Anda di halaman 1dari 5

27

Analisis Kandungan Sodium pada Minuman Berkarbonasi yang Ada


Di Kota Makassar

MELLI FITRIANI

ABSTRAK

The background of this study is the habit of people who like to consume carbonated beverages in excess
without paying attention to the negative impact on health. One of the elements contained in carbonated
beverages is sodium, which when consumed in excess can cause various diseases. The purpose of this
study was to determine the sodium content in carbonated beverages in Makassar. The type of this research
is laboratory observation with quantitative analysis technique. Samples examined in the form of ten brands
of carbonated beverages in Makassar are examined by Atomic Absorption Spectrophotometer (SSA)
method. This research was conducted on 25 to 27 June 2016 at Health Laboratory Installation Laboratory
of Center of Health Laboratory of Makassar. The results showed that the ten brands of drinks have sodium
content in accordance with the reference value of BPOM is 480 mg / saji. The average value of sodium
content obtained 24.63 mg / 100 ml or 79.77 mg / saji with the highest content of 42.21 mg / 100 ml or
139.29 mg / s serving on samples of T brands and the lowest content of 12.97 mg / 100 ml or 32,43 mg /
saji on sample of GS brand. Sodium in carbonated beverages derives from several ingredients into the
composition of the manufacture of this beverage, such as NaCl contained in water, sodium benzoate,
trisodium citrate, and others.

Keywords: Sodium Content, Carbonated Drink

PENDAHULUAN perilaku minum masyarakat semakin mengalami


pergeseran, dan tanpa masyarakat sadari,
Indonesia merupakan suatu negara yang minuman ini dapat menimbulkan berbagai
memiliki iklim tropis yang panas dan memiliki gangguan kesehatan jika dikonsumsi secara
tingkat kelembaban yang tinggi. Suhu yang cukup berlebihan, seperti yang saat ini terjadi di negara
tinggi di saat cuaca panas membuat kita lebih Eropa dan Amerika Serikat (Reni Wulan Sari,
mudah untuk merasakan haus. Saat itulah soft dkk, 2008). Hal ini disebabkan oleh berbagai
drink (minuman berkarbonasi) menjadi sasaran macam zat yang terkandung di dalamnya,
konsumen. misalnya kadar gula yang tinggi dalam minuman
Soft drink (minuman berkarbonasi) adalah berkarbonasi yang dapat menyebabkan obesitas
minuman yang dihasilkan melalui penambahan dan diabetes melitus, sodium yang jika
gas-gas karbondioksida ke dalam minuman. dikonsumsi berlebih dapat menyebabkan
Minuman ini mampu memberikan kesegaran dan hipertensi, dan lain-lain.
efek kepuasan, serta pelepas dahaga ketika haus Minuman berkarbonasi dapat
(Muthmainnah, 2012). menimbulkan efek ketagihan dan kecanduan
Kini minuman berkarbonasi sudah untuk minum lagi setelah tegukan pertama,
semakin mudah ditemukan di pasaran. Selain karena minuman tersebut mengandung kadar
dijual di supermarket, minuman ini juga dapat gula yang tinggi (Muthmainnah, 2012). Hal ini
kita temukan di restoran, mall, bahkan di toko- dapat menyebabkan konsumsi minuman
toko dan warung di pinggir jalan. Minuman ini berkarbonasi yang semakin meningkat, dan pada
ditawarkan dalam bentuk kemasan yang mudah akhirnya zat-zat yang terkandung di dalamnya
untuk dibawa oleh konsumen, baik dalam bentuk akan semakin menumpuk di dalam tubuh,
kaleng maupun botol. Selain itu, minuman ini termasuk sodium.
memberikan banyak pilihan rasa dan dijual Yang harus diperhatikan adalah kadar
dengan harga yang relatif murah. Itulah yang sodium yang dikonsumsi jumlahnya tidak boleh
membuat minuman ini lebih disukai, bahkan jika berlebihan. Untuk ukuran orang dewasa, sodium
dibandingkan dengan air mineral kemasan. yang aman jumlahnya tidak lebih dari 3.300
Minuman ini tidak hanya disukai oleh mg/hari. Ini sama dengan 1 sendok teh (Reni
kaum muda saja, namun juga disukai oleh kaum
Wulan Sari, dkk, 2008).
tua, dan bahkan minuman yang rasanya
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan
menyengat ini pun bisa dinikmati oleh anak balita
POM No. HK.03.1.23.11.11.09909 Tahun 2011
(Ali Khomsan, 2004). Hal inilah yang membuat
tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan
28

Iklan Pangan Olahan, produk pangan (termasuk 4) Dipanaskan di ruangan asam dengan
minuman berkarbonasi) harus memenuhi suhu ± 100ºC sampai uap putih cairan
persyaratan, yaitu salah satunya mengandung jernih dan volume ± 15-20 ml.
natrium yang tidak lebih dari 480 mg per saji 5) Jika sampel belum jernih, bagian 3 dan 4
(http://gapmmi.or.id/files/sosialisasi_peraturan_ka diulangi kembali.
bpom_1maret.pdf). 6) Didinginkan.
Meskipun kandungan sodium dalam 7) Larutan ditambahkan dengan aquadest
minuman berkarbonasi hanya sedikit, namun jika sebanyak 15 ml, kemudian diaduk.
dikonsumsi hingga beberapa kaleng/botol dalam 8) Larutan disaring dengan kertas saring
sehari dan ditambah dengan berbagai jenis wattman No. 41.
makanan dan minuman yang juga mengandung 9) Filtrat ditampung dalam labu ukur 100 ml.
banyak sodium, maka zat ini akan menumpuk di 10) Ditambahkan dengan aquadest hingga
dalam darah dan dapat menyebabkan hipertensi mencapai garis batas pada leher labu.
dan berbagai komplikasi lainnya. 11) Dihomogenkan.
12) Sampel siap dianalisis di AAS (Atomic
METODE DAN BAHAN Absorption Spectrophotometer) Shimadzu
GFA-7000.
Jenis penelitian yang digunakan adalah c. Pembuatan Larutan Induk Natrium
observasi laboratorik dengan menggunakan 1) Ditimbang 0,13 gram NaCl.
teknik analisis kuantitatif, yaitu menentukan 2) Dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml.
kandungan sodium pada minuman berkarbonasi 3) Ditambahkan dengan HNO3 2% hingga
yang diambil dengan tehnik purposive sampling mencapai garis batas pada leher labu
sebanyak sepuluh sampel. Penelitian ini (1000 ppm).
dilaksanakan di Balai Besar Laboratorium 4) Dihomogenkan.
Kesehatan (BBLK) Makassar pada tanggal 25-27 d. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Juni 2016. 1) Disiapkan larutan induk Na 1000 ppm.
Bahan Penelitian 2) Disiapkan larutan standar Na 100 ppm.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu a) Dipipet 5 ml larutan induk Na 1000
larutan HNO3 pekat, HNO3 2%, larutan H2SO4 ppm ke labu ukur 50 ml.
pekat, larutan induk Na 1000 ppm, larutan standar b) Ditambahkan dengan HNO3 2%
Na 1000 ppm, 100 ppm, 10 ppm dan aquadest. hingga mencapai garis batas pada
Instrumen Penelitian leher labu, kemudian dihomogenkan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, (100 ppm).
yaitu pipet ukur 2 ml, 5 ml, 10 ml; pipet volume 5 3) Disiapkan larutan standar Na 10 ppm.
ml, 100 ml; labu ukur 10 ml, 50 ml, 100 ml; ball a) Dipipet 5 ml larutan standar Na 100
pipet, gelas piala 50 ml, erlenmeyer 250 ml, hot ppm ke labu ukur 50 ml.
plate, lemari asam, batang pengaduk, kertas b) Ditambahkan dengan HNO3 2%
saring wattman No. 41, corong kaca, standar hingga mencapai garis batas pada
corong, penjepit erlenmeyer, cuvet, rak cuvet dan leher labu, kemudian dihomogenkan
AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) (10 ppm).
Shimadzu GFA-7000. 4) Dibuat deret standar 0,1 ppm, 0,2 ppm,
Prosedur Kerja Penelitian
0,3 ppm, 0,4 ppm dan 0,5 ppm.
Prosedur kerja dalam penelitian ini sesuai a) Dipipet masing-masing 1 ml, 2 ml, 3
dengan prosedur analisis kadar sodium pada ml, 4 ml dan 5 ml ke labu ukur 100 ml.
minuman yang dilaksanakan di Balai Besar b) Ditambahkan dengan HNO3 2%
Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar. hingga mencapai garis batas pada
Prosedur kerja dalam penelitian ini, yaitu: leher labu, kemudian dihomogenkan.
a. Pembuatan HNO3 2%
1) Dipipet 2 ml HNO3 (p) ke dalam labu ukur HASIL DAN PEMBAHASAN
100 ml.
2) Ditambahkan dengan aquadest hingga Berdasarkan hasul analisis kandungan
mencapai garis batas pada leher labu. sodium pada minuman berkarbonasi dapat dilihat
3) Dihomogenkan. pada tabel berikut ini:
b. Preparasi Sampel (Metode SSA)
1) Diukur volume sampel sebanyak 100 ml. Tabel 1.1. Hasil Analisis Kandungan Sodium pada
2) Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Minuman Berkarbonasi Yang Ada Di Kota Makassar
3) Ditambahkan dengan HNO3 (p) sebanyak No. Kode Sampel Merk Hasil
mg/100 mg/saji
5 ml dan H2SO4 (p) sebanyak 2,5 ml.
ml
29

1 Minuman Ringan MS 27,93 92,17 aquadest kemudian disaring hingga diperoleh


1 filtrat yang selanjutnya akan dibaca kadar
2 Minuman Ringan BC 23,82 127,44
2
sodiumnya dengan menggunakan alat
3 Minuman Ringan CC 19,90 49,75 Spektroskopi Serapan Atom (SSA) Shimadzu
3 GFA-7000.
4 Minuman Ringan S 24,90 62,25 Berdasarkan hasil penelitian analisis
4 kandungan sodium pada minuman berkarbonasi
5 Minuman Ringan F 22,29 55,73
5
(Tabel 4.1), diperoleh nilai rata-rata kadar sodium
6 Minuman Ringan GS 12,97 32,43 24,63 mg/100 ml atau 79,77 mg/saji. Nilai rata-
6 rata ini diperoleh dari hasil penjumlahan kadar
7 Minuman Ringan AW 17,97 59,30 sodium dari setiap sampel yang kemudian dibagi
7 sesuai dengan jumlah sampel yang diteliti. Jika
8 Minuman Ringan T 42,21 139,29
kadar sodium dalam masing-masing sampel
8
9 Minuman Ringan P 37,06 122,30 dibandingkan dengan nilai acuan kadar sodium
9 yang diperbolehkan yaitu kurang dari 480 mg per
10 Minuman Ringan M 17,29 57,06 saji, maka sepuluh sampel tersebut dapat
10 dinyatakan memenuhi standar yang ditetapkan
Rata-rata 24,63 79,77 oleh BPOM dalam Peraturan Kepala Badan POM
Sumber: Data Primer, Juni 2016.
No. HK.03.1.23.11.11.09909 Tahun 2011.
Data di atas dihitung dengan Namun, jika kadar sodium yang diperoleh dalam
menggunakan rumus perhitungan kadar sodium penelitian ini dibandingkan dengan kadar sodium
dengan menggunakan faktor pengenceran 100 yang tercantum pada masing-masing kemasan,
kali. maka dapat disimpulkan bahwa pada setiap
Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa nilai rata- kemasan minuman berkarbonasi yang diteliti
rata kadar sodium pada minuman berkarbonasi tercantum kadar sodium yang lebih rendah dari
yaitu 24,63 mg/100 ml atau 79,77 mg/saji dengan kadar sebenarnya. Selain itu, ada pula beberapa
kadar tertinggi yaitu 42,21 mg/100 ml atau 139,29 merk yang menjadi sampel penelitian ini yang
mg/saji pada sampel merk T dan kadar terendah tidak mencantumkan kadar sodium dalam
yaitu 12,97 mg/100 ml atau 32,43 mg/saji pada minuman tersebut pada kemasannya, seperti
sampel merk GS. merk BC dan merk M.
Pada kemasan minuman merk MS
PEMBAHASAN tercantum kadar sodium 60 mg/saji, sedangkan
kadar sodium yang diperoleh dalam penelitian ini
Sampel dalam penelitian ini berupa yaitu 92,17 mg/saji. Pada kemasan minuman
sepuluh merk minuman berkarbonasi yang ada di merk CC tercantum kadar sodium 15 mg/saji,
Kota Makassar. Sepuluh merk minuman ini sedangkan kadar sodium yang diperoleh dalam
memiliki takaran saji yang bervariasi, di antaranya penelitian ini yaitu 49,75 mg/saji. Pada kemasan
250 ml, 330 ml dan 535 ml, di mana ada empat minuman merk S tercantum kadar sodium 55
merk dengan takaran saji 250 ml (merk CC, S, F mg/saji, sedangkan kadar sodium yang diperoleh
dan GS), lima merk dengan takaran saji 330 ml dalam penelitian ini yaitu 62,25 mg/saji. Pada
(merk MS, AW, T, P dan M), dan satu merk kemasan minuman merk F tercantum kadar
dengan takaran saji 535 ml (merk BC). Pengujian sodium 40 mg/saji, sedangkan kadar sodium
ini dilakukan dengan menganalisis kandungan yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu 55,73
sodium pada minuman berkarbonasi secara mg/saji. Pada kemasan minuman merk GS
kuantitatif dengan metode Spektroskopi Serapan tercantum kadar sodium 20 mg/saji, sedangkan
Atom (SSA). kadar sodium yang diperoleh dalam penelitian ini
Pengujian kuantitatif ini didahului dengan yaitu 32,43 mg/saji. Pada kemasan minuman
destruksi basah sejumlah sampel dengan merk AW tercantum kadar sodium 40 mg/saji,
menggunakan HNO3 dan H2SO4 pekat. Destruksi sedangkan kadar sodium yang diperoleh dalam
basah dilakukan untuk menguraikan atau penelitian ini yaitu 59,30 mg/saji. Pada kemasan
merombak logam organik menjadi logam minuman merk T tercantum kadar sodium 125
anorganik bebas dengan menggunakan asam mg/saji, sedangkan kadar sodium yang diperoleh
kuat berupa H2SO4 sebagai zat asam dalam penelitian ini yaitu 139,29 mg/saji, dan
pendestruksi dan HNO3 sebagai zat oksidator. pada kemasan minuman merk P tercantum kadar
Proses destruksi basah dilakukan dengan cara sodium 50 mg/saji, sedangkan kadar sodium
dipanaskan di atas hot plate dalam ruangan asam yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu 122,30
hingga diperoleh uap putih cairan jernih. Hasil mg/saji.
dari destruksi ini kemudian ditambahkan dengan
30

Setelah dianalisa, maka dapat KESIMPULAN DAN SARAN


disimpulkan bahwa kadar tersebut memiliki selisih
yang bervariasi dengan selisih terbesar dan Berdasarkan hasil penelitian dan
terkecil yaitu 72,30 mg dan 7,25 mg atau 231% pembahasan dapat disimpulkan bahwa sepuluh
dan 11%. Selisih ini dapat disebabkan oleh sampel minuman berkarbonasi yang diperiksa
beberapa hal, seperti kesalahan dalam proses mengandung sodium yang sesuai dengan nilai
analisa dan kesengajaan dari pihak produsen acuan dari BPOM yang ditetapkan dalam
yang sengaja mencantumkan kadar sodium pada Peraturan Kepala Badan POM No.
kemasan yang lebih rendah dari kadar HK.03.1.23.11.11.09909 Tahun 2011, yaitu tidak
sebenarnya. lebih dari 480 mg per saji. Nilai rata-rata
Sodium pada minuman berkarbonasi kandungan sodium pada sepuluh sampel tersebut
berasal dari beberapa bahan yang menjadi yaitu 24,63 mg/100 ml atau 79,77 mg/saji dengan
komposisi dalam pembuatan minuman ini, seperti kadar tertinggi yaitu 42,21 mg/100 ml atau 139,29
NaCl yang terdapat dalam air, natrium benzoat mg/saji pada sampel merk T dan kadar terendah
sebagai pengawet, trisodium sitrat sebagai bahan yaitu 12,97 mg/100 ml atau 32,43 mg/saji pada
pemberi asam (acidity), dan lain-lain. sampel merk GS.
Sodium (natrium) dalam keadaan murni Oleh karena itu, Disarankan kepada
hampir tidak pernah ditemukan di alam karena masyarakat agar lebih teliti dalam memilih jenis
sifatnya yang sangat reaktif. Selain mudah minuman yang akan dikonsumsi, khususnya
bereaksi dengan berbagai unsur (seperti oksigen, minuman berkarbonasi, serta disarankan kepada
amonia, hidrogen, klorida), natrium juga cepat masyarakat agar mampu membaca dan
bereaksi dengan air, salju dan es. Reaksi natrium memahami maksud dari informasi nilai gizi yang
dengan air menyebabkan terbentuknya uap tercantum pada setiap kemasan
natrium hidroksida yang sangat mengiritasi kulit, makanan/minuman yang akan dikonsumsi.
mata, hidung dan tenggorokan sehingga bisa
menyebabkan sulit bernapas, batuk, bronkitis DAFTAR RUJUKAN
kimia, gatal-gatal, kesemutan, luka bakar termal
Austin, George T., & E. Jasjfi. 1996. Industri
dan kaustik yang membuat kerusakan kulit
Proses Kimia, Edisi Kelima. Jakarta:
permanen, dan kebutaan. Namun jika berada di
Penerbit Erlangga.
dalam tubuh, natrium akan sangat bermanfaat
Baron, D.N. 1995. Kapita Selekta Patologi Klinik,
bagi kesehatan karena merupakan cairan utama
Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku
ekstraseluler dengan berbagai fungsinya.
Kedokteran EGC.
Sodium di dalam tubuh dapat larut di
Beck, Mary E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet
dalam air sehingga dalam keadaan normal
Hubungannya dengan Penyakit-penyakit
kelebihan sodium akan dikeluarkan bersama
untuk Perawat dan Dokter. Diterjemahkan
urine. Namun apabila kelebihan tersebut sudah
oleh Andri Hartono D.A., & Kristiani.
melampaui batas kemampuan pengeluaran
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
sodium oleh ginjal, maka sodium tersebut akan
Chandra, Eshter Maria, & Rini Gufraeni. 2009.
menumpuk di dalam darah dan menyebabkan
Kajian Ekstensifikasi Barang Kena Cukai
hipertensi. Selain itu, kelebihan sodium di dalam
pada Minuman Ringan Berkarbonasi.
tubuh juga dapat memicu terjadinya gagal ginjal,
Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi,
penyakit jantung, stroke dan gangguan mata.
Vol.16 No.3: 172.
Oleh karena itu, perlu dihimbau kepada
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat
masyarakat dalam pemilihan bahan pangan yang
Fakultas Kesehatan Masyarakat
akan dikonsumsi agar memperhatikan jumlah
Universitas Indonesia. 2013. Gizi dan
sodium yang dikonsumsi dalam sehari agar
Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi.
sesuai dengan jumlah sodium yang diperlukan
Jakarta: Penerbit Devisi Buku Perguruan
oleh tubuh, yaitu 1,1-3,3 gram per hari atau
Tinggi PT RajaGrafindo Persada.
0,15% berat tubuh. Hal-hal yang harus
Direktur Standardisasi Produk Pangan Badan
diperhatikan, yaitu:
POM RI. 2012. Sosialisasi Peraturan
1. Kurangi makanan dan minuman yang
Kepala Badan POM Bidang Pangan 2011,
mengandung banyak sodium.
(Online),
2. Batasi penggunaan garam dapur dalam
http://gapmmi.or.id/files/sosialisasi_peratur
masakan.
an_kabpom_1maret.pdf, (diakses 20 Juni
3. Perhatikan informasi nilai gizi yang tercantum
2016).
pada kemasan makanan dan minuman yang
Ester, Monica, dkk. (Eds.) 2004. Pedoman Mutu
akan dikonsumsi.
Air Minum. Diterjemahkan oleh Palopi
31

Widyastuti & Apriningsih. Jakarta: Penerbit Olivia, Femi, dkk. 2004. Seluk Beluk Food
Buku Kedokteran EGC. Supplement. Jakarta: Penerbit PT
Horne, Mima M., & Pamela L. Swearingen. 2001. Gramedia Pustaka Utama.
Keseimbangan Cairan, Elektrolit & Asam Proverawati, Atikah, & Erna Kusuma Wati. 2011.
Basa, Edisi 2. Diterjemahkan oleh Indah Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi
Kumala Dewi & Monika Ester. Jakarta: Kesehatan. Yogyakarta: Muha Medika.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Rab, Thabrani. 1992. Darah Tinggi Bukan
Julianti, Elisa Diana, dkk. 2005 . Bebas Hipertensi Masalah. Jakarta: Penerbit ARCAN.
dengan Terapi Jus. Jakarta: Pustaka Rohman, Abdul, & Sumantri. 2007. Analisis
Pembangunan Swadaya Nusantara. Makanan. Yogyakarta: Gajah Mada
Kasrtasapoetra, G., & Marsetyo. 2008. Ilmu Gizi University Press.
(Korelasi Gizi & Produksi Kerja). Jakarta: Sari, Reni Wulan, dkk. 2008. Dangerous Junk
Penerbit Rineka Cipta. Food. Jakarta: Penerbit O2.
Khomsan, Ali. 2004. Pangan dan Gizi untuk Suharyanto, Toto, & Abdul Majid. 2009. Asuhan
Kesehatan. Jakarta: Penerbit Keperawatan pada Klien dengan
RajaGrafindo Persada. Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
Koolman, Jan, & Klaus-Heinrich Rohm. 2001. CV. Trans Info Media.
Atlas Berwarna & Teks Biokimia. Sutomo, Budi. 2009. Menu Sehat Penakluk
Diterjemahkan oleh Septelia Inawati Hipertensi. Jakarta: DeMedia Pustaka.
Wanandi. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk
M.A., Rully, & Roesli. 2011. Diagnosis & Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Pengelolaan Gangguan Ginjal Akut, Edisi Kedokteran EGC.
Kedua. Jakarta: Puspa Swara. Tejasari. 2005. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta:
Muthmainnah. 2012. Faktor-faktor yang Penerbit Graha Ilmu.
Mempengaruhi Konsumsi Minuman Yuniastuti, Ari. 2008. Gizi & Kesehatan, Edisi
Ringan Berkarbonasi pada Mahasiswa Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Program Studi Administrasi Bisnis PNJ Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia
2009. Skripsi. Depok: Program Studi Ilmu Bebas. 2012. Minuman Berkarbonasi,
Keperawatan Universitas Indonesia. (Online),
Muchtadi, Deddy. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. http://id.wikipedia.org/wiki/Minuman_
Bandung: Penerbit Alfabeta. berkarbonasi, (diakses 2 Juni 2016).
Murray, Robert K., dkk. 1999. Biokimia Harper, Winarno, F.G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
Edisi 25. Jakarta: Penerbit Buku Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka
Kedokteran EGC. Utama.

Anda mungkin juga menyukai