Buku Corporate PR
Buku Corporate PR
Editor
Susanne Dida
Priyo Subekti
Syauqy Lukman
Retasari Dewi
FX Ari Agung Prastowo
i
Copyright @2017, Program Studi Hubungan Masyarakat
Fikom UNPAD
ISBN: 978-602-439-244-4
ii
KATA PENGANTAR
iii
kemampuan korporasi untuk mengelola kapasitas dan
resources yang dimilikinya untuk menjadi suatu kekuatan
strategis yang unggul dan potensial di masa yang akan datang.
Kemampuan itu tidak hanya dengan kata-kata, symbol-simbol
atau advertorial belaka, namun lebih kepada kemampuan
manajerial komunikator yang kompeten dan mampu mengelola
harmoni keragaman. Book Chapter ini merupakan kumpulan
opini, gagasan, serta upaya kritis konstruktif para akademisi
dan penggiat Public Relations yang selama ini tidak lelah untuk
berkarya demi masa depan Public Relations.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan Book Chapter ini kami sampaikan terimakasih,
permohonan maaf atas ketidak-sempurnanya Book Chapter ini.
Kami berharap Book Chapter ini dapat menjadi spirit dan
kontribusi bagi pengelolaan Branding Korporasi.
Lukiati Komala
iv
i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Menurut Mansour Fakih dalam buku yang berjudul
Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Fakih M. , 2001, p. 8)
mendefinisikan gender sebagai perbedaan perilaku antara pria dan
wanita yang dikontruksi secara sosial dan bukan kodrat dari Tuhan.
Seperti yang diungkapkan dan dipertegas oleh Oakley seperti yang
dikutip oleh (Fakih M. , 2002, p. 171) dalam buku yang berjudul
Sex, Gender, and Soceity menekankan bahwa gender sebagai
perbedaan sex bukan berdasarkan biologis dan juga bukan kodrat
Tuhan. Gender dikontruksi lewat proses sosial budaya yang
panjang . Contoh sederhana tentang gender dalam kehidupan
sehari-hari misalnya laki-laki sejak kecil diajarkan untuk menjadi
maskulin dengan atribut mainan mobil-mobilan, laki-laki harus
menyukai warna biru, sedangkan wanita diharuskan bermain
boneka, masak-masakan, dan menyukai warna pink. Hal-hal ini
yang membuat gender terintenalisasi menjadi streotype antara pria
dengan wanita. Pria harus kuat, tidak boleh menangis, sosok
pemimpin, sementara wanita harus bicara lembut dan bertingkah
laku feminim. Sejarah perkembangan gender menjadi ilmu
pengetahuan seiring dengan timbulnya berbagai masalah yang
kompleks akibat sistem partiarki seperti yang terjadi di Indonesia
dan dunia serta tak lepas dari faktor histroris penjajahan, peradaban
manusia, dan struktur budaya yang ada dalam masyarakat
(Nadyazura, 2016).
11
METODE PENELITIAN
Untuk mengkaji perkembangan isu-isu gender dalam
public relations di Indonesia lebih komprehensif dan mendalam
maka pendekatan dalam paper ini melalui kualitatif. Adapun
metode yang digunakan yaitu analisis sintesa kualitatif dengan
mengumpulkan kajian teoritis yang relevan dengan penelitian ini
kemudian diambil suatu kesimpulan. Teknik pengumpulan data
dilakukan oleh peneliti dengan literature review, observasi, dan
wawancara dengan tiga orang praktisi PR.
Beberapa asumsi dasar teori ini adalah: 1) The social role theory
posits that men and women behave differently in social situations and take
different roles, because of the expectations society puts upon them (Eagly,
1987). 2) Social role theory used a structural approach to sex differences,
rather than a cultural approach. In reality, structural pressures (family,
organisations, and communities) have caused men and women to behave
differently. These stereotypical gender roles are formed by social norms
that apply to people of a certain category or social position. 3) According
to Eagly (1997)), society has shared expectations about women and men.
These expectations form female and male gender roles. Therefore,
individuals tend to act the way that these roles imply and as a result, men
and women learn different skills, thus perpetuating sex differences. 4)
Eagly (1997), suggests that beliefs about the differences between men and
women can be divided into two dimensions: communal and agentic.
Bakan (1966) suggests that agentic qualities are manifested by self-
assertion, self-expansion and the urge to master and be independent.
Agentic qualities are often attributed to males. Communal qualities are
manifested by selflessness, concern for others and emotional
expressiveness, commonly associated with domestic activities, and for the
most part associated with women. Eagly (1997) uses these dimensions to
differentiate between males and females in work and family life. 5)
Division of labour, according to Eagly (1987) is the cause of the
differences between males and females, because women often assume
responsibilities at home, and men often assume responsibilities outside
the home. Division of labour gave rise to gender role expectations and
sex-based skills and beliefs, which in effect produced differences in social
behaviour among males and females. SRT implies that individuals might
question the capacity of women in particular positions, such as leadership
roles because of the stereotypical role expectation by society. Straker
(2008) suggests three common patterns that correspond to the beliefs
about gender. These are: women take on more domestic tasks; women
and men often have different occupational roles; and in occupation,
women often have lower status.
28
SIMPULAN
Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara maju
dalam bidang keilmuan isu-isu gender dalam public relations. Dari
hasil penelurusan penulis perlu ada monitoring gender pada profesi
public relations di Indonesia. Karena sudah menujukkan adanya
indikasi ketidakdilan gender yang dialami oleh praktisi PR
terutama masalah famliy allwoance dan persoalan gaji karena
akibat kebijikan perusahaan yang menyangkut usia, pengalaman
atau beban kerja, dan status apakah perempuan tersebut sudah
menikah atau belum. Selain itu juga Indonesia mengalami krsisi
kepakaran dalam bidang isu gender dalam praktek kehumasan di
Indonesia. Hasil karya ilmiah bernuasan gender dalam kehumasan
jarang ditemukan. Di Amerika isu gender dalam praktek public
relations sudah menjadi matakuliah tersendiri di ampuh oleh Prof.
Dr. Katrina Tsetsura di Universitas Okhlahoma, Amerika Serikat.
Beliau berhasil memaparkan proses kontruksi profesi PR sebagai
36
DAFTAR PUSTAKA
Aldoory, L., & Toth, E. L. (2002). Gender Discrepancies In A
Gendered Profession: A Developing Theory For Public
Relations. ournal of Public Relations Research, 14(2),
103-126.
Anne, S. (1975 & 1994). Damned Whores and God’s Police.
Virginia University : Penguin Books.
Anselmi, D. L., & Law, A. L. (1998). Questions of Gender:
Perspectives and Paradoxes. London: McGraw-Hill
Higher Education.
Broom, G. M., & Sha, B. L. (2013). Cultip and Center's Effective
Public Relations (Eleventh Edition ed.). Edinburgh Gate:
Pearson Education Limited.
Dahlan, A. M. ( Mei 1978). ‘The State of Public Relations In
Indonesia". Jakarta: Warta Perhumas.
Damayanti, F. (2015). Peran Kepemimpinan Wanita dan
Keterlibatannya Dalam Bidang Politik di Indonesia. Jurnal
Aspirasi, 5(2 Febuari 2015), 1-12.
Daymon, C., & Demetrious, K. (2010). Gender and Public
Relations: Perpesctives, Aplication, and Question. Prism
Journal, 7(4), 1-9. Retrieved from www.prismjournal.org
Deaux, K. ,. (1983). Assessment of gender stereotypes:
Methodology and components. American Psychology
Asociation.
38
PENDAHULUAN
Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) era 2014-2016 Anies Baswedan “perpustakaan
sebagai infrastruktur penunjang kebiasaan membaca di Indonesia
keadaannya lebih baik daripada Jerman, Korea Selatan, Selandia
Baru, dan negara lain di Eropa. Namun hasil penelitian Central
Connecticut State University, Maret 2016 menunjukkan bahwa
tingkat literasi di Indonesia masih sangat menyedihkan. Indonesia
berada di posisi ke 60 dari 61 negara dengan tingkat literasi terbaik.
” (Zubaedah, 2016). Berita tersebut menggambarkan bahwa minat
baca masyarakat Indonesia masih rendah.
Minat baca masyarakat yang rendah tentu saja akan
merugikan perpustakaan sebagai institusi yang menyediakan
sumber-sumber informasi atau bahan pustaka untuk dimanfaatkan
atau dibaca oleh masyarakat. Investasi yang telah dilakukan untuk
pembangunan gedung, pembelian koleksi, rekrutmen dan pelatihan
staf perpustakaan akan menjadi sia-sia jika masyarakat tidak
datang memanfaatkan layanan yang telah disediakan perpustakaan.
Kenyataan di masyarakat menunjukkan meskipun
pembangunan infrastruktur perpustakaan umum di beberapa
daerah sudah relatif baik, namun masih banyak masyarakat yang
belum mengetahui dan menyadari arti pentingnya perpustakaan
bagi kehidupan sosial mereka. Sebagian besar masyarakat masih
memandang perpustakaan hanya diperlukan oleh anak sekolah atau
mereka yang sedang belajar. Para pedagang yang berjualan di
42
METODE PENELITIAN
Makalah ini menggunakan metode deskriptif analisis
berdasarkan kajian pustaka. Pembahasan dimulai dengan
gambaran tentang perpustakaan, teori dan konsep public relations,
dan implementasi pencils of public relations dalam promosi
perpustakaan.
dan atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku
guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian
informasi, dan rekreasi pemustaka”. Dengan demikian
perpustakaan merupakan institusi yang sangat penting peranannya
dalam pembangunan masyarakat terutama pembangunan
sumberdaya manusia, karena di perpustakaan tersedia berbagai
sumber ilmu pengetahuan yang siap untuk dimanfaatkan guna
meningkatkan kecerdasan dan atau wawasan pengetahuan
masyarakat. Oleh karena itu, idealnya perpustakaan merupakan
tempat favourit untuk dikunjungi ketika masyarakat membutuhkan
informasi, baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat
rekreatif.
Namun kenyataannya masih banyak perpustakaan yang sepi
pengunjung. Hal ini tentu saja akan sangat merugikan institusi
perpustakaan, karena tujuan dibangunnya perpustakaan adalah
untuk dimanfaatkan oleh masyarakat. Oleh karena itu pengelola
perpustakaan harus berusaha mendekatkan diri pada masyarakat
melalui berbagai cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
melakukan kegiatan promosi atau pemasaran perpustakaan.
Eileen Elliot de Saez penulis buku Marketing Cocepts for
Libraries and Information Services menyatakan: the
communication method that libraries and information centres will
use as the major tool in their promotional mix will almost certainly
be public relations. (Saez, 2002:79). Pernyataan ini menunjukkan
bahwa perpustakaan harus mengimplementasikan public relations
dalam proses promosinya.
Selanjutnya Buchanan (dalam Karp, 2002:vii)
menyatakan: “the role of marketing and public relations for the
library in the 21st century is increasingly important as librarians
seek new and more innovative ways to make their institutions
relevant, competitive, and visible in the information marketplace.”
Jadi melalui kegiatan pemasaran dan public relations perpustakaan
45
SIMPULAN
Perpustakaan merupakan suatu lembaga atau unit kerja
yang memberikan layanan informasi kepada masyarakat. Oleh
karena itu perpustakaan harus berusaha agar mendapat
kepercayaan dan dukungan dari masyarakat agar tercipta citra yang
positif, sehingga layanan yang disediakan dapat dimanfaatkan
secara optimal. Dengan demikian perpustakaan membutuhkan
public relations.
Melalui kegiatan public relations diharapkan perpustakaan
akan tetap eksis dan memiliki kekuatan sebagai pusat sumber-
sumber informasi yang dapat diandalkan masyarakat. Meskipun di
era sekarang informasi bisa diperoleh hanya melalui ujung jari,
namun masyarakat akan tetap datang berkunjung ke perpustakaan,
karena di sana ada lingkungan yang nyaman, staf yang ramah dan
profesional yang bisa memenuhi kebutuhan intelektual dan juga
kebutuhan emosional.
Perpustakaan dapat mengimplementasikan pencils of
public relations yang meliputi kegiatan publications, events, news,
community envolvement, identity media, lobbying, social
investment sebagai upaya mengkomunikasikan keberadaannya dan
mendekatkan diri kepada masyarakat. Melalui berbagai kegiatan
tersebut yang dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi, maka
diharapkan masyarakat akan mengetahui dan menyadari bahwa
perpustakaan merupakan tempat yang menyenangkan untuk
dikunjungi ketika mereka membutuhkan informasi bahkan ketika
52
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, E. 2011. Handbook of Public Relations: Pengantar
Komprehensif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Elliot de Saez, E. 2002. Marketing Concepts for Libraries and
Information Services. London: Facet Publishing.
Harris, Thomas L. 1991. The Marketer’s Guide to Public
Relations. New York: John Wiley.
Karp, Rashelle S. Ed. 2002. Powerful Public Relations: A How-To
Guide for Libraries. Chicago: American Library
Association.
Macnamara, J. 1992. Public Relations Handbook. Linfield:
Archipelago Press.
Ruslan, Rosady. 2000. Kiat dan Strategi Kampanye Public
Relations. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
53
MENYUGUHKAN KAMPANYE
GASTRODIPLOMACY SEBAGAI UPAYA NATION
BRANDING
PENDAHULUAN
Sejak pertengahan tahun 2016 Presiden Republik
Indonesia Joko Widodo menyatakan bahwa pemerintah akan
membuat satu slogan untuk semua sektor sebagai upaya
menciptakan citra nasional/nation branding (Indonesia Akan
Punya "Nation Branding", 2016; Bahas Pencitraan, Jokowi Kritik
Slogan Kementerian yang Berbeda-beda, 2016). Implementasi
strategi nation branding ini ditegaskan kembali sekira sepekan
kemudian oleh pemerintah Indonesia menyusul rilis Good Country
Index 2016 yang menempatkan Indonesia pada posisi 77 dari 163
negara di dunia (The Jakarta Post, 2016). Menarik untuk disoroti,
salah satu hal utama yang disoroti oleh Presiden dan para
pembantunya adalah beragamnya slogan yang digunakan oleh
berbagai Kementrian dan organisasi relevan di Indonesia dalam
upaya nation branding Indonesia. Tiadanya keseragaman ide
menunjukkan kompleksitas nation branding yang merangkum ide
mengenai negara tidak hanya di level ideologi, namun juga di level
praksis, dimana makna dan kenyataan empiris kebangsaan
dinegosiasikan dan ditransformasi sedemikian rupa (Kaneva, 2011,
p. 118). Kompleksitas ini lahir didorong oleh semakin tajamnya
persaingan global dimana dalam dunia yang semakin terhubung,
setiap negara berkompetisi untuk mendapatkan kepercayaan,
penghormatan dan perhatian tidak hanya dari aktor-aktor negara,
55
Konteks Indonesia
Hingga kini belum ada figur atau lembaga negara resmi
yang mengambil insiatif untuk memimpin kampanye
gastrodiplomacy Indonesia yang komprehensif. Kita telah
menyaksikan berbagai upaya sporadis yang dilakukan berbagai
lembaga/perangkat negara untuk memulainya. Kedutaan Besar
Republik Indonesia di Washington DC, Amerika Serikat,
misalnya, pada tahun 2008 telah menginisiasi promosi kuliner
Indonesia di Amerika Serikat (Rockower, 2010). Sementara itu,
pada tahun 2012 Kedutaan Besar Republik Indonesia yang
berkedudukan di Berlin, Jerman, telah pula mengadakan Festival
Kuliner Indonesia di beberapa hotel bintang lima di Berlin dan
meluncurkan buku berjudul “From the Ambassador’s Kitchen.”
Upaya lain yang dilakukan dalam konteks kampanye
66
SIMPULAN
Meski praktik gastrodiplomacy adalah praktik yang telah
dilakukan sejak lama, terminologi gastrodiplomacy mendapatkan
bentuk dan ruhnya dalam waktu kurang dari dua dekade terakhir.
Beberapa negara telah berhasil memanfaatkan gastrodiplomacy
sebagai sarana nation branding, meningkatkan citra positif negara
di mata publik internasional menggunakan makanan dengan cita
rasa, teknik, budaya dan sejarah otentiknya. Beberapa negara
seperti Mexico, Italia ataupun Perancis, telah sejak lama
menikmati ketenaran kulinernya di kancah global, namun beberapa
negara lain perlu menciptakan strategi khusus. Thailand misalnya,
berhasil mengubah persepsi publik internasional sebagai negara
tujuan wisata seksual, menjadi negara yang dipersepsikan sebagai
negara yang kaya, menggiurkan dan berbudaya.
Indonesia, dalam hal ini, telah pula memulai beberapa
inisiatif yang berada dalam jalur gastrodiplomacy untuk
meningkatkan reputasi positifnya di mata publik internasional.
Kekayaan kuliner Indonesia yang sarat dengan sejarah, budaya dan
kekayaan etnik serta hasil alamnya, menjadikan kampanye
gastrodiplomacy sebagai sarana nation branding yang tepat.
Beberapa upaya gastrodiplomacy yang telah dilakukan berbagai
pemangku kepentingan di masa lalu perlu diapresiasi, namun,
73
DAFTAR PUSTAKA
Anholt, S. (2009, January 16). Why Nation Branding Does Not
Exist. http://kommunikationsmaaling.dk. Retrieved
September 12, 2017, from
http://kommunikationsmaaling.dk/artikel/why-nation-
branding-does-not-exist/
bangkokpost.com. (2012, June 18). 'Thai Select' seal goes local.
Bangkok Post. Retrieved September 12, 2017, from
http://www.bangkokpost.com/print/298506/
Chapple-Sokol, S. (2013). Culinary Diplomacy: Breaking BRead
to Win Hearts and Minds. The Hague JOurnal of
Diplomacy, 8, 161-183. doi:10.1163/1871191X-12341244
Fan, Y. (2010, May). Branding the Nation: Towards a Better
Understanding. Place Branding and Public Diplomacy,
6(2), 97-103. Retrieved September 13, 2017, from Brunel
University London:
http://bura.brunel.ac.uk/handle/2438/3496
74
PENDAHULUAN
Beberapa waktu silam, publik dihebohkan oleh kasus
peretasan official website Telkomsel oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab. Web resmi Telkomsel tersebut untuk beberapa
waktu lumpuh dan tidak dapat diakses sama sekali. Tentu kasus ini
menjadi viral dan menjadi sorotan publik karena status Telkomsel
sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Namun,
dengan pengalaman yang sudah teruji dan tim yang solid maka
masalah tersebut dapat segera teratasi. Kasus yang menimpa
Telkomsel tersebut tentu mau tidak mau, sedikit banyaknya
mempengaruhi citra perusahaan itu sendiri. Pasca krisis yang
terjadi pada perusahaan tersebut diperlukan langkah-langkah
pemulihan yang mana dalam hal ini merupakan salah satu tugas
seorang Public Relations (PR). Public relations (PR) sebuah
perusahaan pada umumnya dihubungkan dengan kegiatan
komunikasi untuk menjaga citra perusahaan dan membina
hubungan baik dengan para pemangku kepentingan (stakeholders)
seperti yang diungkapkan Grunig dan Hunt (1984: 6, dalam Tench
& Yeomans, 2006), mendefinisikan public relations sebagai
manajemen komunikasi antara sebuah organisasi dan publiknya.
Adapun istilah Stakeholders pada umumnya diterjemahkan sebagai
1 moch.armien@gmail.com
2 purwanti@unpad.ac.id
77
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan-pendekatan
kualitatif, yang mana bertujuan untuk menyelidiki perilaku dan
kebiasaan-kebiasaan manusia, dalam hal ini bagaimana mereka
berkomunikasi satu sama lain, bagaimana mereka menyampaikan
pesan, isyarat serta merepresentasikan hal-hal tertentu kepada
orang lain. Creswell (2009), menyatakan bahwa metode kualitatif
merupakan metode yang cocok digunakan untuk menyelidiki
kebiasaan-kebiasaan manusia baik itu secara individu atau dalam
kelompok. Kemudian, Mulyana (2001, hal: 150) menyatakan
bahwa penelitian kualitatif bertujuan untuk mempertahankan
bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-
kualitasnya, alih-alih mengubahnya menjadi entitas kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Data diperoleh melalui kegiatan wawancara secara semi
terstruktur kepada beberapa narasumber yang berupa agen asuransi
Prudential.
SIMPULAN
Sebagai seorang agen asuransi, agen asuransi Prudential
menjalankan profesinya dengan melakoni dua peran sekaligus
yakni sebagai public relations dan marketing communications.
Kedua peran yang berbeda tersebut dijalankan dengan sebaik-
baiknya oleh para agen Prudential dimana sebagai seorang public
relations, seorang agen Prudential mampu menjalankan perannya
baik itu sebagai communication manager dengan ketiga tipe nya
yakni, sebagai the expert prescriber yang mampu memetakan
masalah dan kebutuhan nasabah, the fasilitator, sebagai sosok yang
mampu menjadi penengah dan penyambung komunikasi antara
nasabah dan perusahaan dan the problem-solving process
facilitator, yakni sebagai sosok yang mampu menangani dan
memberikan solusi jitu dalam memecahkan masalah yang dialami
klien yang biasanya berupa permasalahan pengurusan klaim, dan
communication technician dimana mereka bisa merencanakan
program untuk nasabah dan mengeksekusinya dengan baik.
Adapun sebagai seorang marketing communications,
seorang agen lebih memilih untuk mengkomunikasikan produknya
dengan memberikan edukasi mengenai pentingnya memiliki
asuransi jiwa, tanpa ada unsur paksaan karena mereka meyakini
apa yang disebut dengan tebar dan tuai. Meskipun saat itu calon
nasabah belum bersedia untuk membeli produknya, agen asuransi
jiwa Prudential meyakini bahwa yang terpenting adalah edukasi
dan pengetahuan mengenai pentingnya asuransi jiwa bagi nasabah
tersebut telah tersampaikan. Para agen asuransi tersebut pun
menggunakan beberapa media promosi dalam memasarkan
produknya yakni dengan menggunakan media personal selling dan
direct marketing dimana metode canvasing menjadi metode yang
paling efektif untuk menggaet minat calon nasabah hingga
akhirnya berhasil untuk closing.
86
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, J. W. (2009). Research Design Qualitative, Quantitative,
and Mixed Methods Approaches (3rd Edition).SAGE
Publications. Inc.
Kotler, P., & Armstrong, G. (2008). Prinsip-prinsip Pemasaran
Edisi 12. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Mulyana, D. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma
Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung
: PT Remaja Rosdakarya Bandung.
Prindle, R. (2011). A Public Relations Role in Brand Messaging.
International Journal of Business and Social Science, 32-
36.
Pru Sales Academy. (2014). Company Profile. Jakarta: Prudential
Life Assurance.
Rosyida, I., & Nasdian, F. T. (2011). Partisipasi Masyarakat dan
Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate
Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya terhadap
Komunitas Pedesaan. Jurnal Transdisiplin Sosiologi,
Komunikasi, dan Ekologi Manusia, 51-70.
Smith, R. D. (2005). Strategic Planning for Public Relations. New
Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Tench, R., & Yeomans, L. (2006). Exploring Public Relations.
Essex: Pearson Education Limited.
87
PENDAHULUAN
Kegiatan Public Relations (PR) dalam setiap organisasi
atau lembaga, menjadi tanggung jawab para pengelola organisasi
atau perusahaan tersebut. Akan tetapi, karena publik yang menjadi
sasaran kegiatannya terlalu banyak jumlahnya, baik yang berada di
dalam maupun di luar organisasi, maka dibentuklah bagian khusus
untuk melaksanakan kegiatan itu yakni departemen/bagian PR atau
Public Relations (PR) sebagai suatu lembaga, dan orang yang
menjabatnya disebut PRO (public relations officer) atau petugas
PR.
Pentingnya bagian Public Relations dalam organisasi atau
perusahaan, menurut Anggoro ada tiga faktor yang
melatarbelakanginya, yakni “Pertama, cepatnya kemajuan
teknologi, kedua pertumbuhan ekonomi, dan yang ketiga adalah
kian hausnya masyarakat akan informasi yang akurat” (Anggoro,
2000: 57). Kehadirannya dibutuhkan karena PR merupakan satu
elemen yang menentukan kelangsungan suatu organisasi secara
positif. Arti penting PR sebagai sumber informasi terpecaya kian
terasa pada era globalisasi dan ‘banjir informasi’ seperti saat ini.
Dalam perkembangannya, bidang PR itu di setiap negara
tidak sama baik dalam bentuk dan kualitasnya. Di negara-negara
yang sudah maju seperti Amerika Serikat, PR dalam struktur
organigram ditempatkan di posisi puncak atau top manajemen. Di
Indonesia, posisi atau kedudukan bagian PR belum identik dengan
PR sebagaimana dipraktekan negara-negara maju. Menurut
88
METODE PENELITIAN
Metode penulisan merupakan literature review, dengan
analisis deskriptif. Literature review berisi ulasan, rangkuman, dan
pemikiran tentang beberapa sumber pustaka (artikel, buku,
informasi dari internet dan sebagainya) sesuai topik yang dibahas.
90
SIMPULAN
Public Relations (PR) sebagai sebuah lembaga (state of
being) dalam struktur organisasi perusahaan ada yang di top
manajemen, middle manajemen dan lower manajemen. Struktur
organisasi ditentukan oleh tiga variabel kunci : kompleksitas,
formalisasi, dan sentralisasi pekerjaan. Dalam kompleksitas
pekerjaan, bagian PR mempunyai pekejaan yang sangat kompleks,
tercermin dari definisi PR itu sendiri mulai PR sebagai seni, PR
sebagai fungsi manajemen, PR sebagai manajemen reputasi, dan
PR sebagai manajemen komunikasi. Dan dalam melakukan segala
sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan baik tugas
fungsionalnya yaitu menyelesaikan seluk beluk pekerjaan, atau
pun tugas perilaku, kiranya sifat, bakat, kerampilan dan
kemampuan itu harus dimiliki oleh petugas public relations (PRO).
101
DAFTAR PUSTAKA
Argenti, Paul A., 2010, Komunikasi Korporat (Corporate
Communication), Jakarta, Penerbit Salemba Humanika
Anggoro, M. Linggar, 2000, Teori & Profesi Kehumasan Serta
Aplikasinya di Indonesia, Jakarta, Bumi Aksara
Baik, Ridwan Nyak dan T, Irmulan Sati., (editor), 2004, Koalisi
Dominan Refleksi Kritis Atas Peran dan Fungsi Public
Relations Dalam Manajemen, Jakarta, BPP Perhumas
Effendy, Onong Uchjana, 1992, Hubungan Masyarakat Suatu
Studi Komunikologis, Bandung, PT Remaja Rosdakarya.
Liliweri, Alo, 1997, Sosiologi Organisasi, Bandung, PT Citra
Aditya Bakti
Laksamana, Agung., 2014, What CEO wants from PR, Yogyakarta,
B-First
Pace, R Wayne., Faules, Don F., 1998, Editor : Deddy Mulyana,
Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja
Perusahaan, Bandung, PT Remaja Rosdakarya
Robbins, Stephen P., 1994, Teori Organisasi, Alih Bahasa: Jusuf
Udaya., Jakarta, Arcan
Robbins, Stephen P., dan Judge, Timothy., 2008, Perilaku
organisasi, Jakarta, Salemba Empat
Rumanti, Sr. Maria Assumpta., 2002, Dasar-dasar Public
Relations Teori dan Praktik, Jakarta, PT. Gramedia
Widiasarana
102
PENDAHULUAN
Tahun 2017 TripAdvisor website perjalanan dunia
mengadakan survei “Travellers’ Choice Awards” yang dipilih
berdasarkan ulasan jutaan travelers di dunia selama satu tahun di
situs www.tripadvisor.com. Ada beberapa kategori dalam
Travellers’ Choice Awards versi TripAdvisor seperti hotel,
destinasi, pantai, landmark, taman hiburan, musium, maskapai
penerbangan dan rumah liburan terfavorit. Dikutip dari press
release yang dikeluarkan pada tanggal 21 Maret 2017 (Traveloka,
2017), Pulau Bali Indonesia dinyatakan sebagai pemenang pertama
dalam kategori destinasi paling favorit. Ini merupakan prestasi
yang luar biasa mengingat TripAdvisor adalah website perjalanan
yang terbesar karena terdapat 465 juta ulasan seputar pariwisata,
setiap bulannya situs ini rata-rata dikunjungi 390 juta pengunjung
dalam 49 pasar diseluruh dunia. Destinasi favorit kedua dan
seterusnya diduduki oleh London (Inggris), Paris (Perancis), Roma
(Itali) New York (AS) dan sebagainya.
Keberadaan situs perjalanan atau online travel agent
(OTA) seperti TripAdvisor, Traveloka, Mr.Aladin, booking.com,
Trivago dan lainnya saat ini sangat populer seiring dengan
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Aplikasi
Traveloka misalnya yang terintegrasi dengan situs traveloka.com,
telah diunduh lebih dari 10 juta orang di playstore. Kepopuleran
yang didapat oleh situs perjalanan ini karena mereka memberikan
103
Cyber PR
Electronic Public Relations/Online Public Relations adalah
inisiatif PR yang menggunakan media internet sebagai sarana
publisitasnya (Onggo, 2004, p. 1). Popularitas internet dan
kemampuannya untuk melakukan berbagai hal dapat dimanfaatkan
oleh praktisi PR dalam membangun merek (brand) dan
memelihara trust (kepercayaan). Jangkauan internet yang sangat
luas, memudahkan PR dalam menjangkau publik yang lebih
banyak. Kelebihan ini harus dapat dimanfaatkan PR untuk
menjalin hubungan dan keterikatan dengan publik dalam hubungan
yang interaktif.
106
Merek (Brand)
American Marketing Association mendefinisikan merek
sebagai nama, istilah, tanda, lambang, simbol, disain, atau
kombinasi dari hal-hal tersebut. Tujuan pemberian merek adalah
untuk mengidentifikasikan produk atau jasa dari salah sati penjual
atau kelompok penjual yang dihasilkan sehingga berbeda dari para
pesaing. ( (Kotler & Keller, 2009, p. 258)
Sedangkan branding menurut Peter Montonya merupakan
sebuah proses menciptakan identitas yang dikaitkan dengan
persepsi emosi dan perasaan tertentu terhadap identitas tersebut.
(Rampersad, 2008)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
studi deskriptif. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan
bagaimana strategi, proses, dan dampak penggunaan media sosial
oleh Hotel Ramada Encore Bali Seminyak. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi
literatur.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat empiris
(dapat diamati dengan panca indera sesuai dengan kenyataan),
dengan pengamatan atas data tidak didasarkan pada ukuran-ukuran
matematis yang terlebih dulu ditetapkan peneliti dan harus
disepakati (direplikasi) oleh pengamatan lain, tetapi berdasarkan
ungkapan subjek penelitian, sebagaimana yang dikehendaki dan
dimaknai oleh subjek penelitian. Pendekatan kualitatif
menggunakan konsep kealamiahan (kecermatan, kelengkapan,
atau orisinalitas) data dan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.
Pendekatan kualitatif terutama layak untuk menelaah sikap
atau perilaku dalam lingkungan yang agak artifisial, seperti dalam
survei atau eksperimen. Peneliti kualitatif lebih menekankan
proses dan makna ketimbang kuantitas, frekuensi atau intensitas
107
terhadap akun media sosial resmi milik Hotel Ramada Encore Bali
Seminyak.
Berikut ini adalah akun media sosial yang dimiliki oleh
Hotel Ramada Encore Bali Seminyak,
Twitter https://twitter.com/encorebali
Facebook pages
https://www.facebook.com/ramadaencorebaliseminyak/
Instagram https://www.instagram.com/ramadaencorebali/
109
Communicating
Hotel Ramada Encore Bali Seminyak memposisikan
dirinya sebagai hotel dengan fasilitas lengkap berada di daerah
yang tenang jauh dari keramaian kota namun dekat dengan area
wisata sehingga cocok untuk liburan maupun kepentingan bisnis.
Untuk menampilkan image yang diinginkan maka konten yang
ditampilkan di media sosial pun harus disesuaikan.
Umu kulsum menyatakan target market Hotel Ramada
Encore Bali Seminyak adalah dewasa muda, hal ini berpengaruh
pada konten foto yang ditampilkan di media sosial, “Lihat saja
disemua publikasi, kami hanya menampilkan gambar orang
muda..” Begitupula dengan konten foto tamu yang ditampilakan
kembali di media sosial resmi Ramada Encore Bali Seminyak,
114
Evaluating
Marketing Communication Division Hotel Ramada Encore
Bali Seminyak melakukan evaluasi bulanan terhadap semua
platform media sosial yang mereka gunakan. Mereka melakukan
116
SIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai strategi
media sosial yang dilakukan oleh Ramada Encore Bali dapat
disimpulkan sebagai berikut: 1) Alasan penggunaan media sosial
oleh Hotel Ramada Encore Bali Seminyak adalah karena biaya
yang dikeluarkan untuk penguatan branding melalui media sosial
dianggap lebih sedikit dengan jangkauan yang lebih luas
dibandingkan dengan media konvensional; 2) Proses penggunaan
media sosial sosial yang dilakukan oleh Hotel Ramada Encore Bali
Seminyak, yang pertama adalah fact finding dengan menentukan
sasaran dari media sosial yaitu dewasa muda, usia produktif,
menengah ke atas dan cukup akrab dengan teknologi komunikasi
121
give away, dan special rate untuk pemesanan melalui media sosial;
3) Hotel Ramada Encore Bali dapat merancang special event pada
waktu tertentu yang ditujukan bagi konsumen dan potensial
konsumen untuk meningkatkan loyalitas konsumen, ditengah
perkembangan bisnis hotel yang semakin pesat.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Provinsi Bali. (2017, Agustus). Diambil kembali dari
https://bali.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/169.
Cutlip, S. M., Center, A. H., & Brown, G. M. (1985). Effective
Public Relations 6th. ed. Englewood Cliffs, NJ: Prentice
Hall.
Kasali, Rhenald. (1994). Management Public Relations, Konsep
dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Grafiti
Kotler, P., & Keller, K. L. (2009). Manajemen Pemasaran. Jilid I.
Edisi ke-13. Jakarta: Erlangga.
Mulyana, Deddy. & Solatun. 2007. Metode Penelitian Komunikasi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nolte, Lawrence W dan Dannis L. Wilcox. (1984). Effective
Publicity. USA: Willey & Sons Inc.
Onggo, B. J. (2004). Cyber Public Relations. Jakarta: PT. Media
ElexKomputindo (Gramedia Group).
Ramada Encore Bali Seminyak. (2017, September 20).
https://twitter.com/encorebali?lang=en. Diambil kembali
dari Twitter.
Ramada Encore Bali Seminyak. (2017, September 20).
https://www.facebook.com/ramadaencorebaliseminyak/.
Diambil kembali dari Facebook.
Ramada Encore Bali Seminyak. (2017, September 20).
https://www.instagram.com/ramadaencorebali/?hl=en.
Diambil kembali dari Instagram.
123
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi dan informasi komunikasi (TIK)
di Indonesia makin dapat dirasakan sejak hadirnya internet secara
komersial sejak tahun 1994. Hal ini terbukti, antara lain, pada
jumlah pengguna internet di Indonesia yang sejak tahun tersebut,
terus mengalami kenaikan eksponensial. Hingga akhir tahun 2016
lalu, dengan merujuk hasil survei yang dilakukan Asosiasi
Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII), tercatat 132,7
juta pengguna internet di Indonesia atau sudah lebih dari 50% dari
total penduduk Indonesia tahun 2016 sebanyak 256,2 juta jiwa.
Pemutakhiran pemrosesan informasi melalui TIK dalam
bentuk internet tersebut membuat banyak orang mendapatkan data-
informasi, bahkan mengolah dan mengamplifikasikannya dengan
sangat mudah. Terutama bagi para pengguna media sosial populer
di tanah air, baik dalam bentuk jejaring sosial (Facebook, Youtube,
Twitter, Instagram, dst) maupun pesan instan sosial (WhatsApp,
BlackBerry Messenger, Line, dst).
TIK telah nyata membuat cara berkomunikasi semakin
beragam. Selain berkomunikasi menggunakan metode CMC
(Computer Mediated Communication), juga memungkinkan
terjadinya lompatan proses komunikasi dari sebelumnya. CMC
secara terminologi dijelaskan Rulli Nasrullah (2014:79) sebagai
suatu proses komunikasi manusia melalui komputer yang
melibatkan khalayak, tersituasi dalam konteks tertentu dengan
prosesnya tersebut memanfaatkan media untuk tujuan tertentu.
125
METODE PENELITIAN
Dalam metode penelitian, peneliti menetapkan desain
penelitian kualitatif deskriptif dengan orientasi teoritis
fenomenologi (gejala), terutama riset motivasi pendekatan non-
disguised non-structure techniques. Penelitian bermaksud mencari
jawaban tentang tingkah laku atau prilaku manusia, terutama
kepada dua penceramah muda tersebut, dalam kebiasaan-kebiasaan
mereka berceramah dengan menggunakan medium internet.
Riset motivasi pendekatan non-disguised structure
techniques juga berarti peneliti berusaha alasan-alasan obyek
penelitian melakukan tindakan tertentu, khususnya da’wah di new
media, dengan daftar pertanyaan tidak ditentukan sebelumnya
dengan tujuan penelitian diungkapkan. Di lain pihak, dalam
perpektif studi agama, orientasi teoritis fenomenologi tersebut
dilakukan guna mencari jawaban atas gejala yang terpisah maupun
satu kesatuan manusia, sehingga agama dapat dianggap sebagai
jawaban yang melekat pada eksistensi manusia itu sendiri
(Hidayatullah, 2011:98).
Metode ini kualitatif deskriptif dengan orientasi teoritis
fenomenologi (gejala) ini juga dipilih peneliti karena menjadi
prosedur penelitian yang mampu menghasilkan data deskriptif,
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku
yang dapat diamati (Taylor, 1989:3). Metode ini sendiri berkaitan
erat sifat unik dari realitas sosial dan dunia tingkah laku manusia
132
11 "Tidak ada hal baru (dalam ceramah saya), hanya melanjutkan perintah Allah
Swt dan Rasul SAW. Bahwa kita ummat terbaik, yang diperintahkan untuk
mengajak pada kebaikan dan mencegah kemunkaran. Sekalipun kita semua
bermunajat, berdoa rame-rame, namun jika tak amar ma'ruf nahi munkar, maka
doa takkan dikabulkan," kata UAS saat awal diwawancara peneliti.
12 "Masyarakat sekarang melihat ceramah yang putih, hitam, abu, ini sama dulu
himpun banyak ayat sebelum tentukan dalil. Maka masyarakat pun akan lihat
video yang satu dengan lainnya, Insya Allah ummat makin cerdas," sambung
UAS, saat ditanya peneliti soal motivasi intensif penggunaan CMC dan new
media.
136
13"Semuanya saya lakukan semata untuk mencari ridho Allah Swt. Saya ingin diri
saya diridhoi, ummat diridhoi, bahkan negara pun klo diridhoi, sudah pasti
tercapai baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur (negara yang baik dengan Rabb
yang Pengampun, red)," katanya.
138
dirinya justru terkaget dan heran apa betul dirinya yang mengisi
da’wah tersebut. Banyak kemudahan saat menerangkan di depan
audiens, banyak kelancaran menjelaskan yang kadang dirinya tak
mengerti bisa berlaku demikian.
Motivasi lain saat da’wah menggunakan CMC dan new
media adalah dirinya terbiasa menceritakan sebuah konten hingga
tuntas. Tak mau ada celah kajian yang malah membuat masyarakat
bingung. Maka itu, komprehensifitas adalah implementasi dari
pola kajiannya. UAS mengaku ingin utuhkan seluruhnya saat
ceramah, menurunkan seluruh dasar kajian hukum supaya sinergis,
sekaligus menjaga agar kajian tidak melebar.
Selanjutnya, untuk pertanyaan kedua: Bagaimanakah
optimalisasi digital public relations serta pola komunikasi massa
yang dilakukan UAS dan UAS saat ber-da’wah melalui new media,
sehingga bukan hanya diikuti banyak netizen, namun keduanya
kini kerap disebut representasi citra Islam yang damai dan ramah?
Bagi UAH, alumni S1 Al-Azhar, Mesir serta S2 Dar Al-
Hadits Al-Hassania Institute, Kerajaan Maroko tersebut,
optimalisasi digital public relations dilakukan pembobotan materi.
Apabila seniornya sesama lulusan Al-Azhar di Pekanbaru, Dr.
Mustafa Umar, LC, MA, yang fokus membahas tafsir Al-Quran,
terutama dari Tafsir Al-Ma'rifat, maka dirinya yang lulusan
sekolah hadist utama di dunia tersebut, menjadikan hadist sebagai
fokus subtansi da’wahnya.
Strategi lain yang dilakukan adalah memberikan bobot
konten dakwah kepada masyarakat maupun warganet yang
disebutnya abu-abu dalam bersikap, atau mereka yang relatif masih
meragu karena tidak pro sekaligus juga tidak kontra.
Golongan yang abu-abu ini harus dicerdaskan dengan
penjelasan komprehensif, sehingga tujuan akhir mengajak
kebaikan dan mencegah kemunkaran melalui da’wah tetap terjaga.
139
14
"Begini, da’wah itu identiknya di mimbar, hanya ceramah. Identiknya
juga amar ma'ruf, mengajak shalat saja. Namun jika ada kebathilan
dilekatkan pada kita, maka menyingkap kebathilan itu adalah da’wah.
Singkaplah dengan klarifikasi, dengan tabayyun, karena ketika orang
benar namun diam saja, maka pihak yang bathil justru merasa benar,"
jelasnya, tegas.
15
"Waktu S2 di Maroko, sesekali saja mengisi ceramah dan khutbah
Jum'at di KBRI. Begitu pulang ke Indonesia tahun 2008, di Pekanbaru,
kita berguru [cara da’wah] kepada Ustadz Dr. Mustafa Umar, LC, MA,
dan Ustadz Mawardi M. Saleh," katanya.
140
16
"Agar luruskan lebih utuh, sekaligus memberi keteladan ke televisi lain,
bahwa bisa kita bikin televisi dengan tujuan da’wah. Biayanya tak begitu
mahal, tapi kru dekat dengan Allah SWT karena mereka menjaga
shalatnya dan menjaga diri dari maksiat," katanya.
17"Saya bukan ingin show off. Itu biar yang sedang belajar tidak
cari-cari dimana ayat Qur'an setelah saya sebutkan, biar mereka tak
kehilangan fokus cari lokasi karena bisa cepat buka dan temukan.
Di momen tertentu, saya tak sebutkan lokasi persisnya,” jelasnya.
141
SIMPULAN
Dari dua perumusan masalah dalam latar belakang penulis,
maka bisa dirangkum jawaban dari pembahasan sebagai berikut:
Motivasi da’wah kedua obyek penelitian hampir sama
yakni menyeru kepada yang kebaikan serta melarang kemunkaran
sebagai bentuk iman sekaligus mencari ridho dan anugerah Allah
Swt. Baik UAH dan UAS, dengan merujuk Al-Quran dan Hadist,
menegaskan da’wah sebagai kewajiban yang satu kesatuan bagi
setiap muslim di manapun.
Adapun motivasi penggunaan intensif CMC dan new
media dari kedua obyek penelitian relatif berbeda. Sebab, UAS
masuk ke lingkungan yang memang mendesain dari awal merekam
dalam bentuk seluruh ceramah guna membuat tafsir Al-Qur'an
berbentuk video. Sementara UAH justru tak memiliki motivasi
penggunaan CMC dan media sosial dari awal namun ada mad’u
yang merekam dan merasa kajiannya sangat bagus lalu minta izin
untuk diunggah dan kemudian banyak yang suka.
142
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim.
Ardianto, Elvinaro. (2002). Dasar-Dasar Public Relations.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Biagi, S. (2005). Media/Impact: an introduction to mass media.
California: H. J. Allen.
143
INTRODUCTION
Some studies (Rofiudin, 2011; Isni, 2012; Pramesti, 2014;
Nurjanah et al., 2015) found that media relations in Indonesia is
still inseparable from practice of giving/ taking incentives. This
issue apparently can be traced back to the 1940s era. According to
Atmakusumah, former chairman of the Indonesian Press Council,
the practice of giving incentive in cash or valuable goods to
journalists had been happening since 1940s (Rofiudin, 2011: 40).
Aceng Abdullah (1999: 45) stated that at the end of 1960s, going
to a press conference would mean as receiving a piece of envelope
(containing money). As time evolved, the practice of giving/ taking
incentives that were initially optional seemed to turn into an
obligation (Abdullah, 1999: 45).
In Indonesia, media relations issue also has to cope with
the fact that many journalists struggle with the economic situation
due to underpaid wages. Even in a number of cities, media
companies were found hiring journalists with very low-wages (AJI
Indonesia, 2011; Pramesti, 2014). On the other hand, there are
many cases where practitioners need to confront their management,
who don’t understand how the media works and who do not accept
any negative news18. In the management’s perspective,
practitioners should be able to "block" negative news, no matter
18
Based on researcher’s experience and observation working in public
relations field.
145
where the news came out. Negative news, even in the yellow
newspaper19 may rise into an emergency situations for
management who has "thin ear” (highly reactive or not able to cope
with any negative news).
Another challenge for media relations practice in
Indonesia is the existence of fake journalists, or known by many
names e.g. bodrek journalist20, envelope journalism, bogus
journalist, no news reporter, WTS (journalists without newspapers)
(Arismunandar, 2007; Rofiudin, 2011; Isni, 2012; Pramesti, 2014),
whom are all money motivated (even blackmail) to derive from the
news source21. Indonesian Press Council acknowledged this
phenomenon22. It cannot be denied that the phenomenon rose due
to the power to expose held by the media, as well as practice of
envelope that has been widely recognized in Indonesia.
The interelated situations, i.e. journalists’ low welfare,
practice of giving/ taking incentives and high pressure for
practitioners in getting good publicity, may create the opportunity
and open the door in accomodating the interest of certain parties by
the media. The purpose of this study is to better understand the
current state of the media relations in Indonesia related to practice
of providing/taking incentives and journalist and media
19
Yellow newspaper or yellow press is a type of journalism that does not
report much real news with facts. It uses shocking headlines that catch
people's attention to sell more newspapers. Yellow journalism might
include exaggerating facts or spreading rumors.
20
Bodrek, is the headache medicine brand in Indonesia popular in1970s
with its advertising jargon "came, attacked, and won." The journalists
without newspapers have been known to come in group to an event
organized by the PR, to get an envelope (containing money). So, they
"come," "attack (ask for money)," and "win (get money).
21
Interview with the informant and document review found at
http://dokumen.tips/documents/kode-etik-jurnalistik-aji.html.
22
Interview with the chairman of Indonesian Press Council on November
28, 2016.
146
RESEARCH METHOD
This research is a qualitative study, which attempts to
capture people’s own meanings for their everyday behavior in a
specific context. Subjects of the research are 12 PR practitioners
and journalists (reporters or editors), who were selected using
purposive technique. The criterion for selecting informant was that
they had more than two-year of experience in their profession.
Informants with experience in both journalism and public relations
would be an advantage. Informants consist of six journalists,
starting from journalists, editors up to the chief editor in the print
media, radio and television, and six public relations practitioners in
the private and government institutions from staff, senior staff up
to head of PR department. Four people among PR practitioners
have worked as journalist/ editor in the print media in Jakarta and
Surabaya. These informants are based in the capital city of Jakarta;
Bandung, West Java; Surabaya, East Java; Pekanbaru, Riau; and
Balikpapan, East Kalimantan respectively. In this paper, the
authors use pseudonyms to protect the identities of the subjects.
147
Tabel
Type of Incentives in Media Relations Practice
Source: interview
23
Eid al-Fitr is an important religious holiday celebrated by Muslims
worldwide that marks the end of Ramadan, the Islamic holy month of
fasting (sawm) (https://en.wikipedia.org/wiki/Eid_al-Fitr).
24
The ʿUmrah is a pilgrimage to Mecca, Saudi Arabia, performed by
Muslims that can be undertaken at any time of the year, in contrast to the
Hajj (https://en.wikipedia.org/wiki/Umrah).
149
25
During an interview on November 28, 2016.
151
Picture
Simple illustration on media hierarchy
Source: interview
CONCLUSION
Building a solid personal relation is one of media relations
principles. Unfortunately in pursuing the principle, media relations
practice in Indonesia has been incentive-laden for many years.
Most PR practitioners and journalists interpret media relationship
based on real awards/ rewards they perceive to be received, as well
REFERENCES
Abdullah, Aceng. (1999). Press Relations Kiat Berhubungan
dengan Media Massa. Rosda.
Agustin, Herlina et al. (2013). Pemetaan Kebutuhan Kualifikasi
Jurnalis Pemula pada Industri Media Massa Di Indonesia.
Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 2, Desember
2013 hlm 141-154.
AJI. (2011). Upah Layak Jurnalis. AJI Indonesia.
Arismunandar, Satrio. (2007). Wawancara Serikat Pekerja
Wartawan. Accessed from:
http://satrioarismunandar6.blogspot.co.id/2007/02/wawan
cara-serikat-pekerjawartawan.html
Cutlip, Scott M., Center, Allen H., & Broom, Glen M. (2000).
Effective Public Relations (Eight Edition). Prentice Hall
International, Inc.
Fisher, Caroline. (2015). Macnamara, Jim – Journalism & PR:
Unpacking ‘Spin’, Stereotypes, and Media Myths, New
York, Peter Lang Publishing, 2014 pp. 284, ISBN 978-1-
4331-2426-6. Media Journal Australian Edition. Current
Issue – Volume 9 Issue 1-2015.
Griffin, EM. (2012). A First Look at Communication Theory. Eight
Edition. McGraw Hill.
Infante, Dominic A., Rancer, Andrew S., &Womack, Deanna F.
(1993). Building Communication Theory. Waveland
Press, Inc.
156
PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai suatu lembaga yang memberi
layanan kesehatan kepada masyarakat tentunya harus terus
berbenah diri. Hal berbenah penting karena memberi pelayanan
kesehatan terkait dengan kesembuhan dan keselamatan seorang
pasien. Jika pelayanan dilakukan dengan tidak semestinya tentu
akan terjadi hal yang membuat pasien atau masyarakat kecewa dan
akan mencari jalan lain guna mendapatkan pelayanan kesehatan
tersebut.
Pelayanan secara sederhana dapat diartikan
sebagai”melakukan sesuatu bagi orang lain”. Setidaknya ada tiga
kata yang bisa mengacu pada istilah pelayanan tersebut, yaitu jasa,
layanan dan servis. Sebagai jasa, servis umumnya mencerminkan
produk tidak berwujud fisik (intangible) atau sector industry
spesifik, seperti pendidikan, kesehatan, telekomunikasi,
transportasi, asuransi, perbankan, perhotelan, konstruksi,
perdagangan, rekreasi dan seterusnya. Sebagai layanan,
menyiratkan segala sesuatu yang dilakukan pihak tertentu
(individu maupun kelompok) kepada pihak lain (individu maupun
kelompok). Arti pelayanan dan service lainnya adalah organisasi
yang menyediakan sesuatu kepada publik atau melakukan sesuatu
bagi pemerintah (Tjiptono: 2008: 1).
Rumah sakit bila dikaitkan konsep pelayanan atau service
maka dia termasuk pada industri, yaitu industri kesehatan. Dimana
produk yang dilayankan kepada masyarakat adalah intangible
159
27http://sumutpos.co/2017/02/14/rsud-dr-pirngadi-tak-mau-disalahkan/
160
28http://sumutpos.co/2017/01/27/sarana-informasi-rsud-pirngadi-tak-berfungsi/#
29PERSI Sumut. 2016
30Herquntanto, Majalah Kedokteran Indonesia, Volume 59, Nomor;2,
Februari;2009
163
METODE PENELITIAN
Upaya untuk menggambarkan isu penelitian ini maka
digunakanlah metode kualitatif deskriptif, dimana realitas sosial
dipandang sebagai suatu yang utuh, dinamis, kompleks dan sarat
dengan makna. Menggunakan penelitian kualitatif artinya
menginginkan jawaban berkaitan dengan kualitas, nilai dan makna
yang terdapat dalam fakta yang ada dilapangan.
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan kata-kata,
kalimat dari individu, buku dan sumber lain. Oleh karena itu
penelitian ini menggunakan wawancara mendalam dengan pasien
atau keluarga pasien yang pernah berobat di rumah sakit kota
Medan. Wawancara digunakan sebagai metode pengumpulan data
agar peneliti mampu mengali informasi lebih dalam mengenai
interpretasi individu yang diteliti (Martono, 2015:212).
Guna mendapatkan mendapatkan data dari informan maka
digunakan pemilihan informan melalui teknik purporsiv. Diambil
5 orang pasien atau keluarga pasien, 4 pasien yang pernah berobat
di rumah sakit Medan dan 1 dari keluarga pasien yang pernah
berobat. Ada pun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah rumah
sakit Dr. Pirngadi Medan.
SIMPULAN
Citra pelayanan rumah sakit akan terkonstruksi dengan
baik bila fungsi pelayanan dapat dijalankan oleh semua unsur yang
ada di rumah sakit. Orientasi yang dilakukan mengacu kepada
pelayanan pasien, artinya ketepatan, kenyamanan dan keamanan
pasien selalu diutamakan dan selalu menjaga kepercayaan di dalam
memberikan pelayanan kesehatan, karena pelayanan dirumah sakit
terkait dengan keselamatan dalam hal ini nyawa seseorang dan
kesembuhan dari penyakit. Komunikasi yang terjalin akan
mengkonstruksi semua realitas menjadi jelas kepada publik dalam
hal ini pasien dan keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Endang Kusuma, 2009, Transaksi Terapeutik Dalam
Upaya Pelayanan Medis di Rumah Sakit, Bandung, Citra
Aditya Bakti
Kriyantono, Rachmat, 2014, Teori Public Relations Perspektif
Barat dan Lokal Aplikasi Penelitian dan Praktik, Jakarta,
Kencana Prenadamedia Group.
Martono, Nanang, 2015, Metode Penelitian Sosial, Konsep-konsep
Kunci, Jakarta,Raja Grafindo Persada
Mulyana,Deddy, 2015, Komunikasi Lintas Budaya, Bandung,
Remaja Rosdakarya
Soemirat, Soleh, Ardianto, Elvinaro,2010, Dasar-dasar Public
Relations, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Tjiptono, Fandy, 2008, Service Management Mewujudkan
Layanan Prima, Yogyakarta, Andy.
Herquntanto, Majalah Kedokteran, Volume 59, Nomor 2,
Februari, 2009
http://sumutpos.co/2017/01/27/sarana-informasi-rsud-pirngadi-
tak-berfungsi
http://sumutpos.co/2017/02/14/rsud-dr-pirngadi-tak-mau-
disalahkan Persi Sumut, 2016
168
PENDAHULUAN
Seorang veteran pejuang kemerdekaan bernama
Ilyaskarim sempat ramai diberitakan di media massa pada awal
September 2016 setelah kediamannya di Rawajati, Jakarta Selatan,
DKI Jakarta menjadi salah satu rumah yang digusur oleh
pemerintah provinsi karena berada di jalur hijau. Pria usia 88 tahun
ini menjadi topik pembicaraan akibat pengakuannya bahwa ia
adalah salah satu pengibar bendera pusaka pertama di kediaman
Soekarno pada 17 Agustus 1945. Sejumlah wartawan yang pada
saat itu berada di lokasi penggusuran memutuskan untuk
memberitakan tentang dirinya setelah mendengar pengakuan
tersebut. Beberapa media daring bahkan televisi menyatakan
dalam pemberitaan mereka bahwa seorang pengibar bendera
pusaka pertama telah menjadi korban penggusuran di Rawajati
dengan hanya mengandalkan pernyataan Ilyaskarim sebagai satu-
satunya narasumber.
Polemik mengenai kebenaran pengakuan Ilyaskarim mulai
muncul ke permukaan tidak lama setelah namanya ramai
dibicarakan di media massa dan sosial. Beberapa pihak meragukan
pengakuan sang mantan pejuang setelah mengetahui bahwa pada
tahun 2011 silam dirinya juga sempat ramai dibertikan media
massa karena alasan serupa. Lima tahun lalu Ilyaskarim menjadi
sorotan setelah dihadiahi sebuah unit apartemen oleh pihak
Kalibata City sebagai penghargaan atas jasanya sebagai pengibar
bendera pusaka pertama. Namun kabar tersebut segera dibantah
oleh para sejarawan, termasuk Fadli Zon, yang menyatakan bahwa
169
METODE PENELITIAN
Etika pada dasarnya merupakan dialektika antara
kebebasan dan tanggung jawab, antara tujuan yang hendak dicapai
dan cara untuk mencapai tujuan itu. Ia berkaitan dengan penilaian
tentang perilaku benar atau tidak, yang baik atau yang tidak baik,
yang pantas atau tidak pantas, yang berguna atau tidak berguna,
dan yang harus dilakukan atau tidak harus dilakukan (Amir, 1999:
172
Penafsiran
Menguji informasi berarti melakukan check and recheck
tentang kebenaran informasi.
Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan
kepada masing-masing pihak secara proporsional.
Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan.
Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat
yang berupa interpretasi wartawan atas fakta.
Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi
seseorang.
32
Wawancara dengan koordinator liputan Suara.com Siswanto pada Selasa, 25
April 2017.
179
37Wawancara dengan ahli hukum pers M. Zein Al-Faqih pada Rabu, 17 Mei
2017.
185
38 Wawancara dengan ahli hukum pers M. Zein Al-Faqih pada Rabu, 17 Mei
2017.
39 Wawancara dengan anggota Dewan Pers Nezar Patria pada Selasa, 23 Mei
2017.
186
40 Wawancara dengan anggota Dewan Pers Nezar Patria pada Selasa, 23 Mei
2017.
41 Wawancara dengan anggota Dewan Pers Nezar Patria pada Selasa, 23 Mei
2017.
187
42Wawancara dengan anggota Dewan Pers Nezar Patria pada Selasa, 23 Mei
2017.
189
43Wawancara dengan ahli hukum pers M. Zein Al-Faqih pada Rabu, 17 Mei
2017.
190
44Wawancara dengan anggota Dewan Pers Nezar Patria pada Selasa, 23 Mei
2017.
191
SIMPULAN
Wartawan Suara.com belum memenuhi etika jurnalistik
terkait disiplin verifikasi yang diatur dalam KEJ dan PPMS dalam
memberitakan tentang pengakuan veteran Ilyaskarim sebagai
pengibar bendera pusaka pertama karena walaupun proses liputan
telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan redaksi, upaya
verifikasi yang dilakukan oleh wartawan Suara.com dalam kasus
ini baru sampai pada tahap prosedural. Piagam TNI yang
ditunjukkan oleh Ilyaskarim sebagai pendukung dari
pernyataannya juga tidak tepat untuk digunakan sebagai hard
evidence. Proses verifikasi dalam kasus ini tidak dapat ditunda
karena berita tidak mengandung kepentingan publik yang bersifat
mendesak, sumber berita pertama bukan merupakan sumber yang
kredibel dan kompeten, serta Suara.com tidak memberikan
penjelasan kepada pembaca bahwa berita tersebut masih
memerlukan verifikasi lebih lanjut.
192
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro, dkk. 2012. Komunikasi Massa: Suatu
Pengantar (Edisi Revisi). Bandung: Refola Offset.
Creswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design:
Choosing. Among Five Tradition. London: Sage
Publications.
Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel. 2003. Sembilan Elemen
Jurnalisme. Jakarta: Pantau.
Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2006.
Jurnalistik (Teori dan Praktik). Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Margianto, Heru J. dan Asep Syaefullah. 2014. Media Online:
Pembaca, Laba, dan Etika. Jakarta: AJI.
McQuil, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba
Humanika.
Mulkan, Dede. 2013. Pengantar Ilmu Jurnalistik: Untuk Pemula
yang Menyukai Dunia Jurnalistik. Bandung: Arsad Press.
Mulyana, Deddy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma
Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Nasrullah, Rulli. 2014. Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia).
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Nurudin. 2009. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali
Pers.
Romli, Asep Syamsul M. 2012. Jurnalistik Online: Panduan
Praktis Mengelola Media Online. Bandung: Nuansa
Cendikia.
S, Inung Cahya. 2012. Menulis Berita di Media Massa.
Yogyakarta: PT Citra Aji Parama.
Sugiyono. 2015. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Suhandang, Kustadi. 2010. Pengantar Jurnalistik: Seputar
Organisasi, Produk & Kode Etik. Bandung: Penerbit
NUANSA.
Shoemaker, Pamela J dan Stephen D. Reese. 1996. Mediating The
Message: Theories of Influences on Mass Media Content.
New York: Longman Publisher.
193
Jurnal
Juditha, Christiany. 2013: Akurasi Berita dalam Jurnalisme Online
(Kasus Dugaan Korupsi Mahkamah Konstitusi di Portal
Berita Detiknews). Jurnal Pekommas, Vol. 16 No. 3.
Kurnia, Novi. 2005: Perkembangan Teknologi Komunikasi dan
Media Baru: Implikasi Terhadap Teori Komunikasi. Jurnal
Komunikasi Mediator, Vol. 6 No.2.
Skripsi
Djarat, Alexander Aprita Ermando. 2016. Verifikasi Pemberitaan
Media Online: Studi Kasus Proses Penerapan Pedoman
Pemberitaan Media Siber Pemberitaan Florence
Sihombing di Detik.com dan Kompas.com Periode Agustus
– September 2014. S1 Skripsi Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
Juliana, Rina Adha (2013) Disiplin Verifikasi Wartawan
Kompas.com: Studi Kasus Terhadap Penerapan Disiplin
Verifikasi Wartawan Situs Berita Kompas.com dalam
Pemberitaan Kasus Tindak Kekerasan yang Melibatkan
Siswa SMAN 6 Jakarta. S1 Skripsi Universitas
Padjadjaran.
Diktat
194
Website
http://dewanpers.or.id/peraturan/detail/190/kode-etik-jurnalistik
Kode Etik Jurnalistik (KEJ) diakses Kamis, 6 Oktober
2016 pukul 22.25 WIB.
http://dewanpers.or.id/pedoman/detail/167/pedoman-
pemberitaan-media-siber Pedoman Pemberitaan Media
Siber (PPMS) diakses Kamis, 6 Oktober 2016 pukul 22.42
WIB.
http://www.merriam-webster.com/dictionary/verify diakses
Kamis, 6 Oktober 2016 pukul 21.58 WIB.
http://www.romelteamedia.com/2014/04/media-online-
pengertian-dan.html “Media Online: Pengertian dan
Karakteristik” diakses Senin, 12 Desember 2016 pukul
11.09 WIB.
https://upp.polkam.go.id/2015/uu-nomor-14-tahun-2008-tentang-
keterbukaan-informasi-publik/ Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan
Informasi Publik diakses Rabu, 15 Maret 2017 pukul 23.12
WIB
https://www.komisiinformasi.go.id/regulasi/download/id/140
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999
Tentang Pers diakses Rabu, 15 Maret 2017 pukul 23.26 WIB
http://www.alexa.com/topsites/countries;1/ID diakses Senin, 12
Desember 2016 pukul 11.00 WIB.
http://www.remotivi.or.id/kupas/245/Hierarki-Pengaruh-dalam-
Mediasi-Pesan diakses Selasa, 11 Juli 2017 pukul 12.53
WIB.
Situs Berita
https://beritagar.id/artikel/berita/ilyas-karim-dan-polemik-
pengibar-bendera-pusaka “Ilyaskarim dan Polemik Pengibar
Bendera Pusaka” diakses Kamis, 20 Oktober 2016 pukul
5:29 WIB.
195
http://megapolitan.kompas.com/read/2011/08/17/14383849/Kado.
Apartemen.bagi.Pengibar.Pertama “Kado Apartemen Bagi
Pengibar Pertama” diakses Senin, 12 Desember 2016 pukul
10.45 WIB.
http://jambi.tribunnews.com/2016/09/03/ilyas-karim-bukan-
pengibar-sang-saka-pertama?page=all “Ilyaskarim Bukan
Pengibar Bendera Sangsaka Pertama” diakses Senin, 12
Desember 2016 pukul 10.27 WIB.
http://news.detik.com/berita/3290736/wagub-djarot-nyatakan-
ilyas-karim-bukan-pengibar-bendera-pusaka “Wagub
Djarot Nyatakan Ilyas Karim Bukan Pengibar Bendera
Pusaka” diakses Jumat, 7 Oktober 2016 pukul 5.51 WIB.
http://nasional.kompas.com/read/2016/09/06/15264501/djarot.seb
ut.cerita.tentang.ilyas.karim.sebagai.pembelokan.sejarah
“Djarot Sebut Cerita Tentang Iyaskarm Sebagai Pembelokan
Sejarah” diakses Senin, 12 Desember 2016 pukul 10.35
WIB.
https://kitabisa.com/proklamasi?ref=d696&utm_source=direct&ut
m_medium=usershare&utm_campaign=userreff “Bantu H
Ilyaskarim, Veteran yang Rumahnya Digusur” diakses
Kamis, 22 Februari 2017 pukul 15.06 WIB.
http://news.okezone.com/read/2011/08/25/337/496292/kedepanny
a-berhati-hatilah-dalam-mengungkap-sejarah “Kedepannya,
Berhati-hatilah dalam Mengungkap Sejarah” diakses Rabu,
15 Maret 2017 pukul 20.39 WIB.
https://news.detik.com/berita/3290719/keluarga-pengerek-
bendera-saat-proklamasi-ilyas-karim-tak-terlibat-
pengibaran “Keluarga Pengerek Bendera Saat Proklamasi:
Ilyas Karim Tak Terlibat Pengibaran” diakses Rabu, 15
maret 2017 pukul 20.47 WIB.
http://www.suara.com/pages/tentangkami diakses Jumat, 7
Oktober 2016 pukul 6.08 WIB
196
PENDAHULUAN
Perkembangan era globalisasi saat ini membawa semakin
banyak organisasi baik profit maupun non-profit, pemerintahan
maupun luar pemerintahan, yang memiliki bidang Public Relations
atau Hubungan Masyarakat di dalam struktur organisasinya. Hal
ini berarti keberadaan Humas semakin diakui atau mendapat
tempat dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Pentingnya keberadaan Humas dalam sebuah organisasi
atau perusahaan terus meningkat pemahamannya. Keberadaan
Humas di sini berfungsi sebagai mediator yang menjembatani
kepentingan organisasi atau perusahaan dengan masyarakat atau
publiknya. Terlebih dengan berkembanganya teknologi informasi
dan komunikasi yang sangat pesat dalam hal penyampaian pesan
atau memenuhi kebutuhan akan sebuah informasi. Hal tersebut
berdampak pada kritisnya pola pikir masyarakat pada umumnya.
Sadar akan kondisi ini sebuah organisasi atau perusahaan
dituntut untuk lebih peka dan kreatif terhadap pengelolaan
informasi kepada masyarakat. Seperti Ardianto (2014:106) yang
menyatakan, analogi seorang Humas itu satu kaki berada di
organisasi atau perusahaan dan satu kakinya lagi berada di publik,
artinya kaki seorang Humas harus merentang.
Instansi atau organisasi bergantung pada informasi agar
dapat berfungsi dengan efektif dan mencapai tujuan instansi atau
197
relations pada Unit Humas PT. KAI Daop 1 Jakarta merupakan hal
yang menarik untuk diteliti karena dengan menyadari dan
mengetahui pentingnya posisi Humas sebagai “tameng” di pada
masa apapun khususnya masa-masa terjadinya indicator-indikator
krisis, informasi benar-benar harus sampai kepada publik dengan
baik demi menjaga citra positif perusahaan.
METODE PENELITIAN
Paradigma merupakan cara dasar untuk mempersepsi,
berpikir, menilai, dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu
secara khusus tentang visi realitas (Harmon, 1970 di kutip
Moleong, 2013:49).
Penelitian ini menggunakan paradigma post-positivisme.
Menurut Salim (2006:70), cara pandang aliran post-positivisme ini
melihat realitas sebagai hal yang memang ada dalam kenyataan
sesuai dengan hukum alam. Post-positivisme menganggap bahwa
suatu kebenaran tidak dapat ditangkap apabila peneliti berada di
belakang layar tanpa terlibat dengan objeknya secara langsung.
Aliran ini menegaskan bahwa peneliti harus bisa bersifat netral,
dengan ini tingkat subjektivitas setidaknya dapat dikurangi.
Oleh karena itu, peneliti menggunakan paradigma post-
positivisme sebab peneliti mengamati objek-objek yang terkait
dengan realitas melalui observasi dan wawancara kemudian
membangunnya menjadi sebuah data yang valid. Paradigma ini
dianggap tepat untuk digunakan karena menempatkan posisi
peneliti setara atau sedapat mungkin masuk menjadi bagian dari
Humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasional 1
Jakarta, lalu memahami implementasi media relations dan
mengonstruksikannya.
Pendekatan pada penelitian ini ialah kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis
yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara
203
SIMPULAN
Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian yang
berjudul Implementasi Media Relations dalam Upaya Menjaga
Citra Positif di PT. KAI Daerah Operasi 1 Jakarta, kesimpulan
yang peneliti peroleh adalah sebagai berikut:
Implementasi media relations yang dilakukan oleh PT.
KAI Daop 1 Jakarta sudah dijalankan dengan sebagaimana
mestinya sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan oleh
Humas PT. KAI Daop 1 Jakarta. Implementasi media relations
Humas PT. KAI Daop 1 Jakarta juga sesuai dengan konsep
Iriantara, yaitu “mengelola relasi, mengembangkan strategi, dan
mengembangkan jaringan.” Namun Humas PT. KAI Daop 1
Jakarta kurang mengimplementasikan tahap mengembangkan
jaringan di dalam media relations bila dibandingkan dengan
mengelola relasi dan mengembangkan strategi.
Aktivitas media relations yang dijalankan oleh Humas PT.
KAI Daop 1 Jakarta sudah dijalankan dengan sebagaimana
mestinya sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan oleh
Humas PT. KAI Daop 1 Jakarta. Aktivitas media relations seperti,
press conference, press briefing, press tour, press release, special
event, press lunch, dan press interview sesuai dengan konsep
Ardianto dan Soemirat. Namun aktivitas press tour merupakan
aktivitas baru di Humas PT. KAI Daop 1. Aktivitas ini baru
diterapkan dalam beberapa tahun belakangan ini saja. Kemudian
implementasi ketujuh aktivitas media relations yang dilakukan
oleh Humas PT. KAI Daop 1, lebih banyak kepada press
conference, press briefing, dan press interview.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro. 2014. Hand Book of Public Relations.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
211
Website:
bumn.go.id (diakses pada 5 September 2015 pukul 20:00 WIB)
www.kereta-api.co.id (diakses pada 5 September 2015 pukul 20:00
WIB)
www.kompasiana.com (diakses pada 6 September 2015 pukul
15:15 WIB)
www.okezone.com (diakses pada 4 November 2015 pukul 14:00
WIB)
www.researchgate.net (diakses pada 7 November 2015 pukul
21:00 WIB)
Media Cetak:
Bisnis Indonesia, 23 November 2015
213
PENDAHULUAN
Perguruan Tinggi Berbadan Hukum (PTNBH) adalah
salah satu konsep penyelenggaraan perguruan tinggi dimana secara
umum konsep ini membuat Perguruan Tinggi negeri mempunyai
otonomi lebih untuk mengatur diri mereka sendiri dan memiliki
keleluasaan dalam menyelenggarakan rumah tangganya. PTN
Badan Hukum merupakan solusi yang dipilih pemerintah untuk
memberikan kejelasan status bagi PTN yang dulu menyandang
predikat BHMN. Istilah perguruan tinggi berbadan hukum ini
pertama kali disebutkan dalam pasal 65 ayat 1 UU Nomor 12
Tahun 2012, bahwa penyelenggaraan otonomi perguran tinggi
dapat diberikan secara selektif berdasarkan evaluasi kinerja oleh
menteri kepada PTN dengan menerapkan pola pengelolaan
keuangan badan layanan umum atau dengan membentuk PTN
badan hukum untuk menghasilkan pendidikan tinggi bermutu.
Dengan status PTNBH maka perguruan tinggi negeri akan
lebih leluasa menyelenggarakan pendidikan tinggi secara otonom
agar dapat menghasilkan pendidikan tinggi yang bermutu. PTNBH
diatur sebagai salah satu bentuk sistem perguruan tinggi dalam
pasal 76 UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi,
dimana perguruan tinggi mmemperoleh kemandirian dalam
pengelolaan perguruan tinggi yang meliputi bidang keuangan,
sarana prasarana dan ketenagakerjaan.
214
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif
konstruktifistik yang bertujuan untuk memahami tentang mengapa
Unpad menerapkan PTN BH;Bagaimana pemahaman pengelola
Unpad terhadap penerapan PTNBH; Bagaimana pemahaman
mahasiswa Unpad terhadap PTN BH .
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Melalui pendekatan studi kasus peneliti
akan melakukan pendekatan dari berbagai sisi yang menjadi ciri
khas dari studi ini. Studi kasus adalah bentuk penelitian yang
mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk
manusia didalamnya (Nasution ,1991 : 45).
Dalam penelitian ini digunakan studi kasus karena objek
penelitian yang dikaji merupakan system yang unik, spesifik dan
khusus, yaitu perguruan tinggi berbadan hukum yang melakukan
kegiatannya sebagai bentuk tanggung jawab institusi terhadap
publik namun didasari oleh kesadaran institusi dalam
menyelenggarakan konsep “otonomi” secara tepat.
Untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana
pemahaman Pengelola Universitas Padjadjaran terhadap
Pelaksanaan Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN
BH), objek dipilih dengan teknik purposive sampling yaitu
Universitas Padjadjaran dan subjek penelitian atau nara sumber
217
SIMPULAN
Latar belakang Unpad menerapkan PTNBH berbeda
dengan beberapa perguruan tinggi negeri lain yang telah lebih
dahulu menerapkan PYNBH. Unpad adalah merupakan salah satu
PTN yang “terpilih” menjadi pengelola PTN BH dikarenakan
reputasi Unpad sendiri yang telah memenuhi kriteria dan layak
menyelenggarakan PTN BH. Ini merupakan suatu kehormatan dan
kebanggaan bagi Unpad.
Pemahaman pengelola dalam hal ini salah satu nara
sumber penelitian antara lain Direktur Tata Kelola dan
221
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto Elvinaro. 2010. Metodologi Penelitian Untuk Public
Relations.Bandung: Simbiosa
Sobur. Alex. 2001. Etika Pers Profesionalisme Dengan Nuran.
Bandung: Humaniora Utama Pers
Cangara. H. Hafied. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi edisi
Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
222
PENDAHULUAN
Realitas yang terjadi saat ini Perguruan Tinggi Swasta
(PTS) di Jawa Barat perlu kerja keras dalam upaya meningkatkan
jumlah mahasiswa. Pemerintah provinsi jawa barat memberikan
‘kebebasan’ kepada perguruan tinggi negeri (PTN) untuk
membuka kampus di daerah, misalkan; ITB membuka kampus di
Jatinangor dan di kota Cirebon, Unpad membuka kampus di
kabupaten Pangandaran. Selain itu ada PTS di daerah yang beralih
status menjadi PTN, misalkan; Universitas Siliwangi Tasikmalaya
menjadi PTN. Fenomena ini mempersempit ruang gerak dan
pangsa pasar PTS yang berada di Jawa Barat.
Edi Suwandi Hamid, Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi
Swasta Indonesia (Aptisi), menilai, akan banyak perguruan tinggi
negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) gulung tikar
akibat tak siap menghadapi persaingan global."Tak menutup
kemungkinan ada PTN maupun PTS yang gulung tikar karena tak
siap dengan gempuran universitas dari negara lainnya saat MEA
diberlakukan," kata Edi. Menurutnya, perguruan tinggi di
Indonesia harus mempersiapkan diri dengan meningkatkan
kualitas. 45 Berdasarkan fenomena tersebut, PTS harus melakukan
peningkatan berbagai kualitas, baik dalam sumber daya manusia,
modal, riset, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek),
dan lain-lainnya. Aspek-aspek tersebut juga dapat tercermin
bagaimana PTS dalam memberikan pelayanannya kepada publik
METODE PENELITIAN
Metode studi kasus adalah sutu eksplorasi atas sebuah
"bounded system" atau sebuah kasus (atau banyak kasus) pada
kurun waktu tertentu melalui pengumpulan data mendalam secara
terperinci, melibatkan sumber-sumber informasi yang kaya dalam
konteks (Creswell, 2012 : 61). Menurut Elvinaro (2010:64), studi
kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang menelaah
satu kasus secara intensif, mendalam, mendetail, dan
komprehenesif. Stake dalam Creswell (2012:20), studi kasus
merupakan strategi penelitian di mana didalamnya peneliti
menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas,
proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh
waktu dan aktivitas, dan peneliti menumpulkan informasi secara
lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan
data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.
Berdasarkan fenomena yang ada di lapangan maka tim
peneliti menggunakan pendekatan studi kasus mengenai standar
komunikasi pelayanan di perguruan tinggi swasta. Penelitian ini
termasuk dalam desain multi kasus karena unit analisisnya lebih
dari satu, yaitu kualitas pelayanan penerimaan mahasiswa baru di
Universitas Gunadarma, Universitas Islam Bandung, dan
Universitas Muhammadiyah Cirebon. Pemilihan objek penelitian
226
Gambar
Alur Pendaftaran di Universitas Gunadarma
Gambar
Alur Pendaftaran PMB Unisba
Gambar
Alur Pendaftaran PMB UMC
229
SIMPULAN
Komunikasi pelayanan PMB di Universitas Gunadarma
menggunakan sistem reguler, online, PMDK online, dan reguler.
Unisba komunikasi pelayanan PMB menggunakan sistem online,
46Strategi
‘Marketing Public Relations’ Perguruan Tinggi Islam Swasta: Peluang
dan Tantangan di Era MEA. Jurnal Mediator Vo. 10. No. 1. Juni 2017.
233
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro. 2010, Metode Penelitian untuk Public
Relations Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung. Simbiosa
Rekatama Media.
Creswell. W John. 2012. Research Design Pendekatan, Kualitatif,
Kuantitatif dan Mixed, Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Creswell W John. 2013. Qualitative Inquiry & Research Design;
Choosing Among Five Approaches. California. SAGE
Publications.
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Jakarta. PT
INDEKS.
234
Prijana
Universitas Padjadjaran
prijanafikom@gmail.com
PENDAHULUAN
Isu utama yang diusung para buruh melakukan mogok
antara lain masalah alih daya ( outsourcing ) dan penjanjian kerja
waktu tertentu ( kontrak ) yang tersurat melalui UU No. 13 tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan, pasal 59 dan pasal 64, 65 dan 66.
Semenjak Undang-undang ini diberlakukan, gelombang unjuk rasa
buruh yang menuntut revisi belum juga diakomodir dan dilakukan
(semenjak 2004). Di luar pasal-pasal tersebut menurut kaum buruh
masih banyak pasal yang masih harus diperbaiki, namun pihak
pengusaha dan pemerintah tampaknya revisi tersebut belum bisa
dilakukan, mengingat hadirnya para investor luar negeri lebih
utama dan penting daripada persoalan-persoalan yang sedang
dihadapi kaum buruh.
Di tengah-tengah tekanan global dengan adanya pasar
bebas dan kebutuhan pemerintah untuk mengundang investor
menanam saham atau membangun perusahaan, telah membuat
sulitnya pemerintah untuk bersikap di antara dua tekanan yakni
kaum buruh dan pengusaha. Persoalan krusial terjadi bukan hanya
di tataran substansi dan mekanisme di lapangan, namun sudah
menyangkut cara berpikir dan kesadaran semua elemen pelaku
produksi antara buruh, pengusaha dan pemerintah. Berbagai fakta
dan sejarah kehidupan buruh seakan menjadi bukti betapa dalam
relasi kerja dan relasi sosial kaum buruh terus dipinggirkan dan
menjadi objek pemilik modal untuk memeras dan mengeruk
keuntungan materi sebanyak mungkin. Realitas kehidupan kaum
236
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah analisis data sekunder
yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat,
beberapa wawancara dengan pihak Dinas tenaga kerja dan
trasmigrasi Jawa Barat, dan analisis kritis dengan metode
falsifikasi Karl Popper yang ditampilkan dalam bentuk tampilan
data tunggal, atau yang dikenal dengan analisis positivis klasik,
melalui parameter proporsi.
240
TABEL
PROFIL USIA KERJA PENDUDUK JAWA BARAT
MENURUT ANGKATAN KERJA DAN BUKAN ANGKATAN
KERJA
TABEL
GAMBARAN USIA PRODUKTIF DAN NON-PRODUKTIF
JAWA BARAT
TABEL
PERBANDINGAN JUMLAH TENAGA KERJA PENUH
WAKTU ( PKWTT )
DAN TENAGA KONTRAK ( PKWT )
TABEL
JUMLAH POTENSIAL PEKERJA SEMU DI JAWA BARAT
SIMPULAN
Pada tahun 2017 UMK Kabupaten Karawang diperkirakan
mencapai Rp 4.215.170 (empat juta duaratuslimabelasribu
seratustujuhpuluh), UMK Kota Bekasi diperkirakan mencapai Rp
4.210.936 (empatjuta duaratussepuluhribu
sembilanratustigapuluhenam), dan UMK Kabupaten Bekasi
diperkirakan mencapai Rp 4.127.676 (empatjuta
seratusduapuluhtujuh enamratustujuhpuluhenam).
Usia kerja Jawa Barat pada tahun 2016 diperkirakan
mencapai 20.456.889 jiwa atau 44,47% dari jumlah penduduknya.
Sementara jumlah pekerja semu mencapai 17.756.581 jiwa atau
mencapai 39% dari jumlah penduduknya. Disini tampak perlu
kehati-hatian mengenai data jumlah penduduk yang bekerja di
Jawa Barat, yang seolah-olah jumlah pekerja PKWTT lebih besar
dibandingkan dengan jumlah pekerja PKWT.
Jawa Barat memiliki terminologi mengenai usia kerja
produktif, yakni angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Jumlah
angkatan kerja Jawa Barat tahun 2016 mencapai 48% dari jumlah
penduduk Jawa Barat. Sementara jumlah bukan angkatan kerja
mencapai 24% dari jumlah penduduk Jawa Barat. Hal artinya usia
kerja produkrif di Jawa Barat sesungguhnya sudah mencapai 72%
dari jumlah penduduk, atau dapat dikatakan bahwa Jawa Barat
246
DAFTAR PUSTAKA
Babbie, E. (1986) : ‘The Practice of Social Research’, fourth
edition, Wadsworth Publishing Co, Belmont, California.
Priyatna, Soeganda (2002) ; ‘Buruh, Politik, dan Max Havelar’,
Pusat pengkajian komunikasi dan pembangunan,
Bandung.
Paul Krugman ( 2007 ) dalam Suwandi, 2015 ; ‘Gerakan Buruh dan
MEA 2015’, artikel populer.
Rasjidi, Lili (1991) ; ‘Manajemen Riset Antar-disiplin’,
Rosdakarya, Bandung.
R. Herlambang (2015), website ; voaindonesia.com.
Soepomo, Imam (1983) ; ‘Pengantar Hukum Perburuhan’,
Jambatan, Jakarta.
Santoso, Sugeng (2015), website ; cifesinstitute.com.
Sudjana, (2005) ; ‘Metode Statistika’, Jakarta.
Sukarno (1977) ; ‘Hubungan Perburuhan Pancasila’, DPP FBSI.
PENDAHULUAN
Matahari telah hadir di kancah ritel Indonesia selama
hampir enam dekade. Gerai pertamanya, yang merupakan toko
pakaian untuk anak-anak, dibuka pada 24 Oktober 1958 di Pasar
Baru, Jakarta. Sejak itu, Matahari terus berkembang menjadi
perusahaan nasional, membuka department store modern pertama
di Indonesia pada tahun 1972 dan mendirikan basis konsumen setia
di seluruh Indonesia. Dengan jaringan 142 gerai di 66 kota,
Matahari menyediakan lapangan pekerjaan bagi 50.000 orang di
Indonesia dan mendapatkan 80% produk pembelian langsung dan
konsinyasi dari sekitar 850 pemasok lokal. Di tahun 2009,
Perseroan melakukan spin off dari PT Matahari Putra Prima Tbk
(MPP) untuk membentuk entitas baru, yakni PT Matahari
Department Store Tbk (Matahari). Asia Color Company Limited,
anak Perseroan CVC Capital Partners Asia Pacific III L.P. dan
CVC Capital Partners Asia Pacific III Parallel Fund – A, L.P.
(bersama “CVC Asia Fund III”) menjadi pemegang saham
mayoritas Matahari pada bulan April 2010.
Saham Matahari yang ditawarkan kepada publik oleh Asia
Color Company Limited dan PT Multipolar Tbk pada tahun 2013
menarik perhatian dunia dan meningkatkan kepemilikan publik
atas Perseroan dari 1,85% menjadi 47,35% per 28 Maret 2013.
Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan profil Perseroan di
Indonesia dan seluruh dunia, tetapi juga memperkuat likuiditas
249
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. yang berorientasi pada gejala-gejala
yang bersifat alamiah. Dikarenakan orientasinya demikian, maka
sifatnya naturalistik dan mendasar sehingga harus terjun di
lapangan. Penelitian seperti ini bertujuan untuk memandang apa
yang sedang terjadi dalam dunia tersebut dan melekatkan temuan-
temuan yang diperoleh di dalamnya (Bungin, 2001: 82).
252
SIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan diatas, dapat diambil
kesimpulan yang menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan
demokratis merupakan gaya kepemimpinan yang diusung dan
dianggap efektif di dalam Matahari Department Store Regional
Jakarta 2. Hal tersebut terlihat dari hasil penelitian yang
menunjukkan tingginya penekanan kepemimpinan pada
bawahan/tim. Kepemimpinan yang berfokus pada tim dan
pengawasan serta pemberian tugas menjadi indikator atau ciri dari
kepemimpinan demokratis. Dengan kinerja kepemimpinan yang
baik menjadikan Public Relations lebih strategis dalam melakukan
komunikasi, baik ke internal maupun eksternal yang pada
gilirannya dapat menguasai krisis yang tidak jarang menerpa dan
berhasil mempertahankan reputasi perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta,
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: Format-
format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga
University Press.
Pace, R. Wayne, & Faules, Don F. 2015. Komunikasi Organisasi:
Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Robbins, Stephen P, 2003. Perilaku Organisasi, Jilid 2. Jakarta :
PT. Indeks Kelompok Gramedia.
258
Sumber Internet
http://www.matahari.co.id/about . Diakses pada tanggal 11 Juni
2017, pukul 18:47 WIB.
https://edadae.wordpress.com/2016/05/24/catatan-kuliah-
ringkasan-makalah-manajemen-reputasi/
http://rahmadpersada.blogspot.co.id/2016/05/manajemen-
reputasi.html
259
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi media komuniasi saat ini telah
banyak mempengaruhi bisnis media massa. Setelah menurunnya
bisnis media cetak yang kehilangan pasar akibat kemunculan
media digital, kini ancaman serupa muncul untuk media online atau
dalam jaringan (daring), yang harus bersaing dengan format
komunikasi terpopuler di dunia, yaitu media sosial (medsos).
Pada tanggal 26 Agustus 2016, Media Indonesia
menurunkan berita berjudul “Nasib Media Daring Suram”
(Kremer, 2016). Berita ini memuat pendapat Sabam Sinaga,
Redaktur Senior Media Indonesia dan anggota Dewan Pers
Indonesia yang berbicara dalam acara “Bimbingan Teknis
Jurnalisme Online pada Era Digital” di Jakarta. Menurutnya, media
daring di Amerika Serikat sudah kalah bersaing karena masyarakat
mulai beralih ke medsos dan aplikasi telepon seluler (ponsel)
pintar. Untuk mengetahui berita-berita aktual, hanya tinggal
sebagian kecil khalayak yang masih mencari dan memperolehnya
di media daring. Banyak media daring di negara-negara maju mulai
goyah. Bahkan beberapa memutuskan untuk berhenti total karena
tidak dapat bertahan dari gempuran medsos.
Masa depan jurnalisme media daring juga dibayangi
ketidakpastian. Pebisnis media daring kini berjuang
menemukan model bisnis agar tetap bertahan, karena iklan
yang menjadi sumber utama pendapatan ternyata tersedot
260
METODE PENELITIAN
Riset dalam tulisan ini menggunakan metodologi
deskriptif kualitatif, yang mengangkat fenomena dalam bingkai
analisis deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan
komponen Kompas.com yang relevan kemudian dianalisis
menggunakan literatur untuk mendapatkan pemecahan masalah
dari fenomena yang ada.
Menurut Creswell (2013: 4-5), penelitian kualitatif
merupakan cara untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang
berasal dari masalah sosial. Gaya penelitian kualitatif adalah
induktif, berfokus terhadap makna individual, dan menerjemahkan
kompleksitas suatu persoalan. Sementara Alwasilah (2011, dalam
Putri 2016), mengajukan penelitian kualitatif sebagai berikut: 1)
Pemahaman makna. Merujuk pada perspektif partisipan (kognisi,
afeksi, dan lain-lain); 2) Pemahaman konteks tertentu. Peneliti
kualitatif lazimnya berkonsentrasi pada sejumlah orang atau situasi
yang relatif sedikit dan khas; 3) Identifikasi fenomena dan
pengaruh yang tidak terduga 4) Kemunculan teori berbasis data
atau grounded theory; 5) Pemahaman proses. Proses yang
membantu perwujudan fenomena adalah yang paling berkesan,
bukannya fenomena itu sendiri; 6) Penjelasan sababiyah (causal
explanation). Penjelasan ini sebenarnya lebih merupakan ciri
penelitian kuantitatif, tetapi pada intinya yakni mencari tahu sejauh
mana kejadian-kejadian saling berhubungan.
SIMPULAN
Kehadiran medsos dengan segala karakternya telah
mengubah budaya hidup masyarakat secara global. Dalam konteks
bisnis media daring, medsos menjadi pesaing yang sangat kuat dan
berpotensi merebut khalayak dan pasar media daring konvensional.
Namun demikian, media daring dapat memanfaatkan keberadaan
medsos menjadi salah satu kanal untuk penyebaran produknya dan
meraih kue iklan yang terserap media lain.
Medsos dapat pula digunakan sebagai media kegiatan
kehumasan oleh media daring untuk memperkuat citra
perusahaannya. Dalam fenomena yang terjadi di media daring
Kompas.com, bagian pemasaran media kini menjadi bagian yang
terlibat dalam pembuatan konten dalam rangka memperkuat citra
perusahaan di medsos. Mereka harus mencermati konten mana
yang bakal banyak disukai, kemudian menyeleksi berita-berita di
situs web utama yang dapat disebarkan di medsos dengan format
tersendiri. Aktivitas ini terbukti dapat membuat performa media
daring Kompas.com mendapat perhatian dari khalayak sehingga
citra perusahaan dapat dipertahankan. Namun hal ini membuat
media harus mengubah lagi konsep konsep ideal yang selama ini
diusungnya. Untuk tetap mengedepankan idealisme, media harus
pandai-pandai menyeimbangkan karakter pembaca media sosial
dengan tujuan ideal. Hal ini tidak mudah dilakukan namun perlu.
Selain itu, aktivitas pemasaran yang dibarengi dengan
pembangunan citra ini juga berpotensi menjadi kontraproduktif. Di
balik kemapanan eksistensi perusahaan media di medsos, ada
kemungkinan bisnis utama Kompas.com di bidang media daring
akan tergeser bahkan mati. Khalayak dapat beralih untuk
mengakses konten yang didistribusikan di medsos daripada
mengakses langsung ke sumber aslinya. Dengan demikian,
pendapatan iklan di media daring Kompas.com akan kembali
275
DAFTAR PUSTAKA
Beaujon, A. (2014). “The real problem with clickbait”, Poynter, 16
Juli 2014, diambil dari
https://www.poynter.org/news/real-problem-clickbait
Cheney, G., & Vibbert, S. L. (1987), “Corporate Discourse: Public
relations and issue management”, dalam F. M. Jablin, L. L.
Putnam, K. H. Roberts, & L. W. Porter (Ed.), Handbook of
Organizational Communication: An Interdisciplinary
Perspective, Newbury Park, CA: Sage.
Garbett, T. (1988), How to build a corporation’s identity and
project its image, Lexington, MA: Lexington Books.
Gotsi, M., & Wilson, A. M. (2001). “Corporate reputation: Seeking
a definition”, Corporate Communications, 6(1), pp. 24-30
Kemp, S. (2017). Digital in 2017: Global overview (special
report), 24 Januari 2017, diambil dari
https://wearesosial.com/special-reports/digital-in-2017-
global-overview
Kolodzy, J. (2012). Practicing convergence journalism. New York
Routledge.
Kompas.com, About us, PT. Kompas Cyber Media, diambil dari
http://inside.kompas.com/about-us
Kremer, H. (2016). “Nasib media daring suram”, Media Indonesia,
26 Agustus 2016, diambil dari
276
http://mediaindonesia.com/news/read/63555/nasib-media-
daring-suram/2016-08-26
Manjoo, F. (2017). “Can facebook fix its own worst bug?”, The
New York Times, 25 April 2017, diambil dari
https://www.nytimes.com/2017/04/25/magazine/can-
facebook-fix-its-own-worst-bug.html?mcubz=1
Massey, J.E. (2003), “A Theory of Organizational Image
Management: Antecedents, Processes & Outcomes”,
Paper, dipresentasikan pada the International Academy of
Business Disciplines Annual Conference, Orlando, April,
2003
Nasrullah, R. (2015), Media Sosial, Perspektif Komunikasi Budaya
dan Sosioteknologi, Simbiosa Rekatama Media, Bandung
Prior, J. (2012). “Clickbait”, Urban Dictionary, 30 Oktober 2012,
diambil dari
http://www.urbandictionary.com/define.php?term=click+
bait
Putri, B.U. (2016), “Kontra-Hegemoni Wacana Ekofeminisme
dalam Film Samin vs Semen”, Skripsi, Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Padjadjaran, Indonesia
Somaiya, R. (2014). “Facebook takes steps against ‘click bait’
articles”, The New York Times, 25 Agustus 2014, diambil
dari
https://www.nytimes.com/2014/08/26/business/media/fac
ebook-takes-steps-against-click-bait-
articles.html?action=click&contentCollection=Media&m
odule=RelatedCoverage®ion=Marginalia&pgtype=art
icle
We Are Sosial Singapore (2017). Digital in 2017: Southeast Asia,
26 Januari 2017, diambil dari
https://www.slideshare.net/wearesosialsg/digital-in-2017-
southeast-asia
Witschge, T. (2012). “Changing audiences, changing journalism?”.
dalam Lee-Wright, P., Phillips, A., & Witschge, T. (Ed.),
Changing journalism. London: Routledge.
277
PENDAHULUAN
Angka kematian anak di NTT dalam rentang empat tahun
terakhir (2010 - 2014) menunjukkan tren yang negatif. Khususnya
terjadi di Kabupaten Sumba Timur dimana data statistik Kabupaten
Sumba Timur menunjukkan total angka kematian anak (meliputi
angka kematian bayi dan angka kematian balita) pada tahun 2013
sebesar 42 kasus, sedangkan pada tahun 2014 sebesar 218 kasus.
Hal ini merupakan kondisi yang sangat mengejutkan sekaligus
merisaukan.
Di tengah upaya pemerintah pusat untuk meningkatkan
kesehatan dan kualitas hidup anak, masih banyak daerah dengan
tren kematian anak yang begitu tinggi. Bappenas dalam Laporan
Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium
Indonesia tahun 2015 menyebutkan bahwa tingginya kematian
anak pada usia hingga satu tahun, yaitu sepertiganya, terjadi dalam
satu bulan pertama setelah kelahiran dan sekitar 80 persen
kematian neonatal ini terjadi pada minggu pertama. Hal tersebut
menunjukkan masih rendahnya status kesehatan ibu dan anak
khususnya pada masa persalinan dan segera sesudahnya; serta
perilaku (baik yang bersifat preventif maupun kuratif) ibu hamil
dan keluarga serta masyarakat yang bersifat negatif bagi
perkembangan kehamilan sehat, persalinan yang aman dan
perkembangan dini anak.
Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan
278
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
tradisi studi kasus sebagaimana dijelaskan Creswell
279
SIMPULAN
Simpulan dari penelitian ini adalah: 1) Kabupaten Sumba
Timur menerapkan strategi Revolusi KIA sebagai upaya
penurunan angka kematian anak; 2) Strategi Revolusi KIA
287
DAFTAR PUSTAKA
Bell, Lauren Cohen, et all. 2008. Perspective on Political
Communication: A Case Approach. USA: Pearson.
Creswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design.
California: Sage.
Hernandez, Lyla M. 2013. Health Literacy: Improving Health,
Health Systems, and Health
Policy Around The World, Workshop Summary. Washington
DC: The National
Academies Press.
Liliweri, Alo. 2009. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyana, Deddy, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Miller, Katherine. 2002. Communication Theories: Perspective,
Processes, and Contexts, USA: McGraw Hill.
Nurkhasanah. 2015. Hubungan Antara Tingkat Literasi Kesehatan
dengan Self Efficacy pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
di Kabupaten Sleman. Skripsi. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada
Schiavo, Renata. 2014. Health Communication: Theory and
Practice. San Fransisco: Jossey-
Bass.
Yin, Robert K., 2001, Case Study Research Design and Methods.
Washington: COSMOS Corporation
288
PENDAHULUAN
Rencana pembangunan jangka menengah nasional
(RPJMN) ketiga (2015-2019) memantapkan pembangunan secara
menyeluruh dan berkesinambungan dengan menekakan pada
pembangunn keunggulan kompetitif perekonomian dengan
berbasis pada sumber daya alam (SDA) yang tersedia, sumber daya
manusia yang bekualitas serta kemampuan iptek. Kemenristek
dikti mengambil pilar kelima dan keduabelas dari 12 pilar
pembentuk daya saing pada World Economic Forum (WEF). Pilar
kelima tentang pendidikan dan pelatihan pendidikan tinggi dan
pilar keduabelas adalah inovasi dalam upaya mendukung daya
saing. Berdasarkan kedua pilah yang diemban kemenristek dikti
maka Universitas Padjadjaran dituntut harus mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu
menghasilkan produk inovasi dan teknologi serta sumber daya
manusia yang cerdas serta terampil dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat dan menjaga nama baik universitas serta dapat
memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh
masyarakat.
Kebijakan internal Universitas Pdadjaran disusun
berdasarkan rencna strategis untuk mewujudkan visi misi dan
tujuan serta sasaran yang dapat memberikan kepuasan terhadap
stakeholder internal maupun eksternal. Bentuk kebjakan
pendidikan tinggi di Universitas Padjadjaran memuat konsepsi
289
Kompleksitas
Bersamaan dengan meningkatnya tingkat kompleksitas, maka
demikian pula kemungkinan bahwa :
Para anggota organisasiyang pada awalnya terekspos
pada stimulus tidak mengakui hal tersebut sebagai
sesuatu yang strategis atau mengabaikannya karena
adanya preferensi yang sempit.
Sebuah keputusan harus memuaskan sejumlah
hambatan; sehingga berkurang kemungkinan bahwa
keputusan dibuat untuk mencapai tujuan tingkat
organisasi
Kegiatan strategis menjadi hasil dari suatu proses
internal mengenai tawar menawar politis dan gerakan
hanya akan berjalan sedikit demi sedikit;
Bias-bias yang disebabkan oleh persepsi sempit dari
para anggota akan merupakan hambatan utama terhadap
keseluruahn proses pengambilan keputusan yang
298
Formalisasi
Bersamaan dengan meningkatnya tingkat formalisasi, maka
akan terjadi kemungkinan bahwa :
Proses pengambilan keputusan yang strategis akan
dimulai hanya sebagai tanggapan terhadap masalah atau
kritis yang terlihat pada variabel-varaibel yang
dimonitor oleh sistem yang formal.
Keputusan diambil untuk mencapai tujuan yang tepat
tetapi juga bersifat memperbaiki, sedangkan cara akan
menggantikan tujuan.
tindakan strategis merupakan hasil proses organisasi
yang distandarisasi, dan gerakannya hanya sedikit demi
sedikit, dan
Tingkat kecermatan yang dicapai dalam proses
organisasi yang distandarisasi menjadi hambatan utama
terhadap proses pengambilan keputusan strategis yang
menyeluruh. Integrasi keputusan bersifat lanjutan.
Sentralisasi
Bersamaan dengan meningkatnya tingkat sentralisasi, maka
demikian pula kemungkinan bahwa :
Proses pengambilan keputusan yang strategi akan
dimulai hanya oleh beberapa orang yang dominan, dan
merupakan hasil dari perilaku yang proaktif dan yang
mencari peluang;
Proses pengambilan keputusan berorientasi pada tujuan
yang positif yang tetap ada meskipun ada perubahan
yang cukup menyolok dalam cara-caranya.
299
Ukuran Organisasi.
Apakah semakin besar ukuran organisasi akan semakin
baik bagi institusi atau organisasi? Sebuah pertanyaan yang cukup
303
SIMPULAN
Untuk menarik kesimpulan yang praktis dari penelaahan
tentang penyelidikan tentang komponen administratif hanya dapat
dijawab melalui lebih banyak penelitian. Orang mengajukan
argumentasi bahwa alat pengukur yang lebih baik adalah
306
DAFTAR PUSTAKA
Daft, Richard L (1998) “ Organization Theory and Design” Sixth
Edition. South-Western Collage Publishing, USA
Drucker, Peter F (1998) “ Innovation and Entrepreneurship”
Harper & Ron Publisher, New York.
Jones, Gareth R. 1994, Organization Theory, Text and Cases,
Second Edition. Addision-Wesley Longman Publishing
Company, Inc, Unitet State of America.
Jones, Gareth R. 1998. Organizational Theory, Text and Cases.
Second Edition.
Addison-Wesley Longman Publishing Company, Inc.
United States of America.
Robbins, Stephen P. 1990. Organization Theory, Structure, design
and Applications. Third Edition. Prentice-Hall
International, Inc. United States of America.
307
PENDAHULUAN
Masyarakat Indonesia dibuat gempar dengan temuan
vaksin palsu yang beredar di 28 sarana kesehatan ditanah air. Fakta
ini terungkap setelah Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri
membekuk Rita Agustina dan Hidayat Taufiqurahman pada Selasa,
21 Juni 2016 lalu. Hasil penyelidikan mengungkapkan peredaran
vaksin palsu ini telah tersebar ke berbagai daerah di Indonesia.
Bisnis vaksin palsu telah dilakukan selama 13 tahun sejak 2003.
Menurut I Gusti Ayu Adhi Aryapatni sebagai Kepala Balai
Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) DIJ yang dilansir
pada kesmas-id.com dan juga dari featured news pada laman Bio
Farma.co.id, dapat disimpulkan bahwa vaksin merupakan produk
yang tidak dapat diperjualbelikan secara bebas. Vaksin hanya bisa
didapatkan dari tenaga ahli kesehatan, dimana tenaga ahli
kesehatan tersebut hanya bisa mendapatkan vaksin melalui
distributor resmi yang telah terdaftar. Vaksin juga butuh
penanganan secara khusus pada saat didistribusikan, yaitu melalui
Sistem Rantai Dingin (Cold Chain System) agar tetap terjaga
kualitasnya.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun
2013 tentang Penyelenggaraan imunisasi, sarana kesehatan hanya
bisa mengambil vaksin dari jalur resmi. Jalur resmi yang
dimaksudkan berasal dari produsen dan distributor vaksin yang
sudah terdaftar.
309
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
sajian informasi berupa data kualitatif. Penelitian ini menggunakan
paradigman positivisme. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, studi pustaka, dan wawancara. Teknis
analisis data untuk data kualitatif menggunakan reduksi data, data
display (penyajian data), conclusion drawing / verification dari
Miles & Huberman. Teknik validasi dan kebasahan data
menggunakan Triangulasi sumber data.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
diuraikan pada sebelumnya, maka diperoleh simpulan mengenai
325
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, Wahyu. 2013. Manajemen Isu di PT Pertamina Persero
Marketing Operation Region II Palembang. Studi Kasus
Terkait Kelangkaan Bahan Bakar Minyak. Sarjana Ilmu
Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Skripsi.
Arief, N. Nurlaela. 2016:7. Health Communication on The
Importance of Vaccines (Case Study on Media Coverage of
The Counterfeited Vaccine in Indonesia). Jurnal
Komunikasi Kesehatan.
Ayu Ratnasari, Inmas. 2016. “Manajemen Isu CORPORATE
SECRETARY PT. Pelabuhan Tanjung Priok Dalam Kasus
Dwelling Time (Studi Deskriptif Mengenai Manajemen Isu
327
Yustikasari
Universitas Padjadjaran
yustikasari39@gmail.com
PENDAHULUAN
Kasus Bayi Debora dan RS Mitra Keluarga Kalideres Jakarta
Barat
Rumas Sakit (RS) Mitra Keluarga Kalideres menanyakan
kepemilikan BPJS kepada keluarga bayi Tiara Debora
Simanjorang setelah melakukan tindakan gawat darurat selama dua
jam di IGD. Hal tersebut diketahui dari kronologi kejadian yang
disampaikan oleh pihak RS Mitra Keluarga Kalideres.
Berdasarkan kronologi tersebut, dr Irene yang saat itu
bertugas baru menanyakan perihal kepemilikan BPJS kepada ibu
Debora pada pukul 05.30 WIB setelah pihak RS menawarkan
perawatan di PICU. Bayi Debora sendiri sudah masuk ke IGD
sejak pukul 03.40 WIB
Setelah disetujui oleh ibu Debora, kemudian dr Irene
menganjurkan untuk memberi solusi rujuk ke rumah sakit dengan
kerja sama BPJS. Keluarga bayi Debora setuju dan dr Irene
kemudian membuat surat rujukan.
"Karena kami tahu ruang PICU sulit sekali didapatkan,
saat itu kami baru tahu dia punya BPJS, dengan semangat tidak
memberatkan sambil menstabilkan di IGD kami beri saran untuk
persiapan, seandainya stabil ruang PICU sudah tersedia," ujar juru
bicara RS Mitra Keluarga dr Nurvantina Pandina di kawasan
Sudirman, Jumat (22/9/2017).
329
METODE PENELITIAN
Penulisan paper ilmiah ini menggunakan pendekatan
metode kualitatif. dengan pendekatan deskriptif. Penelitian
kualitatif memungkinkan peneliti mempelajari isu-isu tertentu
secara mendalam dan mendetil karena pengumpulan datanya tidak
dibatasi dengan penggunaan kategori-kategori tertentu saja
(Poerwandari, 2017)
Moloeng (2007) mngungkapkan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian seperti
prilaku,motivasi,persepsi,tindakan, dan lain-lain secara holistic
dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada satu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
metode ilmiah.
Menurut Sugiyono (2014:22) metode deskriptif ialah :
332
SIMPULAN
Opini Publik menentukan penilaian dan tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap suatu organisasi / perusahaan.
Sehingga sudah seharusnya Public Relations mampu berperan
secara aktif dan optimal dengan menciptakan kegiatan komunikasi
yang dapat mengcounter pemberitaan yang berkembang luas di
masyarakat berkenaan dengan kasus yang menimpa bayi
Debora.dan RS Mitra Keluarga Kalideres Jakarta Barat.
Dengan berfungsinya peran Public Relations secara benar
terutama saat mengalami krisis berupa kasus, dalam menciptakan
relasi yang baik antara organisasi dengan publiknya akan sangat
berguna sebagai bahan masukan bagi organisasi yang bersangkutan
sehingga dapat mengembalikan citra yang positif serta terjadi
saling pengertian dengan public secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, Agus. 2012. Komunikasi Pemasaran. Jakarta :
Erlangga
Kriyantono, Rahmat.2008. Public Relations Writing : Teknik
Produksi media Public Relations dan publisitas korporat.
Jakarta : Kencana Prenada
Moeleong, Lexi.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung
: Remaja Rosdakarya
Olli, Helena. 2007. Opini Publik. Jakarta : Indeks
Poerwandari, Kristi E.20017. Pendekatan Kualitatif Penelitian
Perilaku Manusia. Jakarta :
LPSP3UI
Ruslan. Rosady. 2012. Manajemen Public Relations dan Media
Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta : Rajawali
Press
Sastropoetro, Santoso. 1990.Komunikai Sosial. Bandung : Remaja
Rosdakarya
340
Website
www.cnnindonesia.com
www.tempo.co.id
341
Siti Karlinah
Universitas Padjadjaran
siti.karlinah@unpad.ac.id
PENDAHULUAN
Kata pencitraan dalam beberapa tahun terakhir dan sampai
saat ini telah meramaikan judul-judul berita juga artikel media
massa di Indonesia. Pencitraan dipilih para pelaku media sebagai
judul berita untuk menarik perhatian khalayak, karena pencitraan
digunakan oleh berbagai sumber berita yang umumnya adalah para
politisi untuk menilai pihak lain yang berseberangan. Penulis kutip
beberapa judul berita terkait pencitraan sebagai berikut: “Anies
Baswedan Sebut Blusukan Jokowi Sebagai Pencitraan”49;
“Pencitraan dibalik Walk Out di Rapat hak Angket KPK”50;
“Prabowo: Kirim Bantuan ke Rohingya itu Pencitraan”51; “Setnov
Dinilai Sengaja Sebar Foto di RS untuk Pencitraan”52. Ada pula
kata pencitraan yang tidak tertera dalam judul, namun terkandung
dalam tubuh berita ketika Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat
Nur Wahid mengomentari kehadiran Presiden Joko Widodo dalam
acara pembukaan rakernas Pro-Jokowi, yang intinya bahwa
seharusnya Jokowi fokus membuktikan janji kampanye
“.......Menghadirkan program program, realisasi program, bukan
sekedar janji dan pencitraan.”53
Menilik pada judul-judul dan pernyataan di atas, nampak
jelas bahwa kata pencitraan memiliki konotasi yang negatif, karena
METODE PENELITIAN
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengungkap dan
medeskripsikan makna citra dan pencitraan, maka penelitian ini
menggunakan metode deskriptif analisis. Teknik pengumpulan
data utama adalah wawancara mendalam yang dilakukan terhadap
para informan yang dipilih secara purposif, yakni lima orang para
akademisi di Fakultas ilmu Komunikasi yang merepresentasikan
empat program studi, yakni Jurnalistik, Ilmu Komunikasi,
Hubungan Masyarakat dan manajemen Komunikasi. Teknik
pengumpulan data lainnya berupa observasi dan studi kepustakaan.
SIMPULAN
Pencitraan telah dimaknai berbeda antara informan para
akdemisi komunikasi dengan akademisi public relations, dimana
bagi pihak pertama pencitraan berskonotasi positif, sementara bagi
pihak kedua pencitraan berkonotasi negatif.
Bagi informan akademisi ilmu komunikasi, pencitraan bisa
berkonotasi negatif ketika terdapat kesenjangan antara pesan yang
dikomunikasikannya dengan tindakannya, dan ketika pencitraan
itu dievaluasi oleh “lawan” politiknya.
Pada Era perkembangan teknologi, maka wilayah depan
bisa direpresentasikan dan diwujudkan dengan menggunakan
sarana baru yakni media sosial. Begitu pula di era keterbukaan ini,
semua orang berhak menjadi kepala daerah, dan harus memanage
dirinya, maka eseorang yang tadinya tidak eksis menjadi eksis, dan
pengelolaan panggung depannya secara masif tersebar di media
sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Heat, Robert L.2005. Encyclopedia of Public Relations. Volume
1.London : sage Publications, Inc.
Infante, Dominic A., Rancer, Andrew S., Womack, Deanna F.
1993. Building in Communication Theory. Second Edition.
USA: Waveland Press, Inc.
Kasali, Rhenald. 1994. Manajemen Public Relations. Jakarta :
Pustaka Utama Grafiti.
Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Debord,Guy., Society of the Spectacle.
https://www.marxists.org/reference/archive/debord/society.
htm Diakses 28 September 2017
351
Maimon Herawati
Universitas Padjadjaran
maimon.herawati@unpad.ac.id
PENDAHULUAN
Sejarah membuktikan peran penting perempuan Indonesia
berakar jauh sebelum negara Indonesia berdiri. Kerajaan Nusantara
memiliki daftar panjang ratu atau sultanah. Mereka juga memiliki
prestasi yang mencatatkan nama mereka sejajar dengan lelaki
pemimpin. Ratu Kalinyamat, Jepara, misalnya bersama dengan
Raja Johor mengusir pasukan Portugis (Hayati, 200.).
Selain Ratu Kalinyamat, kerajaan Nusantara lain yang
dipimpin perempuan adalah Majapahit (Ratu Tribuana Tungga
Dewi), Aceh (Sultanah Seri Ratu Tajul Alam Safiatuddin), Ternate
(Ratu Siti Aisyah We Tenriolle), Kutai (Ratu Aji Sitti) dan masih
banyak lagi (Poesponegoro, 1992).
Perempuan di Indonesia juga tercatat dalam sejarah
berperan penting dalam sejarah militer Nusantara. Tradisi sejarah
oral Aceh menjelaskan peran figur pahlawan perempuan seperti
Laksamana Keumalahayati (1600-an), pemimpin armada perang
Inong Balee yang mengusir armada Belanda De Houteman (1599)
dan Van Caerden (1601) (Laksamana Keumalahayati). Sejarah
perjuangan kemerdekaan Indonesia mencatat nama pemimpin
militer seperti Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Pocut Baren.
Di bidang politik, Indonesia memiliki sosok seperti
Rangkayo Rasuna Said, penulis dan aktivis kemerdekaan yang
merupakan perempuan pertama dipenjara Belanda dengan
dianggap menumbuhkan semangat perlawanan. Masih banyak
nama perempuan di berbagai bidang yang menunjukkan
353
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan ialah metode deskriptif
dengan teknik analisis isi. Penelitian deskriptif menurut Isaac dan
Michael bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristik bidang tertentu secara faktual dan cermat (Rakhmat,
1991:22).
Teknik analisis isi dijelaskan Berelson sebagai teknik penelitian
untuk melukiskan isi komunikasi secara objektif, sistematis, dan
kuantitatif. Analisis isi pada dasarnya merupakan satu tatacara
menyandi pernyataan atau tulisan agar diperoleh ciri-ciri atau sifat
tertentu melalui operasionalisasi variable.
Masalah metodologis yang dihadapi saat melakukan
penelitian dengan teknik analisis isi adalah dalam pemilihan satuan
analisis, konstruksi kategori, penarikan sampel isi, dan reliabilitas
koding (Stempel III, 1989).
SIMPULAN
Kehidupan perempuan Indonesia yang dibaca dari iklan
pada Koran Sunting Melayu pada era Kolonial berkisar pada
pemenuhan kebutuhan sandang keluarga, penjagaan kesehatan
keluarga, dan kestabilan ekonomi keluarga. Iklan barang impor
yang cukup sering menunjukkan gaya hidup moderen yang
terhubung dengan dunia global. Walaupun didikte oleh nilai
tradisional dan kolonialisme yang meletakkan perempuan pada
ranah domestik, kehidupan perempuan Indonesia sudah mencapai
dunia yang jauh lebih luas dari rumah berbatas dinding tempat
aktivitas mereka sehari-hari melalui Koran Sunting Melayu.
DAFTAR PUSTAKA
Laksamana Keumalahayati. Aceh, Pemprov Aceh.
Ahira, A. "Tokoh wanita yang menginspirasi (Inspiring Women)."
2011, from http://www.anneahira.com/tokoh-wanita.htm.
Fitriyanti (2001). Roehana Koeddoes, Perempuan Sumatera Barat
(Rohana Kudus, West Sumatera Woman). Jakarta, Jurnal
Perempuan Indonesia.
Hartley, J. (1992). The Politics of Pictures: The creation of the
public in the age of popular media. New York, Routledge.
Hayati, C. (2007). Ratu Kalinyamat. Jepara, Penerbit Jeda.
Luviana (2012). Jejak Jurnalis Perempuan Pemetaan kondisi kerja
jurnalis perempuan di Indonesia (Indonesian Female
Journalist, Their Working Condition). Jakarta, Aliansi
Jurnalis Independen.
Pedersen, S. (2004) Within their sphere? Women’s correspondence
to Aberdeen daily newspaper, 1900-1918. Ph.D Theses,
Robert Gordon University.
362
PENDAHULUAN
Saat ini perkembangan industri semaki pesat, khususnya
industri dibidang retail dan tekstil. Banyak pergantian manajeman
dan perubahan dari segala aspek disetiap perusahaan yang
disebabkan persaingan industri yang sangat kompetitif. Hal ini juga
di alami oleh perusahaan retail yang berdiri sejak tahun 2008 yaitu
mal Bekasi Square. Berdiri di atas lahan seluas 4Ha, dengan NLA
(Net Lettable Area) 40,000m² Bekasi Square terletak di daerah
Selatan Bekasi, dekat dengan pintu tol Bekasi Barat dan visibility,
dimana terlihat jelas dari tol (Jakarta – Cikampek). Bekasi Square
yang memiliki dua stakeholder yaitu Gunung Sewu Grup dan PT
Kilap Propertindo, pada tahun 2013 PT Farpoint mengakuisisi
dengan modal awal 100 M dan membeli empat tenant dari investor
lain. Faktor utama mengapa PT Farpoint mengakuisisi Bekasi
Square yaitu perkembangan kota Bekasi yang cukup pesat serta
potensinya dengan pasar yang luas, faktor kedua adalah lahannya
luas sekitar 4 hektar dan lokasinya staretgis. Bagus untuk
perkembangan jenis properti komersial lainnya.
Dimasa modern saat ini ketatnya pesaingan bisnis
membuat perubahan perilaku konsumen sangat mempengaruhi
sebuah perusahaan, hal ini juga yang dirasakan oleh Bekasi Square.
Costumer mulai memilih kemana mereka akan belanja, dengan
beberapa faktor seperti harga, jenis barang, dan kenyamanan. Maka
dari itu salah satu cara untuk mempertahankan sebuah brand yang
364
74
http://gobekasi.pojoksatu.id/2016/05/19/bekasi-square-resmi-berganti-
menjadi-revo-town/
367
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan paradigma positivisme,
karena paradigma positivisme menganggap realitas itu sebagai
sesuatu yang empiris atau benar -benar nyata (fakta sosial) dan
dapat diobservasi. Dalam meneliti, peneliti dan obyek yang diteliti
bersifat independen dan saling tidak berinteraksi. Menurut
positivistik, fenomena sosial dipahami dari perspektif luar
berdasarkan teori-teori yang ada. Keyakinan dasar dalam aliran ini
berakar pada paham ontologi realisme bahwa realitas berada dalam
kenyataan dan berjalan sesuai dengan hukum alam (natural laws).
Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu
pendekatan yang mencakup skala kecil tetapi terletak dalam suatu
kerangka konseptual yang luas, mendalam, dan intensif, yang
menghasilkan gambaran deskriptif yang mendetil. Metode
penelitian pada naskah artikel menjelaskan jenis penelitian, subjek
dan objek penelitian, waktu dan lokasi penelitian, instrumen
368
rebranding tercetus pada tahun 2014 Hal ini sesuai dengan yang
dikatakan Hylda Syifa Media Relations Revo Town
”Jadikan tahun 2013 PT Farpoint bergabung dengan kita,
Farpoint ini yang manajemennya Gunung Sewu. Jadi
Gunung Sewu itu direksi-direksi manajemen kemudian
menunjuk Far Poin untuk terlibat disini dalam artian
mereka menjadi stakeholders disini, kemudian si Farpoint
ini bersinergi bersama kita. Kota Bekasi ini sudah semakin
maju sudah banyak hotel, kemudian banyak tempat-tempat
olahraga, disini juga banyak mal tempat berbelanja jadi
tingkat kompetisi di Bekasi juga cukup tinggi ya.
Beranjakdari alasan seperti itu kita memustuskan untuk
mengganti nama, mengganti segmen, kemudia kita
melakukan tenantcy mix dan zoning nya itu kita rubah,
termasuk gedungnya juga kita rebuild. Semuanya, hampir
semuanya kita rubah.”75
75Wawancara dengan Hylda Syifa Media Relations Revo Town, Senin 24 April
2017
371
SIMPULAN
Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah
diuraikan simpulan dari penelitian “Proses Rebranding Bekasi
Square menjadi Revo Town” adalah proses rebranding yang
dilakukan sudah cukup baik hanya saja melewatkan beberapa tahap
375
DAFTAR PUSTAKA
Corstjens, Marcel and Doyle, Peter. 1989. Evaluating alternative
retail repositioning strategies, Journal Marketing Science
Vol. (8). No.2.
Creswell, John W. 2009. Research Design: Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Cutlip, Scott M, Allen H. Center, & Glen M. Broom. 2011.
Effective Public Relations, Edisi Kesembilan. Jakarta:
Prenada Media Group. Fox, Jeffrey J. 2007. Strategenius.
Jakarta: Daras Books.
Gregory Pollack. 2008. The Power of Brand Repositioning: A
Four-Phased Process. MarketingProfs
Herdiansyah, Haris. 2012. Metodelogi Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu
Sosial, Cetakan Ketiga. Jakarta: Salemba Humanika.
http://isenandco.com/wp-content/uploads/2012/08/7-2012-Brand-
repositioning-how-to-decide-when.pdf
http://www.marketingprofs.com/8/power-of-brand-repositioning-
four-phased-process-pollack.asp
Inform Publication. Daly, Aidan dan Moloney, Deirdre. 2004.
Managing corporate Rebranding, Irish Marketing Review
Vol. 17 (1/2). Mercury Publication.
Isen, Cheryl. July 2012. Brand repositioning: When Does Your
Business Need It?. Puget Sound: Business Journal.
376
Laporan wawancara
Hylda Syifa (2017, 24 April). Personal Interview.
Majalah Online
CR (2016, Mei). Bekasi Square resmi berganti nama menjadi
Revo Town
http://gobekasi.pojoksatu.id/2016/05/19/bekasi-square-
resmi-berganti-menjadi-revo-town/
377
PENDAHULUAN
PT Dahana (Persero)---populer dengan sebutan Dahana--
-selaku salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang
produksi bahan peledak. Menurut sejarah perusahaan, Dahana
pada awal pendiriannya merupakan perusahaan monopoli, yang
keberadaannya dimulai dengan pembangunan pabrik dinamit
(NG based) pada tahun 1966 di lingkungan pangkalan TNI-AU
Tasikmalaya. Ketika peraturan pemerintah tentang anti
monopoli berlaku serta memasuki era reformasi, PT Dahana
(Persero) tidak bisa lagi menjadi perusahaan monopoli, karena
bermunculan perusahaan-perusahaan sejenis yang bergerak di
bidang bahan peledak, hal ini menyebabkan tingkat persaingan
yang semakin tinggi. Dalam upaya menghadapi hal tersebut,
perusahaan berupaya beradaptasi dengan lingkungan eksternal
dengan melakukan transformasi budaya. Upaya untuk
melaksanakan transformasi budaya perusahaan tidak terlepas
dari upaya pimpinan untuk membina bawahannya, para
karyawan secara individual dalam membina dirinya sendiri
maupun karyawan dalam kelompoknya. Demikian pula PT
Dahana (Persero) yang sedang melakukan transformasi budaya
perusahaan, semua pimpinan dan seluruh karyawan terlibat
dalam upaya-upaya yang bisa memperlancar transformasi
budaya.
378
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dengan jenis penyajian data kualitatif.
Menurut Isaac dan Michael (dalam Rakhmat 2009;22), metode
deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristik populasi tertentu secara faktual dan cermat.
Moleong (2004: 11) menjelaskan bahwa dalam metode
deskriptif, data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata,
gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya
penerapan metode kualitatif, selain itu, semua yang
dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang
sudah diteliti. Oleh karena itu, peneliti hanya memaparkan dan
menggambarkan situasi yang ada di lapangan sesuai keadaan
yang ada agar menghasilkan data yang objektif. Pada penelitian
ini, data dikumpulkan melalui kegiatan wawancara
semiterstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara
kepada key informant yang memenuhi kriteria peneliti, observasi
partisipan pasif dan studi kepustakaan.
Teknik menentukan informan dalam penelitian ini
menggunakan teknik Purposive sampling (sampel bertujuan),
karena pemilihan individu didasari pertimbangan bahwa
individu tersebut dianggap khas (typical) sebagai subjek
penelitian. Informasi diperoleh dari orang-orang yang dapat
diyakini memang mengetahui persoalan yang diteliti, dan ini
berarti adalah para pemuka, pemimpin, atau tokoh-tokoh dari
kelompok-kelompok masyarakat yang sedang diteliti yang
notabene adalah orang-orang yang kaya informasi berkenaan
380
Konseptual
Menurut Robbins (2001:525), budaya organisasi
merupakan sistem makna bersama terhadap nilai-nilai primer
yang dianut bersama dan dihargai organisasi, yang berfungsi
menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi
dengan organisasi lainnya, menciptakan rasa identitas bagi para
anggota organisasi, mempermudah timbulnya komitmen
kolektif terhadap organisasi, meningkatkan kemantapan sistem
sosial, serta menciptakan mekanisme pembuat makna dan
kendali yang memandu membentuk sikap dan perilaku para
anggota organisasi.
Budaya organisasi mencakup semua simbol (tindakan,
rutinitas, percakapan, dan seterusnya) dan makna-makna yang
dilekatkan orang pada simbol-simbol ini. Makna dan
pemahaman budaya dicapai melalui interaksi yang terjadi
antarkaryawan dan pihak manajemen. (dalam West & Turner.
2007: 316-317)
J.P. kotter and J.L. Heskett dalam bukunya Corporate
Culture and Performance, budaya perusahaan adalah nilai dan
praktik yang dimiliki bersama di seluruh kelompok dalam suatu
perusahaan, sekurang-kurangnya dalam manajemen senior.
Budaya dalam suatu organisasi terdiri dari nilai yang dianut
bersama dan norma perilaku kelompok. (Pabundu Tika. 2006:6)
381
Transformasi budaya
Perubahan budaya organisasi diperlukan ketika nilai-nilai
yang dianut sudah tidak sesuai lagi dengan lingkungan. Apabila
terjadi perubahan lingkungan, maka melakukan perubahan
budaya merupakan suatu keharusan bila kita tidak ingin tertinggal
dalam perkembangan. Perubahan budaya di satu sisi dapat
meningkatkan kinerja karyawan, namun di sisi lain dapat dapat
merugikan bila tidak dipersiapkan dan dikelola dengan benar,
serta bila tidak didukung oleh orang-orang yang ada di dalamnya.
Namun, apabila tidak melakuan perubahan budaya organisasi,
sedangkan lingkungan berubah, sudah dapat dipastikan akan
mengalami kegagalan. Paling tidak perubahan harus dilakukan
untuk dapat mempertahankan diri dari tekanan persaingan.
Melakukan suatu transformasi budaya tidaklah mudah
karena biasanya orang tidak mudah untuk melakukan suatu
perubahan dan akan mempertahankan budaya lama yang sudah
dianggap baik dan benar. Melakukan perubahan budaya berarti
melakukan perubahan pola pikir dan melakukan interaksi di antara
mereka. Transformasi budaya bukannya mudah atau merupakan
proyek jangka pendek. Mengubah budaya organisasi tradisional
menjadi budaya dengan kualitas baru bisa memerlukan waktu lebih
dari lima tahun. Selain itu memerlukan monitoring kemajuannya
secara periodik karena apabila tidak dilakukan dapat lebih mudah
dan cepat untuk mengalami kemunduran. Perubahan budaya
merupakan proses reorganisasi penataan kembali nilai-nilai, sikap,
norma perilaku, dan gaya manajemen. (Wibowo, 2010: 223)
Carol Lavin Bernick (2002: 125) juga menyatakan bahwa
perubahan terhadap budaya organisasi diperlukan apabila
perusahaan menghadapi kenyataan bahwa penjualan mendatar
dan lingkungan kompetitif bisnis sulit (dalam Wibowo, 2010:
228-229).
382
Program Kompetisi
Program kompetisi adalah program-program yang
dilombakan, dimana pelaksanaannya didasarkan pada penilaian
baik berupa penilaian terhadap individu maupun penilaian
terhadap satuan kerja tertentu sehingga terpilih yang terbaik.
Banyak program-program perusahaan yang ditujukan untuk
kepentingan karyawan, salah satunya adalah KTTI (Karyawan
Teladan Tahun Ini) dan program penilaian satuan kerja adalah 5R
(Ringkas, Rapih, Resik, Rawat, Rajin)
Program KTTI ini merupakan program penghargaan
kepada karyawan yang levelnya masih dibawah yaitu eselon 4 ke
bawah, pemenangnya mendapat reward dari yang hanya
mendapat piagam penghargaan dan ballpoint sampai
mendapatkan hadiah yang dianggap sangat berarti bagi karyawan,
yaitu melaksanakan ibadah haji atau promosi kenaikan jabatan.
Prosesnya berawal dari pengajuan karyawan terbaiknya oleh
setiap satuan kerja, yang selanjutnya diajukan untuk dinilai oleh
pimpinan. Mereka yang telah terpilih menjadi karyawan teladan
dan mendapatkan reward merupakan suatu kebanggan bagi
mereka meskipun hanya mendapat piagam dan ballpoint saja,
yang membanggakan mereka adalah penghargaan tersebut
diberikan oleh Direktur Utama dan diserahkan pada acara khusus
penganugerahan penghargaan, bisa duduk berdekatan dengan
Direksi, makan dengan Direksi, menyampaikan pidato, sehingga
dia merasa dihargai betul sebagai orang Dahana dan terutama bisa
dijadikan teladan bagi karyawan lain.
Program yang termasuk pada kategori program kompetisi
lain adalah program 5R (Ringkas, Rapih, Resik, Rawat, Rajin)
yaitu program tentang kebersihan lingkungan tempat kerja yang
biasa diperlombakan antarunit kerja secara rutin sehingga
kebersihan lingkungan tetap terjaga. Program 5R merupakan
385
Program Pembinaan
Program implementasi budaya baru perusahaan yang
dilakukan oleh PT Dahana (Persero) tidak hanya program-program
yang dipertandingkan, ada juga program-program yang bertujuan
untuk menunjang pembinaan karyawan sehingga karyawan
memiliki keterampilan tertentu sesuai dengan yang diharapkan
oleh perusahaan. Adapun program-program tersebut adalah DBBI,
P5M, dan English day, dimana temanya bisa 7 nilai budaya atau
tema lain.
Program DBBI (Duduk Bersama Berbagi Ilmu) adalah
program berbagi ilmu yang merupakan forum pertukaran informasi
yang membahas masalah internal perusahaan atau masalah apapun
386
Program Pendidikan
Program yang termasuk dalam kategori program
pendidikan yaitu, assessment, outbond, rapat dan kepengurusan
AOC. Program-program tersebut bertujuan untuk mendidik
seluruh karyawan yang terlibat dalam implementasi budaya
perusahaan, baik AOC, Champion, maupun karyawan lain yang
tidak terlibat dalam kepengurusan AOC maupun Champion.
389
adalah bagi dirinya sendiri. Program ini digilir dalam waktu tiga
bulan sekali, sehingga setiap AOC akan kebagian menjadi ketua
pengurus yang harus menciptakan program-program untuk
mengimplementasikan nilai budaya perusahaan.
Dengan berbagai program, AOC yang terdiri dari orang-
orang yang berasal dari top manajemen dan midle manajemen
diharapkan dapat menjadi agen perbahan budaya perusahaan yang
bertugas menyosialisasikan dan mengaplikasikan budaya
perusahaan, sehingga pada akhirnya semua lapisan berubah dan
melaksanakan nilai-nilai yang telah disepakati bersama. J.P.
kotter and J.L. Heskett menjelaskan bahwa budaya perusahaan
adalah nilai dan praktik yang dimiliki bersama di seluruh
kelompok dalam suatu perusahaan, sekurang-kurangnya dalam
manajemen senior. Budaya dalam suatu organisasi terdiri dari
nilai yang dianut bersama dan norma perilaku kelompok. (dalam
Pabundu Tika. 2006:6)
SIMPULAN
Dalam upaya implementasi budaya baru, PT Dahana
(Persero) membentuk Agent of Change (AOC) sebagai agen yang
bertugas mengimplementasikan nilai-nilai budaya baru yang sudah
sesuai dengan visi, misi, dan tujuan perusahaan serta melaksanakan
berbagai program yang dikategorikan menjadi tiga jenis program
yaitu Program Kompetisi, Program Pembinaan, dan Program
Pendidikan
Program Kompetisi adalah program-program yang
dilombakan, dimana pelaksanaannya didasarkan pada penilaian
baik berupa penilaian terhadap individu maupun penilaian terhadap
satuan kerja. Yang termasuk ke dalam Program Kompetisi adalah
KTTI (Karyawan Teladan Tahun Ini) dan program 5R (Ringkas,
Rapih, Resik, Rawat, Rajin)
391
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong Uchyana. 2000. Ilmu, Teori, dan Filsafat
Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Littlejohn, Stephen W. 2009. Teori Komunikasi. Theoris of Human
Communication. Jakarta: Salemba Humanika.
392
PENDAHULUAN
PT. Pelabuhan Tanjung Priok adalah sebuah perusahaan
yang sudah lama berdiri sejak tahun 1960an. Perusahaan ini adalah
perusahaan yang mencoba melayani para pebisnis dan masyarakat
umum yang menggunakan pelabuhan sebagai tempat untuk
mengantar kan barang untuk eksport maupun import. Meskipun
PT. Pelabuhan Tanjung Priok telah berdiri sejak lama, perusahaan
ini tidak terlepas dari modernisasi di dalam upaya melayani
kliennya.
Kepadatan arus keluar/masuk barang yang terjadi di
Pelabuhan Tanjung Priok menyebabkan sebuah permasalahan di
Pelabuhan Tanjung Priok muncul, yaitu terkait dengan waktu
bongkar muat (dwelling time) yang mulai mencuat ke publik pada
pertengahan tahun 2015 ini. Kasus dwelling time yang muncuat ke
permukaan publik tersebut diiringi oleh pemberitaan negatif di
banyak media massa yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.
Pemberitaan negatif tersebut menyebutkan bahwa dwelling time
yang terjadi di Pelabuhan Tanjung Priok merupakan kesalahan dan
tanggung jawab dari PT. Pelabuhan Tanjung Priok. Padahal fakta
yang didapat bahwa PT. Pelabuhan Tanjung Priok hanya
merupakan operator atau penyedia jasa bagi para pelanggan
pelabuhan dan terdapat delapan lembaga/instansi yang seharusnya
bertanggungjawab penuh terhadap kasus dwelling time yang
terjadi.
394
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang hanya
memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari
atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat
prediksi. Ciri lain metode deksriptif ialah titik berat pada observasi
dan suasana alamiah (naturalistis setting). Peneliti bertindak
sebagai pengamat. Dalam arti ia hanya membuat kategori perilaku,
mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasinya.
Peneliti terjun ke lapangan tanpa dibebani atau diarahkan oleh
teori. Ia tidak bermaksud menguju teori. Ia bebas mengamati dan
menjelajah objeknya. (Rakhmat, 2009: 25)
Subjek dalam penelitian ini adalah corporate secretary PT.
Pelabuhan Tanjung Priok, dengan sampel yang digunakan secara
purposive. Lokasi penelitian dilakukan di PT. Pelabuhan Indonesia
II.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
melalui wawancara terstruktur dengan menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk kemudian
ditanyakan kepada informan yang telah ditentukan. Kemudian
observasi partisipatif pasif dengan mendatangi tempat kegiatan
orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan
tersebut. Lalu dengan memanfaatkan studi pustaka melalui buku-
buku, literatur, referensi, artikel, internet, serta sumber-sumber
bacaan lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
398
BACA JUGA
• Aksi Mogok Pekerja JICT Bikin Dwelling Time
Kembali Molor
• 11 Proyek Ini Jadi Fokus Pembangunan Kementerian
Perhubungan
• Data Otoritas Pelabuhan Diminta Jadi Patokan
Dwelling Time
Menurut dia, evaluasi itu akan meliputi peningkatan pelayanan
pelabuhan, pemangkasan biaya, serta percepatan kegiatan bongkar
muat.
Carmelita menegaskan, INSA juga sedang mempelajari usulan
pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan yang akan
mewajibkan pelabuhan bongkar muat bekerja tujuh hari dalam
seminggu.
“Sejauh ini pelayanan bongkar muat di pelabuhan masih oke,
termasuk upaya kontigensi sewaktu ada aksi mogok serikat pekerja
PT JICT. Pengalihan ke pelabuhan lain juga patut diapresiasi,”
ujarnya.
Seperti diketahui, saat terjadi aksi mogok SP JICT, layanan
bongkat muat petikemas dialihkan ke New Priok Container
Terminal One (NPCT1), Terminal Peti Kemas (TPK) Koja,
Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, dan Terminal Mustika Alam
Lestari (MAL). “Concern kami agar tidak ada konflik dan layanan
bongkat muat lancar, itu yang mesti diprioritaskan,” ucapnya.76
Berita ini hanya satu dari sekian banyak berita yang dimuat
di pemberitaan nasional menyangkut dwelling time.
76http://bisnis.liputan6.com/read/3106550/pelayanan-tanjung-priok-dievaluasi-
ini-permintaan-pengusaha
400
77satyanusa.blogspot.co.id/2015/08/dwelling-time-dan-permasalahannya.html
78https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3223886/ini-catatan-bank-
dunia-untuk-dwell-time-di-tanjung-priok
401
Sumber: peneliti
Bagan Proses evaluasi dan analisis Isu kasus Dwelling
Time
SIMPULAN
Hal yang dilakukan oleh Corporate Secretary PT.
Pelabuhan Tanjung Priok dalam tahap identifikasi isu yaitu
mengenali dan mencari isu aktual terkait perusahaan hanya melalui
media monitoring. Perusahaan menggunakan media massa sebagai
tolok ukur dalam mengidentifikasi isu, termasuk isu dwelling time.
Berdasarkan media monitoring yang dilakukan, didapati
banyaknya pemberitaan negatif terkait kasus dwelling time. Media
sosial tidak menjadi fokus perusahaan, walaupun ditemukan
beberapa komentar negatif dari pengguna facebook terkait dengan
isu dwelling time.
Corporate Secretary PT. Pelabuhan Tanjung Priok dalam
tahap evaluasi dan analisis isu menganalisis dampak yang
ditimbulkan dari isu dwelling time terhadap perusahaan melalui
kesempatan yang dimiliki perusahaan untuk berkomunikasi
404
DAFTAR PUSTAKA
Kriyantono, R. (2015). Public Relations, Issue, & Crisis
Management . Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Rakhmat, J. (2009). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset.
http://bisnis.liputan6.com/read/3106550/pelayanan-tanjung-priok-
dievaluasi-ini-permintaan-pengusaha
satyanusa.blogspot.co.id/2015/08/dwelling-time-dan-
permasalahannya.html
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3223886/ini-
catatan-bank-dunia-untuk-dwell-time-di-tanjung-priok
405
PENDAHULUAN
Dalam melaksanakan peran dan kegiatan utamanya sesuai
dengan profesi, pengetahuan atau keahlian yang disandangnya,
para profesional tidak terlepas dari etika profesi yang berkaitan
dengan kode etik perilaku (code of conduct) dan kode etik profesi
sebagai standar moral. Kode etik profesi, adalah kode perilaku
yang ditetapkan dan dapat diterima oleh kelompok profesi yang
menjadi pedoman “bagaimana seharusnya” (das sollen)
berperilaku dalam menjalankan (das sein) profesi tersebut secara
etis (A. Muhammad, 1997:143). Berbicara tentang kode etik,
penerapan kode etik sebagai pedoman (guideline) bagi suatu
profesi dalam menjalankan peran dan fungsinya bukan lagi
menjadi suatu keharusan, namun sebuah kebutuhan demi menjaga
citra serta profesionalitas profesi tersebut. Tak terkecuali bagi
profesi humas (publicrelations). Howard Stephenson dalam
bukunya Hand Book of Public Relations (1971) mengatakan bahwa
definisi profesi humas adalah “The practice of skilledart or service
based on training, a body of knowledge, adherence to agree on
standard of ethics.”
Maka dari itu, sebelum membangun citra yang positif bagi
organisasi yang diwakilinya, seorang humas seyogyanya dapat
terlebih dahulu membentuk dan menjaga citra positif profesinya
dengan menjadikan kode etik profesi humas sebagai pedomannya.
Survey yang dilakukan PRSA tahun 2000 (Seitel 2004:132),
terhadap sekitar 1700 eksekutif PR dari berbagai perusahaan dan
406
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan studi deskriptif. Metode
deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Penelitian
deskriptif hanya memaparkan suatu situasi atau peristiwa.
Penelitian ini tidak mencari suatu hubungan, tidak menguji
hipotesis atau membuat prediksi (Ardianto, 2011:49).
SIMPULAN
Belum maksimalnya penegakan kode etik profesi humas,
menjadi alasan kuat lahirnya gagasan berupa rancangan strategis
penegakan kode etik profesi humas di Indonesia ini. Pada dasarnya,
sangat dibutuhkan kesadaran dan pemahaman yang sama dari
setiap pihak terkait akan urgensi mengatasi permasalahan-
permasalahan yang menyangkut profesi humas terutama dalam hal
penegakan kode etik profesi. Melalui perencanaan yang runut dan
413
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro. 2011. Handbook of Public Relations. Bandung:
Simbiosa Rekatama.
Effendy, Onong Uchjana. 2002. Hubungan Masyarakat. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Maulana, Reza dan Heru Triyono. 2010. Skandal Saham, Dewan
Pers TemukanPelanggaran Kode Etik. Diakses
dari:http://www.tempo.co/read/news/2010/12/01/17329
5994/Skandal-Saham-Dewan-Pers-Temukan-
Pelanggaran-Kode-Etik pada 28 Maret 2015
Ruslan, Rosady. Etika Kehumasan. 2007. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada
Sumber Lainya:
http://www.ipra.org/about/ipra-codes
http://www.ipra.org/about/history
http://www.kpi.go.id/index.php/undang-undang
http://www.perhumas.or.id/?page_id=24
414
PENDAHULUAN
Salah satu yang menarik dari tulisannya Joelle Wiley
Castelli dalam Government Public Relations: A Quantitative
Assessment of Government Public Relations Practitioner Roles
and Public Relations Model Usage (2007) terkait dengan Humas
Pemerintah adalah humas pemerintah memberikan umpan balik
kepada administrator pemerintah sehingga program Humas dan
kebijakan dapat dimodifikasi, dalam konteks seperti ini tepat jika
hubungan masyarakat artikan sebagaimana dikemukakan Castelli
(2007) bahwa hubungan masyarakat usaha aktif untuk memulihkan
dan memelihara rasa memiliki masyarakat.
Salah satu program menarik dalam memulihkan dan
memelihara warga masyarakat adalah program untuk orang-orang
terdampak pembangunan Jatigede di Kabupaten Sumedang. Kajian
di wilayah ini dianggap sebagai hal menarik terkait dengan
beberapa pertimbangan, pertama kesimpulan Arundhati yang
diperoleh dari pengalaman pembangunan waduk di India, apa yang
dikemukakan Arundhati pada intinya adalah semua proyek
pembangunan waduk selalu meninggalkan orang-orang yang
tergusur dan dihancurkan kehidupannya, Arundhati dalam
Nurjaman (2015), padahal nilai moral yang paling layak bagi dari
humas pemerintah adalah melakukan kebaikan bagi sebagian besar
orang (Bowen;2011).
415
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Berdasarkan atas
pertimbangan atas tingkat usia, dan pendidikan maka pengumpulan
data dilakukan melalui wawancara terstruktur pada orang
terdampak pembangunan Jatugede saat ini terbagi menjadi dalam
dua kelompok, yaitu orang-orang yang mengikuti pola relokasi
(dalam satu tempat/wilayah yang disediakan pemerintah)
selanjutnya disebut dengan relokasi, dan orang-orang terdampak
yang pemukiman kembali melalui pola sisipan (mencari tempat
dan membangun sendiri tempat tinggal baru, hingga ia berada
dalam sebuah masyarakat yang sudah lama). Pengolahan data
dilakukan melalui Statistical Package for the Social Sciences
(SPSS) atau Paket Statistik untuk Ilmu Sosial.
SIMPULAN
Berdasar kajian atas tingkat resiliensi maka, beberapa hal
yang sebaiknya jadi rekomendasi humas pemerintah untuk
menghindarkan persepsi orang terdampak pembangunan waduk
jati gede adalah menyelenggarakan pendidikan yang bersifat
keterampilan (pendidikan non-formal), selain itu yang tidak kalah
penting untuk dilakukan adalah mempercepat terciptanya
hubungan afektif diantara orang terdampak dengan penduduk yang
menjadi daerah sisipan.
DAFTAR PUSTAKA
Castelli, Joelle Wiley, "Government Public Relations: A
Quantitative Assessment of Government Public
Relations Humasactitioner Roles and Public Relations
Model Usage" (2007). Graduate Theses and
Dissertations. http://scholarcommons.usf.edu/etd/3839
Claudia Severi, Cosimo Rota, and Cesare Zanasi, The Resilience
Approach Contribution to Rural Communities Social
Assessment for Social Sustainability Based Strategies
mplementation, Int. J. Food System Dynamics 3 (1),
2012
David Blane, Richard D Wiggins, Scott M Montgomery, Zoe
Hildon, Gopalakrishnan Netuveli, Resilience at older
ages: the importance of social relations and implications
for policy, 2011
Fatih Ozbay; Douglas C. Johnson; Eleni Dimoulas, Morgan;
Dennis Charney,; And Steven Southwick, Social
420
PENDAHULUAN
Bisnis kuliner merupakan bisnis yang sedang berkembang
di Indonesia pada saat ini. Munculnya berbagai makanan yang
unik, adanya wisata kuliner, dan tren kuliner sebagai gaya hidup
masyarakat, menjadi bukti bahwa bisnis ini berkembang dengan
pesat. Persaingan adalah imbas dari pesatnya persaingan bisnis
kuliner. Persaingan di dunia usaha kuliner semakin hari semakin
ketat. Untuk menghadapi persaingan ini diperlukan inovasi baru
dalam mempromosikan produk yang dijual.
“Pada triwulan I tahun 2016, pertumbuhan industri mamin
(makanan dan minuman) sebesar 7,55 persen atau lebih
tinggi dibandingkan periode sama tahun 2015 yang
mencapai 7,54 persen. Bahkan, kinerja industri mamin
tersebut melampaui pertumbuhan industri non migas pada
triwulan I tahun 2016 sebesar 4,46 persen.” (Kemenperin,
2016)
422
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
pendekatan korelasional. Metode korelasional memiliki tujuan
untuk meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan
dengan variasi faktor lain (Rakhmat, 2012: 27).
Metode korelasional adalah kelanjutan dari metode
deskriptif, dimana peneliti menghimpun data, menyusun secara
425
SIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Hubungan antara
penggunaan media instagram @goldensugar_id memiliki
hubungan yang kuat dengan pemenuhan kebutuhan followers
terhadap informasi seputar produk Golden Sugar Patissier dalam
akun instagram @goldensugar_id. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
waktu yang digunakan, isi pesan dalam akun instagram
@goldensugar_id, dan hubungan individu dengan isi media
terhadap kebutuhan kognitif, afektif, integrasi personal, integrasi
sosial, dan pelepasan sehingga didapatlah pemenuhan kebutuhan
followers terhadap informasi seputar Golden Sugar Patissier. Dari
hal tersebut followers memiliki pemenuhan kebuthan terhadap
informasi yang tersedia di dalam akun instagram
@Goldensugar_id karena sesuai dengan informasi yang mereka
butuhkan mengenai Golden Sugar Patissier.
Walaupun terdapat hubungan antara hubungan individu
dengan isi media dengan kebutuhan integrasi sosial, namun ada
baiknya jika promosi yang dilakukan dalam akun instagram
@goldensugar_id lebih baik lagi seperti memberikan diskon,
promo ataupun bonus bagi pelanggannya. Hal ini dilakukan agar
terdapat lebih banyak lagi followers yang menjadikan
432
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, O. U. (2009). Dinamika Komunikasi. Jakarta:
Rosdakarya.
Hidayat, D. (2014). Media Public Relations : Pendekatan Studi
Kasus, Cyber Public Relations, Sebagai Metode Kerja PR
Digital. Sleman, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kriyantono, R. (2009). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:
Kencana.
McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa McQuail edisi 6.
Jakarta: Salemba Humanika.
Nasrullah, R. (2015). Media Sosial Perspektif Komunikasi,
Budaya, dan Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Rakhmat, J. (2012). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
433
PENDAHULUAN
PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. merupakan salah satu
perusahaan BUMN yang menguasai pasar Jalan Tol di Indonesia.
Jasa Marga merupakan salah satu perusahaan yang sekaligus
menjadi brand sebuah jalan tol. Menurut MIM Academy dalam
bukunya Brand Operation (2010: 60), Brand menjadi elemen yang
penting bagi perusahaan. Brand bukan hanya sebuah nama, logo,
atau simbol, tetapi memiliki peranan yang jauh lebih besar daripada
itu. Brand dapat berperan sebagai payung representasi produk
barang atau jasa yang ditawarkan.
Merek atau brand penting bagi perusahaan untuk
menunjukkan nilai produk yang ditawarkan ke pasar, namun merek
tidak berarti jika tidak memiliki ekuitas yang kuat bagi pasar. Jasa
Marga merupakan sebuah brand yang cukup kuat, hal tersebut
dibuktikan berdasarkan hasil wawancara yang menyatakan bahwa
Jasa Marga membangun dan mengelola sekitar lebih dari 60%
Jalan Tol di Indonesia.
Dari hasil kuesioner yang disebar kepada 21 pengguna
Jalan Tol, sebanyak 18 orang sudah mengetahui bahwa Jasa Marga
sebagai perusahaan BUMN di bidang Jalan tol. Hal tersebut
menujukkan bahwa pengguna jalan tol sudah mengenal Jasa
Marga. Namun, brand tidak cukup hanya mengenal saja tetapi
pengguna jalan tol perlu mengetahui brand lebih jauh lagi agar
perusahaan tersebut memiliki brand equity yang baik.
434
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif dengan data kuantitatif. Metode
penelitian deskriptif ini adalah metode yang hanya memberikan
gambaran atau deksripsi tentang variable dari sebuah fenomena
yang diteliti. Variabel yang diteliti bisa satu, dua, tiga, atau lebih
(Ardianto, 2011: 48).
Analisis yang digunakan dalam metode deskriptif
kuantitatif hanya menggunakan analisis statistik deskriptif dalam
bentuk tabel tunggal dan tabel silang. Tabel silang pada penelitian
ini bukan berfungsi untuk melihat adanya hubungan antar variabel,
melainkan hanya untuk melihat apakah ada kecenderungan
hubungan antar sub variabel dengan data responden yang diteliti
saja. Metode penelitian jenis ini tepat dilakukan untuk
mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata yang
sekarang berlangsung.
Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna jalan tol
Purbaleunyi. Populasi yang diambil dalam penelitian merupakan
populasi yang tidak dapat di definiskan karena pengguna jalan tol
jumlahnya banyak dan jika dilihat dari data, data yang ada
439
No Jawaban F %
1 Tinggi 51 23.2
2 Sedang 152 69.1
3 Rendah 17 7.7
Jumlah 220 100
Sumber : Pengolahan Data 2017
No Jawaban f %
1 Tinggi 56 25.5
2 Sedang 161 73.2
3 Rendah 3 1.4
Jumlah 220 100
Sumber : Pengolahan Data 2017
Responden cenderung menjawab brand image aspek
brand attitudes dalam kategori sedang. Brand attitudes atau sikap
terhadap suatu merek menunjukkan bagaimana sikap pengguna
jalan tol Purbaleunyi terhadap produk dan layanan Jasa Marga
khususnya pada ruas jalan tol Purbaleunyi. Hasil dari data diatas
menunjukkan bahwa sikap responden terhadap suatu merek masuk
ke dalam kategori sedang ke tinggi. Hal tersebut menunjukkan
bahwa sikap pengguna Jalan Tol Purbaleunyi terhadap produk dan
layanan Jasa Marga sudah baik karena yang masuk ke dalam
kategori rendah hanya 3 orang. Namun, memang ada item
pernyataan yang menunjukkan pernyataan rasa tidak kecewa
terhadap layanan Jasa Marga.
Secara keseluruhan brand image Jasa Marga pada
pengguna jalan tol Purbaleunyi berada dalam kategori sedang atau
cukup baik.
No Jawaban f %
1 Tinggi 37 16.8
2 Sedang 130 59.1
3 Rendah 53 24.1
Jumlah 220 100
Sumber : Pengolahan Data 2017
444
Brand Knowledge
No Jawaban f %
1 Tinggi 37 16.8
2 Sedang 131 59.5
3 Rendah 52 23.6
Jumlah 220 100
Sumber : Pengolahan Data 2017
SIMPULAN
Dari hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh
langsung dapat disimpulkan bahwa:
Brand awareness pengguna jalan tol Purbaleunyi terhadap
Jasa Marga berada dalam kategori sedang. Hal ini terlihat dari
bagaimana pengguna jalan tol Purbaleunyi telah mengetahui apa
itu Jasa Marga dan sudah dapat mengingat kembali Jasa Marga jika
diberi stimulus terkait identintas dan produk perusahaan.
Namun, peneliti juga menemukan temuan bahwa masih
banyak pengguna jalan tol Purbaleunyi yang setuju dengan
pernyataan jalan tol Cipali dibangun dan dikelola oleh Jasa Marga.
Lalu, masih banyak pengguna jalan tol yang setuju Jasa Marga
membangun dan mengelola seluruh jalan tol di Indonesia, namun
pada kenyataannya hanya 60% jalan tol di Indonesia dibangun dan
dikelola oleh Jasa Marga. Selain itu peneliti juga menemukan
masih banyak pengguna jalan tol Purbaleunyi yang belum aware
dengan warna logo Jasa Marga.
Brand image pengguna jalan tol Purbaleunyi terhadap Jasa
Marga berada pada kategori sedang. Secara keseleruhan brand
image Jasa Marga sudah cukup baik, namun pada kondisi tertentu
memang masih perlu adanya perbaikan agar pengguna Jalan Tol
Purbaleunyi tetap nyaman berada di Jalan Tol dan nantinya citra
yang di dapat oleh Jasa Marga menjadi positif. Brand image dibagi
menjadi 3, yaitu atribut, manfaat, dan evaluasi sikap. Berikut hasil
dari setiap sub variabel dari brand image:
Atribut
Berdasarkan hasil penelitian, secara keseluruhan
pengetahuan pengguna jalan tol Purbaleunyi terhadap atribut Jasa
Marga khususnya produk dan layanan di ruas Purbaleunyi berada
dalam kategori sedang. Hal tersebut di karenakan adanya pengguna
jalan tol Purbaleunyi yang tidak menganggap bahwa pengetahuan
446
akan produk dan layanan Jasa Marga sebagai hal yang penting.
Misalnya, masih banyak responden yang tidak mengetahui layanan
konstruksi zero potholes. Selain itu, masih banyak pengguna jalan
tol Purbaleunyi yang belum mengetahui mobile apps Jasa Marga
yaitu JMCARe. Namun, jika dilihat respon berdasarkan pekerjaan,
frekuensi melalui jalan tol Purbaleunyi dan jenis kendaraan yang
digunakan, aspek atribut lebih cenderung dalam kategori sedang ke
rendah.
Manfaat
Berdasarkan aspek ini, secara keseluruhan pengetahuan
pengguna jalan tol Purbaleunyi terhadap manfaat yang dirasakan
dari produk dan layanan Jasa Marga di ruas Purbaleunyi berada
dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna
jalan tol Purbaleunyi sudah cukup baik dalam menilai manfaat
yang didapat. Namun, masih banyak juga responden yang menilai
jalan tol Purbaleunyi keadaannya belum baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro. Q Anees, Bambang. (2011). Filsafat Ilmu
Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Bungin, Bungin. (2005). Metodologi Penelitian
Kuantitatif. Jakarta : Kencana
Indriantoro, Nur. Supomo, Bambang. (1999).
Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi
dan Manajemen. Yogyakarta : BPFE
Keller, Kevin. (2013). Strategic Brand Management. Pearson
Markplus. (2010). The Official MIM Academy Coursebook Brand
Operation. Jakarta : Esensi.
Sekaran, Uma. Bougie, Roger. (2014). Research Methods for
Business : a Skill-Building Approach. Italy
Shimp. Terence. (2003). Periklanan Promosi Aspek Tambahan
Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta : Erlangga
Sugiyono. (2016). Metode Penlitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D . Bandung : Alfabeta.
Sumber Internet :
Keller, Kevin (2013). Conceptualizing, Measuring, and Managing
Customer Based Brand Equity. Jurnal American
Marketing Association. Diakses pada tanggal 19 April
448
2017 dari
https://www.jstor.org/stable/1252054?seq=1#page_scan_t
ab_contents
Sumber lain :
Annual Report Jasa Marga tahun 2015
449
PENDAHULUAN
Krisis mendominasi liputan pemberitaan dalam berbagai
media, baik elektronik maupun online setiap hari, termasuk di
Indonesia. Krisis bisa terjadi pada semua jenis dan isu, mulai dari
krisis sosial, budaya, politik, ekonomi, agama, keamanan,
lingkungan, bencana alam, kriminalitas dan masih banyak lainnya.
Krisis dapat menjadi ancaman signifikan terhadap
keberlangsungan roda organisasi, sebagaimana digambarkan oleh
Fearn-Banks (2011:2), sebagai kejadian besar yang berpotensi
negatif dan mempengaruhi organisasi, perusahaan, industri, publik,
produk, layanan, atau nama baik. Sebuah krisis mengganggu bisnis
normal transaksi dan terkadang bisa mengancam eksistensi
organisasi. Krisis bisa menjadi pemogokan, terorisme, kebakaran,
boikot, gangguan produk, kegagalan produk, atau banyak peristiwa
lainnya.
Senada dengan pendapat diatas Coombs (2007),
menjelaskan bahwa krisis dapat menciptakan tiga ancaman yang
saling terkait: (1) keamanan publik, (2) kerugian finansial, dan (3)
kerugian reputasi. Semua krisis dapat mengancam serta merusak
reputasi sebuah organisasi. Sebuah krisis mencerminkan buruknya
sebuah organisasi dan akan merusak reputasi sampai tingkat
tertentu. Ketiga ancaman ini saling terkait, sebuah krisis dapat
membuat kerugian finansial dan reputasi sementara reputasi
memiliki dampak finansial pada organisasi.
450
METODE PENELITIAN
Kajian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain
deskriptif, yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat
mengenai individu atau kelompok tertentu tentang keadaan dan
gejala yang terjadi, dimana dalam penelitian ini menggunakan
penelusuran literatur baik buku, hasil penelitian terdahulu maupun
jurnal yang terkait dengan objek kajian. Melalui analisis deskriptif
akan didapatkan gambaran yang jelas mengenai model konseptual
penggunaan media sosial oleh public relations dalam komunikasi
krisis.
Improving preparedness
Media sosial dapat digunakan public relations dalam
meningkatkan kesiapsiagaan. Komunikasi yang dibangun melalui
media sosial dengan publiknya memungkinkan terjadinya
pertukaran informasi secara lebih intens dan bersifat langsung,
sehingga arus infromasi menjadi lebih cepat tanpa kendala
birokrasi.
Building trust
Penggunaan media sosial dalam komunikasi krisis oleh
public relations dapat membangun kepercayaan dari publiknya.
Studi menunjukkan bahwa semakin banyak publik yang terlibat
dengan organisasinya secara online, maka akan semakin
meningkat kepercayaan publik terhadap organsasi tersebut.
SIMPULAN
Hasil kajian ini tidak untuk mengeneralisasir namun
memberikan wawasan tentang bagaimana public relations dalam
sebuah organisasi menggunakan media sosial dalam komunikasi
krisis. Tidak ada sebuah organisasi yang kebal terhadap krisis,
krisis dapat terjadi sewaktu-waktu tanpa dapat diprediksi kapan
munculnya, apalagi di era online saat ini.
Komunikasi krisis menjadi penting dalam meminimalisir
dampak krisis bagi organisasi, disinilah peran public relations
dalam melakukan komunikasi krisis baik sebelum, selama ataupun
sesudah krisis dengan membangun komunikasi yang baik dengan
publiknya, hal itu dapat dilakukan dengan mengoptimalkan
keberadaan media sosial yang notabene telah menjadi media
komunikasi utama bagi sebagian besar publiknya dalam
memperoleh informasi.
Public relations menggunakan media sosial dalam
komunikasi krisis, dapat menggunakan rumusan yang dikemukan
oleh Wendling, Radisch, & Jacobzone (2013), yaitu untuk; Raising
public awareness about risks and crises, Surveillance, monitoring,
situation awareness and early warning system, Improving
preparedness, Providing information and warning, Improving
crisis response through mobilising volunteers, Identifying
survivors and victims, Managing reputational effects, Providing
incentives to collect funding and support, Learning from the crisis
ex post, Improving partnerships and cooperation between national
and international players, between public and private actors,
Building trust dan Enhancing recovery management.
460
DAFTAR PUSTAKA
Coombs, W. T. (2007). Crisis Management and Communications.
Retrieved September 29, 2017, from
http://www.instituteforpr.org/crisis-management-and-
communications/
Coombs, W. T. (2010). Parameters for Crisis Communication. In
W. T. Coombs & S. J. Holladay (Eds.), The Handbook of
Crisis Communication. Malden: Wiley-Blackwell.
Crawford, Kate, & Shaw, Frances (2013) Social media and its
impact on crisis communication: Case studies of Twitter
use in emergency management in Australia and New
Zealand. In ICA Regional Conference : Communication
and Social Transformation, 8-10 November 2013,
Shanghai, China.
Fearn-Banks, K. (2011). Crisis communications: a casebook
approach (4th ed.). New York: Routledge.
Graham, M. W., Avery, E. J., & Park, S. (2015). The role of social
media in local government crisis communications. Public
Relations Review, 41(3), 386–394. Retrieved from
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S036381
1115000077
Kelly, W. (2014). Social Media : An Effective Tool for Risk and
Crisis Communication ? San Jose State University.
Matejic, N. (2015). Social Media Rules of Engagement: why your
online narrative is the best weapon during a crisis.
Melbourne: John Wiley & Sons Australia, Ltd.
Veil, S. R., Buehner, T., & Palenchar, M. J. (2011). A Work-In-
Process Literature Review: Incorporating Social Media in
Risk and Crisis Communication. Journal of Contingencies
and Crisis Management, 19(2), 110–122.
https://doi.org/10.1111/j.1468-5973.2011.00639.x
Ward, C. (2011). Social Media And Crisis Communication: Are
Organizations Using Social Media In Times Of Crisis?
Ball State University, Muncie, Indiana.
Wendling, C., Radisch, J., & Jacobzone, S. (2013). The Use of
Social Media in Risk and Crisis Communication (No. 24).
Paris.
461
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1787/5k3v01fskp9s-en
White, C. (2011). Social Media, Crisis Communication and
Emergency Management: Leveraging Web 2.0
Technologies. New York: CRC Press.
Wigley, S., & Zhang, W. (2011). A Study of PR Practitioners’ Use
of Social Media in Crisis Planning. Public Relations
Journal, 5(3), 1–16. https://doi.org/1942-4604