Anda di halaman 1dari 9

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No.

3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

ANALISIS SENYAWA BENZOAT PADA SAUS SAMBAL DI RUMAH


MAKAN AYAM GORENG CEPAT SAJI DI MANADO

Ika Purwaningsih1), Sri Sudewi1), Jemmy Abidjulu1)


1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

Benzoate is a preservative of food allowed by the Government of Indonesia, but should not
exceed the concentration limits its in use. The aims of this research is to analyze and to determine the
benzoate compounds content in chili sauce from fried chicken fast food restaurants in Manado. The
identification of benzoate compounds was done using FeCl3 which was characterized with the form of
red brown sediment. Analysis of benzoate content using UV-Vis spectrophotometry method with
wavelength of 274 nm. The results showed that four samples of chili sauce A, B, C and D were using
preservative sodium benzoate in amount of 0,411, 0,454, 0,336 and 0,344 g/kg respectively. The
amount of benzoate preservative in samples of chili sauce does not exceed the threshold set out by The
Head of National Drug and Food Control Agency of the Republic of Indonesia in 2013 No.36 which is
1 g/kg.

Keywords: Benzoate, chili sauce, UV-Vis spectrophotometry, Manado.

ABSTRAK

Benzoat adalah pengawet makanan yang diizinkan oleh Pemerintah Indonesia, namun tidak
boleh melebihi konsentrasi batas penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keberadaan senyawa benzoat dan menentukan kadar senyawa benzoat dalam saus sambal di rumah
makan ayam goreng cepat saji di Manado. Identifikasi senyawa benzoat dilakukan dengan
menggunakan FeCl3 yang ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna merah kecoklatan dan
penentuan kadar senyawa benzoat dilakukan dengan metode spektrofotometri UV-Vis pada panjang
gelombang 274 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat sampel saus sambal A, B, C dan D
menggunakan pengawet benzoat secara berurutan sebesar 0,411, 0,454, 0,336, dan 0,344 g/kg.
Penggunaan pengawet benzoat pada sampel saus sambal tidak melebihi ambang batas yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2013 yaitu 1 g/kg.

Kata kunci : Benzoat, saus sambal, spektrofotometri UV-Vis, Manado.

48
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN dengan atau tanpa penambahan bahan


Makanan yang tidak habis makanan lain dan digunakan sebagai
dikonsumsi jika dibiarkan, teksturnya akan penyedap makanan (SNI, 1992). Tingkat
berubah dan dapat bersifat racun karena keawetan saus sambal sangat ditentukan
pekerjaan mikroba-mikroba yang ada oleh proses pengolahan yang diterapkan
dalam bahan makanan ataupun karena dan jumlah bahan pengawet yang
dekomposisi komponen-komponen dalam digunakan. Bahan pengawet yang sering
bahan makanan tersebut yang mungkin digunakan dalam saus sambal adalah
menghasilkan senyawa-senyawa yang benzoat, dengan jumlah maksimum
bersifat toksik. Untuk mencegah benzoat yang boleh digunakan adalah
perkembangan mikroba-mikroba zat dalam 1g/kg bahan sesuai dengan Peraturan
bahan pangan, perlu ditambahkan bahan- Kepala Badan Pengawas Obat dan
bahan tertentu lain sebagai bahan Makanan Republik Indonesia Nomor 36
pengawet ke dalam bahan pangan tersebut Tahun 2013 (Anonim, 2013).
(Tranggono et al dalam Rorong 1996). Pembatasan penggunaan benzoat
Bahan tambahan pangan adalah bertujuan agar tidak terjadi keracunan.
bahan yang dapat mempunyai atau tidak Mengkonsumsi makanan yang
mempunyai nilai gizi, yang sengaja mengandung natrium benzoat tidak
ditambahkan ke dalam pangan untuk berakibat buruk secara langsung, tetapi
tujuan teknologis pada pembuatan, akan menumpuk sedikit demi sedikit
pengolahan, perlakuan, pengepakan, karena diserap dalam tubuh apalagi jika
pengemasan, penyimpanan dan/atau jumlah yang dikonsumsi melebihi batas
pengangkutan pangan untuk menghasilkan penggunaannya (Triastuti et al., 2013).
atau diharapkan menghasilkan suatu Konsumsi benzoat di atas batas maksimum
komponen atau mempengaruhi sifat dapat menyebabkan kejang-kejang,
pangan tersebut, baik secara langsung atau hiperaktif, serta penurunan berat badan
tidak langsung. Salah satu bahan tambahan yang pada akhirnya dapat menyebabkan
pangan yang sering digunakan adalah kematian (Nurcahyani dalam Sevita,
pengawet (Anonim, 2012). 2013).
Pengawet yang banyak dijual di Saus sambal yang ada di rumah
pasaran dan digunakan untuk makan ayam goreng cepat saji di Manado
mengawetkan berbagai bahan pangan tidak mencantumkan komposisi bahan,
adalah benzoat, yang umumnya terdapat terutama kadar pengawet benzoat yang
dalam bentuk natrium benzoat atau kalium digunakan. Saus sambal tersebut
benzoat yang bersifat lebih mudah larut. dimasukkan ke dalam wadah dan
Benzoat sering digunakan untuk konsumen mengambil sendiri saus sambal
mengawetkan berbagai pangan dan tersebut. Hal tersebut menyebabkan kadar
minuman, seperti sari buah, minuman senyawa benzoat tidak diketahui jika telah
ringan, saus tomat, saus sambal, selai, jeli, melebihi ambang batas yang ditentukan
manisan, kecap dan lain-lain (Cahyadi, oleh Peraturan Kepala Badan Pengawas
2009). Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Saus sambal adalah saus yang Nomor 36 Tahun 2013.
diperoleh dari bahan utama cabai
(Capsicum sp) yang matang dan baik, METODOLOGI PENELITIAN

49
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

Alat air selama 10 menit pada suhu antara 80-


Alat-alat yang digunakan yaitu 85oC. Selanjutnya larutan yang diperoleh
spektrofotometer UV-Vis, timbangan didinginkan sejenak dan ditambahkan
analitik, corong pisah, labu takar, beberapa tetes larutan FeCl3 5%. Apabila
erlenmeyer dan alat-alat gelas. terbentuk endapan berwarna salmon atau
cincin merah kecoklatan hal itu
Bahan menunjukkan keberadaan benzoat dalam
Bahan-bahan yang digunakan sampel.
berkualitas proanalisis yaitu saus sambal,
natrium benzoat, kloroform, natrium
Kurva Standar dan Larutan Standar
hidroksida, besi (III) klorida, asam klorida,
Pembuatan larutan standar
natrium klorida, ammonium hidroksida,
didahului dengan pembuatan larutan induk
natrium sulfat, akuades, kertas lakmus dan
100 mg/L yang dibuat dengan melarutkan
kertas saring.
25 mg natrium benzoat ke dalam
Prosedur Penelitian kloroform pada labu takar 250 mL.
Preparasi Sampel Larutan deret standar dibuat dengan
Sampel saus sambal diambil dari 4 mengambil : 1; 2; 3; 4; dan 5 mL dari
rumah makan ayam goreng cepat saji di larutan induk natrium benzoat 100 mg/L
Manado yaitu rumah makan A, B, C dan ke dalam labu takar 10 mL kemudian
D. Selanjutnya sampel dianalisis di masing-masing diencerkan dengan
Laboratorium Analisis Farmasi Program kloroform sampai tanda batas. Konsentrasi
Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan larutan standar yang diperoleh berturut-
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam turut ialah : 10; 20; 30; 40 ; dan 50 mg/L.
Ratulangi Manado. Deteksi absorbansi larutan standar
pada panjang gelombang 274 nm dengan
Perlakuan Sampel menggunakan instrumen spektrofotometer
Analisis Kualitatif UV-Vis. Selanjutnya dibuat kurva standar
Metode analisis kualitatif menurut yang menghubungkan absorbansi dengan
AOAC (1990) yang dimodifikasi oleh konsentrasi dari masing-masing larutan
Rorong (1996). Sebanyak 20 g sampel standar.
dimasukkan ke dalam beaker gelas sampai
volume 100 mL dengan larutan NaCl
Validasi Metode Analisis
jenuh. Selanjutnya sampel ditambahkan a. Penentuan Presisi
dengan larutan NaOH 10% sampai larutan Dari larutan standar natrium
bersifat alkalis, distirer selama 5 menit, benzoat 100 mg/L dibuat larutan
dibiarkan semalam dan disaring. Filtrat standar dengan konsentrasi 40 mg/L
ditambahkan dengan 2 mL larutan HCl dengan cara seperti pada pembuatan
pekat sampai larutan bersifat asam. seri konsentrasi pada kurva standar.
Larutan asam diekstraksi sebanyak 3 kali Larutan standar natrium benzoat
dengan kloroform masing-masing 10 mL, dengan konsentrasi 40 mg/L tersebut
selanjutnya ekstrak kloroform dipanaskan dibaca absorbansinya pada panjang
pada suhu 80oC di atas penangas air. gelombang 274 nm. Uji ketelitian ini
Residu yang diperoleh dilarutkan dalam
akuades dan dipanaskan dalam penangas

50
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

dilakukan sebanyak lima kali kemudian sampel dilarutkan dalam 100


pengulangan. mL larutan NaCl jenuh. Tambahkan
b.Penentuan Akurasi beberapa tetes HCl sampai larutan bersifat
Penentuan akurasi dilakukan asam (kertas lakmus biru menjadi merah)
dengan metode penambahan standar. kemudian dicampur dengan baik. Larutan
Pada larutan natrium benzoat yang diekstraksi dengan kloroform sebanyak 3
telah diketahui konsentrasinya kali masing-masing: 30, 20, 10 mL. Hasil
ditambahkan larutan standar natrium ekstraksi dicuci dengan larutan HCl 0,1 %
benzoat 5 mg/L. Kemudian larutan sebanyak 3 kali, masing-masing 25, 20 dan
tersebut dibaca absorbansinya 15 mL. Ekstrak asam diekstraksi lagi
menggunakan Spektrofotometer UV- dengan larutan NH4OH 0,1 % sebanyak 4
Vis dengan 5 kali pengulangan. Hasil kali masing-masing : 25, 20, 15, 10 mL.
absorbansi digunakan untuk Hasil ekstraksi diekstraksi dengan
menghitung persen perolehan kembali. kloroform sebanyak 3 kali masing-masing
c. Penentuan Batas Deteksi (LOD) dan : 30, 20, dan 10 mL. Hasil ekstraksi dicuci
Batas Kuantitasi (LOQ) dengan Na2SO4 dan diencerkan dengan
LOD dan LOQ dihitung melalui kloroform sampai tanda batas dalam labu
persamaan garis linier dari kurva takar 100 mL.
kalibrasi, dengan rumus : Larutan hasil ekstraksi dibaca
LOD = LOQ = absorbansinya dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang
Keterangan :
gelombang 274 nm, kemudian konsentrasi
SB = Simpangan baku respon
benzoat dalam sampel ditentukan
analitik dari blangko
berdasarkan kurva standar.
Slope = Arah garis linier (kepekaan
arah) dari kurva antara respon HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap konsentrasi = slope (b Analisis kualitatif yang dilakukan
pada persamaan garis y = bx + a). terhadap sampel bertujuan untuk
menunjukkan adanya senyawa benzoat
Analisis Kuantitatif dalam sampel. Hasil analisis secara
Metode analisis kuantitatif menurut kualitatif terhadap adanya benzoat dalam
AOAC (1990) yang dimodifikasi oleh beberapa sampel saus sambal dapat dilihat
Rorong (1996). Sebanyak 10 gram sampel pada Tabel 1.
dipindahkan ke dalam erlenmeyer,

Tabel 1. Hasil analisis kualitatif terhadap adanya senyawa benzoat dalam beberapa sampel
saus sambal.
No. Bahan Pangan Benzoat
1 Saus Sambal A +
2 Saus Sambal B +
3 Saus Sambal C +
4 Saus Sambal D +
Keterangan + : Endapan berwarna merah kecoklatan menandakan keberadaan benzoat dalam
sampel.

51
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

Dilihat dari tabel di atas, semua larut dalam air seperti lemak akan dapat
sampel menunjukkan positif mengandung mengendap dalam bentuk garam asam
senyawa benzoat. Hasil analisis kualitatif, lemak. Penyaringan dilakukan agar
ditandai dengan terbentuknya endapan partikel-partikel yang tidak larut dalam air
berwarna salmon atau terdapat cincin dapat dipisahkan dari larutan. Benzoat
berwarna merah kecokelatan (Rorong, akan berada dalam larutan air pada filtrat
2013). dalam bentuk garam (Cahyadi, 2006).
Pada sampel saus sambal sebanyak Larutan ekstrak kloroform yang
20 g ditambahkan larutan NaCl jenuh yang ditambahkan dengan reagen FeCl3 5 %
bertujuan untuk memecahkan emulsi saus menghasilkan endapan salmon atau cincin
sambal, karena dengan adanya merah kecoklatan, hal ini dapat terjadi
penambahan elektrolit maka dapat terjadi karena adanya reaksi ikatan antara 3 buah
pemecahan emulsi (Sumarauw et al., ion benzoat dari asam benzoat dengan ion
2013). Pengadukan dilakukan pada ferri (Fe3+) dari ferriklorida yang
perlakuan selanjutnya berfungsi untuk membentuk senyawa khelat ferribenzoat
membuat larutan menjadi homogen. dengan molekul asam klorida, menurut
Setelah larutan dibiarkan semalam, reaksi :
partikel-partikel terdispersi yang tidak
C6H5COOH + FeCl3 Fe(C6H5COO)3 + 3HCl
(Endapan merah kecoklatan)

Kurva Standar dan Linieritas dari larutan standar natrium benzoat 100
Dalam penelitian ini kurva standar mg/L sehingga diperoleh hasil absorbansi
diperoleh dengan cara membuat seri versus konsentrasi pada panjang
konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50 mg/L gelombang 274 nm.

0,5
0,4
Absorbansi

0,3 Absorbansi
0,2
y = 0.0095x - 0.0398
r = 0.9996 Linear (Absorbansi)
0,1
0
0 20 40 60
Konsentrasi mg/L

Gambar 1. Kurva standar natrium benzoat dalam pelarut kloroform

Persamaan kurva kalibrasi serapan yang diperoleh dari hasil


merupakan hubungan antara sumbu x dan pengukuran sehingga persamaan regresi
sumbu y. Sumbu x dinyatakan dengan linier dari kurva kalibrasi yang diperoleh
konsentrasi yang diperoleh sedangkan adalah y = 0,0095x 0,0398 dengan
sumbu y merupakan absorbansi atau koefisien korelasi r = 0,9996. Harga

52
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

koefisien korelasi (r) yang mendekati 1 Tabel 2. Data hasil uji presisi (ketelitian)
menyatakan hubungan yang linier antara pada larutan standar
konsentrasi dengan serapan yang
dihasilkan, dengan kata lain peningkatan Data / Absorbansi Konsentrasi
nilai absorbansi analit berbanding lurus Pengulangan (mg/L)
dengan peningkatan konsentrasinya yang 1 0,346 40,610
sesuai dengan kriteria penerimaan 2 0,341 40,084
koefisien korelasi (r) yang baik menurut 3 0,342 40,189
Shargel (1985) adalah r 0,9970. 4 0,347 40,716
5 0,345 40,505
Validasi Metode Analisis Rata-rata 0,3422 40,421
Presisi SD 0,0026
Presisi diukur sebagai simpangan
baku atau simpangan baku relatif Akurasi
(koefisien variasi) berdasarkan penelitian
Akurasi dapat ditentukan dengan 2
yang dilakukan terhadap replikasi sampel
cara yaitu, metode simulasi (spiked -
yang diambil dari campuran yang
placebo recovery) atau dengan metode
homogen (Harmita, 2004). Metode dapat
penambahan baku (standart addition
menghasilkan nilai rata-rata yang sangat
method) seperti yang digunakan pada
dekat dengan nilai sebenarnya dengan
penelitian ini. Dalam metode penambahan
simpangan baku (SD) dan koefisien variasi
baku, dilakukan dengan membuat larutan
(KV) sebagai parameter ukur. Adapun
konsentrasi 30 mg/L dengan 5 kali
hasil perhitungan simpangan baku (SD)
pengulangan kemudian dibaca
dari data yang diperoleh dan 5 kali
absorbansinya sebelum dan setelah
replikasi pada konsentrasi 40 mg/L sebesar
penambahan konsentrasi larutan standar
0,0026 dengan nilai koefisien variasi (KV)
natrium benzoat 5 mg/L. Setelah
sebesar 0,0064%. Menurut Harmita
perhitungan, maka nilai rata rata %
(2004), nilai koefisien variasi < 2%
recovery yang diperoleh sebesar 92,21%.
menunjukkan bahwa metode tersebut
Persen perolehan kembali ini dapat
memberikan presisi yang baik, sehingga
diterima karena memenuhi syarat akurasi
ketelitian alat yang diperoleh yaitu
yaitu pada rentang rata - rata persen
99,99%. Data hasil percobaan dapat dilihat
perolehan kembali 80 110 % (Harmita,
pada Tabel 2.
2004).

Tabel 3. Data hasil uji akurasi (ketepatan) pada larutan standar


Data Absorbansi Absorbansi Konsentrasi Konsentrasi Recovery
Awal setelah + awal (mg/L) setelah + (%)
lar.standar lar.standar
(mg/L)
1 0,242 0,286 29,663 34,295 92,64
2 0,245 0,289 29,979 34,610 92,62
3 0,241 0,284 29,558 34,084 90,52
4 0,243 0,288 29,768 34,505 94,74
5 0,242 0,285 29,663 34,189 90,52
Rata-rata 92,21

53
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

Keterangan : Absorbansi awal : absorbansi larutan standar 30 mg/L


Absorbansi setelah + larutan standar : absorbansi larutan standar 30 mg/L + larutan
standar 5 mg/L

Batas Deteksi (LOD) dan Batas dan batas kuantifikasi (LOQ). Batas
Kuantifikasi (LOQ) deteksi yang diperoleh adalah 2,231 mg/L
Uji batas deteksi dan batas sedangkan batas kuantifikasi yang
kuantifikasi dilakukan untuk mengetahui diperoleh 7,737 mg/L.
batas deteksi dan batas kuantifikasi
terendah dari larutan (natrium benzoat) Analisis Kuantitatif
yang masih dapat menghasilkan data Penentuan kadar senyawa benzoat
dengan akurasi dan presisi yang baik. dalam sampel dilakukan dengan
Setelah mendapatkan kurva pengukuran absorbansi larutan sampel.
kalibrasi yang memenuhi persyaratan Konsentrasi (X) senyawa benzoat dalam
analisis, selanjutnya data yang diperoleh sampel diperoleh dengan cara
dari konsentrasi tiap analit yang mensubsitusikan nilai absorbansi larutan
memberikan absorbansi berbeda diolah sampel terhadap (y) pada persamaan
untuk menentukan batas deteksi (LOD) y = 0,0095x 0,0398.

Tabel 4. Hasil pengukuran konsentrasi senyawa benzoat ekstrak sampel saus sambal

Saus Ulangan X X X X X
Sambal (mg/L) (mg/100 (mg/kg) (g/kg)
mL)
A1 41,254
A A2 41,050 41,186 4,118 411,860 0,411
A3 41,254
B1 45,210
B B2 45,472 45,473 4,547 454,730 0,454
B3 45,737
C1 33,284
C C2 33,722 33,649 3,364 336,490 0,336
C3 33,942
D1 34,062
D D2 34,906 34,414 3,441 344,140 0,344
D3 34,274
Keterangan : X = Konsentrasi senyawa benzoat dalam sampel saus sambal
X = Konsentrasi rata-rata senyawa benzoat dalam sampel saus sambal

Penentuan konsentrasi yang sambal yang diperoleh berdasarkan


terdapat dalam sampel saus sambal dapat pembacaan absorbansi dari 100 mL hasil
dilihat dari jumlah konsentrasi rata-rata ekstrak terakhir dalam rangkaian prosedur
sampel yang merupakan jumlah analisis kuantitatif. Konsentrasi senyawa
konsentrasi senyawa benzoat yang benzoat dalam 10 gram bahan dari 100 mL
terkandung dalam 10 gram bahan saus dikonversikan kedalam satuan mg/kg,

54
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

dimana 1 kilogram bahan sama dengan 10 2013. Peraturan Kepala Badan


gram bahan dikalikan 100 (Cahyadi, Pengawas Obat Dan Makanan
2006). Republik Indonesia Nomor 36
Berdasarkan Tabel 4, konsentrasi Tahun 2013 Tentang Batas
senyawa benzoat dalam sampel saus Maksimum Penggunaan Bahan
sambal A, B, C dan D yaitu 0,411 ; 0,454 ; Tambahan Pangan Pengawet.
0,336 ; dan 0,344 g/kg menunjukkan kadar Badan Pengawas Obat dan
senyawa benzoat tidak melebihi ambang Makanan, Jakarta.
batas menurut Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Republik Cahyadi, Wisnu. 2006. Analisis dan Aspek
Indonesia Nomor 36 Tahun 2013 dalam Kesehatan Bahan Tambahan
saus sambal yaitu 1g/kg. Penelitian ini Pangan. Bumi Aksara, Jakarta.
dapat memberikan informasi kepada 2009. Analisis dan Aspek
masyarakat bahwa saus sambal A, B, C Kesehatan Bahan Tambahan
dan D pada rumah makan ayam goreng Pangan. Edisi Kedua. Cetakan
cepat saji di Manado tidak membahayakan Kedua. Bumi Aksara, Jakarta.
kesehatan masyarakat dan aman untuk
dikonsumsi. Harmita, 2004. Petunjuk Pelaksanaan
Validasi Metode dan Cara
KESIMPULAN Perhitungannya. Departemen
1.Saus sambal di rumah makan ayam Farmasi FMIPA-UI, Jakarta.
goreng cepat saji di Manado Helrich, K. 1990. Official Methods Of
mengandung senyawa benzoat. Analysis, 15 ed. Association Of
2.Kadar benzoat pada saus sambal di Official Analytical Chemists Inc.
rumah makan ayam goreng cepat saji Boulevard-Arlington-Virginia,
di Manado adalah A : 0,411 g/kg ; B : USA.
0,454 g/kg ; C : 0,336 g/kg ; D : 0,344
g/kg. Kadar tersebut tidak melebihi Nurcahyani. 2005. Analisis Kadar Natrium
ambang batas penggunaan senyawa Benzoat dan Jenis Zat Aditif
benzoat yang telah ditentukan dalam Pewarna Pada Saus Tidak
Peraturan Kepala Badan Pengawas Bermerk di Pasar Dinoyo
Obat Dan Makanan Republik Malang. [Skripsi]. FMIPA
Indonesia Nomor 36 Tahun 2013. Universitas Muhammadiyah
Malang, Malang.
DAFTAR PUSTAKA Nurhayati, Siadi, K., dan Harjono, 2012,
Pengaruh Konsentrasi Natrium
Anonim. 2012. Peraturan Menteri Benzoat Dan Lama
kesehatan Republik Indonesia Penyimpanan Pada Kadar
Nomor 033 Tahun 2012 tentang Fenolat Total Pasta Tomat,
Bahan Tambahan Pangan. Indonesian Journal Of Chemical
Menteri Kesehatan RI, Jakarta. Science. 1 (2) : 159-162.

55
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

Rorong, J.A. 1996. Analisis Asam Benzoat Penerbit Universitas Erlangga,


dan Sorbat Sebagai Bahan Surabaya.
Tambahan Pangan Secara
Spektrofotometri. [Thesis]. Standar Nasional Indonesia (SNI). 1992.
Program Pasca Sarjana UGM, SNI 01-2976-1992 Untuk Saus
Yogyakarta. Cabe. Badan Standarisasi
Nasional, Jakarta.
2013. Analisis Asam Benzoat
Dengan Perbedaan Preparasi Sumarauw, W., Fatimawali., dan
Pada Kulit dan Daun Kayu Yudistira, A., 2013. Identifikasi
Manis. Jurnal Kimia. 6 (2). : 83. dan Penetapan Kadar Asam
Benzoat Pada Kecap Asin yang
Sevita, V., Suhanda, H., dan Zackyah beredar di Kota Manado. Jurnal
2013. Pengembangan Metode Ilmiah Farmasi. 2(1) : 12-17
Penentuan Kadar Natrium
Benzoat Secara Tranggono., Sudarmadji., dan Rahayu,
Spektrofotometri UV dalam K.1990. Bahan Tambahan
Jamur Kancing Kemasan Pangan. Cet. l, PAU Pangan dan
Plastik. Jurnal Sains dan Gizi UGM, Yogyakarta.
Teknologi Kimia. 4 (2). Triastuti, E., Fatimawali., dan Runtuwene ,
Shargel, L. 1985. Biofarmasetika dan M.R.J., 2013, Analisis Boraks
farmakokinetika Terapan. Pada Tahu yang Diproduksi Di
Penerjemah Fasich. Edisi kedua. Kota Manado. Jurnal Ilmiah
Farmasi. 2 (1).

56

Anda mungkin juga menyukai