Marketing
ala Banyuwangi
Belajar dari
Strategi Paradoks
Azwar Anas
Toursim-Centered
Econom y
Kunjungan wisnus 491 ribu 5,2 juta 960% Karena sektor pariwisata memiliki multiplier effect amat
luas ke perekonomian secara keseluruhan. Artinya,
Kunjungan wisman 12.505 127.420 919% kegiatan di sektor ini memiliki dampak luar biasa dalam
menggerakkan begitu banyak kegiatan ekonomi lain.
Aksesibilitas (Jkt – Bwi) 21 jam 90 menit -
Tak hanya itu, sektor pariwisata juga paling mudah dan
Aksesibilitas (Sby – Bwi) 7 jam 50 menit - paling murah mendatangkan devisa. Dengan begitu
pariwisata menjadi “obat ampuh” untuk menyembuhkan
Penumpang pesawat 7.835** 365.493 4.664,9% penyakit akut current account decit (CAD) yang diderita
perekonomian kita beberapa tahun terakhir.
Calendar of Event: n.a. 99 -
Kini ekonomi Indonesia sudah tidak bisa lagi
mengharapkan minyak bumi dan gas, batubara,
komoditas pertanian/perkebunan, atau tekstil/pakaian
jadi yang daya saing dan harganya di pasar
internasional semakin anjlog.
STRATEGI
#1. “Setiap Dinas adalah Dinas Pariwisata”
Contohnya, ketika mereka membentuk kesan pertama melalui bandara yang anti-
mainstream dan menciptakan ikon Banyuwangi yang memorable. Bandara Banyuwangi
mengusung konsep green airport yang unik, bangunannya banyak menggunakan kayu
terutama kayu bekas, juga didukung dengan adanya kolam-kolam ikan dan atap
Gedung yang menggunakan roof garden yang ditanami rumput hijau.
Kesan yang memorable di benak pengunjung akan membuat loyalitas konsumen, dan Anti Mainstream Marketing | 8
mendorong mereka untuk bercerita kepada konsumen lainnya.
#6
DARI KOTA SANTET
MENJADI
KOTA INTERNET
Banyuwangi memang belum banyak dikenal masyarakat, kalua pun dikenal orang memiliki persepsi yang kurang
baik, seperti mistis, kota santet, dan hal mistis lainnya.
Tidak mudah memang untuk mengubah itu, tapi mereka mencoba me-reposisi brand image Banyuwangi
sebagai kota digital. Banyuwangi bertransformasi dari kota santet
menjadi kota internet.
Salah satu inisiatif Banyuwangi untuk membangun image sebagai kota digital ialah menggagas program “Smart
Kampung” yang berbasis desa. Instrumen teknologi informasi dan komunikasi mampu mendorong kreativitas
warga dalam melakukan kegiatan ekonomi produktif. Program Smart Kampung juga memudahkan warga dalam
pelayanan publik yang dijalankan lebih ringkas, cepat, dan pasti.
T idak semua inovasi yang dilakukan Banyuwangi adalah menciptakan yang baru, ada inovasi yang
merupakan hasil modikasi dari apa yang sebelumnya sudah ada. Mereka melihat sesuatu yang
baik dari negara lain dan dimodikasi, atau Bahasa populernya ATM: Amati, Tiru, Modikasi.
Contohnya ketika mereka belajar dari bandara Koh Samui di Thailand, keunikan bandara dengan
konsep terbuka dan ramah lingkungan menjadi benchmark bagi Banyuwangi untuk menciptakan
bandara dengan konsep anti-mainstream.
Bandara Banyuwangi mengusung konsep green rooftop dengan konsep ruang terbuka, agar aliran
udara alami masuk untuk mendinginkan ruangan di dalam bandara. Hasil rancangan bandara oleh
arsitek lokal Andra Martin ini juga memikat wisatwan untuk ber-sele ria.
Di Banyuwangi berpandangan
sebaliknya. Kalau umumnya
pemerintah daerah berpandangan
“semakin ke atas semakin
mendapat prioritas”, mereka justru
menggunakan pola berpikir
terbalik: “semakin ke bawah,
semakin prioritas”.
TOURISM
L
ANTI
Resident TALENT MAINSTREAM TRADE Exporter
MARKETING
I S
Yuswohady
yuswohady@gmail.com
Farid Fatahillah
Faridferre@gmail.com
Gilang Brillian
gilangpopo@gmail.com
Design e-book:
Muhammad Ikbal
ikbaal23@gmail.com