Anda di halaman 1dari 17

RESUME GINEKOLOGI

KISTA OVARIUM

LAPORAN PENDAHULUAN
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh:
Selvi Estria
KHGD21060

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2021 -2022
A. Pengertian
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung
telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak
di indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja.
(Setyorini, 2014)
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk
seperti kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa
berisi zat gas, cair, atau setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai
sebuah kapsul. (Andang, 2013)
kista ovarium merupakan tumor jinak yang menimbulkan benjolan
abnormal di bagian bawah abdomen dan berisi cairan abnormal berupa udara,
nanah, dan cairan kental.
B. Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. (Setyorini, 2014). Menurut Kurniawati,
dkk. (2009) ada beberapa faktor pemicu yang dapat mungkin terjadi, yaitu:
1. Faktor internal
a. Faktor genetik
Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker
yang disebut gen protoonkogen. Protoonkogen tersebut dapat terjadi
akibat dari makanan yang bersifat karsinogen, polusi, dan paparan
radiasi.
b. Gangguan hormon
Individu yang mengalami kelebihan hormon estrogen atau
progesteron akan memicu terjadinya penyakit kista.
c. Riwayat kanker kolon
Individu yang mempunyai riwayat kanker kolon, dapat berisiko
terjadinya penyakir kista.Dimana, kanker tersebut dapat menyebar
secara merata ke bagian alat reproduksi lainnya.
2. Faktor eksternal
a. Kurang olahraga
Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia.
Apabila jarang olahraga maka kadar lemak akan tersimpan di
repository.unimus.ac.id dalam tubuh dan akan menumpuk di sel-sel
jaringan tubuh sehingga peredaran darah dapat terhambat oleh
jaringan lemak yang tidak dapat berfungsi dengan baik.
b. Merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan gaya hidup
tidak sehat yang dialami oleh setiap manusia. Gaya hidup yang tidak
sehat dengan merokok dan mengkonsumsi alkohol akan
menyebabkan kesehatan tubuh manusia terganggu, terjadi kanker,
peredaran darah tersumbat, kemandulan, cacat janin, dan lain-lain.
c. Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat
Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat salah
satu gaya hidup yang tidak sehat pula, dapat menyebabkan
penimbunan zat-zat yang berbahaya untuk tubuh di dalam sel-sel
darah tubuh manusia, terhambatnya saluran pencernaan di dalam
peredaran darah atau sel-sel darah tubuh manusia yang dapat
mengakibatkan sistem kerja tidak dapat berfungsi dengan baik
sehingga akan terjadi obesitas, konstipasi, dan lain-lain.
d. Sering stress
Stress salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista, karena
apabila stress manusia banyak melakukan tindakan ke hal-hal yang
tidak sehat, seperti merokok, seks bebas, minum alkohol, dan lain-
lain.
C. Patofisiologi
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium,
dan endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi
akibat rangsangan dari kelenjar hipofisis.
Rangsangan yang terus menerus datang dan ditangkap panca indra
dapat diteruskan ke hipofisis anterior melalui aliran portal
hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis anterior, GnRH akan
mengikat sel genadotropin dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle
Stimulating Hormone) dan LH (LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH
menghasilkan hormon estrogen dan progesteron (Nurarif, 2013).
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang
normal. Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan
pembentukan salah satu hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium.
Ovarium tidak akan berfungsi dengan secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium
yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara
tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Dimana, kegagalan tersebut
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium dan hal tersebut dapat
mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium, serta menyebabkan
infertilitas pada seorang wanita (Manuaba, 2010)
D. Klasifikasi
Menurut Yatim (2008), kista ovarium dapat terjadi di bagian korpus
luteum dan bersifat non-neoplastik. Ada pula yang bersifat neoplastik. Oleh
karena itu, tumor kista dari ovarium yang jinak di bagi dalam dua golongan
yaitu golongan non-neoplastik dan neoplastic
1. Kista OvariumNon-neoplastik
a. Kista Folikel
Kista folikel merupakan struktur normal dan fisiologis yang
berasal dari kegagalam resorbsi cairan folikel yang tidak dapat
berkembang secara sempurna. Kista folikel dapat tumbuh menjadi
besar setiap bulannya sehingga sejumlah folikel tersebut dapat mati
dengan disertai kematian ovum. Kista folikel dapat terjadi pada
wanita muda yang masih menstruasi. Diameter kista berkisar 2cm
(Yatim, 2008). Kista folikel biasanya tidak bergejala dan dapat
menghilang dalam waktu 60 hari. Jika muncul gejala, biasanya
menyebabkan interval antar menstruasi yang sangat pendek atau
panjang. Pemeriksaan untuk kista  4 cm adalah pemeriksaan
ultrasonografi awal, dan pemeriksaan ulang dalam waktu 4-8
minggu. Sedangkan pada kista  4 cm atau kista menetap dapat
diberikan pemberian kontrasepsi oral selama 4- 8 minggu yang akan
menyebabkan kista menghilang sendiri (Yatim, 2008).
b. Kista lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang diluar
kehamilan.Kista luteum yang sesungguhnya, umumnya berasal dari
corpus luteum hematoma. Perdarahan kedalam ruang corpus selalu
terjadi pada masa vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak
jumlahnya, terjadilah korpus leteum hematoma yang berdinding tipis
dan berwarna kekuning - kuningan. Biasanya gejala-gejala yang di
timbulkan sering menyerupai kehamilan ektopik (Yatim, 2008).
c. Kista stain levental ovary
Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polykistik,
permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada
pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunika yang tebal dan
fibrotik. Dibawahnya tampak folikel dalam bermacam-macam
stadium, tetapi tidak di temukan korpus luteum. Secara klinis
memberikan gejala yang disebut stain – leventhal syndrome dan
kelainan ini merupakan penyakit herediter yang autosomaldominant
(Yatim, 2008).
d. Kista Korpus Luteum
Kista korpus luteum merupakan jenis kista yang jarang terjadi.
Kista korpus luteum berukuran ≥ 3 cm, dan diameter kista sebesar
10 cm. Kista tersebut dapat timbul karena waktu pelepasan sel telur
terjadi perdarahan dan bisa pecah yang sering kali perlu tindakan
operasi (kistektomi ovarii) untuk mengatasinya. Keluhan yang biasa
dirasakan dari kista tersebut yaitu rasa sakit yang berat di rongga
panggul terjadi selama 14- 60 hari setelah periode menstruasi
terakhir (Yatim, 2008)
2. Kista Ovarium Neoplastik
a. Kistoma Ovarium Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding
kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, dan berwarna putih.
Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan
tetapi jaringan yang di keluarkan harus segera di periksa secara
histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan atau tidak
(Setiati, 2009).
b. Kista Dermoid
Sebenarnya kista dermoid ialah satu terotoma kistik yang jinak
dimana stuktur-stuktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna,
seperti epital kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea
berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol
dari pada elemen-elemen entoderm dan mesoderm.Tidak ada ciri-
ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih,
keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik
kenyal, dan dibagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista
berongga satu (Setiati, 2009).
c. Kista Endometriois
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium
yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan
tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga
menimbulkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi
d. Kista denoma Ovarium Serosum
Pada umumnya kista ini tidak mencapai ukuran yang amat
besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan
tumor biasanya licin, kista serosum pun dapat berbentuk
multilokuler meskipun lazimnya berongga satu. Terapi pada
umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya
berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu di
lakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan.
Bahkan kadang-kadang perlu di periksa sediaan yang di bekukan
pada saat operasi untuk menentukan tindakan selanjutnya pada
waktu operasi (Rasjidi, 2010)
E. Pathway
F. Pengkajian
1. Data biografi klien
2. Aktivitas/Istirahat Kelemahan atau keletihan
perubahan pola istirahat dan jam kebisaan tidur, adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi tidur misal : nyeri, kecemasan, keterbatasan,
partisipasi dalam hobi dan latihan.
3. Sirkulasi Palpitasi, nyeri, perubahan pada TD
4. Integritas ego
Faktor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang perubahan
dalam penampilan dalam sisi operasi, perasaan tidak berdaya, putus
asa,depresi.menarik diri.
5. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi misal:darah pada feses,nyeri pada
defekasi, change eliminasi urinarius misalnya: nyeri, change pada Bising
usus.
6. Makanan/cairan
Anoreksia, mual/muntah.intoleransi makanan, perubahan berat badan
penurunan BB, perubahan kelembaban/turgor kulit, edema.
7. Neurosensori
Pusing, sinkop . Nyeri / kenyamanan Tidak ada nyeri / derajat
bervariasi misalnya : ringan sampai nyeri berat (dengan proses penyakit).
8. Seksualitas
Perubahan pada tingkat kepuasan
9. Interaksi sosial
Ketidaksesuaian / kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan,
masalah tentang fungsi / tanggung jawab peran.
10. Penyuluhan / pembelajaran Riwayat penyakit pada kelurga, riwayat
pengobatan, pengobatan sebelumnya atau operasi.
G. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Do : Klien tampak Luka Oprasi Nyeri akut berhubungan
Meringis bersikap dengan pelepasan
protektif dan gelisah Terputusnya jaringan
mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat
Merangsang area sensorik
motoric trauma jaringan dalam
pembedahan (section
Nyeri Akut caesarea)
Jaringan terbuka Resiko Infeksi
berhubungan dengan
Invasi Bakteri trauma jaringan / luka
bekas operasi (SC)
Resiko infeksi
Ds: merasa bingung Infeksi ovarium Ansietas berhubungan
Merasa khawatir dengan kurangnya
Kistoma ovarium
dengan akibat dari informasi tentang prosedur
pembedahan,
kondisi yang dihadapi Kurang pengetahuan
penyembuhan, dan
Sulit berkonsentrasi tentang prosedur
perawatan post oprasi
Do: pembedahan,

Mengeluh pusing penyembuhan, dan


perawatan post oprasi
Anoreksia
Palpitasi
Ansietas
Merasa tidak berdaya

Infeksi ovarium Resiko perdarahan


berhubungan denga
Kistoma ovarium
rupture ovarium
Pembesaran ovarium

Rupture ovarium

Resiko perdarahan
Infeksi ovarium Defisit pengetahuan b.d
penyakit yang diderita
Kistoma ovarium

Kurang pengetahuan
tentang prosedur
pembedahan,
penyembuhan, dan
perawatan post oprasi

H. Diagnosa Kepearawatan
1. Nyeri akut b.d diskontinuitas jaringan akibat luka operasi
2. Resiko perdarahan berhubungan denga rupture ovarium
3. Resiko Infeksi berhubungan luka post operasi
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,
prosedur pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post oprasi
5. Defisit pengetahuan b.d penyakit yang diderita

I. Intervensi Keperawatan
Diagnose Tujuan keparawatan Intervensi keperawatan
keperawatan
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan asuhan Observasi
diskontinuitas keperawatan diharapkan 1. identifikasi lokasi
- keluhan nyeri karakteristik durasi
jaringan akibat
menurun frekuensi kualitas
luka operasi - meringis menurun intensitas nyeri
- sikap protektif 2. Identifikasi skala nyeri
menurun dan gelisah 3. Berikan teknik non
menurun farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. kontrol lingkungan yang
mempererat rasa nyeri
5. fasilitasi istirahat dan tidur
6. pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. jelaskan penyebab periode
dan pemicu nyeri
2. jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
kolaborasi
6. pemberian analgetik

Resiko setelah dilakukan tindakan observasi


perdarahan keperawatan 3 x 24jam 1. monitor tanda dan gejala
berhubungan kehilangan darah baik perdarahan
denga rupture internal maupun eksternal 2. monitor nilai hemoglobin
ovarium dapat menurun dengan hematokrit sebelum dan
kriteria hasil: setelah kehilangan darah
- hemoglobin membaik 3. monitor tanda-tanda vital
- hematokrit membaik 4. monitor koagulasi
- tekanan darah terapeutik
membaik 1. batasi tindakan invasif jika
- suhu tubuh membaik perlu
- perdarahan vagina 2. pertahankan baterai selama
menurun perdarahan
3. gunakan kasur pencegahan
decubitus
4. hindari pengukuran suhu
rektal
edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
2. anjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
3. anjurkan menghindari
aspirin atau antikoagulan
4. anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan
vitamin K
5. anjurkan segera
melaporkan jika terjadi
perdarahan
kolaborasi
6. kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan Jika
perlu
7. anjurkan pemberian
produk darah Jika perlu
8. anjurkanpemberian pelunak
tinja Jika
Resiko Infeksi setelah dilakukan tindakan observasi
berhubungan keperawatan 3 x 24 jam - monitor tanda dan gejala
luka post diharapkan derajat infeksi infeksi lokal dan sistemik
operasi menurun dengan kriteria terapeutik
hasil : 1. batasi jumlah pengunjung
2. berikan perawatan pada
- demam menurun daerah edema
- kemerahan 3. cuci tangan sebelum dan
menurun sesudah kontak dengan
- kadar sel darah pasien dan lingkungan
putih membaik pasien
4. pertahankan teknik aseptik
pada pasien berisiko tinggi
edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. ajarkan cara memeriksa
luka
3. anjurkan meningkatkan
asupan cairan
kolaborasi
kolaborasi pemberian
imunisasi
Ansietas setelah dilakukan tindakan Observasi :
berhubungan keperawatan 3 X 24 jam 1. Identifikasi saat ikan
dengan diharapkan tingkat ansietas anxietas berubah
kurangnya menurun dengan kriteria 2. Identifikasi kemampuan
informasi hasil : mengambil keputusan
tentang - konsentrasi 3. monitor tanda-tanda
penyakit, meningkat anxietas
prosedur - pola tidur membaik terapeutik
pembedahan, - perilaku gelisah 1. ciptakan suasana
penyembuhan, menurun terapeutik untuk
dan perawatan - verbalisasi menumbuhkan
post oprasi kebingungan kepercayaan
menurun 2. temani pasien untuk
- verbalisasi mengurangi kecemasan
khawatir akibat 3. Jika memungkinkan
kondisi yang pahami situasi yang
dihadapi menurun membuat anxietas
- perilaku tegang 4. Dengarkan dengan penuh
menurun perhatian menggunakan
pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
5. motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
edukasi
1. Jelaskan prosedur
termasuk sensasi yang
mungkin dialami informasi
secara faktual mengenai
diagnosis pengobatan dan
prognosis
2. anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien hati
kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
melatih teknik relaksasi

Defisit setelah dilakukan tindakan observasi


keperawatan 3 x 24 jam 1. identifikasi kesiapan dan
pengetahuan b.d
diharapkan tingkat kemampuan menerima
penyakit yang pengetahuan membaik informasi
dengan kriteria hasil : 2. identifikasi faktor-faktor
diderita
- perilaku sesuai yang dapat meningkatkan
anjuran meningkat dan menurunkan motivasi
- kemampuan perilaku hidup bersih dan
menjelaskan sehat
pengetahuan suatu terapeutik
topik meningkat 1. sediakan materi dan
- pertanyaan tentang media pendidikan
masalah yang kesehatan
dihadapi menurun 2. jadwalkan pendidikan
- persepsi yang keliru kesehatan sesuai
terhadap masalah kesepakatan
menurun 3. berikan kesempatan untuk
- menjalani bertanya
pemeriksaan yang edukasi
tidak tepat menurun 1. Jelaskan faktor risiko
yang dapatmempengaruhi
kesehatan
2. ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
3. ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
kehidupan bersih

Daftar Pustaka

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan


Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai