Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan berkat dan rahmatNya kepada kami, hingga penulis dapat
CABANG KISARAN”
bekerja sendiri melainkan dapat bantuan baik moril maupun materil dari
berbagai pihak. Untuk itu semua penulis tidak dapat membalasnya, kiranya
Allah SWT membalaskan segala budi baik yang telah diberikan bagi penulis.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN............................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................ 4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ................................................... 5
A. Tinjauan Umum Tentang Kredit............................... 5
1. Pengertian Kredit ............................................... 5
2. Hak dan Kewajiban Para Pihak ......................... 9
3. Asas-asas Hukum Perjanjian Kredit ................. 15
B. Tentang Kredit Bermasalah di BRI Cabang
Kisaran ..................................................................... 29
A. Arti Kredit Macet ................................................. 29
B. Terjadinya Kredit Bermasalah.......................... 34
C. Penerapan Prinsip Kehati-hatian ....................... 41
BAB III : ASPEK HUKUM PERBANKAN DALAM RANGKA
PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA BANK BRI
CABANG KISARAN ....................................................... 49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
adanya hubungan tersebut adalah adanya suatu motivasi. Begitu pula halnya
dengan orang lainnya saja, tetapi juga antara seorang dengan bank, baik
kegiatan pinjam-meminjam.
dari bank. Sebab seperti yang telah kita ketahui bahwa bunga pinjaman uang
di bank lebih kecil dibandingkan dengan bunga pinjaman uang dari anggota
masyarakat .
membutuhkan kredit .
disepakati dalam suatu perjanjian untuk membuka kredit. Jadi dalam hal ini
maka sudah barang tentu kreditur akan mengharapkan bahwa uang yang
dan jangka waktu yang telah diperjanjikan dengan pihak bank. Jika saat dan
Lelang Negara.
Kisaran cukup tinggi dan terus meningkat. Hal tersebut merupakan salah satu
B. Perumusan Masalah
berikut :
Kisaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Kredit
Istilah kredit berasal dari kata Latin “Creditum” atau “Credo” dan
faith). Oleh karena itu dasar dari kredit ialah kepercayaan, yang mana
Suatu penundaan pembayaran yaitu uang atau barang (prestasi) atau uang
diterima sekarang akan dikembalikan pada masa yang akan datang berikut
tambahan suatu prestasi oleh penerima kredit. (Thomas Suyatno, dkk., 1991: 1)
ganti rugi dari janjinya untuk membayar kembali hutangnya pada tanggal
Selanjutnya Mr. JA. Levy merumuskan arti hukum dari kredit sebagai
berikut:
bebas oleh penerima kredit. Penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu
kredit, yaitu:
2. Adanya waktu, yaitu jangka waktu antara saat pemberian prestasi dan
saat pengembaliannya. Karena dalam unsur waktu terdapat dari nilai aqio
uang yakni nilai uang sekarang lebih tinggi dari nilai dimasa yang akan
datang.
4. Adanya resiko, yaitu suatu kerugian yang mungkin timbul dari pemberian
kredit.
dikatakan bahwa:
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan.
meminjam sebagai dasar diadakannya perjanjian kredit. Atas hal itu pula,
dapat dikatakan bahwa kredit merupakan suatu perjanjian yang lahir dari
mengatakan bahwa:
memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang
menghabiskan karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini
akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama
pula.
juga pemberian kredit itu diadakan, pada hakekatnya yang terjadi adalah
Seperti telah diketahui bahwa Buku III KUH Perdata adalah berjudul
Adapun yang dimaksud dengan perikatan oleh Buku III KUH Perdata
antara dua orang atau lebih, yang memberi hak kepada yang satu untuk
menuntut barang sesuatu dari yang lainnya, sedangkan orang yang lainnya
ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu. Oleh karena sikap hukum yang termuat
dalam Buku III itu selalu berupa tuntut menuntut maka dinamakan Hukum
yang berhutang atau debitur. “Adapun barang sesuatu yang dapat dituntut
dinamakan prestasi, yang menurut Pasal 1234 KUH Perdata dapat berupa:
hubungan hukum perjanjian, akan melahirkan hak dan kewajiban bagi para
pihak.
diketahui bahwa pihak pemberi kredit adalah Bank, sedang dalam ketentuan
Pasal 1760: Jika tidak telah ditetapkan sesuatu waktu, Hakim berkuasa,
apabila orang yang meminjamkan menuntut pengembalian
pinjamannya menurut keadaan, memberi sekedar
kelonggaran kepada si peminjam.
Pasal 1761: Jika telah diadakan persetujuan, bahwa pihak yang telah
meminjamkan sesuatu barang atau sejumlah uang akan
mengembalikannya bilamana ia mampu untuk itu maka
Hakim mengingat keadaan, akan menentukan waktunya
pengembalian.
KUH Perdata, akan tetapi ketentuan itu tidak bertalian dengan perjanjian
Jika dibandingkan dengan Bab XIII Buku III KUH Perdata, maka
perjanjian pinjam uang, hak pemberi kredit untuk menarik pinjaman hanya
lahir setelah jangka waktu pinjaman itu berakhir (Pasal 1759 KUH Perdata).
Untuk pinjaman uang yang jangka waktunya tidak ditentukan, maka hakim
demikian itu tidak ada. Dalam hal ini bahwa posisi Bank lebih kuat
hak Bank lebih menonjol dari pada yang mengatur tentang kewajiban Bank.
pinjaman diatur dalam Buku III, Bab XIII, Pasal 1755 yang berbunyi sebagai
berikut:
pinjaman menjadi pemilik barang yang dipinjam; dan jika barang itu musnah dengan
yang timbul.
usaha yang akan dibiayai oleh debitur, misalnya untuk investasi, maka dasar
penerima kredit tidak diatur secara tersendiri, akan tetapi hal tersebut dapat
tersebut harus disertai dengan suatu contra prestasi berupa bunga. Hal ini
berbeda dengan Pasal 1763 dan Pasal 1764 KUH Perdata, karena dalam
pasal ini tidak diatur kewajiban penerima pinjaman untuk membayar bunga.
Dalam KUH Perdata masalah bunga diatur pada bagian ke-4 dari
Pasal 1767: Ada bunga menurut Undang-Undang dan ada yang ditetapkan
didalam persetujuan. Bunga menurut Undang-
Undang ditetapkan di dalam Undang-Undang. Bunga yang
diperjanjikan didalam persetujuan boleh melampaui bunga
menurut UndangUndang. Besarnya bunga yang diperjanjikan
dalam persetujuan
harus ditetapkan secara tertulis (bunga menurut
UndangUndang adalah menurut Lembaran Negara Tahun:
1884 Nomor 22: 6 (enam) prosen.
atas konsensus para pihak, tetapi ditetapkan oleh Pemerintah eq. Bank
terhadap debitur oleh Bank dalam suatu perjanjian kredit pada umumnya
adalah diatas tingkat suku bunga simpanan yang dibayarkan oleh Bank. Hal
ini adalah logis dimana selisih antara suku bunga yang diterima dengan yang
UndangUndang No. 7 tahun 1992 dan bagian umum KUH Perdata maka
mengenai syarat perjanjian kredit perlu dilihat dalam bagian umum KUH
mengikatkan diri;
Berikut ini syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 1320 itu akan
jauh Prof. R. Subekti, SH., (1978: 18) dalam bukunya Hukum Perjanjian,
mengatakan:
tetapi pada zaman modern seperti sekarang ini berbagai transaksi besar
maupun kecil banyak yang dilakukan tanpa hadirnya para pihak. Bisa saja
namun ada kemungkinan bahwa perjanjian yang telah terjadi itu tidaklah
tersebut.
yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau diperolehnya
paksaan dan penipuan maka sepakat para pihak ini dianggap tidak pernah
dimintakan pembatalannya.
tiga teori untuk dapat mengetahui kapan saatnya terjadi suatu persesuaian
Ada kalanya perjanjian itu dilakukan dengan cara atau bentuk kontrak
maupun secara diam-diam. Dari uraian tersebut di atas maka jelaslah bagi
kita kapan kesepakatan itu terjadi, sebagai salah satu syarat untuk syarat
sahnya perjanjian.
Dengan adanya kata sepakat, maka salah satu dari syarat bagi
Namun perlu pula untuk melihat apa yang diisyaratkan dalam Pasal
untuk membatalkannya.
Pengadilan.
terhadap dirinya”.
untuk memberi perlindungan hukum bagi yang belum dewasa atau yang
orangorang yang belum dewasa atau orang lainnya yang tidak cakap untuk
Dalam hal meminta pembatalan ini, oleh Pasal 1454 KUH Perdata
dibatasi sampai batas tertentu, yaitu 5 (lima) tahun. Waktu mana mulai
berlaku, dalam hal ini ketidakcakapan suatu pihak, sejak orang-orang ini
cakap menurut hukum. Dalam hal paksaan, sejak hari paksaan itu mulai
berakhir dan dalam hal kekhilapan atau penipuan, sejak hari diketahuinya
menghendaki pembatalan perjanjian atau tidak, jadi bukan batal demi hukum
bertindak dalam hukum kecuali yang ditentukan oleh undang-undang. Hal ini
dinyatakan dengan jelas dalam Pasal 1329 KUH Perdata yang berbunyi,
kesimpulan bahwa setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan, hal
ini berarti bahwa setiap orang dapat ikut serta dalam hubungan hukum dan
sendiri hak-haknya. Oleh karena itu mereka harus dibantu oleh orang lain dan
suatu persetujuan adalah tentang suatu hal tertentu. Artinya apa yang
diperjanjikan hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak jika timbul suatu
perselisihan.
tegas disebutkan, akan tetapi juga segala sesuatu yang menurut sifat
(Pasal 1339 KUH Perdata, bahasa disederhanakan penulis), dan harus pula
sesuai dengan apa yang diisyaratkan Pasal 1338 KUH Perdata, yaitu,
KUH Perdata).
sebagai berikut:
dimaksud dengan sebab atau causa dari suatu perjanjian adalah isi dari
disebutkan bahwa pengertian causa atau sebab yang halal tersebut, harus
kesusilaan, maka tidak diperkenankan atau persetujuan itu batal demi hukum.
sebab, tetapi dalam perjanjian tersebut terdapat suatu sebab yang halal,
yaitu:
perbuatan hukum.
berlaku. Jadi apabila di dalam suatu perjanjian kredit tidak dipenuhi keempat
syarat-syarat yang diatur dalam pasal 1320 KHU Perdata, maka perjanjian
kredit itu dapat dimintakan pembatalannya oleh salah satu pihak yang
perjanjian kredit tersebut batal demi hukum, jika tidak dipenuhi syarat-syarat
obyektif.
sendiri, yang mana hak ini tidak dapat diartikan bahwa perjanjian kredit itu
terjadi atas kesepakatan para pihak atau kesepakatan dari pihak si penerima
pihak Bank, maka pihak si penerima kredit tersebut haruslah cakap bertindak
dalam hukum, dalam arti bahwa si penerima kredit haruslah sudah dewasa
Sebagai obyek dari ada perjanjian kredit itu adalah sejumlah uang
sejumlah uang tertentu kepada pihak si penerima kredit (debitur), dan pihak
Bank sebagai pihak kreditur berhak untuk menuntut pengembalian dari pada
dipersyaratkan dalam pasal 1320 KUH Perdata berlaku juga untuk perjanjian
kredit bank.
bagian yaitu:
maksimum kredit, jangka waktu, suku bunga, asuransi dan proyek yang
1934 No. 19 dan tanggal 3 September 1938 No. 12 yang oleh bank
pemberian kredit guna menentukan sejauh mana penerima kredit dapat diberi
pinjaman.
1. Character
secara hati-hati dan seksama yang meliputi riwayat hidup, hobby serta
2. Capacity
3. Capital
4. Collateral
Secara umum jaminan dapat dibagi dua, yaitu: Jaminan fisik dan
penjamin/penanggung.
5. Condition
Credit” saja, tetapi kondisi ekonomi secara umum serta kondisi usaha
berjalan lancar.
mengembalikan seluruh dana yang dipinjam dari bank itu dengan baik tepat
debitur yang karena suatu sebab tidak dapat mengembalikan kredit pada
macet.
Arti macet menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah suatu yang
Dari arti Macet dalam kamus Bahasa Indonesia di atas dapat disimpulkan
membayar lunas kredit ditambah bunga tepat pada waktu yang telah diperjanjikan.
debitur tidak dapat membayar lunas hutangnya setelah jangka waktu habis
adalah wanprestasi.
atau cicilan yang tidak dipenuhi sebagaimana mestinya, namun debitur tidak
setelah jangka waktu tersebut, dan harus segera diserahkan kepada Badan
tengahtengah masyarakat.
1. Kredit lancar
4. Kredit macet.
penulis menyimpulkan bahwa yang dapat dikatakan bentuk dari kredit macet
c. Kredit macet
Kredit bermasalah ini bukan saja dikenal di Indonesia akan tetapi dikenal juga
dan diteliti oleh Bank yang bersangkutan. Ketidak mampuan membayar kredit
meneropongnya, dari sebab terjadinya kredit macet dapat dianalisa dari dua
segi, yaitu “apakah memang ada iktikad kurang baik dari debitur (onwil)
ataukah memang tidak mampu (onmacht). Ketidak mampuan ini dapat pula
macam yaitu:
diperjanjikan.
dilakukannya”.
Apa yang telah dikemukakan oleh Abdul Kadir Muhammad, SH, itu
tunggakan dalam hal ini hanyalah terbatas pada cidera janji karena
kalau memang ada jaminan kreditnya, dimana jaminan itu akan dicairkan
akan menginginkan bahwa setiap kredit yang mereka berikan akan menjadi
kredit yang bermasalah, akan tetapi dalam perjalanan kredit bukan tak
mungkin kredit yang pada mulanya lancar akan mengakibatkan kurang lancar
mempercayainya lagi, dan bila tak dapat diatasi bukan tak mungkin akan
dapat berpengaruh pada dunia perbankan pada umumnya, dan hal ini tak
masyarakat.
tandatanda (signals) lebih dulu kepada bank, kecuali terjadi suatu kecelakaan
system).
nasabah, dapat juga berasal dari Bank, karena Bank tidak terlepas dari
kelemahan yang dimilikinya. Faktor ini tidak berdiri sendiri tetapi selalu
macet itu dalam garis besarnya dibedakan atas dua faktor, yaitu:
bermasalah di kalangan perbankan dewasa ini. Berikut ini penulis akan berikan
Setiap kredit yang diperoleh nasabah atau debitur telah diperjanjikan tujuan
Hal ini dapat terjadi nasabah yang menguasai bidang usahanya diberi kredit,
tanggung jawabnya.
tidak mendukung baik dalam negeri maupun luar negeri serta terlambatnya
terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari debitur.
larangan tersebut tidak dipatuhi, maka mengandung resiko yang sangat tinggi
Namun tidak semua pejabat bank mempunyai kualitas yang baik, pejabat
bank yang bekerja tidak profesional ini tentu sulit diharapkan dapat
sebagaimana mestinya.
Selain faktor pejabat bank yang dikemukakan di atas, dapat juga disebabkan
bank semakin ketat. Dalam melakukan persaingan antar bank ini, selalu
c. Hubungan Kedalam
Hubungan ini terutama terdapat pada bank yang dimaksud adalah hubungan
pemegang saham.
begitu pula terjadi pada kredit macet yang dialami oleh Bank Bapindo.
dalam bank itu (oleh bagian pengawasan kredit), bank juga diawasi oleh
bankbank seluruh Indonesia baik Bank Milik Negara maupun Bank Milik
Swasta.
dapat juga disebabkan oleh faktor luar, faktor luar ini menyangkut orangorang
diberikan.
memuat dan menetapkan dengan jelas dan tegas prinsip kehati-hatian dan
pengaturan mengenai:
dan kegiatan usaha dapat dibantu pembiayaannya dengan kredit, sebab ada
tidak punya.
perkreditan bank setiap bank dan harus sesuai dengan ketentuan Bank
melewati 6 bulan, tetapi masih kurang dari 12 bulan, untuk setiap jenis
kredit.
dari portfolio kredit bank tersebut (neraca) dan masuk portfolio kredit yang
dihapusbukukan.
ketentuanketentuannya.
masyarakat.
keuangan calon debitur. Hal ini untuk mengetahui bagaimana kemauan dan
a. Neraca dan rugi /laba dalam beberapa priode terakhir (minimal 3 tahun)
berturut-turut ;
c. Sumber dana dari pihak ketiga di luar modal sendiri dan bank pemberi
kredit.
d. Sumber lain-lain.
keuangannya) ;
c. jenis kredit, jumlahnya dan jangka waktu yang dibutuhkan oleh calon
dana perusahaan dan saldo cash dari cashflow perusahaan dan rencana
pelunasan kreditnya ;
dan sumber dana dari pihak-pihak ketiga lainnya sebagai sumber dana
dalam penyelesaiannya.
perbaikannya.
besar.
Selain itu kredit yang bermasalah juga harus diawasi secara khusus.
kredit-kredit yang akan atau diduga akan merugikan bank dan wajib
sasaran untuk mengetahui secara dini apakah kredit itu bermasalah atau
tidak.
mencapai 7,5% dari portfolio kredit bank, maka bank tersebut bukan saja
menghadapi kredit bermasalah, melainkan lebih dari itu sudah menjadi bank
bermasalah. Dalam kondisi yang seperti ini, direksi bank harus menentukan
Indonesia.
b. Direksi bank harus membentuk satuan kerja atau satuan tugas khusus
laporan kepada Bank Indonesia. Laporan kepada Bank Indonesia itu harus
untuk disetujui oleh direksi, yang berisi antara lain tata cara penyelesaian
bank, jika ada yang lebih efektif dari kebijaksanaan perkreditan bank,
Indonesia.
kredit bermasalah tidak tertagih ini tidak mudah, sebab banyak faktor
besar kredit bermasalah itu tidak tertagih. Bila STK (Satuan Tugas Khusus)
c. Direksi wajib membuat laporan dari daftar kredit yang tidak tertagih itu
mutu kredit.
banyak ditentukan oleh ada atau tidaknya hal-hal yang penting, antara lain:
tepat secara cepat, karena tindakan yang tepat dan dilaksanakan pada
berada di luar jangkauan bank dan debitur seperti bencana alam, bank tidak
kemacetan kredit itu disebabkan oleh faktor-faktor intern bank, seperti kurang
efektifnya pembinaan debitur setelah kredit diberikan, hal ini harus segera
diperbaiki.
faktorfaktor intern dari debitur, hal ini perlu ditangani dengan serius artinya
sejak saat kemcetan terjadi, bank harus langsung terjun untuk mendampingi
sebagai tidak becus, walaupun jelas hal tersebut terjadi karena kesalahan
menilai apakah manajemen atau pribadi debitur masih dapat dipercaya atau
tidak. Bila manajemen atau pribadi debitur masih dapat dipercaya walaupun
1. Penyelamatan Kredit
bunga dan biaya lainnya, jangka waktu dan masa tenggang kredit (grace
kepada fasilitas kredit. Pada akhirnya hal itu tentu saja mempengaruhi
angsuran utang pokok, bunga kredit dan sebagainya dengan disiplin kerja
sama bank dan debitur. Tetapi bilamana langkah semacam ini terlambat
diambil, apalagi tidak kooperatif, hasil yang sebaliknyalah yang akan terjadi.
seluruh syarat kredit, seperti jumlah angsuran, jangka waktu, beban bunga,
bank.
variabelvariabel penyebab hasil yang kurang positif itu, bank masih melihat
mengetahui seluruh profil perusahaan debitur saat itu, bank dapat melihat
pos, antara lain modal, manajemen, bidang usaha, pasar dan pola
nasional kita, maka melalui penyatuan aspek tersebut diharapkan akan ada
perbaikan.
perusahaan.
Ada satu fase yang disebut collection phase yang seharusnya sudah
build in dalam proses kegiatan perkreditan itu sendiri, jadi bukan suatu aspek
tersendir, hanya saja tetap melihat status kolektibilitas kredit itu sendiri dan
berlaku pada masa kredit berlaku, kredit berakhir, kredit dalam masalah,
2. Penyelesaian Kredit
penyelesaian kredit.
sebagai berikut:
debitur, dalam arti bank tidak menagih lagi kepada debitur serta
Pada prinsipnya cara ini sama dengan point 1 di atas, namun keringanan
bunga.
Upaya yang dilakukan ini pada prinsipnya sama dengan point 1 dan 2 di
pokok.
diberikan bank kepada debitur atas jumlah yang harus dibayarkan untuk
restrukturisasi kredit.
dapat dilakukan.
Disini jelas iktikad baik dari debitur untuk menyelesaikan kreditnya masih
Agunan yang dapat diambil alih oleh bank adalah agunan yang kreditnya
kredit/hak tagih kepada bank atau pihak lain, sehingga hak tagih beralih
Cara ini adalah merupakan upaya terakhir yang dilakukan oleh bank
tidak dapat dilakukan bank. Disini jelas iktikad baik dari debitur untuk
tetapi tidak dapat juga diselesaikan atau bank beranggapan bahwa jalan
kreditkredit macet.
Tata kerja Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara hampir sama
maka angsuran itu diserahkan kepada bank dan bila tidak, Kantor
karena itu Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara tidaklah menagih
Dalam hal ini debitur diminta datang ke BRI Cabang Kisaran untuk
dapat mencari jalan keluar guna penyelesaian kredit macet debitur yang
bersangkutan.
sebagian atau seluruhnya milik pihak ketiga. Apabila agunan kredit debitur
kepada debitur, baik yang dilakukan secara pasif maupun aktif tidak dapat
pasif dan aktif. Tindakan ini juga membawa dampak yang positif, karena
satu hal tertentu adakalanya pemilik agunan juga turut menikmati kredit
BAB IV
KESIMPULAN
- Hubungan Kedalam
debitur.
sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Kwik Kian Gie, Kredit Macet Dilema Masa Kini, Seri Analisa No. 4 Center for
Strategi and International Studies (Ekonomi Moneter dan Perbankan,
Yogyakarta, 1992.