 : 98).

berdasarkan pendapat yang telah pada uraikan di atas penulis

menarik kesimpulan bahwa mamfaat Bernyanyi pada Anak-Anak

diantaranya: anak menjadi lebih tenang serta emosinya lebih

terkendali, bisa memperluas perbendaharaan kosa istilah mereka,

Bernyanyi bisa melepas hormon endorphin yang memperbaiki mood

16
anak-anak yang kadang tidak teratur, dapat menciptakan rasa percaya

diri bagi anak-anak, Bernyanyi dapat merangsang jiwa seni anak-anak.

4. Pengertian Bahasa dan Perkembangan Bahasa

Bahasa menurut Hurlock setiap sarana komunikasi menggunakan

mengubah pola pikiran dan perasaan ke dalam bentuk simbol-simbol

sehingga maknanya dapat diberikan kepada orang lain. Yang termasuk

di..dalam hal tersebut adalah perbedaan bentuk komunikasi seperti,

tulisan, bahasa, simbol, mimik muka, isyarat dan seni. Sedangkan menurut

Santrock mendefinisikan bahasa sebagai bentuk upaya berkomunikasi

yang dapat di ucapkan, ditulis atau dilambagkan berdasarkan sistem

simbol.

Menurut Edward Sapir, (Zakiyah Ulfah, 2019 : 31) bahasa adalah cara

khusus manusia yang bukan bersifat naluriah dalam berkomunikasi

gagasan dan kemauan dengan menggunakan symbol-simbol yang

dihasilkan dengan sengaja. Kesimpulan dari penjelasan di atas, bahwa

bahasa adalah sarana berkomunikasi yang diucapkan, ditulis atau

dilambangkan untuk menyampaikan gagasan dan kemauan seseorang

berdasarkan sistem simbol telah telah dimiliki sebagai hasil pengolahan

dan telah berkembang.

17
a. Pengertian perkembangan bahasa

Menurut Lenneberg (Enny Zubaidah, 2004) Perkembangan

bahasa anak seiring menggunakan perkembangan biologisnya. Hal

inilah yang dipergunakan menjadi dasar mengapa abak di umur

tertentu telah dapat berbicara, sedangkan anak di umur tertentu pula

belum bias berbicara. Dalam perkembangan bahasa, di biasanya anak

mempunyai komponen pemerolehan bahasa yang hampir sama, baik

perkembangan fonologis, sintaksisnya, semantiknya, maupun

pragmatiknya.

Bahasa melibatkan empat sistem aturan yaitu fonologi,

sintaksis, semantik, dan pragmatik. Fonologi adalah sistem bunyi

suatu bahasa, termasuk bunyi-bunyi yang digunakan dan bagaimana

bunyi-bunyi itu dapat digabungkan (Menn & StoelGammon, 2005).

Fonem merupakan satuan dasar bunyi dalam suatu bahasa,

fonem merupakan satuan bunyi terkecil yang mempengaruhi makna.

Morfem digunakan untuk menunjukkan unit makna yang terlibat

dalam pembentukan kata. Morfem adalah satuan makna minimal,

morfem adalah kata atau bagian kata yang tidak dapat dipecah lagi

menjadi bagian-bagian makna yang lebih kecil. Sintaks (sintaks)

adalah gabungan kata untuk membentuk frasa dan kalimat yang dapat

diterima. Semantik mengacu pada arti kata dan frasa. Setiap kata

memiliki seperangkat karakteristik semantik atau atribut yang terkait

18
dengan makna. Pragmatik adalah sistem menggunakan percakapan dan

pengetahunan yang tepat, tentang bagaimana menggunakan bahasa

secara efektif dalam konteks.

Penulis menyimpulkan bahwa perkembangan bahasa ialah

bahasa yang berkembang sedini mungkin dan perkembangan bahasa

semakin baik perkembagan biologisnya maka semakin baik bahasa

pada anak.

b. Tahap-Tahap Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa anak usia dini berlangsung semakin

pesat. akan melihat betapa menakjub kan peningkatan kemampuan si

anak dalam berbahasa juga berkomunikasi. Secara garis besar,

perkembangan bahasa anak dibagi terdapat dua tahap, yaitu:

1. Tahapan Pralinguistik

Tahapan ini berlangsung pada face bayi. Anak mulai mengoceh

dengan suara melodis. Dan berusaha melakukan komunikasi

dengan Mamanya dan orang-orang di sekitarnya dengan cara

menangis, menjerit, dan tertawa. Kemampuan ini akan meningkat

dengan bentuk komunikasi yang lebih verbal, yaitu ia mulai dapat

menyebutkan kata seperti „bubu‟ yang berarti ibu meski kata-kata

yang ia ingin ucapkan masih belum jelas.

19
2. Tahapan linguistik

Pada tahap ini anak mulai berbicara Ini adalah fase anak

belajar berbicara. Pada tahap ini, anak telah bisa mengucapkan

istilah-istilah menggunakan baik misalnya orang dewasa. Ia pula

telah bisa merangkai pola istilah pada satu kalimat. Tahap lingustik

ini terbagi lima termin yaitu:

1) Tahap linguistik I : termin kalimat satu istilah/tahap

holofrastik, misalnya istilah ”Asi” (yang maksudnya nasi)

bisa berarti beliau ingin makan nasi, beliau telah makan

nasi. Pada tahap ini terjadi pada anak usia 1-2 tahun.

2) Tahap linguistik II : tahap kalimat 2 istilah, model nya

misalnya bertanya dan minta, misalnya “ bu mamam” yang

berarti beliau mau makan. Pada tahap ini terjadi pada anak

di usia 3 sampai 4 tahun.

3) Tahap linguistik III : tahap perkembangan rapikan bahasa

menggunakan penggunaan kalimat lebih berdasarkan 2

istilah atau kalimat sederhana. Contoh nya misalnya “bu

mau mamam” yang berarti beliau minta makan. Terjadi

pada anak di usia 4 sampai 5 tahun.

4) Tahap linguistik IV : tahap rapikan bahasa menjelang

dewasa prabahasa, tahap ini anak umumnya telah sanggup

20
bercerita secara sederhana & dialami sang anak yang telah

berumur 5-10 tahun. (Lilis adyawati, 2017 :68).

Dengan teori ini saya, meneliti di RA Amaliyah Sekadau

terdapat bahasa anak masih kurang, dan kosakatanya

kurang tepat pengucapkannya. Dan dengan metode

bernyanyi anak dapat membenarkan kosakatanya.

5) Tahapan linguistik V : tahapan ini kompentensi penuh

bahasa, bahasa sudah sempurna. Pada tahapan ini anak

telah berusia 10 ke atas.

Berdasarkan pendapat yang telah di uraikan di atas penulis

menarik kesimpulan bahwa perkembangan bahasa anak usia

dini berlangsung semakin pesat. Secara umum, perkembangan

bahasa anak dibagi menjadi dua tahap, yaitu: Tahap

pralinguistik dan Tahap linguistik.

5. Konsep Dasar Anak Usia Dini

a. Pengertian anak usia dini

Ada banyak berpendapat tentang anak usia dini, Definisi anak

usia dini yang dikemukan oleh NAEYC (National Assosiation

Education for Young Chlidren) adalah sekelompok individu yang

berada pada rentang usia antara 0 – 8 tahun. Anak usia dini merupakan

sekelompok manusia yang berada dalam proses pertumbuhan dan

21
perkembangan. Pada usia tersebut para ahli menyebutnya sebagai

masa emas (Golden Age) yang hanya terjadi satu kali dalam

perkembangan kehidupan manusia.

Dari Mursid, (2015 : 101) Anak usia dini merupakan

sekelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan yang bersifat unik, pada arti memiliki pola

pertumbuhan serta perkembangan (koordinasi motorik halus dan

kasar), inteligensi (daya piker, daya cipta, kecerdasan emosi, dan

kecerdasan spiritual), sosial emisional (perilaku serta sikap dan

agama), bahasa dan komunikasi yang spesifik sesuai menggunakan

tingkat pertumbuhan serta perkembangan anak.

Sesuai beberapa pendapat yang sudah diuraikan penulis

menarik menyimpulkan bahwa anak usia dini ialah sekelompok

manusia yang berusia 0-8 tahun, yang berada pada proses

pertumbuhan serta perkembangannya yang bersifat unik, pada arti

mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik

halus dan kasar), inteligensi (daya piker, daya cipta, kecerdasan emosi,

dan kecerdasan spiritual), sosial emisional (sikap dan perilaku serta

agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai menggunakan

tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak dan pula adalah individu

yang sedang menggalami proses pertumbuhan dan perkembangan

yang sangat pesat.

22
b. Pengertian pendidikan anak usia dini

Pendidikan anak usia dini (Muhammad fauzuiddin, 2014 : 4)

merupakan wahana pendidikan yang sangat fundamental dalam

memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya dasar-dasar

pengetahunan, sikap dan keterampilan pada anak. Keberhasilan proses

pendidikan pada masa dini tersebut menjadi dasar untuk proses

pendidikan pendidikan selanjutnya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional berkait dengan pendidikan anak usia dini

terdapat pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi, “pendidikan anak usia

dini diselenggarakan bagi anak senjak lahir sampai dengan enam tahun

dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti dasar.”

Selanjutnya pada bab I pasa 1 ayat 14 ditegaskan bahwa

pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun

yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar

anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan selanjutnya.

c. Karakteristik pengembangan anak usia dini

Anak usia dini 0 - 8 tahun (Meity H dkk, 2016) adalah individu yang

sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang

sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan

23
karena itulah maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas)

yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya. Usia

tersebut merupakan fase kehidupan yang unik. Secara lebih rinci akan

diuraikan karakteristik anak usia dini sebagai berikut :

1. Usia 0 - 1 tahun

pada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar

biasa, paling cepat dibanding usia selanjutnya. banyak sekali

kemampuan serta ketrampilan dasar dipelajari anak pada usia ini.

Beberapa ciri anak usia bayi dapat dijelaskan antara lain :

a) mempelajari ketrampilan motorik mulai dari berguling,

merangkak, duduk, berdiri serta berjalan.

b) mempelajari ketrampilan menggunakan panca alat, seperti

melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium

serta mengecap dengan memasukkan setiap benda ke

mulutnya.

c) mempelajari komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah

siap melaksanakan kontrak sosial menggunakan

lingkungannya. Komunikasi responsif dari orang dewasa

akan mendorong serta memperluas respon lisan serta non

lisan bayi. berbagai kemampuan serta ketrampilan dasar

tadi adalah modal penting bagi anak buat menj alani proses

perkembangan selanjutnya.

24
2. Usia 2 – 3 tahun.

Anak di usia ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan

masa sebelurnnya. Secara fisik anak masih mengalami

pertumbuhan yang pesat. Beberapa ciri khusus yang di lewati anak

usia 2 - 3 tahun antara lain :

a) Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di

sekitarnya. dia mempunyai kekuatan pengamatan yang

tajam serta impian belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang

dilakukan oleh anak terhadap benda-benda apa saja yang

ditemui ialah proses belajar yang sangat efektif. Motivasi

belajar anak pada usia tersebut menempati grafik tertinggi

dibanding sepanjang usianya Bila tidak ada kendala asal

lingkungan.

b) Anak mulai berbagi kemampuan berbahasa. Diawali

dengan berceloteh, lalu satu 2 kata dan kalimat yang belum

kentara maknanya . Anak terus belajar dan berkomunikasi,

tahun pembicaraan orang lain dan belajar berkata isi hati

serta pikiran.

c) Anak mulai belajar berbagi emosi. Perkembangan emosi

anak didasarkan di bagaimana lingkungan memperlakukan

beliau. sebab emosi bukan ditemukan oleh bawaan tetapi

lebih banyak pada lingkungan.

25
3. Usia 4-6 tahun

Karakteristik perkembangan anak usia 4 sampai 6 tahun sebagai

berikut:

a) Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat sering

dilakukan berbagai kegiatan. Hal ini bermanfaat untuk

mengembangkan otot-otot kecil maupun besar.

b) Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu

memaharni pembicaraan orang lain dan mampu

mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu.

c) Perkembangan kognitif (pola pikir) sangat pesat, ditunjukkan

dengan rasa ingin tahun anak yang luar biasa terhadap

lingkungan sekitar. Sebab terlihat dari ke seringnya anak

menanyakan segala sesuatu yang dilihat.

d) Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan

permainan sosial. Walaupun aktifitas be1main dilakukan anak

secara bersama.

4. Usia 7-8 tahun

Karakteristik perkembangan anak usia 7 sampai 8 tahun sebagai

berikut:

a) Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang

cepat. Dari segi kemampuan, secara kognitif anak telah

26
mampu memikiran bagian perbagian. Artinya anak sudah

mampu berpikir analisis dan sintesis, deduktif dan induktif.

b) Perkembangan sosial anak mulai ingin melepaskan diri dari

pengasuhan dari orangtuanya. Hal ini ditunjukkan dengan

kecenderungan anak untuk selalu bermain di lingkungan

rumah bergaul dengan teman seumurannya.

c) Anak mulai menyukai pennainan sosial. Bentuk pennainan

yang melibatkan banyak orang dengan saling berinteraksi.

d) Perkembangan emosi anak sudah mulai berbentuk dan

tampak sebagai bagian dari kepribadian anak. Walaupun

pada usia ini masih pada taraf pembentukan, namun

pengalaman anak sebenamya telah menampakkan hasil.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan anak

usia dini 0 - 8 tahun merupakan individu yang sedang

mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang

sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan

perkembangan karena itulah maka usia dini dikatakan sebagai

golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga

dibanding usia-usia selanjutnya. Beberapa ciri anak usia bayi

dapat dijelaskan mempelajari ketrampilan motorik mulai dari

berguling, merangkak, duduk, berdiri serta berjalan.

27
Beberapa ciri khusus yang di lewati anak usia 2 - 3 tahun

yaitu anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada

di sekitarnya. Eksplorasi yang dilakukan oleh anak terhadap

benda-benda apa saja yang ditemui ialah proses belajar yang

sangat efektif. Usia 4-6 tahun Karakteristik perkembangan

anak usia 4 sampai 6 tahun yaitu, Berkaitan dengan

perkembangan fisik, anak sangat sering dilakukan berbagai

kegiatan, Perkembangan kognitif (pola pikir) sangat pesat,

ditunjukkan dengan rasa ingin tahun anak yang luar biasa

terhadap lingkungan sekitar. Usia 7-8 tahun Karakteristik

perkembangan anak usia 7 sampai 8 tahun sebagai berikut:

Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang

cepat, Perkembangan emosi anak sudah mulai berbentuk dan

tampak sebagai bagian dari kepribadian anak.

5. Perkembangan anak usia dini

perkembangan anak usia dini ini dapat dilihat dari beberapa ciri

khas, yaitu (Husnuzziadatul Khairi, 2018) :

a. Perkembangan jasmani ( fisik motorik)

Perkembangan motorik tergantung di kematangan otot

serta saraf. sebab karenaitu, anak akan sulit mennjukkan suatu

keterampilan motorik terpilih Bila yang bersangkutan belum

28
mengalami kematangan. Perkembangan motorik anak telah

dapat terkoordinasi dengan baik, cocok dengan perkembangan

fisiknya yang bergerak matang. Gerakan-gerakannya telah

selaras dengan kebutuhan serta minatnya, dan cendrung

memberikan gerakan-gerakan motorik yang cukup, gesit serta

lincah, bahkan seringkali kelebihan gerak atau over activity.

sang sebab itu, usia dini merupakan masa kritis bagi

perkembangan motorik, dan masa yang paling sempurna buat

mengajarkan aneka macam keterampilan motorik, mirip

menulis, menggambar, melukis, berenang, dan bermain bola.

b. Perkembangan kognitif

Bermain dapat memenuhi kebutuhan anak untuk secara

aktif terlibat dengan lingkungan, untuk bermain dan bekerja

dalam menghasilkan suatu karya, serta untuk memenuhi tugas-

tugas perkembangan kognitif lainnya. Selama bermain, anak

menerima penggalaman baru, memanipulasi bahan dan alat,

berinteraksidengan orang lain dan mulai merasakan dunia

mereka.

c. Perkembangan bahasa

Bahasa merupakan alat berkomunikasi. Dalam

pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi

sehingga pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk

29
tulisan, lisan, isyarat atau gerak dengan menggunakan kata-

kata atau kalimat, bunyi, lambing dan gambar. Melalui bahasa,

manusia dapat mengenal dirinya, penciptanya, sesame

manusia, alam sekitar, ilmu pengetahunan dan nilai-nilai moral

atau agama.

d. Perkembangan berbicara

Bicara merupakan keterampilan mental motorik, bicara

tidak hanya melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanis

mesuara yang berbeda, tetapi juga mempunyai aspek mental

yakni kemampuan mangaitkan arti dengan bunyi yang jelas,

berbeda dan terkendali, ungkapan suara hanya merupakan

bunyi artikulasi.

e. Perkembangan emosi

Ciri khas emosi anak adalah emosinya kuat, emosi

sering kali tampak, emosinya bersifat sementara laibil, dan

emosi dapat diketahuni melalui perilaku anak.

f. Perkembangan sosial

Perkembangan emosi mengikuti suatu pola, yaitu suatu

urutan prilaku sosial. Pola ini sama pada semua anak di dalam

suatu kelompok budaya. Maka, ada pola sikap anak tentang

minat terhadap aktivitas sosial dan pilihan tertentu. Oleh

karena itu, memungkinkan untuk meramalkan prilaku sosial

30
yang normal pada usia tertentu. Juga memungkinkan

perencanaan jadwal waktu penidikan sikap dan keterampilan

sosial.

g. Perkembangan moral

Setiap orang akan melalui pola perkembangan moral

yang sama, yang terbagi dalam tiga tingkatan, dan masing-

masing dibagi menjadi dua, hingga keseluruhannya ada enam

stadium.

h. Perkembangan spiritual

Perkembangan spiritual sangat bergantung pada

lingkungan keluarga; yang dipengaruhi oleh beberapa faktor,

terutama keturunan (orang tua), pembiasaan dan lingkungan,

serta makan.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah di uraikan di atas

penulis menarik kesimpulan perkembangan anak usia dini itu

terbagi menjadi 8 (delapan) antara lain: perkembangan jasmani

(fisik motorik), perkembangan kognitif, perkembangan bahasa,

perkembangan berbicara, perkembangan emosi, perkembangan

sosial, perkembangan moral, dan perkembangan spiritual.

31
H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu sebuah

penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang

alamiah Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan dengan

menggunakan data berupa kata-kata, pernyataan, dokumen, catatan

lapangan, rekaman suara dan lain sebagainya yang digunakan untuk

memperoleh jawaban atas permasalahan yang diteliti (Mustofa Djaelani,

2010 : 32).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang

pada prinsipnya menerangkan, mendeskripsikan atau menggambarkan

suatu keadaan objek, fenomena, suatu kejadian, atau peristiwa interaksi

sosial dalam masyarakat untuk mencari dan menemukan konteks yang

sesungguhnya (Mustofa Djaelani, 2010 : 61).

Melalui metode deskriptif peneliti dapat mendeskripsikan secara jelas

dan rinci tentang kegiatan efektivitas penggunaan metode bernyanyi

dalam meningkatkan berbahasa anak, serta mendapat data yang berupa

kata-kata, pernyataan, dokumentasi dan rekaman suara yang digunakan

dalam mendapatkan jawaban yang mendalam dari fokus penelitian.

penelitian kualitatif data yang disajikan dalam bentuk deskriptif yang

bersumber dari data yang telah dikumpulkan seperti hasil wawancara,

hasil observasi, foto, dokumentasi tentang suatu objek penelitian yang

32
dilaporkan sesuai makna yang sebenarnya dan dalam konteks yang benar.

Adapun tekik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),

analisis data bersifat kualitatif dan hasil penelitian kualitatif yang lebih

menekankan pada makna dari generalisasi.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian ini dilakukan yaitu

RA Amaliyah Sekadau Hilir. Penentuan lokasi penelitian didasarkan atas

pertimbangan bahwa RA Amaliyah merupakan lembaga formal yang

mempunyai wewenang dan tugas dalam proses pelaksanaan pembelajaran

sambil bernyanyi. Adapun alasan mengapa lokasi ini diambil karena

berbagai alasan, diantaranya sebagai berikut: lebih dekat dengan tempat

tinggal peneliti, mudah dijangkau dan ekonomis. Selain itu penelitian ini

dilakukan karena ingin tahun proses bernyanyi dalam setiap pembelajan

meningkatan bahasa pada anak di RA Amaliyah Sekadau Hilir yang

menghasilkan siswa baik dalam kosa katanya bahasanya melalui

bernyanyi

Adapun waktu dalam yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dari

tanggal 11 Oktober 2021 terhitung sejak judul di terima oleh dosen pa

sampai pembuatan proposal ini selesai.

33
3. Sumber Penelitian

1) Data Primer

Data primer adalah data yang utama yang berasal dari sumber

utama yang kemudian dikumpulkan doleh peneliti. Adapun yang

menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah guru RA

Amaliyah yang dilakukan melalui kegiatan observasi pada siswanya

dan wawancara guru dan kepala sekolah RA Amaliyah.

2) Data Sekunder

Data sekunder yang peneliti ambil berdasarkan buku-buku

pendukung yakni perkembangan anak, pembelajaran paud bermain

bercerita dan menyanyi secara islami, belajar dan pembelajaran paud ,

konsep dasar paud, penelitian tindakan kelas dan melalui beberapa

teknik pengumpulan data baik melalui data siswa sumber dokumentasi

ataupun arsip.

4. Teknik Pengumpulan Data

1) Wawancara

Wawancara dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data

dengan menggunakan bahasa baik secara tatap muka ataupun melalui

saluran media tertentu (Mustofa Djaelani, 2010 : 107).

Teknik wawancara merupakan kegiatan utama dalam

pengumpulan data dan informasi. Karena, pertama dengan

menggunakan wawancara peneliti dapat menggali tidak saja apa yang

34
diketahuni dan dialami subjek. Tetapi juga apa yang tersembunyi jauh

di dalam diri subjek penelitian. Kedua, apa yang ditanyakan kepada

informan (Anak Didik dan Guru, Kepala Sekolah) untuk

meningkatkan kemampuan berbahasa anak usia dini.

2) Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan

sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki (Mustofa Djaelani,

2010 : 98) Metode observasi adalah suatu pengamatan yang sengaja

dan sistematis tentang fenomena-fenomena sosial dengan gejala psikis

dengan jalan pengamatan dan pencatatan.

Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap

fenomena-fenomena objek yang diteliti secara objektif dan hasilnya

akan dicatat secara sistematis agar diperoleh gambaran yang lebih

konkrit tentang kondisi di lapangan. Sebagaimana pendapat bahwa

“Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dana pencatatan

dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki”. Lembar

observasi yang digunakan berupa pengamatan, dengan memberi ceklis,

instrumen observasi berupa rating scale dengan jujur berdasarkan

pengamatan dengan pedoman skala perkembangan anak yaitu: belum

berkembang (bb), mulai berkembnag (mb), berkembang sesuai

harapan (bsh), berkembang sangat baik (bsb).

35
3) Teknik Dokumentasi

Menurut Khairawati dan Andina Nurul Wahidah (2018: 85)

teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh

dengan cara melihat atau menganalisis dokumen yang ada sesuai

dkebutuhan penelitian. Dokumentasi merupakan salah satu cara untuk

mendapatkan gambaran dari sudut pandang objek melalui media tertlis

atau bentuk dokumen lainnya. Dokumentasi dalam penelitian ini

adalah alat pengumpulan data sebagai pelengkap dan wawancara.

Adapun dokumen yang dikumpulkan peneliti berupa arsip-arsip RA

serta dokumentasi dari sekolah yang berkaitan dengan penelitian

seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM),

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), Penilaian Harian,

foto Kegiatan Proses Belajar Mengajar (PBM) dan profil RA.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat bantu yang dirancang secara sistematis dan

digunakan untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data

penelitian. Instrument ini digunakan harus sesuai dengan teknik

pegumpulan data yang dipilih oleh peneliti (dalam Khairawati dan Andina

Nurul Wahidah 2018: 85) Adapun instrument yang digunakan oleh

peneliti adalah dengan menggunakan pedoman observasi dan pedoman

wawancara.

36
1) Pedoman Observasi

Pedoman Observasi digunakan peneliti untuk melakukan

pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru

dalam pelaksanaan pembelajaran sentra persiapan di RA Amaliyah.

Pedoman observasi digunakan peneliti untuk melihat kegiatan

pembelajaran sentra persiapan yang berbentuk table deskripsi.

2) Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara adalah instrument yang digunakan

peneliti untuk mengetahuni pemahami siswa dengan bernyanyi untuk

melatih bahasa siswa. Sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih

dulu membuat daftar pertanyaan yang akan ditujukan kepada Guru

kelas B3 di RA Amaliyah Sekadau terkait pelaksanaan pembelajaran.

6. Teknik Analisis Data

Menurut Milles and Huberman, analisis data tertata dalam situs

ditegaskan bahwa kolom pada sebuah matriks tata waktu disusun dengan

jangka waktu, dalam susunan tahapan, sehingga dapat dilihat kapan gejala

tertentu terjadi. Model dari Miles dan Huberman, yang membagi langkah-

langkah dalam kegiatan analisis data dengan beberapa bagian yaitu

pengumpulan data (data collection), reduksi data (data reduction),

penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan atau verifikasi

(conclutions).

37
1) Reduksi Data

Pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan dan tramsformasi data kasar yang muncul dari

catatancatatan terttulis dilapangan. Proses pengumpulan data

dilapangan, melaui observasi, wawancara dan dokumentasi merupakan

data yang penulis ambil dilapangan, untuk memberikan gambaran

dalam mencari jawaban pertanyaaan penelitian. Kegiatan reduksi ini

bertujuan untuk memperkuat data yang ada.

2) Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian ini dituangkan dalam bentuk teks

naratif, yaitu berupa catatan-catatan lapangan terkumpul yang

kemudian penulis sederhanakan sesuai dengan sub fokus pembahasan.

3) Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Khairawati dan Andina Nurul Wahidah (2018: 125) upaya

penarikan kesimpulan dalam penelitian dilakukan peneliti secara terus

menerus selama dilapangan, dari pengumpulan data peneliti mulai

membuat kesimpulan sementara dan akan berubah jika tak ditemukan

bukti yang kuat dan mendukung, kemudian kesimpulan yang dibuat

akan diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Sugiyono, (2016: 345) menyebutkan bahwa kesimpulan dalam

penelitian kualitatif adalah temuan baru yang sebelumnya belum

38
pernah ada, adapun temuan ini dapat berupa deskripsi atau gambaran

objek, sebelumnya yang masih remang-remang sehingga setelah

diteliti menjadi jelas.

Penarikan kesimpulan dapat dilakukan selama proses

penelitian berlangsung dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi

dan hal-hal yang didapatkan, setelah itu penyajian data yang sudah ada

dapat ditarik kesimpulan sementara, kemudian jika data sudah lengkap

maka dapat 52 membuat kesimpulan akhir. Data dalam penelitian ini

tentang perencanaa, pelaksanaan, evaluasi.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Menurut Khairawati dan Andina Nurul Wahidah (2018:113)

menyebutkan bahwa uji keabsahan data dala penelitian kualitatif, meliputi:

uji credibility (validasi internal), confirmability (objektivitas). Dalam

penelitian ini dalam menguji keabsahan data dengan menggunakan uji

credibility (Validasi Internal) yaitu triangulasi dan member check.

1) Triangulasi

Menurut Sugiyono (Dalam Mustofa Djaelani, 2010 : 128)

menyebutkan bahwa triangulasi dalam pengujian kredinilitas dapat

diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan

berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat

triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu.

Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber yaitu dengan menguji

39
kredibilitas data yang dilakukan denfan mengecek data yang telah

diperoleh melalui berbagai sumber.

Adapun cara yang dilakukan dengan menguji dan mengenai

pelaksanaan pembelajaran sentra persiapan, maka pengumpulan data

dan menguji data dilakukan dengan hasil wawancara kepada Guru

Kelas. Data yang di dapat dari sumber ini kemudian dianalisis

sehingga menghasilkan kesimpulan selanjutnya minta kesepakatan

dari sumber data.

2) Member Check

Menurut Khairawati dan Andina Nurul Wahidah (2018: 114)

menyebutkan bahwa member check merupakan proses pengecekan data

yang diperoleh peneliti kepada pemberi data dengan tujuan untuk

mengetahuni seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang

diberikan oleh pemberi data. pelaksanaan member check dapat dilakukan

setelah satu periode pengumpulan data selesai.

Cara ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai

pelaksanaan pembelajaran sentra persiapan, baik dalam hal perencanaan

yang dilakukan guru, pelaksanaan, evaluasi dalam pelaksanaan

pembelajaran sentra persiapan dilakukan. Member check dilakukan untuk

memperoleh informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran sentra

persiapan, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam

pelaksanaan pembelajaran. Adapun member check ini dilakukan dengan

40
cara peneliti datang memberi data kemudian menyampaikan hasil data

tersebut kepada pemberi data, setelah data disepakati bersama, maka

pemberi data diminta untuk mendatangkan supaya lebih otentik dan

menjadibukti bahwa peneliti sudah melalukan member check

41
DAFTAR PUSAKA

Akbar Eliyyil. 2020 Metode Belajar Anak Usia Dini Jakarta: kencana

Al-Qur‟an dan Terjemahan : 2016

Djaelani Mustofa. 2010 Metode Penelitian Bagi Pendidik. Jakarta: Multi

Fadillah Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD: Tinjauan

Teoretik & Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.Kreasi.

H Meity. 2012. Karakteristik Anak Usia Dini. Jurnal : Hasil Riset Guru

Pendidikan Anak Usia Dini.

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kreativitas di akses pada tanggal 22

Desember 2021.

https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian kreativitas di akses pada

tanggal 22 Desember 2021.

https://www.kompasiana.com/siti_fatimah/55005718813311eb18fa75c2/

perkembangan-bahasa-pada-anak di akses pada tanggal 12 Januari

2022

Kairi husnuzziadan. 2018. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini

Dari 0-6 Tahun. Jurnal Warna. 2(2) : 15-28.

Khairawati dan Andina Nurul Wahidah. 2018. Menara Penelitian Muda

Memahami dan Mengaplikasikan Rancangan Penelitian. Pontianak:

Iain Pontianak Press.

42
Madyawati Lilis. 2016. Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak.

Jakarta : Charisma Putra Utama.

Muhammad fauzuiddin. 2014. Pembelajaran paud bermain bercerita dan

menyanyi secara islami. Kediri : Remaja Rosda Karya.

Musbikin Imam. 2010. Buku Pintar PAUD.Jogjakarta : Laksana.


Musrid. 2015. Pengembangan Pembelajara Paud. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Ridwan, awaluddin A.Fajar. 2019. Penerapan Metode Bernyanyi Dalam

Meningkatkan Penguasaan Mufradat Dalam Pembelajaran Bahasa

Arab Di Raodhatul Athfal. Jurnal Kependidikan. 13(1) : 56-67.

Risaldy Sabil. 2014. Bermain Bercerita Dan Menyanyi Bagi Anak Usia

Dini. Jakarta : Luxima Metro Media

Rohmawati, Ervira Dwi. 2018. Peningkatkan Perkembangan Bahasa

Melalui Bernyanyi Di TK Aisyiyah Bulak Karanganyar. Skripsi.

Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sari, Dwi Ambar. 2010. Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara

Dengan Metode Bernyayi Anak Kelompok A TK Santa Anna

Sragen. Skripsi. Surakarta. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Ulfah Zakiyah. Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. Yogjakarta : Ar-

Ruzz Media.

43
Undang-Undang Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

Nomor 13 Tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.

Zubaibah Enny. 2004. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Dan Teknik

Perkembangannya Di Sekolah. Jurnal Cakrawala Pendidikan 23(3) :

459-479.

44

Anda mungkin juga menyukai