Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rizky Ramadhan

Nim : 200701552020

Kelas : J PARE-PARE

Psikologi Evolusioner dan Robert C Bolles

A.Robert C. Bolles dan Konsep Teori Evolusioner

 Konsep Teoritis Utama

- Expekstasi
Menurut Bolles, belajar melibatkan pengembangan expectancies (ekspektasi,pengharapan).
Yakni, organisme belajar satu jenis kejadian yang mendahului kejadian lainnya.
· Pengkondisian klasik sebagai ekspektasi yang dipelajari yang ketika diberi satu stimulus
(CS) akan menimbulkan stimulus lain (US). Dalam kehidupan sehari-hari, melihat kilat dan
berharap ada suara petir adalah contoh dari jenis ekspektasi stimulus-stimulus atau S-S ini.
· Pengkondisian operan dan Instrumental melibatkan pengembangan ekspektasi respons-
stimulus atau R-S (Bolles, 1972). Misalnya seekor tikus belajar mengharapkan bahwa jika ia
menekan tuas dalam kotak, maka akan muncul makanan. Dalam kehidupan sehari-hari,
berharap mendengar suara bel ketika tombol bel di pintu ditekan adalah contoh dari
ekspektasi R-S.

- Predisposisi Bawaan
Penekanan Bolles pada ekspektasi menunjukkan pengaruh dari Tolman. Akan tetapi, ada
perbedaan penting antara kedua teoritisi itu. Tolman berkosentrasi pada ekspektasi S-S dan
R-S yang dipelajari, sedangkan Bolles menekankan pada ekspektasi S-S dan R-S bawaan
(innate) dalam analisisnya terhadap perilaku, dan penekanan pada S-S dan R-S bawaan inilah
yang menempatkannnya segolongan denga psikolog lain yang tertarik pada penjelasan
perilaku dari prespektif evolusi. Contoh dari dari hubungan S-S bawaan adalah ketika bayi
menunjukkan ketakutan akan suara yang keras, mengisyaratkan bayi tersebut
memperkirakan peristiwa yang berbahaya untuk diikuti. Ekspektasi R-S bawaan dicontohkan
oleh perilaku stereotip yang banyak dilakukan spesies saat menghadapi makanan, minuman,
bahaya, dan objek atau kejadian biologis yang signifikan lainnya.
Menurut Dojman (1997), cacat dalam teori belajar tradisional, seperti teori Thorndike,
Watson, Skinner, Hull, adalah asumsinya yang dikenal sebagai empirical principle of
equipotentiality (prinsip ekuipotensialitas empiris) (jangan tertukar dengan hukum
ekuipotensialitas-nya Karl Lashley). Prinsip ekuipotensialitas empiris ini menyatakan bahwa
hukum belajar “berlaku secara ekual untuk setiap tipe stimulus dan setiap tipe respons”.
Jadi, prinsip eekuipotensialitas empiris menyebabkan menyebabkan periset mempelajari
belajar dalam satu spesies tertentu tanpa mempertimbangkan sejarah evolusi dari spesies
itu. Selain itu, ketika anggota spesies tidak belajar melakukan suatu respons dalam kondisi
yang ditentukan, hasil yang mengecewakan akan dinisbahkan ke disfungsi peralatan atau
kesalahan eksperimenter, atau dianggap sebagai “gangguan” yang tidak bisa dijelaskan.

- Motivasi Membatasi Fleksibilitas Respons


Beberapa teoritis telah meminimalkan atau menolak peran motivasi dalam proses belajar
(misalnya, Guthrie dan Tolman). Teoritisi lainnya (misalnya, Hull) mementingkan motivasi
organisme. Menurutnya, motivasi dan belajar tidak bisa dipisahkam. Namun, dalam
pandangan Bolles, seseorang harus tau baik itu keadaan motivasional itu. Menurut Bolles
(1979, 1988), organisme mungkin fleksibel dalam hal ekspektasi S-S, ekspektasi R-S mungkin
lebih terbatas sebab motivasi menghasilkan bias respon. Artinya, hewan akan kesulitan
mempelajari perilaku yang berkonflik dengan perilaku yang terjadi secara alami dalam situasi
tersebut. Misalnya, organisme tidak akan belajar perilaku yang berhubungan dengan
tindakan membebaskan diri guna mendapatkan makanan, atau tidak akan belajar perilaku
tertentu untuk bisa bebas dari stimulus yang menyakitkan atau berbahaya.

- Argumen Tempat
Bolles (1988) mengatakan bahwa pemahaman atas belajar harus diiringi dengan
pemahaman atas sejarah evolusi organisme. Dia mengatakan bahwa, hewan punya
kewajiban, dorongan, untuk belajar dan untuk tidak belajar, tergantung pada tempat mereka
berada dan bagaimana menyesuaikan diri dengan keseluruhaan skema. Kita dapat
memperkirakan beberapa jenis pengalaman akan direfleksikan dalam belajar, dan sebagian
lainnya tidak... tugas belajar yang melanggar komitmen biologis terhadap tempatnya dapat
diperkirakan akan menghasilkan perilaku anomali. Sebuah tugas belajar yang menguatkan
predisposisi hewan untuk berperilaku dengan cara tertentu akan lebih besar
kemungkinannya untuk sukses. Ini adalah argumen tempat.

B.Batas Biologis Robert C.Bolles

 Batas Biologis dari Belajar


Kita telah melihat bahwa teori Bolles dibangun berdasarkan ide bahwa predisposisi bawaan
akan membatasi asosiasi yang bisa dipelajari organisme dan respon yang akan diberikan
organisme dalam situasi spesifik. Ide ini didukung oleh Seligman (1970) yang berpendapat
bahwa beberapa spesies belajar asosiasi dengan lebih mudah dibanding spesies lainnya
sebab mereka secara biologis sudah lebih siap untuk melakukannya. Jadi tempat asosiasi
pada preparedness continuum (kontinum kesiapan) akan menentukan seberapa mudah
asosiasi itu akan dipelajari.

 Pengkondisian Instrumental
Dalam eksperimennya Bolles`menggunakan satu kelompok tikus untuk menguji teorinya,
tikus-tikus itu dibuat kehausan dan kelaparan. Mereka diperkuat dengan air dan makanan
kemanapun mereka berbelok. Dalam studi ini tikus yang lapar yang mencari makanan
melakukan tugas dengan lebih cepat ketimbang tikus haus yang mencari air. Penjelasan
evolusi bisa menerangkan bahwa tikus berkembang sebagai hewan omnivora dan suka
keluyuran, maka mereka mungkin akan menyimpang dalam mewncari makanan di lokasi
yang sama sedangkan air adalah sumber yang lebih stabil. Dengan kata lain tikus siap untuk
pergi ke tempat yang sama untuk mencari air tetapi tidak mereka tidak siap untuk pergi ke
tempat yang sama untuk menemukan makanan.
Melarikan diri dan menghindar. Organisme mungkin menunjukkan tingkat fleksibilitas
respon dan eksplorasi dalam hal mendapatkan makanan dan minuman. Misalnya tikus lapar
mungkin menekan tuas, menelusuri jalur teka-teki, mengendus cangkir kecil dan sebagainya.
Bolles mengakui bahwa hewan melarikan diri dari predator harus bisa dilakukan dalam satu
kali tindakan agar ia bisa bertahan hidup.
Strategi tikus adalah menggunakan pola perilaku yang tepat untuk melindungi dirinya sendiri
yang disebut sebagai reaksi defensif spesifik-spesifik (SSDR).

 Pengkondisian Operan
Bolles,Reley,Cantor dan Duncan (1974) menunjukkan bahwa semua tikus akan belajar
mengantisipasi makanan jika ia disajikan pada jadwal penguatan interval tetap (F1) (sekali
per hari) namun mereka tidak siap untuk mempelajari setrum listrik yang menyakitkan jika
setrum itu terjadi pada jadwal F1 sama. Menurut Bolles tikus dapat dengan mudah lari maju
mundur untuk ,menghindari setrum tetapi mereka kesulitan menekan tuas untuk
menghindari setrum.

 Autoshaping
Bolles (1979) menyatakan bahwa autoshaping melibatkan belajar S-S namun tidak terjadi
belajar rerspon baru. Dia menginterpretasikan perilaku mematuk itu sebagai respon bawaan
terhadap stimulus yang karena kontiguitas temporalnya dengan menyajikan makanan
mendapatkan properti yang terkait dengan makanan. Dalam eksperimen autoshaping
pematukan mereduksi tingkat penguatan namun pematukan kunci terus berlanjut. Evolusi
tidak selalu melahirkan kemajuan, adaptasi yang mungkin sukses di tempat tertentu (EEA)
mungkin akan bermasalah dalam lingkungan modern atau dalam laboratorium.

 Pengkondisian Klasik
Di dalam riset Garcia mengidentifikasikan bahwa di dalam suatu spesies, asosiasi tertentu
akan lebih mudah dibentuk ketimbang asosiasi lainnya karena adanya sejarah evolusi spesies
itu. Karena itu para penulis berpendapat bahwa spesies akan bisa sangat adaptif jika
(sebagian besar) organisme dapat belajar menghindari berdasarkan aroma bukan
berdasarkan bentuk,warna atau struktur dari makanan atau minuman yang membuat
mereka sakit. Seperti respon yang dikondisikan lainnya aversi cita rasa yang dipelajari dapat
mengalami pelenyapan (extinction). Dengan kata lain jika aroma (CS) disajikan berkali-kali
tanpa diikuti rasa sakit (UR) organisme akan mendekati dan mengonsumsi substansi yang
pernah dihindarinya.

 Behaviorisme Biologis
Karya yang lebih baru dari William Timberlake memperluas dan mengelaborasikan argumen
Bolles. Timberlake memuji tradisi behavioral atas perannya dalam membangun metobe
standar dan teknik pengukuran standart untuk meneliti belajar dan dia mengakui logika dari
percobaan yang terkontrol yang telah matang pada masanya behaviorisme. Tetapi seperti
Bolles, Timberlake berpendapat bahwa usaha untuk mengungkap prinsip belajar yang umum
dan abstrak cenderung mengabaikan perbedaan spesifik-spesifik dalam kesiapan belajarnya.
Jadi jika kita tidak memahami organisme dari prespektif bioevolusi fenomena seperti yang
diamati dalam autoshaping atau “misbehavior” sering dianggap sebagai kesalahan dan
membuat kita mungkin menolak teori atau metode lain yang mungkin lebih berguna.

C. Aplikasi Psikologi Evolusioner dalam Perilaku Manusia

Psikologi evolusioner telah di aplikasikan secara luas untuk memahami perilaku manusia. Wilson
menyajikan basis biologis dari perilaku sosial manusia. Dia berpendapat bahwa baik itu pikiran
manusia atau kultur manusia terus berkembang lantaran hal-hal tersebut membantu kelangsungan
hidup manusia. Peran psikologi dalam sintesis baru ini dikemukakan dalam akalah Wilson yang
disampaikan pada pertemuan nasional American Psicological Association di Boston pada tahun 1999.
Dalam pembahasan dibawah nanti kita akan membatasi diri pada pengaruh persiapan belajar
terhadap perkembangan fobia, seleksi pasangan, parenting, kekerasan keluarga, “altruisme”, dan
perilaku moral, serta perkembangan bahasa, tapi ada bidang lain dimana prinsip evolusi telah
diaplikasikan, seperti agresi dan perang; pemerkosaan, incest, dan bunuh diri; penghindaran incest;
dan agama.

 Perkembangan Fobia
Kesiapan belajar manusia paling jelas dimanifestasikan dalam kasus fobia, yang berupa rasa
takut yang disebabkan oleh kombinasi dari beberapa hal. Fobia memberikan respons yang
ekstrem. Fobia biasanya muncul dengan seutuhnya setelah ada satu penguatan negatif dan
biasanya sulit untuk dihilangkan. Yang menarik adalah fenomena yang menimbulkan reaksi
ini secara konsisten mengandung beberapa bahayayang mengancam lingkungan manusia
sedangkan pistol, pisau, mobil, stop kontak listrik, dan peralatan teknologi lainnya yang
berbahaya jarang menimbulkan fobia.

 Seleksi Pasangan
Dari sudut pandang psikologi evolusioner pemilihan pasangan, banyak standar yang
ditransmisikan secara sosial sebenarnya adalah standar buatan. Banyak standar sosial
sebenarnya dengan daya tarik bisa berubah-ubah: misalnya, standar gaya rambut, riasan
wajah, gaya pakaian, dan bahkan bentuk tubuh, semuanya bisa berubah. Contoh
karakteristik itu misalnya sifat pengasih dan pengasuh, subur reproduksinya, pantas jadi
pasangan dan orang tua, dan sebagainya.. Karakteristik paling penting yang diidentifikasikan
oleh pria atau wanita adalah kebaikan dan pemahaman, kemudian kecerdasan, yang semua
faktor itu penting bagi kelangsungan hidup kita, pasangan kita, dan keturunan kita.
Penjelasan evolusi untuk perbedaan ini adalah bahwa perempuan menghabiskan banyak
sumber daya biologis untuk melahirkan dan mengasuh anak, dan karena wanita, sampai saat
ini, masih merupakan satu-satunya pihak yang bisa mengandung bayi.

 Parenting
Bagi psikolog evolusioner, tugasnya adalah menjelaskan mengapa dua orang dewasa
mungkin menghabiskan sumber daya fisik dan biologisnya untuk orang lain yang jarang
mengatakan «terimaksih» dan mungkin tidak menyadar pentingnya tindakan pengorbanan
orang tua selama bertahun-tahun. Seleksi Kerabat, penjelasan evolusi tentang parenting
dimulai dengan prinsip seleksi kerabat Neo-Darwinian, yakni ide bahwa kesesuaian
evolusioner membutuhkan kelangsungan bukan hanya gen-gen kita, tetapi juga gen-gen dari
individu yang memiliki hubungan dengan kita.

 Altruisme dan Perilaku Moral


Jenis altruisme yang didikusikan di atas dinamakan kin altruism dan kemunculannya
ditentukan oleh Kaidah Hamilton. Psikolog evolusioner juga mendiskusikan reciprocal
altruism , yakni tindakan membantu yang dilakukan oleh individu yang tidak punya
hubungan secara genetik dengan yang dibantu. Altruime resiprokal didasarkan pada fakta
bahwa manusia yang bekerja sama lebih mungkin untuk bertahan hidup ketimbang mereka
yang tidak mau bekerja sama.

 Bahasa
Setiap diskusi menunjukkan kompleksitas naluri bahasa yang adaptif. Bagian-bagian itu
secara fisik diketahui sebagai sirkuit neural yang rumit.

D.Pandangan Psikologi Evolusioner tentang Pendidikan

Psikologi evolusioner tidak memiliki implikasi untuk teknik pengajaran spesifik, tetapi memiliki
implikasi untuk kurikulum pendidikan secara umum. Psikolog evolusioner juga percaya bahwa
manusia secara biologis siap untuk belajar hal-hal yang dinilai positif oleh suatu kultur. Psikolog
evolusioner mengingatkan pendidikan untuk menghindari “nothing-butism”, yakni asumsi bahwa
perilaku ditentukan oleh gen atau oleh kultur saja.

E.Kelebihan Psikologi Evosioner

 Kecerdasan adalah sifat genitas yang dimili manusia.


 Dominasi kultural yang harus dihindari.

F.Saran

Agar proses belajar berlangsung secara sukses maka diperlukannya perilaku eksis sebagai proses
adaptasi. Kecerdasan bawaan yang diyakini dapat mempengaruhi dalam proses pembelajaran dapat
ditingkatkan melalui kultur yang ada dalam lingkungannya itu. Kami harapkan dengan adanya
pemahaman mengenai teori-teori pembelajaran ini, dapat mempermudah para konselor atau guru
BK dalam melaksanakan pembelajaran.

Referensi :

http://gayuumii.blogspot.com/2012/05/teori-belajar-robert-cbolles.html

Anda mungkin juga menyukai