Anda di halaman 1dari 26

6

POLA PEMBIAYAAN USAHA (LENDING MODEL)


PEMBUATAN GULA MERAH TEBU DI DESA SLUMBUNG
KECAMATAN NGADILUWIH KABUPATEN KEDIRI

Yudhi Anggoro
Stie Indocakti Malang

ABSTRAK, Tujuan penelitian,menyediakan rujukan bagi perbankan dalam rangka meningkatkan


pembiayaan terhadap UMKM, Menyediakan bahan masukan untuk microsite UMKM di website Bank
Indonesia, dengan menu pola pembiayaan dan menyediakan informasi dan pengetahuan bagi UMKM
yang bermaksud mengembangkan usahanya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan
melalui survei di wilayah yang potensial dalam usaha pembuatan gula merah dari tebu yaitu di Desa
Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kab. Kediri, Propinsi Jawa Timur. Kesimpulannya adalah
permintaan akan produk gula merah tebu pada UMKM gula merah tebu di Desa Slumbung Kecamatan
Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. Dalam 1 bulan rata-rata permintaan gula merah tebu mencapai 20
sampai 25 ton untuk setiap pengrajin/pengusaha UMKM gula merah tebu. Permintaan tertinggi terjadi
pada menjelang Ramadhan dan Idul Fitri serta pada pertengahan tahun. Sementara permintaan
terendah terjadi pada saat musim penghujan dimana kadar air dalam tebu lebih tinggi sehingga air nira
tebu yang dihasilkan menjadi lebih sedikit yang berpengaruh pada penurunan kapasitas produksi gula
merah tebu.
Kata kunci : Pola pembiayaan usaha (Lending Model)

PENDAHULUAN digunakan berasal dari tanaman tebu yang


LATAR BELAKANG merupakan campuran dari berbagai komponen.
Gula merah sudah dikenal oleh masyarakat Komposisi nira tebu tidak akan selalu sama,
Indonesia sebagai salah satu pemanis makanan tergantung pada jenis tebu, kondisi geografis,
dan minuman yang bisa menjadi substitusi gula tingkat kematangan, serta cara penanganan
pasir. Produk gula merah ini adalah gula merah sebelum penebangan dan pengangkutan
cetak dan gula merah pasir/urai. Gula merah (Soerjadi, 1983).
tebu selama ini menjadi sumber mata Nira merupakan cairan hasil penggilingan
pencaharian penting bagi para tebu yang berwarna coklat kehijauan. Nira tebu
pengrajin/pengusaha UMKM di sentra-sentra dalam keadaan segar akan terasa manis,
produksinya. Salah satu sentra produksi gula berwarna coklat kehijauan dengan pH antara 5,5
merah tebu di Kabupaten Kediri adalah di Desa sampai dengan 6,0. Nira sangat mudah
Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten mengalami kerusakan sehingga nira menjadi
Kediri. Sentra industri Gula Merah Tebu di Desa asam, berbuih dan berlendir. Apabila nira
Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten terlambat dimasak biasanya warna nira akan
Kediri memiliki 34 (tiga puluh) empat berubah menjadi keruh kekuningan, rasanya
pengusaha/pengrajin UMKM, dengan kapasitas asam dan baunya menyengat. Kondisi dan sifat-
produksi per tahun mencapai 5.729 ton per sifat nira iniakan menentukan mutu dan sifat
tahun dan menyerap 307 tenaga kerja belum produk yang dihasilkan (Supriyadi, 1992). Gula
termasuk untuk tenaga tebang dan angkut tebu. merah tebu, selain untuk konsumsi rumah
Gula merah tebu adalah hasil olahan nira tangga juga menjadi bahan baku berbagai
yang berbentuk padat dan berwarna coklat industri pangan seperti industri kecap, tauco,
kemerahan sampai dengan coklat tua. Nira yang produk cookies, dan berbagai macam panganan
7

tradisional. Gula merah tebu juga mulai tebu yang dibeli berasal dari perkebunan milik
dikonsumsi di berbagai negara baik sebagai rakyat yang ada di desa-desa sekitar wilayah
konsumsi akhir maupun sebagai bahan baku dan Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. Pembelian tebu
bahan tambahan dalam suatu industri. Gula rakyat bebas umumnya dilakukan antara bulan
merah tebu banyak diminati di Jerman dan Februari sampai dengan Juni dimana tebu masih
Jepang, industri perhotelan, supermarket, pabrik berusia 8 sampai dengan 10 bulan. Tebu dipilih
kecap, ekspor hingga pabrik anggur (Pakpahan. berdasarkan bentuk batang, kondisi perkebunan
A, 2000). dan umur tanaman. Berdasarkan bentuk batang,
Dilihat dari sisi kesehatan, gula merah tebu yang baik adalah tebu yang memiliki
memiliki banyak keunggulan dibandingkan batang besar dan lurus. Tebu yang bengkok atau
dengan gula pasir (gula putih). Nilai gizi gula ambruk, belum cukup umur, dan tidak
merah ternyata lebih baik dibandingkan dengan memenuhi teknis pemeliharaan tanaman tebu
gula pasir yang dikonsumsi manusia saat ini. akan menurunkan mutu produk gula merah tebu
Muchtadi, D (1992) menyatakan bahwa yang dihasilkan.
mengkonsumsi gula kristal putih sama saja
dengan mengkonsumsi kalori kosong yang tidak TUJUAN PENELITIAN
memiliki manfaat nutrisi, para ahli gizi Tujuan dilakukan penelitian pola pembiayaan
biasanya menyebutnya dengan “sumber kalori industri gula merah dari tebu ini adalah sebagai
kosong”. Departemen Kesehatan menyatakan berikut :
bahwa walaupun pada gula pasir nilai kalorinya 1. Menyediakan rujukan bagi perbankan dalam
cukup tinggi, yaitu 364 per 100 mg, namun rangka meningkatkan pembiayaan terhadap
sebenarnya sudah tidak mengandung gizi lagi. UMKM.
Perbandingan nilai gizi yang terkandung pada 2. Menyediakan bahan masukan untuk
berbagai jenis gula dapat dilihat pada tabel microsite UMKM di website Bank Indonesia
berikut : menu pola pembiayaan
Tabel 1.1
Nilai Gizi yang terkandung dalam setiap 100g berbagai jenis
(www.bi.go.id/web/id/UMKMBI).
Gula 3. Menyediakan informasi dan pengetahuan
Nilai Gizi G. G. G Gula Madu bagi UMKM yang bermaksud
(mg) Kelapa Aren Merah Pasir
Tebu
mengembangkan usahanya.
Kalori 386.0 386.0 356.0 364.0 294 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Protein 3.0 0.0 0.4 0.0 0.3 Ruang lingkup dari penelitian ini adalah :
Lemak 10.0 0.0 0.5 0.0 0.0
Hidrat 76.0 95.0 90.6 94.0 79.5
1. Penelitian tentang industri gula merah dari
Arang tebu, mulai dari perolehan bahan baku,
Kalsium 76.0 75.0 51.0 5.0 5.0 proses produksi, pemasaran sampai
Fosfor 37.0 35.0 44.0 1.0 16.0
Besi 2.6 3.0 4.2 0.1 0.9 penanganan limbah sisa hasil produksi.
Vit A 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2. Melakukan penelitian pola pembiayaan
Vit B1 0.0 0.0 0.02 0.0 9.0
komoditi meliputi aspek-aspek :
Vit B2 0.0 0.0 0.03 0.0 0.0
Vit C 0.0 0.0 0.0 0.0 4.0 a. Aspek pemasaran, antara lain kondisi
Air 10.0 9.0 7.4 5.4 20.0 permintaan, penawaran, harga, proyeksi
Sumber : Departemen Kesehatan RI (1995)
permintaan pasar dan rantai pemasaran
produk.
Bahan baku utama dalam industri gula
b. Aspek produksi, meliputi gambaran
merah di Desa Slumbung, Kecamatan
komoditi, persyaratan teknis produksi, lokasi
Ngadiluwih, Kabupaten Kediri diperoleh dari
usaha, bahan baku, tahap proses produksi
hasil tanam sendiri dan membeli. Tebu yang
serta tenaga kerja.
berasal dari hasil tanam sendiri terbagi menjadi
c. Aspek keuangan, meliputi penghitungan
2 (dua) kelompok, yaitu tebu yang ditanam di
kebutuhan biaya investasi dan kelayakan
lahan milik sendiri atau lahan sewa, sementara
keuangan menggunakan analisis yang
8

disesuaikan dengan jenis usaha yang meliputi keuangannya dengan tiga skenario
laba rugi, cash flow, net present value, sensitivitas, yaitu:
payback period, benefit cost ratio dan a) Skenario I : Pendapatan proyek mengalami
internal rate of return termasuk analisis penurunan dan biaya operasional dianggap
sensitivitas. tetap.
d. Aspek sosial ekonomi, meliputi pengaruh b) Skenario II : Biaya operasional mengalami
industri gula merah tebu yang diteliti kenaikan namun penerimaan proyek tetap.
terhadap perekonomian, penciptaan lapangan c) Skenario III : Skenario ini adalah gabungan
kerja dan pengaruh terhadap sektor lain. dari skenario I dan II yaitu diasumsikan
e. Aspek dampak lingkungan, meliputi efek penerimaan proyek mengalami penurunan
negatif limbah hasil produksi terhadap dan biaya operasional mengalami kenaikan.
lingkungan sekitarnya. Untuk kepentingan pengumpulan dan analisis
data tersebut di atas, sampel responden diambil
METODE PENELITIAN secara purposive random sampling.
Penelitian ini dilakukan melalui survei di
wilayah yang potensial dalam usaha pembuatan PROFIL USAHA DAN POLA
gula merah dari tebu yaitu di Desa Slumbung, PEMBIAYAAN
Kecamatan Ngadiluwih, Kab. Kediri, Propinsi Profil Usaha
Jawa Timur. Adapun data yang diperlukan Industri gula merah tebu di Desa
sebagai berikut : Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten
1) Data primer hasil FGD yang diperoleh antara Kediri telah berlangsung secara turun temurun.
lain dari : Para Pengusaha/pengrajin Gula Data yang diperoleh dari survey lapangan
Merah, Pengepul (Tengkulak) Gula Merah, menunjukkan saat ini terdapat 34 (tiga puluh
Kelompok Pengusaha Gula Merah, Pedagang empat) pengrajin/pengusaha UMKM Gula
Gula Merah, Konsumen Gula Merah, Bagian Merah Tebu di Desa Slumbung, Kecamatan
Perekonomian Kabupaten Kediri, Dinas Ngadiluwih, Kabupaten Kediri.
Pertanian Kabupaten Kediri, Dinas Koperasi, Usaha gula merah tebu pada umumnya tidak
UKM & Indag Kabupaten Kediri, UMKM, dilaksanakan sepanjang tahun, mengingat bahan
Bank yang telah membiayai usaha dimaksud baku usaha ini yaitu tebu tidak tersedia
dan asosiasi Pengusaha/pengrajin Gula sepanjang tahun. Hasil survey lapangan
Merah. menunjukkan rata-rata produksi gula merah tebu
2) Data sekunder dari perbankan umum, di Desa Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih,
instansi yang terkait (Bagian Perekonomian, Kabupaten Kediri oleh pengrajin/pengusaha
Dinas Pertanian, Disperindag Kabupaten selama 6 sampai dengan 7 bulan dalam setahun.
Kediri, BPS Kabupaten Kediri). Usia tanam tanaman tebu antara 8 sampai
3) Tokoh masyarakat setempat (tokoh formal dengan 10 bulan dengan ketersediaan bahan
dan informal) baku tertinggi terjadi pada bulan Februari
Dari hasil pengumpulan data tersebut di sampai dengan Juni pada saat masa giling.
atas selanjutnya dilakukan analisis sebagai Ketidaktersediaan setiap tahun itulah yang
berikut : membuat harga gula merah tebu mempunyai
1) Analisis usaha, dilakukan untuk mengetahui tingkat fluktuatif yang tinggi seperti terlihat
bagaimana pengaruh komoditi yang diteliti pada tabel berikut :
dilihat dari aspek-aspek pemasaran, Tabel 2.1
produksi, sosial ekonomi dan dampak Tren Harga Gula Merah Tebu
lingkungan Harga/kg Keterangan
2) Analisis pembiayaan, dilakukan untuk Pertengahan tahun,
Rp 6.000,- s/d Rp
mengetahui bagaimana prospek dan dan menjelang puasa-
8.000,-
kelayakan usaha dilihat dari aspek lebaran
9

Rp 4.500,- s/d Rp sampai dengan 6.5, suhu nira dalam pengolahan


Musim penghujan
5.500,- tidak lebih dari 1100 derajat Celcius, tingkat
Rp 6.500,- s/d Rp kemasakan dan kekentalan gula untuk siap
Pasar ekspor
7.000,- dikeluarkan dari wajan harus mencapai derajat
Brix di atas 85 persen dan untuk mencapai lama
Untuk memenuhi kebutuhan ekspor, salah satu daya tahan tertentu harus memiliki kadar air
pengrajin/pengusaha UMKM di Desa tertentu (Purnomo, Edi. 1997).
Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kediri Proses produksi gula merah tebu di
sudah ada yang memproduksi untuk memenuhi tingkatan pengrajin/pengusaha UMKM sebagian
permintaan dari Jepang dengan kapasitas besar masih dilakukan dengan peralatan yang
produksi pesanan tahun ini mencapai 240 ton. sederhana (manual), hanya sebagian kecil
Untuk memenuhi pesanan ekspor ini, gula pengrajin/pengusaha UMKM yang sudah
merah tebu produksi pengrajin/pengusaha menggunakan peralatan mekanik. Peralatan
UMKM di Desa Slumbung, Kecamatan produksi terdiri atas sebuah mesin penggiling
Ngadiluwih telah memenuhi standar mutu tebu yang digerakkan oleh mesin diesel, sebuah
produksi yang ditetapkan. Produk gula merah tungku pengapian yang diatasnya terdapat 7
tebu untuk memenuhi pasar ekspor telah (tujuh) buah wajan untuk memasak nira, sebuah
memiliki sertifikat SNI (Standar Nasional bak atau wadah untuk mendinginkan atau
Indonesia) dan telah memiliki merk. mengkristalkan gula yang sudah masak dan alat
Pemasaran gula merah tebu dari hasil produksi cetak (tempurung kelapa, cetakan batu merah,
para bambu atau paralon).
pengrajin/pengusaha Secara teknis, peralatan yang digunakan
UMKM di Desa kurang memadai untuk mendapatkan kualitas
Slumbung, produksi yang baik dan standar, peralatan ukur
Kecamatan yang diperlukan untuk pengendalian yang ketat
Ngadiluwih biasanya terhadap tingkat keasaman nira, tingginya suhu
langsung dijual pada pengapian, tingkat kemasakan gula dan kadar air
pedagang pengumpul Grafik 2.1 Bentuk Produk Gula gula belum dimiliki oleh para pengrajin dan
(pedagang perantara) Merah
perannya digantikan oleh manusia yaitu para
yang datang pada waktu-waktu tertentu. karyawan (pegawai bagian produksi).
Sebagian besar pengrajin/pengusaha gula merah Rata-rata jumlah karyawan yang dimiliki
tebu (50%) memproduksi gula merah tebu setiap pengusaha/pengrajin UMKM gula merah
dalam bentuk gula merah pasir/urai. Sementara tebu adalah sebanyak 8 orang karyawan. Meski
untuk produksi gula merah cetak, sebagian besar tergolong usaha mikro, kecil dan menengah,
pengrajin/pengusaha (28%) memproduksi gula karyawan dari usaha gula merah tebu tersebut
merah cetak dalam bentuk gula merah sebagian besar bukan dari anggota keluarga. Hal
tempurung. Oleh Para pedagang ini dikarenakan pengrajin/pengusaha UMKM
pengepul/perantara produk gula merah tebu/urai gula merah tebu sangat memerlukan tenaga
dipergunakan untuk memasok industri seperti kerja yang berpengalaman yang memiliki
industri kecap, industri cookies atau industri kemampuan menaksir suhu pengapian, derajat
makanan lainnya, sementara untuk pesanan kekentalan gula yang sudah masak dan kadar air
ekspor, gula merah cetak yang diproduksi adalah gula. Untuk pengrajin/pengusaha UMKM gula
gula merah bata atau gula merah kubus. merah tebu yang memenuhi pesanan pasar
Produk yang memiliki kualitas baik ekspor jumlah karyawan yang dimiliki sekitar
berdasarkan wawancara lapangan adalah produk 20 orang, dimana sebagian besar adalah
gula dengan rasa sangat manis dan berwarna karyawan tidak tetap di bagian produksi.
kekuning-kuningan. Hasil tersebut dapat Kapasitas produksi setiap pengrajin/
diperoleh apabila pH nira berkisar antara 6 pengusaha UMKM gula merah tebu di Desa
10

Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kediri rata- Jenis-jenis bahan pemanis alami di Indonesia
rata sekitar 700-1000 kg/hari (sekitar 62.4% dari diperoleh dari berbagai tanaman yaitu tebu,
34 pengrajin/pengusaha UMKM) dengan jam singkong, aren, kelapa, siwalan, jagung, nipah
kerja selama 10 jam, sehingga total kapasitas dan stevia rebaudiana (Aini, 2002). Salah satu
produksi per tahun mencapai 140-200 ton per bahan baku yang digunakan dalam industri gula
pengusaha/pengrajin gula merah tebu dengan merah tebu adalah tanaman tebu. Tebu
lama kerja selama 6 sampai 7 bulan. Untuk (saccharum officinarum) merupakan tanaman
tujuan ekspor, kapasitas produksi mencapai perkebunan atau industri berupa rumput
1600 kg per hari atau 288 ton per tahun dengan tahunan. Tebu membutuhkan musim dengan
lama kerja 6 bulan. keadaan iklim yang panas, cukup sinar matahari
Konsumen produk gula merah tebu dan lembab pada fase tumbuhnya. Temperatur
sebagian besar adalah pengumpul/tengkulak rata-rata adalah sekitar 200 C, intensitas cahaya
(65%) dan pedagang gula merah besar (35%) lebih dari 1.200 jam/tahun dan penyediaan air
yang menyatakan akan membeli gula merah yang cukup merupakan persyaratan tumbuh
tebu dari Desa Slumbung, Kecamatan yang optimal. Tebu membutuhkan curah hujan
Ngadiluwih pada semua tingkat produksi. Hasil sebanyak lebih dari 1.300 mm/musim
produksi gula merah tebu sebagian besar dijual pertumbuhan, sehingga peramalan iklim sangat
di Kediri dan sekitarnya, selebihnya di luar penting dilakukan. (Tjokrodirdjo. HS, 1999).
Kediri (Jawa) dan pasar ekspor (Jepang). Menurut Goutara dan Wijandi (1975) rendemen
Seperti umumnya daerah sentra usaha, dipengaruhi oleh teknik budidaya tanaman tebu.
lokasi usaha gula merah tebu di lokasi penelitian Masa kemasakan tebu adalah suatu gejala bahwa
ini juga terkonsentrasi pada suatu daerah sentra pada akhir dari pertumbuhannya terdapat
produksi yang dijalankan diatas tanah yang timbunan sakarosa di dalam tebu. Tebu masak
cukup luas milik sendiri yang terletak di area untuk dipanen dibutuhkan keadaan kering tanpa
pemukiman pedesaan, hal ini memudahkan hujan sehingga pertumbuhan terhenti, hujan
pihak-pihak terkait untuk berkontribusi dalam terus menerus turun menyebabkan kemasakan
membantu dan mengembangkan pelaku usaha, tertunda sehingga rendemen menjadi rendah.
misalnya bantuan teknis dan peralatan dari Nira adalah bahan baku dalam pembentukan
Dinas-Dinas terkait seperti Dinas Kehutanan dan gula merah. Nira tebu berupa cairan hasil
Perkebunan, Bagian Perekonomian maupun ekstraksi batang tebu yang mengandung gula
Dinas Koperasi, Industri dan Perdagangan antara 10 – 20% (b/v). Nira tebu inilah yang
Pemerintah Kabupaten Kediri. diolah menjadi gula merah tebu dengan
komposisi terdiri dari karbohidrat, protein, air
PENGENALAN TERHADAP PRODUK dan pati. Nira mempunyai rasa manis, berbau
GULA MERAH TEBU harum dan tidak berwarna (Supriyadi, 1992)
Produk Gula Merah Tebu Gula merah merupakan hasil olahan nira dengan
Gula adalah suatu istilah umum yang sering cara menguapkan airnya kemudian dicetak. Gula
diartikan bagi setiap karbohidrat yang digunakan merah berbentuk padat dan warnanya bervariasi
sebagai pemanis, tetapi dalam industri pangan dari coklat kemerahan sampai dengan coklat tua.
biasanya digunakan untuk menyatakan sukrosa, Mutu Gula Merah Tebu
yaitu gula yang diperoleh dari bit atau tebu. Menurut Purnomo, Edi (1997) mutu gula merah
Salah satu jenis pemanis alami adalah gula ditentukan dari rasa, bentuk, warna dan
merah. Jenis gula merah ini mengandung kekerasan. Kekerasan dan warna gula merah
bermacam-macam gula selain sukrosa (Buckle. sangat ditentukan oleh mutu nira yang telah
KA, 1987). terfermentasi. Gula merah memiliki tekstur dan
Menurut asalnya bahan pemanis dapat struktur yang kompak, serta tidak terlalu keras,
dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu bahan sehingga mudah dipatahkan dan memberi kesan
pemanis alami dan bahan pemanis sintetis. empuk. Namun apabila gula merah disimpan
11

pada tempat yang lembab atau terkena air maka Gula merah memiliki sifat kering dan tidak
teksturnya akan menjadi lembek. terlalu kering, karena kadar air mempengaruhi
a) Warna gula merah keempukan gula merah. Kadar air yang terdapat
Gula merah yang warnanya lebih cerah pada gula merah kurang dari 12%. Kadar air
dianggap memiliki kualitas yang baik. Warna yang terlalu tinggi menyebabkan gula merah
gula merah ditentukan oleh mutu nira yang menjadi lembek dan cepak rusak.
digunakan. Nira yang telah terfermentasi Mutu gula merah tebu secara rinci dituangkan
mengandung asam dan gula pereduksi relatif dalam SNI 01-6237-2000 yang dikeluarkan oleh
tinggi, kandungan gula pereduksi berperan Badan Standarisasi Nasional, dapat dilihat pada
penting dalam pencoklatan pada gula merah. Hal tabel berikut:
ini dikarenakan gula yang siap melakukan reaksi Tabel 2.2
Spesifikasi Persyaratan Mutu Gula Merah Tebu
pencoklatan adalah gula pereduksi, sedangkan No Jenis Uji
Satua Persyaratan
n Mutu 1 Mutu 2
gula non pereduksi harus mengalami perubahan 1 Keadaan
bau - Khas Khas
menjadi gula pereduksi terlebih dahulu. rasa - Khas Khas
b) Kekerasan gula merah warna - Coklat muda sampai Coklat muda
penampakan - tua sampai tua
Kekerasan gula merah dipengaruhi oleh Tidak berjamur Tidak
berjamur
beberapa faktor, seperti mutu nira, kadar air dan 2 Bagian yang larut % Maksimum 1.0 Maksimum
dalam air, b/b 5.0
kadar lemak. Mutu nira berhubungan dengan 3 Air, b/b % Maksimum 8.0 Maksimum
10.0
jumlah sukrosa yang terdapat di dalamnya. 4 Gula (dihitung % Minimum 65 Minimum 60
sebagai sakarosa),
Semakin baik mutu nira, jumlah sukrosanya b/b
akan semakin tinggi dan gula merah yang 5 Gula pereduksi % Maksimum 11 Maksimum 14
(dihitung sebagai
terbentuk akan memiliki tekstur yang baik. glukosa), b/b
6 Bahan tambahan
Apabila sukrosa telah terinversi maka gula makanan pengawet
residu mg/k
merah akan sulit mengeras. benzoat g Maksimum Maksimum
mg/k 20 20
Air dan lemak merupakan komponen yang g
Maksimum Maksimum
berpengaruh terhadap keempukan gula. Semakin 200 200
tinggi kadar air maka kekerasan gula merah 7 Cemaran logam
timbal (Pb) mg/k Maksimum 2.0 Maksimum
akan semakin rendah. Sementara molekul- tembaga (Cu) g Maksimum 2.0 2.0
seng (Zn) mg/k Maksimum 40.0 Maksimum
molekul lemak di dalam gula merah membentuk timah (Sn) g Maksimum 40.0 2.0
raksa (Hg) mg/k Maksimum 0.03 Maksimum
globula-globula yang menyebar diantara kristal g 40.0
mg/k Maksimum
atau butiran gula sehingga kekerasan gula akan g 40.0
mg/k Maksimum
berkurang atau keempukannya akan bertambah. g 0.03
c) Rasa gula merah 8 Cemaran arsen mg/k Maksimum 0.1 Maksimum
g 0.1
Gula merah memiliki nilai kemanisan 100% Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2000)

lebih manis dibandingkan dengan gula pasir.


Nilai kemanisan ini terutama disebabkan adanya Hampir semua spesifikasi persyaratan mutu gula
fruktosa dalam gula merah yang memiliki nilai merah tebu memenuhi persyaratan yang telah
kemanisan lebih tinggi daripada sukrosanya. ditetapkan Standart Nasional Indonesia kecuali
Gula merah juga memiliki rasa sedikit asam kadar abu yang masih belum memenuhi
karena adanya kandungan asam-asam organik di persyaratan SNI.
dalamnya. Adanya asam-asam ini menyebabkan POLA PEMBIAYAAN
gula merah mempunyai aroma yang khas, Sumber pembiayaan produksi gula merah tebu
sedikit asam dan berbau karamel. Rasa karamel pada pengrajin/pengusaha UMKM Gula Merah
pada gula merah diduga disebabkan adanya Tebu sebagian besar berasal dari dana/modal
reaksi karamelisasi akibat panas selama pribadi (79% dari total 34 pengrajin/pengusaha
pemasakan. UMKM), dan sisanya 21% berasal dari
d) Adsorpsi Air pinjaman/kredit. Untuk sumber pembiayaan
dari kredit/pinjaman modal, 86% berasal dari
12

Hasil temuan dilapangan diketahui bahwa pola


pembiayaan UMKM gula merah tebu di Desa
Slumbung, Ngadiluwih, Kediri menunjukkan
penggunaan fasilitas kredit/permodalan dari
bank atau lembaga keuangan lainnya masih
minim, masih banyak UMKM gula merah tebu
di Desa Slumbung, Ngadiluwih, Kediri yang
belum mempergunakan fasilitas kredit dari bank
pinjaman modal dari lembaga keuangan atau lembaga keuangan lainnya, baik kredit
(bank/koperasi), sementara sisanya 14% berasal investasi maupun kredit modal kerja. Dari hasil
dari pinjaman pedagang perantara/ pedagang wawancara juga diketahui bahwa pengusaha/
pengepul. pengrajin UMKM gula merah tebu di Desa
Pembiayaan modal dari pinjaman/kredit Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kediri,
sebagian besar dipergunakan untuk membeli sebagian besar (64% pengusaha/pengrajin
bahan baku (54,5% dari total UMKM) menginginkan pola pembiayaan seperti
pengrajin/pengusaha UMKM yang yang sudah ada saat ini, sementara 36%
menggunakan pinjaman/kredit). Sementara itu pengusaha/pengrajin UMKM menginginkan
36.4% pengrajin/pengusaha UMKM adanya perubahan dalam pola pembiayaan
menggunakan pinjaman/kredit untuk membeli UMKM di masa mendatang. Data survey juga
peralatan produksi dan sisanya 9.1% menunjukkan terdapat 25% pengusaha/pengrajin
menggunakan pinjaman modal/kredit untuk UMKM Gula Merah Tebu yang sebelumnya
keperluan konsumsi/kebutuhan sehari-hari. menggunakan modal sendiri/dana pribadi ke
Untuk pengusaha/pengrajin UMKM gula merah depan menjajaki kemungkinan mengambil
tebu dengan kapasitas produksi skala kecil sumber pembiayaan dari bank/lembaga
sampai dengan menengah (600 sampai dengan keuangan, bahkan pengusaha/pengrajin UMKM
800 kg per hari) menggunakan pinjaman/kredit Gula Merah Tebu yang sebelumnya mengambil
untuk konsumsi/kebutuhan sehari-hari (20%) pinjaman dari pedagang pengepul/pedagang
dan membeli peralatan baru (80%). Sementara perantara ke depan juga menjajaki kemungkinan
itu untuk pengrajin/pengusaha UMKM gula mengambil sumber pembiayaan dari
merah tebu dengan kapasitas produksi skala bank/lembaga keuangan dengan syarat mencari
besar (> 1000 kg per hari) menggunakan suku bunga yang lebih rendah.
pinjaman/kredit untuk membeli peralatan baru Dari hasil wawancara terhadap
(33.3%) dan membeli bahan baku (66.7%). perbankan/lembaga keuangan penyedia
Berdasarkan hasil wawancara dilapangan dapat modal/kredit yang ada, persepsi terhadap
diketahui bahwa pengembangian pinjaman UMKM di Desa Slumbung, Kecamatan
tersebut mempunyai sistem dan jangka waktu Ngadiluwih, Kabupaten Kediri cukup baik,
pengembalian yang bervariasi sebagaimana pihak perbankan menilai usaha gula merah tebu
tergambar pada tabel berikut : yang diusahakan pengusaha/pengrajin UMKM
di desa tersebut memiliki prospek dan layak
Tabel 2.3 memperoleh pinjaman modal baik dalam bentuk
Sistem Pengembalian pembiayaan Produksi Gula Merah Tebu
kredit investasi maupun kredit modal kerja.
Sumber Besar Dana Lama
pengembali Namun pihak perbankan/lembaga keuangan
an belum menunjukkan perannya yang optimal,
Dana Rp 15.000.000 – Rp. 250.000.000,- 1 s/d 3 tahun
Pribadi/perorangan karena dari hasil wawancara menunjukkan
Kredit s/d Rp 50.000.000,- 1 tahun
Rp.100.000.000,- s/d Rp 3 s/d 6 tahun bahwa sebagian besar bank/lembaga keuangan
300.000.000,-
Pengepul/pedagang Sesuai kebutuhan dalam bentuk
di sekitar wilayah penelitian belum pernah
perantara hasil produksi menyalurkan modal/kredit bagi pengrajin atau
pengusaha UMKM gula merah tebu setempat.
13

Hanya beberapa pengrajin/pengusaha UMKM (dalam negeri) maupun konsumsi ekspor. Hasil
gula merah tebu setempat yang pernah survey lapangan pada UMKM di Desa
mengajukan kredit/pinjaman ke bank/lembaga Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kediri
keuangan. Ada beberapa kendala terkait menunjukkan bahwa setiap UMKM dalam
keengganan pengrajin/pengusaha UMKM di sebulan dapat memperoleh pesanan 20 sampai
Desa Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kediri 25 ton per bulan. Permintaan terendah
untuk mengajukan bantuan permodalan kepada pengrajin/pengusaha UMKM mencapai 12 ton
bank/lembaga keuangan antara lain sebagai dalam sebulan, sementara permintaan tertinggi
berikut: Beberapa bank/lembaga keuangan pengrajin/pengusaha UMKM mencapai 58 ton
belum bisa menerapkan skim kredit dalam sebulan. Demikian halnya untuk pasar
pengembalian pinjaman dengan pola musiman, ekspor dimana dalam 1 tahun ekspor gula merah
sehingga jika ada pengusaha/pengrajin yang tebu dari salah satu pengrajin/pengusaha
mengajukan pinjaman/kredit dengan sistem UMKM di Desa Slumbung mencapai 240 ton.
tersebut belum bisa diproses. Sebagian Kapasitas produksi seluruh pengrajin/pengusaha
pengusaha/ pengrajin UMKM lebih suka UMKM Desa Slumbung dalam 1 bulan yang
meminjam dana dari pribadi dan pedagang mencapai 894,8 ton ternyata belum mampu
pengepul besar/pedagang perantara karena memenuhi permintaan akan produk gula merah
prosesnya lebih mudah dan sistem tebu secara keseluruhan. Permintaan produk
pengembaliannya sederhana (meminjam dana gula merah tebu produksi UMKM Desa
dan mengembalikan dalam bentuk produk gula Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih dalam 1
merah tebu). Beberapa pengrajin/pengusaha bulan diperkirakan mencapai lebih dari 1000
UMKM di Desa Slumbung membutuhkan ton. Fakta penelitian yang didapat serta hasil
pinjaman/kredit dalam jumlah besar dimana wawancara dengan pengusaha/pengrajin
beberapa bank/lembaga keuangan menganggap UMKM di Desa Slumbung menyebutkan bahwa
plafon yang diajukan melebihi kelayakan usaha. berapa pun hasil produksi gula merah dari
Pihak perbankan menilai sistem administrasi UMKM di Desa Slumbung, Ngadiluwih selalu
keuangan pengrajin/pengusaha UMKM gula terserap oleh pasar melalui pedagang gula
merah tebu di Desa Slumbung belum berjalan merah/pedagang pengumpul sebagai perantara.
dengan baik (masih sangat sederhana), sehingga Namun fakta dilapangan juga menunjukkan
pihak bank/lembaga keuangan mengalami bahwa konsumen gula merah tebu produksi
kesulitan dalam kaitannya dengan penilaian UMKM Desa Slumbung adalah pedagang
kelayakan investasi. pengumpul besar dan pedagang perantara gula
Padahal apabila dilihat dari kinerja merah tebu. Untuk konsumsi pasar lokal (dalam
pengembalian pinjaman/kredit yang pernah negeri), area pemasaran pedagang perantara dan
diajukan, pengrajin/pengusaha UMKM di Desa pedagang pengumpul besar sebagian besar
Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih selalu adalah pedagang pasar/pracangan di sekitar
mengembalikan sesuai dengan jangka waktu Ngadiluwih dan Kota/Kabupaten Kediri, serta
yang ditetapkan bank yang bersangkutan serta industri makanan/minuman di Surabaya dan
tidak pernah ada kendala dalam hal Jakarta. Selebihnya area pemasaran meliputi
pengembalian (selalu tepat waktu). beberapa Kabupaten di Jawa Timur seperti
Nganjuk, Tulungagung, Blitar, Mojokerto,
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN Sidoarjo dan Surabaya. Sedangkan untuk pasar
ASPEK PASAR ekspor (luar negeri), produk gula merah tebu
Permintaan salah satu pengrajin/pengusaha UMKM di Desa
Usaha gula merah tebu di Indonesia Slumbung ditujukan ke pasar Jepang sebagai
memiliki potensi yang menjanjikan untuk bahan baku industri makanan dan minuman.
dikembangkan. Hal ini dapat diketahui dari Permintaan gula merah tebu mengalami
tingginya permintaan baik untuk pasar lokal peningkatan pada masa menjelang ramadhan
14

dan Hari Raya Idul Fitri atau pada pertengahan tahun ke tahun selama periode 2005 sampai
tahun menjelang tahun ajaran Baru. Permintaan dengan 2009. Kondisi ini menunjukkan
gula merah tebu pada setiap pengrajin/ produktifitas tanaman tebu sebagai bahan baku
pengusaha UMKM gula merah tebu di Desa pembuatan gula tebu juga cenderung meningkat
Slumbung pada periode peningkatan permintaan dari tahun ke tahun. Peningkatan produktifitas
antara 25 sampai 30 ton per bulan. Bahkan ada tanaman tebu dari tahun ke tahun selama 5 tahun
beberapa pengrajin/pengusaha UMKM yang terakhir mengindikasikan jaminan adanya
mendapatkan permintaan gula merah tebu diatas pasokan bahan baku. Jaminan pasokan bahan
30 ton per bulan. baku juga ditunjukkan dengan adanya fakta
Sementara untuk pasar ekspor (luar negeri), bahwa tanaman tebu merupakan tanaman
permintaan gula merah tebu relatif stabil produktif yang selalu ada dari tahun ke tahun.
sepanjang tahun. Dalam 1 tahun permintaan Hal ini ditunjukkan dengan beroperasinya
ekspor gula merah tebu dari UMKM Slumbung pabrik-pabrik gula di Indonesia dalam kurun 2
ke Jepang mencapai 240 ton, atau dalam 1 bulan sampai 3 dekade terakhir ini.
rata-rata mencapai 40 ton gula merah tebu. Adapun untuk ketersediaan tanaman tebu
Penurunan permintaan gula merah tebu terjadi sebagai jaminan adanya pasokan bahan baku
saat musim penghujan, dimana kondisi yang dilihat dari luas panen tanaman tebu dan
rendemen sangat rendah, sehingga produksi gula tebu di Kabupaten Kediri periode
mengakibatkan produksi gula merah tebu saat 2005 sampai dengan 2009, dapat dilihat pada
musim penghujan mengalami penurunan. tabel berikut :
Permintaan gula merah tebu pada setiap Tabel 3.2
Luas Lahan Tebu Dan Produksi Gula Tebu Di Kabupaten
pengrajin/pengusaha UMKM gula merah tebu di Kediri
Desa Slumbung pada periode penurunan No Tahun Luas lahan tebu Produksi gula tebu
permintaan antara 15 sampai 20 ton per bulan. (Hektar/ha) (ton)
1 2005 19.209,20 123.301,11
Penawaran 2 2006 15.418,01 112.698,36
Di Indonesia, usaha gula merah tebu 3 2007 16.774,77 120.586,34
banyak dikembangkan di wilayah dataran 4 2008 15.273,93 109.051,84
5 2009 21.688,46 128.390,25
rendah, dimana tebu sebagai bahan baku produk
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab Kediri, 2010
gula merah tebu dapat tumbuh dengan baik. Di
Pulau Jawa, tebu merupakan komoditas Tabel 3.2 menunjukkan luas lahan tebu dan
musiman yang diusahakan dan dikelola dengan produksi gula tebu di Kabupaten Kediri
baik. Salah satu pengelolaan tanaman tebu cenderung stabil dalam 5 tahun terakhir. Bahkan
sebagai komoditas perkebunan yang mempunyai pada tahun 2009 luas lahan panen tebu dan
nilai tambah adalah melalui kegiatan musim produksi gula tebu cenderung mengalami
giling pada pabrik-pabrik gula yang mayoritas peningkatan. Khusus untuk Kecamatan
tersebar di hampir semua kabupaten di Pulau Ngadiluwih pada tahun 2009, luas lahan panen
Jawa. tebu mencapai 1.908,30 hektar dengan produksi
Tabel 3.1 gula tebu mencapai 12.636,96 ton. Sehingga
Produksi gula di Indonesia tahun 2005-2009 jaminan pasokan bahan baku tebu ini berarti
No Tahun Produksi Gula Tebu (dalam ribu bahwa usaha gula merah tebu dapat terus
ton)
1 2005 2.241,7 berkelanjutan dan berpeluang untuk
2 2006 2.307,0 meningkatkan kapasitas produksinya. Dengan
3 2007 2.623,8 demikian, dari sisi penawaran berpotensi untuk
4 2008 2.668,4
5 2009 2.684,8 menaikkan produk gula merah tebu sebagai
Sumber : Departemen Pertanian Indonesia, 2006 upaya untuk memenuhi permintaan yang
cenderung makin tinggi dari tahun ke tahun.
Berdasarkan Tabel 3.1 dapat diketahui Analisis persaingan dan peluang pasar
bahwa produksi gula tebu relatif meningkat dari
15

Gula merah cetak atau gula merah kepada pedagang pasar/pracangan dan industri
pasir/urai yang dihasilkan pengrajin/pengusaha makanan dan minuman. Sementara untuk area
UMKM di Desa Slumbung, Kecamatan distribusi pedagang pengumpul besar adalah
Ngadiluwih, pada umumnya dipasarkan pada sekitar Ngadiluwih dan Kediri untuk konsumen
pedagang/pedagang pengumpul yang datang pedagang pasar/pracangan dan Surabaya/Jakarta
pada sentra-sentra industri gula merah tebu untuk konsumen industri makanan dan
tersebut. Oleh pedagang/pedagang pengumpul minuman. Selain untuk pasar lokal, UMKM
gula merah produksi pengrajin/pengusaha di Desa Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kediri
Desa Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kediri juga menjual produknya untuk pasar ekspor
dipasarkan pada industri-industri pengguna gula (luar negeri). Salah satu pengusaha/pengrajin
merah. Industri-industri tersebut menggunakan UMKM di Desa Slumbung dalam beberapa
gula merah (gula merah cetak dan gula merah tahun sudah memenuhi pasar ekspor di Jepang.
pasir/urai) sebagai bahan baku produksinya. Volume ekspor gula merah tebu untuk pasar
Beberapa industri yang menggunakan gula Jepang mencapai 240 ton setiap tahunnya.
merah tebu sebagai bahan baku produksinya Persaingan antar usaha gula merah tebu di lokasi
antara lain adalah perusahaan roti atau cookies, penelitian cenderung tidak terlalu tinggi
perusahaan kecap, perusahaan permen, industri mengingat jumlah pengrajin/pengusaha UMKM
penghasil jenang gula merah tebu tidak terlalu banyak. Dengan
(dodol), dan demikian jumlah penawaran masih di bawah
beberapa perusahaan permintaan pasar, terutama menjelang bulan
makanan dan Ramadhan dan Idul Fitri serta pertengahan
minuman lainnya. tahun. Pada bagian sebelumnya juga telah
Hasil wawancara diuraikan bahwa pengusaha/pengrajin UMKM
dengan pedagang gula merah tebu di Desa Slumbung, Kecamatan
gula merah tebu Ngadiluwih seringkali tidak mampu memenuhi
sebagai konsumen permintaan pasar. Hal ini ditunjukkan dengan
langsung UMKM berapa pun kapasitas produksi gula merah tebu
gula merah tebu di Desa Slumbung, yang dihasilkan semuanya dapat terserap oleh
Ngadiluwih, Kediri menunjukkan bahwa pasar.
konsumen utama mereka adalah pedagang ASPEK PEMASARAN
pasar/pracangan (51%), selanjutnya industri Produk
makanan dan minuman (27%) dan rumah Konsep Pemasaran yang paling mendasar adalah
tangga (22%). konsep 4P, yaitu Product, Price, Placement dan
Area pasar lokal bagi pedagang gula merah Promotion. Agar bisa kompetitif dari sisi
tebu produksi UMKM Desa Slumbung adalah produk, maka ada 3 point penting yang sangat
Kabupaten/Kota Kediri (57%), sekitar berpengaruh, yaitu Product Quality (Kualitas
Kecamatan Ngadiluwih saja (22%) dan Produk), Product Innovation (Inovasi Produk)
Kabupaten-Kabupaten lain di Jawa Timur dan Product Design and Packaging (Desain dan
(21%). Kemasan Produk). Apabila ketiga point tersebut
Selain kepada pedagang gula merah tebu dapat dipenuhi, maka akan meningkatkan
sebagai perantara distribusi gula merah tebu, Product Added Value (Nilai Tambah Produk).
pengrajin/pengusaha UMKM di Desa Slumbung Berbicara tentang kualitas produk, maka
menjual produk gula merah tebu kepada berdasarkan informasi dari Dinas Kehutanan dan
pedagang pengumpul besar. Hasil wawancara Perkebunan Kabupaten Kediri yang pernah
dengan pedagang pengumpul besar bekerjasama dengan peneliti IPB menyebutkan
menunjukkan bahwa mereka menjual produk bahwa produk gula merah tebu produksi
gula merah tebu produksi UMKM Desa pengrajin Desa Slumbung Kecamatan
Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kediri Ngadiluwih Kabupaten Kediri secara umum
16

sudah memenuhi standard kualitas hanya kadar ini untuk UKM di daerahnya, mungkin Dinas
abu dalam produk yang masih tinggi. Hal ini Perindustrian dan Perdagangan atau Dinas
yang harus didalami dan diperbaiki oleh Koperasi dan UKM di Kabupaten Kediri bisa
pengrajin gula merah tebu setempat. Selanjutnya memfasilitasi pelatihan seperti ini di Kabupaten
berbicara tentang inovasi produk, terlihat bahwa Kediri.
sebenarnya sebagian besar pengrajin gula merah Harga
tebu setempat hanya membuat produk Secara umum dapat dikatakan bahwa harga
berdasarkan permintaan pedagang atau jual produk gula merah tebu di pasar,khususnya
pengumpul besar yang menampung produk pasar lokal, sangat fluktuatif. Pengrajin gula
mereka dan merasa cukup bisa bertahan dengan merah tebu di Desa Slumbung, Kecamatan
kondisi tersebut sehingga inovasi produkpun Ngadiluwih, Kabupaten Kediri cenderung lemah
relatif tidak terjadi. Akibatnya dengan relatif posisi tawarnya di hadapan pedagang gula
rendahnya inovasi produk yang ada, maka nilai merah tebu maupun pedagang pengumpul besar.
tambah terhadap produkpun menjadi rendah Lemahnya posisi tawar ini disebabkan 2
sehingga akan sulit meningkatkan harga jual penyebab utama, yaitu keterbatasan akses pasar
produk. dan informasi, serta yang kedua adalah karena
Salah satu contoh kongkrit terhadap inovasi keterbatasan kemampuan keuangan pengrajin
produk ini adalah pembuatan Gula Merah atau pengusaha, apalagi para pengrajin tersebut
Semut, dimana produk ini bisa dijual dengan cenderung bergerak sendiri-sendiri dan tidak
harga hingga Rp11.000,00 per kilogram hanya memiliki asosiasi atau perkumpulan usaha.
dengan sedikit pengolahan tambahan Harga jual produk gula merah tebu rata-
dibandingkan dengan produk-produk yang rata antara Rp 5.500,00 – Rp 6.500,00 per
sekarang sudah ada yang tertinggi hanya bisa kilogram. Pada musim penghujan saat
dijual dengan harga Rp8.000,00 perkg. Inovasi permintaan gula merah tebu mengalami
produk seperti ini yang bisa menjadi motivasi penurunan harga jual gula merah tebu di tingkat
bagi pengrajin gula merah tebu yang ada dan pengrajin/pengusaha UMKM turun menjadi Rp
perlu dikembangkan bersama-sama oleh 4.500,00 – Rp 5.500,00 per kilogram. Sementara
pengrajin gula merah tebu di Desa Slumbung itu pada saat puncak permintaan (pertengahan
Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri. Satu tahun dan menjelang hari raya Idul Fitri) harga
lagi yang sering terlupakan atau tidak jual gula merah tebu pada kisaran Rp6.000,00-
diperhatikan oleh UKM secara umum adalah Rp8.000,00 per kilogram. Sedangkan Harga
Desain dan Kemasan Produk. gula merah tebu di pasar ekspor (luar negeri)
Pengrajin UKM biasanya menjual relatif stabil pada kisaran Rp6.500,00-
produknya apa adanya tanpa diberi merek dan Rp7.000,00 per kilogram. Fluktuasi harga jual
dikemas apa adanya bahkan tanpa dikemas, gula merah tebu pada umumnya hanya
padahal nilai tambah dengan adanya pemberian mengikuti fluktuasi nilai tukar mata uang asing
merek dan pengemasan yang baik akan sangat khususnya USD. Walaupun penetapan harga
tinggi. Contoh nyata adalah produk-produk gula merah tebu di tingkatan pengrajin atau
UKM yang dijual di pasar-pasar modern baik pengusaha UMKM ditentukan melalui
Minimarket maupun Supermarket, dimana mekanisme tawar menawar, namun mengingat
dengan kualitas produk yang sama dengan hampir seluruh produksi gula merah tebu dijual
produk yang dijual di pasar tradisional tetapi kepada pedagang perantara (pedagang gula
harganya bisa sampai 2 (dua) kali lipat merah tebu) dan pedagang pengumpul besar
dibanding dengan produk yang ada di pasar serta tidak tersedianya akses pemasaran baru
tradisional. Terkait dengan pengembangan bagi pengrajin/pengusaha UMKM maka
Desain dan Kemasan Produk ini salah satu penetapan harga jual gula merah tebu tetap
Dinas di luar jawa sampai pernah mengadakan berada di tangan pedagang gula merah tebu
pelatihan khusus tentang Design and Packaging maupun pedagang pengumpul besar. Monopoli
17

pedagang perantara dan pedagang pengumpul


Pedaga Kon
besar dalam penetapan harga diperkuat dengan ng sum
Pen
perilaku para pengrajin/pengusaha UMKM gula Ped Ped Retail en
graji Industri
aga agan
merah tebu di Desa Slumbung, Kecamatan n/P /Pabrik
ng g
eng
Ngadiluwih yang cenderung bergerak sendiri- Pen Besa Eksport
usah
sendiri dan tidak memiliki asosiasi atau a gep r ir
Kabupaten ulKediri dapat dilihat pada gambar
perkumpulan usaha. Lemahnya posisi tawar Gula
berikut
Mer ini :
pengrajin/pengusaha UMKM gula merah tebu
ah Dominasi pedagang gula merah tebu dan
dalam menetapkan harga jual produk juga Teb
pedagang pengumpul besar dalam jalur
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan u
distribusi juga diperkuat dengan kemampuan
keuangan pengrajin/pengusaha. Kemampuan
mereka sebagai penyedia modal kerja bagi
modal kerja yang hanya mampu beroperasi 1
pengusaha/pengrajin UMKM gula merah tebu di
hingga 1,5 bulan tidak memungkinkan
Desa Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih ketika
pengrajin/pengusaha UMKM gula merah tebu
para pengrajin mengalami kesulitan permodalan
menyimpan produknya lebih lama menunggu
dalam melanjutkan produksi.
harga jual gula merah tebu naik. Hasil
Pedagang perantara awalnya memberikan
wawancara dengan pedagang perantara
uang muka untuk memastikan mendapat
(pedagang gula merah tebu) dan pedagang
pasokan gula merah tebu dari
pengumpul besar menunjukkan bahwa periode
pengrajin/pengusaha UMKM. Pinjaman tersebut
kulakan (pembelian) gula merah tebu pada
selanjutnya dikembalikan dalam bentuk produk
pengrajin/pengusaha UMKM gula merah tebu
gula merah tebu jadi setelah proses produksi.
sebagian besar adalah harian. Dengan demikian,
Kondisi demikian menyebabkan posisi tawar
setiap sore ketika kegiatan produksi hari itu
pengrajin/pengusaha UMKM lemah di depan
sudah berakhir, produk gula merah tebu
pedagang perantara khususnya dalam penetapan
langsung diambil oleh pedagang gula merah
harga. Konsep Wide Distribution (Distribusi
tebu atau pedagang pengumpul besar. Praktek
Luas) tidak berkembang disini sehingga para
seperti ini dianggap lebih menguntungkan
pengrajin tidak mengembangkan jalur
pengrajin karena adanya kepastian pasar. Untuk
distribusinya dan hal ini sangat berbahaya
meningkatkan harga, selain point-point di atas
karena ketergantungan yang tinggi terhadap para
juga perlu dipikirkan untuk meningkatkan
pedagang atau pengumpul besar yang ada
Added Value terhadap produk dengan berbagai
sekarang. Selanjutnya dengan tidak
macam cara, mulai sekedar memperbaiki Desain
berkembangnya konsep Wide Distribution ini,
dan Kemasan Produk hingga melakukan Inovasi
maka rangkaian selanjutnya yaitu konsep Depth
Produk.
Distribustion (Distribusi Dalam) juga tidak
Jalur Pemasaran Produk
terjadi karena pengrajin sendiri tidak mengenal
Peran pedagang perantara dalam hal
lebih jauh pasarnya sehingga kebutuhan pasar
pedagang gula merah tebu dan pedagang
terhadap produk yang seperti apa juga tidak
pengumpul besar dalam jalur pemasaran produk
terbaca. Hal ini perlu menjadi concern dari para
sangatlah dominan karena mereka mampu
pengrajin dan perlu support informasi dari Dinas
menyerap seluruh hasil produksi pengrajin.
terkait tentang potensi pasar diluar sana.
Selanjutnya mereka akan mendistribusikan
Kendala Pemasaran
produk gula merah tebu kepada konsumen akhir
Kendala pemasaran yang dihadapi oleh
baik konsumen rumah tangga, pedagang
pengrajin/pengusaha gula merah tebu dalam
pasar/pracangan sampai dengan industri.
pemasaran gula merah tebu, antara lain:
Secara umum jalur distribusi pemasaran untuk
Kurangnya concern terhadap pengembangan
gula merah cetak maupun gula merah pasir/urai
produk, baik dalam hal Product Quality
hampir sama. Jalur distribusi gula merah tebu di
(Kualitas Produk), Product Innovation (Inovasi
Desa Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih,
18

Produk), hingga Product Design and Packaging juga mendatangkan bahan baku dari Kabupaten
(Desain dan Kemasan Produk). Tulungagung dan Malang yang berjarak lebih
Kurangnya akses terhadap informasi pasar, dari 100km sehingga biaya transportasi
terutama informasi harga dan kebutuhan produk- meningkat lebih dari 100%.
produk inovasi yang bisa menaikkan harga, Mengingat daerah Ngadiluwih dan sekitarnya
sehingga pengrajin/pengusaha UMKM sangat merupakan salah satu daerah penghasil tebu
tergantung kepada permintaan dan patokan maka kondisi ini sangat mendukung bagi
harga yang diberikan pedagang pengumpul. pertumbuhan sentra gula merah tebu. Salah satu
Kurangnya akses pemasaran langsung selain sentra produksi gula merah tebu yang relatif
melalui pedagang pengumpul besar/pedagang berkembang adalah di Desa Slumbung,
gula merah tebu. Produk gula merah tebu Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. Di
memiliki pangsa pasar yang potensial dan masih wilayah tersebut terdapat 34
terbuka lebar, khususnya sebagai bahan baku pengrajin/pengusaha UMKM gula merah tebu
industri obat dan makanan. Oleh karena itu, jika dengan kapasitas produksi 5.729 ton per tahun
diperoleh akses pemasaran langsung akan gula merah.
mengurangi ketergantungan kepada pedagang FASILITAS PRODUKSI DAN
pengumpul/pedagang gula merah tebu. Selain PERALATAN
itu dengan ketersediaan akses pemasaran Fasilitas Produksi
langsung, maka para pengrajin gula merah tebu Bangunan yang disesuaikan dengan skala
dapat membaca peluang dengan lebih cepat dan usaha, di mana bangunan ini memiliki beberapa
tepat. kegunaan seperti tempat penampungan bahan
Pengenalan masyarakat terhadap produk baku tebu, tempat (gudang) menyimpan hasil
gula merah tebu sebagai substitusi gula pasir produksi gula merah tebu, tempat menyimpan
masih rendah. Selama ini, gula merah tebu lebih bahan bakar (ampas tebu, kayu), dan merupakan
banyak dikenal untuk keperluan industri tempat aktivitas produksi meliputi proses
dibandingkan untuk keperluan konsumsi rumah penggilingan tebu, proses pemasakan tebu,
tangga. Padahal, peluang pasar untuk proses pengadukan, proses pencetakan tebu.
memenuhi kebutuhan pemanis pada pasar • Cerobong asap : Tempat pembuangan sisa-
konsumsi relatif besar. Ditambah produk gula sisa bahan bakar.
merah tebu cenderung memiliki keunggulan • Pipa besi : Untuk menyalurkan air/sari-sari
dibandingkan dengan produk gula pasir/gula tebu ke tempat proses pemasakan
putih, yakni memiliki kandungan nilai gizi lebih PERALATAN
tinggi dibandingkan dengan gula pasir atau gula Peralatan yang dibutuhkan dalam usaha
putih. gula merah tebu relatif sederhana, antara lain
adalah:
ASPEK TEKNIK PRODUKSI • Gilingan : untuk menggiling tanaman tebu
LOKASI USAHA sehingga air/sari-sarinya keluar.
Dalam menjalankan usaha, efisiensi • Tungku
produksi juga dipengaruhi oleh kedekatan • Wajan/ Kawah : Untuk memasak air/sari-
dengan sumber bahan baku. Pengrajin gula sari tebu.
merah tebu di Desa Slumbung memperoleh • Pengaduk dari kayu
bahan baku utama tanaman tebu dari beberapa • Tempat adukan/puteran
wilayah sekitar di Kecamatan Ngadiluwih.
• Saringan kotoran sari tebu
Sebagian pengrajin memperoleh bahan baku dari
• Tempurung kelapa : Untuk cetakan gula
petani sekitar, sebagian lagi memiliki lahan
tebu bentuk tempurung.
tanaman tebu tersendiri, meskipun masih belum
• Pipa paralon : Untuk cetakan gula tebu
mencukupi kebutuhan produksi. Untuk
bentuk silinder.
memenuhi kekurangan pasokan, para pengrajin
19

• Cetakan Kayu (bentuk ceplik, bata) administratif sementara tenaga kerja tidak tetap
BAHAN BAKU adalah tenaga kerja pengolah atau bagian
Bahan baku utama produksi gula merah tebu serta tenaga untuk
Bahan baku utama untuk pengrajin usaha tebang dan angkut tebu. Tenaga kerja tidak tetap
gula merah tebu adalah tanaman tebu. Di daerah dibayar harian berdasarkan jumlah produksi gula
Slumbung jenis tebu yang umumnya ditanam merah tebu yang dihasilkan (Rp/kuintal). Dalam
masyarakat sekitar ada 3 jenis yaitu Tebu PS 1 hari, produksi gula merah tebu setiap
862, BR Merah dan Tebu PSBM. Tanaman tebu pengrajin rata-rata mencapai 800 kuintal. Rata-
sangat bagus ditanam pada lahan yang memiliki rata upah pekerja tidak tetap per hari Rp
unsur pasir. Masing-masing jenis tebu diatas 32.000,00. Rata-rata upah pekerja tidak tetap per
memiliki kualitas yang cukup baik sebagai kuintal antara Rp 4.000,00.
bahan baku gula merah tebu. Tebu jenis PS 862 TEKNOLOGI
dan PSBM memiliki kualitas yang baik sebagai Teknologi usaha gula merah tebu dibagi
bahan baku gula merah tebu karena memiliki menjadi 2 (dua), yaitu:
kadar air yang rendah dan kadar gula yang 1. Teknologi tradisional
cukup tinggi, sehingga jika diproses menjadi Teknologi tradisional ini pada umumnya
gula merah tebu akan menghasilkan kuantitas digunakan pada skala mikro/kecil dengan
gula merah tebu yang lebih banyak. Sementara menggunakan peralatan yang sangat sederhana.
itu tebu jenis BR Merah jika dipergunakan Penggunaan alat yang sederhana berpengaruh
sebagai bahan baku akan menghasilkan kualitas pada kapasitas produksi dan mutu yang relatif
gula merah yang paling baik. Namun tebu jenis rendah
BR Merah memiliki masa tanam lebih panjang. 2. Teknologi mekanik/modern
Jika tebu jenis PS 862 dan PSBM memiliki Teknologi ini pada umumnya digunakan
masa tanam rata-rata 8 (delapan) bulan maka pada skala menengah. Teknologi mekanisasi
tebu jenis BR Merah memiliki masa tanam yang biasanya dipakai adalah pada mesin
antara 9 sampai dengan 10 bulan. Gambar 4.1 penggiling tebu dan teknologi pada proses
sampai dengan 4.3 menunjukkan varietas jenis pengadukan. Letak perbedaan kedua teknologi
tebu yang menjadi bahan baku produk gula tersebut pada proses pengadukan adalah untuk
merah tebu. teknologi tradisional menggunakan tenaga
a. Bahan baku pendukung manual/manusia, sedangkan teknologi
Agar sari-sari tebu yang telah dimasak mekanisasi/modern menggunakan mesin
dapat keras perlu ditambahkan air PROSES PRODUKSI
kapur/gamping cair untuk mempercepat proses Secara umum tidak terdapat perbedaan
pengkristalan (semakin banyak kandungan tetes dalam proses produksi untuk berbagai jenis gula
semakin lama prosese pengkristalan) dan untuk merah tebu seperti gula merah bata, tempurung,
menyaring/mengendapkan kotoran tebu silinder, urai/pasir dan ceplik. Produk akhir
ditambahkan soda. tersebut hanya bergantung pada cetakan yang
TENAGA KERJA dipergunakan.
Tenaga kerja pada usaha gula merah tebu Alur proses produksi gula merah tebu secara
umumnya berasal dari anggota keluarga dan garis besar dapat dilihat pada diagram di bawah
masyarakat di sekitar lokasi usaha. Rata-rata ini: Adapun penjelasan dari masing-masing
jumlah tenaga kerja pada setiap tahap proses produksi gula merah tebu adalah
pengrajin/pengusaha UMKM gula merah tebu sebagai berikut:
adalah 8 orang. Tenaga kerja tersebut dapat Penggilingan tebu
dikategorikan ke dalam tenaga kerja tetap dan Langkah pertama dalam proses produksi
tenaga kerja tidak tetap. Untuk skala menengah, gula merah tebu adalah proses penggilingan
jumlah tenaga kerja antara 11 sampai dengan 20 tebu. Tebu digiling menggunakan mesin giling
orang. Tenaga kerja tetap merupakan tenaga sehingga menghasilkan sar-sari tebu.
20

Pengendapan Kotoran
Sari-sari tebu hasil penggilingan disalurkan JENIS, JUMLAH DAN MUTU PRODUKSI
melalui pipa besi menuju tempat pengendapan Produksi gula merah tebu pada umumnya
sari-sari tebu tersebut. Di tempat pengendapan terdiri atas dua jenis produk utama yaitu gula
ini kotoran/tanah akan mengendap di bagian merah cetak dan gula merah pasir/urai. Gula
atas. merah cetak terdiri atas beberapa jenis yaitu gula
Proses Pemasakan merah bata, tempurung, silinder dan ceplik.
Sari-sari tebu setelah proses pengendapan Di bawah ini adalah gambar beberapa bentuk
kotoran kemudian masuk ke tahap utama gula merah cetak mulai dari gula merah bata,
pengolahan yaitu proses pemasakan. Sari-sari gula merah tempurung, gula merah silinder dan
gula merah ceplik.
Pengg Pengend Pemasakan
ilinga apan Sari Tebu
Kapasitas produksi gula merah untuk gula
n Kotoran menjadi Gula merah cetak dan pasir/urai relatif sama. Rata-
Baha Sari Tebu Merah kental rata kapasitas produksi per hari untuk setiap
n pengrajin/pengusaha gula merah tebu mencapai
Gula Pencetakan Pengadu
Baku 800 kg. Untuk skala pengrajin mikro, kapasitas
Merah dan kan Gula
Tebu Pendingina Merah produksi per hari kurang dari 500 kg. Untuk
tebu Siap
dari tempat npengendapan
Gula Kental
sari tebu skala kecil kapasitas produksi per hari antara
Kemas Merah
kemudian disalurkan ke tempat proses 500 kg/hari-1.500 kg per hari. Sementara untuk
pemasakan. skala menengah kapasitas produksi lebih dari
Ada 3 tahap dalam proses pemasakan gula 1.500 kg per hari. Gula merah pasir/urai
merah tebu sebagai berikut : merupakan gula merah yang diproduksi secara
Pembersihan : dari tempat pengendapan massal karena lebih mudah dijual kepada
kotoran disalurkan ke wajan pembersihan untuk pedagang atau pedagang perantara (pengepul)
dicampur soda. berapapun kapasitas produksi yang dihasilkan
Pengangkatan kotoran oleh UMKM di Desa Slumbung, Kecamatan
Dari wajan sari-sari tebu disalurkan ke Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. Sementara gula
wajan dan dicampur air kapur agar kotoran merah cetak bisa diproduksi secara massal tetapi
dapat naik. juga dapat diproduksi berdasarkan pesanan
Penuaan pedagang/pedagang perantara.
Dari wajan yang dicampur air kapur, sari- Kapasitas produksi gula merah tebu juga
sari tebu disalurkan menuju wajan untuk proses tergantung pada musim. Pada musim penghujan
penuaan, di sini juga bisa ditambahkan air kapur kapasitas produksi lebih rendah dibandingkan
lagi apabila hasil dari wajan sebelumnya kurang dengan musim kemarau disebabkan peningkatan
maksimal, selain untuk membersihkan kotoran kadar air dalam bahan baku tebu, sehingga
air kapur juga berfungsi untuk mempercepat produksi gula merah tebu hanya mencapai 5.000
pengkristalan. s/d 6.000 kg per hari. Apabila musim kemarau
Proses Pengadukan jumlah produksi gula merah tebu rata-rata dapat
Setelah proses pemasakan sari-sari tebu mencapai 800 kg sampai dengan 1.000 kg per
diangkat/dipindahkan ke tempat pengadukan hari. Bahkan ada beberapa pengusaha/pengrajin
(cecekan). Dalam proses pengadukan juga yang memiliki kapasitas produksi lebih dari
mempengaruhi warna gula hasil produksi. 1.000 kg per hari. Mutu gula merah tebu cetak
Proses Pencetakan ditentukan oleh tekstur, aroma dan warna.
Setelah proses pengadukan gula yang masih Namun untuk gula merah tebu cetak, tidak
kental dicetak sesuai bentuk yang diiginkan ada perbedaan harga untuk perbedaan mutu
(bata, tempurung, silinder). Setelah dicetak gula produksi berdasarkan ketiga variabel tersebut.
dibiarkan selama 5 s/d 10 menit, kemudian Sedangkan gula merah tebu bentuk pasir/urai
cetakan dilepas dan siap dikemas. mutu produksi didasarkan pada warna dan
21

kehalusan serbuk gula merah tebu jenis yang dihadapi oleh pengrajin/pengusaha
pasir/urai. Gula merah pasir/urai dengan UMKM (31,3%). Kendala tersebut biasanya
kualitaspaling tinggi pada umumnya memiliki terjadi seiring meningkatnya permintaan
sehingga mereka harus menyediakan bahan baku
dan bahan pendukung lebih besar daripada
biasanya. Kendala yang kedua yang dihadapi
adalah kurangnya tenaga kerja (28,1%). Saat
permintaan mengalami kenaikan pada umumnya
seluruh pengusaha/pengrajin UMKM di Desa
Slumbung secara keseluruhan juga akan
mengalami peningkatan kebutuhan tenaga kerja.
Grafik 4.1 Kendala Produksi UMKM Kendala lainnya yang muncul adalah
sulitnya mencari bahan baku tebu (21,9%).
warna kuning Gula Merah
cerah danTebu
serbuk paling
halus.
Kondisi ini pada umumnya terjadi pada awal
Sementara mutu sedang biasanya memiliki
masa tanam tebu sehingga pengusaha/pengrajin
warna agak kemerah-merahan dengan serbuk
UMKM harus mencari alternatif lain dalam
sedikit agak kasar. Sementara untuk tingkatan
mencari bahan baku (tebu). Kendala umum yang
kualitas paling rendah biasanya berwarna
dihadapi oleh semua pengusaha/pengrajin
kehitaman dan serbuk kasar. Kualitas gula
UMKM disebabkan karena musim. Pada musim
merah pasir/urai menentukan harga dari
penghujan, kadar air dalam tebu mengalami
pengrajin/pengusaha UMKM kepada
peningkatan sehingga produksi gula merah yang
pembeli/pedagang atau pedagang perantara.
dihasilkan lebih rendah. Mengingat kadar air
Gula merah pasir/urai dengan warna kuning dan
yang tinggi pada bahan baku (tebu) pada musim
serbuk paling halus merupakan gula merah
penghujan maka proses pengolahan gula merah
pasir/urai yang paling mahal.
tebu menjadi lebih lama khususnya dalam
PRODUKSI OPIMUM
proses pemasakan gula merah tebu. Kondisi ini
Harga gula merah tebu di tingkatan
menyebabkan menurunnya kapasitas produksi
pengrajin/pengusaha UMKM ditentukan oleh
pada musim penghujan dibandingkan dengan
musim atau ketersediaan bahan baku (tebu).
musim kemarau serta penghasilan tenaga kerja
Pada musim penghujan kapasitas produksi
tidak tetap (harian) pada produksi gula merah
mengalami penurunan, yakni antara 500-
tebu menjadi lebih rendah dibandingkan dengan
600kg/hari untuk setiap pengrajin/pengusaha
biasanya.Kendala lainnya yang muncul adalah
UMKM gula merah tebu. Sementara pada
kendala dalam pemasaran khususnya dalam
musim kemarau, kapasitas produksi rata-rata
perluasan akses pasar (9,4%) sehingga kebijakan
antara 800 - 1.000 kg untuk setiap
harga jual produk gula merah tebu ditetapkan
pengrajin/pengusaha UMKM. Kapasitas
oleh pedagang pengepul/pedagang perantara.
produksi optimum dapat mencapai 1.000 - 2.000
PEMILIHAN POLA USAHA
kg (1 sampai dengan 2 ton) per hari untuk setiap
Analisis keuangan ini diharapkan dapat
pengrajin atau pengusaha UMKM gula merah
memberikan gambaran mengenai aspek
tebu (detail kapasitas produksi gula merah tebu
keuangan pengrajin/pengusaha UMKM gula
masing-masing pengraji dapat dilihat pada
merah tebu di Desa Slumbung, Kecamatan
lampiran I). Kapasitas produksi optimum
Ngadiluwih, Kediri. Analisis keuangan ini dapat
tercapai pada saat permintaan tertinggi yakni
dimanfaatkan oleh berbagai pihak, mulai dari
pada pertengahan tahun (bulan Juni atau Juli)
pengusaha/pengrajin UMKM untuk mengetahui
serta saat menjelang Ramadhan dan Idul Fitri.
gambaran mengenai kondisi keuangan bisnis
KENDALA PRODUKSI
yang sedang dijalankan serta bagi pihak
Kendala produksi yang paling sering
bank/lembaga keuangan untuk mengetahui
dihadapi adalah keterbatasan modal (keuangan)
potensi bisnis gula merah tebu di Desa
22

Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih sebagai tingkatan pengrajin/pengusaha UMKM sebesar


dasar kebijakan pemberian kredit investasi dan Rp. 6.000,- per kilogram. Hari kerja
kredit modal kerja bagi UMKM Gula Merah diasumsikan 30 (tiga puluh) hari per bulan
Tebu. Melalui analisis keuangan ini dengan bulan produksi selama 7 (tujuh) bulan.
pengusaha/pengrajin UMKM dipacu agar Asumsi dan parameter untuk analisis keuangan
mampu mengembalikan kredit yang diberikan gula merah tebu ditabel berikut:
bank/lembaga keuangan lainnya dalam jangka
Tabel 5.1
waktu yang wajar (3 sampai dengan 5 tahun).
Asumsi dan Parameter Teknis untuk Analisis
Pola pembiayaan yang dianalisis adalah usaha Keuangan
gula merah tebu skala industri kecil yang Jumlah
No Asumsi Satuan Keterangan
merupakan skala industri rata-rata (Nilai)
1 Periode Proyek 5 tahun Periode 5
pengusaha/pengrajin UMKM gula merah tebu di
tahun
Desa Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, 2 Jumlah hari kerja 30 hari
Kediri. Industri gula merah tebu yang menjadi per bulan
3 Jumlah bulan 7 bulan
contoh adalah usaha gula merah tebu di Desa kerja per tahun
Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. 4 Skala Usaha Untuk 1 hari
Produk utama yang dihasilkan adalah gula a. Bahan baku *) 8.000 kg
merah tebu yang diperuntukkan untuk konsumsi b. Output 800 kg
pasar lokal, dimana sebagian besar produksi
5 Harga produk **) 6.000 Rp/kg
pengrajin/pengusaha UMKM di lokasi
6 Harga bahan baku 400 Rp/kg
penelitian lebih banyak memenuhi konsumsi **)
pasar lokal (Kediri dan sekitarnya). Kapasitas 7 Penggunaan bahan Untuk 1 bulan
produksi per hari rata-rata 800 kg atau 24.000 kg pendukung
a. Solar 280 liter
per bulan. Total hari kerja dalam 1 bulan adalah
b Kantung 50 kg
30 hari dengan periode produksi rata-rata per plastik
tahun adalah 7 bulan. c. Karung 250 buah
ASUMSI DAN PARAMETER TEKNIS d. Gamping 60 kg
Asumsi dan parameter untuk analisis e. 4 rit
keuangan gula merah tebu menjelaskan Berambut/Sekam
8 Penggunaan Untuk 1 bulan
gambaran umum variabel-variabel yang tenaga kerja
dipergunakan dalam perhitungan analisis a. Tenaga kerja 1 orang
administrasi
keuangan. Asumsi tersebut diambil berdasarkan
b. Tenaga kerja 8 orang
hasil survey lapangan yang dilakukan pada tidak tetap
industri gula merah tebu di Desa Slumbung, (produksi)

Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. Periode proyek 9 Biaya 5% %/tahu dari nilai


pemeliharaan n peralatan dan
adalah 5 (lima) tahun dimana tahun ke nol
mobil
sebagai dasar perhitungan nilai sekarang 10 Discount Factor 18% % Tingkat suku
(present value) adalah tahun ketika biaya (suku bunga) bunga
pinjaman
investasi awal dikeluarkan. Dengan *) Tanaman Tebu
menggunakan mesin/peralatan, bahan **) Harga rata-rata sepanjang tahun
baku/bahan pendukung serta jumlah tenaga kerja
yang tercantum dalam tabel asumsi, seorang KOMPONEN DAN STRUKTUR BIAYA
pengusaha/pengrajin UMKM gula merah tebu Biaya Investasi
setiap bulan mampu memproduksi 24.000 kg Biaya investasi adalah biaya tetap yang
gula merah tebu (jenis gula merah dianggap besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk
sama karena perbedaan bentuk/cetakan gula yang dihasilkan. Biaya investasi secara garis
merah tidak mempengaruhi harga jual di besar terdiri dari 4 (empat) komponen, yaitu:
pasaran). Harga gula merah tebu rata-rata di biaya perizinan, tanah dan bangunan, peralatan
23

produksi dan kendaraan. Biaya perijinan pemasaran, biaya tenaga kerja langsung, biaya
meliputi pengurusan ijin SIUP, SITU, ijin usaha overhead serta biaya administrasi umum dan
industri, wajib daftar perusahaan, ijin umum. Biaya operasional selama 1 tahun
Departemen Kesehatan dan NPWP. Untuk dihitung berdasarkan jumlah hari untuk produksi
SIUP, SITU, ijin usaha industri dan wajib daftar gula merah tebu. Jumlah hari kerja dalam 1
perusahaan berlakunya adalah 5 tahun, tahun adalah 210 hari dengan asumsi 30 hari per
sementara untuk ijin Departemen Kesehatan dan bulan dan 7 bulan kerja selama 1 tahun. Hasil
NPWP berlaku selamanya. Jumlah total biaya perhitungan biaya operasional untuk produksi
perijinan sebesar Rp. 5.300.000,-. Tanah dan gula merah tebu dalam 1 tahun mencapai Rp
bangunan adalah milik sendiri dan ditaksir 819.301.750,. Komponen biaya operasional
memiliki harga sebesar Rp. 100.000.000,-. Pada terbesar adalah bahan baku sebesar Rp
tahun-tahun tertentu dilakukan reinvestasi untuk 672.000.000,- atau sebesar 82,02% dari total
pembelian mesin atau peralatan produksi yang biaya operasional per tahun. Komponen biaya
umur ekonomisnya kurang dari 5 tahun. Jumlah operasional tahunan selanjutnya adalah biaya
biaya investasi keseluruhan pada tahun ke nol bahan pendukung sebesar Rp 60.970.000,- atau
adalah Rp. 257.935.000,-. Komponen biaya 7,44%, dan biaya tenaga kerja produksi sebesar
investasi secara berturutan dari yang terbesar Rp 53.760.000,- atau 6,56%. Sisanya 4% adalah
adalah tanah dan bangunan yaitu 38,8% dari biaya overhead serta biaya administrasi dan
total biaya investasi pada awal usaha, kemudian umum. Tenaga kerja yang termasuk dalam biaya
diikuti oleh biaya peralatan produksi yaitu 30%, operasional tahunan (biaya variabel) adalah
biaya kendaraan truk yaitu 27.1% dan sisanya tenaga kerja tidak tetap dan tenaga kerja tetap.
masing-masing 2% untuk biaya perijinan dan Tenaga kerja tetap adalah seorang pegawai
biaya fasilitas penunjang. Kebutuhan biaya administrasi dengan gaji Rp 750.000,- sebulan.
investasi dapat dilihat pada Tabel 5.2. Sedangkan tenaga kerja tidak tetap adalah
Sedangkan rincian biaya investasi dapat dilihat tenaga kerja produksi yang dibayar harian.
pada lampiran 2. Tenaga kerja produksi dibayar berdasarkan
Tabel 5.2 jumlah produk gula merah tebu yang dihasilkan
Kebutuhan Biaya Investasi
per hari. Rata-rata setiap pengrajin/pengusaha
No Jenis Biaya Nilai (Rp) Penyusutan/th
(Rp) gula merah tebu di Desa Slumbung, Kecamatan
1 Perizinan Ngadiluwih memiliki 8 (delapan) orang pekerja
5.300.000 800.000 di bagian produksi.
2 Tanah dan
bangunan 100.000.000 - Setiap 100 kg produksi gula merah tebu
3 Peralatan produksi yang dihasilkan, setiap pekerja produksi gula
77.435.000 16.217.500
merah tebu memperoleh upah Rp 4.000,-. Dalam
4 Fasilitas penunjang
5.200.000 540.000 1 hari produksi gula merah tebu rata-rata
5 Kendaraan mencapai 800 kg, sehingga rata-rata upah harian
70.000.000 7.000.000
Jumlah biaya
pekerja tidak tetap sebesar Rp. 32.000,- per
investasi 257.935.000 24.557.500 orang. Jumlah biaya operasional tahunan untuk
6 Sumber Investasi dari : usaha gula merah tebu disajikan pada Tabel 5.3,
Kredit sementara secara lengkap dapat dilihat pada
150.000.000
Dana sendiri
lampiran 3.
107.935.000
Tabel 5.3
Kebutuhan Biaya Operasional Tahunan
Biaya Operasional No Jenis Biaya Nilai (Rp)
Biaya operasional adalah biaya variabel 1 Bahan Baku 672.000.000
yang besar kecilnya dipengaruhi oleh jumlah 2 Bahan pendukung 60.970.000
produksi. Beberapa komponen biaya operasional 3 Pemasaran -
4 Biaya tenaga kerja 53.760.000
antara lain bahan baku, bahan pendukung,
24

5 Biaya Overhead 31.871.750 Tabel 5.4


6 Biaya Administrasi dan . 700.000 Kebutuhan dana investasi dan modal kerja usaha
Umum gula merah tebu
JUMLAH 819.301.750 No Rincian Biaya Proyek Total Biaya (Rp)
1 Dana yang bersumber dari
Kebutuhan dana investasi dan modal kerja a. Kredit 150.000.000
Besarnya dana modal kerja ditentukan b. Dana sendiri 107.935.000
Jumlah dana investasi 257.935.000
berdasarkan kebutuhan dana awal dalam 1 siklus
2 Dana modal kerja yang
produksi. Usaha gula merah tebu di Desa bersumber dari
Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten a. Kredit 60.000.000
Kediri memiliki siklus produksi (dari b. Dana sendiri 57.043.107
pembuatan sampai memperoleh penerimaan dari Jumlah dana modal kerja 117.043.107
3 Total dana yang bersumber
penjualan) kurang lebih selama 30 hari atau 1
dari
bulan. Sehingga kebutuhan dana modal kerja a. Kredit 210.000.000
awal adalah sebesar : b. Dana sendiri 164.978.107
Kebutuhan dana modal kerja = {siklus Jumlah dana proyek 374.978.107
produksi/hari kerja 1 tahun} X biaya operasional
setahun Penjelasan tentang kumulatif angsuran
= (30/210) X Rp. 819.301.750,- (angsuran pokok dan angsuran bunga) untuk
= (1/7) X Rp. 819.301.750,- pembayaran angsuran baik untuk kredit investasi
= Rp. 117.043.107 dan kredit modal kerja dilakukan setiap tahun
Dengan demikian total kebutuhan biaya dapat dilihat pada lampiran 4.
untuk modal awal usaha gula merah tebu sebesar
Rp. 374.978.107,- yang terdiri atas biaya PRODUKSI DAN PENDAPATAN
investasi sebesar Rp. 257.935.000,- dan modal Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, maka
kerja untuk 1 siklus produksi gula merah tebu (1 kapasitas produksi gula merah tebu selama satu
bulan) sebesar 117.043.107,-. Kebutuhan dana tahun adalah 240.000 kg. Harga jual gula merah
investasi maupun modal kerja tidak harus tebu di tingkatan pengrajin/pengusaha UMKM
dipenuhi sendiri. Salah satu sumber dana yang sebesar Rp 6.000,- per kilogram. Proyeksi
dapat dimanfaatkan adalah dana kredit dari pendapatan 1 tahun dari penjualan gula merah
perbankan atau lembaga keuangan lainnya. tebu sebesar Rp 1.008.000.000,-. Perhitungan
Diproyeksikan sebesar Rp. 210.000.000,- produksi dan pendapatan dapat dilihat pada tabel
kebutuhan biaya tersebut diperoleh dari kredit berikut ini :
bank/lembaga keuangan lainnya sedangkan Tabel 5.5
Proyeksi produksi dan Penjualan Gula Merah Tebu
sisanya dari modal sendiri. Kredit bank/lembaga No Uraian Produksi Prod Harga Nilai
keuangan tersebut dialokasikan untuk biaya (kg/bulan) uksi (Rp/kg Rp/ta
investasi sebesar Rp. 150.000.000,- dan biaya (kg/t ) hun
ahun
modal kerja sebesar Rp. 60.000.000,-. Jangka )
waktu kredit untuk kredit investasi adalah 3 1 Gula merah 24.000 168. 6.000 1.008
tebu 000 .000
tahun, sedangkan kredit modal kerja adalah 1
2 Total 1.008
tahun. Tingkat suku bunga yang diberlakukan pendapatan .000
kotor per
sama sesuai dengan bunga pasar/komersial tahun
sebesar 18% per tahun tanpa masa tenggang.
Sistem perhitungan bunga secara efektif 5PROYEKSI LABA RUGI DAN BREAK
menurun. Kebutuhan dana usaha gula merah EVENT POINT (BEP)
tebu selengkapnya dapat ditampilkan pada tabel Tingkat keuntungan dan profitabilitas dari
berikut ini : usaha yang dilakukan merupakan bagian penting
dalam analisis keuangan dari rencana kegiatan
25

investasi dimana keuntungan dihitung dari UMKM dalam 1 tahun dan harga rata-rata
selisih antara penerimaan dan pengeluaran tiap produk gula merah tebu dalam 1 tahun. Untuk
tahunnya. Adapun proyeksi laba rugi selama arus keluar meliputi biaya investasi, biaya
periode proyek dapat dilihat pada tabel berikut : modal kerja, biaya operasional termasuk
angsuran pokok dan angsuran bunga
Tabel 5.6
Proyeksi Laba Rugi pinjaman/kredit dan besarnya pajak penghasilan
No Uraian Rata-Rata (Rp) yang harus dibayar oleh pengusaha/pengrajin
1 Pendapatan 1.008.000.000 UMKM gula merah tebu.
2 Biaya Operasional Produksi 819.301.750
3 Laba Kotor 188.698.250 Untuk perhitungan kelayakan rencana
Bunga Kredit 9.495.000 investasi dapat menggunakan beberapa metode
4 Laba sebelum pajak 179.203.250
diantaranya adalah penilaian B/C ratio, net B/C
Biaya penyusutan 24.557.500
5 Laba kena pajak 154.645.750 ratio, net present value (NPV), internal rate of
Pajak 21.650.405 return (IRR) dan payback period (PBP). Sebuah
6 Laba bersih 132.995.345
7 Profit Margin (%) 13.19
usaha gula merah tebu berdasarkan kriteria di
atas dikatakan layak jika B/C ratio atau net B/C
Dari detail perhitungan laba rugi (lampiran ratio > 1, NPV >0, IRR > discount rate dan
5) menunjukkan bahwa pada tahun pertama payback period lebih pendek dari asumsi waktu
usaha telah menghasilkan keuntungan sebesar periode proyek yang ditentukan. Perhitungan
Rp 116.457.545,-. Berkurangnya beban kelayakan dapat dilihat pada tabel berikut, yang
angsuran bunga kredit/pinjaman baik kredit secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 7.
Tabel 5.7
investasi maupun kredit modal kerja membuat Analisis Kelayakan Usaha
laba bersih meningkat pada tahun kedua Indikator Nilai
mencapai Rp 129.228.545,-. Ketika kredit lunas IRR (%) 38,50
PBP usaha (tahun) 3,13
pada tahun ketiga, laba bersih perusahaan DF (%) 18,00
kembali meningkat menjadi Rp 136.968.545,-. PV Benefit (Rp) 3.211.730.263
PV Cost (Rp) 3.006.722.456
Laba bersih rata-rata selama periode proyek (5
B/C Ratio 1,07
tahun) mencapai Rp 132.995.345,- dengan profit NPV (Rp) 205.007.807
margin rata-rata per tahun mencapai 13.19%. Net B/C Ratio
Cashflow (+) 579.985.914
Dengan memperhitungkan biaya tetap, (Rp)
biaya variabel dan hasil penjualan gula merah Cashflow (-) -374.978.107
tebu maka diperoleh BEP rata-rata selama 5 (Rp)
Net B/C Ratio 1,55
tahun untuk usaha gula merah tebu di Desa
Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kediri
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa B/C
adalah sebesar Rp. 336.029.818,-. Nilai ini sama
ratio sebesar 1,07 dan net B/C ratio sebesar 1,55
dengan BEP rata-rata produksi sebesar 56.005
lebih besar dari 1, IRR sebesar 38,5% lebih
kg gula merah tebu tiap tahunnya (detail pada
besar dari discount rate (18%). Sementara itu
lampiran 6).
nilai NPV sebesar 205.007.807 > 0. Indikator-
indikator di atas menunjukkan bahwa usaha gula
PROYEKSI ARUS KAS DAN
merah tebu di Desa Slumbung, Kecamatan
KELAYAKAN PROYEK
Ngadiluwih ini menguntungkan. Dengan IRR
Untuk aliran kas (cashflow) dalam
sebesar 38,5% menunjukkan usaha gula merah
perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu
tebu di Desa Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih
arus kas masuk (cash inflow) dan arus kas
masih layak dilaksanakan sampai dengan tingkat
keluar (cash outflow). Arus kas masuk diperoleh
bunga 38,5%. Periode pengembalian modal
dari nilai penjualan gula merah tebu selama 1
(payback period) selama 3,13 tahun atau 3 tahun
tahun, dimana diperoleh berdasarkan asumsi
2 bulan juga menunjukkan tingkat pengembalian
kapasitas produksi setiap pengusaha/pengrajin
investasi pada bisnis gula merah tebu di lokasi
26

penelitian masih berada di dalam asumsi waktu biaya operasional mengalami kenaikan, namun
periode proyek yang ditetapkan yaitu 5 tahun. biaya investasi tetap. (Perhitungan hasil analisis
Berdasarkan indikator-indikator kelayakan sensitivitas disajikan secara lengkap dalam
investasi di atas dapat disimpulkan bahwa usaha lampiran 8 sampai dengan lampiran 12) Pada
gula merah tebu di Desa Slumbung layak dan skenario I, dengan penurunan pendapatan
menguntungkan. sebesar 6%, usaha gula merah tebu di Desa
Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten
ANALISIS SENSITIVITAS KELAYAKAN Kediri masih layak untuk dilaksanakan. Hal ini
USAHA didasarkan pada hasil perhitungan sejumlah
Dalam suatu analisis kelayakan kriteria kelayakan investasi (pada discount rate
bisnis/usaha, ada 2 indikator utama yang 18%) sebagai berikut: net B/C sebesar 1,24
biasanya menjadi patokan utama untuk (>1), NPV sebesar Rp. 75.876.505,- (>0), nilai
menentukan apakah suatu bisnis/usaha memiliki IRR sebesar 27,04% (>18%, discount rate),
kelayakan usaha yang memadai. Kedua periode pengembalian proyek (payback period)
indikator tersebut adalah pendapatan (penjualan) selama 4,28 tahun atau 4 tahun 3 bulan (berada
dan biaya. Kedua hal tersebut merupakan di bawah periode proyek 5 tahun yang
komponen inti dalam suatu kegiatan usaha. ditetapkan). Analisis kelayakan usaha saat
Dalam penelitian ini kedua komponen tersebut pendapatan menurun 6% dapat dilihat pada
(biaya dan penjualan/pendapatan dihitung Tabel 5.8 berikut ini :
berdasarkan asumsi teknis yang telah Tabel 5.8
Analisis kelayakan usaha saat pendapatan turun 6%
ditetapkan). Walaupun asumsi teknis yang
Indikator Nilai
ditetapkan untuk biaya (cost) dan
IRR (%) 27,04
penjualan/pendapatan didasarkan pada data PBP usaha 4,28
survey lapangan di lokasi penelitian namun (tahun)
tingkat ketidakpastiannya juga cukup tinggi. DF (%) 18,00
PV Benefit (Rp) 3.022.598.961
Untuk mengurangi risiko ini maka diperlukan
PV Cost (Rp) 2.946.722.456
analisis sensitivitas yang dipergunakan untuk B/C Ratio 1,03
menguji tingkat sensitivitas bisnis/usaha gula NPV (Rp) 75.876.505
merah tebu di Desa Slumbung, Kecamatan Net B/C Ratio
Ngadiluwih terhadap perubahan harga input Cashflow (+) 390.854.612
(Rp)
maupun output. Dalam pola pembiayaan ini
Cashflow (-) -314.978.107
digunakan tiga skenario sensitivitas, yaitu: (Rp)
Skenario I : Pendapatan proyek mengalami Net B/C Ratio 1,24
penurunan, namun biaya investasi dan biaya
operasional tetap. Penurunan pendapatan bisa Saat pendapatan usaha mengalami
diakibatkan oleh penurunan harga gula merah penurunan sebesar 7%, usaha gula merah tebu di
tebu, jumlah permintaan yang menurun ataupun Desa Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih,
kapasitas produksi/jumlah produksi mengalami Kabupaten Kediri masih layak untuk
penurunan. dilaksanakan. Hal ini didasarkan pada hasil
Skenario II : Biaya operasional mengalami perhitungan sejumlah kriteria kelayakan
kenaikan, namun biaya investasi dan investasi (pada discount rate 18%) sebagai
penerimaan proyek tetap. Kenaikan biaya berikut: net B/C sebesar 1,14 (>1), NPV sebesar
operasional bisa terjadi karena kenaikan harga Rp. 44.354.622,- (>0), nilai IRR sebesar 23,32%
input untuk operasional seperti bahan baku, (>18%, discount rate), periode pengembalian
peralatan produksi dan lain-lain proyek (payback period) selama 4,56 tahun atau
Skenario III : Skenario ini adalah gabungan 4 tahun 7 bulan (berada di bawah periode
dari skenario I dan II yaitu diasumsikan proyek 5 tahun yang ditetapkan). Analisis
pendapatan proyek mengalami penurunan dan
27

kelayakan usaha saat pendapatan menurun 7% Ketika kenaikan biaya operasional


dapat dilihat pada Tabel 5.9 berikut ini : mencapai 9%, usaha gula merah tebu di Desa
Tabel 5.9 Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten
Analisis kelayakan usaha saat pendapatan turun 7%
Kediri juga masih layak dilaksanakan dan
Indikator Nilai
memberikan keuntungan. Hal ini didasarkan
IRR (%) 23,32
PBP usaha 4,56 pada hasil perhitungan sejumlah kriteria
(tahun) kelayakan investasi (pada discount rate 18%)
DF (%) 18,00 sebagai berikut: B/C ratio 1,01 (>1), net B/C
PV Benefit (Rp) 2.991.077.007
sebesar 1,11 (>1), NPV sebesar Rp.
PV Cost (Rp) 2.946.722.456
B/C Ratio 1,02 34.419.107,- (>0), nilai IRR sebesar 22,14%
NPV (Rp) 44.354.622 (>18%, discount rate), periode pengembalian
Net B/C Ratio proyek (payback period) selama 4,65 tahun atau
Cashflow (+) 359.322.729 4 tahun 8 bulan (berada di bawah periode
(Rp)
proyek 5 tahun yang ditetapkan). Analisis
Cashflow (-) -314.978.107
(Rp) kelayakan usaha saat biaya operasional naik 9%
Net B/C Ratio 1,14 dapat dilihat pada Tabel 5.11 berikut ini :
Tabel 5.11
Analisis Kelayakan Usaha Saat Biaya Operasional Naik
Pada skenario II, dengan kenaikan biaya
9%
operasional sebesar 7%, usaha gula merah tebu Indikator Nilai
di Desa Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, IRR (%) 22,14
Kabupaten Kediri masih layak dilaksanakan. PBP usaha 4,65
Hal ini didasarkan pada hasil perhitungan (tahun)
DF (%) 18,00
sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada
PV Benefit (Rp) 3.211.730.263
discount rate 18%) sebagai berikut: net B/C PV Cost (Rp) 3.177.311.156
sebesar 1,27 (>1), NPV sebesar Rp. B/C Ratio 1,01
85.661.039,- (>0), nilai IRR sebesar 28,9% NPV (Rp) 34.419.107
(>18%, discount rate), periode pengembalian Net B/C Ratio
Cashflow (+) 349.397.214
proyek (payback period) selama 4,2 tahun atau 4
(Rp)
tahun 2 bulan (berada di bawah periode proyek Cashflow (-) -314.978.107
5 tahun yang ditetapkan). Analisis kelayakan (Rp)
usaha saat biaya operasional naik 7% dapat Net B/C Ratio 1,11
dilihat pada Tabel 5.10 berikut ini :
Tabel 5.10 Pada skenario III, pada saat terjadi
Analisis Kelayakan Usaha penurunan pendapatan sekaligus kenaikan biaya
Saat Biaya Operasional Naik 7%
operasional masing-masing sebesar 3%, usaha
Indikator Nilai
gula merah tebu di Desa Slumbung, Kecamatan
IRR (%) 28,19
PBP usaha 4,20 Ngadiluwih, Kabupaten Kediri masih juga layak
(tahun) dilaksanakan dan memberikan keuntungan. Hal
DF (%) 18,00 ini didasarkan pada hasil perhitungan sejumlah
PV Benefit (Rp) 3.211.730.263
kriteria kelayakan investasi (pada discount rate
PV Cost (Rp) 3.126.069.224
B/C Ratio 1,03 18%) sebagai berikut: B/C ratio 1,03 (>1), net
NPV (Rp) 85.661.039 B/C sebesar 1,30 (>1), NPV sebesar Rp.
Net B/C Ratio 93.579.255,- (>0), nilai IRR sebesar 29,11%
Cashflow (+) 400.639.146 (>18%, discount rate), periode pengembalian
(Rp)
proyek (payback period) selama 4,13 tahun atau
Cashflow (-) -314.978.107
(Rp) 4 tahun 2 bulan (berada di bawah periode
Net B/C Ratio 1,27 proyek 5 tahun yang ditetapkan). Analisis
kelayakan usaha saat terjadi penurunan
28

pendapatan 3% bersamaan dengan kenaikan berjumlah 34 (tiga puluh empat) pengrajin atau
biaya operasional sebesar 3% dapat dilihat pada pengusaha UMKM sedikitnya menyerap lebih
Tabel 5.12 dari 300 (tiga ratus) tenaga kerja baik tenaga
kerja tetap maupun tenaga kerja tidak tetap di
Tabel 5.12 bidang produksi. Tenaga kerja tidak hanya
Analisis kelayakan usaha saatpendapatan turun 3%
berasal dari masyarakat Desa Slumbung,
dan biaya operasional naik 3%
Indikator Nilai
Kecamatan Ngadiluwih saja tetapi juga berasal
IRR (%) 29,11 dari desa-desa di sekitarnya.
PBP usaha 4,13 Hasil wawancara dengan dinas-dinas terkait
(tahun) menyatakan bahwa penyerapan tenaga kerja
DF (%) 18,00
pada UMKM gula merah tebu di Desa
PV Benefit (Rp) 3.117.164.612
PV Cost (Rp) 3.023.585.357 Slumbung cukup signifikan. Hal ini dibuktikan
B/C Ratio 1,03 penyerapan jumlah tenaga kerja yang cukup
NPV (Rp) 93.579.255 besar pada sektor ini terutama terjadi pada masa
Net B/C Ratio giling dan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri
Cashflow (+) 408.557.362
dimana terjadi peningkatan permintaan gula
(Rp)
Cashflow (-) -314.978.107 merah tebu yang cukup signifikan.
(Rp) Dampak lainnya yang cukup terlihat adalah
Net B/C Ratio 1,30 meningkatnya kesejahteraan dan peningkatan
pendapatan (penghasilan) ekonomi masyarakat
Hasil analisis sensitivitas di atas Desa Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih. Para
menunjukkan bahwa usaha gula merah tebu di pengrajin/pengusaha UMKM gula merah tebu di
Desa Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Desa Slumbung secara umum memiliki taraf
Kabupaten Kediri layak (feasible) dilakukan hidup dan kesejahteraan yang cukup baik.
pada berbagai kondisi yang memungkinkan Peningkatan kesejahteraan dan pendapatan
terjadi baik karena penurunan pendapatan secara ekonomi juga diperoleh para pekerja atau
pengrajin/pengusaha UMKM gula merah tebu karyawan yang bekerja di UMKM di lokasi
(6% sampai 7%) maupun jika terjadi kenaikan penelitian. Hasil wawancara dengan Kepala
biaya operasional pada tingkatan tertentu (7% Desa Slumbung menyebutkan bahwa UMKM
sampai 9%). Usaha gula merah tebu di Desa gula merah tebu di Desa Slumbung telah
Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten memberikan manfaat dari sisi sosial dan
Kediri juga menunjukkan bisnis/usaha ini layak ekonomi masyarakat Desa Slumbung dan
(feasible) dan memberikan keuntungan saat sekitarnya dalam bentuk peningkatan
terjadi penurunan pendapatan dan kenaikan kemampuan ekonomi, peningkatan kebutuhan
biaya operasional secara bersamaan dalam tenaga kerja sehingga menyerap tenaga kerja
tingkatan tertentu (masing-masing sebesar 3%). dari desa-desa sekitar.
Kepala Desa Slumbung juga menyebutkan
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN bahwa saat ini pengrajin/pengusaha UMKM
DAMPAK LINGKUNGAN gula merah tebu di Desa Slumbung sudah
ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL banyak yang melakukan ekspansi dan mencari
Usaha atau bisnis gula merah tebu di Desa lahan-lahan di luar Desa Slumbung mengingat
Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten lahan yang ada saat ini di Desa Slumbung sudah
Kediri telah banyak memberikan manfaat bagi terbatas. Kondisi ini menunjukkan
masyarakat sekitar khususnya dari sisi sosial berkembangnya UMKM gula merah tebu pada
ekonomi. Pengaruh yang paling utama adalah lokasi penelitian dari waktu ke waktu. Manfaat
penyerapan lapangan kerja. Kebutuhan industri sosial ekonomi lainnya dari UMKM gula merah
kecil gula merah tebu di Desa Slumbung, tebu di Desa Slumbung adalah meningkatnya
Kecamatan Ngadiluwih Kediri yang saat ini
29

nilai tambah yang dihasilkan dan diperoleh oleh karena tidak ada limbah berbahaya yang
pengrajin/pengusaha UMKM gula merah tebu. dihasilkan gula merah tebu. Limbah yang
Prospek usaha yang demikian baik dari dihasilkan dari proses pengolahan gula merah
UMKM gula merah tebu ini telah menarik tebu adalah daun tebu, ampas tebu (bagase),
berbagai pihak untuk ikut mempelajari kotoran hasil pemasakan (untuk), abu dan asap
bagaimana pengelolaan usaha gula merah tebu hasil pembakaran bahan bakar bagase dan
di lokasi penelitian. Menurut Kepala Desa sekam. Ampas tebu (bagase) yang dihasilkan
Slumbung tempat tersebut banyak didatangi oleh dari proses penggilingan dapat dimanfaatkan
UMKM dari daerah lainnya, pemerintah daerah sebagai bahan bakar tungku pemasakan selain
baik setempat maupun luar Kabupaten Kediri daun tebu kering dan sekam. Ampas tebu
dan Perguruan Tinggi untuk melakukan studi (bagase) yang masih basah disimpan 1-2 hari di
banding. Beberapa mahasiswa dari Perguruan ruang pembakaran sehingga tidak terlalu basah,
Tinggi baik negeri maupun swasta di Jawa kemudian ampas tebu (bagase) tersebut dijemur
Timur maupun luar Jawa Timur sering lalu dipisahkan dan disimpan dekat tungku
mengambil obyek UMKM gula merah tebu di pemasakan untuk dipergunakan sebagai bahan
Desa Slumbung sebagai bahan penelitian. bakar. Limbah dalam bentuk abu dan untuk
Penelitian dan pengembangan teknologi yang dihasilkan pada proses pemasakan gula
produksi yang dilakukan beberapa Perguruan merah tebu belum dikelola dan dimanfaatkan
Tinggi di Desa Slumbung, Kecamatan oleh pengusaha/pengrajin UMKM gula merah
Ngadiluwih sedikit banyak akan memberikan tebu. Selama ini limbah abu hanya digunakan
kontribusi bagi pengrajin/pengusaha UMKM untuk menimbun tanah, sedangkan limbah
dalam meningkatkan kualitas produksi dan hanya dibuang di sekitar lokasi pemasakan.
teknik produksi gula merah tebu di masa Keterbatasan pengetahuan dan alasan praktis
mendatang. Hasil lain dicapai dari salah satu menyebabkan pengusaha/pengrajin UMKM gula
pengrajin/pengusaha UMKM gula merah tebu di merah tebu tidak memanfaatkan limbah abu dan
Desa Slumbung telah memenuhi pasar luar untuk yang dihasilkan. Peran Aktif dari peneliti
negeri (ekspor) yaitu memenuhi permintaan dari Perguruan Tinggi maupun masukan dari
pasar di Jepang yang secara tidak langsung akan Dinas-Dinas Terkait akan sangat dibutuhkan dan
meningkatkan devisa bagi negara melalui ekspor bermanfaat dalam hal ini.
gula merah tebu ke luar negeri.
Kebutuhan atas keberadaan Organisasi KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
dalam bentuk Koperasi maupun Asosiasi mutlak KESIMPULAN
dibutuhkan agar pencarian informasi lebih luas a. UMKM gula merah tebu di Desa Slumbung
dan penyebaran informasi lebih merata. Selain Kecamatan Ngadiluwih merupakan usaha yang
itu yang lebih penting adalah bahwa dengan telah dilakukan sejak lama dan turun temurun.
keberadaan Koperasi atau Asosiasi, maka proses UMKM gula merah tebu merupakan sumber
pemberdayaan sosial dan ekonomi masyarakat penghasilan utama masyarakat di Desa
pengrajin gula merah tebu di Desa Slumbung Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten
Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri akan Kediri.
lebih tepat sasaran dan mudah dilaksanakan, b. Jumlah UMKM gula merah tebu di Desa
kerjasama dengan Dinas-Dinas Terkait maupun Slumbung Kecamatan Ngadiluwih berjumlah
dengan Dunia Perbankan akan dapat dikelola 34 (tiga puluh empat) UMKM. Kapasitas
dengan baik. produksi mencapai 5.729 ton per tahun, dengan
rata-rata kapasitas produksi per hari untuk setiap
DAMPAK LINGKUNGAN pengrajin/pengusaha UMKM gula merah tebu
Usaha produk gula merah tebu tidak mencapai 800 kg - 1.000 kg.
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, c. Permintaan akan produk gula merah tebu
bahkan menciptakan manfaat bagi lingkungan pada UMKM gula merah tebu di Desa
30

Slumbung Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten kepraktisan mekanisme jual beli. Pedagang


Kediri. Dalam 1 bulan rata-rata permintaan gula pengepul besar dan pedagang perantara gula
merah tebu mencapai 20 sampai 25 ton untuk merah tebu juga kadang berperan sebagai
setiap pengrajin/pengusaha UMKM gula merah lembaga keuangan dengan meminjamkan modal
tebu. Permintaan tertinggi terjadi pada kerja kepada pengrajin/pengusaha UMKM
menjelang Ramadhan dan Idul Fitri serta pada untuk menjamin pasokan produk gula merah
pertengahan tahun. Sementara permintaan tebu kepada mereka. Pengembalian pinjaman
terendah terjadi pada saat musim penghujan kepada pedagang pengepul besar dan pedagang
dimana kadar air dalam tebu lebih tinggi perantara gula merah tebu biasanya dalam
sehingga air nira tebu yang dihasilkan menjadi bentuk produk.
lebih sedikit yang berpengaruh pada penurunan h. Berdasarkan hasil analisis kelayakan
kapasitas produksi gula merah tebu. Permintaan finansial terhadap UMKM gula merah tebu di
akan UMKM gula merah tebu di Desa lokasi penelitian menunjukkan bahwa UMKM
Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih dalam 1 gula merah tebu di lokasi penelitian layak
bulan mencapai lebih dari 1000 ton dan saat ini dilaksanakan dan memberikan kontribusi
UMKM di lokasi penelitian belum mampu keuntungan yang signifikan. Hasil analisis
memenuhi permintaan tersebut, terbukti dari finansial pada discount rate 18% diperoleh NPV
berapa pun kapasitas produksi UMKM gula sebesar RP.205.007.807 (>0), IRR sebesar
merah tebu di lokasi penelitian selalu terserap 38.5% (>18%), B/C ratio 1,07 (>1), net B/C
oleh pasar. ratio 1,55 (>1) dengan masa pengembalian
d. Desa Slumbung, Kecamatan Ngadiluwih, investasi (payback period) selama 3,12 tahun
Kabupaten Kediri merupakan lokasi yang ideal atau 3 tahun 2 bulan (lebih rendah dari masa
bagi pengembangan UMKM gula merah tebu periode proyek = 5 tahun)
karena pasokan bahan baku dalam hal ini tebu i. Analisis sensitivitas terhadap perubahan
cukup baik. Keberadaan beberapa pabrik gula di penerimaan/penghasilan pada tingkatan sebesar
sekitar lokasi UMKM gula merah tebu 6% dan 7% serta perubahan yang terjadi pada
menjamin ketersediaan dan pasokan bahan baku. kenaikan biaya operasional sebesar 7% dan 9%,
e. UMKM gula merah tebu di Desa Slumbung dan perubahan yang terjadi sekaligus bersamaan
mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah antara penurunan penghasilan sebesar 3% dan
yang cukup besar. Hasil penelitian mencatat peningkatan biaya operasional sebesar 3% tidak
penyerapan tenaga kerja pada UMKM gula berpengaruh terhadap kelayakan UMKM gula
merah tebu di lokasi penelitian mencapai lebih merah tebu di lokasi penelitian.
dari 300 orang tenaga kerja. j. UMKM gula merah tebu di lokasi penelitian
f. Terkait dengan pola pembiayaan UMKM memberikan dampak sosial ekonomi bagi
gula merah tebu saat ini masih mengandalkan masyarakat setempat dalam bentuk peningkatan
dana milik pribadi atau pinjaman dari pedagang penyerapan tenaga kerja, peningkatan
pengepul besar atau pedagang perantara gula kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat
merah tebu. Keterlibatan pihak bank/lembaga setempat, meningkatkan nilai tambah bagi
keuangan dalam menyediakan kredit/pinjaman pengrajin/pengusaha UMKM setempat,
baik kredit investasi maupun kredit modal kerja meningkatkan optimalisasi potensi daerah
masih sangat minim. melalui usaha gula merah tebu, meningkatkan
g. Jalur distribusi produk gula merah tebu masih devisa negara serta mendorong adanya
didominasi oleh peran pengepul besar atau penelitian dan pengembangan teknologi
pedagang perantara. Pengusaha/pengrajin produksi
UMKM gula merah tebu di lokasi penelitian k. Usaha produk gula merah tebu tidaklah
menjual sebagian besar produknya kepada memberikan dampak negatif bagi lingkungan
pedagang pengepul besar dan pedagang sekitar
perantara gula merah tebu dengan alasan
31

REKOMENDASI hasil
produk.
KEN LANGKAH INDIKATOR PELAKSANA
DALA OPERASION KEBERHASI
AL LAN DAFTAR RUJUKAN
Keterbat • Investasi • Terjadi • Dinas Aini, 2002 “Manis dan Kaya Kalori” Jawa Pos
asan peralatan peningkata KOPERIND
kapasitas produksi n produksi AG, Minggu 20 April, pp 24. Badan
produksi. sebagai gula merah DiisHutBun Standarisasi Nasional - SNI 01-6237-2000
upaya tebu. dan Bappeda
“Gula Merah Tebu”
peningkata • Penambaha
n kapasitas n jumlah http://www.bsn.go.id/sni/sni_detail.php?s
produksi mesin ni_id=6387
produksi.
Buckle, K.A., R.A. Edward, E.H. Fleets and M.
Permoda • Kredit • Semakin • Bappeda,
la investasi banyaknya DisHutBun Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah
n. yang pengrajin dan Purnomo, H dan Adiono. Penerbit UI
diperuntuk yang Perbankan
kan pada mendapatk (difasilitasi
Press. Jakarta.
perbaikan an kredit. BI). Departemen Kesehatan RI. 1995. Daftar
mesin atau • Penambaha Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia.
pembelian n jumlah
mesin sewa lahan. Jakarta. Departemen Kesehatan RI.
produksi • Jangka Departemen Pertanian RI. 2006. Rencana
baru. waktu Pembangunan Pertanian 2005 - 2009.
• Kredit produksi
modal kerja gula merah Jakarta. DepartemenPertanian RI.
dibutuhkan lebih lama. Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Kediri
untuk • Pinjaman
menambah
(2010). Kabupaten Kediri dalam Angka
ke
luasan pengepul 2010. Kediri
sewa lahan berkurang. Goutara dan Wijandi. 1975. Dasar Pengolahan
bahan baku
tebu.
Gula. Departemen Teknologi Hasil
Ketergan • Penguatan • Harga jual • Assosiasi Pertanian FATEMETA IPB. Bogor.
tungan petani atau produk Tani, Muchtadi, D., M, Astawan dan N.S. Palupi.
petani kelembagaa gula merah DisHutBun,
terhadap n petani meningkat. Koperindag 1993. Metabolisme Zat Gizi, Sumber,
pedagan agar • Terjalinya dan Pabrik Fungsi dan Kebutuhan bagi Manusia.
g. mampu kemitraan Gula.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
bernegosias atau adanya
i dengan aktivitas Pakapahan, A, 2000. Membangun Kembali
pedagang. jual beli Industri Gula Indonesia, Direktorat
• Membuka langsung
Jenderal Perkebunan Jakarta
peluang dengan
akses pabrikan. Purnomo, Edi, 1997, Pembuatan Gula Merah
pemasaran Tebu yang Baik dan Efisien, Pasuruan :
baru.
Rendahn • Pelatihan • Hasil • Koperindag
P3GI
ya standarisasi produk dan Pabrik Soerjadi, 1982. Dasar-dasar Teknologi Gula.
Kualitas mutu gula gula merah Gula Yogyakarta : Lembaga Pendidikan
produk merah. tebu lebih
Gula • Pelatihan bersih dan
Perkebunan.
Merah teknik sesuai Supriyadi, Achmad, 1992, Rendeman Tebu:
Tebu. produksi standar Liku-Liku Permasalahannya, Yogyakarta
pengolahan mutu
gula merah. produk. : Kanisius
Inovasi. • Pelatihan • Model • Koperindag, Tjokrodirdjo, H.S., L.M. Syafein, dan B.
entreprene pengemas DisHutBun Subroto. 1999. Industri gula di luar Jawa.
ur bagi an produk (difasilitasi
BI). Dalam A.H. Sawit,
pengrajin. lebih
P. Suharno, dan A. Rachman (Ed.). Ekonomi
• Diversifik bervariasi.
asi Gula Indonesia, Pusat Penelitian Sosial
kemasan Ekonomi Pertanian,

Anda mungkin juga menyukai