Anda di halaman 1dari 33

MENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN

MELALUI METODE BERCERITA DI KELOMPOK B TK AL-BAROKAH


SKRIPSI
Ditulis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh
Nama : Windi Widya Lestari
Nim : 8620712152048
PROGRAM STUDY
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI ( PAUD )
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PANCA SAKTI
2015/2016

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH SWT atas seluruh rahmat dan karunia-Nya kepada
hambanya, dan rasa syukur terucap dengan telah selesainya Skripsi ini yang berjudul
Meningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Metode
Bercerita di Kelompok B TK Al-Barokah dapat terselesaikanya skripsi ini sebagai
persyaratan untuk meraih gelar pendidikan program studi Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) di STKIP Panca Sakti Bekasi.
Tersusunnya skripsi ini berkat adanya bimbingan dan dorongan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan erimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1.
2.
3.
4.

Mucharom, sebagai pembimbing I


Luluh Abdilah Kurniawan, MM, sebagai pembimbing II
Supriyadi, S.P., M.Pd, wakil ketua I STKIP Panca Sakti
Seluruh Dosen dan Staf Karyawan di lingkungan STKIP Panca Sakti yang telah
memberikan wawasan

pengetahuan, pembinaan

sikap dan bantuan selama

penulis mengikuti perkuliahan.


5. Rekan-rekan mahasiswa STKIP Panca Sakti program studi Pendidikan Anak
Usia Dini yang selalu memberikan dorongan kepada penulis selama penyusunan
dan penyelesaian skripsi ini.
6. keluarga dan suami yang telah memberikan dukungan moril hingga selesainya
skripsi ini.
Mengingat kemampuan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini masih dalam
tingkat belajar, maka diharapkan kritik dan saran bagi kesempurnaan skripsi

ini.Menyadari bahwa pembuatan skripsi ini masih banyak kekurangannya , maka


penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Bekasi, juni 2016
Penulis

{windi widya lestari )

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan upaya pendidikan yang dilakukan


terhadap anak dimulai kelahirannya sampai usia 6 tahun. Pendidikan ini dilakukan
dengan memberikan rangsangan pendidikan yang bertujuan untuk mengopimalkan
semua pertumbuhan dan perkembangan mereka baik secara jasmani maupun rohani.
Dalam Peraturan Menteri No 58 Tahun 2009, Tentang Standar Pendidikan Anak Usia
Dini dijelaskan bahwa perkembangan anak dapat meningkatkan baik secara kuantitif
maupun secara kualitatif untuk semua aspek perkembangan dan pada tahap ini salah
satu aspek perkembangan yang diharapkan dapat berkembang secara baik dan
optimal adalah kemampuan bahasa anak.
Dalam undang-undang republik Indonesia no.20 tahun 2003 menekankan
tentang sistem pendidikan nasional , yang berbunyi : pendidikan anak usia dini
adalah suatu

upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pndidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Menurut jamaris ( Ahmad Susanto, 2011: 78) perkembangan bahasa anak usia
5- 6 tahun sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata, lingkup kosakata
yang dapat diucapkan anak menyangkut warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan,
kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, dan permukaan (kasar-halus), anak
5-6 tahun sudah dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan.Anak sudah dapat
mendengarkan

orang

lain

berbicara

dan

menanggapi

pembicaraan

tersebut.Percakapan yang dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun telah menyangkut
berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri,serta apa
yang dilihatnya
Hasil penelitian Loban, Hun, dan Cadza yang di kutip olrh Ellies (Muh.Nur
Mustakim, 2005: 129)mengemukakan tentang karakteristik berbicara anak usia 5-6
tahun sebagai berikut:suka berbicara dan umumnya berbicara kepada seseorang,
tertarik menggunakan kata-kata baru dan luas, banyak bertanya, tata bahasa akurat
dan beralasan, menggunakan bahasa yang sesuai dapat mendefinisikan dengan bahasa
yang sederhana, menggunakan bahasa dengan agresi, mengajukan pertanyaanpertanyaan, sangat aktif berbicara.
Namun pada kenyataannya berdasarkan observasi di TK Al-Barokah
kelompok B, di dalam kelas ada dua orang anak yang cenderung diam dan kurang
komunikasi kepada teman atau pun gurunya. Hal ini terlihat saat guru di depan kelas,
ada dua anak hanya cenderung mendengarkan dan pasif, jika ingin membuat anak
berbicara guru harus memancingnya dengan menanyakan sesuatu kepada siswa.
Kemampuan anak berbicara kelompok B belum seluruh nya mampu berbicara
hal ini juga terlihat saat anak diminta menerangkan sesuatu atau pun menceritakan
sesuatu

tentang

sebuah

pengalaman

sendiri.Keterbatasan

anak

dalam

mengungkapkan bahasa lisannya di kelas karena metode yang di gunakan guru belum
tepat dan belum sesuai dalam menstimulasi perkembangan bahasa anak. Guru lebih

sering menggunakan metode bercakap-cakap tanpa menggunakan media.guru pernah


mencoba menggunakan

media berupa gambaran di papan tulis.tetapi tidak ada

peningkatan dalam perkembangan berbicara anak, karena ternyata anak masih belum
lancar berbicara sehingga kesulitan dalam mengungkapkan apa yang anak rasakan.
Hal ini karena media yang di gunakan belum

tepat

karena belum bisa

membangkitkan minat anak dalam mengikuti pembelajaran di karenakan media yang


digunakan tidak menarik
Solusi yang di berikan antara lain adalah dengan mengubah kegiatan
pembelajaran menjadi lebih menarik, sehingga anak menjadi semangat dalam
mengikuti pembelajaran dan tujuan guru untuk meningkatkan kemampuan berbicara
anak dapat berhasil dan berjalan maksimal. Salah satu kegiatan yang dapat
mengembangkan dan menstimulasi kemampuan berbicara anak adalah melalui media
gambar, yaiu melalui gambar yang di sediakan oleh guru. Media gambar dapat
meningkatkan kemampuan berbicara anak karena mempunyai kelebihan anara lain
bersifat konkrit, dapat mengatasi ruang dan waktu, dapat mengatasi keterbatasan
masalah, dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, murah dan mudah di dapat serta
dapat digunakan untuk perseorangan atau kelompok( Sadiman, 2009: 29-31 ).
Berangkat dari uraian di atas, maka penulis mengangkat masalah yang terjadi
di K Al-Barokah kec.babakan cikao purwakarta kelompok B dengan mengambil judul
Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia 5-6 T ahun Melalui Netode
Bercerita di Kelompok B TK Al-Barokah Kec.Babakan Cikao Purwakarta.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang di atas dan waktu dan
biaya yang terbatas maka yang akan diteliti penulis di fokuskan hanya mengenai
peningkatan berbicara anak usia dini melalui metode bercerita di TK AL-Barokah
babakan cikao purwakarta, khususnya yang berkenaan dengan konsep meningkakan
berbicara anak pada siswa kelompok B melalui media gambar.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian tersebut diatas dan judul yang penulis ambil,maka
masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Apakah metode bercerita dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak usia 5-6
tahun di kelompok B TK Al-Barokah Kec.Babakan Cikao Purwakarta?
D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas terdapat manfaat sebagai berikut:
1. Bagi anak
a. Meningkatkan kemampuan berbicara anak baik di kelas maupun di luar kelas
b. Memberikan pengalaman dan wawasan baru kepada anak dalammeningkatkan
kemampuan berbicara anak melalui metode bercerita.
c. Melatih anak untuk saling berkomunikasi kepada orang lain
2. Bagi guru

a. Membantu guru menginovasi media pembelajaran untuk meningkatkan


berbicara anak
b. Menambah pengalaman guru untuk meningkatkan kemampuan profesional
sebagai pendidik
c. Hasil penelitian ini dapat menjadikan gambaran pendidik mengenai media
yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbicara disekolah.
d. Memotivasi guru menciptakan media-media baru dalam meningkatkan aspek
berbahasa anak
3. Bagi peneliti
a. Memberi pengalaman ketika kelak menjadi pendidik terjadi permasalahan di
dalam kelas
4. Bagi sekolah
a. Kebijakan kepala sekolah kepada guru untuk menginovasi strategi
pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Berbicara
a. Pengertian berbicara
Secara umum berbicara dapat diartikan sebagai suatu penyampaian ide, pikiran,
gagasan atau isi hati kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan, sehingga
maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain.

Dalam

Tarigan

(1981:15)

mengemukakan

berbicara

adalah

kemampuan

mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspesikan,


menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
Senada dengan pendapat di atas, Hurlock (1978: 176) menyatakan bahwa berbicara
adalah suatu bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi kata-kata yang digunakan
untuk menyampaikan maksud, karena berbicara merupakan bentuk komunikasi yang
paling epektif, penggunaannya paling luas dan penting. Menurut Suhartono (2005:
23) yang dimaksud dengan bicara anak adalah suatu penyampaian maksud tertentu
dengan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa supaya bunyi tersebut dapat dipahami oleh
orang yang ada dan mendengar disekitarnya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas mengenai pengertian berbicara, maka yang
dimaksud dengan keterampilan berbicara anak adalah kemampuan anak dalam
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan yang digunakan
untuk menyampaikan maksud tertentu pada orang lain, sehingga maksud tersebut
dapat dipahami oleh orang-orang yang berada disekitar anak.
b. Keterampilan berbicara
Menurut Suhartono (2005: 23) yang dimaksud dengan bicara anak adalah suatu
penyampaian maksud tertentu dengan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa supaya
bunyi tersebut dapat dipahami oleh orang yang ada dan mendengar disekitarnya.
Sedangkan Tarigan (1981: 15) mengemukakan bahwa keterampilan berbicara
merupakan kemampuan dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi dari kata-kata

untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.


Berdasarkan beberapa pengertian di atas mengenai pengertian berbicara, maka yang
dimaksud dengan keterampilan berbicara anak adalah kemampuan anak dalam
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan yang digunakan
untuk menyampaikan maksud tertentu pada orang lain, sehingga maksud tersebut
dapat dipahami oleh orang-orang yang berada disekitar anak.
c. Tahap-tahap perkembangan berbicara
Bicara merupakan kemampuan penting dalam berkomunikasi. Vygotsky dalam
Dhieni (2005: 3.7) mengemukakan bahwa terdapat tiga
tahapan perkembangan bicara anak yang berkaitan erat dengan perkembangan
berpikir anak, yaitu:
a. Tahap Eksternal. Merupakan suatu tahapan yang terjadi ketika semua sumber
berpikir anak berasal dari luar diri anak. pada tahap ini anak mencoba
berbicara secara eksternal. Biasanya pada tahap ini sumbernya sebagian besar
diperoleh dari orang dewasa yang memberikan pengarahan, informasi kepada
anak.
b. Tahap egosentris. Pada tahap ini anak sudah mulai tidak tergantung lagi
dengan orang dewasa, ia sudah mulai bisa berbicara sesuai dengan
keinginannya sendiri.
c. Tahap internal. Dalam tahapan ini anak sudah bisa memproses pikirannya
sendiri, ia sudah mulai bisa menghayati sepenuhnya proses berpikirnya.

Pateda dalam Suhartono (2005: 49) menjelaskan tahapan perkembangan awal ujaran
anak, yaitu tahap penamaan, tahap telegrafis dan tahap transformasional. Ke tiga
tahap ujaran anak tersebut sebelum anak sekolah dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Tahap Penamaan
Pada tahap penamaan, anak baru mulai mampu mengucapkan urutan bunyi kata
tertentu dan belum mampu untuk memaknai. Urutan bunyi yang diucapkan
biasanya terbatas dalam satu kata.
Misalnya, anak mengucapkan kata mama atau papa. Anak mungkin saja
mampu mengucapkan kata tersebut tetapi tidak mampu mengenal kata itu.
Pengucapan kata mama atau papa, karena adanya proses peniruan bunyi
yang pernah didengarnya (dari ibunya sendiri atau kakak-kakaknya atau anggota
keluarga.
b. Tahap Telegrafis
Menurut Steinbergh dalam Suhartono (2005: 51), pada tahap ini anak sudah
mulai dapat menyampaikan pesan yang diinginkannya dalam bentuk urutan
bunyi yang berwujud dua atau tiga kata.
c. Tahap Transformasional
Anak sudah mulai memberanikan diri untuk bertanya, menyuruh, menyanggah
dan

menginformasikan

sesuatu.

Di

sini

anak

sudah

mulai

berani

mentransformasikan idenya kepada orang lain dalam bentuk kalimat yang


beragam. Biasanya tahap ini dialami pada anak yang berusia sekitar lima tahun.

Tujuan keterampilan berbicara


Menurut Tarigan (1981:15) tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar
dapat

menyampaikan

pikiran

secara

efektif,

memberitahukan,

melaporkan,

menghibur, membujuk dan meyakinkan seseorang. Ada beberapa faktor yang dapat
dijadikan ukuran kemampuan berbicara seseorang yang terdiri dari aspek kebahasaan
dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan dalam Dhieni (2008:3.6). Meliputi faktorfaktor sebagai berikut : (1) ketepatan ucapan, (2) penempatan tekanan nada, sendi dan
durasi sesuai, (3) pilihan kata, (4) ketepatan sasaran pembicaraan. Aspek non
kebahasaan meliputi (1) sikap tubuh, pandangan, bahasa tubuh dan mimik yang tepat,
(2) kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain, (3) kenyaringan
suara dan kelancaran dalam berbicara, (4) relevansi, penalaran dan penguasaan
terhadap topik tertentu.
Memacu kemampuan anak berbicara merupakan sesuatu yang penting. Menurut
Hurlock

dalam

Musfiroh

(2005:102)

kemampuan

berbicara

anak

sangat

mempengaruhi penyesuaian sosial dan pribadi anak, yaitu :


Anak yang pandai bicara akan memperoleh pemuasan kebutuhan dan keinginan.
Anak yang pandai berbicara akan memperoleh perhatian dari orang lain atau menjadi
pusat perhatian.
Anak yang pandai berbicara akan mampu membina hubungan dengan orang lain dan
dapat memerankan kepemimpinannya dari pada anak yang tidak pandai berbicara.
Anak yang pandai berbicara akan memperoleh penilaian baik, kaitannya dengan isi
dan cara berbicara.

Anak yang pandai berbicara akan memiliki kepercayaan diri dan penilaian diri yang
positif, terutama setelah mendengar komentar orang tentang dirinya.
Ajak yang pandai berbicara biasanya memiliki kemampuan akademis yang lebih baik.
Anak yang pandai berbicara lebih mampu memberikan komentar positif dan
menyampaikan hal hal yang baik kepada lawan bicara.
Anak yang pandai berbicara cendrung pandai mempengaruhi dan meyakinkan teman
sebayanya. Hal ini mendukung posisi anak sebagai pemimpin.
Berbicara bukan hanya sekedar pengucapan bunyi bunyi atau kata kata. Tujuan
pengembangan kemampuan berbicara dilakukan agar anak dapat berbicara dengan
penuh percaya diri, menggunakan bahasa yang baik untuk mendapatkan informasi
dan untuk komunikasi yang efektif dan interaksi sosial dengan orang lain.

d. Hambatan-hambatan dalam keterampilan berbicara anak


Setiap orang yang berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan (termasuk anak
TK) mengalami berbagai hambatan, gangguan serta kesulitan yang pemecahannya
kadang-kadang memerlukan bantuan orang lain. Masalah - masalah yang tidak
terentaskan secara tepat bisa menimbulkan hambatan dan masalah pada anak dimasa
sekarang, maupun setelah anak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut Petty dalam Hildayani (2005:11.11) perkembangan bahasa merupakan suatu
proses yang kompleks, yang melibatkan 4 faktor yang mempengaruhinya, yaitu :
Berbedanya cara bagaimana si anak mempelajari bahasa tersebut.

Berbedanya jenis bahasa yang dipelajari anak.


Berbedanya karakteristik kepribadian anak.
Berbedanya lingkungan tempat proses pembelajaran tersebut.
Dalam hubungannya dengan karakteristik kepribadian anak, terdapat perbedaan
individual yang dapat mendukung dan menghambat perkembangan bahasa seseorang,
yaitu kecerdasan, jenis kelamin, kondisi fisik, lingkungan keluarga, kondisi ekonomi,
setting sosial atau lingkungan budaya, bilingualism ( penggunaan 2 bahasa). Menurut
Aminah (2006:19) hambatan-hambatan yang ditemui ketika seseorang akan berbicara
adalah sebagai berikut.
1) Keberanian, percaya diri
Dale Carnagie menyatakan bahwa hampir semua orang mampu berbicara dengan cara
yang dapat diterima oleh publik, kalau dia mempunyai rasa percaya diri dan sebuah
ide yang mendidih dan membara di dalam dirinya. Cara mengembangkan rasa
percaya diri adalah dengan mengerjakan hal yang kita takutkan dan memperoleh satu
catatan dari pengalaman orang-orang yang sukses. Hambatan berbicara dapat diatasi
dengan adanya pemaksaan dan pelatihan yang dilakukan terus menerus.
2) Rasa grogi, gugup.
Rasa grogi dan gugup biasa dialami oleh sebagian orang pada saat berbicara, terlebih
berbicara di depan umum. Rasa grogi dan gugup dapat muncul karena keidaksiapan
dengan bahan pembicaraan.
e. Perkembangan Berbicara Anak

Menurut Nurbiana (2008: 36) terdapat dua tipe perkembangan berbicaraanak:


1.Egosentric Speech, terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun, dimana anak berbicara
kepada dirinya sendiri (monolog). Perkembangan berbicara anak dalam hal ini sangat
berperan dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya.
2.Socialized speech, terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya atau pun
lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan adaptasi sosial
anak. Berkenaan dengan hal tersebut terdapat 5 bentuk socialized speechyaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Saling Tukar informasi untuk tujuan bersama;


Penilaianterhadap ucapan atau tingkah laku orang lain;
Perintah, permintaan, ancaman
Pertanyaan;
Jawaban

Selanjutnya Nurbiana (2008:36) mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat


dijadikan ukuran kemampuan berbicara seseorang yang terdiri dariaspek kebahasaan
dan non kebahasaan.Aspek kebahasaan meliputi:
1.
2.
3.
4.

Ketepatan ucapan;
Penempatantekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai;
Pilihan kata 20
Ketepatansasaran pembicaraan.

Aspek non kebahasaan meliputi:


1.
2.
3.
4.

Sikap tubuh, pandangan, bahasa tubuh,dan mimik yang tepat;


Kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain;
Kenyaringansuara dan kelancaran dalam berbicara;
Relevansi, penalaran dan penguasaan terhadap topik tertentu.Hurlock (2002:176)
mengemukakan kriteria untuk mengukur tingkat kemampuan berbicara secara
benar atau hanya sekedar membeo sebagai berikut:

a. Anak mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu menghubungkannya


dengan objek yang diwakilinya. Jadi, anak tidak hanya mengucapkan
tetapijuga mengetahui arti kata yang diucapkannya.
b. Anak mampu melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang lain dengan
mudah. Hal tersebut berarti bahwa anak melafalkan dengan jelas kata
yangdiucapkannya dengan bahasa yang mudah dimengerti orang lain,
sehingga orang lain dapat memahami maksud apa yang diucapkan.
c. Anak memahami kata-kata tersebut bukan karena telah sering mendengar atau
menduga-duga.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tipe perkembangan berbicara
anak usia 5-6 tahun yaitu anak mulai berinteraksi dengan temannyaataupun
lingkungannya. Dari interaksi tersebut anak dapat saling menyampaikan informasi,
menyuruh, meminta, bertanya ataupun menjawab pertanyaan dan untuk
mengukur kemampuan berbicara anak adalah anak mengetahui arti kata yang
diucapkannya, anak dapat melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang
lain,21dan memahami kata-kata yang diucapkannya.
f. Belajar Berbicara
Dalam menambah kosa kata anak-anak belajar kata-kata yang umum seperti baik
dan buruk, memberi dan menerima, dan juga banyakkata-kata dengan
penggunaan khusus seperti bilangan dan nama-nama warna. Kalimat biasanya terdiri
dari tiga atau empat kata sudah mulai disusun oleh anak usia tigatahun. Kalimat ini
banyak yang tidak lengkap, terutama terdiri dari kata benda dan kurang kata kerja,

kata depan dan kata penghubung. Usia tiga tahun, anak membentuk kalimat yang
terdiri dari enam sampai delapan kata (Hurlock, 2000:97).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi banyaknya anak berbicara(Hurlock,
2000:98):
a. Inteligensi Semakin cerdas anak, semakin cepat keterampilan berbicara dikuasai
sehingga semakin cepat dapat berbicara.
b. Jenis disiplinAnak yang dibesarkan dengan disiplin yang cenderung lemah,
lebihbanyak berbicara daripada anak-anak yang orangtuanya bersikap keras
danberpandangan bahwa anak-anak harus dilihat tetapi tidak didengar.
c. Posisi urutan Anak sulung didorong untuk lebih banyak bicara daripada adiknya
dan orangtua lebih mempunyai banyak waktu untuk berbicara dengan adiknya.
d. Besar keluarga Anak tunggal didorong untuk lebih banyak bicara daripada anakanak dari keluarga besar dan orangtuanya mempunyai banyak waktu untuk
berbicara dengannya. Dalam keluarga besar, disiplin yang ditegakkan lebih
otoriter dan ini menghambat anak-anak untuk berbicara sesukanya.
e. Status sosial ekonomi
Dalam keluarga kelas rendah, kegiatan keluarga cenderung kurangterorganisasi
daripada kelaurga kelas menengah dan atas. Pembicaraan antaranggota keluarga juga
jarang dan anak kurang didorong untuk berbicara.
f. Status rasa Mutu dan keterampilan berbicara yang kurang baik pada kebanyakan
anak
berkulit hitam dapat disebabkan sebagian karena mereka dibesarkan dalam rumahrumah di mana ayah tidak ada, atau di mana kehidupan keluarga tidakteratur karena
banyaknya anak atau karena ibu harus bekerja diluar rumah.

g. Berbahasa dua
Meskipun anak dari keluarga yang berbahasa dua boleh bicara sebanyak anak dari
keluarga berbahasa satu, tetapi pembicaraannya sengat terbatas kalauia berada dengan
kelompok sebayanya atau dengan orang dewasa di luar rumah.
h. Penggolongan

peran-seksTerdapat

efek

penggolongan

peran-seks

pada

pembicaraan anak sekalipun


anak masih berada dalam tahun-tahun prasekolah. Anak laki-laki diharapkansedikit
berbicara dibandingkan dengan anak perempuan. Apa yang dikatakandan bagaimana
caramengatakannya diharapkan berbeda dari perempuan.Membual dan mengkritik
orang lain, misalnya, dianggap lebih sesuai untuk anak laki-laki. Sedangkan anak
perempuan wajar bila mengadukan orang lain.Dari pendapat diatas dapat
disimpulkan, berbicara anak dimulai dengan belajar kata-kata yang umum dan katakata dengan penggunaan khusus sepertibilangan dan nama-nama warna. Faktor yang
mempengaruhi banyaknya anak berbicara adalah faktor intelegensi, disiplin, urutan
anak, keluarga, status sosial ekonomi, status ras, berbahasa dua dan penggolongan
peran.

2.METODE BERCERITA
a.Pengertian media cerita bergambar
Buku bergambar adalah buku cerita yang disajikan dengan menggunakan teks dan
ilustrasi atau gambar. Buku bergambar dapat memotivasi anak-anak untuk belajar.
Dengan buku bergambar, anak akan terbantu dalam proses memahami dan
memperkaya pengalaman dari cerita.
Menurut Stewing dalam Abu (2002:2) buku cerita bergambar adalah suatu buku yang
menjajarkan cerita dengan gambar. Kedua elemen ini bekerjasama untuk
menghasilkan cerita dengan ilustrasi
dan gambar. Selain ceritanya secara verbal harus menarik, buku harus mengandung
gambar sehingga mempengaruhi minat siswa untuk membaca cerita. Oleh karena itu
gambar dalam cerita anakanak harus hidup dan komunikatif. William Joyce dalam
Hong (2008:152) mengatakan bahwa gambar selalu berinteraksi dengan tulisan
sehingga tulisan menyampaikan isi cerita 50% begitupun gambar dapat
menyampaikan isi cerita 50% juga sehingga buku cerita bergambar adalah bahasa
visual. Machei Datasi dalam Hong (2008:149) mendefinisikan bahwa buku cerita
bergambar adalah buku yang dibaca oleh orang dewasa kepada anak dan bukan yang
dibaca sendiri oleh anak. Dalam dunia buku cerita bergambar, anak dapat melihat

gambar dengan matanya sambil mendengarkan dengan telinganya sehingga akan


memberikan pengalaman yang penuh dengan imajinasi dan khayalan yang luas dan
dalam.
Orang dewasa membaca buku cerita bergambar hanya dengan sekilas mata, namun
bagi anak membaca buku cerita bergambar sangat dalam karena anak dapat terlibat
didalamnya dan akhirnya anak akan menjadi satu kesatuan dengan buku cerita
bergambar.
Hong (2008:150) mengatakan bahwa pada saat anak membaca buku cerita bergambar
sendiri, maka akan ada penyekat waktu sehingga tidak dapat menjadi satu kesatuan
dalam cerita, tetapi berbeda dengan kalau anak hanya mendengarkan cerita dengan
telinganya dari yang dibacakan oleh orang, maka anak akan menjadi satu kesatuan
dalam buku cerita bergambar. Biasanya orang tua atau guru hanya membaca tulisan
yang tertera dalam buku cerita bergambar dan anak biasanya hanya melihat gambar
dalam buku. Pembaca harus dapat mulai membaca gambar tidak hanya membaca
tulisan saja karena gambar merupakan karya seni yang nyata bagi anak. Dari gambar
yang dilihat oleh anak secara perlahan akan menumbuhkan rasa cinta terhadap seni.
Yonagida dalam Hong (2008:154) menekankan bahwa buku cerita bergambar dalam
kehidupan manusia dibaca tiga kali yaitu pada saat anak masih kecil, orang dewasa,
dan orang yang sudah tua. jadi intinya adalah buku cerita bergambar tidak hanya
diperuntukan bagi anak saja.

Cerita bergambar merupakan sebuah kesatuan cerita disertai dengan gambar-gambar


yang berfungsi sebagai penghias dan pendukung cerita yang dapat membantu proses
pemahaman terhadap isi cerita tersebut. Menurut wikipedia the free encylopedia
dalam Ardianto (2007: 6) cerita bergambar adalah suatu bentuk seni yang
menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga
membentuk jalinan cerita. Gambar adalah suatu bentuk ekspresi komunikasi universal
yang dikenal khayalak luas. Melalui cerita bergambar diharapkan pembaca dapat
dengan mudah

menerima

informasi

dan

diskripsi ceritayang

hendak disampaikan.
b.Teknik Bercerita dengan Alat Peraga Buku Bergambar
Bercerita dengan alat peraga buku bergambar dikategorikan sebagai reading aloud
(membaca nyaring). Bercerita dengan media buku bergambar dipilih apabila guru
memiliki keterbatasan pengalaman (guru belum berpengalaman bercerita), guru
memiliki kekhawatiran kehilangan detail cerita, dan memiliki keterbatasan sarana
cerita, serta takut salah berbahasa.
Priyono dalam Musfiroh (2005: 142) menyatakan teknik-teknik membacakan cerita
dengan alat peraga buku cerita bergambar adalah sebagai berikut :
Pencerita sebaiknya membaca terlebih dahulu buku yang hendak dibacakan didepan
anak.Pencerita tidak terpaku pada buku, sebaiknya guru menperhatikan reaksi anak
saat membacakan buku tersebut.Pencerita membacakan cerita dengan lambat (slowly)
dengan kalimat ujaran yang lebih dramatik daripada urutan biasa.

Pada bagian-bagian tertentu, pencerita berhenti sejenak untuk memberikan komentar,


atau meminta anak-anak memberikan komentar mereka.Pencerita memperhatikan
semua anak dan berusaha untuk menjalin kontak mata. Pencerita sebaiknya sering
berhenti untuk menunjukan gambar-gambar dalam buku, dan pastikan semua anak
dapat melihat gambar tersebut.Pastikan bahwa jari selalu siap dalam posisi untuk
membuka halaman selanjutnya. Anak-anak yang kreatif mempunyai rasa ingin tahu
yang kuat, mereka akan selalu bertanya-tanya khususnya tentang kelanjutan cerita
yang dibacakan guru Pencerita sebaiknya malakukan pembacaan sesuai rentang atensi
anak dan tidak bercerita lebih dari 10 menit (Wright dalam Musfiroh, 2005: 143). Hal
ini bertujuan agar anak tidak bosan terhadap cerita yang disampaikan oleh peneliti.
Pecerita sebaiknya memegang buku disamping kiri bahu bersikap tegak lurus
kedepan. Saat tangan kanan pencerita menunjukan gambar, arah perhatian
disesuaikan dengan urutan cerita. Pencerita memposisikan tempat duduk ditengah
agar anak bisa melihat dari berbagai arah sehingga anak dapat melihat gambar secara
keseluruhan. Pencerita melibatkan anak dalam cerita supaya terjalin komunikasi
multiarah. Pencerita tetap bercerita pada saat tangan membuka halaman buku.
Pencerita sebaiknya menyebutkan identitas buku, seperti judul buku dan pengarang
supaya anak-anak belajar menghargai karya orang lain. Dengan guru

memahami

tema dan makna dari cerita yang disajikan kepada anak, dengan sendirinya kosa
kata anak menjadi bertambah. Kosa kata tersebut yang akan mendorong anak untuk
mengembangakan imajinasi dalam cerita yang dibuat oleh anak itu sendiri

berdasarkan cerita yang disajikan oleh guru sehingga mendorong anak untuk
menceritakan kembali cerita yang didengarnya menurut versinya sendiri.
c. Manfaat Metode Bercerita Untuk meningkatkan keterampilan
berbicara Bagi Anak
Cerita yang bagus tidak sekedar menghibur tapi juga mendidik sekaligus merangsang
berkembangnya komponen kecerdasan linguistik yang paling penting yakni
kemampuan menggunakan bahasa untuk mencapai sasaran praktis. Mendengar cerita
yang bagus bagi anak sama artinya dengan melakukan serangkaian kegiatan
fonologis, sintaksis, semantik dan pragmatik. Selain menyimak cerita, anak belajar
bagaimana bunyi-bunyian yang bermakna diujarkandengan benar, bagaimana katakata disusun secara logis dan mudah dipahami.Cerita mendorong anak bukan saja
senang menyimak cerita tetapi juga senang bercerita atau berbicara. Kemampuan
verbal anak lebih terstimulasi secara efektif pada saat guru melakukan semacam tes
pada anak untuk menceritakan kembali isi cerita. Disini anak belajar berbicara,
menuangkan kembali gagasan yang didengarkannya dengan gayanya sendiri. Anak
menyusun kata-kata menjadi kalimat dan menyampaikannya dengan segenap
kemampuaannya. Cerita membuat anak menyadari arti pentingnya berdialog dan
menuangkan gagasan melalui kata-kata yang baik.

B. Model Tindakan
Model Tindakan ini adalah Peneliian Tindakan Kelas, Menurut Mulyasa
(2002:15), penelitian tindakan kelas adalah kegiatan penelitian untuk mendapatkan

kebenaran dan praktis dengan cara melakukan tindakan secara kolaboratif dan
partisipatif.kolaboratif adalah adanya kolaborasi antara berbagain disiplin ilmu,
keahlian dan

profesi dalam memecahkan masalah , sedang

partisipatif adalah

dilibatkannya melaksanakan kegiatan , dan melakukan penilitian akhir.


Menurut carr dan kemmis dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah
suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh partisipan (guru, siswa atau kepala
sekolah)dalam situai-situasi sosial (termasuk pendidikan)untuk memperbaiki
rasionalias dan kebenaran.sedangkan menurut suyanto(1997)menjelaskan penelitian
tindakan kelas sebagai suatu bentuk peneliian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu,untuk memperbaiki atau

meningkatkan

praktek-praktek pembelajaran di dalam kelas secar a professional.oleh karenana PTK


sangat berkaitan dengan persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dialami
oleh pendidik.
Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti sebagai observer dan guru sebagai
kolabulator untuk meningkatkan berbicara anak, peneliti melakukan tindakan
perbaikan melalui metode bercerita .kegiatan ini sebagai salah satu cara peneliti unuk
meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui metode bercerita. Penelitian
tindakan kelas ini diharapkan mampu memperbaiki pelaksanaan pembelajaran, selain
itu juga untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak, meningkatkan professional
guru sebagai seorang pendidik.
Penelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan siklutas yang bersifat
menyeluruh dan berulang , dimana setiap siklusnya terdiri dari tahap-tahap perencaan

, penerapan tindakan, pengamatan dan evaluasi proses hasil evaluasi dan refleksi.
Menurut hopkinds dalam ishak, jika terdapat masalah dalam refleksi maka dilakukan
proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya sehingga permasalahan dapat
teratasi. Metode dan desain penelitian mengacu pada teori PTK Kemmis dan Taggart
yang menggunakan system spiral.
Tahap-tahap penelitian yang dilakukan adalah:
1. Orientasi
Pada tahap ini peneliti melakukan orientasi atau sudi pendahuluan dengan
cara mengidentifikasi awal masalah

untuk mengetahui gambaran pelaksanaan

pembelajaran berbicara yang terdapat di TK Al-Barokah babakan cikao purwakarta.


2. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan persiapan mengajar mulai dari:
a. Pembuatan RKH
b. Menyiapkan Media Pembelajaran
c. Pembuatan pedoman Observasi, Pedoman wawancara dan angket serta
pertanyaan untuk jurnal.

3. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan peneliian tindakan kelas sesuai
rencana yang disusun. Penelii mengajar berdasarkan hasil kesepakatan bersama-sama.
Dalam penerapan tindakan ini peneliti mengikuti petunjuk-petunjuk yang telah

disusun dalam rencana pembelajaran mengenai penggunaan metode berbicara pada


anak PAUD.
4. Pengamatan
Pengamatan diujukan untuk memantau proses dampak perbaikan.kegiatan
observasi pada intinya bersamaan dengan kegiatan tindakan.kegiatan ini dilakukan
oleh observer dengan menggunakan lembar pengamatan. Format lembar pengamatan
berisi tentang hal-hal atau tindakan yang harus dilakukan dalam pembelajaran yang
isinya adalah bagaimana caranya meningkatkan kemampuan berbicara anak.
5. Tahap Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan analisis, interpensi dan evaluasi terhadap semua
informasi yang diperoleh dari penelitian tindakan.refleksi dilakukan pada saat
memikirkan tindakan yang akan di gunakan, ketika tindakan berlangsung , dan
setelah tindakan dilakukan.data yang telah terkumpul dalam kegiatan observasi, harus
secepatnya

dianalisis

.segala

kejadian

selama

tindakan

berlangsung

yang

menyebabkan munculnya sesuatu diharapkan atau tidak diharapkan direfleksikan


kembali.
Analisis data dilakukan setelah selesainya satu paket perbaikan untuk dapat
menjawab hipotesis perbaikan. Refleksi merupakan evaluasi tentang proses
pembelajaran yang sudah dilakukan. Refleksi dilakukan terhadap indikator
keberhasilan pembelajaran yaitu anak mencapai ketuntasan individual jika 70% dan
ketuntasan klasikal jika 80% hasil observasi akivitas tutor dan anak berada dalam
kategori baik.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dengan
menggunakan metode bercerita di kelompok B di TK Al-Barokah
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian

ini

dilaksanakan

di

TK

AL-BAROKAH

Kec.Babakan

Cikao

Purwakarta.adapun objek penelitiannya adalah semua anak dari kelompok B


sebanyak 20 anak , Penelitian direncanakan pada bulan januari sampai dengan
februari 2016.
C. .Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas(PTK). Metode ini digunakan untuk memecahkan masalah yang terjadi yaitu
mengembangkan keterampilan berbicara anak dengan melihat beberapa indicator
antara lain meningkatkan bahasa anak, meningkatkan berbicara anak, dan
meningkatkan keberanian anak untuk tampil berbicara.

Untuk melihat ketercapaian indikator-indikator tersebu, maka peneliti


menggunakan beberapa instrumen penelitian yaitu lembar observasi, lembar
psikomotor, dan lembar wawancara. Selama proses pembelajaran peneliti melakukan
observasi untuk mengetahui perkembangan ketercapaian indikator.pengisian lembar
observasi dilakukan beberapa kali untuk melihat kemajuan dari perkembangan
kemampuan anak.
Pada akhir penelitian, peneliti mengevaluasi hasil dengan menggunakan
lembar observasi, dan wawancara yang kemudian hasilnya menentukan kesimpulan
dari penelitian yang selama ini dilakukan. Adapun prosedur dalam penelitian tindakan
kelas ini melipui:perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi dalam
setiap siklus dapat digambarkan sebagai beriku:
D. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan merupakan tahap awal yang harus dilakukan sebelum
melakukan sesuatu. Dengan menggunakan metode bercerita dalam kegiatan
pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak.
Scenario pembelajaran yang akan dilakukan dalam siklus I:
A. Apresiasi tentang isi buku bergambar yang akan disampaikan kepada siswa
menggunakan metode bercerita guna melatih berbicara pada anak.
B. Guru menceritakan isi dari buku bergambar dengan gerak gerik dan mimik.
C. guru membawakan lagu sesuai isi cerita(dengan diikuti anak)
D. Guru memberikan kesempatan kepada anak maju kedepan kelas untuk
menceritakan kembali isi buku bergambar tersebut.
E. Guru kepada siswa secara berkelompok maju kedepan kelas untuk
menyebutkan gambar yang ada di buku cerita tersebut.

F. guru mengajak siswa bernyayi bersama-sama.


G. Guru mengulas kembali isi buku tersebut dengan bertanya jawab kepada
siswa.
H. Ketika guru melakukan Tanya jawab dengan siswa, guru mengadakan
observasi secara langsung siswa yang aman ketika guru bertanya tidak
menjawab guru secara khusus memanggil namanya untuk menjawab
pertanyaan dari guru.
Skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus 2:
A. Apresiasi tentang isi buku bergambar yang di sampaikan kepada siswa
menggunakan media gambar lebih dari satu.
B. Guru memceritakan isi buku bergambar dengan menggunakan media dengan
kata-kata baru yang ada dalam buku bergambar yang diberikan kepada anak
secara keseluruhan.
C. Guru menceritakan isi cerita dengan gerak gerik sesuai gambar beserta tema.
D. Guru mengulangi semua yang telah di sampaikan dari buku cerita tersebut
dengan menyebutkan satu persatu kemudian anak-anak dianjurkan untuk
mengikuti bersama-sama dengan guru.
E. .Guru mengucapkankan satu persatu isi gambar dari buku cerita, kemudian
diikuti oleh anak-anak.pengucapan perlu diulang-ulang sampai anak dapat
memahami kalimat tersebut.
F. Guru menjelaskan isi gambar yang telah diucapkan kepada anak sehingga
anak paham.
G. Guru memberi kesempatan kepada anak untuk maju kedepan kelas untuk
menceritakan isi dari buku cerita dan menyebutkan isi gambar tersebut.
H. Guru mengajak anak bernyanyi bersama-sama
I. Guru mengulas kembali tentang isi buku cerita tersebut dengan Tanya jawab
dengan siswa.

J. Ketika guru melakukan Tanya jawab dengan siswa, guru mengadakan


observasi secara langsung siswa yang aman ketika guru bertanya tidak
menjawab guru secara khusus memanggil namanya untuk menjawab
pertanyaan dari guru.
Pada saat penyusunan guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam
pembelajaran dengan menggunakan media gambar buku cerita.media yang di
gunakan yaitu buku cerita bergambar, dan gambar yang telah di buat dari keras karton
sesuai yang ada di buku cerita.penyusunan instrument yang mendukung penelitian ini
sedapat mungkin detail, seperti membuat lembar pengamat, kolom penilaian siswa
dan lain-lain.
i. Pelaksanaan Tindakan
pelaksanaan tindakan merupakan penerapan dan perencanaan yang dibuat
berupa metode pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki atau
menyempurnakan metoode yang telah dilakukan.pada siklus pertama akan dilakukan
pada minggu kedua di bulan januari.pada siklus kedua pun sama akan dilaksanakan
pada minggu itu juga namun beda hari, karena keterbatasan waktu yang dimiliki. Dan
akhir siklus ketiga dilaksanakan pasa minggu ke satu bulan januari 2016.
ii. Observasi
observasi tindakan adalah kegiatan pengamatan terhadap siswa yang
dilakukan pada waktu penelitian dilaksanakan. Ketika melakukan pengamatan, guru
mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat
untuk perbaikan siklus berikutnya. Data yang terkumpul harus segera dicatat pada

catatan lapangan. Disamping data yang dikumpulkan perlu dicatat gagasan-gagasan


dan kesan-kesan yang muncul dan segala sesuatu yang sebenarnya terjadi. Ada
macam meode observasi yang digunakan:
a. Observasi terbuka, dimana pengamat tidak menggunakan lembar observasi
melainkan hanya menggunakan kertas kosong untuk merekam hasil
pengamatan.
b. .Observasi terstruktur, dimana peneliti sudah menyiapkan rumusan lembar
pengamatan sehingga hanya memberi tanda ceklis pada penilaian.
Pada penilaian ini guru untuk mengumpulkan data ini menggunakan observasi
siswa di kelompok B, wawancara dngan guru dan kepala sekolah, pengukuran
kemampuan awal anak serta kemampuan sesudah dilakukan perbaikan yang dinilai
dalam bentuk penilaian proses belajar dan lembar psikomotor yang melihat
kemampuan dalam berbagai aspek pembelajaran.setelah itu baru kelihatan hasil yang
diamatinya, sehingga diolah menjadi rekapitulasi data yang dihasilkan.
iii.

Refleksi
refleksi adalah pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian

ujuan akhir yang akhirnya dicetuskan dalam pencapaian berbagai tujuan


sementara.Refleksi ini adalah perbaikan yang digunakan untuk siklus kedepannya
bisa berhasil, biasanya memperbaiki kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar
dan mungkin bisa berunding dengan guru yang lain agar ada perbaikan yang
diharapkan hasil belajar yang maksimal.
E. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

A. Sumber Data
Sumber data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini diambil
secara langsung dari pihak yang terkait langsung dengan penelitian ini , diantaranya:
1. Anak kelompok B TK Al-Barokah sebagai subjek penelitian
2. Guru kelompok B K Al-Barokah sebagai sumber informasi , dimana beliau lebih
mengenal tentang perkembangan siswa.
3. Pihak lain yang berhubungan dengan anak , misalnya orangtua siswa.
B. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan ini teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan 3 cara,yaitu:
1. Wawancara
Metode wawancara ini adalah metode dengan cara mengumpulkan data yang
mengharuskan peneliti mengadakan Tanya jawab dengan sumber data baik dalam
situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi yang disengaja dibuat untuk keperluan
tersebut berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada guru berupa mengenai
pembelajaran kreativitas anak dan kendala yang dihadapi.
2. Observasi
Observasi sering disebut sebagai metode pengamatan secara langsung.dan untuk
mendapatkan observasi secara sistematis peneliti harus memiliki latar belakang
tentang objek penelitian, mempunyai ancer-ancer teori dan sikap objektif.yaitu yang
diobservasi dalam penelitian ini dipusatkan pada proses dan hasil tindakan
pembelajaran beserta peristiwa yang melingkupnya. Langkah-langkah observasi

meliputi

perencanaan,

pelaksanaan

dan

pembahasan

dalam

meningkatkan

kemampuan berbicara anak melaui metode gambar.


3. Lembar Psikomotor
Merupakan lembar yang menggambarkan segala aktifitas anak selama melakukan
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media gambar.lembar ini diisi oleh
peneliti dan dari lembar ini akan diperoleh gambaran mengenai kemampuan berbicara
anak selama melakukan pembelajaran dengan metode bercerita.

Anda mungkin juga menyukai