Anda di halaman 1dari 87

TINJAUAN KEBIJAKAN BANK DALAM MELAKUKAN

RESTRUKTURISASI KREDIT BERDASARKAN PERATURAN


OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 TAHUN 2020 GUNA
MENGHINDARI KREDIT MACET DI MASA PANDEMI COVID-
19(STUDI KASUS BANK BPR NBP 34 PEMATANGSIANTAR)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana


Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

ROBIN RONALDO SIHOMBING


NIM: 170200266
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Robin Ronaldo Sihombing


Nim : 170200266
Departemen : Hukum Ekonomi
Judul Skripsi :TINJAUAN KEBIJAKAN BANK DALAM MELAKUKAN
RESTRUKTURISASI KREDIT BERDASARKAN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11
TAHUN 2020 GUNA MENGHINDARI KREDIT MACET DI
MASA PANDEMI COVID-19 (STUDI KASUS BANK BPR
NBP 34 PEMATANGSIANTAR)
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini benar merupakan

hasilpenelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri, bebas dari

peniruan terhadap karya orang lain. Kutipan pendapat dan tulisan orang lain saya

akan mencantumkan sumber yang jelas dan ditulis sesuai dengan cara-cara

penulisan karya ilmiah yang berlaku.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila

dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan

ini, dan bentuk-bentuk peniruan lain yang dianggap melanggar peraturan, maka

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Medan, Maret 2021


Penulis

Robin Ronaldo Sihombing


NIM: 170200266

Universitas Sumatera Utara


KATA PENAGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

hikmat dan rahmatNya sehingga skripsi ini dapat dengan lancar diselesaikan

dengan judul “TINJAUAN KEBIJAKAN BANK DALAM MELAKUKAN

RESTRUKTURISASI KREDIT BERDASARKAN PERATURAN

OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 TAHUN 2020 GUNA

MENGHINDARI KREDIT MACET DI MASA PANDEMI COVID-19

(STUDI KASUS BANK BPR NBP 34 PEMATANGSIANTAR).”

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi dan memenuhi tugas dan

syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara dimana

hal tersebut merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/i yang ingin

menyelesaikan perkuliahannya.Dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

kekurangan-kekurangan dari segi substansi maupun kata-perkata, sehingga masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang

membangun agar kemudian skripsi ini menjadi lebih baik adanya.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan para

pihak, sehingga dalam kesempatan ini, dengan rendah hati dan tanpa mengurangi

rasa hormat menyampaikan terima kasih kepada para pihak yang telah

memberikan bantuan secara moril dan materil secara langsung maupun tidak

langsung terhadappenulisan skripsi ini. Dalam kesempatan ini menyampaikan

terima kasihyang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas

HukumUniversitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


2. Prof. Dr. Saidin, S.H., M.Hum., Selaku Wakil Dekan I Fakultas

HukumUniversitas Sumatera Utara

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., Selaku Wakil Dekan II

FakultasHukum Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., Selaku Wakil Dekan III Fakultas

HukumUniversitas Sumatera Utara.

5. Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., Selaku Ketua Departemen

Hukum Ekonomi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Tri Murti Lubis, S.H., M.H., Selaku Sekretaris Departemen

Hukum Ekonomi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Prof. Sunarmi, S.H., M.Hum., Selaku Dosen Pembimbing 1 dalam

penulisan skripsi ini.

8. Dr. Marianne Ketaren, S.H., M.Kn., Selaku Dosen Pembimbing 2

dalam penulisan skripsi ini.

9. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum., Selaku Dosen Penasihat

Akademik selama menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

10. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan, arahan, dan

ilmu yang berguna selama menjalani perkuliahan maupun selama

proses penyelesaian penelitian ini.

11. Ucapan terima kasih yang teristimewa untuk kedua orang tua,

Ayahanda Robert P. Sihombing, S.H., Ibunda Tiarmaida Hutabarat.

ii

Universitas Sumatera Utara


Yang membesarkan dan mendoakan hingga pada saat ini dapat

menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

12. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini dengan baik, serta teman-teman yang masih

berkomunikasi baik.

13. Keluarga besar Ikatanan Mahasiswa Departemen Hukum Ekonomi

(IMAHMI) Universitas Sumatera Utara.

14. Keluarga besar Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)

Komisariat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

15. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat diucapkan satu per satu yang

telah turut andil, mendukung, serta membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Demikianlah yang dapat disampaikan, akhir kata dengan segenap

kerendahan hati diharapkan agar skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi

kita semua yang membacanya, khususnya dalam praktik Restrukturisasi Kredit

pada Bank di Indonesia.

Medan, Maret 2021

Hormat Penulis

ROBIN RONALDO SIHOMBING

NIM: 170200266

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. iv

ABSTRAK………………………………………………………………………vi

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………...... 1

A. Latar Belakang………………………………………………….... 1

B. Rumusan Masalah………………………………………………... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan…………………………………… 6

D. Keaslian Penulisan……………………………………………….. 7

E. Tinjauan Pustaka…………………………………………………. 9

F. Metode Penelitian……………………………………………….. 19

G. Sistematika Penulisan…………………………………………… 24

BAB II KEBIJAKAN YANG DILAKUKAN BANK DALAM


MERESTRUKTURISASI KREDIT………………………….26

A. Restrukturisasi Kredit…………………………………………… 26

B. Bentuk-Bentuk Restrukturisasi Kredit………………………….. 28

C. Restrukturisasi Sebagai Kebijakan Guna Menghindari Kredit

Macet……………………………………………………………. 44

BAB III PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT DALAM


RANGKA MENGATASI KREDIT MACET DI BANK BPR
NBP 34 PEMATANGSIANTAR……………………………... 47

A. Kredit Macet…………………………………………………….. 47

B. Gambaran Umum Bank BPR NBP 34 Pematangsiantar………...53

C. Ukuran Menentukan Kredit Macet Yang Layak Dilakukan

Restrukturisasi…………………………………………………... 55

iv

Universitas Sumatera Utara


D. Proses Restrukturisasi Kredit di Bank BPR NBP 34

Pematangsiantar………………………………………………… 57

BAB IV KENDALA DALAM MELAKSANAKAN


RESTRUKTURISASI KREDIT………………….................... 63

A. Kendala Dalam Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit Pada Bank

BPR NBP 34 Pematangsiantar………………………………….. 63

B. Pemberlakuan Kebijakan Baru Setelah Masa Restrukturisasi Kredit

Berakhir…………………………………………………………. 65

BAB V PENUTUP……………………………………………………… 69

A. Kesimpulan……………………………………………………... 69

B. Saran…………………………………………………………….. 71

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..……… 73

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Robin Ronaldo Sihombing1
Sunarmi2
Marianne Magda3

Pandemi virus corona menyebabkan terganggunya sistem perekonomian


dunia termasuk di Indonesia. Pemerintah menerapkan kebijakan Work From
Home (WFH) pada setiap warga negaranya, sehingga distribusi barang dan jasa
khususnya pada pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) terganggu bahkan
terhenti yang menyebabkan pelaku UMKM yang mempunyai utang pada bank
mengalami penurunan kemampuan bayar terhadap bank, sehingga memungkinkan
terjadinya kredit macet pada bank. Pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan
mengeluarkan kebijakan untuk menekan dampak virus corona terhadap sistem
perekonomian nasional melalui POJK Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Stimulus
Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran
Coronavirus Disease-2019 . Salah satu kebijakan tersebut adalah restrukturisasi
kredit bagi debitur yang mengalami kesulitan pembayaran utang kepada bank.
Skripsi ini meneliti tentang kebijakan yang dilakukan oleh bank dalam
melaksanakan restrukturisasi kredit berdasarkan POJK Nomor 11 Tahun 2020
dengan studi lapangan di Bank BPR NBP 34 Pematangsiantar. Dengan
menggunakan metode penelitian hukum empirisyaitu memperoleh data
berdasarkan riset di lapangan yang berupa wawancara kepada pegawai Bank BPR
NBP 34 Pematangsiantar. Serta melalui peninjauan yuridis terhadap norma-norma
dan literatur yang berkaitan dengan aspek-aspek restrukturisasi kredit.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan yang dilakukan oleh
Bank BPR NBP 34 Pematangsiantar yaitu memberikan relaksasi pembayaran
utang terhadap nasabah (debitur) yang terdampak pandemi virus corona. Adapun
relaksasi pembayaran utang tersebut diberikan selama 6 bulan dengan bentuk
pengurangan tunggakan berdasarkan kemampuan bayar si nasabah.

Kata kunci: Restrukturisasi Kredit, Kredit Macet, Pademi covid-19

1
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
2
Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera utara
3
Dosen Pembimbing II, staf Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

vi

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dampak dari wabah virus corona (covid-19) tidak hanya merugikan sisi

kesehatan. Virus yang bermula dari Kota Wuhan, Tiongkok, ini bahkan turut

mempengaruhi perekonomian negara-negara di seluruh dunia, tak terkecuali

Indonesia. Ekonomi global dipastikan melambat, menyusul penetapan dari WHO

yang menyebutkan wabah corona sebagai pandemi yang mempengaruhi dunia

usaha. Di Indonesia, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menekan

dampak virus corona terhadap industri.Beberapa langkah stimulus ekonomi mulai

dilakukan, bahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mewajibkan semua pihak

menerapkan social distancing, termasuk bekerja dari rumah (WFH), dan beberapa

kepala daerah memutuskan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di

rumah. Salah satu langkah yang diterapkan di Indonesia adalah PSBB

(pembatasan sosial skala besar), yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 21 Tahun 2020 yang dilaksanakan oleh Jakarta, Bandung, Surabaya serta

provinsi dan kota lain yang memiliki potensi komunikasi yang besar. Akibat

upaya membatasi dan memutus rantai penularan Covid-19, berdampak pada

semua sektor.4

Pemberlakuan kebijakan lockdown di berbagai negara menjadi

penghambat aktivitas ekonomi seperti ekspor-impor. Menurunnya daya beli

masyarakat terlebih dengan adanya pemberlakuan social distancing membuat para

4
Riant Nugroho, Dampak Covid-19 Pada Ekonomi, (Jakarta: Yayasan Rumah Reformasi
Kebijakan, 2020), hlm. 6

Universitas Sumatera Utara


pengusaha serta pelaku usaha mikro kecil menengah(UMKM) juga terkena

dampaknya. Tekanan yang dihadapi pelaku UMKM terlebih bagi mereka yang

memperoleh modal usaha dari kredit kepada bank mengalami kesulitan dalam

memenuhi kewajiban pembayaran kredit, sehingga berpotensi mengganggu

kinerja perbankan dan stabilitas sistem keuangan yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi. UMKM memegang peranan penting dalam struktur

perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Bank Indonesia, pada 2016 sektor

UMKM mendominasi 99,9% unit bisnis di Indonesia. Dari angka tersebut, jenis

usaha mikro paling banyak menyerap tenaga kerja hingga 87%. Penurunan yang

signifikan ini dirasakan oleh sejumlah pelaku UMKM sejak ancaman virus corona

merebak, perputaran bisnis terganggu karena omset menurun.5

Kredit bermasalah ialah kredit yang tergolong kredit kurang lancar, kredit

diragukan, dan kredit macet. Istilah kredit bermasalah telah digunakan Perbankan

Indonesia sebagai terjemahan problem loan yang merupakan istilah yang sudah

lazim digunakan di dunia internasional. Istilah lain dalam bahasa Inggris yang

biasa dipakai bagi istilah kredit bermasalah adalah non-performing

loan.Berdasarkan pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kredit macet

merupakan bagian dari kredit bermasalah. Kredit bermasalah pada mulanya

diawali terjadinya wanprestasi (ingkar janji), dimana debitur tidak mau atau tidak

mampu memenuhi janji yang telah dibuatnya dalam perjanjian kredit. 6 Tingkat

kesehatan bank salah satunya diukur dari tingkat rasio kredit bermasalah (non-

5
Cakti Indra Gunawan, Anomali Covid-19: Dampak Positif Virus Corona Untuk Dunia,
(Purwokerto: CV IRDH, 2020), hlm. 39-40
6
Iswi Hariyani, Credit Top SecretBuku Pintar Perjanjian Kredit & Penyelesaian Piutang
Macet,I, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2018), hlm. 89

Universitas Sumatera Utara


performingloan) atau biasa dikenal sebagai “Rasio NPL”. 7 Rasio NPL menjadi

indikator dalam menilai kinerja bank. Semakin rendah NPL maka bank dapat

dikategorikan sehat. Jika NPL tinggi maka tingkat risiko yang dipikul oleh bank

juga tinggi dikarenakan uang yang telah disalurkan bank kepada debitur tidak

kembali. Untuk menyelesaikan kredit bermasalah atau non-performing loan itu

dapat ditempuh dua cara atau strategi yaitu penyelamatan kredit dan penyelesaian

kredit. Yang dimaksud dengan penyelamatan kredit adalahproses negosiasi ulang

antara bank sebagai kreditur dan nasabah sebagai debitur untuk menyelesaikan

kredit bermasalah, sedangkan penyelesaian kredit adalah suatu langkah

penyelesaian kredit bermasalah melalui lembaga hukum. 8 Untuk mengatasi risiko

gagal bayar akibat kejadian diluar dugaan tersebut serta untuk menstabilkan

perekonomian, pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan

kebijakan restrukturisasi kredit melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan

Countercyclycal Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019.

Dalam praktik perbankan, jika debitur melakukan wanprestasi, dan

portofolio kreditnya menjadi bermasalah, maka pihak bank pertama kali akan

melakukan upaya penyelamatan kredit melalui tiga tahap, yaitu:

a). Penjadwalan kembali (rescheduling).

b). Persyaratan kembali (reconditioning).

c). Penataan kembali (restructuring).9

7
Iswi Hariyani, Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet, II, (Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2010) hlm. 35-36.
8
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009) hlm. 76
9
Iswi Hariyani I, Op. Cit., hlm. 92

Universitas Sumatera Utara


Sebagai salah satu upaya meminimalkan potensi kerugian akibat kredit

bermasalah, maka bank dapat melakukan restrukturisasi kredit terhadap debitur


10
yang masih memiliki prospek usaha dan kemampuan membayar.

Restrukturisasi kredit sesuai PBI Nomor 14/15/PBI/2012 Pasal 1 angka 26,

diartikan sebagai upaya perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan

perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi

kewajibannya, yang dilakukan antara lain melalui:

a). Penurunan suku bunga kredit.

b). Perpanjangan jangka waktu kredit.

c). Pengurangan tunggakan bunga kredit.

d). Pengurangan tunggangan pokok kredit.

e). Penambahan fasilitas kredit.

f). Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara.

Berdasarkan Pasal 52 PBI No 14/15/PBI/2012 Bank hanya dapat melakukan

restrukturisasi kredit terhadap debitur yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a). Debitur mengalami kesulitan pembayaran pokok dan/atau bunga kredit; dan

b). Debitur masih memiliki prospek usaha yang baik dan dinilai mampu

memenuhi kewajiban setelah kredit direstrukturisasi.

Penataan kembali (restructuring), yaitu mengubah syarat-syarat perjanjian

kredit dalam bentukpemberian tambahan kredit, atau melakukan konversi atas

seluruh atau sebagian kredit menjadi perusahaan, yang dilakukan dengan atau

tanpa rescheduling dan/atau reconditioning.11 Restrukturisasi kredit atau

kelonggaran kredit merupakan salah satu bentuk intervensi pemerintah melalui

10
Iswi Hariyani I,Op. Cit., hlm. 170
11
Zainal Asikin, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015) hlm. 200

Universitas Sumatera Utara


OJK dalam mendorong fungsi intermediasi perbankan, juga menjaga stabilisasi

sistem keuangan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pemberian

restrukturisasi kredit yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

11 Tahun 2020 ini dapat diberikan kepada debitur (termasuk debitur UMKM)

yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban bank karena debitur atau

usaha debitur terdampak covid-19 baik secara langsung ataupun tidak langsung

pada sektor ekonomi antara lain pariwisata, transportasi, perhotelan perdagangan,

pengolahan, pertanian, dan pertambangan. Pada praktiknya Otoritas Jasa

Keuangan memberikan kebebasan kepada bank dalam menentukan skema

restrukturisasi kredit yang ditetapkan kepada para debitur. Penentuan skema yang

ditetapkan sangat tergantung atas penilaian bank terhadap kinerja keuangan

debitur maupun penilaian atas prospek usaha dan kapasitas membayar debitur

yang terdampak covid-19. Memperhatikan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

tersebut, bank khususnya BPR NBP 34 Pematangsiantar yang saya bahas dalam

skripsi ini melaksanakan restrukturisasi kredit sebagaimana dimaksud dalam

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja kebijakan yang dilakukan bank dalam merestrukturisasi kredit ?

2. Bagaimana pelaksanaan restrukturisasi kredit dalam rangka mengatasi kredit


macet di Bank BPR NBP 34 Pematangsiantar ?
3. Apa saja kendala dalam melaksanakan restrukturisasi kredit tersebut ?

Universitas Sumatera Utara


C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat

mendapatkan gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara. Namun berdasarkan rumusan permasalahan diatas, maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa saja kebijakan yang dilaksanakan oleh bank dalam

melakukan restrukturisasi kredit bagi nasabah yang mengalami kesulitan

untuk membayar utang nya kepada bank.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan restrukturisasi kredit berdasarkan Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11 Tahun 2020 khususnya di Bank BPR NBP

34 Pematangsiantar.

3. Untuk mengetahui kendala serta kesulitan yang dihadapi oleh pihak bank

dalam melakukan restrukturisasi.

Adapun manfaat penulisan yang dapat diambil dari penulisan skripsi ini

adalah sebagai berikut :

1. Manfaat dari segi teoritis:

Secara teoritis, pembahasan masalah ini dapat memberikan

pemahaman tentang kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan oleh bank dalam

merestrukturisasi kredit sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan,

selain itu dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca bagaimana itu

restrukturisasi kredit yang dilakukan di bank.

2. Manfaat dari segi praktis:

Universitas Sumatera Utara


Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

gambaran bagaimana pelaksanaan restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh

bank khususnya di BPR NBP 34 Pematangsiantar. Selain itu juga dapat

menjadi bahan masukan serta evaluasi bagi BPR NBP 34 Pematangsiantar

agar menjadi lebih baik kedepannya dalam pelayanannya.

D. Keaslian Penulisan

Dalam menyusun penelitian ini, penulis pada prinsipnya membuat dengan

melihat dasar-dasar yang telah ada baik dari buku melalui literatur yang penulis

temukan dari buku-buku, perpustakaan dan media massa baik media cetak

maupun media elektronik yang pada akhirnya penulis tuangkan dalam skripsi ini

serta ditambah lagi dengan riset penulis ke lapangan dan langsung melakukan

wawancara dengan pihak yang terkait.

Dalam penelitian yang berjudul “Tinjauan Kebijakan Bank Dalam

Melakukan Restrukturisasi Kredit Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 11 Tahun 2020 Guna Menghindari Kredit Macet Di Masa Pandemi Covid-

19 (Studi Kasus Bank BPR NBP 34 Pematangsiantar)” pada dasarnya belum

pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, meskipun ada beberapa penelitian

terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan judul penelitian ini. Adapun

penelitian terdahulu yang pernah dilakukan tersebut sebagai berikut:

1. Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Metode

Restrukturisasi Pada Kantor PT. Bank Sumut Medan (Khavieza Siregar,

130200213)

Rumusan masalah:

Universitas Sumatera Utara


a. Apakah penyebab terjadinya kredit bermasalah pada PT. Bank Sumut

Medan?

b. Apakah akibat terjadinya kredit bermasalah pada PT. Bank Sumut Medan?

c. Bagaimanakah upaya yang dilakukan PT. Bank Sumut Medan dalam

penyelesaian kredit bermasalah?

d. Bagaimanakah penyelesaian kredit bermasalah pada PT. Bank Sumut

Medan dengan metode restrukturisasi?

2. Akibat Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Penyelesaian Kredit Bermasalah

Melalui Restrukturisasi Kredit Pada Bank Cimb Niaga (EDDY SAPUTRA,

117011088/M.Kn).

Rumusan masalah:

a. Bagaimana kriteria penentuan kredit bermasalah yang dapat dilakukan

restrukturisasi pada Bank CIMB Niaga Cabang Medan?

b. Apakah hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan restrukturisasi

kredit bermasalah pada Bank CIMB Niaga Cabang Medan?

c. Bagaimana akibat hukum terhadap nasabah dengan

terjadinya restrukturisasi kredit bermasalah pada Bank CIMB Cabang

Medan?

3. Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit Macet Berdasarkan Peraturan Bank

Indonesia Dan Hambatannya Pada PT Bank Rakyat Indonesia Cabang Binjai

(NOVRILANIMISY 127005050 / HK)

Rumusan masalah:

a. Bagaimana pengaturan tentang restrukturisasi kredit macet dalam praktik

perbankan?

Universitas Sumatera Utara


b. Apakah ukuran untuk menentukan kredit macet yang layak untuk

dilakukan restrukturisasi?

c. Apakah hambatan-hambatan dalam proses restrukturisasi kredit macet di

Bank Rakyat Indonesia Cabang Binjai?

Skripsi yang ditulis oleh penulis adalah merupakan dari buah pikiran

penulis sendiri dengan melihat dari fenomena yang terjadi pada saat ini dan dari

beberapa sumber-sumber yang ada. Penulisan skripsi ini murni dikerjakan sendiri

dan dapat dibuktikan berdasarkan pemeriksaan serta penelusuran kepustakaan

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tanggal 19 Oktober 2020, judul

yang diangkat menjadi skripsi ini belum pernah ditulis sebelumnya di Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi

ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini memperoleh bahan tulisannya dari buku-buku, jurnal-jurnal,

informasi dari internet, dan wawancara. Untuk menghindari penafsiran ganda,

maka penulis memberikan penegasan batasan pengertian dari judul penelitian

yang diambil dari sudut ilmu hukum, penafsiran secara etimologis, maupun

pendapat dari para sarjana terhadap beberapa pokok pembahasan maupun materi

yang akan dijabarkan dalam skripsi ini atara lain yaitu :

1. Bank

Bank yang dimaksud dalam skripsi ini adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-

Universitas Sumatera Utara


bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 12

Dalam studi kasus yang saya bahas pada skripsi ini terkhusus bagi Bank

Perkreditan Rakyat. Yang dimaksud Bank Perkreditan Rakyat adalah bank

yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan

Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran13

2. Pandemi

Pandemi yang dimaksud dalam skripsi ini adalah wabah yang

berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografis yang luas.

Pandemi merupakan epidemi yang menyebar hampir di seluruh negara atau

benua, biasanya mengenai banyak orang. Contoh penyakit yaang menjadi

pandemi adalah Coronavirus disease 2019 (Covid-19).14

3. Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga Negara yang dibentuk

berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi

menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi

terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan baik di sektor

perbankan, pasar modal, dan sektor jasa keuangan non-bank seperti Asuransi,

Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya.

Secara lebih lengkap, OJK adalah lembaga independen dan bebas dari campur

tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,

12
Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
13
Pasal 1 ayat 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
14
Itjen Kemendikbud, Memahami Istilah Endemi, Epidemi, dan Pandemi,
https://itjen.kemdikbud.go.id/public/post/detail/memahami-istilah-endemi-epidemi-dan-pandemi,
diakses pada tanggal 6 Desember 2020 pukul 22:15 WIB.

10

Universitas Sumatera Utara


pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam

Undang-undang Nomor 21 tersebut. Tugas pengawasan industri keuangan

non-bank dan pasar modal secara resmi beralih dari Kementerian Keuangan

dan Bapepam-LK ke OJK pada 31 Desember 2012. Sedangkan pengawasan di

sektor perbankan beralih ke OJK pada 31 Desember 2013 dan Lembaga

Keuangan Mikro pada 2015.15

Dasar Hukum, Status, dan Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan. Secara

yuridis pembentukan Undang-Undang OJK dilandasi oleh Undang-Undang

No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia. Hal ini secara tegas diatur dalam

Pasal 34 Undang-Undang No. 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia yang

mengamanatkan pembentukan lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang

mencakup perbankan, asuransi, dana pension, sekuritas, modal ventura dan

perusahaan pembiayaan serta badan-badan lain yang menyelenggarakan

pengelolaan dana masyarakat. Selengkapnya bunyi ketentuan Pasal 34

Undang-Undang No. 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia adalah:

a. Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor

jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan Undang-Undang.

b. Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1

akan dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2002.

Status Otoritas Jasa Keuangan, menurut ketentuan Pasal 2 ayat (2) UU

OJK dikatakan bahwa, “OJK adalah lembaga yang independen dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain,

kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini”.

15
https://www.ojk.go.id/id/Pages/FAQ-Otoritas-Jasa-Keuangan.aspx, diakses pada 11
Februari 2021 pukul 16:42

11

Universitas Sumatera Utara


Lebih lanjut, dalam bagian penjelasan UU OJK disebutkan bahwa, “Otoritas

Jasa Keuangan dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada diluar

pemerintah. Jadi, seharusnya tidak terpengaruh oleh pemerintah

(independen).” Berdasarkan penjelasan diatas menunjukkan bahwa status

kelembagaan OJK adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan

tugas dan wewenangnya, sehingga secara yuridis bebas dari campur tangan

pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam UU OJK. 16

Independensi OJK tercermin dalam kepemimpinan OJK. Secara orang

perseorangan, pimpinan OJK memiliki kepastian masa jabatan dan tidak dapat

diberhentikan, kecuali memenuhi alasan yang secara tegas diatur dalam

Undang-Undang OJK. Di samping itu, untuk mendapatkan pimpinan OJK

yang tepat, dalam Undang-Undang OJK diatur juga mekanisme seleksi yang

transparan, akuntabel, dan melibatkan partisipasi public melalui suatu panitia

seleksi yang unsur-unsurnya terdiri atas pemerintah, Bank Indonesia, dan

masyarakat sektor jasa keuangan. Berkaitan dengan independensi OJK ini,

Rimawan Pradiptyo mengatakan bahwa meski secara normatif disebutkan

bahwa OJK adalah lembaga independen, pada beberapa kalangan masih

timbul keraguan akan independensi OJK tersebut. Dalam pelaksanaanya, OJK

dipimpin oleh dewan komisioner yang terdiri dari sembilan orang anggota

sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (1) UU OJK. Komposisi dewan

komisioner (DK) yang akan ditempati oleh mantan pegawai lembaga

16
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia edisi kedua, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2005), hlm. 221

12

Universitas Sumatera Utara


keuangan tertentu, menjadi dasar adanya keraguan bahwa OJK akan benar-

benar independen.17

Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan. Dalam menjalankan

tugas dan wewenangnya, OJK berlandaskan Asas-asas Umum Pemerintahan

yang Baik (Good Coorporate Governance). Bank Indonesia memberikan

pengertian tentang pemerintahan yang baik adalah sebagai suatu hubungan

yang sinergis dan konstruktif di antara negara, sektor swasta, dan

masyarakat.18 Asas-asas tersebut adalah independensi, kepastian hukum,

kepentingan umum, keterbukaan, profesionalitas, dan integritas. Tujuan OJK

adalah agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara

secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, mampu mewujudkan sistem

keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil serta mampu

melindungi kepentingan konsumen. Fungsi OJK adalah untuk

menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi

terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. OJK diberikan

kewenangan dalam melaksanakan tugasnya sebagai regulator dan pengawas di

sektor perbankan, pasar modal, dan perasuransian, dana pensiun, lembaga

pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya. 19

Mengenai tujuan OJK dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 4 UU OJK.

Selengkapnya ketentuan Pasal 4 berbunyi sebagai berikut “OJK dibentuk

dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan didalam sektor jasa keuangan: a.

17
Ibid, hlm. 221-222.
18
Sofian Efendi, Membangun Martabat Manusia: Peran Ilmu-ilmu Sosial dalam
Pembangunan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996), hlm. 47
19
Mirza Nasution, ”Indepedensi Otoritas Jasa Keuangan”, Seminar tentang Sosialisasi
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Medan, 19 Juni 2012,
hlm. 4

13

Universitas Sumatera Utara


Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel; b. Mampu

mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil;

dan c. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.”20

Adapun mengenai fungsi OJK ditentukan dalam Pasal 5 UU OJK.

Pasal ini selengkapnya berbunyi “OJK berfungsi menyelenggarakan sistem

pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan

didalam sektor jasa keuangan.”21

Tugas OJK lebih lanjut diatur dalam ketentuan Pasal 6 UU OJK yang

menyatakan bahwa “OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan

terhadap: a. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan; b. Kegiatan jasa

keuangan di sektor Pasar Modal; dan c. Kegiatan jasa keuangan di sektor

Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa

Keuangan Lainnya.”22

Ketentuan Pasal 7 UU OJK menyatakan bahwa “Untuk melaksanakan

tugas pengaturan dan pengawasan di sektor Perbankan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 6 huruf a, OJK mempunyai wewenang: a. Pengaturan dan

pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi: 1). Perizinan untuk

pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja,

kepemilikan, kepengurusan, dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi

dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan 2). Kegiatan usaha

bank, antara lain sumber dana, penyedia dana, produk hibridasi, dan aktivitas

di bidang jasa; b. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang

meliputi: 1). Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas asset, rasio

20
Pasal 4 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
21
Pasal 5 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
22
Pasal 6 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

14

Universitas Sumatera Utara


kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio

pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank; 2). Laporan bank yang

terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; 3). Sistem informasi debitur; 4).

Pengajuan kredit (credit testing); dan 5). Standar akuntansi bank; c.

Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi: 1).

Manajemen risiko; 2). Tata kelola bank; 3). Prinsip mengenal nasabah dan anti

pencucian uang; 4). Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan

perbankan; dan 5). Pemeriksaan bank.”23

Berkaitan dengan ketentuan diatas, menurut ketentuan Pasal 8 UU

OJK dikemukakan bahwa “Unutk melaksanakan tugas pengaturan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, OJK mempunyai wewenang: a.

Menetapkan peraturan pelaksana undang-undang ini; b. Menetapkan peraturan

perundang-undangan di sektor jasa keuangan; c. Menetapkan peraturan dan

keputusan OJK; d. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa

keuangan; e. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK; f.

Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap

Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu; g. Menetapkan peraturan

mengenai tata cara penetapan pengelola statute pada Lembaga Jasa Keuangan;

h. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,

memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan i. Menetapkan

peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.”24

23
Pasal 7 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
24
Pasal 8 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

15

Universitas Sumatera Utara


Selanjutnya menurut ketentuan Pasal 9 UU OJK dikatakan bahwa:

“Untuk melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

6, OJK mempunyai wewenang: a. Menetapkan kebijakan operasional

pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan; b. Mengawasi pelaksanaan

tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif; c. Melakukan

pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan

lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan

jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan

di sektor jasa keuangan; d. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa

Keuangan dan/atau pihak tertentu; e. Melakukan penunjukan pengelola

statuter; f. Menetapkan penggunaan pengelola statuter; g. Menetapkan sanksi

administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan

perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan h. Memberikan dan/atau

mencabut: 1). Izin usaha; 2). Izin orang perseorangan; 3). Efektifnya

pernyataan pendaftaran; 4). Surat tanda daftar; 5). Persetujuan melakukan

kegiatan usaha; 6). Pengesahan; 7). Persetujuan atau penetapan pembubaran;

dan 8). Penetapan lain, sebagaiman dimaksud dalam peraturan perundang-

undangan di sektor jasa keuangan”25

Tugas OJK dalam mengawasi bank membutuhkan koordinasi dengan

Bank Indonesia. Pengawasan bank pada prinsipnya terbagi atas dua jenis,

yaitu pengawasan dalam rangka mendorong bank-bank untuk ikut menunjang

pertumbuhan ekonomi dan menjaga kestabilan moneter (macro-prudential

supervision), dan pengawasan yang mendorong bank secara individual tetap

25
Pasal 9 Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

16

Universitas Sumatera Utara


sehat serta mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik (micro-

prudensial supervison). Untuk pengawasan (macro-prudential supervision)

dilakukan oleh Bank Indonesia dan microprudensial supervison dilakukan

oleh OJK.26

Dalam melaksanakan tugasnya, OJK berkoordinasi dengan Bank

Indonesia dalam membuat peraturan pengawasan di bidang perbankan antara

lain kewajiban pemenuhan modal minimum bank, kebutuhan modal minimum

bank pada dasarnya adalah micro prudensial. Tapi karena ini menyangkut

dengan pengaturan Basel Core Principles dan Bank Indonesia merupakan

anggota BIS (Bank for International Settlement), maka Kebutuhan modal

minimum bank ini satu bagian mikro yang harus tetap berkoordinasi antara

Bank Indonesia dengan OJK.27

4. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11 Tahun 2020

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11 Tahun 2020 yang dimuat

dalam skripsi ini mengatur mengenai kebijakan bagi bank yang mendukung

stimulus pertumbuhan ekonomi untuk debitur yang terkena dampak

penyebaran covid-19 termasuk debitur UMKM, dengan tetap memperhatikan

prinsip kehati-hatian.28

5. Restrukturisasi Kredit

26
Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank : Suatu Gagasan Tentang
Pendirian Lembaga Penjamin Simpanan di Indonesia, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2002), hlm. 220
27
Arsip Dokumen Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Risalah Sidang
Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta , 2010), hlm. 592
28
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 Tahun 2020, Stimulus
Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Corona Virus
Disease 2019, https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/135560/peraturan-ojk-no-11pojk032020-
tahun-2020, diakses pada tanggal 6 Desember 2020 pukul 22:23 WIB.

17

Universitas Sumatera Utara


Pengertian restrukturisasi kredit berdasarkan POJK No.

11/POJK.03/2015 Tentang Ketentuan Kehati-hatian dalam Rangka Stimulus

Perekonomian Nasional Bagi Bank Umum adalah upaya perbaikan yang

dilakukan bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami

kesulitan untuk memenuhi kewajibannya, yang dilakukan antara lain melalui:

a. Penurunan suku bunga kredit;

b. Perpanjangan jangka waktu kredit;

c. Pengurangan tunggakan bunga kredit;

d. Pengurangan tunggakan pokok kredit;

e. Penambahan fasilitas kredit; dan/atau

f. Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara.29

6. Kredit Macet

Kredit macet terdiri dari kata kredit yang berasal dari Bahasa

latincredo yang berarti “saya percaya”. Kredit yang diberikan oleh bank

didasarkan atas kepercayaan sehingga pemberian kredit merupakan pemberian

kepercayaan terhadap nasabah. Oleh karena itutujuan bank memberikan kredit

adalah untuk memperoleh keuntungan, maka bank hanya boleh meneruskan

simpanan masyarakat kepada nasabahnya dalam bentuk kredit jika ia yakin

debitur akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka

waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.30

Berdasarkan penjelasan tentang kredit diatas, dapat disimpulkan kredit

macet adalah keadaan dimana nasabah baik individu maupun perusahaan tidak

mampu memenuhi kewajibannya dalam membayar kredit tepat waktu.

29
Pasal 1 Ayat 4 POJK No. 11/POJK.03/2015 Tentang Ketentuan Kehati-hatian dalam
Rangka Stimulus Perekonomian Bagi Bank Umum
30
Iswi Haryani II,Op. Cit, hlm. 9-10

18

Universitas Sumatera Utara


F. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian guna menemukan dan mengembangkan kejelasan

dari sebuah pengetahuan maka diperlukan metode penelitian. Karena dengan

menggunakan metode penelitian akan memberikan kemudahan dalam mencapai

tujuan dari penelitian, kemudian penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang

dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap

suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah-

masalah tersebut.

Soerjono Soekanto menyatakan bahwa penelitian hukum merupakan suatu

kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistimatika dan pemikiran tertentu,

yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu

dengan jalan menganalisanya. Kecuali itu juga diadakan pemeriksaan yang

mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu

pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala yang

bersangkutan31

Penelitian hukum empiris atau yang dengan istilah lain biasa disebut pula

dengan penelitian lapangan. Jika penelitian hukum normative merupakan

penelitian yang didasarkan atas data sekunder, maka penelitian hukum

sosiologis/empiris ini bertitik tolak dari data primer/dasar, yakni data yang

diperoleh langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui

penelitian lapangan, yang dilakukan baik melalui pengamatan (observasi),

wawancara, ataupun penyebaran kuisioner. 32

31
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Universitas Indonesia
Press, 1986), hlm. 43
32
Jonaedi Efendi, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Depok:
Prenadamedia Group, 2016), hlm. 149

19

Universitas Sumatera Utara


Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu:

1. Jenis penelitian

Untuk membahas permasalahan yang terdapat di dalam skripsi ini,

penulis memerlukan data dan keterangan yang akan dijadikan bahan analisis

dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini sehingga jenis penelitian yang

digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode yuridis normatif dan

yuridis empiris.

Metode yuridis normatif yaitu dalam menjawab permasalahan

digunakan sudut pandang hukum berdasarkan peraturan yang berlaku, untuk

selanjutnya dihubungkan dengan kenyataan di lapangan yang berkaitan

dengan permasalahan yang dibahas. Serta mencari bahan dan informasi yang

berhubungan dengan materi penelitian ini melalui berbagai peraturan

Perundang-Undangan, karya tulis ilmiah yang berupa makalah, skripsi, buku-

buku, majalah, situs internet yang menyajikan informasi yang diteliti 33

Penggunaan metode yuridis normative dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu

hasil pengumpulan data dan informasi melalui studi kepustakaan terhadap

peraturan-peraturan yang berkaitan serta buku-buku yang mempublikasikan

permasalahan yang dibahas.

Penelitian Hukum Empiris adalah suatu metode penelitian hukum yang

menggunakan fakta-fakta empiris yang diambil dari perilaku manusia, baik

perilaku verbal yang didapat dari wawancara maupun perilaku nyata yang

dilakukan melalui pengamatan langsung. Penelitian empiris juga digunakan

untuk mengamati hasil dari perilaku manusia yang berupa peninggalan fisik

33
Zaimul Bahri, Struktur Dalam Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Angkasa, 1996),
hlm. 68

20

Universitas Sumatera Utara


maupun arsip.34 Metode penelitian yuridis empiris dalam penulisan skripsi ini,

yaitu dari hasil pengumpulan dan penemuan data informasi melalui studi

kasus pada Bank BPR NBP 34 Pematangsiantar. Metode penelitian yuridis

empiris dilakukan dengan wawancara dan studi dokumen terhadap dokumen

primer yang dimiliki oleh Bank BPR NBP 34 Pematangsiantar.

2. Sifat Penelitian

Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif analitis yang

menggunakan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-

teori hukum. Dalam penelitian ini memberikan gambaran pelaksanaan

restrukturisasi kredit pada Bank BPR NBP 34 Pematangsiantar berdasarkan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11 Tahun 2020. Penelitian

diarahkan untuk memberikan gambaran permasalahan, gejala, serta fakta

dilapangan mengenai restrukturisasi kredit.

3. Sumber Data

Sumber data penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang

diperoleh secara langsung di lapangan (data primer) dan dari bahan-bahan

kepustakaan (data sekunder).35 Data dalam penelitian ilmiah yang penulis

lakukan terdiri dari:

a. Data Primer

Data Primer ialah data yang dibuat oleh peneliti dengan maksud

khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data

dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau

34
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Empiris & Normatif,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 280
35
Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 13

21

Universitas Sumatera Utara


tempat objek penelitian dilakukan.36 Dalam hal ini penulis memperoleh

data atau informasi dari Bank BPR NBP 34 Pematangsiantar.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mencakup dokumen-dokumen

resmi, buku-buku (sumber bacaan), hasil-hasil penelitian yang berwujud

laporan, buku harian dan seterusnya. 37 Data sekunder terbagi menjadi:

i. Bahan Hukum Primer (primary source)

Primary source menurut Cohen adalah aturan-aturan tertulis

tentang perilaku manusia yang dilakukan oleh negara. Primary source

meliputi statute yang dibuat oleh bahan legislatif, putusan pengadilan,

dekrit eksekutif dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh badan

administrasi.38 Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11 Tahun 2020.

ii. Bahan Hukum Sekunder (secondary source)

Secondary source meliputi buku teks, risalah, komentar,

pernyataan-pernyataan dan majalah-majalah yang menjelaskan dan

memaparkan hukum kepada praktisi, ilmuwan, dan mahasiswa.39

4. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Penelitian Kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan yang dilaksanakan dengan cara membaca,

menelaah dan mencatat berbagai literatur atau bahan bacaan yang sesuai

36
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta,
2009), hlm. 13
37
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2010), hlm. 177
38
Dyah Ochtorina Susanti, Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hlm. 49
39
Ibid, hlm. 49-50

22

Universitas Sumatera Utara


dengan pokok bahasan, kemudian disaring dan dituangkan dalam kerangka

pemikiran secara teoritis.40

b. Metode Penelitian Lapangan (field research)

Metode yang digunakan penulis dalam melakukan pengambilan

dan menggunakan sumber data berdasarkan metode penelitian lapangan

(field research) yaitu penelitian yang langsung ke lapangan yakni dengan

pengambilan data secara langsung ke Bank BPR NBP 34 Pematangsiantar.

c. Informan Penelitian

Informan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah

bagian perkreditan dan bagian pengawasan dari BPR NBP 34

Pematangsiantar.

5. Alat Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara merupakan tanya jawab dengan seseorang (pejabat dan

sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya

mengenai suatu hal.41 Ciri utama wawancara adalah kontak langsung

dengan tatap muka antara pencari informasi dan sumber informasi. Dalam

wawancara sudah disiapkan berbagai macam pertanyaan-pertanyaan tetapi

tidak menutup kemungiknan akan muncul berbagai pertanyaan lain saat

meneliti. Melalui wawancara inilah penulis menggali data, informasi, dan

kerangka keterangan dari subyek penelitian. Teknik wawancara yang

dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin, artinya pertanyaan yang

40
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research, (Bandung : Alumni, 1998), hlm. 78
41
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

23

Universitas Sumatera Utara


dilontarkan tidak terpaku pada pedoman wawancara dan dapat diperdalam

maupun dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan.

b. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan menggunakan buku literatur dan kumpulan bahan

kuliah, sehingga menjadi pedoman dalam penulisan skripsi ini.42

c. Analisis Data

Analisis Data yang digunakan pada studi ini adalah analisis data

dengan metode kualitatif. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.43

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi yang baik haruslah disusun dengan sistematis.

Demikian skripsi ini saya tulis secara sistematis untuk mempermudah penulisan

dan pemahaman bab per bab yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Pada Bab I ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang latar

belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan,

tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II:KEBIJAKAN YANG DILAKUKAN BANK DALAM

MERESTRUKTURISASI KREDIT

42
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta:
Ghalia Indonesia,1990), hlm. 116
43
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm. 4

24

Universitas Sumatera Utara


Pada Bab II ini diuraikan mengenai restrukturisasi kredit yang mencakup

pengertian restrukturisasi, praktik restrukturisasi. Kemudian mengenai bentuk-

bentuk restrukturisasi kredit, dan restrukturisasi sebagai kebijakan guna

menghindari kredit macet.

BAB III: TINJAUAN TENTANG KEBIJAKAN BANK DALAM

MENGHINDARI KREDIT MACET

Pada Bab III ini diuraikan mengenai kredit macet yang mencakup

pengertian kredit macet, faktor penyebab kredit macet, serta akibat dari kredit

macet. Sub bab selanjutnya membahas tentang kriterita kredit yang dapat di

restrukturisasi. Dan pada sub bab terakhir membahas tentang proses

restrukturisasi kredit di Bank BPR NBP 34 Pematangsiantar.

BAB IV:KENDALA DALAM MELAKSANAKAN RESTRUKTURISASI


KREDIT

Pada Bab IV ini diuraikan mengenai gambaran umum bank BPR NBP 34

Pematangsiantar sebagai tempat penelitian, selanjutnya mengenai kendala dalam

pelaksanaan restrukturisasi kredit pada Bank BPR NBP 34 Pematangsiantar. Dan

sub bab terakhir pada bab ini membahas tentang pemberlakuan kebijakan baru

setelah masa restrukturisasi kredit akibat pandemi covid-19 berakhir.

BAB V: PENUTUP

Pada Bab V ini memuat simpulan yang ditarik oleh penulis disertai saran

yang dibuat secara objektif tanpa memihak kepada siapapun.

25

Universitas Sumatera Utara


BAB II

KEBIJAKAN YANG DILAKUKAN BANK DALAM

MERESTRUKTURISASI KREDIT

A. Restrukturisasi Kredit

1. Pengertian Restrukturisasi Kredit

Pengertian kredit secara etimologis, istilah kredit berasal dari Bahasa

latin, credere, yang berarti kepercayaan. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan

pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas

jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain. Berdasarkan

pengertian diatas menunjukkan bahwa prestasi yang wajib dilakukan oleh

debitur atas kredit yang diberikan kepadanya adalah tidak semata-mata

melunasi utangnya tetapi juga disertai dengan bunga sesuai dengan perjanjian

yang telah disepakati sebelumnya.44

Pengertian restrukturisasi yang berkaitan dengan penyehatan

perusahaan dapat dibagi menjadi beberapa tahapan. Pertama, bila seorang

debitur mengalami kesulitan terhadap pembayaran utangnya, maka terhadap

debitur tersebut dapat dilakukan restrukturisasi hanya terhadap utangnya,

karena bila restrukturisasi terhadap debitur dianggap belum cukup menjamin

penyehatan perusahaan, maka dapat dilanjutkan dengan restrukturisasi

44
Hermansyah, Op. Cit, hlm. 57

26

Universitas Sumatera Utara


perusahaan. Dengan adanya restrukturisasi perusahaan tersebut maka

diharapkan restrukturisasi utang akan lebih terjamin keberhasilannya. 45

Guna meminimalisir potensi kerugian akibatkredit bermasalah, maka

bank dapat melakukan restrukturisasi kredit terhadap debitur yang masih

memiliki prospek usaha dan kemampuan membayar. Jika debitur sudah tidak

mempunyai prospek usaha dan kemampuan membayar atau kreditnya telah

dikategorikan macet dan bank telah melakukan berbagai upaya penagihan,

maka bank dapat melakukan Hapus Buku atau Hapus Tagih. Ketentuan

mengenai Kualitas Aktiva, Penyisihan Penghapusan Aktiva, Restrukturisasi

Kredit, Hapus Buku, dan Hapus Tagihmerupakan ketentuan yang saling

terkait dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari persyaratan

manajemen risiko kredit yang efektif dan kehati-hatian yang dilaksanakan

oleh bank.46

Restrukturisasi kredit sesuai PBI Nomor 14/15/PBI/2012 Pasal 1

angka 26, diartikan sebagai upaya perbaikan yang dilakukan bank dalam

kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk

memenuhi kewajibannya, yang dilakukan antara lain melalui:

a). Penurunan suku bunga kredit.

b). Perpanjangan jangka waktu kredit.

c). Pengurangan tunggakan bunga kredit.

d). Pengurangan tunggangan pokok kredit.

e). Penambahan fasilitas kredit.

45
Syamsudin Manan Sinaga, Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Restrukturisasi
Utang Pada Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum
Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, 2002), hlm. 7
46
Iswi Hariyani I, Op. Cit, hlm. 170

27

Universitas Sumatera Utara


f). Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara.

2. Praktik Restrukturisasi Kredit

Dari batasan-batasan di atas, terlihat jelas bahwa arah restrukturisasi

kredit pada prinsipnya adalah untuk meningkatkan kualitas kredit. Namun

untuk melakukan hal tersebut, bank harus memperhatikan beberapa aturan,

karena upaya ini juga mengandung kerawanan penyalahgunaan oleh

manajemen. Oleh sebab itu, Pada prinsipnya, restrukturisasi kredit hanya

dapat dilakukan terhadap debitur yang masih memiliki prospek usaha yang

baik dan yang mengalami atau diperkirakan kesulitan membayar pokok dan /

atau bunganya. Bank juga dilarang melakukan restrukturisasi kredit dengan

tujuan untuk menghindari penurunan penggolongan kualitas kredit atau

pembentukan penyisihan penghapusan aktiva Produktif (PPAP) yang lebih

besar atau menghindari penghentian pengakuan pendapatan bunga secara

akrual.47

B. Bentuk-Bentuk Restrukturisasi Kredit

Dampak virus corona atau Covid-19 telah melanda semua sektor terutama

sektor ekonomi. Berikut prediksi Bank Dunia dalam pertumbuhan ekonomi

diduniakhususnya Indonesia yang diperkirakan mencapai 2,1% tahun ini. Inilah

efek dari meluasnya persebaran Covid-19. proyeksi Bank Indonesia (BI)

mengenai pertumbuhan ekonomi rakyat Indonesia menjadi di bawah 5 persen atau

hanya sekitar 2,5 persen saja yang sebelumnya mencapai 5,2 persen. Hal ini

diakibatkan oleh pandemi Covid-19 sehingga pertumbuhan ekonomi melambat.

47
Iswi Hariani I, Op. Cit, hlm. 171

28

Universitas Sumatera Utara


Untuk menghadapi dampak virus corona Bank Indonesia (BI) mempunyai upaya

untuk menjaga stabilitas dan mendorong perekonomian nasional. Yang bertujuan

mencapai pertumbuhan ekonomi yang kembali tinggi, inklusif, daan

berkelanjutan, dengan stabilitas makro ekonomi maupun finansial. Namun di sisi

lain, wabah ini juga menjadi dampak ekonomi yang sangat menyusahkan

masyarakat terutama bagi tukang ojek, sopir taksi, dan pelaku pelaku usaha mikro

kecil dan menengah (UMKM). 48

Menyikapi dampak virus corona, Bank Indonesia (BI)

berkomitmenmenjaga stabilitas dan mendorong perekonomian nasional. Yang

bertujuan mencapai pertumbuhan ekonomi yang kembali tinggi, inklusif, dan

berkelanjutan, dengan stabilitas makro ekonomi maupun finansial. namun di sisi

lain, wabah ini juga menjadi dampak ekonomi yang sangat menyusahkan

masyarakat terutama bagi tukang ojek, sopir taksi, dan pelaku pelaku usaha mikro

kecil dan menengah (UMKM). Menghadapi pandemi virus corona atau Covid-19

yang kini juga berimbas pada perekonomian masyarakat terutama bagi tukang

ojek, sopir taksi, dan pelaku pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)

yang memiliki kewajiban membayar cicilan kepada bank. Presiden Joko Widodo

mempunyai inisiatif untuk memberikan kelonggaran kepada masyarakat yang

berkerja non-formal berupa pembayaran kredit selama 1 tahun dan penurunan

bunga. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan kelonggaran dan relaksasi

kredit bagi pelaku usaha yang mempunyai nilai kredit di bawah Rp 10 miliar.

kelonggaran kredit baik yang diberikan oleh perbankan berupa:

48
Dhevi Nayasari Sastradinata, Bambang Eko Muljono, Analisis Hukum Relaksasi
Kreadit Saat Pandemi Corona Dengan Kelonggaran Kredit Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020, Jurnal Sains Sosio Humaniora, Vol. 4 No. 2, Desember
2020, hlm. 616

29

Universitas Sumatera Utara


1. Penurunan suku bunga

2. Menambah fasilitas kredit

3. Konversi kredit menjadi penyertaan modal

4. Memperpanjang waktu kredit

5. Pengurangan pokok kredit

6. Menambah fasilitas kredit dan mengurangi tunggakan bunga kredit.49

Hal ini tidak semerta-merta masyarakat mendapat peringanan kredit

namun harus melalui proses yang telah di tentukan OJK dan Pihak bank. Dengan

cara permohonan peringanan kredit dan menyertakan dokumen-dokumen yang di

perlukan. Seperti yang terdapat dalam pasal 2 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Republik Indonesia Nomor 11 /POJK.03/2020 Tentang Stimulus Perekonomian

Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus

Di Sease 2019 yang berbunyi:

(1) Bank dapat menerapkan kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan

ekonomi untuk debitur yang terkena dampak penyebaran coronavirus disease

2019 (COVID-19) termasuk debitur usaha mikro, kecil, dan menengah.

(2) Kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. kebijakan penetapan kualitas aset; dan

b. kebijakan restrukturisasi kredit atau pembiayaan.

(3) Bank dalam menerapkan kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan

ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap memperhatikan penerapan

49
Ibid, hlm. 617

30

Universitas Sumatera Utara


manajemen risiko sebagaimana diatur dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan

mengenai penerapan manajemen risiko Bank.

(4) Dalam hal Bank menerapkan kebijakan yang mendukung stimulus

pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank harus memiliki

pedoman untuk menetapkan debitur yang terkena dampak penyebaran coronavirus

disease 2019 (COVID-19) termasuk debitur usaha mikro, kecil, dan menengah.

(5) Pedoman penetapan debitur yang terkena dampak penyebaran coronavirus

disease 2019 (COVID-19) termasuk debitur usaha mikro, kecil, dan menengah

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling sedikit memuat: a. kriteria debitur

yang ditetapkan terkena dampak coronavirus disease 2019 (COVID-19); dan b.

sektor yang terkena dampak coronavirus disease 2019 (COVID-19).50

Setelah berlakunya POJK 11/2020, dijelaskan dalam Pasal 2 ayat (1) dan

ayat (2) bahwa Bank dapat menerapkan kebijakan yang mendukung stimulus

pertumbuhan ekonomi untuk debitur terdampak Covid-19 dengan cara melakukan

reklaksasi atau rekstrukturisasi kredit.

Kemudian Pasal 5 menerangkan bahwa kualitas kredit atau pembiayaan

yang direstrukturisasi ditetapkan lancar sejak dilakukan restrukturisasi. Hal ini

merupakan salah satu upaya relaksasi kredit saat pandemi corona. Yang isinya

sebagai berikut:

(1) Kualitas kredit atau pembiayaan yang direstrukturisasi ditetapkan lancar sejak

dilakukan restrukturisasi.

(2) Restrukturisasi kredit atau pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat dilakukan terhadap kredit atau pembiayaan yang diberikan sebelum maupun

50
Pasal 2 POJK NO. 11 /POJK.03/2020 Tentang Stimulus Perekonomian Nasional
Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019

31

Universitas Sumatera Utara


setelah debitur terkena dampak penyebaran coronavirus disease 2019 (COVID-

19) termasuk debitur usaha mikro, kecil, dan menengah.

(3) Kredit bagi BPR atau pembiayaan bagi BPRS yang direstrukturisasi

dikecualikan dari penerapan perlakuan akuntansi restrukturisasi kredit atau

pembiayaan.51

Adapun kebijakan-kebijakan yang dapat dilakukan oleh bank dalam

merestruksturisasi kredit antara lain adalah sebagai berikut:

1. Penurunan Suku Bunga

Selama pandemi Covid-19 ini, sudah banyak bank-bank umum yang

mengambil kebijakan terkait perkreditan seperti menurunkan suku bunga

kredit, memberikan relaksasi dan sebagainya. Penurunan suku bunga kredit di

masa pandemi Covid-19ini sangatdianjurkan karena dengan menurunkan suku

bunga kredit akan mempercepat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2018) menunjukkan bahwa tingkat

suku bunga sangatlah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut

dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,926 dan

menunjukkan adanya hubungan antara tingkat suku bunga dengan

pertumbuhan ekonomi. Andriani (2008) melakukan penelitian yang berjudul

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Kredit Mikro, Kecil Dan

Menengah (MKM) di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suku

bunga kredit mempunyai pengaruh terhadap penyaluran kredit. Ketika suku

bunga simpanan besar dan suku bunga kredit rendah atau turun maka nasabah

akan menggunakan layanan perbankan sehingga akan meningkatkan profit

51
Pasal 5 POJK NO. 11 /POJK.03/2020 Tentang Stimulus Perekonomian Nasional
Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019

32

Universitas Sumatera Utara


yang diterima bank dan bank akan meningkatkan penyaluran kredit kepada

nasabah52

Namun, penurunan suku bunga kredit ini mempunyai kelemahan yakni

menurunnya tingkat penyaluran kredit. Penyaluran kredit adalah penyaluran

dana dari bank ke nasabah dan nasabah wajib untuk mengembalikan dana

pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan. Oleh

karena itu, dampak penurunan suku bunga kredit terhadap penyaluran kredit

yaitu menurunnya minat nasabah untuk meminjam dana. 53

Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh

bank kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya sesuai dengan

prinsip konvensional. Dengan kata lain suku bunga kredit adalah harga yang

harus dibayarkan nasabah kepada bank sebagai imbalan atas pinjaman yang

diperoleh. Penyaluran kredit merupakan penyaluran dana dari bank ke nasabah

dan nasabah wajib untuk mengembalikan dana pinjaman sesuai dengan jangka

waktu yang telah diperjanjikan. Penyaluran kredit juga dapat dikatakan

sebagai kegiatan pengalokasian dana. Yang dimaksud pengalokasian dana

adalah menjual kembali dana yang diperoleh dari kegiatan menghimpun dana

melalui kredit. Kegiatan ini dilakukan agar bank atau lembaga keuangan

lainnya memperoleh keuntungan.54

Suku bunga kredit dan Penyaluran Kredit merupakan dua hal yang

tidak bisa dipisahkan. Adanya suku bunga kredit dalam kegiatan perkreditan

mampu memberikan kontribusi yang besar karena dapat mendatangkan

52
Ni Made Devi Pratiwi & Gst Ayu Wirati Adriati, Dampak Penurunan Suku Bunga
Kredit terhadap Penyaluran Kredit di LPD Kuta Saat Pandemi Covid-19, Jurnal Widya
Manajemen, Vol.2, No.2, Agustus 2020, hlm. 82.
53
Ibid, hlm. 82
54
Ibid, hlm. 83

33

Universitas Sumatera Utara


keuntungan bagi bank. Tetapi terkadang, suku bunga kredit dapat berdampak

pada penyaluran kredit itu sendiri. Semakin tinggi suku bunga kredit maka

penyaluran kredit perbankan akan turun karena mahalnya biaya dan

sebaliknya jika suku bunga kredit turun maka permintaan kredit perbankan

dari masyarakat akan meningkat karena semakin mahalnya biaya. 55

Bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu sebagai berikut:

a. Bunga simpanan Bunga yang diberkan sebagai rangsangan atau balas jasa

bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan berupa

bunga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya sebagai contoh jasa

giro, bunga tabungan dan bunga deposito.

b. Bunga Pinjaman Bunga pinjaman yang diberikan kepada peminjam atau

bunga yang harus dibayar oleh nasabah pinjaman kepada bank. Sebagai

contoh bunga kredit.56

Kedua macam bunga ini merupakan komponen faktor biaya dan

pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus

dikeluarkan kepada nasabah, sedangkan bunga pinjaman merupakan

pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga

pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai

contoh seandainya bunga pinjaman tinggi, maka secara otomatis bunga

pinjaman juga mempengaruhi ikut naik, demikin pula sebaliknya. Tingkat

suku bunga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga, ketika

tingkat harga tinggi dan jumlah uang yang beredar dalam masyarakat banyak

55
Ibid, hlm. 84
56
Wensy F. I. Rompas, ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DAN NILAI
TUKAR TERHADAP PERMINTAAN KREDIT PADA PERBANKAN DI KOTA MANADO, Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi, Volume 18, No. 02, Tahun 2018, hlm. 206.

34

Universitas Sumatera Utara


sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah

dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan demikian suku

bunga yang tinggi diharapkan berkurangnya jumlah uang yang beredar

sehingga permintaan agregatpun akan berkurang dan kenaikan harga dapat

diatasi.57

Kredit perbankan merupakan salah satu faktor yang penting dan

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Apabila permintaan kredit

menurun maka akan menurunkan laju pertumbuhan pembangunan yang akan

berdampak terhadap kemerosotan perekonomian nasional. Kredit perbankan

berperan penting dalam perekonomian nasional. Tingkat Suku bunga saling

terkait dengan penawaran dan permintaan kredit. Oleh karena itu, agar tingkat

suku bunga dapat menurun, tingkat permintaan kredit harus meningkat. Begitu

juga sebaliknya, agar permintaan kredit dapat meningkat, suku bunga juga

harus diturunkan. Oleh karena itu, pemerintah dan

BI diharapkan dapatmenangani masalah tersebut bersama-sama. Pemerintah

dan BI diharapkan dapat merumuskan kebijakan yang terbaik terkait dengan

suku bunga acuan sehingga dapat meningkatkan pemerataan pembangunan,

pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional. Adapun cara untuk

meningkatkan permintaan kredit adalah bank harus meningkatkan promosinya

dalam penjualan kredit. Selain itu, bank harus melakukan analisa yang tepat

dalam penawaran dan pemberian kredit agar tingkat kredit macet rendah

sehingga perputaran uang bank tetap lancar. Adapun faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap probabilitas suatu rumah tangga memiliki kredit yaitu

57
Ibid, hlm. 206.

35

Universitas Sumatera Utara


umur kepala rumah tangga, lokasi tempat tinggal, pendapatan, dan jumlah

serta jenis pekerjaan anggota keluarga yang bekerja. 58

2. Perpanjangan Waktu Kredit

Dalam pemberian kredit, unsur kepercayaan tidak terbatas pada

penerimaannya, tetapi juga menjaga kepercayaan pada kejujuran dan

kemampuan mengembalikan pinjaman tepat waktu. Dengan kata lain,

seseorang atau perusahaan yang akan menentukan kredit harus mempunyai

kredibilitas, atau kelayakan seseorang untuk memperoleh kredit. Kredibilitas

tersebut harus memenuhi lima syarat yang biasa dikenal dengan istilah 5C,

yaitu sebagai berikut:

a. Penilaian Watak (Character)

b. Penilaian Kemampuan (Capacity)

c. Penilaian terhadap Modal (Capital)

d. Penilaian terhadap Agunan (Colleteral)

e. Penilaian terhadap Prospek Usaha Nasabah Debitur (Condition of

economic)59

Permasalahan yang sering terjadi adalah kredit macet yang biasanya

diselesaikan dengan negosiasi berupa rescheduling, reconditioning,

restructuring.

a. Rescheduling (Penjadwalan kembali kredit), memberikan kesempatan

kepada debitur agar dapat melunasi kredit yang belum dilunasinya.

58
Alexandra Morgan Tjoe, Dhea Kartika S., &Fidela, Suku Bunga
dan Permintaan Kredit dalam Perbankan, https://bbs.binus.ac.id/management/2020/01/suku-
bunga-dan-permintaan-kredit-dalam-perbankan/, diakses pada 6 Ferbruari 2021 pukul 17:30
59
Ratu Faradila Gita Utami, Zen Zanibar MZ, Agus Trisaka, AKIBAT HUKUM
PERPANJANGAN PERJANJIAN KREDIT RITEL BANK DI BAWAH TANGAN YANG
MELANGGAR PERATURAN INTERNAL BANK, Repertorium: Jurnal Ilmiah Hukum
Kenotariatan, Vol. 6 No. 2, November 2017, hlm. 119

36

Universitas Sumatera Utara


Caranya, dengan memperpanjang jangka waktu kredit.Jangka waktu kredit

yang diberikan kepada debitur untuk keringanan, seperti perpanjangan

jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi 1 tahun, sehingga debitur

memiliki waktu lebih lama untuk melunasi utangnya. Lalu,

memperpanjang jangka waktu angsuran. Jangka waktu angsuran kreditnya

diperpanjang. Misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentunya

akan mengurangi jumlah cicilan seiring dengan bertambahnya periode

cicilan.

b. Reconditioning (Persyaratan kembali kredit), yaitu Dengan mengubah

berbagai persyaratan yang ada, seperti: Kapitalisasi bunga-bunga dijadikan

utang pokok. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, hanya

bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya

tetap harus dibayar seperti biasa. Penurunan suku bunga, dimaksudkan

agar lebih meringankan beban nasabah. Misalnya jika bunga per tahun

sebelumnya dibebankan 20% diturunkan menjadi 18%. Suku bunga yang

lebih rendah akan berdampak pada pembayaran cicilan yang lebih kecil,

sehingga diharapkan dapat mengurangi beban debitur. Pembebasan bunga

didasarkan pada debitur dapat membayar kembali kreditnya. Namun

demikian, debitur tetap berkewajiban untuk melunasi pokok pinjaman

sampai lunas.

c. Restructuring( Penataan kembali kredit). Selain mengubah syarat-syarat

pinjaman seperti pada reconditioning, maka cararestructuring bank

menambah kembali jumlah pinjaman/ mengkonversi sebagian/ seluruh

pinjaman tersebut menjadi equity (penyertaan modal bank terhadap suatu

37

Universitas Sumatera Utara


usaha yang dilakukan debitur). Restrukturisasi kredit yang paling umum

dilakukan oleh bank adalah dengan melakukan modifikasi persyaratan

kredit. Persyaratan kredit yang perlu diperbaharui dalam rangka

restrukturisasi adalah penurunan suku bunga kredit, perpanjangan jangka

waktu kredit, pengurangan tunggakan bunga kredit, pengurangan jumlah

pokok kredit. Dengan menggabungkan perubahan kondisi kredit

diharapkan kondisi keuangan debitur menjadi lebih baik, dan pada

akhirnya debitur dapat memenuhi kewajiban pembayaran kembali pokok

dan bunganya.

Pada umumnya jangka waktu kredit merupakan cerminan dari resiko

kredit yang mungkin muncul. Jangka waktu pinjaman adalah waktu yang

diberikan oleh pihak bank kepada debitur untuk mengembalikan pokok dan

bunga pinjaman. Makin panjang jangka waktu kredit,makin tinggi resiko yang

mungkin muncul, maka bank pun akan membebankan bunga yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kredit jangka pendek. Terdapat tiga macam jangka

waktu kredit yaitu:

a. Kredit jangka pendek Adalah kredit yang memiliki jangka waktu kurang

dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya utuk modal kerja.

Contohnya untuk peternakan dan pertanian.

b. Kredit jangka menengah Adalah kredit yang memiliki jangka waktunya

berkisar 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan biasanya kredit ini digunakan

untuk melakukan investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti

jeruk, atau peternakan kambing.

38

Universitas Sumatera Utara


c. Kredit jangka panjang Adalah kredit yang masa pengembaliannya diatas 3

tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang

seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit

konsumtif seperti kredit perumahan.60

Jangka waktu pinjaman adalah waktu yang diberikan oleh pihak bank

kepada debitur untuk mengembalikan pokok dan bunga pinjaman. Makin

panjang jangka waktu kredit,makin tinggi resiko yang mungkin muncul, maka

bank pun akan membebankan bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan

kredit jangka pendek. Namun semakin lama jangka waktu kredit maka

semakin kecil jumlah angsuran yang dibayarkan ke bank,sehingga hal ini tidak

memberatkan bagi nasabah.hal ini berarti semakin panjang jangka waktu

kredit akan mengakibatkan semakin kecil terjadinya kredit macet. 61

3. Pengurangan Tunggakan Pokok Kredit

Pengurangan tuggakan bunga adalah pemberlakuan kewajiban

pembayaran dibawah jumlah yang seharusnya atas sejumlah nilai total

pembayaran tunggakan bunga yang belum dipenuhi. Sedangkan pengurangan

denda adalah pemberlakuan kewajiban pembayaran dibawah jumlah yang

seharusnya atas sejumlah nilai total pembayaran denda yang belum dipenuhi.

Langkah ini diberikan kepada debitur yang mengalami ketidak mampuan

untuk membayar tunggakan baik disebabkan karena adanya bencana alam

maupun keluarga debitur yang mengalami musibah sehingga memerlukan

60
Diah Yuliana, ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT
MACET DANA BERGULIR DI PNPM MANDIRI PERDESAAN KECAMATAN GUNTUR
KABUPATEN DEMAK, Jurnal STIE SEMARANG, VOL. 8, No. 3, Edisi Oktober 2016, hlm. 166-
167.
61
Ibid, hlm. 168-169

39

Universitas Sumatera Utara


biaya ekstra. Pemberian keringanan ini diberikan sesuai dengan perhitungan

matrik sebelumnya dan debitur yang akan diberikan keringanan belum pernah

mendapatkan keringanan tunggakan bunga dan /atau denda sebelumnya

sehingga debitur hanya berhak mendapatkan keringanan sebanyak 1 (satu)

kali.62

Pengurangan tunggakan pokok kredit merupakan restrukturisasi kredit

yang paling maksimal diberikan oleh kreditur kepada debitur karena

pengurangan pokok kredit biasanya diikuti dengan penghapusan bunga dan

denda seluruhnya. Pengurangan pokok kredit merupakan pengorbanan bank

yang sangat besar karena asset bank yang berupa utang pokok ini tidak

kembali dan merupakan kerugian yang menjadi beban bank. Perjanjian kredit

mengatur besarnya pokok pinjaman, oleh karena itu seiring dengan

menurunnya tunggakan pokok kredit maka perlu dibuat suatu amandemen

perjanjian kredit untuk mengkonfirmasikan pemotongan pokok kredit dan

besarnya pokok kredit yang harus dibayar kemudian. Selain menggunakan

amandemen pengurangan pokok kredit dapat juga dilakukan dengan surat dari

kreditur yang ditujukan kepada debitur yang menegaskan bahwa utang pokok

yang tercantum dalam perjanjian kredit. Pemberitahuan tersebut merupakan

bukti bahwa kreditur dan debitur melakukan restrukturisasi kredit dengan cara

mengurangi pokok kredit.63

4. Pengurangan Tunggakan Bunga Kredit


62
I Wayan Suartama, Ni Luh Gede Erni Sulindawati, Nyoman Trisna Herawati,
ANALISIS PENERAPAN RESTRUKTURISASI KREDIT DALAM UPAYA PENYELAMATAN NON
PERFORMING LOAN (NPL) PADA PT BPR NUSAMBA TEGALLALANG, e-journal S1 Ak
Universitas Pendidikan Ganesha, Vol: 8, No: 2, Tahun 2017, hlm. 8-9
63
Novrilanimisy, PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT MACET
BERDASARKAN PERATURAN BANK INDONESIA DAN HAMBATANNYA PADA PT BANK
RAKYAT INDONESIA CABANG BINJAI, USU Law Journal, Vol.2.No.3, Desember 2014, hlm.
138

40

Universitas Sumatera Utara


Elem pendapatan yang paling besar dari total pendapatan adalah

Bunga kredit. Bunga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar oleh

bank dan/atau nasabah sebagai balas jasa atas transaksi antara bank dengan

nasabah. Penyelamatan kredit bermasalah dengan restrukturisasi kredit dapat

dilakukan dengan memperingan beban debitur yaitu dengan cara mengurangi

tunggakan bunga kredit atau menghapus seluruhnya tunggakan bunga kredit.

Debitur dibebaskan dari kewajiban membayar tunggakan bunga kredit

sebagian atau seluruhnya. Diharapkan langkah penyelamatan dengan

menghilangkan sebagian atau seluruh tunggakan bunga pinjaman akan

memungkinkan debitur untuk melanjutkan usahanya guna menghasilkan

pendapatan yang dapat digunakan untuk melunasi pokok pinjaman yang tidak

dapat dihapuskan seluruhnya oleh kreditur64

Penyelamatan kredit bermasalah dengan restrukturisasi kredit

dapat dilakukan dengan memperingan beban debitur yaitu dengan cara

mengurangi tunggakan bunga kredit atau menghapus seluruhnya tunggakan

bunga kredit. Debitur dibebaskan dari kewajiban membayar tunggakan

bunga kredit sebagian atau seluruhnya. Langkah penyelamatan dengan

menghapus sebagian atau seluruh tunggakan bunga kredit diharapkan

debitur memiliki kemampuan kembali untuk melanjutkan usahanya

sehingga menghasilkan pendapatan yang dapat digunakan untuk membayar

utang pokok yang tidak mungkin dihapus seluruhnya oleh kredit.65

5. Penambahan Fasilitas Kredit

64
Ibid, hlm. 138
65
Lina Maya Sari, Restrukturisasi Kredit Bank Daerah X Pada Masa Pademi Covid-19,
Jurnal Mutiara Madani, Volume 08, No. 1, Juli 2020, hlm. 52

41

Universitas Sumatera Utara


Penambahan kredit dilakukan dengan tujuan agar usaha debitur akan

berjalan kembali dan berkembang sehingga dapat menghasilkan

pendapatan yang dapat digunakan untuk mengembalikan utang lama

dandan tambahan kredit baru. Untuk memberikan tambahan fasilitas

kredit harus dilakukan analisa yang cermat, akurat dan dengan

perhitungan yang tepat mengenai prospek usaha debitur karena debitur

menanggung utang lama dan utang baru. Penambahan fasilitas kredit

diikuti dengan syarat-syarat tambahan sehingga syarat-syarat tambahan

harus dirumuskan dalam perjanjian kredit baru. Apabila penambahan

fasilitas baru memerlukan tambahan jaminan, maka kesepakatan penjaminan

tambahan harus dicapai dalam bentuk setoran jaminan sesuai dengan obyek

penjaminan yang berbeda.66

Penambahan kredit dilakukan dengan harapan usaha debitur akan

berjalan kembali dan berkembang sehingga dapat menghasilkan pendapatan

yang dapat digunakan untuk mengembalikan utang lama dan dan tambahan

kredit baru. Untuk memberikan tambahan fasilitas kredit harus dilakukan

analisa yang cermat, akurat dan dengan perhitungan yang tepat mengenai

prospek usaha debitur karena debitur menanggung utang lama dan utang baru.

Usaha debitur harus mampu menghasilkan pendapatan yang dapat digunakan

untuk melunasi utang lama dan tambahan kredit baru dan masih mampu

mengembangkan usaha ke depan. Penambahan fasilitas kredit diikuti dengan

syarat-syarat tambahan sehingga syarat-syarat tambahan harus dirumuskan

dalam perjanjian kredit baru. Jika penambahan fasilitas baru itu disyaratkan

66
Ibid, hlm. 53

42

Universitas Sumatera Utara


ada jaminan tambahan maka harus dilakukan pengikatan jaminan tambahan

yang bentuk pengikatan jaminan tergantung benda yang menjadi jaminan

tambahan.67

6. Konversi Kredit Menjadi Penyertaan Modal

Konversi kredit menjadi modal berarti konversi sejumlah nilai kredit

menjadi saham perusahaan debitur, yang disebut dept equity swap.

Berdasarkan hasil kesepakatan antara kreditur dan debitur, berapa nilai saham

yang dihasilkan dari konversi kredit tersebut, sehingga bank memiliki banyak

saham di perusahaan debitur dan utang debitur tersebut dapat dilunasi. Jumlah

saham yang dimiliki bank tergantung dari evaluasi nilai saham yang

disepakati.68

Upaya restrukturisasi ini dilakukan manakala prospek usaha nasabah

peminjam masih feasible dan menjanjikan profit serta nasabah peminjam

tersebut bersikap transparan dan kooperatif, seyogyanya atas fasilitas kredit

nasabah peminjam tersebut ditempuh upaya penyelamatan kredit baik berupa

restructuring, reconditioning, rescheduling atau tindakan penyelamatan kredit

lainnya. Namun demikian, tidak semua kredit nasabah peminjam yang

bermasalah harus selalu diselamatkan, atas kredit nasabah peminjam yang

sudah tidak dapat lagi untuk diselamatkan maka upaya akhir sebagai tindakan

lanjutan yang harus segera dilaksanakan atau ditempuh oleh bank adalah

dengan melakukan upaya penyelesaian kredit, baik melalui penyelesaian

67
Novrilanimisy, Op. Cit, hlm. 138-139
68
Lina Maya Sari, Op. Cit, hlm. 53

43

Universitas Sumatera Utara


informal, baik melalui negosiasi ataupun dengan melalui “collecting agency”

dalam hal ini menggunakan jasa penagih hutang atau (debt collector).69

C. Restrukturisasi Sebagai Kebijakan Guna Menghindari Kredit Macet

Restrukturisasi kredit secara teori merupakan salah satu strategi perbaikan

kualitas aktiva produktif, di luar strategi pemutusan hubungan dengan nasabah

peminjam yang dapat dilakukan baik dengan penyelesaian melalui jalur hukum,

penghapusan kredit maupun dengan tidak memperpanjang lagi kredit yang jatuh

tempo. Restrukturisasi kredit yang dilakukan perbankan ini juga sejalan dengan

ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia tentang restrukturisasi kredit.

Cara ini bisa dilakukan bank dengan melihat itikad baik nasabah peminjam,

prospek usahanya dan jaminan yang diberikan.70

Permasalahan yang ditemukan oleh bank menyebabkan bank biasanya

mengambil langkah-langkah yang terkait dengan kondisi keuangan yang dialami

nasabah yang mengalami defisit atau penurunan pendapatan yang cukup

signifikan sehingga kelancaran pembayaran kredit kepada bank mengalami

kendala. Namun potensi nasabah untuk dapat melunasi hutangnya sangat besar,

karena jika dikelola dengan baik, masih terdapat aset / aset nasabah yang dapat

digunakan untuk menambah pendapatan nasabah. Oleh karena itu, bank

memberikan kesempatan kepada nasabah untuk melakukan penjadwalan ulang

utang dengan menggunakan syarat dan ketentuan yang ditetapkan bersama antara

bank dan nasabah. Dengan terjadinya restrukturisasi (penjadwalan hutang

69
Gatot Wardoyo, Perjanjian Kredit Perbankan Dalam Praktik, (Jakarta: Aneka Ilmu,
2009), hlm. 12
70
Erman Sumanto, Kredit Bermasalah Perbankan Masalah dan Penyelesaian, (Bandung:
Refika Aditama, 2010), hlm. 51

44

Universitas Sumatera Utara


kembali) tersebut diharapkan nasabah dapat kembali lancar dalam melaksanakan

kewajibannya membayar hutang kepada bank.71

Menyelesaikan kredit-kredit yang bermasalah adalah suatu keharusan bagi

bank dan menjadi permasalahan yang sangat penting karna berkaitan dengan uang

yang disalurkan. Sehingga bagi permasalahn kredit macet ini harus segera

diselesaikan. Salah satu penyelesaiannya yakni melalui restrukturisasi. Seperti

yang dilakukan oleh Bank BPR NBP 34 Pematangsiantar yang melakukan

restrukturisasi kredit guna menghindari kredit macet di masa pandemic covid-19

ini.

Dalam mengatasi kredit bermasalah dengan tujuan untuk menghindari

kerugian yang sangat besar diperbankan, Bank Indonesia mengambil langkah

dengan mengeluarkan kebijakan perbankan dalam rangka penyelamatan kredit

bermasalah kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Retrukturisasi

merupakan salah satu upaya yang dilakukan agar pengembang selaku nasabah

peminjam bank (debitur) dapat memenuhi kewajibannya dengan mengajukan

permohonan perubahan (addendum) terhadap syarat-syarat perjanjian kredit yang

telah disepakati sebelumnya Bagaimana dalam kebijakan tersebut, yang

dimaksudkan dengan restrukturisasi adalah upaya yang dilakukan Bank dalam

usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya. 72

Menurut Munir Fuadi, tujuan dari diadakannya retrukturisasi ini yaitu :

1. Untuk menghindarkan kerugian bagi Bank karena Bank harus menjaga

kualitas kredit yang telah diberikan.

71
Romi Suryanto, Restrukturisasi Sebagai Solusi Bank Dalam Mengatasi Kredit
Bermasalah, (Jakarta: Pustaka Ilmu, 2010), hlm. 46
72
Ismail, Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2010), hlm. 9

45

Universitas Sumatera Utara


2. Untuk membantu memperingan kewajiban Debitur sehingga dengan keringan

ini Debitur mempunyai kewajiban untuk melanjutkan kembali usahanya dan

dengan menghidupkan kembali usahanya akan memperoleh pendapatan yang

sebagian dapat digunakan untuk membayar hutangnya dan sebagian untuk

melanjutkan kegiatan usahanya.

3. Dengan restrukturisasi maka penyelesaian kredit melalui lembaga-lembaga

hukum dapat dihindarkan karena penyelesaian melalui lembaga hukum dalam

prakteknya memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang tidak sedikit dan

hasilnya lebih rendah dari piutang yang ditagih.73

73
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, (Bandung: Citra Aditya, 2003), hlm. 30

46

Universitas Sumatera Utara


BAB III

PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT DALAM RANGKA

MENGATASI KREDIT MACET DI BANK BPR NBP 34

PEMATANGSIANTAR

A. Kredit Macet

1. Pengertian Kredit Macet

Dalam masyarakat istilah kredit bukan hal yang asing dalam

kehidupan sehari-hari. Bukan hanya dikota-kota besar saja istilah kredit ini

dikenal, akan tetapi sampai ke pelosok-pelosok desa kata kredit telah

demikian populer. Jika dilihat secara etimologis, kata kredit berasal dari

bahasa Yunani “credere” yang artinya “kepercayaan” (Belanda:

vertrouwen, Inggris: believe, trust I atau I confidence).74

Kredit bermasalah atau nonperforming loan merupakan risiko yang

terkandung dalam setiap pemberian kredit oleh bank. Risiko tersebut

berupa keadaan dimana kredit tidak dapat kembali tepat pada waktunya.

Kredit bermasalah atau nonperforming loan di perbankan itu dapat

disebabkan oleh beberapa factor, misalnya, ada kesengajaan dari pihak-

pihak yang terlibat dalam proses kredit, kesalahan prosedur pemberian

kredit, atau disebabkan oleh factor lain seperti faktor makro ekonomi.

Kredit dikategorikan sebagai kredit bermasalah atau nonperforming loan

tersebut adalah apabila kualitas kredit tersebut tergolong pada tingkat

kolektibilitas kurang lancar, diragukan, atau macet.75

74
Miriam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank (Bandung: Offset alumni, 1978),
hlm. 21
75
Hermansyah, Op. Cit, hlm. 75

47

Universitas Sumatera Utara


Kredit bermasalah pada mulanya diawali terjadinya wanprestasi

(ingkar janji), dimana debitur tidak mau atau tidak mampu memenuhi janji

yang telah dibuatnya dalam perjanjian kredit. Penyebab debitur

wanprestasi dapat bersifat alamiah (diluar kemampuan debitur) atau akibat

itikad tidak baik.76 Untuk lebih jelasnya yang dinamakan kredit macet

adalah suatu keadaan dimana seorang nasabah tidak mampu membayar

lunas kredit bank tepat pada waktunya.77

Pengertian kredit macet adalah kredit yang tidak lancar dan telah

sampai pada jatuh temponya belum dapat juga diselesaikan oleh nasabah

bersangkutan78. Menurut Dahlan Siamat, kredit macet atau problem loan

adalah kredit yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor-

faktor atau unsur-unsur kesengajaan atau karena kondisi diluar

kemampuan debitur.79 Dari pengertian tersebut disimpulkan bahwa kredit

macet adalah piutang yang tak tertagih atau kredit yang mempunyai

kriteria kurang lancar, yang disebabkan karena mengalami kesulitan

pelunasan akibat adanya faktor-faktor tertentu.

2. Faktor Penyebab Kredit Macet

Penyebab kredit macet sangat bervariasi. Berdasarkan evaluasi

umum pasca krisis, banyak NPL yang terjadi karena bank pemberi kredit

kurang hati-hati dan masalah Moral Hazard. Atau berawal dari kolusi

76
Iswi Hariyani I, Op. Cit hlm. 89
77
Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, (Jakarta: Djambatan, 1995), hlm.
92
78
Muchdarsyah Sinungan, Dasar-Dasar Dan Teknik Management Kredit, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1993), cetakan ke 1, hlm. 57
79
Dahlan Siamat, Manajemen Lambaga Keuangan, (Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 1999), cetakan ke 1, hlm. 201

48

Universitas Sumatera Utara


antara pejabat bank dan debitur.80 Kolusi ini menimbulkan malpraktik

yang dilakukan oleh pihak perbankan, dalam hal ini para direksi atau para

staf dibawahnya.

Kredit macet dapat disebabkan faktor internal maupun eksternal.

Faktor internal penyebab kredit macet yaitu kebijakan perkreditan yang

ekspansif, penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan, itikad

kurang baik dari pemilik, pengurus atau pegawai bank, serta lemahnya

system informasi kredit macet. Sedangkan faktor eksternal penyebab

kredit macet adalah kegagalan usaha debitur, pemanfaatan iklim

persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur, serta menurunnya

kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit.81

Secara umum ada dua faktor yang menyebabkan kredit

bermasalah, yaitu faktor internal bank dan faktor eksternal bank.

Faktor Intern Bank:

a. Analisis kurang tepat, sehingga tidak dapat memprediksi apa yang

akan terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu kredit.

Misalnya, kredit diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan, sehingga

nasabah tidak mampu membayar angsuran yang melebihi

kemampuan.

b. Adanya kolusi antara pejabat bank yang menangani kredit dan

nasabah, sehingga bank memutuskan kredit yang tidak seharusnya

80
Faisal Basri, Perekonomian Indonesia, Tantangan dan Harapan Bagi Kebangkitan
Indonesia, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005), hlm. 199
81
Rene Setyawan, Penghimpunan Dana, makalah pada acara temu ilmiah perbankan dan
sitem keuangan yang diadakan BI dan USU, Medan, 1994, hlm. 7-8

49

Universitas Sumatera Utara


diberikan. Misalnya, bank melakukan over taksasi terhadap nilai

agunan.

c. Keterbatasan pengetahuan pejabat bank terhadap jenis usaha debitur,

sehingga tidak dapat melakukan analisis dengan tepat dan akurat.

d. Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait, misalnya komisaris,

direktur bank sehingga petugas tidak independen dalam memutuskan

kredit.

e. Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring kredit

debitur; dsb.

Faktor Ekstern Bank

1) Unsur kesengajaan yang dilakukan oleh nasabah

a. Nasabah sengaja untuk tidak melakukan pembayaran angsuran

kepada bank, karena nasabah tidak memiliki kemauan dalam

memenuhi kewajibannya;

b. Debitur melakukan ekspansi terlalu besar, sehingga dana yang

dibutuhkan terlalu besar. Hal ini akan memiliki dampak terhadap

keuangan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan modal kerja;

c. Penyelewengan yang dilakukan nasabah dengan menggunakan

dana kredit tersebut tidak sesuai dengan tujuan penggunaan (side

streaming). Misalnya, dalam pengajuan kredit, disebutkan kredit

untuk investasi, ternyata dalam praktiknya setelah dana kredit

dicairkan, digunakan untuk modal kerja; dsb.

2). Unsur ketidaksengajaan

50

Universitas Sumatera Utara


a. Debitur mau melaksanakan kewajiban sesuai perjanjian, akan

tetapi kemampuan perusahaan sangat terbatas, sehingga tidak

dapat membayar angsuran;

b. Perusahaannya tidak dapat bersaing dengan pasar, sehingga

volume penjualan menurun dan perusahaan rugi;

c. Perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah yang berdampak

pada usaha debitur;

d. Bencana alam yang dapat menyebabkan kerugian debitur.82

Jika digolongkan untuk saat ini maka penyebab dari kredit macet

adalah melemahnya pertumbuhan ekonomi akibat dari pandemi virus

corona. Bank dalam skala kecil juga beresiko terkena kredit macet karena

tetap memberikan pinjaman untuk debitur. Hal ini dapet mengakibatkan

kredit macet karena pendapatan masyarakat berkurang karena kehilangan

pekerjaan mereka karena kebijakan lockdown yang mengakibatkan banyak

perusahaan terpaksa mem-PHK karyawan untuk mengurangi cost of

production mereka. Lalu untuk pedagang kaki lima juga sangat terdampak

karena mata pencaharian mereka tergantung dari lalu lalang masyarakat

yang lewat, dengan keadaan lockdown maka banyak orang yang

melakukan WFH sehingga hal ini akan berdampak pada pekerjaan

pedagang kaki llima. Akibat keputusan ini banyak pihak yang mengalami

pengurangan pendapatan bahkan kehilangan pendapatan sehingga terpaksa

untuk meminjam uang dari bank. Dan biasanya mereka masih punya

hutang yang belum dibayarkan karena untuk memenuhi kebutuhan hidup

82
Suci Anugrah Ilahi, ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT
MACET PADA BANK BRI (Persero) Tbk UNIT HASANUDDIN MAROS, ECONOMICS BOSOWA
JOURNAL, Vol 4, No. 004, 2018, hlm. 156-157

51

Universitas Sumatera Utara


maka mereka melakukan peminjaman ke bank lagi. Hal inilah yang dapat

membuat resiko kredit macet menjadi lebih besar. 83

Pelaksanaan prinsip kehati-hatian merupakan hal penting guna

mewujudkan sitem perbankan yang sehat, kuat, dan kokoh. Krisis

perbankan yang melanda Indonesia pada Juli 1997 menunjukkan betapa

lemahnya komitmen untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian di kalangan

pelaku bisnis perbankan. Prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit

perbankan secara tersirat diatur dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang

perbankan Pasal 8 ayat (1) dan (2) beserta penjelasannya. Pasal 8 ayat (1)

berbunyi: “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan

prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan

analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan beserta kesanggupan

nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau pembiayaan yang dimaksud

sesuai dengan yang diperjanjikan”. Pasal 8 ayat (2) berbunyi: “Bank

umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia”.84

3. Akibat Terjadinya Kredit Macet Pada Bank

Kondisi kredit macet tidak hanya akan memengaruhi pihak peminjam

ataupun nasabah, namun juga akan memengaruhi pihak bank. Adanya kondisi

kredit macet ini akan membuat pihak bank kekurangan dana. Hal tersebut akan

berdampak buruk atas jalannya kegiatan usaha yang dilakukan oleh pihak bank.

Untuk itu, setiap lembaga keuangan yang melakukan penawaran dana

83
https://kumparan.com/safira-mirza-rahman/resiko-dan-kebijakan-kredit-macet-saat-
pandemic-covid-19-1tg0Qob0VRp, diakses pada 16 Februari 2021, pukul 11.58
84
Iswi Hariyani II, Op.cit, hlm. 32

52

Universitas Sumatera Utara


pinjaman harus menjaga nilai NPL nya agar bisa selalu rendah jika ingin

terus bergerak menjalankan usahanya. Jika hanya ada satu atau dua

kreditur saja yang mengalami kredit macet memang tidak akan masalah,

tapi jika jumlahnya banyak dan berlangsung secara bersamaan, maka NPL

dari lembaga keuangan tersebut pasti akan meningkat.85

Naiknya NPL akan memaksa perbankan memperkuat struktur

permodalannya. Untuk keperluan ini, boleh jadi perbankan akan

memperbesar porsi penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP).

Konsekuensinya adalah pada saat perbankan berupaya memperkuat

struktur permodalan, secara otomatis hal ini akan mengurangi kemampuan

perbankan melakukan ekspansi kredit (ke sektor riil). Pengurangan

kemampuan perbankan melakukan ekspansi kredit akan berdampak

negatif terhadap perekonomian. Sederhananya, efek negatif krisis global

yang diakibatkan pandemi virus corona saat ini membuat peran beberapa

sumber permodalan yang seharusnya untuk mendukung pertumbuhan

ekonomi seperti investasi portofolio di pasar modal, investasi asing

langsung (FDI), dan modal sendiri dari sektor swasta mengalami

penurunan.86

B. Gambaran Umum Bank BPR NBP 34 Pematangsiantar

PT. Bank Perkreditan Rakyat Nusantara Bona Pasogit (BPR NBP) 34

Pematangsiantar merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang usaha

85
https://accurate.id/ekonomi-keuangan/kredit-macet/#Dampak_Kredit_Macet, diakses
pada 16 Februari 2021, pukul 11.50
86
http://lipi.go.id/berita/kredit-bermasalah-penyebab-dan-dampaknya-/3997, diakses pada
16 Februari 2021, pukul 13.00

53

Universitas Sumatera Utara


keuangan perbankan yang berdiri pada tanggal 10 Juli 1997 berdasarkan

Persetujuan Prinsip Pendirian Bank Perkreditan rakyat (BPR) Departemen

Keuangan Republik Indonesia Nomor : S-1199/MK.17/1994 dengan surat izin

usaha Nomor: Kep-291/KM.17/1997. PT Bank Perkreditan Rakyat Nusantara

Bona Pasogit 34 berlokasi di Jalan Ade Irma Suryani, Nomor 16E, Kelurahan

Melayu, Kecamatan Siantar Utara, Kota Pematangsiantar, Provinsi Sumatera

Utara yang anggaran dasarnya didirikan dengan Akta nomor 31 tanggal 5

Desember 1994 dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman & HAM

dengan Surat Keputusan tertanggal 18 Mei 1995 Nomor. C-6208 HT.01.01Th.95.

PT BPR NBP 34 juga termasuk sebagai salah satu anggota PERBARINDO

(Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia).

PT BPR NBP 34 Didirikan untuk menghimpun dan menyalurkan dana

kepada masyarakat. Dimana hal tersebut bertujuan agar meningkatnya

pembangunan nasional secara merata di setiap daerah sehingga berdampak positif

khususnya terhadap kemajuan ekonomi wilayah setempat dan pembangunan

Indonesia pada umumnya dan BPR NBP 34 dapat memberikan kontribusi

program pemerintah dalam mengembangkan usaha UMKM (Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah). PT BPR NBP 34 secara konsisten dan profesional terus berupaya

melayani seluruh nasabah dengan tujuan akhir kepuasan nasabah atas pelaksanaan

kerja kami yang tetap menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian serta praktek

pemberian kredit yang sehat.

Adapun visi dari BPR NBP 34 Pematangsiantar yaitu menjadi BPR 10

besar di wilayah Sumatera Utara dalam jangka waktu 5 tahun kedepan. Untuk

mewujudkan visi tersebut BPR NBP 34 Pematangsiantar mempunyai misi yaitu;

54

Universitas Sumatera Utara


Memberikan pelayanan yang cepat dan akurat kepada nasabah; Mendukung

perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah; Menjual produk yang sesuai

dengan kebutuhan masyarakat; Meningkatkan kompetensi dan komitmen Sumber

Daya Manusia dan; Meningkatkan nilai saham dan kesejahteraan pengurus dan

karyawan. Adapun nilai dasar yang harus dimiliki oleh para pengurus dan

karyawan BPR NBP 34 Pematangsiantar sebagai pilar utama perusahaan yaitu;

Mengasihani sesama; Keterbukaan; Kerendahan hati dan; Integritas.

Struktur organisasi BPR NBP 34 Pematangsiantar adalah sebagai berikut:

Sumber: http://bprnbp34.com/Home/struktur

C. Ukuran Menentukan Kredit Macet Yang Layak Dilakukan

Restrukturisasi

Memperhatikan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 11 Tahun 2020,

prinsip kehati-hatian dan Manajemen Risiko, khususnya risiko kredit, guna

mengantisipasi risiko yang akan timbul terhadap kewajiban pembayaran kredit

55

Universitas Sumatera Utara


oleh debitur dan berdampak terhadap kinerja BPR NBP 34 maka informasi

perihal relaksasi yang dapat diberikan PT. BPR NBP 34 terhadap Debitur

yang terkena dampak Virus Corona, adalah sebagai berikut87:

Prioritas Debitur yang mendapatkan relaksasi adalah :

1. Debitur yang menurut penilaian BPR NBP 34 terkena dampak Virus

Corona.

Debitur yang terkena dampak adalah debitur yang mengalami

kesulitan untuk memenuhi kewajiban pada bank karena debitur atau

usahanya terdampak dari penyebaran Virus Covid-19. Hal ini diketahui

oleh pihak bank BPR NBP 34 Pematangsiantar melalui peninjauan

langsung ke lapangan, bahwasanya debitur tersebut atau usaha yang

dijalankan memang benar-benar terdampak oleh pandemi covid-19.

2. Nilai pinjaman dibawah Rp 10 Milyar.

Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11

Tahun 2020, debitur yang kredit nya dapat direstrukturisasi adalah yang

plafon nya paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)

dapat didasarkan pada ketepatan pembayaran pokok dan/atau bunga atau

margin/bagi hasil/ujrah.

3. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11

Tahun 2020, bahwa Bank dapat menerapkan kebijakan yang mendukung

stimulus pertumbuhan ekonomi untuk debitur yang terkena dampak

penyebaran coronavirus disease 2019 (COVID-19) termasuk debitur usaha

87
Wawancara dengan Roby Sinaga, Kabag lending di BPR NBP 34 Pematangsiantar,
Pada 19 Januari 2021

56

Universitas Sumatera Utara


mikro, kecil, dan menengah. UMKM merupakan sektor yang paling

terdampak saat pandemi covid-19 yang mengakibatkan sulitnya

mendapatkan bahan baku serta terhambatnya distribusi karena terbatasnya

pergerakan orang dan barang.

Pada umumnya nasabah BPR NBP 34 Pematangsiantar yang

terdampak covid-19 yaitu para pedagang yang dimana mereka terpaksa

harus menutup usahanya karena adanya aturan untuk tidak keluar rumah

sehingga berkurangnya pelanggan. Selain itu nasabah yang terdampak

selanjutnya adalah supir (jasa angkutan) dikarenakan sekolah diliburkan

dan kantor juga ditutup yang membuat semua orang sekolah/bekerja dari

rumah membuat para supir kehilangan mata pencaharian. Selanjutnya

yaitu pengusaha ketring yang karena covid-19 mengakibatkan tidak ada

lagi acara-acara yang melibatkan mereka dalam menyediakan konsumsi.

Hal tersebut menyebabkan menurunnya pendapatan para nasabah yang

berdampak pada menurunnya kemampuan untuk membayar angsuran

kepada BPR NBP 34 Pematangsiantar. Sehingga perlu dilakukan

restrukturisasi kredit bagi para nasabah yang berdampak covid-19 yang

tetap berdasarkan prinsip kehati-hatian.88

D. Proses Restrukturisasi Kredit di Bank BPR NBP 34 Pematangsiantar

Industri perbankan mulai menjalankan proses penilaian atas pengajuan

relaksasi kredit bank atau pinjaman leasing sesuai kebijakan Otoritas Jasa

Keuangan (OJK). Kebijakan relaksasi OJK untuk tetap mendorong roda ekonomi
88
Wawancara dengan Roby Sinaga, Kabag lending di BPR NBP 34 Pematangsiantar,
Pada 19 Januari 2021

57

Universitas Sumatera Utara


di tengah pelemahan ekonomi dampak penyebaran covid-19 itu tertuang dalam

POJK Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional sebagai

Kebijakan Countercyclical dan surat edaran OJK kepada Perusahaan Pembiayaan

pada awal April 2020. Kebijakan OJK itu meminta bank atau perusahaan

pembiayaan untuk memberikan relaksasi atau keringanan pembayaran kredit bank

atau pinjaman leasing bagi debitur atau peminjam yang usaha dan pekerjaannya

terdampak langsung atau tidak langsung pandemi covid-19 ini. Keringanan

pembayarannya bisa dengan penurunan suku bunga, perpanjangan jangka waktu

cicilan, pengurangan tunggakan pokok, pengurangan tunggakan bunga,

penambahan fasilitas kredit/leasing, konversi kredit/leasing menjadi penyertaan

modal sementara.89

Secara umum dalam pemberian restrukturisasi, bank mengacu pada POJK

penilaian kualitas kredit. Namun, dalam penerapan ataupun skema restrukturisasi

dapat bervariasi dan sangat ditentukan oleh kebijakan masing-masing bank. Hal

itu tergantung pada asesmen terhadap profil dan kapasitas membayar debiturnya.

Agar dapat dipahami juga oleh masyarakat bahwa OJK menekankan kepada

seluruh bank agar dalam pemberian kebijakan restrukturisasi ini dilakukan secara

bertanggungjawab dan agar tidak terjadi moral hazard. Jangan sampai ini

dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Hal ini terkait

dengan debitur yang sebelumnya lancar, tetapi kemudian menurun kinerja

usahanya sebagai dampak covid-19. OJK justru meminta bank agar proaktif

membantu debiturnya dengan menawarkan skema restrukturisasi yang tepat, baik

dari sisi jangka waktu, besaran cicilan ataupun relaksasi bunga. Sebagai suatu

89
https://finansial.bisnis.com/read/20200409/90/1225205/bank-mulai-proses-pengajuan-
relaksasi-kredit-terdampak-covid-19, diakses pada 25 Februari 2021 pukul 15.25

58

Universitas Sumatera Utara


ilustrasi bentuk moral hazard dan pemberian restrukturisasi yang tidak

bertanggungjawab antara lain adalah kebijakan restrukturisasi diberikan kepada

nasabah yang sebelum merebaknya covid-19 sudah bermasalah.90

Restrukturisasi di BPR NBP 34 Pematangsiantar dimulai sejak bulan

Maret 2020. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak Roby Sinaga

selaku kabag lending dan Ibu Erlinda Sidabutar selaku Pembina dan Pengawas di

BPR NBP 34 Pematangsiantar yang menjadi narasumber dalam penelitian ini.

Adapun proises restrukturisasi kredit di Bank BPR NBP 34 Pematangsiantar yang

dijelaskan oleh narasumber yaitu sebagai berikut. Pengajuan relaksasi kredit dapat

dilakukan dengan cara:

1. Mengisi formulir permohonan Relaksasi Kredit. Adapun bentuk dari formulir

yang wajib diisi oleh nasabah yang ingin mengajukan restrukturisasi kredit

akibat pandemi covid-19 yaitu sebagai berikut:

90
https://finansial.bisnis.com/read/20200326/90/1218473/keringanan-kredit-karena-
corona-ini-8-syarat-yang-wajib-diketahui, diakses pada 26 Februari 2021 pukul 2.30 wib

59

Universitas Sumatera Utara


Sumber: http://bprnbp34.com/baca/berita/relaksasi-kredit-terkait-covid-19

60

Universitas Sumatera Utara


2. Pengembalian formulir bisa dilakukan melalui email atau langsung melalui

petugas BPR NBP 34 Pematangsiantar.

3. Relaksasi pinjaman dapat diberikan setelah adanya persetujuan dari BPR

NBP 34 Pematangsiantar dengan mempertimbangkan kriteria nasabah yang

terdampak wabah virus corona. Dan dalam hal ini, pihak BPR NBP 34

Pematangsiantar akan melakukan survei terhadap nasabah dan usahanya untuk

melihat bagaimana dampak yang dialami nasabah tersebut dan kemampuan

membayar selama masa pandemi ini, dan apakah nasabah tersebut layak untuk

mendapatkan persetujuan relaksasi kredit. Selanjutnya permohonan ini akan

dibawakan ke meja komite untuk mendapat persetujuan. Anggota komite

terdiri atas 1 ketua dan 4 anggota tergantung pada plafon dari pinjaman

nasabah. Untuk plafon dibawah Rp. 10.000.000,- hanya terdiri dari 1 ketua

dan 3 anggota komite.

4. Persetujuan permohonan relaksasi akan diinformasikan oleh BPR NBP 34

melalui saluran komunikasi PT. BPR NBP 34 Pematangsiantar.

5. Bagi debitur yang telah mendapatkan persetujuan relaksasi tetap mengikuti

persyaratan dan tata cara yang telah ditetapkan BPR NBP 34 Pematangsiantar.

Dan juga wajib membayar administrasi yang telah ditetapkan.

6. Bagi debitur yang telah mendapatkan persetujuan relaksasi agar melakukan

pembayaran angsuran dengan penuh tanggung jawab sesuai perjanjian

relaksasi yang telah disepakati bersama.

Adapun jenis relaksasi yang dapat diberikan oleh BPR NBP 34

Pematangsiantar kepada debitur yang telah memenuhi syarat dan kebijakan yang

telah ditetapkan untuk restrukturisasi yaitu pemberian waktu 6 bulan kedepan

61

Universitas Sumatera Utara


sejak tanggal persetujuan permohonan relaksasi kredit berupa kesanggupan

pembayaran yang telah disepakati oleh nasabah dan BPR NBP 34

Pematangsiantar untuk dibayarkannya paling lama 6 bulan apakah itu hanya

tunggakan pokok atau tunggakan bunga saja. Sebagai contoh, nasabah A

mempunyai cicilan kredit yang harus dibayarkan tiap bulan sebesar Rp.

1.200.000,- yang terbagi atas Rp. 1.000.000,- tunggakan pokok dan Rp. 200.000,-

bunga dalam jangka waktu tenor 12 bulan. Dalam permohonannya A hanya

sanggup membayar bunga sebesar Rp. 200.000,- perbulan nya selama 6 bulan

masa relaksasi yang diberikan. Maka Rp. 1.000.000,- yang menjadi tunggakan

pokok akan diakumulasikan dalam waktu 6 bulan kedepannya. Jadi nasabah A

hanya perlu membayar sebesar Rp. 200.000,- kepada BPR NBP 34

Pematangsiantar selama masa pandemi covid-19 sebagai bentuk restrukturisasi

yang dilakukan oleh bank tersebut.91

Masa relaksasi ini hanya berlaku selama 6 bulan saja sejak tanggal

persetujuan yang telah disepakati bersama antara nasabah dengan BPR NBP 34

Pematangsiantar. Setelah habis masa relaksasi maka nasabah wajib membayarkan

tunggakan seperti biasanya, tanpa adanya pengurangan jumlah tunggakan yang

telah ditetapkan sebelum dilakukannya relaksasi kredit. BPR NBP 34

Pematangsiantar tidak memberikan perpanjangan waktu pembayaran tunggakan

selama restrukturisasi kredit akibat covid-19. BPR NBP 34 Pematangsiantar juga

tidak membuat kebijakan selain daripada relaksasi pembayaran yang telah

dijelaskan sebelumnya,

91
Wawancara dengan Roby Sinaga, Kabag lending di BPR NBP 34 Pematangsiantar,
Pada 19 Januari 2021

62

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

KENDALA DALAM MELAKSANAKAN RESTRUKTURISASI KREDIT

A. Kendala Dalam Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit Pada Bank BPR

NBP 34 Pematangsiantar.

Kegiatan penyaluran kredit oleh bank kepada nasabah peminjam (debitur)

pada hakekatnya memiliki tujuan untuk membantu perekonomian masyarakat

khususnya para pengusaha seperti pedagang, pengrajin dan pengusaha kecil

lainnya. Pengusaha kecil kebanyakan mempunyai modal kerja yang sedikit, oleh

karena itu dengan adanya penyaluran kredit tujuannya adalah untuk

mengembangkan usaha para pengusaha kecil tersebut menjadi lebih maju dari

sebelumnya. Di samping itu kegiatan penyaluran kredit oleh bank bertujuan untuk

melaksanakan fungsinya sebagai Lembaga Perantara Keuangan Masyarakat

(Financial Intermendiary), yaitu bank menjadi media perantara pihak-pihak yang

memiliki kelebihan dana (surplus of founds) dengan pihak-pihak yang

kekurangan/memerlukan dana (lack founds).92

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh penulis terhadap kendala-

kendala yang dialami oleh BPR NBP 34 Pematangsiantar, adapun informasi yang

didapatkan yaitu tidak ada kendala yang signifikan mempengaruhi proses

restrukturisasi kredit akibat covid-19 namun, kendala yang dihadapi berupa hal-

92
Muhammad Jumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2000), hlm. 6

63

Universitas Sumatera Utara


hal yang mencakup sebelum dilakukannya restrukturisasi tersebut. Adapun

kendala-kendala tersebut yaitu93:

1. Masyarakat yang membandingkan kebijakan restrukturisasi di BPR NBP 34

Pematangsiantar dengan bank lain. BPR NBP 34 Pematangsiantar tentu saja

sudah mempunyai kebijakan tersendiri.

2. Adanya pandangan masyarakat yang menganggap restrukturisasi kredit di

masa pandemi covid-19 ini berarti menghapus tunggakan kredit yang masih

harus dibayarkan kepada bank, padahal BPR NBP 34 Pematangsiantar sebagai

perusahaan yang bergerak di bidang perbankan tidak bisa menjalankan

usahanya apabila nasabah/debitur nya tidak membayar utangnya kepada bank

tersebut. Dengan kata lain, tidak mungkin restrukturisasi kredit akibat

pandemi covid-19 ini menghapus tunggakan wajib para debitur.

3. Di sisi lain, adapun debitur yang sudah mendapat persetujuan restrukturisasi

kredit berupa relaksasi pembayaran bunga/pokok, tetapi masih saja mengalami

kesulitan/kendala dalam pembayaran selama 6 bulan tersebut. Padahal dalam

perjanjian yang sudah disepakati tertera kesanggupan debitur untuk

pembayaran yang harus ia penuhi selama relaksasi yang diberikan oleh BPR

NBP 34 Pematangsiantar.

4. Setelah habisnya masa relaksasi yang diberikan oleh BPR NBP 34

Pematangsiantar, mengakibatkan bengkaknya pembayaran yang harus

dibayarkan oleh debitur. Hal tersebut membuat debitur kesulitan untuk

memenuhi kewajiban pembayarannya, ditambah dengan belum berakhirnya

93
Wawancara dengan Roby Sinaga, Kabag lending di BPR NBP 34 Pematangsiantar,
Pada 19 Januari 2021

64

Universitas Sumatera Utara


pandemi covid-19 hingga saat ini, sekolah dan tempat kerja juga belum

sepenuhnya beroperasi secara tatap muka.

Pada penjelasan sebelumnya tertera beberapa kendala yang dihadapi oleh

BPR NBP 34 Pematangsiantar, namun pihak bank tidak menganggap hal tersebut

sebagai kendala yang besar, dikarenakan kebijakan tersebut masih dapat berjalan

hingga pada saat ini. Selain itu karena di kota Pematangsiantar belum ada

menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sehingga masyarakat

masih tetap dapat bermobilisasi antar daerah untuk menjalankan usahanya, dan

tetap memenuhi protokol kesehatan.

B. Pemberlakuan Kebijakan Baru Setelah Masa Restrukturisasi Kredit

Berakhir

Pelaksanaan restrukturisasi di BPR NBP 34 Pematangsiantar yang berupa

relaksasi pembayaran tunggakan pokok maupun bunga selama 6 bulan sudah ada

yang terlaksana dan jatuh tempo saat penulis melakukan riset pada bulan Januari

2021 di bank tersebut. Adapun nasabah yang telah jatuh tempo yaitu nasabah

yang mendapat persetujuan pada bulan Maret hingga Juni, yang dimana masa

relaksasi mereka berakhir pada bulan September-Desember. Adapun jumlah

nasabah yang mendapat persetujuan relaksasi kredit per Januari 2021 yaitu

sebanyak 44 nasabah dengan total plafond sebesar Rp. 3.758.000.000,- dan total

outstanding sebesar Rp. 2.879.503.800,-94

Setelah masa relaksasi yang diberikan bank berakhir, selanjutnya nasabah

membayar cicilan lebih besar daripada sebelum relaksasi dikarenakan sisa dari

94
Wawancara dengan Erlinda Sidabutar, Kabag Pembina dan Pengawasan BPR NBP 34
Pematangsiantar, Pada 19 Januari 2021

65

Universitas Sumatera Utara


tunggakan yang sirelaksasi pada 6 bulan tersebut diakumulasikan pada sisa waktu

yang masih ada. Tidak semua nasabah mampu melanjutkan pembayaran

kewajibannya selanjutnya setelah masa relaksasi ini berakhir, banyak juga

nasabah yang kesulitan dalam melunasi kewajibannya kepada bank. Maka dari itu

BPR NBP 34 Pematangsiantar menyarankan kepada nasabah untuk melakukan

restrukturisasi biasa. Kebijakan ini ditawarkan kepada nasabah apabila mereka

masih mengalami kesulitan dalam membayar kewajiban mereka kepada bank.

Adapun mekanisme yang harus dilalui oleh nasabah untuk melakukan

restrukturisasi baru, antara lain mengisi form yang telah disediakan, seperti

berikut:

66

Universitas Sumatera Utara


Sumber: http://bprnbp34.com/baca/berita/relaksasi-kredit-terkait-covid-19

67

Universitas Sumatera Utara


Untuk mekanisme selanjutnya serupa dengan mekanisme pada saat

pengajuan permohonan restrukturisasi pertama. Namun pada restrukturisasi biasa

ini nasabah hanya diberikan perpanjangan waktu untuk pembayaran cicilan

tunggakan, sehingga nasabah tidak terlalu terbebani dalam melunasi

kewajibannya dikarenkan masih diberikan perpanjangan waktu atau tenor sesuai

dengan kesepakatan yang dibuat oleh BPR NBP 34 Pematangsiantar dengan

nasabahnya.

68

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan yang sudah diuraikan di bab sebelumnya, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kebijakan yang dilakukan oleh bank dalam menghadapi situasi ekonomi

yang sedang menurun akibat pandemi covid-19 berdasarkan Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Stimulus

Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclycal Dampak

Penyebaran Coronavirus Disease 2019 salah satunya ialah restrukturisasi

kredit khususnya bagi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang

terdampak secara langsung. Adapun kebijakan tersebut antara lain

penurunan suku bunga kredit; perpanjangan jangka waktu kredit;

pengurangan tunggakan bunga kredit; pengurangan tunggakan pokok

kredit; penambahan fasilitas kredit; dan/atau konversi kredit menjadi

penyertaan modal sementara..

2. Dalam menanggapi POJK 11/2020 tersebut, Bank BPR NBP 34

Pematangsiantar turut melakukan restrukturisasi kredit bagi nasabahnya

yang terdampak covid-19. Adapun kebijakan yang dilakukan oleh BPR

NBP 34 Pematangsiantar dalam menanggapi POJK 11/2020 ini yaitu

membuat kebijakan relaksasi kredit kepada nasabah yang mengalami

kesulitan dalam memenuhi kewajiban pembayarannya kepada bank di

masa pandemi ini. Bank dalam menentukan kelayakan nasabah yang

mendapat persetujuan restrukturisasi kredit akibat covid-19 berupa

69

Universitas Sumatera Utara


relaksasi pembayaran utang tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian

yaitu setiap nasabah yang mengajukan permohonan relaksasi kredit harus

melalui tahapan seleksi berkas. Bank juga melakukan peninjauan ke

lapangan untuk melihat kondisi nasabah dan usahanya yang terdampak

akibat pandemi ini. Bukan hanya itu, permohonan relaksasi kredit tersebut

juga harus dibawakan ke rapat komite untuk mendapat persetujuan.

Setelah mendapat persetujuan, maka nasabah diharapkan memenuhi

kewajibannya sesuai dengan yang telah disepakati. Praktik pemberian

keringanan pembayaran tersebut berupa pengurangan tunggakan yang

harus dibayarkan oleh nasabah kepada bank selama 6 bulan masa relaksasi

kredit. Dalam hal ini nasabah dapat memilih pembayaran hanya sebatas

bunga tunggakan saja atau tunggakan pokok saja.

3. Pelaksanaan restrukturisasi kredit di BPR NBP 34 Pematangsiantar tidak

terlepas dari kendala-kendala ataupun kesulitan. Kendala tersebut berupa

sulitnya nasabah dalam memenuhi kewajibannya meskipun sudah

dilakukan reklasasi. Di sisi lain adanya pembandingan kebijakan yang

dilakukan oleh BPR NBP 34 Pematangsiantar dengan bank lain yang tentu

saja mempunyai kebijakan tersendiri. Adapun kendala lain yaitu

pandangan masyarakat yang menganggap restrukturisasi kredit akibat

covid-19 ini adalah penghapusan utang nasabah selama pandemi ini,

padahal hanya berupa peringanan bagi nasabah dalam pemenuhan

kewajibannya. Kendala seperti yang dijelaskan sebelumnya memang tidak

berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan restrukturisasi kredit

yang dilaksanakan, namun tetap saja hal tersebut menjadi suatu yang dapat

70

Universitas Sumatera Utara


berdampak bagi kelangungan kebijakan bank. Setelah relaksasi kredit

yang diberikan bank selama 6 bulan berakhir, bagi nasabah yang masih

mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibanya, BPR NBP 34

Pematangsiantar menganjurkan nasabah untuk melakukan restrukturisasi

biasa yaitu dengan mengajukan kembali permohonan kepada bank.

Mengingat hingga saat ini pandemi covid-19 yang masih belum berakhir.

Pada hakekatnya restrukturisasi kredit khususnya yang berdasarkan POJK

No. 11/2020 ini bertujuan untuk meringankan para debitur dalam

pembayaran kewajibannya kepada kreditur. Peringanan ini bertujuan untuk

menjaga kestabilan perekonomian di Indonesia pada masa pandemi ini.

Hal tersebut juga dilaksanakan oleh BPR NBP 34 Pematangsiantar sebagai

objek penelitian yang dilakukan penulis dalam skripsi ini.

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan riset yang telah

dilakukan di BPR NBP 34 Pematangsiantar terhadap pelaksanaan relaksasi kredit

yang diberlakukan kepada nasabah yang mengalami kesulitan dalam pembayaran

kewajibannya yaitu menjelaskan terlebih dahulu kepada nasabah yang ingin

melakukan restrukturisasi bagaimana kebijakan yang diberlakukan terhadap kredit

tersebut, agar tidak ada kesalah pahaman nasabah yang menganggap

restrukturisasi itu sama dengan penghapusan utang. Selain itu, BPR NBP 34

Pematangsiantar dapat menambah kebijakan lain seperti konversi kredit menjadi

penyertaan modal bank bagi nasabah, atau penambahan fasilitas kredit lainnya

agar nasabah lebih leluasa dalam memilih kebijakan yang diberlakukan padanya

71

Universitas Sumatera Utara


sehingga dapat dipenuhi dan dipertanggungjawabkan dengan mudah, dan

pelaksanaan restrukturisasi kredit dapat berjalan dengan lancar.

72

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ali, Zainuddin. 2010. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika

Asikin, Zainal. 2015. Pengantar Hukum Perbankan Indonesia. Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Badrulzaman, Miriam Darus. 1978. Perjanjian Kredit Bank. Bandung: Offset

alumni

Bahri, Zaimul. 1996. Struktur Dalam Metode Penelitian Hukum. Jakarta:

Angkasa

Basri, Faisal. 2005. Perekonomian Indonesia, Tantangan dan Harapan Bagi

Kebangkitan Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga

Efendi, Jonaedi. 2016. Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris.

Depok: Prenadamedia Group

Efendi, Sofian. 1996. Membangun Martabat Manusia: Peran Ilmu-ilmu Sosial

dalam Pembangunan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad. 2010. Dualisme Penelitian Hukum

Empiris & Normatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Fuady, Munir. 2003. Hukum Perbankan Modern. Bandung: Citra Aditya

Gunawan, Cakti Indra. 2020. Anomali Covid-19: Dampak Positif Virus

Corona Untuk Dunia. Purwokerto: CV. IRDH

Hariyani, Iswi. 2010. Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet. Jakarta:

PT Elex Media Komputindo

___________. 2018. Credit Top SecretBuku Pintar Perjanjian Kredit &

Penyelesaian Piutang Macet. Yogyakarta: Penerbit Andi

73

Universitas Sumatera Utara


Hermansyah. 2005. Hukum Perbankan Nasional Indonesia edisi kedua.

Jakarta: Prenadamedia Group

__________. 2009. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana

Ismail. 2010. Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta:

Prenadamedia Group

Jumhana, Muhammad. 2000. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: Citra

Aditya Bakti

Kartono, Kartini. 1998. Pengantar Metodologi Research. Bandung: Alumni

Moeleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Nugroho, Riant. 2020. Dampak Covid-19 Pada Ekonomi. Jakarta: Yayasan

Rumah Reformasi Kebijakan

Siamat, Dahlan. 1999. Manajemen Lambaga Keuangan, Cetakan ke 1.

Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Sinaga, Syamsudin Manan. 2002. Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang

Restrukturisasi Utang Pada Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang. Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia

Sinungan, Muchdarsyah. 1993. Dasar-Dasar Dan Teknik Management Kredit,

Cetakan ke 1. Jakarta: Bumi Aksara

Sitompul, Zulkarnain. 2002. Perlindungan Dana Nasabah Bank : Suatu

Gagasan Tentang Pendirian Lembaga Penjamin Simpanan di

Indonesia. Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia

74

Universitas Sumatera Utara


Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Universitas

Indonesia Press

_____________ dan Sri Mamudji. 2009. Penelitian Hukum Normatif, Suatu

Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali Pers

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri.

Jakarta: Ghalia Indonesia

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung

: Alfabeta

Sumanto, Erman. 2010. Kredit Bermasalah Perbankan Masalah dan

Penyelesaian. Bandung: Refika Aditama

Supramono, Gatot. 1995. Perbankan dan Masalah Kredit. Jakarta: Djambatan

Suryanto, Romi. 2010. Restrukturisasi Sebagai Solusi Bank Dalam Mengatasi

Kredit Bermasalah. Jakarta: Pustaka Ilmu

Susanti, Dyah Ochtorina. 2014. Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika

Wardoyo, Gatot. 2009. Perjanjian Kredit Perbankan Dalam Praktik. Jakarta:

Aneka Ilmu

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2015 Tahun 2015

Tentang Ketentuan Kehati-hatian dalam Rangka Stimulus

Perekonomian Bagi Bank Umum

75

Universitas Sumatera Utara


Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 Tahun 2020,

Tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan

Countercyclical Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019

C. Artikel Ilmiah/Jurnal

Devi Pratiwi, Ni Made dan Gst Ayu Wirati Adriati. 2020. Dampak Penurunan

Suku Bunga Kredit terhadap Penyaluran Kredit di LPD Kuta Saat

Pandemi Covid-19. Jurnal Widya Manajemen. Vol.2, No.2. Agustus

2020

Faradila, Ratu dkk. 2017. Akibat Hukum Perpanjangan Perjanjian Kredit

Ritel Bank Di Bawah Tangan Yang Melanggar Peraturan Internal

Bank. Repertorium: Jurnal Ilmiah Hukum Kenotariatan. Vol. 6, No. 2.

November 2017

Ilahi, Suci Anugrah. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kredit Macet Pada Bank Bri (Persero) Tbk Unit Hasanuddin Maros.

Economics Bosowa Journal. Vol 4, No. 004. 2018

Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik. 2010. Risalah Sidang

Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan. Jakarta. Arsip Dokumen

Nasution, Mirza. 2012. Indepedensi Otoritas Jasa Keuangan. Seminar tentang

Sosialisasi Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas

Jasa Keuangan, Medan, 19 Juni 2012

Novrilanimisy. 2014. Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit Macet Berdasarkan

Peraturan Bank Indonesia Dan Hambatannya Pada Pt Bank Rakyat

76

Universitas Sumatera Utara


Indonesia Cabang Binjai. USU Law Journal. Vol.2, No.3. Desember

2014

Rompas, Wensy F. I. 2018. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Dan Nilai

Tukar Terhadap Permintaan Kredit Pada Perbankan Di Kota

Manado. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. Vol. 18, No. 02. Tahun 2018

Sari, Lina Maya. 2020. Restrukturisasi Kredit Bank Daerah X Pada Masa

Pademi Covid-19. Jurnal Mutiara Madani. Vol. 08, No. 1. Juli 2020

Sastradinata, Dhevi Nayasari dan Bambang Eko Muljono. 2020. Analisis

Hukum Relaksasi Kreadit Saat Pandemi Corona Dengan Kelonggaran

Kredit Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

11/POJK.03/2020. Jurnal Sains Sosio Humaniora. Vol. 4 No. 2.

Desember 2020

Setyawan, Rene. 1994. Penghimpunan Dana. Makalah pada acara temu ilmiah

perbankan dan sitem keuangan yang diadakan BI dan USU, Medan

Suartama, I Wayan dkk. 2017. Analisis Penerapan Restrukturisasi Kredit

Dalam Upaya Penyelamatan Non Performing Loan (Npl) Pada Pt Bpr

Nusamba Tegallalang. E-journal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan

Ganesha, Vol. 8, No: 2. Tahun 2017

Yuliana, Diah. 2016. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kredit

Macet Dana Bergulir Di Pnpm Mandiri Perdesaan Kecamatan Guntur

Kabupaten Demak. Jurnal Stie Semarang. Vol. 8, No. 3. Edisi Oktober

2016

D. Internet

77

Universitas Sumatera Utara


https://ekonomi.bunghatta.ac.id/index.php/id/artikel/752-dampak-covid-19-

terhadap-perekonomian-dan-kebijakan-pemerintah-indonesia

https://itjen.kemdikbud.go.id/public/post/detail/memahami-istilah-endemi-

epidemi-dan-pandemi

https://www.ojk.go.id/id/Pages/FAQ-Otoritas-Jasa-Keuangan.aspx

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/135560/peraturan-ojk-no-

11pojk032020-tahun-2020,

https://bbs.binus.ac.id/management/2020/01/suku-bunga-dan-permintaan-

kredit-dalam-perbankan/

https://kumparan.com/safira-mirza-rahman/resiko-dan-kebijakan-kredit-

macet-saat-pandemic-covid-19-1tg0Qob0VRp

https://accurate.id/ekonomi-keuangan/kredit-macet/#Dampak_Kredit_Macet

http://lipi.go.id/berita/kredit-bermasalah-penyebab-dan-dampaknya-/3997,

http://lipi.go.id/berita/kredit-bermasalah-penyebab-dan-dampaknya-

/3997,

https://finansial.bisnis.com/read/20200409/90/1225205/bank-mulai-proses-

pengajuan-relaksasi-kredit-terdampak-covid-19

http://bprnbp34.com/baca/berita/relaksasi-kredit-terkait-covid-19

E. Kamus

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

78

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai