Anda di halaman 1dari 76

Buku Panduan

Pengembangan Desa
Wisata Hijau
Daftar Isi
Daftar Istilah....................................................................................................... 2
Daftar Tabel dan Gambar................................................................................ 4
KATA PENGANTAR.................................................................................................... 5
PENGANTAR.............................................................................................................. 11
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 12
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 14
1.2. Pengembangan Desa Wisata Hijau................................................... 15
1.3. Arah Pengembangan Desa Wisata Hijau......................................... 16
1.4. Pedoman Pengembangan Desa Wisata Hijau................................ 17

BAB II DESA WISATA HIJAU..................................................................................... 20


2.1. Pengertian Dasar.................................................................................... 22
2.2. Tujuan dan Manfaat Pengembangan Desa Wisata Hijau............ 24

BAB III PENYIAPAN KEBIJAKAN DAN DUKUNGAN


PENGEMBANGAN DESA WISATA HIJAU.................................................... 26
3.1. Memahami Faktor-faktor Utama Pengembangan
Desa Wisata Hijau................................................................................... 28
3.2. Kebijakan Pengembangan Desa Wisata Hijau............................... 29
3.3. Dukungan Program Antar Kementerian/Lembaga
Terkait Desa Wisata Hijau..................................................................... 30

BAB IV TAHAPAN PENGEMBANGAN DESA WISATA HIJAU................................... 32


BAB V PEMANTAUAN DAN EVALUASI.................................................................... 54
BAB VI PENUTUP...................................................................................................... 62
LAMPIRAN................................................................................................................. 64
Peran Pokdarwis dalam Pengembangan Kawasan
Ekowisata Berwawasan Lingkungan Berbasis
Masyarakat di Desa Wisata Nglanggeran DIY............................................. 64
Desa Wisata Dieng Kulon di Jawa Tengah:
Pengembangan Desa Wisata oleh Pokdarwis............................................. 65
Pengembangan Sarana Wisata Berbasis Koperasi
di Gili Trawangan, Sabang, dan Magelang ................................................... 66
Inisiatif Pengembangan Desa Wisata Hijau (DWH) Bilebante,
Sesaot dan Sembalun ........................................................................................ 67

REFERENSI................................................................................................................ 70
KONSULTASI............................................................................................................. 71
IMPRINT .................................................................................................................... 72
2 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

Daftar Istilah
CSR Corporate Social Responsibility adalah bentuk tanggung jawab sosial sebuah
perusahaan terhadap lingkungan di sekitarnya. Tanggung jawab tersebut dapat
berbentuk dukungan pemberdayaan komunitas pariwisata desa.
Desa Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (UU No. 6 tahun 2014).
Desa wisata Desa wisata merupakan suatu daerah tujuan wisata atau disebut pula destinasi
pariwisata, yang mengintegrasikan daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,
aksesibilitas, yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu
dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (UU No. 10 tahun 2009; Nuryanti, 1993).
Desa Wisata Hijau Pembangunan desa wisata berbasis konsep pelestarian, meliputi pelestarian alam,
ekonomi dan sosial budaya masyarakat setempat. Konsep yang digunakan adalah
konsep pariwisata berkelanjutan.
Destinasi pariwisata Destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih
wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,
fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya kepariwisataan (UU No.10 tahun 2009).
Kawasan perdesaan Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi (UUNo.26 tahun 2007).
Kepariwisataan Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap
orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha (UU No. 10 tahun 2009).
Pariwisata Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah
daerah (UU No.26 tahun 2007).
Pariwisata berbasis komunitas Pariwisata yang memedulikan keberlangsungan kehidupan lingkungan alam, ekonomi,
dan sosial dan budaya, dan menempatkan masyarakat sebagai perencana, pengelola
dan pemilik, demi memberikan dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Pariwisata berbasis masyarakat bertujuan untuk memberikan kesempatan
kepada wisatawan untuk mempelajari alam dan kehidupan masyarakat lokal guna
mendapatkan pengalaman dan kepuasan selama perjalanannya.
Pariwisata bertanggung jawab Pariwisata yang mempertimbangkan dan mengurangi dampak negatif kegiatannya bagi
lingkungan alam, ekonomi, dan sosial budaya di sekitarnya.
Pariwisata perdesaan Pariwisata yang mendayagunakan sumber daya perdesaan. Kegiatan pariwisata dapat
dilakukan di desa wisata maupun bukan desa wisata.
Pariwisata pro rakyat Pariwisata yang menghasilkan keuntungan secara ekonomi dan sosial budaya bagi
rakyat untuk dapat menunjang kehidupan yang lebih sejahtera.
Pengelolaan Pengunjung Sebuah sistem pengelolaan pengunjung pada sebuah destinasi pariwisata yang
mengatur perencanaan kunjungan, pengorganisasian, penyediaan sumber daya yang
terampil, dan pengkoordinasian kegiatan kunjungan agar wisatawan mendapatkan
pengalaman dan kepuasan dalam keseluruhan perjalanan wisatanya.
Produk pariwisata Pengalaman total yang diterima oleh wisatan mulai dari saat kedatangan hingga saat
meninggalkan destinasi pariwisata yang ditujunya.
Wisata desa Kegiatan wisata yang berlangsung di desa. Tujuan perjalanan tidak selalu berbasis pada
sumber daya wisata bersifat perdesaan sepanjang berlokasi di desa. Pelaku perjalanan
wisata dapat menginap (wisatawan) atau tidak menginap (pelancong).
Wisata perdesaan Kegiatan wisata yang berlangsung di kawasan perdesaan dengan tujuan utama untuk
mengonsumsi sumber daya wisata perdesaan berupa keunikan alam dan budaya lokal.
Pelaku perjalanan wisata juga dapat menginap (wisatawan) atau tidak menginap
(pelancong).
Wisata minat khusus Wisata minat khusus adalah bentuk wisata dimana wisatawan memiliki bekal berupa
keahlian (skill) dan ilmu pengetahuan (knowledge) atas daya tarik wisata pada destinasi
pariwisata yang dikunjunginya. Karena keahlian khusus ini maka jumlah wisatawan
minat khusus bersifat terbatas.
Wisata minat massal Wisata minat massal atau dikenal pula sebagai wisata pantai adalah jenis wisata yang
tidak mengharuskan wisatawan memiliki keahlian khusus. Dengan sifatnya ini maka
jumlah kedatangan wisatawan menjadi tak terbatas dan sering menyebabkan kerusakan
lingkungan.

3
4 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

Daftar tabel dan gambar

Tabel 1. Tahapan Pemantauan Pariwisata Berbasis Komunitas


Tabel 2. Contoh Tujuan dan Sasaran Pemantauan Berdasarkan
Pendekatan Bisnis dan Keberlanjutan
Gambar 1. Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Gambar 2. Bertemunya Faktor Permintaan dengan Faktor Penawaran
Gambar 3. Pelaku Penyebab Dampak
Gambar 4. Mengidentifikasi Pemangku Kepentingan Desa Wisata Hijau
Gambar 5. Contoh Pemetaan Pemangku Kepentingan Desa Wisata Hijau
Gambar 6. Model Pengelolaan Desa Wisata Hijau
Gambar 7. Pola Manajemen Forum
Gambar 8. Produk Pariwisata sebagai Pengalaman Total
Dr Ir. Arifin Rudiyanto, MSc
Deputi Menteri PPN /
Kepala Bappenas Bidang Pengembangan Regional

Potensi kepariwisataan di Indonesia telah banyak diakui oleh masyarakat dunia. Namun perkembangan
kepariwisataan yang telah dirasakan oleh sebagian pelakunya, seperti misalnya pemilik akomodasi dan usaha
perjalanan wisata, ternyata belum dapat memberikan kemanfaatan bagi masyarakat lokal. Sebagian besar destinasi
pariwisata di Indonesia belum mampu mengintegrasikan perkembangan kepariwisataan dengan keseharian
aktivitas sosial dan ekonomi masyarakatnya sehingga masyarakat lokal di destinasi pariwisata belum sepenuhnya
menikmati manfaat dari perkembangan kepariwisataan.

Salah satu program pengembangan kepariwisataan yang katalisator peningkatan keterkaitan kota-desa serta menstimulasi
diharapkan mampu mengintegrasikan keseharian aktivitas sosial dan perkembangan desa dari desa miskin menjadi desa berkembang dan
ekonomi masyarakat dengan kepariwisataan adalah program Desa selanjutnya menjadi desa mandiri.
Wisata Hijau (DWH). DWH adalah salah satu kegiatan pariwisata
Sebagai upaya untuk mendukung percepatan pengembangan DWH
berkelanjutan di NTB, yang merupakan satu dari dua sektor
di Indonesia, maka perlu disusun suatu pedoman pengembangannya.
program Sustainable Regional Economic Growth and Investment
Penyusunan pedoman berdasarkan praktik nyata di dalam
Programme (SREGIP). Program SREGIP merupakan kerja sama
pengembangan DHW sebelumnya dan diharapkan dapat direplikasi
antara pemerintah Indonesia dan Jerman yang diimplementasikan
oleh daerah lain dengan lebih terarah dan mencapai hasil yang
oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Badan
optimal.
Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas) bersama dengan
Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) Pada kesempatan ini, kami dari pihak Bappenas mengapresiasi
berdasarkan penugasan dari Kementerian Federal Kerjasama inisiatif para pihak, yakni Kementerian Pariwisata, Kementerian
Ekonomi dan Pembangunan Jerman (BMZ) untuk periode Januari Koperasi dan UKM, Kementerian Desa, Daerah Tertinggal dan
2015 hingga Juni 2017. Transmigrasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Panorama Foundation, dengan dukungan dari SREGIP, yang telah
Pengembangan DWH menjadi suatu alternatif agar perkembangan
menginisiasi dan mewujudkan adanya pedoman pengembangan
kepariwisataan memberikan kemanfaatan secara sosial, ekonomi
DWH.
dan lingkungan bagi masyarakat lokal. Hal ini tentu saja juga
sejalan dengan program unggulan NAWACITA yaitu membangun Harapan kami, semoga pedoman ini dapat digunakan untuk
dari pinggiran dan perdesaan. Pengembangan DWH diharapkan pengembangan DWH di daerah-daerah lain dalam kerangka
dapat menjamin keberlanjutan kegiatan kepariwisataan di daerah pengembangkan desa dan peningkatan keterkaitan desa-kota.
baik untuk generasi masyarakat saat ini maupun masa yang akan Perkembangan desa selanjutnya akan dapat menciptakan
datang sehingga pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan pertumbuhan dengan prinsip hijau dan berkelanjutan di wilayah
masyarakat lokal. Selanjutnya pengembangan DWH dapat menjadi tanah air.

5
6 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

Ir. I Wayan Dipta, M.Sc


Deputi Menteri Bidang Produksi
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, Buku Panduan
Pengembangan Desa Wisata Hijau dapat diterbitkan. Sektor pariwisata saat ini menjadi sektor prioritas pembangunan
nasional 2015-2019, dan mendapat dukungan penuh lintas sektor/lintas program.

Salah satu daya tarik wisata yang sedang tumbuh dan banyak Kami harapkan Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau ini
tersebar di Indonesia adalah Desa Wisata. Perkembangannya dapat diimplementasikan secara nyata untuk pengembangan desa
cukup pesat dan menjadi perhatian banyak pihak. Perkembangan wisata berkelanjutan diseluruh Indonesia.
ini tentunya harus disikapi dengan bagaimana mengembangkannya,
menatanya, mengelolanya, dan serta merta memperhatikan manfaat Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. telah membantu dalam proses penyusunan dokumen ini.

Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau ini tersusun


berkat kerja sama yang baik antara Kementerian Koperasi dan
SALAM PARIWISATA...
UKM; Kementerian Pariwisata; Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi; Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan; serta didukung oleh BAPPENAS, GIZ-SREGIP, dan
Panorama Foundation.
Dadang Rizki Ratman, SH., MPA.
Deputi Menteri Bidang Pengembangan Destinasi
dan Industri Pariwisata Republik Indonesia

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, Buku Panduan
Pengembangan Desa Wisata Hijau dapat diterbitkan. Sektor pariwisata saat ini menjadi sektor prioritas pembangunan
nasional 2015-2019, dan mendapat dukungan penuh lintas sektor/lintas program.

Salah satu daya tarik wisata yang sedang tumbuh dan banyak Kami harapkan Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau ini
tersebar di Indonesia adalah Desa Wisata. Perkembangannya dapat diimplementasikan secara nyata untuk pengembangan desa
cukup pesat dan menjadi perhatian banyak pihak. Perkembangan wisata berkelanjutan diseluruh Indonesia.
ini tentunya harus disikapi dengan bagaimana mengembangkannya,
menatanya, mengelolanya, dan serta merta memperhatikan manfaat Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. telah membantu dalam proses penyusunan dokumen ini.

Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau ini tersusun


berkat kerja sama yang baik antara Kementerian Koperasi dan
SALAM PARIWISATA...
UKM; Kementerian Pariwisata; Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi; Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan; serta didukung oleh BAPPENAS, GIZ-SREGIP, dan
Panorama Foundation.

7
8 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

Anwar Sanusi, Ph.D


Sekretaris Jenderal Kementrian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya,
Buku Panduan Desa Wisata Hijau dapat diterbitkan. Buku ini dapat tersusun berkat kerjasama yang baik antara
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (KDPDTT), Kementerian Pariwisata
(Kemenpar), Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah (KKUKM), Panorama Foundation dan Deutsche Gesellschaft fuer Internationale Zusammenarbeit
(GIZ) melalui Sustainable Regional Economic Growth and Investment Programme (SREGIP).

Mengingat Indonesia memiliki 74.093 desa dan sebanyak 1.073 desa Hadirnya buku panduan Desa Wisata Hijau (DWH) ini dapat menjadi
mempunyai potensi menjadi desa wisata untuk dikembangkan. acuan dan pedoman praktis yang dapat memberikan arahan dan
Di luar angka tersebut masih banyak potensi wisata desa hasil fokus kepada seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat pada
dari rekayasa pembangunan. Pengembangan desa wisata akan umumnya untuk menciptakan pembangunan desa melalui pariwisata
mendorong ekonomi produktif yang dilakukan oleh masyarakat berkelanjutan yang sinergis, bermanfaat secara ekonomi, sosial dan
sendiri. Untuk itu panduan desa wisata hijau akan menjadi referensi lingkungan, serta mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat
yang sangat baik untuk masyarakat yang akan mengembangkan desa.
desa wisata. Di samping itu buku ini akan menjadi panduan praktis
untuk pengembangan desa wisata diseluruh Indonesia. Dengan Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
begitu banyak dana yang tersalurkan ke desa, referensi seperti berperan dalam penyusunan Buku Panduan Desa Wisata Hijau ini
panduan ini akan sangat bermanfaat. dari awal hingga akhir. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhai segala urusan kita.

Sekian dan terima kasih.


Dr. Ing. Hadi Daryanto, DEA
Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ijinNYA lah kita dapat
menyelesaikan penyusunan buku “Pedoman Pengembangan Desa Wisata Hijau” yang merupakan hasil kerjasama
dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Pariwisata, Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Panorama
Foundation dan GIZ-SREGIP.

Selanjutnya, dengan adanya pedoman ini kami berharap bahwa Dari sisi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan khususnya
wisatawan mancanegara atau wisatawan dalam negeri dapat ikut Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan
menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap peningkatan kualitas dengan adanya pedomanan ini mampu mewujudkan pembangunan
lingkungan hidup, pelestarian hutan dan masyarakat setempat, pariwisata ramah lingkungan dan berkelanjutan (Global Sustainable
sehingga dapat tercapai apa yang kita idam-idamkan yaitu “Desa Tourism) dengan mengedepankan unsur-unsur :
Wisata yang Berkelanjutan, Desa Wisata yang Bertanggung Jawab
dan Desa Wisata yang Pro Rakyat” 1. Melaksanakan manajemen tujuan desa wisata yang
berkelanjutan,
Bapak, Ibu, Saudara pembaca yang budiman, 2. Memaksimalkan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat
Pedoman ini, berisikan materi yang telah disepakati oleh semua pihak lokal,
dengan berlandaskan pada Nawa Cita dan RPJM Nasional 2015-2019 3. Memaksimalkan manfaat bagi masyarakat, wisatawan dan
yaitu: (1) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat warisan budaya,
daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan, (2) 4. Memaksimalkan manfaat bagi lingkungan hidup dan hutan.
Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, (3) Meningkatkan
Akhir kata, kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih
produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, (4)
kepada Tim Penyusun dan pihak-pihak yang membantu penyelesaian
Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan
pedoman ini. Semoga amalnya diterima Allah sebagai amal jariyah
sektor-sektor strategis dan ekonomi domestik, (5) Memperteguh
dan pedoman ini dapat bermanfaat.
kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Wassalamualaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh.

9
10 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau
PENGANTAR
Menyadari besarnya potensi sektor pariwisata untuk peningkatan kualitas dan kapasitas dari koperasi
dan UKM, maka sejak tahun 2012 Kementerian Koperasi dan UKM mengembangkan jenis wisata alam
(ecotourism) yang dikelola melalui sistem koperasi. Fokus kegiatan adalah pemberian fasilitasi sarana
wisata sebagai pemicu agar koperasi dapat mengembangkan usahanya.

Bentuk koperasi dipilih karena koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang berorientasi
pada kesejahteraan anggota dengan tetap mengupayakan Sisa Hasil Usaha (SHU). Berbeda dengan
badan usaha lain, koperasi dimiliki oleh anggota dengan kekuasaan tertinggi pada anggota melalui
Rapat Anggota. Koperasi sebagai salah satu badan usaha diharapkan dapat ikut serta dalam
pengelolaan usaha sarana wisata. Kegiatan ini dapat meningkatkan pendapatan koperasi dan
anggotanya, serta menyerap tenaga kerja.

Selain itu, sektor pariwisata juga diyakini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal,
sehingga secara tidak langsung dalam jangka panjang dapat menjamin keberlanjutan kegiatan
kepariwisataan sebagai bagian dari pengembangan ekonomi lokal dan daerah baik untuk generasi
masyarakat saat ini maupun masa yang akan datang. Selanjutnya sektor pariwisata juga dapat
menjadi katalisator peningkatan keterkaitan kota-desa serta menstimulasi perkembangan desa dari
desa miskin menjadi desa berkembang dan selanjutnya menjadi desa mandiri.

Beberapa dukungan pemerintah apabila diberikan secara sinergis dapat membawa manfaat yang
jauh lebih besar dibandingkan jika hanya dilakukan oleh masing-masing kementerian/lembaga. Untuk
itu diperlukan adanya sinergitas konkrit yang dapat mulai diinformasikan melalui panduan ini.

Sehubungan dengan konteks pembangunan kepariwisataan yang bersifat multidimensi dan


multidisplin, maka keikutsertaan Kementerian Pariwisata dan kementerian terkait lainnya memiliki
andil besar dalam pembangunan Desa Wisata Hijau.

Dengan demikian, buku panduan ini akan merupakan panduan kerja bersama antar kementerian/
lembaga terkait. Harapannya adalah bahwa Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau ini dapat
memberikan manfaat bagi upaya koordinasi perencanaan dan pembangunan antar kementerian,
pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat.

11
12 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau
pENDAHULUAN
Latar Belakang 14
Pengembangan Desa Wisata Hijau 15
Arah Pengembangan Desa Wisata Hijau 16
Pedoman Pengembangan Desa Wisata Hijau 17

i pendahuluan

13
14 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

1.1. Latar Belakang potensi kuat untuk memenuhi permintaan pasar


wisata. Namun demikian saat ini desa masih
Peranan sektor pariwisata dalam perekonomian memiliki beberapa kendala, antara lain:
Indonesia amatlah penting. Tahun 2014 tercatat
a. Berkurangnya sumber daya manusia
kontribusi pariwisata terhadap PDB (Produk
perdesaan yang berkualitas akibat semakin
perubahan paradigma
Domestik Bruto) sebesar 9,3% dan terhadap
lapangan kerja nasional sebesar 8,4% atau besarnya angka migrasi penduduk dari desa pembangunan
sebanyak 9,8 juta lapangan kerja1. Pada ke kota5 ; kepariwisataan dari
tahun 2014 tercatat pula 9,4 juta wisatawan
mancanegara (wisman) dengan devisa sebesar
b. Produktivitas sumber daya perdesaan yang
tidak dapat bersaing dengan sumber daya
greedy tourism ke
USD 11,2 miliar. Tahun 2013 tercatat 203 juta perkotaan menyebabkan semakin lemahnya green tourism
perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) posisi tawar perdesaan dalam konteks
dengan pengeluaran total sebesar Rp. 177,8 pembangunan nasional;
triliun.2 c. Tingginya angka kemiskinan di perdesaan
dibanding di perkotaan. Tahun 2011 tercatat
Indonesia memiliki peluang perkembangan
sebanyak 17,9 juta rakyat miskin di desa
pariwisata masa depan yang cerah. Tidak saja
sedangkan di kota sebanyak 10,6 juta6; dan
karena terbukanya peluang untuk meraih jumlah
wisatawan dunia yang semakin banyak (tahun d. Kegiatan pembangunan pariwisata di
2014 tercatat sebanyak 1,1 milyar wisatawan perdesaan sering dilakukan secara salah
dunia, dan 105,1 juta di ASEAN3) namun juga dengan penerapan pola pembangunan
disebabkan oleh kekayaan potensi sumber daya wisata massal yang merusak lingkungan.
yang tersedia, khususnya sumber daya alam dan Sektor pariwisata merupakan salah satu
budaya4 yang menjadi permintaan pasar wisata sektor yang dapat diandalkan untuk
dunia. memperbaiki kondisi ini. Mendorong
pertumbuhan pariwisata di desa tidak hanya
Karena kekayaan sumber daya alam dan akan dapat meningkatkan perekonomian
budayanya, kawasan perdesaan memiliki lokal namun juga peningkatan nilai sosial

1 World Travel and Tourism Council (2015). Travel & 5 Proporsi penduduk yang tinggal perdesaan yang
Tourism Economic Impact 2015: Indonesia. London: semakin berkurang. Dari tahun 1980 sebesar 77,7%
WTTC. menjadi sebesar 50,2% tahun 2014 (BPS 2015).
2 Kementerian Pariwisata (2015). Dikutip pada tanggal 6 BPS (2015). Jumlah Penduduk Miskin, Persentase
12 Desember 2015 dari www.kemenpar.go.id. Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan, 1970-2013.
3 UNWTO (2015) Tourism Highlights 2015 Edition. Dikutip pada tanggal 12 Desember 2015 dari www.
Madrid: UWNTO; ASEAN (2015). Tourist Arrival in bps.go.id.
ASEAN. Dikutip tgl. 12 Desember 2015 dari www.
asean.org.
4 Sumber daya budaya dibedakan atas benda (tangi-
ble) seperti bangunan museum dan candi, dan tak
benda (intangible) seperti seni musik dan seni tari.
budaya dan pelestarian lingkungan. Jenis- perdesaan jangka panjang.
jenis minat wisata terkait langsung dengan
hal ini antara lain wisata alam, wisata agro, Desa Wisata Hijau adalah konsep yang
wisata budaya, wisata kreatif7, dan wisata diperkenalkan untuk memperbaiki kondisi
petualangan yang memiliki akar kuat pada tersebut. Konsep ini merupakan jawaban atas
sumber daya perdesaan. kepedulian lingkungan sebagaimana yang
disampaikan oleh UNECD melalui Agenda
219 . Tujuannya adalah untuk kesinambungan
1.2. pengembangan desa pembangunan, yang melibatkan tiga aspek yang
wisata hijau saling berhubungan satu sama lainnya, yaitu
aspek lingkungan, ekonomi dan sosial budaya
Desa wisata di Indonesia saat ini telah (Gambar 1).
berkembang dengan baik8 . Di samping
memperbanyak paket-paket wisata berbasis
sumber daya perdesaan tersebut, saat ini telah LINGKUNGAN
banyak pula desa-desa yang mengembangkan SOSIAL BUDAYA
pariwisata berbasis pada lokalitas, seperti
pondok wisata (homestay).

Namun demikian masih banyak kegiatan KEBERLANJUTAN


pariwisata di perdesaan yang cenderung
mengeksploitasi sumber daya yang ada. Tujuan
membangun desa wisata kemudian bukan lagi LINGKUNGAN LINGKUNGAN
untuk kesejahteraan masyarakat dan pelestarian ALAM EKONOMI
lingkungan desa namun hanya untuk mengejar
jumlah kunjungan wisatawan. Akibatnya banyak
daya tarik wisata perdesaan yang rusak karena Gambar 1. Konsep Pembangunan Berkelanjutan.
bentuk-bentuk wisata massal yang dilakukan,
padahal ini akan merusak sumber daya Aspek lingkungan alam adalah kegiatan wisata
yang tidak menimbulkan atau melakukan
kerusakan pada lingkungan alam. Aspek
7 Dikenal pula konsep pariwisata berbasis komunitas
lingkungan ekonomi adalah kegiatan pariwisata
yang lebih luas melibatkan komunitas. Lihat dalam
Hermantoro, H. (2014). Creativity-Based Tourism: A
Concept of Tourism Development Based on Indone- 9 UNCED (United Nations on Environment and De-
sian Experience. Saarbruecken: LAP. velopment) (1992). Agenda 21.
8 Bila mengacu pada program PNPM Desa Wisata dari
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, maka
sampai tahun 2012 telah tercatat sebanyak 978 desa
wisata di seluruh Indonesia.

15
16 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

yang dapat membawa dampak positif dan d. Mendorong tumbuh dan berkembangnya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pariwisata berbasis komunitas;
setempat. Aspek lingkungan sosial budaya e. Mendorong kepedulian dan tanggung jawab
adalah kegiatan pariwisata yang memberikan industri pariwisata dan industri pendukung
apresiasi tinggi pada potensi budaya sekaligus lainnya dalam penerapan konsep
mendorong pelestarian dan pengembangannya. pembangunan ramah lingkungan;
Konsep tersebut diadopsi dalam konsep f. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber
pembangunan pariwisata berkelanjutan daya lokal;
yang didefinisikan sebagai “Tourism that
takes full account of its current and future
1.3. Arah Pengembangan
economic, social and environmental impacts,
Desa Wisata Hijau
addressing the needs of visitors, the industry,
the environment and host communities”, Pembangunan desa selama ini masih sering
yaitu pariwisata yang memperhitungkan menganut konsep “membangun desa” dan
secara penuh dampak ekonomi, sosial dan bukan “desa membangun”. Pada konsep
lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi membangun desa, faktor eksternal lebih
kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan berperan menentukan arah pembangunan desa
masyarakat setempat10. dan ini menyebabkan desa semakin tergantung
Dengan dasar konsep tersebut, maka bentuk pada bantuan luar. Sebaliknya, pada konsep
pembangunan pariwisata berkelanjutan, yang desa membangun peran masyarakat justru
juga diadopsi oleh Desa Wisata Hijau, mengarah menjadi faktor utama guna membangun desa
pada beberapa prinsip dasar sebagai berikut: yang berketahanan.

a. Mendorong tumbuhnya kegiatan wisata Dalam konteks pariwisata, besarnya peranan


yang ramah dan peduli pada lingkungan; pihak luar sering mengarah bukan pada
b. Mendorong pengembangan produk kebutuhan masyarakat desa. Untuk kepentingan
pariwisata berbasis pelestarian; nasional, pembangunan pariwisata perdesaan
sering diarahkan pada konsep keserakahan
c. Mendorong pengembangan produk
(greedy tourism) dengan tujuan untuk
pariwisata sesuai minat pasar berbasis
mendatangkan jumlah wisatawan sebanyak-
pelestarian, misalnya wisata budaya, wisata
banyaknya. Sebaliknya, pembangunan bersama
pusaka (heritage tourism), wisata alam, dan
masyarakat akan menyebabkan pembangunan
wisata kreatif;
pariwisata mengarah pada bentuk pariwisata

10 UNEP and UNWTO (2005) Making Tourism More


Sustainable - A Guide for Policy Makers.
hijau (green tourism) karena berkaitan dengan 1.4. Pedoman
kepentingan jangka panjang masyarakat itu Pengembangan Desa
sendiri. Wisata Hijau
Konsep Desa Wisata Hijau juga mengarah Dalam rangka optimalisasi program-
pada upaya untuk mengoptimalkan sumber program tersebut telah disepakati koordinasi
daya pembangunan yang ada. Selama ini perencanaan pembangunan antara
desa sebagai sebuah entitas kehidupan sering Kementerian BAPPENAS, Kementerian Koperasi
diperlakukan sebagai obyek pembangunan. dan UKM, Kementerian Pariwisata, Kementerian
Akibatnya banyak terjadi tumpang tindih Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
kegiatan yang bukannya memperkuat namun Transmigrasi, serta Kementerian Lingkungan
justru melemahkan desa. Untuk itu, perlu Hidup dan Kehutanan untuk melakukan
dilakukan perencanaan dan pembangunan sinergitas program dengan menyusun
lintas sektor dan lintas daerah dengan tujuan konsep payung hukum “Sinergitas Program
mencapai perkembangan pariwisata yang Pemberdayaan Masyarakat Untuk Mengelola
berkelanjutan serta inklusif tanpa berdampak Desa Wisata Hijau”. Sebagai langkah awal
negatif bagi lingkungan hidup dan budaya disusunlah“Buku Panduan Pengembangan
setempat. Desa Wisata Hijau” guna menjadi panduan
koordinasi antar Kementerian/Lembaga (K/L).

Pembangunan desa selama ini masih sering


menganut konsep “membangun desa” dan bukan
“desa membangun”. Pada konsep membangun desa,
faktor eksternal lebih berperan besar menentukan
arah pembangunan desa dan ini menyebabkan desa
semakin tergantung pada bantuan luar. Sebaliknya,
pada konsep desa membangun peran masyarakat
justru menjadi utama guna membangun desa yang
berketahanan.

17
18 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

Kedepan, jajaran K/L tersebut sepakat untuk c. Menjadikannya dasar panduan bagi
menyusun payung hukum agar keberlanjutan berbagai pihak seperti pemerintah
sinergitas program secara konkrit, terarah pusat, daerah dan swasta yang ingin
dan terukur dapat tetap terjaga demi mengembangkan dan mengelola suatu
kemajuan masyarakat pedesaan. Dengan wilayah menjadi Desa Wisata Hijau;
adanya keterpaduan program lintas sektor ini d. Menjadikannya bahan informasi bagi
diharapkan dapat mewujudkan Desa Wisata pemerintah daerah dan pihak lainnya dalam
Hijau yang menjadi pusat pertumbuhan rangka sinergitas dan optimalisasi program
sekaligus menjadi motor penggerak aktivitas masing-masing pihak di lokasi sasaran
ekonomi kawasan perdesaan dan sekitarnya. program;
Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata e. Membantu percepatan pencapaian tujuan;
Hijau ini disusun dalam rangka: f. Membantu usulan program, perencanaan,
pelaporan, pemantauan dan evaluasi; dan
a. Menyamakan wawasan dan cara pandang
g. Membantu desa untuk berbenah agar
pembangunan Desa Wisata Hijau;
siap menghadapi era persaingan regional
b. Mengidentifikasi berbagai peranan masing- (Masyarakat Ekonomi ASEAN) dan mengerti
masing K/L Pusat dan pihak lainnya dalam persiapan apa saja yang harus dilakukan.
pengembangan Desa Wisata Hijau;
Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau dapat digunakan antara lain oleh:

Masyarakat Desa • Mengidentifikasi potensi desa sebagai Desa Wisata Hijau;


• Menyusun rencana aksi pengembangan Desa Wisata Hijau;
• Mempertimbangkan biaya dan manfaat pengembangan Desa Wisata Hijau;
dan
• Mengakses bantuan dari K/L terkait.
Industri Pariwisata • Menyusun rencana bisnis yang selaras dengan pengembangan ekonomi
hijau berbasis lingkungan; dan
• Membantu menyelaraskan proses pengembangan usaha.
Forum Komunikasi Komunitas 11 • Mendorong tumbuhnya forum komunikasi antar komunitas;
• Mengembangkan rencana strategis pengembangan pariwisata lokal dan
daerah lintas sektor;
• Menjadi bagian dari tata kelola pengembangan pariwisata lokal dan daerah;
dan
• Menyiapkan produk pariwisata berbasis “hijau”.
Pemerintah Daerah • Mengembangkan rencana strategis pengembangan lokal dan daerah;
• Mengembangkan program-program khusus pembangunan desa; dan
• Mendorong pemberdayaan masyarakat.
Pemerintah Pusat • Sebagai panduan untuk menyusun kebijakan pembangunan desa wisata
berbasis keterpaduan;
• Menjadi referensi pelaksanaan program pemerintah;
• Mengembangkan program-program khusus; dan
• Menjadi panduan bagi upaya perencanaan kegiatan sinergitas K/L yang
terkait.
Lembaga Pendidikan Sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu:
• Melaksanakan peningkatan kapasitas;
• Melaksanakan kajian dan penelitian; dan
• Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dan sebagai dasar bagi
akademisi untuk terlibat dalam kegiatannya.
Sektor Swasta • Melakukan sinergitas program kemitraan;
• Sebagai salah satu opsi untuk program tanggung jawab sosial perusahaan
(Corporate Social Responsibility).

11 Sebagaimana pada beberapa destinasi yang sudah memiliki DMO (Destination Management Organization).

19
20 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau
desa wisata hijau
Pengertian Dasar 22
Tujuan dan Manfaat Pengembangan Desa Wisata Hijau 24

ii desa wisata hijau

21
22 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

2.1. PENGERTIAN DASAR Desa Wisata


Desa wisata memiliki pengertian yang lebih
Desa khusus dibanding pengertian desa. Desa
Desa dan desa adat adalah “...kesatuan wisata adalah suatu daerah tujuan wisata,
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah disebut pula sebagai destinasi pariwisata, yang
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus mengintegrasikan daya tarik wisata, fasilitas
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, yang
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, disajikan dalam suatu struktur kehidupan
hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan tradisi yang berlaku14.
Negara Kesatuan Republik Indonesia”12. Pengertian desa wisata berbeda dengan
wisata desa. Desa wisata adalah desa yang
Pembangunan desa merupakan faktor penting menunjukkan tema produk pariwisata yang
bagi pembangunan daerah dengan tujuan untuk diutamakannya. Tema ini serupa dengan pilihan
mengentaskan kemiskinan dan mengurangi tema lain seperti desa industri, desa kerajinan,
kesenjangan pembangunan antar wilayah. desa kreatif, dan desa gerabah. Sedangkan
Berdasarkan tingkat perkembangannya, status wisata desa adalah kegiatan wisata yang
desa dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: mengambil pilihan lokasi di desa, dan jenis
a. Desa Tertinggal: desa yang belum kegiatannya tidak harus berbasis pada sumber
memenuhi Standar Pelayanan Minimum daya perdesaan15.
(SPM) dalam aspek kebutuhan sosial, Berdasarkan tingkat perkembangannya, desa
infrastruktur dasar, sarana dasar, pelayanan wisata dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
umum, dan penyelenggaraan pemerintahan;
a. Desa Wisata Embrio: desa yang mempunyai
b. Desa Berkembang: desa yang telah potensi wisata yang dapat dikembangkan
memenuhi SPM namun secara pengelolaan menjadi desa wisata dan sudah mulai
belum menunjukkan keberlanjutan; dan ada gerakan masyarakat/desa untuk
c. Desa Mandiri: desa yang telah memenuhi mengelolanya menjadi desa wisata;
SPM dan secara kelembagaan telah b. Desa Wisata Berkembang: desa wisata
memiliki keberlanjutan13. embrio yang sudah dikelola oleh masyarakat

12 UU no. 6 tahun 2014 tentang Desa. 14 UU no. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan; Nu-
13 Berdasarkan kriteria dari Direktorat Perkotaan dan ryanti, (1993). Concept, Perspective and Challenges.
Perdesaan, BAPPENAS, (2015) Makalah bagian dari Laporan konferensi Internasion-
al Mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
15 Sumberdaya perdesaan adalah berupa keaslian
bentang alam, serta budaya dan kearifan lokal.
dan pemerintah desa, sudah ada swadaya Desa Wisata Hijau
masyarakat/desa untuk pengelolaannya, Desa Wisata Hijau adalah generasi baru
sudah mulai melaksanakan promosi dan bentuk desa wisata. Desa Wisata Hijau telah
sudah ada wisatawan yang mulai tertarik memasukkan konsep ekonomi hijau yang
untuk berkunjung; dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
c. Desa Wisata Maju: desa wisata yang sudah masyarakat dan keadilan sosial dengan cara
berkembang dengan adanya kunjungan mengurangi risiko ekonomi dan eksploitasi
wisatawan secara kontinyu dan dikelola sumber daya yang sudah sangat terbatas16.
secara profesional dengan terbentuknya Konsep ini akan menjamin keberlangsungan
forum pengelola, seperti Koperasi/ kehidupan Desa Wisata Hijau itu sendiri karena
BUMdesa, serta sudah mampu melakukan jenis wisata yang akan ditawarkan adalah
promosi dan pemasaran dengan baik. wisata yang tidak merusak lingkungan namun
Untuk dapat dikategorikan sebagai desa wisata justru memperbaikinya.
harus memenuhi beberapa syarat utama Dengan pengertian ini maka Desa Wisata Hijau
sebagai berikut: dapat didefinisikan sebagai pengembangan
a. Memiliki persyaratan sebagai sebuah desa wisata berbasis model pemberdayaan
destinasi pariwisata sebagaimana diatur komunitas lokal dengan produk utama mengacu
dalam UU No. 10 tahun 2009; pada prinsip-prinsip pelestarian lingkungan
alam, ekonomi, dan sosial budaya setempat.
b. Kegiatan pariwisata berbasis pada sumber
Penggunaan kata “hijau” mensyaratkan para
daya perdesaan;
pengelola dapat mengombinasikan kegiatan-
c. Kegiatan melibatkan partisipasi aktif kegiatan pariwisata dengan kegiatan produksi
wisatawan dalam kehidupan perdesaan; dan pelestarian alam dan budaya didukung
d. Lebih berorientasi pada kegiatan rekreasi dengan penerapan praktik pariwisata ramah
luar ruang (outdoor recreation); lingkungan.
e. Sebesar-besarnya mendayagunakan Mengacu pada pengertian-pengertian diatas,
sumber daya manusia lokal; maka prasyarat Desa Wisata Hijau adalah:
f. Memberikan penghargaan besar pada a. Memenuhi semua persyaratan sebagai
budaya dan kearifan lokal; desa wisata;
g. Menyediakan akses yang memadai baik b. Memiliki komitmen tinggi pada
akses menuju ke destinasi lain maupun pengembangan pariwisata berbasis
internal di dalam desa wisata itu sendiri; dan ekonomi hijau;
h. Memiliki komunitas yang peduli pada
pariwisata. 16 Pengertian “hijau” sebagaimana diintrodusir oleh
(United Nations Environment Programme–UNEP).
Dengan demikian, Desa Wisata Hijau dapat pula
diartikan sebagai desa wisata berbasis ekonomi
hijau.

23
24 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

c. Memiliki forum komunikasi masyarakat yang d. Meningkatkan partisipasi masyarakat


dapat mengomunikasikan pembangunan dalam pembangunan (prinsip pembangunan
kepariwisataan dengan seluruh pemangku pariwisata berbasis komunitas);
kegiatan; dan e. Memberikan kesejahteraan masyarakat
d. Memiliki produk-produk pariwisata berbasis dalam arti luas, termasuk kepuasan dan
pada pelestarian dengan menghindari jenis kebahagiaan masyarakat;
wisata massal (misalnya wisata eko, wisata f. Mendorong kunjungan wisatawan yang
budaya, wisata pusaka, dan wisata kreatif). bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat
lokal, dan bukan sebaliknya; dan
2.2. Tujuan dan Manfaat g. Mendorong konsep keseimbangan
Pengembangan Desa kepuasan wisatawan (tourist satisfaction)
Wisata Hijau dan kepuasan komunitas (community
satisfaction) untuk menghindari terjadinya
Tujuan utama pengembangan Desa Wisata iritasi sosial di masyarakat lokal.
Hijau adalah untuk mengubah pola pikir
pembangunan dari pariwisata berbasis
keserakahan menjadi pariwisata hijau.
Perubahan pola pikir ini menjelaskan bahwa
tujuan pengembangan Desa Wisata Hijau tidak
hanya untuk meningkatkan pendapatan ekonomi
masyarakat dalam jangka pendek namun juga
untuk tujuan pelestarian sumber daya dalam
rangka pembangunan yang berkelanjutan.
Beberapa manfaat pengembangan Desa Wisata
Hijau adalah:
a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi
dan sosial budaya masyarakat melalui
pendayagunaan sumber daya lokal;
b. Mendorong penyadaran pada pelestarian
lingkungan guna kepentingan pembangunan
jangka panjang (prinsip pembangunan
pariwisata berkelanjutan);
c. Melestarikan dan mempromosikan warisan
budaya bagi kesejahteraan masyarakat;
25
26 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau
PENYIAPAN KEBIJAKAN DAN DUKUNGAN PENGEMBANGAN DESA WISATA HIJAU
Memahami Faktor-faktor Utama Pengembangan Desa Wisata Hijau 28
Kebijakan Pengembangan Desa Wisata Hijau 29
Dukungan Program Antar Kementerian/Lembaga Terkait Desa Wisata Hijau 30

iii PENYIAPAN KEBIJAKAN DAN


DUKUNGAN PENGEMBANGAN
DESA WISATA HIJAU

27
28 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

Kebijakan pengembangan Desa Wisata Hijau


diperlukan untuk menyamakan persepsi para
pemangku kepentingan dalam menentukan
program lintas sektor yang sesuai dengan
kebutuhan. Selain itu, pemerintah juga perlu PERMINTAAN DEMAND PENAWARAN
(DEMAND) SUPPLY (SUPPLY)
memiliki pemahaman yang sama mengenai MATCH
pengembangan Desa Wisata Hijau agar
penyusunan kebijakan terkait pengembangan
Desa Wisata Hijau dapat lebih fokus kepada
hal-hal mendasar, seperti misalnya keterpaduan
program-program pemerintah. Dengan demikian Gambar 2. Bertemunya Faktor Permintaan dengan Faktor
kebijakan yang dihasilkan dapat diarahkan kepada Penawaran
pengembangan berbasis keterpaduan.
Faktor Permintaan
Faktor permintaan pasar dibedakan atas pasar
3.1. Memahami Faktor-
aktual dan pasar potensial. Pasar aktual adalah
Faktor Utama
wisatawan yang telah datang saat ini. Pasar
Pengembangan Desa
potensial adalah wisatawan yang berpotensi
Wisata Hijau
datang namun belum terjadi yang disebabkan
oleh banyak hal seperti keterbatasan waktu dan
Sistem kepariwisataan menyangkut faktor
keuangan.
permintaan (demand) dan faktor penawaran
(supply). Keseimbangan antara faktor permintaan
Faktor Penawaran
dan penawaran (demand and supply match)
merupakan tujuan dari pembangunan pada Faktor penawaran dipengaruhi oleh minat dan
umumnya (Gambar 2). Dalam kaitannya dengan perilaku wisatawan dalam faktor permintaan.
Desa Wisata Hijau, keseimbangan ini dimaksudkan Faktor penawaran tidak harus sepenuhnya
bertemunya permintaan dengan penawaran memenuhi permintaan wisatawan karena juga
dalam konteks pelestarian, kepuasan wisatawan, harus mempertimbangkan tujuan dan sasaran
kepuasan komunitas, dan kepuasan lingkungan. pengembangan Desa Wisata Hijau serta daya
dukung lingkungan yang ada. Ini akan menetapkan
pula target segmen pasar yang diinginkan.

Faktor Dampak
Faktor dampak merupakan faktor yang perlu
dipahami karena berkaitan erat dengan konsep
pariwisata hijau. Dampak dapat bersifat positif bila
mengembangkan nilai lokal yang ada, namun dapat
bersifat negatif bila merusaknya. Pemahaman atas a. Penghargaan atas kearifan lokal masyarakat
dampak akan memberikan pengaruh yang baik pada desa;
kebijakan pengembangan yang akan diterapkan b. Keaslian dan keunikan yang dipengaruhi oleh
selanjutnya. Dengan pemahaman ini sangat kondisi dan pengembangan ekonomi dan
dimungkinkan tidak semua permintaan wisatawan sosial budaya setempat, misalnya nilai ruang,
dapat diterima bila merugikan lingkungan setempat. sejarah dan budaya, pertanian, bentangan
alam (saujana)17, jasa, pusaka (heritage), serta
pengalaman yang unik dan eksotis khas daerah;
3.2. Kebijakan
Pengembangan Desa c. Dapat terus dan secara kreatif mengembangkan
Wisata Hijau identitas atau ciri khas perdesaannya;
d. Dukungan penuh dari segala lapisan
Kebijakan pengembangan meliputi prinsip-prinsip masyarakat desa untuk pembangunan Desa
dasar sebagai berikut: Wisata Hijau, dan
a. Melibatkan dan menguntungkan masyarakat e. Kerjasama yang saling menguntungkan antar
setempat; pelaku usaha serta meminimalkan adanya
b. Menerapkan pengembangan produk pariwisata persaingan negatif antar desa yang dapat
perdesaan berbasis pelestarian; melemahkan iklim usaha yang ada.
c. Mendayagunakan sumber daya lokal berbasis Untuk melakukan hal ini maka diperlukan beberapa
pelestarian; pertimbangan sebagai berikut:
d. Berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya a. Komitmen kuat dari semua pemangku
hubungan timbal balik dengan masyarakat kepentingan untuk secara konsisten
setempat; membangun Desa Wisata Hijau terutama dari
e. Memanfaatkan sarana dan prasarana pihak pemerintah pusat dan daerah;
masyarakat setempat; b. Mendorong masyarakat lokal sebagai pelaku
f. Mendorong perwujudan keterkaitan antar utama pembangunan;
usaha pariwisata dengan usaha pendukung c. Para pihak selalu melakukan pendampingan
lainnya; dan dan bimbingan teknis untuk meningkatkan
g. Mendorong jejaring antar kawasan. kapasitas sumber daya manusia; dan

Atas dasar prinsip-prinsip tersebut diatas, maka d. Mengaitkan rencana kegiatan dengan
pengembangan Desa Wisata Hijau ditetapkan kebijakan pusat (K/L) dan daerah (SKPD) untuk
berdasar pada: kerberlanjutannya.

17 Saujana (cultural landscape) adalah perpaduan antara


sumberdaya alam dan budaya manusia, misalnya pe-
mandangan gunung Merapi dengan latar depan sawas
terasering dan permukiman perdesaan.

29
30 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

3.3. Dukungan Program Antar Kementerian/Lembaga


Terkait Desa Wisata Hijau

Di bawah ini adalah dukungan yang dapat diberikan namun tidak terbatas pada, oleh kelima
kementerian:

BAPPENAS • Melakukan koordinasi lintas sektor dalam pembangunan Desa Wisata


Hijau;
• Mengembangkan ekonomi lokal dan daerah melalui sektor pariwisata;
• Meningkatkan keterkaitan kota dan desa;
• Menyusun rencana strategis untuk pengembangan desa wisata;
• Peningkatan kapasitas SDM desa; dan
• Melakukan pengawasan dan evaluasi atas pelaksanaannya.
Kementerian Pariwisata • Pembinaan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Kelompok Seni
Budaya, dll;
• Mengembangkan produk pariwisata minat khusus dan menyusun
pola perjalanan wisata yang dapat digunakan sebagai dasar bagi
pembuatan paket wisata;
• Menyiapkan Branding Desa Wisata Hijau skala nasional;
• Membantu promosi Desa Wisata Hijau baik di dalam maupun di luar
negeri, misalnya dalam bentuk pendampingan pembuatan web, iklan
di media massa, promosi online, travel dialoque, dan lainnya; serta
• Memberikan bimbingan teknis pada aparat desa dalam
pengembangan Desa Wisata Hijau.
Kementerian Koperasi • Kelembagaan dan dukungan pengembangan bisnis;
dan UKM • Pengembangan sarana usaha wisata yang dikelola oleh koperasi;
• Melakukan pendampingan kegiatan ekonomi produktif melalui
koperasi;
• Melaksanakan kegiatan pelatihan yang berkelanjutan melalui bimtek
(pelatihan, packing, branding sampai pada pemasaran);
• Dukungan penelitian untuk mengembangkan program One Village One
Produk (OVOP);
• Bimbingan ketrampilan UKM cinderamata berbasis produk lokal;
• Mendorong pengembangan industri kreatif yang ramah lingkungan
• Penataan pedagang kaki lima di kawasan wisata yang dikelola oleh
koperasi
• Kemitraan investasi antara usaha besar dan UKM di bidang pariwisata
Kementerian Desa, • Dukungan pengembangan desa dengan pendekatan pariwisata
Pembangunan Daerah berbasis pelestarian sumber daya desa;
Tertinggal dan • Pelatihan manajemen sumber daya wisata hijau bagi aparat desa;
Transmigrasi • Mendorong peran masyarakat dalam pembangunan desa;
• Memastikan kemanfaatan dan keberlanjutan usaha desa;
• Melaksanakan kegiatan pelatihan peningkatan kapasitas perangkat
desa mengenai pengelolaan dana desa; dan
• Mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan BUMdesa/
koperasi dalam pengembangan Desa Wisata Hijau.
Kementerian Lingkungan • Dukungan dalam menjaga kelestarian dan keberlanjutan lingkungan
Hidup dan Kehutanan seraya memastikan masyarakat sekitar turut menjaga lingkungan
dengan tetap mendapatkan manfaat peningkatan ekonomi;
• Melaksanakan pelatihan pengembangan lingkungan hidup,
menghijaukan kawasan wisata, melakukan pengolahan sampah agar
dapat memberikan manfaat lebih;
• Melakukan pelatihan dan bimbingan pada metode pelestarian
lingkungan di tingkat lokal; dan
• Memberikan ruang kepada pengelolaan desa wisata yang berada di
sekitar kawasan kehutanan.

Sangatlah penting untuk memahami tupoksi Unsur Swasta


dari K/L lainnya agar pengelola Desa Wisata • Kerjasama kemitraan dalam
Hijau dapat mengidentifikasi dukungan yang mengembangkan fasilitas pariwisata hijau;
relevan bagi pengembangan Desa Wisata
• Memperbanyak paket wisata bertema Desa
Hijau, yang meliputi:
Wisata Hijau;
Kementerian Pekerjaan Umum dan • Mempromosikan (sales promotion) Desa
Perumahan Rakyat Wisata Hijau pada segmen pasar yang
sesuai;
• Mengembangkan sarana dan prasarana
jalan menuju desa wisata hijau; • Menjadi bagian dari program pembangunan
pariwisata hijau.
• Meningkatkan kualitas lingkungan
permukiman;
• Meningkatkan penyediaan air bersih dan;
• Meningkatkan keterkaitan Desa Wisata
Hijau dalam sistem kawasan perdesaan dan
perkotaan nasional.

31
32 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau
IV TAHAPAN PENGEMBANGAN
DESA WISATA HIJAU

33
34 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

Secara ringkas, komponen pembangunan utama untuk pengembangan Desa Wisata Hijau adalah:

Pembangunan
Pembangunan
Destinasi Kelembagaan Pemasaran
Industri Wisata
Pariwisata

• Pembangunan fisik daya tarik • Mendorong peran aktif • Pengembangan dan pengua- • Promosi destinasi Desa
wisata; kelembagaan lokal (pemda tan usaha pariwisata dalam Wisata Hijau sebagai daya
• Peningkatan penyediaan dan desa); bentuk koperasi; tarik wisata dan produk
fasilitas umum dasar; • Mendorong penguatan kelem- • Peningkatan kualitas produk pariwisata;
• Peningkatan kemudahan dan bagaan swadaya masyarakat; dan daya saing industri • Promosi produk industri
ketersediaan informasi; • Mendorong terbentuknya pariwisata; pariwisata berbasis lokal;
• Pembangunan infrastruktur Forum Komunikasi Pariwisata. • Penetapan peraturan daerah • Penyelenggaraan even
pendukung; • Peningkatan sumber daya dalam pengembangan usaha promosi;
• Perbaikan dan peningkatan manusia pengelola dan pelaku berbasis ekonomi hijau; • Peningkatan kerjasama pro-
aksesibilitas di dalam Desa usaha (masyarakat desa); • Penguatan jejaring antar mosi dengan pelaku lainnya
Wisata Hijau; • Penetapan peraturan terkait usaha pariwisata dan antara baik dalam Desa Wisata Hijau
• Peningkatan aksesibilitas insentif dan disinsentif; usaha pariwisata dengan maupun dengan destinasi
ke destinasi lain dalam area • Penyediaan fasilitas kemuda- usaha terkait lainnya; pariwisata lainnya.
kawasan yang lebih luas; han pinjaman modal; • Peningkatan kualitas sumber
• Peningkatan peran serta • Penyediaan fasilitas pari- daya manusia
masyarakat dalam proses wisata berbasis usaha rakyat
pembangunan Desa Wisata melalui koperasi
Hijau

Langkah pengembangan Desa Wisata 1. Pembangunan: bagi desa yang potensial,


Hijau berikut ini memuat tata cara proses 2. Pengembangan: bagi desa yang sudah
perencanaan dan indikator utama yang memulai, dan
digunakan. Langkah pengembangan dibuat 3. Pemantapan/pemeliharaan: bagi desa wisata
sesederhana mungkin dengan melakukan yang sudah lepas landas.
penilaian (self-assessment), sehingga
pengembangannya dapat disesuaikan dengan
kondisi desa masing-masing, yaitu:
Tujuan utama pembangunan Desa Wisata Hijau
adalah:
Langkah 1: Identifikasi
potensi dan pemetaan daya a. Mengembangkan perekonomian lokal dan
tarik wisata daerah melalui sektor pariwisata;
b. Meningkatkan nilai sumber daya lokal
Langkah ini membantu untuk: untuk kesejahteraan masyarakat melalui
pembangunan pariwisata;
• Menetapkan keputusan
pengembangan; c. Meningkatkan produktivitas dan daya saing
• Mendefinisikan tujuan dan sasaran; usaha pariwisata skala UMKM; dan
• Menetapkan masalah pokok; d. Mendorong prinsip pariwisata hijau dalam
• Melakukan feasibility study (studi pengembangan Desa Wisata Hijau;
kelayakan).
Sasaran, dengan ukuran kuantitatif, berupa:
a. Meningkatnya kunjungan wisatawan
Menetapkan keputusan pengembangan
sebagai alat untuk mencapai kesejahteraan;
Keputusan pengembangan Desa Wisata Hijau
b. Meningkatnya jumlah usaha pariwisata
merupakan tahap paling awal dari keseluruhan
berkonsep ekonomi hijau;
proses yang ada. Tahap ini penting karena
akan mengikat komitmen seluruh pemangku c. Meningkatnya pendapatan desa dan
kegiatan. Pada tahap awal ini sudah harus masyarakat desa; dan
dipahami mengapa memilih Desa Wisata Hijau d. Meningkatnya jumlah koperasi usaha
dan apa faktor-faktor awal yang harus mendapat pariwisata;
pertimbangan utama. e. Meningkatnya jumlah sanggar dan even
budaya lokal;
Mendefinisikan tujuan dan sasaran f. Berkurangnya kasus-kasus kerusakan
Bila komitmen telah dibuat, maka tahap lingkungan,
berikutnya adalah menetapkan tujuan dan Tujuan dan sasaran merupakan langkah awal
sasaran. Tujuan diperlukan untuk menetapkan yang sangat penting dan perlu diperhatikan
cita-cita jangka panjang yang ingin dicapai. karena akan berpengaruh pada seluruh
Tujuan yang bersifat kuantitatif harus dijabarkan kebijakan yang ditetapkan kemudian. Untuk
dalam sasaran kebijakan yang terukur agar itu, penetapan tujuan dan sasaran sebaiknya
dapat dilakukan evaluasi atasnya. dilakukan dengan metode FGD (Focus Group

35
36 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

Discussion)18 agar dapat menggali keinginan Melakukan feasibility study (studi kelayakan)
para pemangku kepentingan yang terlibat. Informasi merupakan alat yang sangat penting
dalam menyimpulkan fakta dan data yang
Menetapkan masalah pokok relevan yang dapat menjadi dasar yang solid
Masalah yang dihadapi oleh masing-masing untuk pengambilan keputusan, antara lain dalam
Desa Wisata Hijau berbeda-beda. Dengan perencanaan, pengelolaan pariwisata, pasar yang
demikian, memahami masalah pokok merupakan ada dan yang potensial.
hal penting dalam proses perencanaan karena Ketersediaan data pariwisata, khususnya di Desa
akan berpengaruh pada tindakan selanjutnya. Wisata Hijau masih sangat terbatas sehingga
Menetapkan masalah pokok dapat dilakukan diperlukan kegiatan khusus untuk mendapatkannya.
dengan cara membandingkan tujuan yang ingin Data dan informasi dapat dikumpulkan dari berbagai
dicapai dengan kondisi dan kemampuan yang sumber seperti perpustakaan, internet, K/L dan
ada saat ini. SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), pelaku
Menetapkan masalah harus dilakukan dengan usaha pariwisata, pengelola daya tarik wisata dan
hati-hati agar tidak keliru. Sebagai contoh, sebagainya, di samping informasi yang bisa didapat
sedikitnya kunjungan wisatawan sering dari artikel koran, jurnal, catatan, brosur pariwisata,
dianggap sebagai masalah, padahal masalah laporan tahunan, dan catatan dari operator
sebenarnya terletak pada rendahnya kualitas perjalanan wisata.
kemasan produk atau promosi pariwisata Untuk hal-hal yang sangat khusus dan
yang menyebabkan sedikitnya wisatawan membutuhkan informasi terbaru dapat dilakukan
yang datang. Ini sebabnya penetapan masalah melalui sebuah survei bekerjasama dengan
sebaiknya dilakukan melalui proses FGD. perguruan tinggi setempat. Data dan informasi
Masalah juga harus merupakan hal yang pokok yang diperlukan (namun dapat berkembang
riil yang dapat diselesaikan dengan sumber sesuai dengan tujuan dan masalah yang ditemui)
daya yang ada. Menetapkan masalah tanpa adalah:
memperhatikan kemampuan sumber daya
akan sia-sia karena tidak dapat mewujudkan Faktor Permintaan
penyelesaiannya. Masalah juga harus Faktor permintaan disarankan dapat melihat
ditetapkan secara jelas sehingga tidak beberapa hal berikut:
menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda.
a. Pertumbuhan jumlah wisatawan (wisman/
wisnus);

18 FGD merupakan sebuah kelompok diskusi yang ter-


diri dari 6 sampai 8 orang. Peserta FGD dipilih orang
yang kompeten terkait topik bahasan dan dalam FGD
disediakan fasilitator sekaligus notulen.
b. Asal wisatawan yang akan menentukan f. Aspirasi dari masyarakat lokal yang
kemudahan yang diperlukan dan arah mendukung pengembangan Desa Wisata
promosi; Hijau;
c. Struktur usia yang akan berpengaruh pada g. Dukungan pemerintah untuk
penyediaan jenis produk dan pelayanan; pengembangan ekonomi lokal dan daerah,
d. Minat wisatawan yang berpengaruh pada termasuk adanya peraturan yang bersifat
tema produk seperti wisata budaya, wisata insentif. Peraturan yang bersifat disinsentif
alam, wisata kebugaran, dan wisata kreatif; juga perlu diidentifikasi agar hal tersebut
tidak menghambat pengembangan Desa
e. Perilaku wisatawan yang mencerminkan
Wisata Hijau.
adanya sikap kepedulian lingkungan atau
tidak; dan
Dampak
f. Kemampuan ekonomi yang berpengaruh
pada komponen harga dan durasi waktu Dampak adalah hal yang disebabkan oleh
tinggal; kegiatan yang dilakukan wisatawan, pelaku
usaha, dan masyarakat (Gambar 3). Perilaku
mereka akan menentukan apakah dampak
Faktor Penawaran
bersifat positif atau negatif.
Faktor penawaran disarankan untuk
memperhatikan beberapa hal berikut:
a. Sumber daya wisata alam yang memiliki WISATAWAN

keunikan, kekhasan dan keindahan


misalnya gunung dan air terjun;
b. Sumber daya budaya yang memiliki
keunikan dan kekhususan terkait dengan
kegiatan ekonomi dan sosial budaya lokal DAMPAK

perdesaan, misalnya industri tenun dan


anyaman;
PELAKU MASYARAKAT
c. Ketersediaan akomodasi berbasis lokal USAHA

dalam bentuk usaha hotel, pondok wisata,


ataupun rumah penduduk yang berpotensi
dijadikan pondok wisata; Gambar 3. Pelaku Penyebab Dampak
d. Ketersediaan fasilitas kuliner berbasis
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal
perdesaan dengan menu lokal;
ini adalah:
e. Ketersediaan sumber daya manusia
yang dapat menjadi pioner bagi usaha
pengembangan Desa Wisata Hijau;

37
38 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

a. Pengaruh kunjungan wisatawan terhadap Mengindentifikasi nilai-nilai alam dan


kehidupan lingkungan fisik, dan tata warisan budaya
kehidupan ekonomi dan sosial budaya Desa dengan keindahan alam dan warisan
masyarakat; budaya yang menarik merupakan aset kunci
b. Pengaruh pelaku usaha pariwisata pariwisata. Kualitas dan nilai-nilainya yang unik
terhadap kehidupan lingkungan fisik, dan sangat penting untuk usaha pariwisata dan
tata kehidupan ekonomi dan sosial budaya merupakan selling point yang utama. Setiap
masyarakat; dan bisnis harus memiliki Unique Selling Proposition
c. Pengaruh kegiatan masyarakat yang (USP)19, yang membedakan produk atau jasa
mengganggu lingkungan hidupnya. dari para pesaing lainnya. Dengan memiliki
USP, produk dan jasa yang ditawarkan menjadi
Apa yang membuat Desa Wisata Hijau ini istimewa. Dengan memiliki USP setiap Desa
menarik? Wisata Hijau dapat meningkatkan posisinya
di pasaran. USP terdiri dari tiga unsur, yakni:
Perlu untuk mengidentifikasi nilai-nilai penting
(1) Unique, hal ini membuat produk dan jasa
yang ada di desa, bagaimana nilai-nilai ini
berbeda dengan yang lain, (2) Selling, membujuk
dipahami dan dikomunikasikan. Sebagai contoh,
pelanggan untuk membeli produk atau jasa yang
awig-awig di Pulau Lombok merupakan nilai-
ditawarkan, (3) Proposition, adalah proposal
nilai penting yang dipahami dan dipatuhi oleh
atau usulan untuk diterima.
warga adat Sasak. Suatu destinasi pariwisata
menjadi daerah yang menarik karena alasan- Nilai-nilai yang ada di Desa Wisata Hijau sangat
alasan yang berbeda, apakah karena sesuatu penting untuk dipahami karena diperlukan
hal yang penting bagi masyarakat lokal atau bagi untuk pengembangan produk, perencanaan,
warga dunia. pemasaran, pengelolaan dan interpretasi yang
efektif. Juga penting untuk mempertimbangkan
Pariwisata, warisan budaya dan masyarakat
apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
lokal dapat memperoleh keuntungan dengan
suatu daerah warisan budaya layak dan sesuai.
menciptakan pemahaman yang sama mengenai
Pemahaman ini membantu untuk memastikan
apa yang dianggap penting sehingga suatu
bahwa pengembangan Desa Wisata Hijau
pendekatan yang sama dapat dibuat guna
dimasa depan sepadan dengan penghormatan
mempresentasikan warisan budaya di Desa
terhadap nilai-nilai yang ada.
Wisata Hijau ini kepada wisatawan.

19 “Pentingnya Unique Selling Proposition untuk Bisnis


Anda”. 7 Juni 2015. diunduh tanggal 6 November
2015 , dari http://www.ciputraentrepreneurship.
com/penjualan-dan-pemasaran/pentingnya-unique-
selling-proposition-untuk-bisnis-anda
• Nilai atau peraturan adat apakah yang
sudah digunakan untuk keperluan
pariwisata?
• Apakah nilai-nilai atau peraturan adat yang
menarik perhatian wisatawan?
• Apakah ada elemen atau ikon di Desa
Wisata Hijau yang membuat wisatawan
datang kesitu?
• Tema apakah yang digunakan untuk
promosi dan pemasaran?
• Apakah nilai alam dan warisan budaya yang
sudah diketahui di Desa Wisata Hijau?
• Apakah ada nilai atau peraturan adat yang
sudah diformalisasi?
• Apakah ada nilai budaya yang belum dicatat
atau diketahui oleh masyarakat?

Mengidentifikasi nilai-nilai lainnya


Langkah 2: Pembentukan
Cerita rakyat mengenai nilai budaya yang Kelembagaan
disampaikan oleh masyarakat lokal atau
masyarakat adat dapat membuat sebuah Desa Langkah ini membantu untuk:
Wisata Hijau menarik untuk wisatawan. Cerita
inilah yang ingin dibawa pulang oleh wisatawan • Mengidentifikasi pemangku
untuk diceritakan kembali kepada teman kepentingan;
dan keluarganya. Kombinasi dari nilai, cerita • Menciptakan hubungan kerja yang
rakyat dan pemandangan indah di desa dapat efektif;
menciptakan suatu pengalaman yang utuh bagi • Membentuk pengelola Desa Wisata
wisatawan. Hijau (forum komunitas);
• Membangun kemitraan
Menentukan hal yang dapat membuat Desa
Wisata Hijau menjadi destinasi pariwisata yang
menarik harus mempertimbangkan semua nilai Mengidentifikasi pemangku kepentingan
yang kita ketahui. Pertanyaan berikut ini dapat
Sangatlah penting untuk mengetahui siapa saja
membantu menentukan atribut yang menarik
yang memiliki perhatian dan tanggung jawab
mengenai Desa Wisata Hijau:
dalam pengembangan pariwisata, alam, dan
budaya yang terkait dengan pengembangan
Desa Wisata Hijau.

39
40 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

Pemerintah

Masyarakat lokal Tour


Operator

Perusahaan Asosiasi
Transportasi Pariwisata

Pemangku
Kepentingan Desa
Wisata Hijau

Lembaga
Pendidikan UKM

Lem-
Supplier/
baga Swadaya
pemasok
Masyarakat

Wisatawan

Gambar 4. Mengidentifikasi Pemangku Kepentingan Desa Wisata Hijau

Mengidentifikasi dan melibatkan berbagai pihak • Membantu membangun dukungan bagi


secara sistematis dan strategis dapat membantu rencana pengembangan wilayah, pengelolaan,
untuk: dan penyiapan proposal (rencana bisnis).
• Memastikan orang yang tepat terlibat dalam Menggunakan jaringan dan komunikasi yang ada
perencanaan dan kegiatan di masa depan; diperlukan untuk mengidentifikasi orang-orang yang
• Membantu untuk menentukan makna budaya di mungkin dapat dilibatkan.
desa tersebut;
Menciptakan hubungan kerja yang efektif
• Memastikan bahwa semua isu penting telah
dipertimbangkan; Beberapa faktor dapat memberikan perbedaan yang
• Membantu memutuskan kegiatan yang realistis besar dalam menciptakan hubungan kerja yang
dan memenuhi semua kebutuhan setiap orang; efektif, seperti misalnya:
dan • Mengidentifikasi “driver” atau “champion”;
• Membentuk forum komunitas;
• Mengindentifikasi kemitraan yang penting.
Masyarakat
lokal

social media
lsm lokal

lsm lembaga donor


internasional
SEKOLAH
PARIWISATA

tokoh
masyarakat

tokoh agama &


DMO POKDARWIS
MEDIA tokoh adat
KEMENTRIAN
TERKAIT
ASOSIASI
TRANSPORTASI bappenas
tour operator

PENGEMBANGAN kementrian
pariwisata
BISNIS UNGGULAN
DESA WISATA kementrian
SEKTOR HIJAU koperasi & ukm SEKTOR
SWASTA BISNIS PEMERINTAH
PARIWISATA kementrian
linkungan hidup &
kehutanan

bappeda
proV/KAB

PEM
Asosiasi
Pariwisata DINAS PARIWISATA

AN
proV/KAB

GK
ASITA INCAA
PEM

U
BALAI LINGKUNGAN

KE
AN

NT PHRI HPI

PE
HIDUP
IN
GK

G AN
UK

DINAS KOPERASI
UT
EP

AM DAERAH
EN

A
TI

GA DINAS TERKAIT
N

N LAINNYA
SE
KU
N DE
R

Gambar 5. Contoh Pemetaan Pemangku Kepentingan Desa Wisata Hijau

“Driver” dan “champion” pemangku kepentingan mengetahui peran dan


cara menghubunginya.
Setiap program memerlukan sosok orang
yang dapat mengkoordinasikan kegiatan,
mengumpulkan dukungan dan menjadi titik Membentuk pengelola Desa Wisata Hijau
pusat dari kegiatan tersebut. Orang ini bisa (forum komunitas)
jadi adalah orang yang pertama membuat
Komunitas diharapkan dapat secara aktif
program agar dapat mulai berjalan, kemudian
berfungsi dan bertindak sebagai pengelola Desa
menyerahkan tanggung jawab tersebut kepada
Wisata Hijau karena diperlukan kegiatan yang
orang lain, atau sesuai kesepakatan bersama
tetap dan berkesinambungan. Beberapa model
dia dapat juga dipilih sebagai koordinator.
pengelolaan dapat digunakan sesuai dengan
Orang ini harus dapat diidentifikasi dan semua

41
42 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

kondisi riil daerah. Salah satu model manajemen


pelaku usaha
yang bisa diadopsi adalah model Tata Kelola pelaku
terkait
Destinasi Pariwisata (Destination Management usaha
lainnya
Organization/DMO).

DMO merupakan tata kelola destinasi pariwisata


yang terstruktur dan sinergis yang mencakup
fungsi koordinasi, perencanaan, implementasi, forum
komunikasi
dan pengendalian organisasi destinasi secara
inovatif dan sistematis. DMO dilakukan melalui
pemanfaatan jejaring, informasi dan teknologi,
yang dipimpin secara terpadu dengan peran
serta masyarakat, pelaku/asosiasi, industri,
swasta pemerintah
akademisi dan pemerintah. DMO memiliki
tujuan, proses dan kepentingan bersama dalam
rangka meningkatkan kualitas pengelolaan, Gambar 6. Model Pengelolaan Desa Wisata Hijau
volume kunjungan wisata, lama tinggal dan
besaran pengeluaran wisatawan serta Forum komunitas (Forum) dengan keanggotaan
manfaat bagi masyarakat lokal. Peningkatan yang terdiri dari unsur masyarakat, akademisi,
DMO diarahkan untuk peningkatan kualitas masyarakat peduli pariwisata hijau melakukan
kunjungan wisatawan dalam bentuk pemasaran kegiatan utama:
dan promosi, pengembangan sarana dan
1. Bersama pihak Swasta, Forum dapat
prasarana, investasi, pengembangan sumber
mendorong pengembangan kemitraan
daya manusia melalui destinasi “champion”
usaha dalam bentuk pemanfaatan dana
yang juga mencakup penataan, kualitas
CSR dengan melibatkan masyarakat dalam
layanan, pengelolaan, dan pengembangan nilai
proses bisnis yang ada;
lokal secara berkelanjutan dalam ekosistem
kepariwisataan untuk meningkatkan nilai 2. Bersama pemerintah, Forum dapat
manfaat dan magnitude kepariwisataan20. menyusun rencana kerja terkait tugas
dan fungsi K/L dan SKPD. Rencana kerja
Model pengelolaan yang telah disederhanakan dapat berupa pembangunan infrastruktur,
terdapat pada gambar berikut: pelatihan, maupun promosi;
3. Bersama pelaku usaha pariwisata
(hotel, pondok wisata, rumah makan,
pemandu wisata dan lainnya), Forum
dapat membicarakan dan mendorong
20 Teguh, Frans. Perencanaan Program Tata Kelola
Destinasi Tahun 2015. Kementerian Pariwisata.
terwujudnya konsep ekonomi hijau dan
mendorong terbentuknya rantai nilai yang
kuat diantaranya; dan elemen destinasi pariwisata
4. Bersama pelaku usaha lainnya Forum dapat
memperkuat rantai nilai antar usaha untuk
memperluas manfaat dampak ganda usaha
baik langsung maupun tidak langsung.
Dalam operasionalisasinya, Forum dapat forum
melakukan manajemen destinasi bekerjasama komunikasi

dengan para pemangku kepentingan


sebagaimana berikut 21(Gambar 7):

a. Mengelola elemen destinasi pariwisata


berupa daya tarik wisata, fasilitas umum, pemasaran produk
fasilitas pariwisata, aksesibilitas, dan
masyarakat;
b. Mengelola produk pariwisata agar sesuai
dengan ekspektasi wisatawan;
c. Mengelola pemasaran agar terjadi pengaturan
lingkungan
kunjungan wisatawan. Pada saat
bersamaan juga mengelola lingkungan
kondusif terhadap konsep hijau; dan
Gambar 7. Pola Manajemen Forum
d. Menyusun pedoman lapangan termasuk
etika mengenai hal yang boleh dan yang Langkah atau tahapan utama untuk membangun
dilarang (code of behaviour) yang menjadi kemitraan adalah:
acuan warga maupun wisatawan.
1. Mengidentifikasi kemitraan kunci yang
Membangun kemitraan dapat membantu mencapai tujuan,
2. Mengidentifikasi pihak-pihak yang harus
Keberhasilan pariwisata membutuhkan sumber
dilibatkan,
daya yang tidak dapat dipenuhi oleh satu
organisasi saja. Karenanya kemitraan menjadi 3. Membangun kemitraan,
alat yang efektif untuk memperoleh dukungan 4. Membangun saling pengertian akan isu-isu
bagi pembangunan Desa Wisata Hijau. yang dihadapi termasuk yang terkait dengan
alam dan warisan budaya,

21 Diadopsi dengan penyesuaian dari Carter, R. &


Fabricius, M. (2007). Destination Management an
Overview. UNWTO Conference: Creating Competitive
Advantage for Your Destination. Budapest, 7 Pebruari
2007.

43
44 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

5. Menyiapkan tujuan-tujuan pembangunan • Membentuk tim yang kecil supaya bisa lebih
Desa Wisata Hijau secara bersama-sama, efektif,
6. Memiliki komitmen terhadap kemitraan • Memberikan informasikan kepada pihak-pihak
tersebut dan melaksanakan aksi-aksi yang lain di desa mengenai tim ini, perkembangan
telah disetujui. dan isu-isu utamanya,
• Memilih seorang koordinator, atau bisa juga
Perlunya membangun sebuah tim pengelola peran ini dapat dilakukan secara bergantian di
Desa Wisata Hijau (forum komunitas) antara anggota tim/forum/kelompok kerja,
• Memastikan setiap orang mengutarakan apa
Sangat perlu untuk membangun sebuah tim yang diinginkannya, membuat pertemuan
pengelola atau kelompok kerja yang dapat dengan agenda yang jelas, batas waktu dan
berkomunikasi dengan institusi/badan/organisasi mendefinisikan hasil-hasil yang diinginkan.
yang relevan, mengintegrasikan keperluan dari
pariwisata, budaya dan lingkungan di Desa Wisata
Hijau, serta memperkuat dukungan untuk proses Langkah 3: Perencanaan
pengembangannya. Anggota-anggota tim perlu dan pengembangan produk
ditunjuk dan mereka dapat berfungsi sebagai wisata
saluran informasi bagi kelompok-kelompok yang
ada di desa dan juga masyarakat di luar desa. Langkah ini membantu:
Pengelola Desa Wisata Hijau dapat bersifat
formal atau informal, bisa dalam bentuk tim, • Menganalisis isu-isu yang
forum, kelompok kerja atau pengarah. Sebagai diperlukan untuk perencanaan dan
contoh forum komunitas (model Laweyan Solo) pengembangan;
yang mengatur perencanaan, pembuatan • Memilih metode analisis untuk
program, penganggaran, dll. Selain itu, perlu juga perencanaan strategis;
ditugaskan seseorang yang bertanggung jawab • Menetapkan prinsip untuk memandu
untuk penyiapan laporan dan komunikasi dengan pembuatan rencana aksi;
orang-orang yang terkait, mengakses informasi, • Menyusun rekomendasi dan strategi
mengeksplorasi opsi-opsi, membuat keputusan pelaksanaan; dan
dan menyampaikan gagasan/informasi kepada • Melibatkan perempuan dalam rangka
masyarakat yang lebih luas. mendukung keberhasilan Desa
Wisata Hijau
Pointer berikut ini membantu dalam pembentukan
tim pengelola Desa Wisata Hijau:
• Membuat keputusan tentang peran dari tim/
kelompok kerja, seberapa sering bertemu dan
apa yang diharapkan dari setiap anggota,
Menganalisis isu-isu yang diperlukan • Masyarakat lokal:
untuk perencanaan dan pengembangan o Apakah perbedaan perspektif di
antara masyarakat desa telah
Pada langkah sebelumnya isu-isu yang ada dipertimbangkan?
telah dikumpulkan, kemud pada langkah ini perlu o Bagaimana pendapat masyarakat desa
digali lebih dalam lagi untuk mengklarifikasi apa mengenai pengembangan pariwisata di
yang sedang terjadi saat ini. Isu-isu penting perlu desanya? Apakah mereka mendukung
benar-benar dipahami agar dapat mengambil atau menolaknya?
keputusan yang tepat. o Apakah ada tantangan di mana
pengembangan pariwisata dapat
Diperlukan fokus pada usaha untuk menganalisis
berisiko terhadap adat budaya dan
isu-isu yang menjadi prioritas. Dengan sumber
masyarakat adatnya?
daya yang terbatas, penilaian perlu dibuat
o Bagaimana pariwisata dapat
berdasarkan informasi dan analisis yang
berkontribusi kepada masyarakat?
tersedia. Analisis tersebut dapat berupa penilaian
o Apakah terdapat regulasi/program untuk
sederhana dengan justifikasi bagaimana
mencegah terjadinya komersialisasi
pengelola sampai pada kesimpulan tersebut
seksual, atau bentuk lain dari eksploitasi,
dengan mengutip data atau informasi yang
diskriminasi, atau pelecehan terhadap
mendukung kesimpulan tersebut.
masyarakat desa dan juga wisatawan?
Untuk mengidentifikasi isu, perlu o Apakah pengembangan pariwisata di
mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan desa memberikan kesempatan yang
berikut yang terkait dengan: sama untuk semua golongan, termasuk
perempuan, pemuda, minoritas,
• Pengalaman berkunjung wisatawan: penyandang disabilitas, dan lainnya?
o Apakah yang menjadi minat wisatawan
untuk berkunjung ke desa? • Pengelolaan dan dampak lingkungan dan
o Di mana umumnya mereka warisan budaya:
menghabiskan waktu di desa? o Apakah ada nilai-nilai lingkungan
o Apakah ada waktu tertentu untuk dan warisan budaya yang dapat
berkunjung (seasonalitas)? digabungkan ke dalam produk,
o Berapa lama wisatawan tinggal di desa interpretasi, dan pengelolaan usaha?
(length of stay)? o Apakah ada ancaman terhadap suatu
o Seberapa baikkah nilai-nilai warisan area/situs di desa sebagai akibat dari
budaya diinterpretasikan dan pengembangan pariwisata?
dikomunikasikan kepada wisatawan? o Dapatkah aktivitas wisata dilaksanakan
di/dekat area/situs yang dilindungi?

45
46 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

o Apakah kunjungan wisatawan dalam umum), puskesmas/klinik kesehatan,


kelompok besar dapat menimbulkan penerangan, dan lainnya?
masalah? o Bagaimana dengan papan petunjuk
o Apakah ada panduan mengenai daya ke area/situs budaya desa? Apakah
dukung desa? papan petunjuk tersebut sudah dapat
o Apakah perilaku pengunjung sudah memberikan informasi yang baik?
sesuai dengan nilai-nilai desa? Apakah penempatannya merusak
o Bagaimana penanganan terhadap keindahan alam/situs budaya?
kunjungan musiman (seasonalitas)? o Bagaimana ketersediaan air bersih,
o Apakah ada dampak sosial, budaya, energi, pengolahan sampah, jaringan
ekonomi, dan lingkungan baik positif telekomunikasi dan internet desa untuk
atau negatif? Termasuk yang terkait mendukung pariwisata?
dengan emisi gas rumah kaca,
energi, air, limbah cair, limbah padat, Melibatkan perempuan dalam rangka
polusi cahaya dan kebisingan, serta mendukung keberhasilan Desa Wisata
transportasi berdampak rendah, seperti Hijau22
misalnya sepeda, cidomo/delman, flora Pengelolaan pariwisata yang berbasis pada
dan fauna, dan lain-lain. pemberdayaan komunitas lokal (community-
o Bagaimana pengembangan pariwisata based tourism) perlu melibatkan seluruh
dapat berkontribusi terhadap anggota masyarakat. Keterlibatan semua
konservasi dan pelestarian lingkungan pihak dalam pengelolaan pariwisata sangat
dan aset budaya? penting dilakukan agar dapat meningkatkan
o Apakah ada regulasi/program untuk kesejahteraan masyarakat sekitar. Namun,
melindungi hak kekayaan intelektual kenyataannya jumlah perempuan yang
dari individu dan masyarakat lokal? terlibat dalam pengelolaan pariwisata
o Lokasi/atraksi manakah yang menjadi berbasis masyarakat masih jauh lebih sedikit
fokus perhatian wisatawan? Mengapa? dibandingkan laki-laki. Padahal keterlibatan
perempuan menjadi kunci sukses keberhasilan
• Infrastruktur: pengelolaan pariwisata dan bisa meningkatkan
o Apakah kondisi infrastruktur desa kesejahteraan masyarakat.
saat ini mendukung pengembangan
pariwisata, seperti misalnya
transportasi, kualitas jalan, akomodasi
(guest house, homestay), sanitasi (toilet 22 Pramesti, Olivia Lewi. “Minim, Peran Perempuan
dalam Pariwisata”. National Geographic Indonesia.
Diakses pada tanggal 10 Desember 2015, dari http://
nationalgeographic.co.id/berita/2012/07/minim-
peran-perempuan-dalam-pariwisata.
Rendahnya keterlibatan perempuan disebabkan kelemahan dan kekuatan yang ada. Beberapa
oleh berbagai faktor, antara lain rendahnya hal yang perlu dibahas, namun tidak terbatas
pengetahuan dan pengalaman, kurangnya pada hal ini adalah:
fasilitas, terbatasnya modal, pemikiran bias
gender dari pemerintah, dan kurangnya Ancaman:
keterlibatan pemerintah sebagai fasilitator. Pada a. Jenis kegiatan wisata yang tidak ramah
umumnya perempuan hanya sebagai pelaksana lingkungan (wisata massal) namun memiliki
atau pekerja. Hal ini menandakan bahwa potensi pertumbuhan yang besar;
distribusi keuntungan pariwisata berbasis
b. Masuknya investor luar skala besar yang
komunitas belum merata.
dapat mematikan kehidupan ekonomi lokal;
Dengan memberdayakan perempuan maka c. Ketidaksiapan sumber daya manusia
akan meningkatkan keahlian mereka sehingga lokal sehingga akan tergeser dengan
peran yang dijalankan tidak hanya menjadi ketersediaan sumber daya manusia dari luar
pelaksana tetapi lebih sebagai inisiator dan daerah; dan
perencana, pengelola, serta evaluator, sehingga d. Kompetitor yang dapat menghambat
mereka dapat menjalankan peran sebagai kemajuan yang direncanakan.
agen perubahan pengelolaan pariwisata
yang lebih menyejahterakan perempuan. Peluang:
Oleh karenanya, pemberdayaan perempuan a. Berkembangnya minat wisata berbasis alam
perlu makin ditingkat. Pemberdayaan ini dan budaya23 yang menjadi kekuatan Desa
dilakukan dengan membangun kemampuan Wisata Hijau;
perempuan, perubahan budaya, dan kebijakan b. Berkembangnya kepedulian terhadap
struktural yang memihak perempuan. pelestarian alam serta ekonomi dan sosial
Pemberdayaan perempuan dapat dilakukan budaya masyarakat lokal;
dengan memberikan pendidikan, pelatihan, dan c. Peningkatan nilai ekonomi sumber daya
penyuluhan di bidang pariwisata. wisata daerah akibat pariwisata;
d. Mendorong konsumsi produk lokal; dan
Metode analisis untuk perencanaan e. Berkembangnya potensi usaha koperasi
strategis lokal.
Pilihan metode analisis sangat bervariasi, namun
secara sederhana dapat diawali dengan analisis
TOWS (Threats, Opportunities, Weaknesses,
and Strengths). Unsur ancaman dan peluang
diletakkan di depan karena kedua unsur ini yang 23 Di tingkat nasional 60% wisman memilih sumberdaya
menyebabkan diperlukannya pemahaman atas budaya, 35% alam, dan 5% buatan.Sumber dari Ke-
menterian Pariwisata (2014). Passenger Exit Survey.

47
48 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

Kelemahan: keseimbangan antara aksi pelestarian budaya


a. Terbatasnya kualitas sumber daya lokal dalam dan lingkungan serta aksi untuk pengembangan
mengelola pariwisata; pariwisata.
b. Kurang tersedianya peraturan atau lemahnya
Pada langkah ini akan dikembangkan tujuan yang
penegakan hukum terkait dengan upaya
spesifik dan juga prinsip dasar untuk menajadi
pelestarian;
panduan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
c. Ketiadaan lembaga komunitas yang secara tetap di masa depan. Prinsip-prinsip dan tujuan-tujuan
merencanakan dan melaksanakan kegiatan ini perlu disetujui terlebih dahulu oleh pemangku
pembangunan Desa Wisata Hijau; kepentingan kunci dan agar mereka juga memiliki rasa
d. Adanya perbedaan kepentingan anggota kepemilikan yang cukup tinggi. Prinsip dan tujuan yang
kelompok masyarakat yang menghambat ada dapat diimplementasikan dengan sangat baik
pengembangan Desa Wisata Hijau; dan ketika orang-orang merasa bahwa mereka memainkan
e. Lemahnya koordinasi antar pelaku kegiatan baik peranan penting dalam pengembangannya.
dari sisi perencanaan maupun pelaksanaan.
Dalam beberapa kasus prinsip merupakan cara
Kekuatan: yang paling tepat untuk memandu arah dan
a. Keunikan dan keragaman sumber daya manusia cakupan pekerjaan di masa depan. Prinsip dapat
lokal terutama sumber daya alam dan budaya; berbentuk panduan, peraturan adat atau kebijakan.
Sebagai contoh, sebuah usaha pariwisata dapat
b. Kekuatan modal sosial yang ada di masyarakat
mengembangkan prinsip-prinsip pariwisata yang
lokal;
bertanggung jawab (responsible tourism) yang dibuat
c. Keterbukaan masyarakat desa untuk menerima bersama dengan masyarakat adat yang mencakup
hal-hal baru; dan isu-isu terkait dengan warisan adat dan pariwisata.
d. Kemauan untuk melakukan sesuatu yang lebih
baik bagi kehidupan masa depan. Pada rencana konservasi budaya, sering ditemukan
adanya peryataan mengenai kebijakan konservasi.
Bahasan TOWS sangat kompleks. Untuk itu, bahasan
Dimana kebijakan ini relevan, maka kebijakan tersebut
TOWS disarankan dilakukan melalui FGD ataupun
harus dimasukan ke dalam prinsip-prinsip yang akan
expert judgment yang melibatkan unsur-unsur
memandu pengembangan pariwisata budaya.
kepakaran.

Menyusun rekomendasi dan strategi


Menetapkan prinsip untuk memandu pembuatan
pelaksanaan
rencana aksi
Rekomendasi dan strategi pelaksanaan harus dapat
Setelah memahami nilai-nilai pariwisata dan
dijabarkan secara jelas sehubungan dengan “apa,
budaya serta isu-isu utama, selanjutnya perlu
bagaimana, siapa, dan kapan” kegiatan harus
mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai secara
dilaksanakan.
lebih spesifik. Hal ini haruslah memperhatikan
a. “Apa” menyangkut kegiatan apa saja yang harus dilakukan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi;
Langkah 4: Meningkatkan kapasitas
b. “Bagaimana” menjelaskan cara pelaksanaan kegiatan, sumber daya manusia
misalnya kegiatan yang dilakukan secara swadaya oleh
komunitas, kerjasama dengan swasta dan sebagainya; Langkah ini membantu untuk:
c. “Siapa” menjelaskan penanggung jawab kementerian,
• Mengadakan pelatihan peningkatan kapasitas
baik dari pihak pemerintah (K/L dan SKPD), swasta,
sumber daya manusia
ataupun masyarakat. “Siapa” ini juga menjelaskan besaran
anggaran yang diperlukan; dan
d. “Kapan” menjelaskan waktu pelaksanaan. Kegiatan dapat Sumber daya manusia memiliki peran yang sangat penting
dilakukan dalam jangka waktu tertentu (singkat maupun dalam pengembangan Desa Wisata Hijau karena berfungsi
lebih lama). Kejelasan ini mempengaruhi konsistensi sebagai motor penggerak kelangsungan industri pariwisata,
pembangunan tahap-tahap selanjutnya. pelaku utama yang menciptakan produk dan jasa serta
Tahap ini juga sudah harus menetapkan kapan program- salah satu faktor penentu daya saing industri. Pertanyaan-
program tersebut dibahas. Mengingat program tersebut pertanyaan berikut akan membantu mengidentifikasi kebutuhan
menyangkut sistem anggaran pemerintah, diperlukan peningkatan kapasitas pengelolaan Desa Wisata Hijau.
penyesuaian dengan jadwal rapat koordinasi pembangunan
Hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan keterampilan
(Musrenbang) sejak dari tingkat Kabupaten/Kota sampai
dan keahlian:
nasional.
• Keterampilan dan keahlian apa yang diperlukan untuk
Berikut contoh format yang mencakup isu-isu penting
mengembangkan dan memelihara produk wisata yang
implementasi. Untuk setiap tujuan, buatlah daftar dari aksi yang
berkualitas?
diusulkan yang diperlukan dalam mencapai tujuan:

Apa yang perlu Siapa yang Bagaimana sekuensi Sumber daya apa saja Bagaimana aksi atau
dilakukan? (aksi bertanggung jawab dan dan waktunya? yang diperlukan? strategi ini dipantau
atau strategi yang terlibat? dan dievaluasi?
diusulkan)

49
50 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

• Dukungan finansial dan bisnis apakah yang Memahami Desa Wisata Hijau sebagai
diperlukan? suatu produk pariwisata24
• Apakah tersedia akses untuk pendidikan
Ada dua perbedaan pandangan mengenai definisi
dan pelatihan?
produk pariwisata, yaitu (1) produk pariwisata
• Apakah diperlukan analisis kebutuhan? sebagai produk yang dipasarkan dengan tujuan
• Kapasitas apakah yang diperlukan untuk untuk menarik kunjungan wisatawan, dan (2)
mengelola dan mengembangkan Desa produk pariwisata adalah hotel, restoran, dan
Wisata Hijau? sebagainya. Buku Panduan ini melihat definisi
• Dukungan apakah yang diperlukan agar produk pariwisata sebagai sebuah pengalaman
masyarakat dapat bekerja dengan lebih total, karena hotel dan restoran merupakan
efektif? produk usaha pariwisata25. Sebagai sebuah
pengalaman total, produk pariwisata dapat
Dukungan-dukungan yang dapat diberikan
digambarkan dalam gambar berikut:
oleh K/L atau pihak lainnya terkait dengan hal
tersebut di atas akan dibahas lebih lanjut pada
bab Dukungan Kementerian/Lembaga yang Datang • Transportasi
Terkait dengan Pengembangan Desa Wisata
Hijau. • Akomodasi

• Kuliner

• Atraksi wisata
Produk parawisata
Langkah 5: PASAR DAN (Pengalaman total)
PEMASARAN • Hiburan

Langkah ini membantu untuk: • Even

• Cindramata
• Memahami Desa Wisata Hijau
sebagai suatu produk pariwisata;
• Dan lain-lain
• Menyusun rencana pemasaran; Pulang
• Melakukan promosi.

Gambar 8. Produk Pariwisata sebagai Pengalaman Total

24 Hermantoro, Henky. (2015). Kepariwisataan, Destinasi


Pariwisata, Produk Pariwisata. Depok: Aditri. hal. 188-
194
25 Usaha Pariwisata adalah “… usaha yang
menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan
pariwisata” (UU RI no. 10 tahun 2001).
Kepuasan wisatawan merupakan sebuah faktor • Menetapkan produk wisata
penarik kunjungan wisata yang efektif. Sebuah
Produk atau pengalaman wisatawan
produk pariwisata dapat dikatakan baik bila
merupakan ondasi bagi kesuksesan usaha
wisatawan mendapatkan kepuasan total sejak
Desa Wisata Hijau. Tanpa tersedianya
kedatangan sampai dengan kepulangannya. Ia
produk yang bisa dipasarkan, maka tidak
mengalami kepuasan dalam proses perjalanan,
ada alasan bagi wisatawan untuk datang ke
menginap, makan, hiburan, dan sebagainya. Ukuran
desa tersebut dan usaha Desa Wisata Hijau
baiknya kualitas produk adalah besarnya kunjungan
tidak akan berjalan dengan baik. Karenanya,
ulang wisatawan (repeater) yang mencerminkan
aspek-aspek identifikasi, pengembangan
kepuasan wisatawan (tourist satisfaction).
dan implementasi dari produk wisata,
merupakan hal-hal yang sangat penting untuk
Produk pariwisata tidak dapat dilepaskan dari dua
kesuksesan usaha Desa Wisata Hijau.
faktor utama. Faktor permintaan (demand) yang
berupa permintaan pasar, dan faktor penawaran
• Mengetahui target pasar
(supply) yang direpresentasikan oleh sebuah
destinasi pariwisata berupa sumber daya yang ada di Pengelola
dalamnya. Desa Wisata
Posisi Produk
(positioning) (product) Hijau perlu
Menyusun rencana pemasaran mengetahui
Target secara jelas
Tempat pasar Nilai
Tujuan dari kegiatan Desa Wisata Hijau adalah (place) (value) siapa yang
mempromosikan aspek-aspek yang “dapat dijual” ditargetkan
Promosi
atau menarik dari masyarakat di suatu desa, (promotion) untuk
mendatangkan wisatawan, mengelola hospitalitas mengunjungi
dan memandu kegiatan-kegiatan wisata, serta Sumber: Hermantoro, 2014
desa. Selain
menyediakan barang dan jasa yang dapat dibeli itu, perlu
selama wisatawan berada di desa tujuan. Bagian ini adanya pemahaman dan keahlian dalam
menjelaskan mengenai proses penyusunan rencana memasarkan pengalaman yang akan
bisnis, terutama yang berfokus pada pengembangan ditawarkan secara efektif, dan memastikan
dan pemasaran produk atau pengalaman yang akan agar wisatawan dapat saling berbagi
ditawarkan kepada wisatawan. falsafah dengan masyarakat desa mengenai

Mengetahui Membuat strategi Membangun keterkaitan/


Menetapkan produk wisata jaringan dengan daerah
target pasar pemasaran
sekitarnya

51
52 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

budaya lokal serta memiliki minat untuk mendukung o Membuat website untuk mempromosikan Desa
pengembangan lokal yang berkelanjutan dan adil. Wisata Hijau.
Guna mengetahui target pasar, sangatlah penting o Membuat promosi yang akurat dan lengkap
untuk mengetahui apakah wisatawan berminat mengenai produk dan jasa yang ditawarkan di
untuk berlibur di desa dan juga kegiatan apa yang Desa Wisata Hijau, serta budaya yang perlu
ingin mereka lakukan. Dengan demikian informasi dihormati dan hal-hal yang bisa diharapkan oleh
mengenai pasar dan segmen saat ini dan di masa wisatawan. Lakukanlah promosi dengan cara
depan sangat diperlukan. Informasi tersebut dapat yang kreatif dan jujur. Jangan menawarkan
diperoleh dari Dinas Pariwisata, Badan Promosi sesuatu yang tidak mungkin dapat dipenuhi atau
Pariwisata Daerah, dan lembaga lainnya. menampilkan gambar/foto yang bukan berasal
dari desa tersebut.

Tabel 5P Bauran Pemasaran

Product (Produk) • Produk apakah yang ditawarkan oleh masyarakat desa kepada wisatawan?
• Berdasarkan pendapat wisatawan, apakah produk tersebut memiliki kualitas yang baik dan
diinginkan oleh mereka?
• Wisatawan tipe apakah yang tertarik pada produk tersebut?
Positioning (Posisi) • Apa yang membuat produk ini unik?
• Apakah pengalaman wisata yang ditawarkan oleh desa berbeda dengan lokasi wisata lainnya
yang ada di sekitar desa?
• Nilai tambah apakah yang diberikan oleh pengalaman tersebut?
Place (Tempat) • Bagaimana membuat produk ini mudah diakses oleh wisatawan?
Price (Nilai) • Bagaimana memberikan nilai/harga untuk paket kunjungan desa agar dapat berkelanjutan secara
finansial, terjangkau, dan kompetitif?

Promotion (Promosi) • Cara apakah yang tersedia untuk memasarkan Desa Wisata Hijau?
• Apakah pesan tersebut?
• Bagaimana menggunakan jaringan dan kemitraan untuk mengundang wisatawan datang ke desa
dan bagaimana menyediakan informasi yang diperlukan?

• Membuat strategi pemasaran


o Menggunakan media sosial (facebook, twitter,
Bauran Pemasaran (marketing mix) berikut ini dapat youtube, flickr, dan lainnya) dan mencari cara
memandu dalam menyiapkan strategi pemasaran agar Desa Wisata Hijau dapat juga diliput di
Desa Wisata Hijau. jaringan wisata/website/blog yang relevan,
seperti misalnya Trip Advisor, Lonely Planet, dan
Beberapa kegiatan pemasaran berikut ini perlu
lainnya.
dipertimbangkan dan diimplementasikan:
o Jangan meremehkan promosi dari • Membangun keterkaitan/jaringan
mulut ke mulut. Hal ini merupakan dengan daerah sekitarnya
cara yang sederhana namun
Untuk menghasilkan usaha Desa
membawa dampak yang besar,
Wisata Hijau yang berkelanjutan, perlu
karenanya sangat penting untuk
adanya kerjasama, kemitraan dan
menjaga produk dan kualitas desa.
jaringan dengan pemerintah/Iindustri/
o Carilah kesempatan dari pemerintah lembaga pendidikan/Lembaga Swadaya
atau industri wisata untuk Masyarakat/dan lembaga lain yang
mendapatkan fasilitas melalui relevan untuk memperluas jangkauan,
partisipasi pada pameran wisata, membangun ketahanan dan menciptakan
travel mart, dan lain-lain. lingkungan usaha yang kondusif.
Bantuan dalam kerjasama tersebut dapat
berbentuk bantuan finansial, pelatihan
hospitalitas dan pariwisata, promosi dan
pemasaran, dan lainnya.

53
54 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau
V pemantauan DAN EVALUASI

55
56 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

Aspek yang juga penting dalam memberdayakan Prinsip-Prinsip Pemantauan Pariwisata


masyarakat dalam mengelola destinasi Berbasis Masyarakat
wisata adalah monitoring (selanjutnya disebut
“pemantauan”). Pemerintah dan kelompok Pemantauan kegiatan kepariwisataan
sasaran, misalnya masyarakat desa, dapat melibatkan pemilihan beberapa indikator
menggunakan pemantauan sebagai salah satu pengukuran dan data yang dapat digunakan
alat untuk mengevaluasi perkembangan wisata untuk mengukur perkembangan, kinerja dan
di wilayahnya. Pemantauan juga membantu hasil dari kegiatan kepariwisataan. Khusus
untuk memahami dampak pariwisata dan bagi pariwisata berbasis masyarakat, proses
mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu pemantauan ini dapat memberikan manfaat
diperbaiki dari waktu ke waktu. sebagai berikut:

Pemantauan sangat penting mengingat • Evaluasi kinerja dari waktu ke waktu;


pariwisata saat ini merupakan industri yang • Perbaikan layanan wisata sesuai
sangat kompetitif. Pariwisata yang berbasis pembelajaran dari hasil pemantauan;
masyarakat yang pada umumnya masih
• Sumber masukan untuk menentukan
berskala kecil yang kinerjanya perlu dipantau
prioritas pengembangan layanan wisata
secara cermat, mulai dari cara memahami dan
sesuai kebutuhan pelanggan dan tingkat
merespon keinginan pelanggan, mengelola
kelayakannya;
keuangan masyarakat, menyediakan jasa
wisata, sumber daya manusia, dan hubungan • Sumber masukan untuk meningkatkan
dengan pihak eksternal (pemasok dan efektivitas perencanaan, pengembangan
pemangku kepentingan lainnya). Pentingnya dan pengelolaan jasa wisata;
pemantauan dalam pengembangan pariwisata • Kepastian bahwa semua kelompok
berbasis masyarakat juga berkaitan dengan isu masyarakat memperoleh manfaat dari
kemiskinan dan pengelolaan lingkungan yang kegiatan kepariwisataan yang dijalankan di
sangat relevan dengan kondisi masyarakat wilayahnya; dan
di perdesaan. Pemantauan dapat membantu • Peningkatan pemahaman pemangku
terjaminnya kebutuhan masyarakat untuk kepentingan tentang keberlanjutan layanan
meningkatkan pendapatannya seraya wisata yang dikelola masyarakat.
mempertahankan agar norma dan budaya yang
Prosedur pemantauan yang dapat diterapkan
ada sejalan dengan jasa wisata yang dikelola.
dalam konteks pariwisata berbasis
Pemantauan seperti ini perlu dilakukan secara
masyarakat melibatkan beberapa tahapan
menyeluruh dan dalam proses yang saling
yang dapat diaplikasikan untuk memastikan
berkaitan satu dengan yang lain.
efektivitas penyelenggaraan pariwisata
berbasis masyarakat. Konsep dasar dari
prosedur pemantauan ini yaitu cakupannya berkelanjutan yang diharapakan dapat
mempertimbangkan kebutuhan masyarakat mendukung strategi pengurangan kemiskinan
untuk menjadi lebih sejahtera, penyediaan suatu wilayah. Kegiatan ini melibatkan penduduk
kesempatan yang sama bagi seluruh komponen lokal untuk menjalankan dan mengelola jasa
masyarakat untuk mendapat manfaat wisata sebagai salah satu sumber pendapatan
dari kegiatan wisata di wilayahnya, dan bagi masyarakat, dan pada saat yang sama
keberlanjutan dari layanan wisata yang dikelola mendukung pemeliharaan tradisi dan budaya
masyarakat. Prosedur pemantauan ini dapat masyarakat setempat sebagai bagian dari aset
digunakan oleh masyarakat pengelola jasa lokal.
wisata, pemerintah/pembina dan pemangku
kepentingan lainnya. Secara umum, beberapa prinsip dasar yang
perlu menjadi perhatian dalam pemantauan
Secara umum, pemantauan merupakan proses pariwisata berbasis masyarakat yaitu bahwa
yang rutin dilakukan untuk mengukur beberapa kegiatan pariwisata berbasis masyarakat perlu
indikator perkembangan suatu kegiatan dalam berorientasi pada:
rangka memahami kondisi yang ada saat ini,
dan terutama tren perkembangan kinerjanya. 1. Inklusivitas, dalam arti memberikan
Indikator yang digunakan merupakan alat kesempatan yang sama dan secara
pengukuran yang mewakili perkembangan aktif melibatkan komponen-komponen
suatu aspek dari kegiatan yang dipantau pada masyarakat, terlepas dari latar belakang
suatu waktu tertentu. Dalam konteks pariwisata gender, agama, etnis, tingkatan sosial,
yang berbasis masyarakat, indikator-indikator kapasitas fisik, usia, kapasitas keterampilan/
pemantauan yang digunakan diharapkan dapat pendidikan, dan lainnya. Pelibatan berbagai
menjelaskan keterkaitan antara jasa wisata kelompok masyarakat ini perlu dilakukan
yang disediakan masyarakat dan keberlanjutan berdasarkan musyawarah mufakat dan
perbaikan sosial-ekonomi masyarakat dan disesuaikan dengan kapasitas masing-
lingkungan di sekitarnya. masing, serta didukung komunikasi dan
penyebarluasan informasi secara merata;
Pada banyak kasus, indikator-indikator 2. Pengurangan kemiskinan, yaitu bahwa jasa
pemantauan juga diharapkan dapat wisata yang dijalankan dan dikelola oleh
menggambarkan apakah jasa wisata yang masyarakat perlu memberikan hasil positif
dikelola masyarakat dapat berkontribusi berupa pengurangan angka kemiskinan.
menurunkan angka kemiskinan wilayah Pariwisata berbasis masyarakat diakui
tersebut, dan/atau wilayah sekitarnya. sebagai salah satu strategi yang paling
Hal ini penting karena pariwisata berbasis efektif untuk mengurangi kemiskinan di
masyarakat merupakan salah satu bagian suatu wilayah karena potensi lokal yang
dari pengembangan kegiatan pariwisata

57
58 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

dimiliki dan dipahami masyarakat yang dijadikan berbeda dengan wilayah lain. UMKM setempat
sebagai aset utama untuk perbaikan kondisi juga perlu membangun pemahaman dan
sosial-ekonomi mereka. Hal yang masih menjadi pengetahuannya tentang pelanggan dan
tantangan adalah kurangnya pengalaman dan keunikan produk dan layanan di wilayah mereka
budaya kerja/layanan sehingga produktivitas sehingga menjadi lebih kompetitif. Masyarakat
jasa wisata yang dijalankan masyarakat perlu diajari bagaimana mengukur kepuasan
biasanya rendah. Tradisi dan budaya juga pelanggan dan cara pemasaran yang benar
dapat menjadi aset sekaligus hambatan untuk agar usahanya terus berkembang.
membangun pemahaman, kesepakatan, dan 4. Pemberdayaan masyarakat lokal secara
rasa memiliki yang tinggi terhadap potensi optimal melalui peningkatan pemahaman dan
perbaikan penghidupan di antara komponen pendidikan masyarakat tentang perkembangan
masyarakat dalam menyikapi jasa wisata yang pariwisata dan layanan pelanggan secara
dikembangkan. Tantangan ini sedikit demi terus-menerus, penyediaan pendampingan,
sedikit dapat ditangani apabila jasa wisata dan pembentukan forum rembuk yang
yang dikelola masyarakat mampu (i) melibatkan memungkinkan partisipasi komponen-
kelompok masyarakat miskin di wilayah tersebut komponen masyarakat dalam menentukan arah
sebagai pekerja, penyedia produk dan jasa pengembangan jasa wisata di wilayahnya. Pada
wisata, pemilik/pengelola usaha skala mikro saat yang sama, masyarakat juga dibina untuk
dan kecil yang menyediakan produk dan jasa dapat membangun hubungan yang konstruktif
pendukung; (ii) membangun transparansi dalam dengan pemerintah dan pemangku kepentingan
pengelolaan keuangan dan pembagian hasilnya lainnya.
bagi masyarakat; (iii) menyediakan kontribusi
bagi penguatan aspek-aspek tradisi, agama
Tahapan Pemantauan
dan budaya masyarakat; dan (iv) mendukung
perbaikan infrastruktur di wilayahnya. Tahapan pemantauan secara umum dapat
3. Pengembangan UMKM yang diarahkan untuk dikelompokkan ke dalam tahap (i) perencanaan; (ii)
memenuhi kebutuhan konsumen (demand- pengumpulan data dan analisis; dan (iii) komunikasi
driven) bukan sebaliknya (supply-driven). hasil pemantauan. Proses pemantauan secara
Banyak tempat wisata yang dikelola masyarakat terinci terdapat pada Tabel 1.
saat ini masih didominasi dengan penyediaan
Merujuk pada Tabel 1, hal yang perlu mendapat
produk dan jasa yang tidak sesuai dengan
perhatian lebih besar yaitu penetapan ukuran
keinginan pelanggan. Masyarakat mendirikan
dari aspek-aspek yang dipantau dan indikatornya.
dan menjalankan usaha skala mikro dan kecil
Penetapan ukuran dan indikator pemantauan
secara apa adanya atau meniru tempat lain,
dapat mengadopsi dua pendekatan. Pertama
tanpa menyadari bahwa minat dan kebutuhan
yaitu pendekatan bisnis di mana perkembangan
pelanggan yang datang ke wilayah mereka
atau kinerja jasa wisata dibandingkan dengan
tujuan dari pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Sementara itu, indikator-indikator yang dapat digunakan dibagi
Kedua, pendekatan kinerja berkelanjutan dapat digunakan menjadi tiga jenis yaitu:
untuk melihat perkembangan jasa wisata terkait penanganan
isu-isu yang ada dimasyarakat, baik isu kemiskinan, maupun • Indikator kualitatif berdasarkan persepsi masyarakat yang
kelestarian budaya dan alam. Contoh penerapan dari kedua tinggal di wilayah wisata dan pelanggan terhadap isu-isu
pendekatan dalam rancangan pemantauan (tujuan dan yang berkembang dalam penyediaan dan pengelolaan jasa
sasaran) terdapat pada Tabel 2. wisata. Penilaian ini juga mencakup kepuasan pelanggan
dan harapan mereka terhadap jasa wisata yang disediakan
masyarakat dan keberlanjutannya (termasuk kelestarian
budaya dan lingkungan).

Tabel 1. Tahapan Pemantauan Pariwisata Berbasis Komunitas

Tahapan Proses

Perencanaan • Mendiskusikan rencana pemantauan dengan kelompok sasaran (masyarakat


pengelola jasa wisata), termasuk menyepakati dan menetapkan tujuan peman-
tauan, isu-isu yang akan dipantau, waktu dan batasan pemantauan.
• Menyusun indikator pemantauan berdasarkan tiga jenis indikator yang akan
digunakan yaitu indikator kualitatif, kuantitatif dan normatif.

Contoh kegiatan • Identifikasi sumber data, termasuk jika data primer tidak dapat dikumpulkan
secara lengkap;
• Merancang disain pengumpulan data dan metode analisis;
• Pengolahan dan analisis data.

Komunikasi hasil pemantauan • Mengidentifikasi indikator yang menjadi kelemahan dan menganalisa pilihan
solusinya;
• Merancang respon yang dapat diterapkan masyarakat terutama dalam proses
pengelolaan jasa wisata;
• Menyusun rencana dan metode komunikasi hasil pemantauan untuk pemangku
kepentingan yang lebih luas, termasuk untuk menjaring dukungan bagi penangan-
an isu-isu yang ditemukan selama pemantauan yang tidak mungkin ditangani
masyarakat secara mandiri;
• Mendiskusikan hasil pemantauan dengan kelompok sasaran dan pemangku
kepentingan terkait untuk menyepakati rencana tindak perbaikan manajemen dan
penanganan isu, masalah dan tantangan;
• Mengevaluasi cakupan, metode dan pelaksanaan pemantauan untuk perbaikan
ke depan.

59
60 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

Tabel 2. Contoh Tujuan dan Sasaran Pemantauan


Berdasarkan Pendekatan Bisnis dan Keberlanjutan

Jenis Tujuan Sasaran/Indikator

Pendekatan bisnis Pengembangan akomodasi di • Sarana akomodasi beroperasi pada bulan….


lokasi wisata • Sebanyak …. orang (anggota masyarakat) dilatih
untuk mengelola dan memelihara sarana akomodasi
sampai bulan ….
Pengelolaan akomodasi secara • Minimal 40% tingkat hunian akomodasi pada akhir
berkelanjutan tahun kedua
• Minimal 75% pelanggan merasakan puas tinggal di
sarana akomodasi pada akhir tahun ketiga
• Pendapatan surplus pada tahun ketiga

Pendekatan berkelanjutan Kontribusi pada pengurangan • Pengurangan penduduk miskin sebesar …. % pada
angka kemiskinan akhir tahun kelima
• Peningkatan jumlah anggota masyarakat yang
bekerja disektor pariwisata menjadi sebesar ….. %
pada tahun ketiga
• Peningkatan jumah keluarga yang dapat mengakses
air bersih menjadi …. % pada akhir tahun kedua
Peningkatan partisipasi anggota • Jumlah dan keragaman anggota masyarakat yang
masyarakat dalam memajukan jasa hadir dalam rembuk
wisata • Peningkatan jumlah anggota masyarakat yang
berpartisipasi dalam kegiatan bersama

• Indikator kuantitatif yang difokuskan pada • Indikator normatif yang mengukur ketersediaan
pengukuran data primer untuk variabel-variabel kebijakan atau aturan lokal terkait perencanaan
pemantauan. Data yang dikumpulkan dan penyediaan jasa wisata, pengelolaan dan
diukur mencakup data dan informasi tentang pemeliharaan sumber daya alam/ lingkungan,
perkembangan sosial-ekonomi, budaya dan pengelolaan dan pemanfaatan hasil/pendapatan
daya dukung lingkungan masyarakat serta dari jasa wisata, dan lain-lain. Termasuk di
perkembangan pelanggan. dalamnya adalah adanya kerjasama dengan
pemangku kepentingan dalam bentuk kemitraan
usaha, pendampingan atau pembiayaan. Hal
ini penting untuk mengidentifikasi potensi
keberlanjutan jasa wisata yang disediakan.
Proses lain yang perlu dilakukan adalah yang diperoleh dapat digunakan oleh
pengumpulan data dan informasi (baseline) masyarakat untuk perbaikan ke depan.
yang dapat digunakan sebagai patokan untuk Pemahaman dan rasa memiliki dari masyarakat
menentukan perkembangan dari suatu indikator. sangat penting karena sebagian besar data
Tanpa ketersediaan baseline, penyusunan dan informasi yang dikumpulkan selama
respon terhadap kondisi yang dipantau tidak pemantauan bersumber dari masyarakat.
dapat dipastikan keakuratannya. Selain itu, kerja sama dengan masyarakat dapat
mengarahkan pemantauan kepada isu-isu
Pemantauan juga perlu dilakukan dengan yang terkini dan mendapat perhatian besar dari
kerjasama kelompok masyarakat yang masyarakat.
mengelola jasa wisata agar hasil pemantauan

61
62 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau
VI PENUTUP
Prosedur dan tahapan pemantauan yang diuraikan secara singkat di atas dapat
dikembangkan lebih lanjut menjadi panduan teknis untuk pemantauan pariwisata yang
berbasis masyarakat. Pengembangannya dapat mencakup metode untuk melibatkan
masyarakat dalam perencanaan pemantauan, identifikasi isu strategis dan penyusunan
tujuan pemantauan, penetapan indikator, perancangan kuesioner dan metode pengumpulan
data dan informasi lainnya, serta perancangan metode komunikasi hasil pemantauan.
Pengembangannya akan sangat bergantung pada pihak yang melaksanakan pemantauan
dan memanfaatkan hasil pemantauan.

Hal-hal yang perlu menjadi perhatian dalam proses pemantauan adalah pelibatan
masyarakat yang mengelola jasa wisata dalam proses perencanaan pemantauan dan
penyampaian hasil pemantauan yang komunikatif dan mudah dipahami masyarakat.
Kedua faktor ini menjadi kunci bagi daya guna pemantauan karena masyarakat menjadi
lebih paham dan berkepentingan terhadap proses dan hasil pemantauan. Proses
pemantauan juga dapat dikombinasikan dengan proses pendampingan masyarakat
dalam mengembangkan jasa wisata. Berbagai pemangku kepentingan lainnya juga dapat
dilibatkan dalam rangka mendukung pelaksanaan pemantauan yang lebih komprehensif.

63
64 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

LAMPIRAN

Peran Pokdarwis dalam Pengembangan Kawasan Ekowisata Berwawasan


Lingkungan Berbasis Masyarakat di Desa Wisata Nglanggeran DIY
Diawali dengan semangat untuk maju masyarakat Desa Nglanggeran yang sangat kuat, dibentuklah Desa
Wisata Nglanggeran. Pemuda Nglanggeran secara bersama-sama mendukung pemanfaatan sumber daya
alam Gunung Api Purba menjadi daya tarik wisata utama. Mereka secara swadaya menyumbangkan tenaga
dan bahan yang dibutuhkan untuk membangun pendopo, jalur trekking, gazebo, mengembangkan kesenian
lokal, melaksanakan kirab budaya, dan kegiatan lainnya.
Semangat pengembangan masyarakat akhirnya mendapat perhatian pemerintah dengan dimulainya program
pendampingan peningkatan SDM dari Dinas Pariwisata Gunungkidul pada tahun 2008, serta diadakannya FAM
Tour sebagai upaya promosi.
Desa wisata Nglanggeran aktif mengikuti berbagai lomba untuk mempromosikan diri seraya melakukan
peningkatan kapasitas dan perbaikan internal. Pada tahun 2010, diadakan acara Jelajah Wisata dengan
bekerja sama dengan Dinas Pariwisata DIY dan Kabupaten Gunungkidul. Selain mengikuti lomba dan
mengadakan kegiatan wisata, Desa Wisata Nglanggeran juga aktif membuat blog, website dan media sosial
hingga meraih peringkat ke-2 dalam Festival Blog Nasional tahun 2010.
Tahun 2011, Desa Wisata Nglanggeran mendapatkan kesempatan mengikuti Program PNPM Pariwisata dari
Kementrian Pariwisata RI. Kemudian tahun 2012 mendapatkan bantuan pembuatan gazebo dan jalur trekking
dari Dinas Pariwisata DIY. Di tahun yang sama, desa kami berhasil mendapatkan Dana Hibah Gubernur untuk
pembuatan Embung dan Kebun Buah Nglanggeran. Dengan berbagai keberhasilan ini, tahun 2013 Pokdarwis
Nglanggeran diakui sebagai Pokdarwis Berprestasi dan Maju tingkat DIY dan nasional.
Masyarakat desa selalu terlibat dalam setiap segi kegiatan pariwisata, antara lain kelompok Tani sebagai
narasumber workshop pertanian, kelompok PKK sebagai penyedia wisata kuliner termasuk wisata belajar
olahan kuliner, kelompok homestay sebagai penyedia akomodasi, kelompok Kesenian sebagai penyambut
tamu dan penyedia wisata belajar kesenian, dan kelompok pemuda sebagai pemandu wisata dan manajemen
desa wisata bersama Pokdarwis. Semua kegiatan masyarakat ini didukung oleh pemerintah desa dan dinas-
dinas terkait.
Berbagai kegiatan masyarakat desa tersebut berhasil mendatangkan tambahan pendapatan hingga mereka
merasa perlu membentuk rintisan koperasi dengna mengumpulkan seluruh pemangku kepentingan yang
terlibat dalam operasional Desa Wisata Nglanggeran setiap malam Selasa Kliwon.
Berbagai pola kerja sama yang dirintis Desa Wisata Nglanggeran, antara lain:
1. Kerjasama Internal Pengelola:
a. Kerjasama antar pengelola (antar individu pengelola yang terdiri dari 5 dusun)
b. Kerjasama Pengelola Wisata dengan Kelompok Masyarakat
c. Kerjasama antara Pengelola Wisata dengan Masyarakat umum
2. Kerjasama dengan Komunitas
3. Kerjasama dengan Akademisi
4. Kerjasama dengan Pemerintah
5. Kerjasama dengan Pihak Swasta
6. Kerjasama dengan BUMN
7. Kerjasama dengan NGO
Pokdarwis Nglanggeran
Sugeng Handoko
HP/WA : 081802606050 / PIN BB 75DB6B32 atau 27FA22BA
www.gunungapipurba.com
E-Mail : handoko88_jogja@yahoo.co.id

Desa Wisata Dieng Kulon di Jawa Tengah: Pengembangan Desa Wisata


oleh Pokdarwis
Perencanaan wisata perdesaan kawasan Dataran Tinggi Dieng sudah dimulai dari Desa Dieng Kulon yang
dipandang secara akses dan ketersediaan fasilitas sudah lebih berkembang dibandingkan wilayah lainnya.
Selain lokasinya yang sangat strategis di sekitar obyek – obyek “utama” yang masuk dalam zona satu dalam
zonasi wisata Dataran Tinggi Dieng, desa ini juga memiliki sarana penunjang seperti Home Stay, kios suvenir,
area parkir, sarana informasi, dan lainnya. Beberapa fasilitas memang disediakan oleh pengelola UPTD Dieng
di bawah naungan Dinas Pariwisata Kabupaten Banjarnegara, namun beberapa sarana lainnya disiapkan
langsung oleh warga setempat, seperti Home Stay, angkutan wisata dan lainnya.
Salah satu daya tarik wisata yang diunggulkan adalah Prosesi/ Ritual budaya khas Dieng yang
pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan ekonomi masing-masing keluarga yang memiliki anak
berambut gembel. Sejak 2008, kelompok sadar wisata (POKDARWIS) Dieng Pandawa Desa wisata Dieng Kulon
telah menjadikan ritual ini sebagai festival budaya tahunan yang masuk dalam program kerja POKDARWIS,
yang biasanya dilaksanakan pada bulan Juli. Puncak festival budaya ini ditandai dengan pemotongan rambut
“Gembel” disertai pentas seni tradisional Dieng.
Pokdarwis Dieng Pandawa didirikan pada 27 September 2007 oleh Ketua Pemuda dan Karang Taruna Desa
Dieng Kulon pada Waktu itu yaitu Alif Faozi, sebagai bentuk pemberdayaan pemuda pemudi Dieng menjadi
masyarakat kreatif di sekitar objek wisata. Kelompok ini diharapkan menjadi jawaban atas beberapa
permasalahan desa, diantaranya meningkatnya jumlah pengangguran karena ketersediaan lahan pertanian
yang tidak seimbang dengan kepadatan penduduk, kerusakan lingkungan sebagai dampak dari pertanian

65
66 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

kentang dan semakin menurunnya kegiatan budaya. Seiring waktu, keberhasilan Pokdarwis ini selain
memberdayakan pemuda dan pemudi juga memberdayakan semua lapisan masyarakat termasuk warga
senior (pelaku seni dan budaya), kaum perempuan dan ibu-ibu (pengelola home stay dan home industry
makanan khas Dieng) hingga anak-anak Sekolah Dasar yang dengan kegiatan ekstra kurikuler Seni Tari.
Program desa wisata mulai dicanangkan oleh Pokdarwis Dieng Pandawa pada tahun 2008.
Tahun 2010 Desa Wisata Dieng Kulon menjadi salah satu penerima Bantuan Desa Wisata/BDW dari
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. Dengan ditunjuknya ketua Pokdarwis Dieng Pandawa oleh Dinas
Pariwisata / Pemda setempat menjadi Fasilitator Desa untuk program PNPM Pariwisata di tiga Desa yaitu
Desa Dieng Kulon, Desa Karang Tengah dan Desa Kepakistan. Pokdarwis menunjukkan andilnya dalam
kesuksesan program tersebut. Perkembangan positif Desa Dieng Kulon diakui secara nasional pada tahun
2014 dengan diraihnya penghargaan lomba desa wisata nasional peringkat 1.
Desa Wisata Dieng Kulon
Alif Faozi
085 227 206 009
alifajisaka@gmail.com
www.desawisatadieng.com
www.diengpandawa.com

Pengembangan Sarana Wisata Berbasis Koperasi di Gili Trawangan,


Sabang, dan Magelang
• Salah satu contoh keberhasilan koperasi penerima bantuan sarana wisata adalah Koperasi Angkutan
Laut Karya Bahari. Bantuan berupa 1 (satu) kapal wisata berbahan baku kayu kapasitas 80 orang untuk
penyeberangan ke Gili Air, Meno dan Trawangan Lombok, NTB yang diberikan tahun 2012 senilai Rp
320.000.000. Kapal bantuan mulai beroperasi pada 2013, dan mencapai pendapatan bersih senilai Rp
591.278.000 dengan rata-rata perbulan Rp 49.273.167 pada tahun 2014. Dengan keuntungan yang diperoleh,
saat ini koperasi berhasil menambah 4 fastboat / kapal cepat dan menyerap 4 tenaga kerja. Pendapatan
Fastboat pada tahun 2014 senilai Rp 926.120.000 dengan keuntungan Rp 326.772.500. Pendapatan koperasi
dari 4 fastboat pada periode Januari - Agustus 2015 senilai Rp 3.860.475.000.
• Selain itu Koperasi Nelayan Kuala Teupin Nyareung Sabang Aceh mendapat bantuan pada tahun 2013
senilai Rp 420.000.000 dipergunakan untuk merenovasi sarana akomodasi sederhana menjadi lebih tertata.
Mulai beroperasi bulan Januari 2014, sebelum mendapat bantuan rata-rata tamu 98 orang/bulan dengan
pendapatan bersih Rp 1.200.000. Setelah bantuan renovasi tamu rata-rata mencapai 219 orang/bulan
dengan pendapatan bersih Rp 17.080.000 dan menyerap 4 tenaga kerja yang dibayar sesuai UMR Kota
Sabang.
• Salah satu koperasi penerima bantuan pada tahun 2014 adalah Koperasi Pariwisata Catra Gemilang
Kabupaten Magelang dengan bantuan senilai Rp 400.000.000 untuk membangun sarana akomodasi khas
Jawa di lokasi Taman Kupu-Kupu di area Candi Borobudur. Bantuan telah mulai beroperasi pada bulan Juli
2015, dengan omset selama Juli-Agustus 2015 senilai Rp 31.700.000 dan menyerap 2 tenaga kerja tetap dan
2 tenaga kerja tidak tetap.
• Koperasi Serba Usaha Lang Lang Buana Kota Bengkulu, penerima bantuan tahun 2015 telah
memanfaatkan bantuan sarana wisata senilai Rp 400.000.000 untuk fasilitas watersport (bananaboat dan
fastboat) di Pantai Panjang Bengkulu, telah beroperasi mulai pertengahan Juli 2015. Selama 2 minggu
terakhir bulan Juli berhasil meraih omset Rp 21.080.000 dengan keuntungan bersih Rp 9.560.000 dan
menyerap 6 tenaga kerja.

Inisiatif Pengembangan Desa Wisata Hijau (DWH) Bilebante,


Sesaot dan Sembalun

Lombok bukan hanya menawarkan keindahan Senggigi dan Gili Matra (Meno, Air dan Trawangan), namun
juga terdapat desa desa wisata yang memberikan pengalaman unik dan berbeda. Keramahan khas lokal,
masyarakat yang menjunjung tinggi adat dan budaya setempat, alam yang masih asri, serta pengalaman

67
68 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

kuliner yang beragam. Bilebante (Lombok Tengah), Sesaot (Lombok Barat) dan Sembalun (Lombok Timur)
adalah tiga lokasi sebagai bagian dari inisiatif pengembangan Desa Wisata Hijau (DWH), yaitu inisiatif yang
bertujuan untuk mendukung pembangunan desa tradisional menjadi destinasi pariwisata. Menampung
ide dan inisiatif yang muncul dari komunitas lokal, SREGIP merangkul pihak pemerintah dan swasta untuk
bekerjasama dalam meningkatkan dan memperkuat kapasitas komunitas lokal sebagai pengelola DWH dan
pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah melalui rangkaian training & coaching dalam mengelola desa
wisata.
Untuk menjadi destinasi pariwisata yang dapat memberikan manfaat dan menyenangkan wisatawan,
pelaku usaha dan juga masyarakat lokal; dikembangkan pola Public People Private Partnership (4P) dalam
menyediakan rangkaian capacity building pengembangan produk wisata, keterkaitan dengan pasar (market
linkage) dengan menerapkan organic marketing & promotion, serta keterkaitan dengan dunia bisnis (business
linkage) dengan Tour Operator dan industri pariwisata lainnya. Tidak lupa diberikan tambahan wawasan dan
pengetahuan bagaimana masyarakat lokal sebagai pengelola dapat melakukan self-monitoring & evaluation
terhadap dampak positif dan negatif pembangunan pariwisata.
Sebagai hasil akhir proses training & coaching diharapkan peningkatankemampuan DWH Bilebante, Sesaot
dan Sembalun agar mampu:
• Menawarkan produk dan pengalaman wisata yang unik dan berkualitas sehingga dapat memenuhi
kebutuhan, motivasi dan harapan wisatawan;
• Peningkatan kemampuan para pengelola DWH dan pelaku UMKM lokal untuk dapat menyediakan
dan memberikan produk dan jasa pariwisata sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku secara
internasional;
• Tersedianya pasar yang baru melalui kerjasama antara DWH dan Tour Operator atau jaringan
distribusilainnya;
• Terciptanya kemampuan untuk mempromosikan potensi DWH melalui self-promotion online & off-line atau
melalui kerjasama dengan pihak media lokal, nasional dan regional.

Contact Person:
Kelompok Desa Wisata Hijau Jari Solah Desa Bilebante – Pahrul Azim (telp: 0818 0360 6619);
Kelompok Desa Wisata Hijau Desa Sesaot – Ahmad Mulyadi (telp: 0819 1659 1997).
Kelompok Geowisata Sembalun: Royal Sembahulun (telp: 0818 0579 1762);

69
70 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

REFERENSI
ASEAN (2015). Tourist Arrival in ASEAN. Dikutip tgl. 12 Desember 2015 dari www.asean.org.
Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) (2010). Effective Community Based Tourism. Sydney: Sustainable Tourism
Cooperative Research Center.
Australian Government Department of the Environment and Heritage (2004). Steps to Sustainable tourism. Canberra:
Goana Print
BPS (2015). Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan, 1970-2013. Dikutip tgl 12
Desember 2015 dari www.bps.go.id.
Carter, R. & Fabricius, M. (2007). Destination Management an Overview. UNWTO Conference: Creating Competitive
Advantage for Your Destination. Budapest, 7 Pebruari 2007.
Ciputra Entrepreneurship. Pentingnya Unique Selling Proposition untuk Bisnis Anda. 7 Juni 2015. Dikutip pada tanggal
6 November 2015 , dari http://www.ciputraentrepreneurship.com/penjualan-dan-pemasaran/pentingnya-unique-
selling-proposition-untuk-bisnis-anda
Global Sustainable Tourism Council (2015). Kriteria GSTC untuk Destinasi. Dikutip pada tanggal 12 Desember 2015 dari
https://www.gstcouncil.org/en/docs/file/413-indonesian-criteria-for-destinations.html
Hermantoro, H. (2014). Creativity-Based Tourism: A Concept of Tourism Development Based on Indonesian Experience.
Säarbrucken: LAP.
Kementerian Pariwisata (2015). Dikutip pada tanggal 12 Desember 2015 dari www.kemenpar.go.id.
Nuryanti, (1993). Concept, Perspective and Challenges. Makalah bagian dari Laporan konferensi Internasional Menge-
nai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pramesti, Olivia Lewi. Minim, Peran Perempuan dalam Pariwisata. National Geographic Indonesia. Diakses pada
tanggal 10 Desember 2015, dari http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/07/minim-peran-perempuan-dalam-
pariwisata.
Teguh, Frans. Perencanaan Program Tata Kelola Destinasi Tahun 2015. Kementerian Pariwisata.
UNCED (United Nations on Environment and Development) (1992). Agenda 21.
UNEP and UNWTO (2005). Making Tourism More Sustainable - A Guide for Policy Makers.
UNWTO (1999). Global Code of Ethics for Tourism for Responsible Tourism.
UNWTO (2015). Tourism Highlights 2015 Edition. Madrid: UWNTO.
WTTC (2015). Travel & Tourism Economic Impact 2015: Indonesia. London: WTTC.
UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
UU No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
UU nNo. 6 tahun 2014 tentang Desa.
KONSULTASI
I Wayan Dipta Deputi Menteri Bidang Produksi Kementerian KUKM
Adi Putra Alfian Deputi Pemberdayaan KUKM BAPPENAS
Mas Wedar Adji Dit Perkotaan dan Perdesaan Kementerian BAPPENAS
Arief Wiroyudo Dit Perkotaan dan Perdesaan Kementerian BAPPENAS
Syifa Tresnaningrum Dit Perkotaan dan Perdesaan Kementerian BAPPENAS
Dini Anjani Putri Dit Pemberdayaan KUKM Kementerian BAPPENAS
Salekan Asdep Organisasi dan Badan Hukum Kementerian KUKM
Ari Gunawan Keasdepan Penelitian Koperasi Kementerian KUKM
Raymond Biro Perencanaan Kementerian KUKM
Rani Pudjiastuti Keasdepan Perikanan dan Peternakan Kementerian KUKM
Eko Adi Priono Kabid Ketenagalistrikan dan Konstruksi Kementerian KUKM
Danika Purwoko Kabid Aneka Usaha Kementerian KUKM
Elvira Rosa Hadiningtyas Kasubid Pariwisata Kementerian KUKM
Sri Prasetu Ratna Kasubid Pos dan Telekomunikasi Kementerian KUKM
Sri Wahyuni Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Merry Elfriana Kementerian Menko PMK
Airlanggiwati Bappeda Provinsi Jawa Timur
Gede Indra Kabid Kelembagaan Dinas Koperasi dan UKM Prov Bali
Yose Rizal Dinas Pariwisata Kab Siak Prov Riau
Oliver Oehms GIZ-SREGIP
Dr. Basuki Prayitno GIZ-SREGIP
Lukman Hendarto GIZ-SREGIP
A.B. Sadewa Panorama Foundation
I Wayan Sumerta Koperasi Pariwisata Mitra Rakyat Bali
Bachroni Desa Wisata Kebon Agung Yogyakarta
Leonardo Koperasi Jasa Ikhtiar Siak Riau
Alif Faozi Desa Wisata Dieng Kulon
Bambang Riyadi Desa Wisata Dieng Kulon
Tri Harjono Forum Desa Wisata DIY
Sugeng Handoko Ekowisata DIY

71
72 Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

KETERANGAN PUBLIKASI (IMPRINT)


Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau

Diterbitkan oleh
Asisten Deputi Urusan Ketenagalistrikan dan Aneka Usaha
Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia
Jl. HR Rasuna Said Kav 3-4 Lt. 2, Karet Kuningan, Setiabudi
Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12940
E-mail: asdep.lisau@gmail.com

Penyusun
Victoria br. Simanungkalit, Destry Anna Sari / Kementerian Koperasi dan UKM
Frans Teguh, Hari Ristanto, Ika K. Permanasari / Kementerian Pariwisata
Leonardo Sambodo, Ph.D / BAPPENAS
Samsul Widodo / Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Masyhud, Sri Wahyuni/ Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Henky Hermantoro / Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Christine Hartati / Panorama Foundation
Dian Vitriani / GIZ-SREGIP

Disunting oleh
Cresentia Novianti

Desain Grafis oleh


Syafruddin Arief

Hak Cipta Gambar


Kementrian Pariwisata, Panorama Foundation, GIZ-SREGIP, Gunung Api Purba, BAPPEDA Prov. NTB, Disbudpar Prov. NTB

Cetakan Edisi ke 2, Juni 2017


Kementerian Koperasi dan UKM Kementerian Pariwisata Kementerian Desa, Pembangunan Kementerian Lingkungan Hidup
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan Kehutanan

Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau ini disusun oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dengan
dukungan dari GIZ, bekerjasama dengan BAPPENAS, Kementerian Pariwisata, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Panorama Foundation.

Anda mungkin juga menyukai