Oleh
Nama : Windi Widya Lestari
Nim : 8620712152048
PROGRAM STUDY
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI ( PAUD )
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PANCA SAKTI
2015/2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH SWT atas seluruh rahmat dan karunia-Nya kepada
hambanya, dan rasa syukur terucap dengan telah selesainya Skripsi ini yang berjudul
Meningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Metode
Bercerita di Kelompok B TK Al-Barokah dapat terselesaikanya skripsi ini sebagai
persyaratan untuk meraih gelar pendidikan program studi Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) di STKIP Panca Sakti Bekasi.
Tersusunnya skripsi ini berkat adanya bimbingan dan dorongan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan erimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1.
2.
3.
4.
pengetahuan, pembinaan
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pndidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Menurut jamaris ( Ahmad Susanto, 2011: 78) perkembangan bahasa anak usia
5- 6 tahun sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata, lingkup kosakata
yang dapat diucapkan anak menyangkut warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan,
kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, dan permukaan (kasar-halus), anak
5-6 tahun sudah dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan.Anak sudah dapat
mendengarkan
orang
lain
berbicara
dan
menanggapi
pembicaraan
tersebut.Percakapan yang dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun telah menyangkut
berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri,serta apa
yang dilihatnya
Hasil penelitian Loban, Hun, dan Cadza yang di kutip olrh Ellies (Muh.Nur
Mustakim, 2005: 129)mengemukakan tentang karakteristik berbicara anak usia 5-6
tahun sebagai berikut:suka berbicara dan umumnya berbicara kepada seseorang,
tertarik menggunakan kata-kata baru dan luas, banyak bertanya, tata bahasa akurat
dan beralasan, menggunakan bahasa yang sesuai dapat mendefinisikan dengan bahasa
yang sederhana, menggunakan bahasa dengan agresi, mengajukan pertanyaanpertanyaan, sangat aktif berbicara.
Namun pada kenyataannya berdasarkan observasi di TK Al-Barokah
kelompok B, di dalam kelas ada dua orang anak yang cenderung diam dan kurang
komunikasi kepada teman atau pun gurunya. Hal ini terlihat saat guru di depan kelas,
ada dua anak hanya cenderung mendengarkan dan pasif, jika ingin membuat anak
berbicara guru harus memancingnya dengan menanyakan sesuatu kepada siswa.
Kemampuan anak berbicara kelompok B belum seluruh nya mampu berbicara
hal ini juga terlihat saat anak diminta menerangkan sesuatu atau pun menceritakan
sesuatu
tentang
sebuah
pengalaman
sendiri.Keterbatasan
anak
dalam
mengungkapkan bahasa lisannya di kelas karena metode yang di gunakan guru belum
tepat dan belum sesuai dalam menstimulasi perkembangan bahasa anak. Guru lebih
peningkatan dalam perkembangan berbicara anak, karena ternyata anak masih belum
lancar berbicara sehingga kesulitan dalam mengungkapkan apa yang anak rasakan.
Hal ini karena media yang di gunakan belum
tepat
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang di atas dan waktu dan
biaya yang terbatas maka yang akan diteliti penulis di fokuskan hanya mengenai
peningkatan berbicara anak usia dini melalui metode bercerita di TK AL-Barokah
babakan cikao purwakarta, khususnya yang berkenaan dengan konsep meningkakan
berbicara anak pada siswa kelompok B melalui media gambar.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian tersebut diatas dan judul yang penulis ambil,maka
masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Apakah metode bercerita dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak usia 5-6
tahun di kelompok B TK Al-Barokah Kec.Babakan Cikao Purwakarta?
D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas terdapat manfaat sebagai berikut:
1. Bagi anak
a. Meningkatkan kemampuan berbicara anak baik di kelas maupun di luar kelas
b. Memberikan pengalaman dan wawasan baru kepada anak dalammeningkatkan
kemampuan berbicara anak melalui metode bercerita.
c. Melatih anak untuk saling berkomunikasi kepada orang lain
2. Bagi guru
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Berbicara
a. Pengertian berbicara
Secara umum berbicara dapat diartikan sebagai suatu penyampaian ide, pikiran,
gagasan atau isi hati kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan, sehingga
maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain.
Dalam
Tarigan
(1981:15)
mengemukakan
berbicara
adalah
kemampuan
Pateda dalam Suhartono (2005: 49) menjelaskan tahapan perkembangan awal ujaran
anak, yaitu tahap penamaan, tahap telegrafis dan tahap transformasional. Ke tiga
tahap ujaran anak tersebut sebelum anak sekolah dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Tahap Penamaan
Pada tahap penamaan, anak baru mulai mampu mengucapkan urutan bunyi kata
tertentu dan belum mampu untuk memaknai. Urutan bunyi yang diucapkan
biasanya terbatas dalam satu kata.
Misalnya, anak mengucapkan kata mama atau papa. Anak mungkin saja
mampu mengucapkan kata tersebut tetapi tidak mampu mengenal kata itu.
Pengucapan kata mama atau papa, karena adanya proses peniruan bunyi
yang pernah didengarnya (dari ibunya sendiri atau kakak-kakaknya atau anggota
keluarga.
b. Tahap Telegrafis
Menurut Steinbergh dalam Suhartono (2005: 51), pada tahap ini anak sudah
mulai dapat menyampaikan pesan yang diinginkannya dalam bentuk urutan
bunyi yang berwujud dua atau tiga kata.
c. Tahap Transformasional
Anak sudah mulai memberanikan diri untuk bertanya, menyuruh, menyanggah
dan
menginformasikan
sesuatu.
Di
sini
anak
sudah
mulai
berani
menyampaikan
pikiran
secara
efektif,
memberitahukan,
melaporkan,
menghibur, membujuk dan meyakinkan seseorang. Ada beberapa faktor yang dapat
dijadikan ukuran kemampuan berbicara seseorang yang terdiri dari aspek kebahasaan
dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan dalam Dhieni (2008:3.6). Meliputi faktorfaktor sebagai berikut : (1) ketepatan ucapan, (2) penempatan tekanan nada, sendi dan
durasi sesuai, (3) pilihan kata, (4) ketepatan sasaran pembicaraan. Aspek non
kebahasaan meliputi (1) sikap tubuh, pandangan, bahasa tubuh dan mimik yang tepat,
(2) kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain, (3) kenyaringan
suara dan kelancaran dalam berbicara, (4) relevansi, penalaran dan penguasaan
terhadap topik tertentu.
Memacu kemampuan anak berbicara merupakan sesuatu yang penting. Menurut
Hurlock
dalam
Musfiroh
(2005:102)
kemampuan
berbicara
anak
sangat
Anak yang pandai berbicara akan memiliki kepercayaan diri dan penilaian diri yang
positif, terutama setelah mendengar komentar orang tentang dirinya.
Ajak yang pandai berbicara biasanya memiliki kemampuan akademis yang lebih baik.
Anak yang pandai berbicara lebih mampu memberikan komentar positif dan
menyampaikan hal hal yang baik kepada lawan bicara.
Anak yang pandai berbicara cendrung pandai mempengaruhi dan meyakinkan teman
sebayanya. Hal ini mendukung posisi anak sebagai pemimpin.
Berbicara bukan hanya sekedar pengucapan bunyi bunyi atau kata kata. Tujuan
pengembangan kemampuan berbicara dilakukan agar anak dapat berbicara dengan
penuh percaya diri, menggunakan bahasa yang baik untuk mendapatkan informasi
dan untuk komunikasi yang efektif dan interaksi sosial dengan orang lain.
Ketepatan ucapan;
Penempatantekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai;
Pilihan kata 20
Ketepatansasaran pembicaraan.
kata depan dan kata penghubung. Usia tiga tahun, anak membentuk kalimat yang
terdiri dari enam sampai delapan kata (Hurlock, 2000:97).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi banyaknya anak berbicara(Hurlock,
2000:98):
a. Inteligensi Semakin cerdas anak, semakin cepat keterampilan berbicara dikuasai
sehingga semakin cepat dapat berbicara.
b. Jenis disiplinAnak yang dibesarkan dengan disiplin yang cenderung lemah,
lebihbanyak berbicara daripada anak-anak yang orangtuanya bersikap keras
danberpandangan bahwa anak-anak harus dilihat tetapi tidak didengar.
c. Posisi urutan Anak sulung didorong untuk lebih banyak bicara daripada adiknya
dan orangtua lebih mempunyai banyak waktu untuk berbicara dengan adiknya.
d. Besar keluarga Anak tunggal didorong untuk lebih banyak bicara daripada anakanak dari keluarga besar dan orangtuanya mempunyai banyak waktu untuk
berbicara dengannya. Dalam keluarga besar, disiplin yang ditegakkan lebih
otoriter dan ini menghambat anak-anak untuk berbicara sesukanya.
e. Status sosial ekonomi
Dalam keluarga kelas rendah, kegiatan keluarga cenderung kurangterorganisasi
daripada kelaurga kelas menengah dan atas. Pembicaraan antaranggota keluarga juga
jarang dan anak kurang didorong untuk berbicara.
f. Status rasa Mutu dan keterampilan berbicara yang kurang baik pada kebanyakan
anak
berkulit hitam dapat disebabkan sebagian karena mereka dibesarkan dalam rumahrumah di mana ayah tidak ada, atau di mana kehidupan keluarga tidakteratur karena
banyaknya anak atau karena ibu harus bekerja diluar rumah.
g. Berbahasa dua
Meskipun anak dari keluarga yang berbahasa dua boleh bicara sebanyak anak dari
keluarga berbahasa satu, tetapi pembicaraannya sengat terbatas kalauia berada dengan
kelompok sebayanya atau dengan orang dewasa di luar rumah.
h. Penggolongan
peran-seksTerdapat
efek
penggolongan
peran-seks
pada
2.METODE BERCERITA
a.Pengertian media cerita bergambar
Buku bergambar adalah buku cerita yang disajikan dengan menggunakan teks dan
ilustrasi atau gambar. Buku bergambar dapat memotivasi anak-anak untuk belajar.
Dengan buku bergambar, anak akan terbantu dalam proses memahami dan
memperkaya pengalaman dari cerita.
Menurut Stewing dalam Abu (2002:2) buku cerita bergambar adalah suatu buku yang
menjajarkan cerita dengan gambar. Kedua elemen ini bekerjasama untuk
menghasilkan cerita dengan ilustrasi
dan gambar. Selain ceritanya secara verbal harus menarik, buku harus mengandung
gambar sehingga mempengaruhi minat siswa untuk membaca cerita. Oleh karena itu
gambar dalam cerita anakanak harus hidup dan komunikatif. William Joyce dalam
Hong (2008:152) mengatakan bahwa gambar selalu berinteraksi dengan tulisan
sehingga tulisan menyampaikan isi cerita 50% begitupun gambar dapat
menyampaikan isi cerita 50% juga sehingga buku cerita bergambar adalah bahasa
visual. Machei Datasi dalam Hong (2008:149) mendefinisikan bahwa buku cerita
bergambar adalah buku yang dibaca oleh orang dewasa kepada anak dan bukan yang
dibaca sendiri oleh anak. Dalam dunia buku cerita bergambar, anak dapat melihat
menerima
informasi
dan
diskripsi ceritayang
hendak disampaikan.
b.Teknik Bercerita dengan Alat Peraga Buku Bergambar
Bercerita dengan alat peraga buku bergambar dikategorikan sebagai reading aloud
(membaca nyaring). Bercerita dengan media buku bergambar dipilih apabila guru
memiliki keterbatasan pengalaman (guru belum berpengalaman bercerita), guru
memiliki kekhawatiran kehilangan detail cerita, dan memiliki keterbatasan sarana
cerita, serta takut salah berbahasa.
Priyono dalam Musfiroh (2005: 142) menyatakan teknik-teknik membacakan cerita
dengan alat peraga buku cerita bergambar adalah sebagai berikut :
Pencerita sebaiknya membaca terlebih dahulu buku yang hendak dibacakan didepan
anak.Pencerita tidak terpaku pada buku, sebaiknya guru menperhatikan reaksi anak
saat membacakan buku tersebut.Pencerita membacakan cerita dengan lambat (slowly)
dengan kalimat ujaran yang lebih dramatik daripada urutan biasa.
memahami
tema dan makna dari cerita yang disajikan kepada anak, dengan sendirinya kosa
kata anak menjadi bertambah. Kosa kata tersebut yang akan mendorong anak untuk
mengembangakan imajinasi dalam cerita yang dibuat oleh anak itu sendiri
berdasarkan cerita yang disajikan oleh guru sehingga mendorong anak untuk
menceritakan kembali cerita yang didengarnya menurut versinya sendiri.
c. Manfaat Metode Bercerita Untuk meningkatkan keterampilan
berbicara Bagi Anak
Cerita yang bagus tidak sekedar menghibur tapi juga mendidik sekaligus merangsang
berkembangnya komponen kecerdasan linguistik yang paling penting yakni
kemampuan menggunakan bahasa untuk mencapai sasaran praktis. Mendengar cerita
yang bagus bagi anak sama artinya dengan melakukan serangkaian kegiatan
fonologis, sintaksis, semantik dan pragmatik. Selain menyimak cerita, anak belajar
bagaimana bunyi-bunyian yang bermakna diujarkandengan benar, bagaimana katakata disusun secara logis dan mudah dipahami.Cerita mendorong anak bukan saja
senang menyimak cerita tetapi juga senang bercerita atau berbicara. Kemampuan
verbal anak lebih terstimulasi secara efektif pada saat guru melakukan semacam tes
pada anak untuk menceritakan kembali isi cerita. Disini anak belajar berbicara,
menuangkan kembali gagasan yang didengarkannya dengan gayanya sendiri. Anak
menyusun kata-kata menjadi kalimat dan menyampaikannya dengan segenap
kemampuaannya. Cerita membuat anak menyadari arti pentingnya berdialog dan
menuangkan gagasan melalui kata-kata yang baik.
B. Model Tindakan
Model Tindakan ini adalah Peneliian Tindakan Kelas, Menurut Mulyasa
(2002:15), penelitian tindakan kelas adalah kegiatan penelitian untuk mendapatkan
kebenaran dan praktis dengan cara melakukan tindakan secara kolaboratif dan
partisipatif.kolaboratif adalah adanya kolaborasi antara berbagain disiplin ilmu,
keahlian dan
partisipatif adalah
meningkatkan
, penerapan tindakan, pengamatan dan evaluasi proses hasil evaluasi dan refleksi.
Menurut hopkinds dalam ishak, jika terdapat masalah dalam refleksi maka dilakukan
proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya sehingga permasalahan dapat
teratasi. Metode dan desain penelitian mengacu pada teori PTK Kemmis dan Taggart
yang menggunakan system spiral.
Tahap-tahap penelitian yang dilakukan adalah:
1. Orientasi
Pada tahap ini peneliti melakukan orientasi atau sudi pendahuluan dengan
cara mengidentifikasi awal masalah
3. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan peneliian tindakan kelas sesuai
rencana yang disusun. Penelii mengajar berdasarkan hasil kesepakatan bersama-sama.
Dalam penerapan tindakan ini peneliti mengikuti petunjuk-petunjuk yang telah
dianalisis
.segala
kejadian
selama
tindakan
berlangsung
yang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dengan
menggunakan metode bercerita di kelompok B di TK Al-Barokah
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
TK
AL-BAROKAH
Kec.Babakan
Cikao
Refleksi
refleksi adalah pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian
A. Sumber Data
Sumber data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini diambil
secara langsung dari pihak yang terkait langsung dengan penelitian ini , diantaranya:
1. Anak kelompok B TK Al-Barokah sebagai subjek penelitian
2. Guru kelompok B K Al-Barokah sebagai sumber informasi , dimana beliau lebih
mengenal tentang perkembangan siswa.
3. Pihak lain yang berhubungan dengan anak , misalnya orangtua siswa.
B. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan ini teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan 3 cara,yaitu:
1. Wawancara
Metode wawancara ini adalah metode dengan cara mengumpulkan data yang
mengharuskan peneliti mengadakan Tanya jawab dengan sumber data baik dalam
situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi yang disengaja dibuat untuk keperluan
tersebut berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada guru berupa mengenai
pembelajaran kreativitas anak dan kendala yang dihadapi.
2. Observasi
Observasi sering disebut sebagai metode pengamatan secara langsung.dan untuk
mendapatkan observasi secara sistematis peneliti harus memiliki latar belakang
tentang objek penelitian, mempunyai ancer-ancer teori dan sikap objektif.yaitu yang
diobservasi dalam penelitian ini dipusatkan pada proses dan hasil tindakan
pembelajaran beserta peristiwa yang melingkupnya. Langkah-langkah observasi
meliputi
perencanaan,
pelaksanaan
dan
pembahasan
dalam
meningkatkan